HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK JIWA RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK JIWA RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRACT"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK JIWA RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH Nur Hidayat 1, Joko Mei Widiyanto 2 1, Program Studi Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta 2 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT Background: The lifetime prevalence number of schizophrenia patient in the world expand from 4 per million to 1.4 percent. Then, the prevalence number og heavy mental disorder expands as 1.7 per million. From the figure, the researcher has found that are prevalence number of metal disorder yhe Province of Central Java is 2,3 per million and the figure has been in the top three of provinces with heavy mental disorder. In relation to the finding, the researcher believes that religiosity will be able to prevent and to protect the people from the mental disorder as well as to decrease the sufferings of the mental disorder patients in order to improve the process of adaptation and recovery. Objective: The researcher is to understand the relationship between religiosity and recurrent in idence within the schizophrenia patients of Mental Policlinic of Soedjarwadi Hospital. Method: The research made use of analityc descriptive technique by means of cross-sectional approach. For the data gathering, the researcher made use of accidental sampling metode. The number of the sample was bivariate analysis, the researcher made use of Kendal Tau technique. Results: The results of Kendal Tau correlation test in the religiosity and recurrent incidence showed that p = 0,837 > p-value (0.05) Conclution: Based on the corrrelation test, the reseacher found that there has not been any significant correlation between religiosity and recurrent incidence within the schizophrenia patients of the Mental Polyclinic of Soedjarwadi Hospital in the central Java Keyword: religiosity, recurrent incidence, schizophrenia PENDAHULUAN Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan, apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan (Yosep, 2011). Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir serta tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik. Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia (Riskesdas, 2013). Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart & Sundeen, 2006). 50

2 Hubungan Antara Religiusitas (Nur Hidayat) Angka Prevalensi seumur hidup skizofrenia di dunia bervariasi berkisar 4 permil sampai dengan 1,4 persen. Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 persen, yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya (Riskesdas, 2013). Pasien skizofrenia menempati hampir 50 persen dari seluruh tempat tidur di rumah sakit jiwa dan mencakup kurang lebih 16 persen dari semua pasien psikiatri yang menjalani pengobatan (Kaplan & Sadock, 2010). Salah satu bentuk gangguan jiwa yang banyak terjadi di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif, persepsi dan gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan berbicara, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal (Arif, 2006). Diperkirakan bahwa 2 sampai 3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan di rumah sakit dan jika penduduk Indonesia berjumlah 120 juta orang maka ini berarti bahwa 120 ribu orang dengan gangguan jiwa berat memerlukan perawatan di rumah sakit (Yosep, 2011). Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia adalah berjumlah 1, 7 per mil. Untuk wilayah provinsi Jawa Tengah didapatkan prevalensi 2,3 per mil yaitu dalam kategori urutan ketiga tertinggi di Indonesia. Dari sudut pandang pemerintah, gangguan ini menghabiskan biaya pelayanan kesehatan yang besar. Sampai saat ini masih terdapat pemasungan serta perlakuan salah pada pasien gangguan jiwa berat di Indonesia. Hal ini akibat pengobatan dan akses ke pelayanan kesehatan jiwa belum memadai. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan adalah menjadikan Indonesia bebas pasung oleh karena tindakan pemasungan dan perlakukan salah merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia (Riskesdas, 2013). Kekambuhan merupakan hal yang biasa selama perjalanan penyakit skizofrenia. Pasien dengan diagnosa skizofrenia akan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama dan 70% pada tahun kedua (Kaplan dan Sadock, 2010). Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Upaya kesehatan jiwa yang dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Undang-Undang RI No 18 Tahun 2014). Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat negara maju telah kehilangan aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah ia seorang yang beragama atau yang sekuler sekalipun. Kekosongan spiritual, kerohanian, dan rasa keagamaan inilah yang menimbulkan permasalahan psikososial dibidang kesehatan jiwa. Religiusitas mampu mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan meningkatkan proses adaptasi dan penyembuhan. Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat pemulihan penyakit yang dipadukan dengan terapi kedokteran, agama lebih bersifat protektif daripada problem producing. Salah 51

