BAB I PENDAHULUAN. Milennium Development Goals (MDGs) yang mempunyai target untuk. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya, memastikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Milennium Development Goals (MDGs) yang mempunyai target untuk. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya, memastikan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sehat 2015 yang telah direncanakan oleh Departemen Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal, yaitu masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini senada dengan tujuan dari Milennium Development Goals (MDGs) yang mempunyai target untuk tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015 yaitu: menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkat kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembanggunan (Yusuf, 2011). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan fisik, psikologis, sosial dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita mengganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya (Nevidha, 2010). 1

2 2 Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kewajiban yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Hanifa, 2009). Dengan pertumbuhan yang baik, diharapkan bayi tidak mengalami berbagai masalah seperti kompliksi, jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung diletakan di atas perut ibu, kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit membuat bayi tetap hangat (Nasya, 2008). Ikatan antara orang tua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi mengenai bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandasan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif. Ibu ketika masa antenatal juga harus diberi informasi mengenai respon ayah dan keluarga terhadap kelahiran anak. Dengan begitu, ibu dapat mengantisipasi

3 3 jikalau respon yang diberikan ayah dari anaknya ataupun keluarga tidak seperti yang ibu bayangkan (Rian, 2009). Mengingat pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bounding Attachment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka penting untuk mewujutkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujut dari janin masih berada di dalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD (inisiasi menyusui dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan, dan dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD (Safira, 2008). Begitu banyaknya manfaat yang akan diperoleh apabila ibu melakukan bounding attachment kepada bayinya sesegera mungkin setelah proses persalinan. Bahkan, efek samping yang mungkin akan terjadi apabila ibu tidak melakukan bounding attachment akan sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, dikarenakan kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindungi, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari (Fauzi, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Healht Organization (WHO) menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama kali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini dengan meletakan bayi dengan kontak ke kulit setidaknya 1 jam, hasil nya 2 kali lebih lama disusui.

4 4 Selain itu dua hal penting yang tidak disadari selama ini bahwa kontak kulit bayi dan ibu penting dan bayi segera setelah lahir dapat menyusui sendiri, dan sekitar 75,7% bayi dapat diselamatkan bila diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahiran (Rizki, 2008). Hasil studi yang dilakukan oleh Utami, dkk (2004) di 18 rumah sakit yang ada di Jakarta, Bandung dan Semarang terlihat bahwa setidaknya 11 dari 30 orang ibu nifas (36%) sudah mengerti dan melakukan Bounding attacment sedangkan sisanya 19 orang (63%) tidak dilakukan dengan alasan persalinanya dengan caesar. Pada saat ini Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian di Negara-negara lain. Untuk daerah Provinsi Aceh AKI tahun 2009 sebesar 200 kasus dari kalahiran hidup dan Angka Kematian Perinatal adalah 20 per kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Indonesia bervariasi dari yang paling rendah, yaitu 130 per kelahiran hidup. Variasi ini antara lain disebabkan oleh perbedaan norma, nilai, lingkungan, dan kepercayaan masyarakat, di samping intrastruktur yang ada. Suatu hal yang penting lainya adalah perbedaan kualitas pelayanan kesehatan pada setiap tingkat pelayanan (Depkes RI, 2004). Dari hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh terhadap klinik bersalin ibu dan anak di daerah Blang Padang Banda Aceh, diketahui bahwa masih banyak ibu-ibu yang kurang mengerti tentang Bounding

5 5 attachment itu sendiri. Dimana rata-rata per bulan cakupan ibu yang malakukan bounding attachment belum mencapai separuh dari 30 orang yang di survey baru 10 orang yang melakukan bounding attachment sedangkan sisanya 20 orang belum melakukan bounding attachment. Namun cakupan pelaksanaan tersebut dapat berjalan dan tercapai jika ada mahasiswa yang melaksanakan praktek kebidanan (Anisa, 2010). Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di BPS YUNIAR Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 didapatkan bahwa 4 dari 5 ibu hamil masih tidak mengerti tentang yang dinamakan Bounding Attachment ataupun kontak dini kulit bayi dengan kulit ibunya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti judul Pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang masalah, program Bounding Attachment belum sepenuhnya dilaksanakan hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya kontak dini antara ibu dan bayi, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

6 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pengertian bounding attachmen. b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang element-element bounding attachment. c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attacment d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding attachment e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan bounding attachment D. Manfaat Penelitian. 1. Untuk masyarakat Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil sehingga memotivasi para ibu hamil untuk segera melakukan bounding attachment saat kelahiran bayinya.