3 satu tindakan keagamaan yang penting adalah berdoa, yakni memanjatkan permohonan kepada Allah supaya memperoleh sesuatu kehendak yang diridhoi (Yosep, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan di RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 22 Desember 2014, didapatkan data selama enam bulan terakhir terdapat 480 klien skizofrenia yang dirawat inap dengan riwayat kekambuhan berjumlah 274 jiwa atau sekitar 57 % kejadian kekambuhan skizofrenia. Menurut perawat yang bertugas di Poliklinik Jiwa dalam sehari rata-rata terdapat 1 sampai 3 klien skizofrenia yang mengunjungi poliklinik Jiwa. Selama klien skizofrenia dirawat inap, klien mendapatkan terapi religiusitas yang rutin dilaksanakan setiap hari kamis dan dipandu oleh petugas rehabilitasi. Menurut perawat yang bertugas di Instalasi Rehabilitasi, terapi religiusitas berdampak positif terhadap perkembangan klien skizofrenia, bahkan untuk perkembangan pemulihan klien skizofrenia menjadi lebih cepat dengan adanya terapi religiusitas. Berdasarkan wawancara dengan 3 orang klien yang mengunjungi Poliklinik Jiwa, klien mengatakan sewaktu dirawat di Instalasi Rawat Inap RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah rutin mengikuti terapi religiusitas dan setelah mengikuti terapi merasa lebih tenang dan lebih sehat, namun 2 dari 3 orang klien mengatakan religiusitasnya berkurang ketika berada di rumah. METODE peneliti menggunakan jenis penelitian descriptif analitik dengan pendekatan crossectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah accidental sampling. Jumlah Sampel dalam penelitian ini 74 pasien, pengumpulan data dengan cara membagikan angket ke responden. Analisa data menggunakan uji korelasi kendal tau. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah klien skizofrenia yang berada di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 74 orang. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Agama, Pendidikan dan Pekerjaan di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah April - Mei 2015 Karakteristik Responden f Persentase (%) 1. Jenis Kelamin o Laki laki 34 45,9 o Perempuan 40 54,1 2. Usia o < 15 tahun 0 0 o tahun 12 16,2 o tahun 47 63,5 o tahun 13 17,6 o > 55 tahun 2 2,7 52

4 Hubungan Antara Religiusitas (Nur Hidayat) Karakteristik Responden f Persentase (%) 3. Agama o Islam 67 90,5 o Protestan 4 5,4 o Katolik 3 4,1 o Budha 0 0 o Hindu 0 0 o Konghucu Pendidikan o SD 9 12,2 o SMP 17 22,9 o SMA 40 54,1 o Diploma 3 4,1 o Sarjana 5 6,7 5. Pekerjaan o PNS 1 1,4 o Wiraswasta 15 20,2 o Petani 3 4,1 o Pedagang 6 8,1 o Buruh 26 35,1 o Tidak Bekerja 23 31,1 Sumber : data primer bulan April Mei 2015 Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (54,1%), berusia tahun (63,5%), beragama Islam (90,5%), berpendidikan SMA (54,1%) dan pekerjasan yang paling banyak adalah buruh (35,1%). 2. Religiusitas Tabel 3 Distribusi Frekuensi Dimensi Religiusitas berdasarkan Jawaban Responden di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah April Mei 2015 Kategori Dimensi Religiusitas Keyakinan Peribadatan Pengalaman Pengetahuan Agama Konsekuensi F % f % F % f % f % Rendah 1 1,3 1 1,3 1 1, ,3 Sedang 5 6,7 7 9,5 9 12, , ,9 Tinggi , , , , Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui secara keseluruhan dimensi religiusitas klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah 53

5 dalam kategori tinggi, yaitu dimensi keyakinan sebanyak 92%, dimensi peribadatan sebanyak 89,2%, dimensi pengalaman sebanyak 86,5%, dimensi pengetahuan agama sebanyak 75,7% dan dimensi konsekuensi sebanyak 79,8%. Tabel 4 Distribusi Religiusitas Klien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah April Mei 2015 No. Kategori Religiusitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Rendah 1 1,4 2 Sedang 22 29,7 3 Tinggi 51 68,9 Sumber: data primer bulan April - Mei 2015 Berdasarkan hasil dari perhitungan distribusi religiusitas klien skizofrenia pada Tabel 4, dapat diketahui sebagian besar responden berada dalam kategori religiusitas tinggi yang berjumlah 51 orang dengan persentase 68,9 % 3. Kekambuhan klien Skizofrenia Tabel 5 Distribusi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah April Mei 2015 No Kategori Kekambuhan Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Rendah ( 2 kali dalam setahun) 52 70,3 2 Tinggi ( 3 kali dalam setahun) 22 29,7 Sumber: data primer bulan April Mei 2015 Hasil dari Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa klien skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah paling banyak dalam kategori rendah 2 kali dalam setahun yang berjumlah 52 orang (70,3 %). 4. Hubungan religiusitas dengan kekambuhan klien skizofrenia Tabel 6 Tabel Silang Religiusitas terhadap Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah April Mei 2015 Religiusitas Kekambuhan Klien Skizofrenia Rendah Tinggi Total p - value f % f % f % Rendah ,4 1 1,4 Sedang 16 21,6 6 8, ,7 0,837 Tinggi 36 48, , ,9 Total 52 70, , Sumber: data primer bulan April Mei

6 Hubungan Antara Religiusitas (Nur Hidayat) Hasil dari tabel 6 menunjukkan bahwa tabel silang antara religiusitas terhadap kekambuhan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah didapatkan hasil dari 51 responden (68,9%) dengan religiusitas tinggi maka kekambuhan pada klien skizofrenia dengan kategori kekambuhan tinggi sebanyak 15 orang (20,2%) dan kekambuhan rendah 36 orang (48,7%), kemudian dari 22 responden (29,7%) dengan religiusitas sedang maka kekambuhan pada klien skizofrenia dengan kategori kekambuhan tinggi sebanyak 6 orang (8,1%) dan kekambuhan rendah 16 orang (21,6%), sedangkan dari 1 responden (1,4%) dengan religiusitas rendah maka mengalami kekambuhan dalam kategori tinggi (1,4%). Pada Tabel 6 di atas juga menunjukkan bahwa berdasarkan uji korelasi kendal tau pada dua variabel religiusitas dan kekambuhan klien skizofrenia dengan nilai p-value = 0,837 > 0,05, dengan demikian berarti Ho diterima yang artinya tidak adanya hubungan antara religiusitas dengan kekambuhan pada klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Jenis kelamin terbanyak pada klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 54,1%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2003), jumlah klien skizofrenia terbanyak di RSJ Grhasia berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian lainnya secara umum jenis kelamin yang lebih banyak ditemukan pada klien skizofrenia adalah laki-laki, namun dalam penelitian ini ternyata yang terbanyak adalah perempuan, hal ini dikarenakan perbandingan onset, onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007). Usia terbanyak klien skizofrenia adalah tahun (63,5%). Usia ini termasuk dalam kategori usia produktif bagi seseorang untuk bekerja, menurut Kaplan (2010) menyebutkan bahwa kira-kira 90% klien dalam pengobatan skizofrenia berada antara usia tahun. Secara umum agama yang terbanyak adalah beragama islam sebanyak 90,5%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safira (2014) di RSJD Sungai Bangkong Pontianak yang menunjukkan agama yang paling banyak adalah beragama islam. Hal ini dikarenakan secara umum mayoritas penduduk yang ada beragama islam. Pendidikan tertinggi klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah adalah berpendidikan terakhir SMA sebanyak 54,1%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sira (2011) di RSK Alianyang Pontianak yang menunjukkan data bahwa klien memiliki jenjang pendidikan terbanyak dengan lulusan SMA. Hal ini dapat dikaitkan dengan onset dari skizofrenia, usia pertama kali terkena skizofrenia antara dan tahun sehingga pendidikan yang dapat diraih klien juga tidak dapat tinggi bila terkena skizofrenia pada usia tersebut. 55