7 7 2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan khususnya, pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi. 3. Bagi Institusi Pendidikan (Kebidanan U Budiyah Banda Aceh) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswi kabidanan U Budiyah Banda Aceh. 4. Bagi Peneliti Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan kebidanan selanjutnya, serta dapat menerapkannya kepada pasien.

8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bounding Attachment 1. Pengertian Bounding attachment merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling mengikat diantara orangtua termasuk orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu (Nova, 2009). Bounding attachment yaitu interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera setelah lahir (Rizki, 2008). Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Konntak dini antara ibu, ayah dan bayinya disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan aroma. Bounding yaitu dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisiik yang akrab (Siregar, 2010). Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu (Rini, 2010).

9 9 Bounding yaitu terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, Attachment: pencurahan kasih sayang di antara orangorang seperti orang tua dan anak pada pertemuan pertama. Bounding Attachment yaitu suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir (Widiawati, 2009). Bounding Attachment adalah orang tua mampu menciptakan ikatan emosional kuat dengan anak akan lebih mudah membentuk karakter anak dan mengisinya dengan nilai-nilai baik. Bounding memberikan rasa aman pada anak yang bisa dipupuk melalui kontak fisik atau juga tatapan penuh kasih sayang ( Rohani dkk,2011). Seorang ibu yang mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat dapat membentuk anak lebih bersikap empati dan memiliki penguasa diri yang baik sehingga mudah di bentuk dan diberi nilai-nilai yang baik. Lingkungan stres dan penuh dengan tekanan akan mempengaruhi kepribadian anak. Umumnya anak akan berkembang menjadi pribadi yang skeptis (Rohani dkk,2011). Menurut Rohani, dkk (2011) manfaat bounding attachment bagi psikologis ibu antara lain sebagai berikut: a. Ibu menjadi lebih percaya diri. b. Ibu menjadi lebih sensitif/peka terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. c. Ibu dapat membaca isyarat-isyarat dari bayi.

10 10 d. Ibu dapat merespon bayi sesuai dengan institusinya. e. Ibu dapat mengendalikan temperamen bayi. f. Ibu dapat membentuk anak yang disiplin. Menurut Rohani, dkk (2011) manfaat bagi bayi antara lain sebagai berikut: a. Bayi akan lebih merasa percaya diri. b. Bayi merasa lebih kompeten. c. Pertumbuhan lebih baik. d. Bayi lebih mudah mempelajari bahasa. e. Bayi akan belajar memberi dan menerima cinta. 2. Elemen-Elemen Bounding Attachment Menurut Ramadhan (2011), menyatakan bahwa elemen-elemen bounding attachment, antara lain: a. Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. b. Kontak mata, ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.

11 11 c. Suara, saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tenang. d. Aroma, ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya. e. Entrainment, bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif. f. Bioritme, anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya.untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar. g. Kontak dini saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubunggan orang tua dan anak. h. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Yang Baru Lahir

12 12 Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua. Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibudan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dan masa tenang setelah melahirkan disaat ini ibu merasa rileks, memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan ikatan batin. Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium, Merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadapt suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah melahirkan mereka sangat wasapada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka. 3. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment Menurut Utami (2008), menyatakan bahwa adapun prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment yaitu: a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

13 13 b. Sentuhan orang tua pertama kali. c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak. d. Kesehatan emosional orang tua. e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan. f. Persiapan PNC sebelumnya. g. Adaptasi. h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. j. Fasilitas untuk kontak lebih lama. k. Penekanan pada hal-hal positif. l. Perawat maternitas khusus (bidan). m. Libatkan anggota keluarga lainya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan. n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment. 4. Manfaat Bounding Bagi Perkembangan Bayi. a. Rasa percaya diri Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.