7 Pekerjaan yang paling banyak adalah buruh sebanyak 35,1%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2011) yang menunjukkan pekerjaan terbanyak pada klien skizofrenia di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang adalah sebagai buruh. 2. Religiusitas Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan religiusitas klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam kategori religiusitas tinggi dengan persentase sebesar 68,9%. Religiusitas merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan pada klien skizofrenia. Macam-macam penatalaksanaan pada klien skizofrenia adalah psikofarmaka, psikoterapi, psikososial, psikoreligiusitas. Untuk religiusitas masuk dalam penatalaksanaan psikoreligius yang didefinisikan sebagai terapi keagamaan sebagai upaya mengobati klien dengan melakukan ritual keagamaan seperti sholat, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci (Hawari, 2007). Thouless (2000) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang adalah pendidikan dan berbagai tekanan sosial, pengalaman, kehidupan serta intelektual. Hasil yang peneliti dapatkan pendidikan klien skizofrenia sebagian besar berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 54,1%. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan, religiusitas klien diperoleh dari keluarga yaitu pendidikan tentang agama yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Setiap orang memiliki beragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi religiusitas. Secara garis besar kebutuhan-kebutuhan tersebut terbagi menjadi empat yaitu kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian (Thouless, 2000). Glock dan Stark (dalam Ancok, 2011) membagi dimensi religiusitas ke dalam 5 macam dimensi yaitu dimensi keyakinan/ideologik, dimensi praktik agama/ peribadatan, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi. Secara keseluruhan dimensi religiusitas klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam kategori tinggi, yaitu dimensi keyakinan sebanyak 92%, dimensi peribadatan sebanyak 89,2%, dimensi pengalaman sebanyak 86,5%, dimensi pengetahuan agama sebanyak 75,7% dan dimensi konsekuensi sebanyak 79,8%. 3. Kekambuhan Klien Skizofrenia Peneliti menemukan kekambuhan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2015 paling banyak dalam kategori rendah (kekambuhan 2 kali dalam setahun) dengan persentase sebesar 70,3 %. Kambuh merupakan kondisi dimana pasien kembali menunjukkan gejala-gejala skizofrenia setelah remisi dari rumah sakit. 56

8 Hubungan Antara Religiusitas (Nur Hidayat) Kekambuhan pada klien skizofrenia bisa disebabkan oleh faktor dari klien sendiri yaitu kegagalan meminum obat secara teratur (Keliat, 1996). Informasi yang peneliti dapatkan bahwa kekambuhan klien akan kembali muncul apabila tidak teratur minum obat. Secara keseluruhan kekambuhan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam kategori rendah (kekambuhan 2 kali dalam setahun), hal ini dikarenakan klien teratur meminum obat dan teratur kontrol setiap bulannya ke Poliklinik Jiwa. Seperti halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Raharjo (2014), ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur. Keliat (1996) menjelaskan kekambuhan klien skizofrenia juga dipengaruhi oleh dokter sebagai pemberi resep, pemberian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Untuk itu perlu diidentifikasi dosis terapi yang dapat mencegah kekambuhan dan efek sampingnya. Dengan demikian berarti klien skizofrenia memang seharusnya teratur kontrol ke dokter. 4. Hubungan Religiusitas dengan Kekambuhan Klien Skizofrenia Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil p = 0,837 > 0,05 dengan demikian berarti Ho diterima yang artinya tidak adanya hubungan antara religiusitas dengan kekambuhan pada klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah, walaupun yang didapatkan peneliti secara umum klien skizofrenia yang ada di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah memiliki religiusitas yang tinggi dan kekambuhan dalam kategori yang rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil uji statistik yang didapatkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2014) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah ketidakpatuhan minum obat, keteraturan kontrol dokter, dukungan keluarga, dan dukungan sosial. Informasi yang peneliti dapatkan bahwa klien mengatakan kekambuhan yang dirasakan akan muncul apabila tidak teratur minum obat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaunang (2015) yang menunjukkan terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan klien skizofrenia, kepatuhan minum obat klien skizofrenia yang berobat jalan di poliklinik jiwa, membawa dampak yang baik bagi klien sehingga prevalensi kekambuhan selama 1 tahun menjadi tidak pernah kambuh. Keliat (1996) menjelaskan bahwa kekambuhan pada klien skizofrenia dipengaruhi oleh faktor kegagalan meminum obat secara teratur, kegagalan ini karena adanya gangguan orientasi realita dan ketidakmampuan pengambilan keputusan. Secara umum klien skizofrenia yang ada di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah sudah teratur kontrol ke dokter, hal ini dibuktikan dengan setiap bulannya klien skizofrenia kontrol di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Dukungan keluarga adalah salah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan klien skizofrenia, mengingat keluarga merupakan sistem pendukung 57

9 58 utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit klien. Keliat (1996) menjelaskan bahwa kekambuhan klien skizofrenia tergantung dari lingkungan emosi yang diciptakan oleh keluarga. Klien skizofrenia dengan keluarga yang memiliki ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik), diperkirakan akan kambuh dalam waktu 9 bulan meskipun menggunakan pengobatan neuroleptik. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana (2007) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Demikian pula dengan keadaan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah terlihat adanya peran serta keluarga untuk mengurangi angka kekambuhan, hal ini dibuktikan dengan adanya keluarga yang mengantarkan klien untuk rutin kontrol setiap bulannya di Poliklinik Jiwa. Dukungan sosial dapat juga berpengaruh terhadap kekambuhan klien skizofrenia terutama lingkungan sosial klien. Stuart dan Sundeen (2006) menyebutkan salah satu faktor penyebab kekambuhan adalah lingkungan yang meliputi suasana rumah yang tidak nyaman, adanya tekanan (hilangnya kemandirian), sulit melakukan hubungan interpersonal, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial keluarga, tekanan pekerjaan serta adanya stigma dan pengangguran. Sebagian besar klien skizofrenia yang ada di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah bekerja sebagai buruh sebanyak 61,9%. Hal ini berarti klien mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan kerja, klien mampu mengalihkan rasa kekambuhan terhadap pekerjaannya. KESIMPULAN 1. Karakteristik klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah adalah sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, berusia tahun, beragama Islam, berpendidikan SMA dan pekerjaan yang paling banyak adalah bekerja sebagai buruh. 2. Religiusitas klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam kategori tinggi. 3. Kekambuhan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam kategori rendah (kekambuhan 2 kali dalam setahun). 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara religiusitas dengan kekambuhan klien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dengan nilai p = 0,837 dimana p > 0,05. SARAN 1. Bagi Perawat Jiwa RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Diharapkan perawat tetap memperhatikan aspek religiusitas klien skizofrenia melalui program rehabilitasi spiritual di RSJD dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. 2. Bagi Keluarga Klien Keluarga sebagai orang terdekat klien diharapkan tetap memperhatikan aspek religiusitas klien ketika berada di rumah serta terus memberikan dukungan kepada klien seperti mengingatkan untuk teratur meminum obat dan teratur kontrol ke dokter