14 14 b. Kemampuan membina hubungan yang hangat Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupan setelah dewasa. Kelekatan yang hangat akan menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun, hubungan yang buruk menjadi pengalaman traumatis baginya sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain. c. Pertumbuhan intelektual dan psikologi. Bentuk kelekatan yang terjalin kelak akan mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan kongnitif, serta perkembangan psikologis anak. 5. Hambatan Bounding Attachment. Namun, adapun hambatan bounding attachment menurut fauzi (2010), yaitu: a. Kurangnya support sistem. b. Ibu dengan resiko (ibu sakit). c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. e. Cara melakukan bounding attachment. 6. Cara Melakukan Bounding Attachment Cara melakukan bounding attachment menurut Simanjuntak (2007) ada bermacam-macam antara lain : a. Pemberian ASI Eklusif

15 15 Dengan dilakukanya pemberian ASI secara eklusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. b. Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat(early infant motherbounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan, oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI eklusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis, Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga. c. Kontak mata Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.

16 16 d. Inisiasi dini Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera. e. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud. f. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya. g. Kedekatan orang tua ke anak Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin trwujud diantara keduanya.kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin).anak akan lebih mudah diterima oleh anggota kelurga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah

17 17 melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik h. Kesesueain antara orang tua dan anak ( keadaan anak, jenis kelamin). Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang kain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekatdibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik. 7. Faktor yang mempengaruhi Bounding attachment yang terkait dengan ibu a. Usia atau tingkat paritas ibu. Usia ibu dihubungkan dengan peningkatan sisiko kondisi fisik yang mungkin berpengaruh pada kemampuan ibu membangun suatu hubungan dengan bayi yang baru dilahirkanya. Sementara itu, paritas ibu dihubungkan dengan pengalaman ibu memiliki anak. b. Kesehatan ibu Kesehatan fisik dan pisikologis ibu akan berpengaruh pada prilaku kelekatan. Ibu yang memiliki masalah pada kesehatan fisiknya tidak akan memiliki kekuatan untuk membangun hubungan atau ikatan dengan bayi yang baru dilahirkanya. Begitu pula pada ibu yang memiliki masalah pada psikologisnya, ia tidak akan merespon isyarat yang dilontarkan bayi dengan baik.

18 18 c. Konsep diri Konsep diri ibu atau bagaimana perasaan ibu tentang dirinya dapat mempengaruhi adaptasi dengan peran barunya dan evaluasi diri dalam prilaku menjadi orang tua. d. Budaya Latar belakang budaya dapat mempengaruhi bagaimana perilaku dan interaksi ibu dengan bayi baru lahirnya pada periode postpartum. e. Dukungan sosial Dukungan dari ayah terhadap bayi dan dari keluarga berhubungan dengan rendahnya tingkat stres ibu dan besarnya perasaan bahwa ibu mampu menjadi orang tua (priedman, 1998). Hubungan sosial dengan keluarga dan teman merupakan aspek yang penting dalam periode postpartum. f. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi sering dihubungkan dengan tingkat pendidikian ibu, materi dan sumber emosional ibu yang dapat menjadi stressor saat menjadi orang tua. Pengalaman hidup dan pendidikan mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai bagaimana perawatan bayi dan kesehatanya (Friedman, 1998). g. Pengalaman persalinan Pengalaman persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Kontak dini dengan bayinya.

19 19 2. Pengalaman yang positif pada saat perslinan. 3. Besarnya dukungan fisik dan emosi selama persalinan. 4. Besarnya konsep diri yang positif. 5. Kesehatan bayi pada waktu lahir. 6. Sedikitnya komplikasi selama persalinan. 7. Hasrat untuk melahirkan anak. 8. Cara membangun Bounding Attsachment Pakar perkembangan Dr. Ratna Megawangi mengatakan bahwa ikatan ibu dan anak haruslah di bentuk sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, selama kehamilan berlangsung, sebaiknya ibu melakukan interaksi tersebut selama masa kehamilan sembilan bulan terjadi proses penyatuan sempurna antara ibu dan janin (uroboric state). Kehadiran ibu dapat mengisi kekurangan saat proses pembentukan kepribadian anak. Jadi, fase ini menjadi masa penting dalam membentuk kelekatan antara ibu dan anak. Oleh karena itu. Dibutuhkan kelekatan ikatan ibu dan anak saat mengandung sebagai pembentuk kebiasaan sosial anak, misalnya dengan halhal tersebut. a. Memberikan perhatian pada janin misalnya dengan mengelus perut. b. Menjaga kondisi psikologis agar selalu dalam keadaan tenang,selalu berpikir positif. c. Mendengarkan syair, lagu-lagu lembut, atau membaca ayat-ayat suci. Menurut Varney (2004), kontak dini sesaat setelah melahirkan dapat dilakukan dengan cara meletakan bayi di atas perut ibu sehingga ibu dapat

20 20 langsung menyentuh bayinya.tanda kelekatan yang positif antara orang tua dan bayinya antara lain sebagai berikut : 1. Memegang bayi ketika memberi makan. 2. Menjalin kontak mata dengan bayi. 3. Berbicara dan bersenandung dengan bayi. 4. Mengenali karakteristik fisik untuk mengagumi bayinya. 5. Mengartikan tingkah laku bayi, diantaranya refleks grasp (memegang ke jari). 6. Memperkenalkan bayi dengan namanya. 7. Tidak bingung dengan kotoranya. 8. Membelai dan memijat bayi agar bayi diam dan tenang. B. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa dan raba. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan,

21 21 pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia melalui telinga dan mata (Notoatmodjo, 2005). Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang di pelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dengan demikian pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan dominat yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan dalam dominat mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu (know)

22 22 Tahu diartikan sebagai mengigatsuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembalii suatu yang spesifik seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. a. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterprestasikan materi tersebut secara benar. b. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). c. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. d. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi-formulasi yang ada. e. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

23 23 tersebut berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut (Notoadmodjo, 2005) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut, seperti orang yang pengetahuannya tinggi lebih sering memanfaatkan tenaga kesehatan sedangkan orang pengetahuannya rendah lebih sedikit yang memanfaatkan tenaga kesehatan. Dengan katagori : Pengetahuan baik Pengetahuancukup Pengetahuan kurang : Bila> 75% jika jawaban benar : Bila 60-75% jika jawaban benar : Bila<60% jika jawaban benar

24 24 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka konsep Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, yakni sesuai dengan apa yang telah di tulis dalam rumusan masalah. Kerangka konsep dalam penelitian ini menurut Notoatmodjo (2007) dapat digambarkan sebagai beriku : Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bounding Attachmant - Pengertian Bounding Attachmant - Element-element Bounding Attachmant - Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment - Hambatan Bounding Attachment - Cara melakukan Bounding Attachmant

25 25 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional 1 Pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment 1 Pengertian bounding attachment Semua hal yang diketahui atau dimengerti oleh ibu hamil tentang, Pengetian elemenelemen,prinsip-prinsip dan upaya peningkatan,hambatan,dan cara melakukan bounding attachment Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang makna dari kontak dini Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Menyebarkan kuesioner berisi 20 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Menyebarkan kuesioner berisi 4 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Kuesioner Kuesioner Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Skala Ukur Ordinall Ordinal 2 Elemenelemen bounding attachment Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang bagianbagian dari kontak dini Menyebarkan kuesioner berisi 4 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Kuesioner Baik Cukup Kurang Ordinal

26 26 3 Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang langkah-langkah ataupun usaha yang dilakukan untuk melakukan kontak dini Menyebarkan kuesioner berisi 4 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Kuesioner Baik Cukup Kurang Ordinal 4 Hambatan bounding attachmnet Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil trimester III tentang segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang kendala dalam melakukan kontak dini Menyebarkan kuesioner berisi 4 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Kuesioner Baik Cukup Kurang Ordinal 5 Cara melakukan bounding attachment Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang cara melakukan kontak dini Menyebarkan kuesioner berisi 4 pertanyaan : -Baik bila 75% -Cukup bila 60-75% -Kurang bila 60% Kuesioner Baik Cukup Kurang Ordinal

27 27 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan pendekatan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengambarkan tentang keadaan tertentu secara objektif (Notoatmodjo, 2007). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang datang memeriksa kehamilanya di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar. 2. Sampel Sampel diambil dengan tehnik accidental sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebutulan yang berkunjung di BPS Yuniar berjumlah 30 orang. C. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2013.

28 28 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Juli s/d 06 Agustus 2013 D. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah berbentuk data primer dengan cara penyebaran kuesioner pada responden untuk mendapatkan informasi yang ingin diketahui tentang pengetahuan ibu hamil tentang Bounding Attachment. Jika benar skor nya : 1 dan jika salah skor nya : 0 Sedangkan data sekunder adalaah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti. Biasanya data tersebut dari tangan kedua seperti instansi-instansi penelitian-penelitian jurnal dan lain-lain. E. Instrumen Penelitian Sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan, terdiri dari 4 pertanyaan tentang bounding attachment, 4 pertanyaan tentang elemen-elemen bounding attachment,4 pertanyaan tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment, 4 pertanyaan tentang hambatan bounding attachment, dan 4 pertanyaan tentang cara melakukan bounding attachment. F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan data Menurut Budiarto (2003) data yang telah terkumpul di olah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

29 29 a. Editing Dilakukan pengecekan terhadap data-data yang telah ada, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang. b. Coding Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberikan kode untuk mempermudah pengolah data. c. Tabulating Memasukkan data yang diperoleh kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi. d. Transferring Yaitu memindahkan data coding ke dalam tabel yang di susun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden terakhir. G. Analisa Data Penelitian bersifat deskriptif yaitu tidak menggunakan uji statistik tetapi hanya berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. Menurut Budiarto (2003), Rumus persentase yang digunakan adalah : P = x 100% Keterangan : P = Presentase f = Frekuensi n = Jumlah Responden

30 30 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian BPS. Yuniar, SST Berada di jalan Krueng Lingka Desa Cot Nambak Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar dengan luas wilayah 150 M 2 dan luas tanah 1,325 Ha, : Jenis Pelayanan yang diberikan di BPS Yuniar Meliputi pemeriksaan kehamilan, persalinan KB, Imunisi dan berobat umum, adapun rincian jumlah ruang yang ada di BPS Yuniar Meliputi 1 ruang kartu, 1 ruang pemeriksaan, 2 kamar bersalin,1 kamar bidan jaga, 1 ruang pencegahan infeksi dan 1 kamar kecil. Jumlah responden yang berkunjung di BPS Yuniar sebanyak 5 orang. Ditinjau daris segi geografisya Tempat BPS Yuniar di Blang Bintang dibatasi dengan : 1. Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Cot Hoho 2. Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Cot Mancang 3. Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Cot Jambo 4. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Cot Seunong B. Hasil Penelitian Berdasarkan pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada tanggal 31 Juli sampai 06 Agustus tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang didapat hasil sebagai berikut :

31 31 1. Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Bounding Attachment Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%), dan yang berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (20%). b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Bounding Attachment Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No Pengertian Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang ,3 63,3 13,3 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013)

32 32 Berdasarkan tabel 5.2 dari 30, responden dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,3%), dan berpengertian baik sebanyak 4 responden (13,3%). c. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Elemen-Elemen Bounding Attachment Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Elemen- Elemen Bounding Attachment di BPS Yuniar Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No Elemen-Elemen Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang ,3 56,7 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 respoden dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang elemen-elemen bounding attachment di BPS Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). dan yang berelemen-elemen baik sebanyak 6 responden (20%)

33 33 d. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Prinsip- Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun No Upaya Meningkatkan Frekuensi Persentase (%) Baik 3 10 Cukup 10 33,3 Kurang 17 56,7 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.4 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).dan yang berupa meningkat baik sebanyak 3 responden (10%) e. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hambatan Bounding Attachment Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hambatan Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar No Hambatan Frekuensi Persentase(%) Baik Cukup Kurang , ,7 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013)

34 34 Berdasarkan tabel 55 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50,7%), dan yang berhambatan baik sebanyak 7 responden (23,3). f. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Tentang Cara Melakukan Bounding Attachment Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Tentang Cara Melakukan Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No Cara Melakukan Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang ,7 43,3 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.6 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (46,7%), dan yang cara melakukan baik sebanyak 3 responden (10%).

35 35 C. Pembahasan 1. Pengetahuan Bounding Attachment Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (20%). Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih. Parmi (2000), suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan, attachment, suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi. Subroto (cit Lestari, 2002), sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan. Peneliti berasumsi pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment tinggi, hal ini terlihat dari tingginya pengetahuan ibu nifas tentang, elemenelemen bounding attachment, upaya meningkatkan bouding attatcment, hambatan bouding attatcment dan cara yang melakukan, attachment.

36 36 2. Pengertian Bounding Attachment Berdasarkan tabel 5.2 dari 30, responden dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,3%), dan berpengertian baik sebanyak 4 responden (13,3%). Menurut Siregar (2010). Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Konntak dini antara ibu, ayah dan bayinya disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan aroma. Bounding yaitu dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisiik yang akrab. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden tentang pengertian bounding attachment rendah mungkin karena disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh responden, sehingga pengetahuan responden tentang pengertian bounding attachment. 3. Elemen-Elemen Bounding Attachment Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 respoden dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang elemen-elemen bounding attachment di BPS Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

37 37 mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). dan yang berelemen-elemen baik sebanyak 6 responden (20%) Menurut Ramadhan,(2011) yang menjadi elemen-elemen bounding attachment adalah Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya, Kontak mata, ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya, Suara, saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tenang, Aroma, ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu nifas tentang elemen bounding attachment tinggi karena dipengaruhi oleh adanya informasi yang diperoleh ibu, selain itu pengetahuan danpendidikan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu. 4. Prinsip-Prinsip Upaya Meningkatkan Bounding Attachment Berdasarkan tabel 5.4 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwafrekuensi pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang

38 38 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).dan yang berupaya meningkat baik sebanyak 3 responden (10%) Menurut utami (2010) menyatakan bahwa adapun prinsi-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment : Dilakukan segera (menit pertama jam pertama), Sentuhan orang tua pertama kali, Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak, Kesehatan emosional orang tu, Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan, Persiapan PNC sebelumnyaz, Adaptasi, Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak, Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman, Fasilitas untuk kontak lebih lama, Penekanan pada hal-hal positif. 5. Hambatan Bounding Attachment Berdasarkan tabel 55 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50,7%), dan yang berhambatan baik sebanyak 7 responden (23,3). Menurut Fauzi (2010) faktor-faktor yang hambatan bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut : 1)Kurang support system, 2) Ibu resiko (ibu sakit), 3. Bayi dengan resiko (bayi premature, bayi sakit dengan cacat fisik), 4). Kehadiran bayi yang

39 39 tidak di inginkan. Dan Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan, oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Menurut asumsi hambatan-hambatan yang tesebut di atas harus dapat diatasi oleh ibu hamil agar tidak menghambat jalannya proses bounding attacmant dengan meminimliskan hambatan yang tersebut diatas, maka ibu hamil dapat menerapkan bounding atachmant sedini mungkin dengan bayinya. 6. Cara Melakukan Bounding Attacment Berdasarkan tabel 5.6 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (46,7%), dan yang cara melakukan baik sebanyak 3 responden (10%). Menurut simanjuntak (2007) cara melakukan bounding attachment deengan adanya Dengan dilakukanya pemberian ASI secara eklusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya.

40 40 Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera. Dukungan dari keluarga. Peneliti berasumsi faktor pendukung bounding attachment pada ibu hamil mendukung karena selain ada nya informasi yang diterima responden, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan juga adanya dukungan dari keluarga.

41 41 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BPS YUNIAR Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013, dengan jumlah 30 responden dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu hamil tentang Bounding Attachment berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%) ). dan yang berpengertian kurang sebanyak 9 responden (30), dan yang berpengetian baik sebanyak 6 responden (20%). 2. Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Bounding Attachment berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) ). dan yang berpengertian baik sebanyak 4 responden (13,3%), 3. Pengetahuan ibu hamil tentang elemen- elemen Bounding Attachment berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 (56,7%), dan yang berlemen-elemen baik sebanyak 6 responden (20%). 4. Pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment berada pada kategori kurang sebanyak 17 responden (56,7%), dan yang berupa meningkatkan baik sebanyak 3 responden (10%). 5. Pengetahuan ibu hamil tentang hambatan Bounding Attachment berada pada kategori cukup sebanyak 15 responden (50%), dan yang berhambatan baik sebanyak 7 responden (23,3%).

42 42 6. Pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan Bounding Attachment berada pada kategori cukup sebanyak 14 responden (54,7%), dan yang cara melakukan baik sebanyak 3 responden (10%). B. Saran Adapun saran dalam penelitian ini adalah : 5. Untuk masyarakat Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil sehingga memotivasi para ibu hamil untuk segera melakukan bounding attachment saat kelahiran bayinya. 6. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat tentang pentingnya bounding attachment dan bagaimana cara melakukan bounding attachment yang tepat. 7. Bagi Institusi Pendidikan (Kebidanan U Budiyah Banda Aceh) Diharapkan KTI ini dapat menjadi informasi tambahan bagi pembaca, dan instansi sebaiknya dapat menyediakan buku bacaan yang berhubungan dengan bounding attachment yang lebih komplit lagi. 8. Bagi Peneliti Lain Diharapkan kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian yang lebih luas lagi mengenai bouding attachment dengan variabel yang berbeda.

43 43

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

BOUNDING ATTACHMENT. SITI NUR UMARIYAH F., S.Si.T

BOUNDING ATTACHMENT. SITI NUR UMARIYAH F., S.Si.T BOUNDING ATTACHMENT SITI NUR UMARIYAH F., S.Si.T Pendahuluan Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus dapat memfasilitasi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi

Lebih terperinci

Kurnia Mutiara. Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah ABSTRAK

Kurnia Mutiara. Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah ABSTRAK ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN PARITAS, PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN BOUNDING ATTACHEMENT PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BEREUNEUN KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 Kurnia Mutiara Prodi

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS ISTRI SELAMA HAMIL DITINJAU DARI DARI PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN SUAMI TENTANG KEHAMILAN DI POLINDES SAKURA DESA LAM GEU EU KECAMATAN PEUKAN BADA ACEH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang dan salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Desi Liana Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN Hesteria Friska Armynia Subratha 1, Ni Wayan Manik Kartiningsih 1 1 Prodi D III Kebidanan, Stikes Advaita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI),

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN Ika Mardiatul Ulfa 1, Hariadi Widodo 2, Siti Zulaiha 2 1 AKBID Sari

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Tika Febriyani*, Ahmad Syahlani 1, Agus Muliyawan 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seseorang wanita dikatakan hamil secara normal apabila di dalam rahimnya bertumbuh kembang manusia baru. Kehamilan dapat pula terjadi di luar rahim (dinamakan

Lebih terperinci

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUMON KECAMATAN TRUMON KABUPATEN ACEH SELATAN Cut Septiana Elvandari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan produk yang istimewa dan sangat spesifik, tak satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI mengandung cairan nutrisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada

BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada kenyataannya masih jauh dari target Millennium Development Goals (MDGs) yaitu 102 per 100.000 kelahiran

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI PENELITIAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI Soraya Rika Sari*, Anita Puri**, El Rahmayati** Manajemen laktasi diperlukan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan menyusui. Kegagalan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang...

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang... GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI KLINIK FIRDAUS BANJARMASIN Nurul Hidayah 1, Bagus Rahmat Santoso 2, Siti Ambar Rukayani 2 1 AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN 2 STIKES SARI

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN Wahyu Setya Ningsih 1), Ari Andayani 2) 1 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo email: wahyusetya14@yahoo.co.id 2 Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : , HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN Endang Rusdjianti, Iga Puput Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: ASI merupakan makanan terbaik

Lebih terperinci

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUNJUNGAN MASA NIFAS DI PUSKESMAS PEKAUMANBANJARMASIN Kiki Yennita Uthami *, Fitri Yuliana 1, Istiqomah 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU HAMIL MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR Rini Nari Pasandang 1, Ernawati 2, Sri Wahyuni

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita dapat dengan mudah mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari menegenai peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama yang menggambarkan kesejahteraan suatu negara. AKI dipengaruhi faktor-faktor seperti terbatasnya pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal menurut WHO (World Health Organization) seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan masa yang sangat sensitif dalam kehidupan wanita, yaitu rentan terhadap timbulnya gangguan secara fisik dan mental. Perawatan kesehatan ibu selama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi.. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PUS DI DESA BLANG LANCANG KECAMATAN JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016 Dewi Lisnianti 1*) dan Desi Safriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami 1. Pengertian Dukungan Suami Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan Survey Kesehatan Daerah tahun 2006, AKI di provinsi Jawa Tengah sebesar 101/100000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Negara-negara di dunia memberi perhatian yang cukup besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), sehingga menempatkannya di antara delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun 2007, angka kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ PENELITIAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ Idawati *, Helmi Yenie* Mudah atau sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI ABSTRAK Aninggar Citra Sari, Ana Wigunantiningsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam organisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam organisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Ibu Hamil 1. Motivasi Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam organisme (hal

Lebih terperinci

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------- Volume VIII Nomor 3, Juli 207 EFEKTIFITAS PARENT EDUCATION DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN PRIMIGRAVIDA TENTANG ASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan

Lebih terperinci

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode

BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran

Lebih terperinci

, 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI KAMPUNG KERAJAN DESA SUKAHAJI KECAMATAN CIASEM KABUPATEN SUBANG

, 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI KAMPUNG KERAJAN DESA SUKAHAJI KECAMATAN CIASEM KABUPATEN SUBANG A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya angka kelahiran bayi. Menurut (BKKBN, 2013), Angka Kelahiran Kasar

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012 Tingkat Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012 NURHASMAWATI Mahasiswa Kebidanan STIKes U Budiyah Intisari Ketuban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015 Yusnidar 1*) 1 Dosen Politeknik

Lebih terperinci

NURJANNAH NIM

NURJANNAH NIM FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya dwwulan1@gmail.com ABSTRAK Setiap jam terdapat

Lebih terperinci

JUNAINA Karya Tulis Ilmiah STIKes U BUDIYAH Banda Aceh. Abtract

JUNAINA Karya Tulis Ilmiah STIKes U BUDIYAH Banda Aceh. Abtract GAMBARAN PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) OLEH IBU BERSALIN DI BPS ROSMAWARNI MESJID GUMPUENG KECAMATAN MUTIARA TIMURKABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 JUNAINA Karya Tulis Ilmiah STIKes U BUDIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millennium Develoment Goals (MDGs) dengan target menurunkan angka kematian ibu hingga ¾ dalam kurun waktu 1995

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan salah satu masa penting dalam kehidupannya dan sampai pada kelahiran bayi dalam kandungnya. Pada proses kehamilan terjadi perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Marniati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh E-mail: marniati_skm@yahoo.co.id Abstrak Kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ENNY ANGGRAENY 201210201017

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium Development Goal s (MDGs) 2015 yang terdiri

Lebih terperinci

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN POST SECTIO CAESARIA PADA BIDAN YANG BERTUGAS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DATU BERU TAKENGON RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang perempuan yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum perempuan menganggap kehamilan adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 16 Artika Dewie Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur (Alamat korespondensi dewieartika@gmail.com/82446545) ABSTRAK Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan hadiah pertama untuk bayi baru lahir dikehidupannya. Untuk bayi baru lahir, ASI adalah makanan utama dan terbaik yang bersifat alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan. berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan. berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Asuhan Kebidanan Komprehensif suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua persoalan yang amat sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado Kontu Lusje 1, Jenny Mandan 2, Kusmiyati 3 1,2,3. Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan kebidanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG Riska Marlin Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Palembang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Mufdlilah, 2009, p.41). Masa kehamilan

Lebih terperinci