10 Hubungan Antara Religiusitas (Nur Hidayat) serta menciptakan lingkungan sosial yang nyaman bagi klien demi mengurangi kekambuhan yang dialami oleh klien. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk kemajuan perkembangan ilmu keperawatan terutama ilmu keperawatan jiwa. Untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti berdasarkan tipe dari skizofrenia. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan pada klien skizofrenia, seperti keteraturan minum obat, keteraturan kontrol dokter, dukungan keluarga dan dukungan sosial. RUJUKAN 1. Ancok, D dan Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islami. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2. Arif, I.S. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Klien. Refika Aditama: Bandung. 3. Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Karya: Jakarta. 4. Ayu, R.A. (2012). Hubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental dalam Diakses tanggal 20 November Durand, V.M dan Barlow, D.H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 6. Fajarwati, K. (2013). Hubungan Kunjungan Keluarga terhadap Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Ruang Intermediate Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan STIKes Nani Hasanuddin Makassar. 3 (1) Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 8. Hidayati, E. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Supportif terhadap Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam Diakses tanggal 5 Juni Isaac. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri. EGC: Jakarta. 10. Jalaluddin. (2004). Psikologi Agama. Raja Grafindo Persada: Jakarta 11. Kaplan, H.I dan Sadock, B.J. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC: Jakarta. 12. Kaunang, I. (2015). Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Prevalensi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia yang Berobat Jalan di Ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado dalam Diakses tanggal 7 Juni Keliat, B. A. (1996). Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Gangguan Jiwa, Edisi 2. EGC: Jakarta. 14. Lumbantobing, S. M. (2007). Skizofrenia Gila. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 15. Maslim, R. (2001). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya: Jakarta. 59

11 16. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 17. Nurdiana. (2007). Korelasi Peran Serta Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong. 3 (1) Raharjo, A.B. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam stikestelogorejo.ac.id. Diakses tanggal 7 Juni Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Sekretariat Negara: Jakarta. 20. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Kesehatan Jiwa) dalam riskesdas.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 20 November Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta. 22. Safira, F. (2014). Hubungan antara Gangguan Bipolar dengan Risiko Bunuh Diri pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak Tahun 2014 dalam Diakses tanggal 7 Juni Sira, I. (2011). Karakteristik Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak Periode 1 Januari 31 Desember 2009 dalam Diakses tanggal 7 Juni Stuart, G.W dan Sundeen, S.J. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta 25. Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. 26. Thouless, R.H. (2000). Pengantar Psikologi Agama. Rajawali Press: Jakarta. 27. Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta. 28. Wahyuningrum, I. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Durasi Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan dan Kebidanan STIKes Telogorejo. 1 (3) Wibowo, M. (2003). Karakteristik Penderita Skizofrenia di RSJ Grhasia dalam rac.uii.ac.id. Diakses tanggal 8 Juni Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung. 60

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA SKIZOFRENIA Riska Ratnawati (Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA Khristina Andriyani 1), S. Dwi Sulisetyawati 2), bc.yeti Nurhayati 3) 1)

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Regina Indirawati * ), Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita ***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DINI ANGGRAINI 201110201085 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Seseorang dikatakan dalam keadaan sehat apabila orang tersebut mampu menjalani perannya dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Irma Wahyuningrum * ) Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita *** ). *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Iis Tri Rusmiati *) Arief Nugroho **) Mugi Hartoyo ***) *) Alumni Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG Karina Anggraini *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Riska Wulansari*), Zumrotul Choiriyah**), Raharjo Apriyatmoko***)

Lebih terperinci

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian ( WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik, dan budaya serta bidang bidang lain membawa pengaruh tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA Kristiani Bayu Santoso 1), Farida Halis Dyah Kusuma 2), Erlisa Candrawati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stuard & Sudeen (1998) mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 76-81 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 Masnona Noviria 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah lingkungan tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kondisi masyarakat sangat cepat seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat ini selain membawa manfaat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri penyakit degeneratif, kanker, gangguan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh orang lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini banyak sekali masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan biasanya pasien yang telah mengalami gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut Undang Undang No 36 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut undang-undang no 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan kesehatan nasional. Meskipun masih

Lebih terperinci

Penelitian Keperawatan Jiwa

Penelitian Keperawatan Jiwa SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RSJ PROF. HB SAANIN PADANG TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa YULIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani HUBUNGAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN KEPUASAN PASIEN BPJS KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT INAP KELAS III RUMAH SAKIT UMUM PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nopia Wahyuliani 215114383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah lain dari gangguan jiwa adalah psikosis. Salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci