KESANTUNAN DENGAN DAYA SEMIOTIKA BAHASA BERKAMPANYE CALON LEGISLATIF PARTAI GOLONGAN KARYA DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESANTUNAN DENGAN DAYA SEMIOTIKA BAHASA BERKAMPANYE CALON LEGISLATIF PARTAI GOLONGAN KARYA DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA"

Transkripsi

1 Kajian Linguistik, Februari 2015, Copyright 2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN Tahun ke-12, No 1 KESANTUNAN DENGAN DAYA SEMIOTIKA BAHASA BERKAMPANYE CALON LEGISLATIF PARTAI GOLONGAN KARYA DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Awaluddin Sitorus awaluddinsitorus@yahoo.com Nurlela, Masdiana Lubis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini berjudul Kesantunan dengan Daya Semiotika Bahasa Caleg Partai Golongan Karya di Labuhanbatu Utara. Penelitian ini berupa kajian sebagai bentuk interdisipliner yang mempalajari kesantunan bahasa dan daya semiotika bahasa dalam fungsi ujar dengan menggunakan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisa kesantunan bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Labuhanbatu Utara dan 2) menganalisa realisasi daya semiotika bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Labuhanbatu Utara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) teori kesantunan bahasa yang dikemukakan Leech (1983) didasarkan pada maksim yaitu kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, kerendahan hati, kesetujuan, dan kesimpatian dan 2) teori semiotika bahasa dalam fungsi ujar yang dikemukakan Halliday (2004) yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, dokumentasi, dan trianggulasi. Hasil analisis temuan data penelitian yang direalisasikan ke dalam maksim 62 klausa yaitu maksim kebijaksanaan 40.32%, maksim penerimaan 14.51%, maksim kemurahan 8.06%, maksim kerendahan hati 12.90%, maksim kesetujuan 16.12%, dan maksim kesimpatian 8.06% dan semiotika bahasa yang direalisasikan fungsi ujar sebanyak 103 klausa yaitu pernyataan 37.87%, pertanyaan 19.41%, perintah 28.15%, dan tawaran 14.57%. Hubungan kesantunan bahasa dengan semitotika bahasa terlihat bahwa semua maksim dominan direalisasikan dalam modus deklaratif dan imperatif. Kemudian modus interogatif hanya sebagaian kecil yang dapat merealisasikan maksim. Realisasi daya semiotika bahasa dalam bahwa informasi tidak langsung lebih santun daripada informasi langsung yang dilakukan caleg Partai Golkar kepada masyarakat Labura baik itu bentuk ujaran maupun dalam bentuk semiotika bahasa jargon. Kata kunci: kesantunan bahasa dan fungsi ujar PENDAHULUAN Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai bidang kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, teknologi, olahraga, sosial budaya, maritime, dan kesehatan. Hal ini menjadi sorotan dan menarik pada bidang politik khususnya terkait dengan kampanye yang dilakukan partai politik. 15

2 Awaluddin Sitorus Kampanye pemilihan umum (pemilu) bagian dari pendidikan politik bagi masyarakat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab. Kampanye politik dalam pemilu dilaksanakan di Indonesia sekali lima tahun yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Pemilu merupakan pesta demokrasi untuk menyuarakan isi hati nurani secara langsung, bebas, dan rahasia. Kampanye berdasarkan definisinya merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 498). Partai politik sebagai peserta pemilu tahun 2014 sebanyak duabelas partai secara nasional yaitu (1) Partai Nasdem, (2) Parti Kebangkitan Bangsa, (3) Partai Keadilan Sejahtera, (4) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (5) Partai Golongan Karya, (6) Partai Gerakan Indonesia Raya, (7) Partai Demokrat, (8) Partai Amanat Nasional, (9) Partai Persatuan Pembangunan, (10) Partai Hati Nurani Rakyat, (11) Partai Bulan Bintang, dan (12) Partai Keadilan Persatuan Indonesia. Dari keduabelas partai di atas, maka Partai Golkar sebagai fokus dalam penelitian. Partai Golkar berdasarkan sejarahnya bernama Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar dengan berlambangkan pohon beringin didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 oleh golongan militer perwira Angkatan Darat dengan menghimpun organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan. Kemudian Sekber Golkar berubah menjadi partai politik Golkar di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Caleg Partai Golkar dalam berkampanye kepada masyarakat menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional bangsa Indonesia. Para caleg Partai Golkar dalam berkampanye dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemilu yang lain yang ditetapkan dalam UU Pemilu No.8 Tahun Materi kampanye dapat disampaikan melalui tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, atau suara dan gambar, yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak interaktif, serta dapat diterima melalui perangkat penerima pesan. Para caleg Partai Golkar berkampanye dalam pemasangan alat peraga kampanye dilaksanakan dengan pertimbangan etika, estetika, kebersihan, dan keindahan kota atau kawasan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Lihat Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang pemilu dan Paraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 15 Tahun 2013 tentang Kampanye Partai Politik). Para caleg Partai Golkar dalam berkampanye harus mematuhi Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No.15 Tahun 2013 dan UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 karena ada sebagian caleg Partai Golkar dalam berkampanye kurang menonjolkan visi dan misi Partai Golkar kepada masyarakat, baik itu kampanye ujuran juru kampanye (jurkam) maupun berkampanye secara tulis (semiotika bahasa jargon). Penelitian ini dilakukan dengan alasan yaitu (a) pemilu dilaksanakan di Indonesia sekali lima tahun untuk memilih wakil-wakil rakyat, (b) pesta demokrasi yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak memilih dan hak dipilih, (c) semua jurkam dan caleg Partai Golkar memainkan peranan fungsi bahasa dalam berkampanye baik bentuk lisan maupun tulisan, (d) para caleg saat pemilu perang bahasa dan perang semiotika untuk menjadi anggota legislatif masa bakti tahun , dan (e) sejauh pengetahuan peneliti bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Labura. 16

3 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Penelitian ini membahas kesantunan dengan daya semiotika bahasa berkampanye caleg Partai Golkar dalam bentuk maksim yang dikemukakan leech (1983) yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut berkaitan dengan norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Keterkaitan maksim dengan norma sosial dan budaya direalisasikan caleg Partai Golkar dalam berkampanye bagi masyarakat Labura. Selanjutnya semiotika bahasa dalam fungsi ujar dikemukakan Halliday (2004) yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran yang direalisasikan pada modus deklaratif, modus imperatif, dan modus interogatif. Realisasi itu bahwa konteks situasi merupakan hubungan antara orang yang berinteraksi disebut pelibat (tenor) berkaitan dengan aktifitas sosial disebut dengan medan (field) berkaitan dengan peran dan fungsi bahasa disebut sarana (mode). Dalam konteks situasi bahwa bahasa merupakan bagian dari sistem semiotika sosial dan hidup dalam konteks sehingga sistem semiotika bahasa bersosialisasi dengan sistem-sistem semiotika lain dan sekaligus juga meminjamkan sistem-sistem antara lain sistem semiotika konteks. Hubungan bahasa dengan konteks situasi merupakan hubungan realisasi bahasa sebagai sebuah sistem semiotika sosial. Dengan kata lain, bahasa wujud dalam konteks dan tiada bahasa tanpa sistem konteks sosial. Sistem konteks sosial berada pada tingkat unsur atau strata yaitu petanda dan penanda atau signified dan signifier secara umum. Dalam penelitian ini, istilah semiotika bahasa yaitu, arti yang setara dengan petanda berhubungan dengan makna teks pemaknaan semantics, bentuk berhubungan dengan tatabahasa pengataan lexicogrammar, dan ekspresi yang setara dengan penanda berhubungan dengan bunyi, tulisan, dan isyarat. Konteks-konteks tersebut dihubungkan pada kesantunan dengan daya semiotika bahasa berkampanye caleg Partai Golkar karena daya semiotika bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam budaya berkampanye sehingga konteks situasi, budaya, dan ideologi difungsikan oleh caleg Partai Golkar berkampanye kepada masyarakat Labura. Penelitian ini dilakukan dengan alasan yaitu (a) pemilu dilaksanakan di Indonesia sekali lima tahun untuk memilih wakil-wakil rakyat, (b) pesta demokrasi yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak memilih dan hak dipilih, (c) semua jurkam dan caleg Partai Golkar memainkan peranan fungsi bahasa dalam berkampanye baik bentuk lisan maupun tulisan, (d) para caleg saat pemilu perang bahasa dan perang semiotika untuk menjadi anggota legislatif masa bakti tahun , dan (e) sejauh pengetahuan peneliti bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Labura. Rumusan penelitian ini yaitu 1) bagaimanakah kesantunan bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara? dan 2) bagaimanakah realisasi daya semiotika bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara? Selanjutnya penelitian ini bertujuan yaitu 1) menganalisa kesantunan bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara dan 2) menganalisa realisasi daya semiotika bahasa berkampanye calon legislatif Partai Golkar di Kabupaten Labuhanbatu Utara. 17

4 Awaluddin Sitorus KAJIAN PUSTAKA Teori Kesantunan Lakoff (1973: 64) mengatakan bahwa ada tiga ketentuan untuk dipenuhi dalam kesantunan bahasa bertutur. Ketiga ketentuan itu adalah (a) skala formalitas (formality scale) artinya jangan memaksa atau jangan angkuh (aloof), (b) skala ketidaktegasan (hesitency scale) artinya membuat lawan tutur atau lawan bicara kita dapat menentukan pilihan (option), dan (c) skala kesekawanan (equality scale) artinya melakukan tindakan yang seolah-olah lawan tutur menjadi sama dengan penutur atau dengan kata lain serta lawan tutur merasa senang. Ketiga bentuk kesantunan bahasa bertutur yang dikemukakan oleh Lakoff dapat disimpulkan sebagai berikut. (a) Tuturan terdengar tidak memaksa atau angkuh. (b) Tuturan memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur. (c) Lawan tutur itu menjadi senang. Hal ini dimanfaatkan oleh jurkam dan caleg Partai Golkar dalam berkampanye untuk menyapaikan visi dan misi. Fraser (1978: 137) mengatakan bahwa kesantunan bahasa merupakan kesantunan bukan atas dasar kaidah-kaidah, melainkan atas dasar strategi. Kesantunan bahasa berdasarkan strategi yang dikemukakan Fraser sebagai berikut. (a) Kesantunan tuturan merupakan pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu terdapat pada sebuah tuturan, mungkin saja sebuah tuturan dimaksudkan sebagai tuturan yang santun oleh si penutur, tetapi di telinga lawan tutur, tuturan itu ternyata tidak terdengar santun begitu pula sebaliknya. (b) Kesantunan itu dikaitkan dengan hak dan kewajiban peserta pertuturan artinya, apakah sebuah tuturan terdengar santun atau tidak diukur berdasarkan: si penutur tidak melampaui haknya terhadap lawan tuturnya dan si penutur memenuhi kewajibannya kepada lawan tutur. Artinya, jurkam caleg memainkan peranan dan fungsi bahasa santun dalam berkampanye berdasarkan kaidah-kaidah kesantunan berbahasa yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk bersedia memilih caleg-celeg Partai Golkar. Brown dan Levinson (1978: 60-63) mengatakan bahwa kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka atau wajah (face), yakni citra diri yang bersifat umum dan selalu ingin dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Nosi muka yang dimaksud merupakan muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu, sedangkan muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakini diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, dan patut dihargai. Kesantunan bahasa muka positif dan muka negatif dapat dilakukan penutur untuk menghindari ancaman nosi muka. Penutur harus memperhitungkan derajat keterancaman sebuah tindak tutur dengan mempertimbangkan di dalam situasi yang biasa sebagai berikut. (1) Faktor jarak sosial di antara penutur dan lawan tutur. (2) Faktor besarnya perbedaan kekuasaan atau dominasi di antara keduanya. (3) Faktor status relatif jenis tindak tutur di dalam kebudayaan yang bersangkutan. Artinya, kesantunan bahasa yang dikemukakan Brown dan Levinson dimanfaatkan oleh penutur dalam berinteraksi untuk menjaga jarak sosial berkomunikasi dengan masyarakat untuk menghindari ancaman nosi muka, sehingga tujuan penutur menyampaikan pesan atau informasi. 18

5 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Leech (1983: 161) dalam Chaer (2010: 56) mengatakan kesantunan berdasarkan prinsip (politeness principle) yang dijabarkan menjadi maksim (ketentuan, ajaran). Maksim dalam kesantunan bahasa terdiri atas enam jenis yaitu (1) kebijaksanaan (tact); (2) penerimaan (generocity); (3) kemurahan (approbation); (4) kerendahan hati (modesty); (5) kesetujuan (agreement); dan (6) kesimpatian (sympathy). Leech menjabarkan kesantunan berbahasa berdasarkan maksim kemudian Leech (1983: ) juga membagi lima skala pengukur kesantunan berbahasa yang didasarkan pada setiap maksim impersonalnya. Kelima skala itu, sebagai berikut: (a) Skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale) Skala kerugian dan keuntungan merujuk pada besar kecilnya biaya dan keuntungan yang disebabkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Kalau tuturan itu semakin merugikan penutur, maka dianggap semakin santunlah tuturan itu. Namun, kalau dilihat dari pihak lawan tutur, tuturan itu dianggap tidak santun. Sebaliknya, kalau tuturan itu semakin merugikan lawan tutur, maka tuturan itu dianggap santun. Skala ini digunakan untuk menghitung biaya dan keuntungan untuk melakukan tindakan (seperti yang ditunjukan oleh daya ilokusi tindak tutur) dalam kaitannya dengan penutur dan lawan tutur. Skala ini menjelaskan mengapa, walaupun sama-sama bermodus imperatif (intonasinya sama). Misalnya (1) bersihkan baleho saya! dan (2) mari kita dukung saudara kita! (b) Skala pilihan (optionality scale) Skala pilihan mengacu pada banyak atau sedikitnya pilihan (option) yang disampaikan penutur kepada lawan tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin banyak pilihan dan keleluasaan dalam petuturan itu, maka dianggap semakin santunlah penuturan itu. Sebaliknya kalau tuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan bagi si penutur dan lawan tutur, maka tuturan itu tidak santun. Misalnya (1) pindahkan kotak ini, (2) kalau tidak lelah pindahkan kotak ini, dan (3) kalau tidak lelah dan ada waktu, pindahkan kotak ini; itu kalau kamu mau dan tidak keberatan. (c) Skala ketidaklangsungan (indirectness scale) Skala ketidaklangsungan merujuk kepada peringkat langsung atau tidak langsugnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak langsung, maksud sebuah tuturan akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Misalnya (1) jelaskan persoalannya, (2) saya ingin Saudara menjelaskan persoalannya, dan (3) berkerberatankah Saudara lebih menjelaskan persoalannya. (d) Skala keotoritasan (anthority scale) Skala keotoritasan merujuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam suatu pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dan lawan tutur maka tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya, maka semakin berkurang peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam pertuturan itu. (e) Skala jarak sosial (social distance) Skala jarak sosial merujuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat hubungan sosial antara keduanya (penutur dan lawan tutur maka kurang santun), sebaliknya semakin jauh jarak peringkat sosial di antara penutur dengan lawan tutur, maka semakin santunlah tuturan yang digunakan dalam penutur itu. Dengan kata lain, 19

6 Awaluddin Sitorus tingkat keakraban hubungan antara penutur dan lawan tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan. a. Maksim kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan adalah meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Pengukuran kesantunan berbahasa pada maksim kebijaksanaan didasarkan pada penanda: (a) skala kerugian dan keuntungan diri sendiri yang sebabkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan, (b) dalam ilokusi komisif ditandai dengan verba berjanji, bersumpah, dan mengancam, (c) memakai modus imperatif, dan (d) ilokusi impositif ditandai dengan verba dapatkah. Misalnya: (1) Dapatkah Anda datang ke TPS tanggal 9 April 2014! Dan (2) Kalau tidak keberatan dapatkah datang ke TPS tanggal 9 April 2014! Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa kalimat kedua lebih santun daripada kalimat kesatu. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan: (a) semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang untuk bersikap santun kepada lawan tuturnya, (b) tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung, dan (c) memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingkan dengan kalimat perintah (imperatif). b. Maksim penerimaan Maksim penerimaan adalah menghendaki setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Pengukuran kesantunan berbahasa pada maksim penerimaan didasarkan pada penanda: (a) skala memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri, (b) memakai modus imperatif, dan (c) dalam ilokusi komisif ditandai dengan verba berjanji, bersumpah, dan mengancam. Misalnya: (1) Saya pinjami dana kampanye untuk Anda! dan (2) Saya bersedia akan meminjami Anda dana kampanye. Kalimat (1) dan (2) merupakan penutur berusaha memaksimalkan kerugian diri sendiri. c. Maksim kemurahan Maksim kemurahan adalah setiap peserta penutur untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Pengukuran kesantunan berbahasa pada maksim kemurahan didasarkan pada penanda: (a) bertutur selalu memberi penghargaan kepada orang lain, (b) dalam ilokusi asertif ditandai dengan verba mengatakan, melaporkan, menyebutkan dan, (c) dalam ilokusi ekspresif ditandai dengan verba memuji, mengucapkan terima kasih, mengritik, dan menyelak. Misalnya: Caleg A: Pak, aku tadi sudah memulai kampanye perdana untuk Kecamatan Kualuh Hulu. Caleg B: Oya, tadi aku mendengar materi kampanyemu menarik dan jelas sekali dari sini. Contoh kalimat di atas merupakan pemberitahuan yang disampaikan caleg A terhadap rekannya caleg B pada contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh caleg B. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu caleg B berperilaku santun terhadap caleg A. d. Maksim kerendahan hati Maksim kerendahan hati adalah setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Misalnya: A: Caleg itu sangat dermawan pada masyarakat. 20

7 B: Yah, memang sangat dermawan bukan? Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Contoh kalimat di atas merupakan kalimat mematuhi prinsip kesantunan karena penutur (A) memuji kebaikan pihak lain atau kalimat ilokusi ekspresif dan ilokusi asertif karena mengatakan respon kepada lawan tutur (B) juga memuji orang yang dibicarakan. e. Maksim kesetujuan (agreement maxim) Maksim kesetujuan adalah setiap penutur dan lawan tutur memaksimalkan kesetujuan di antara mereka dan meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka. Misalnya: A: Kericuhan dalam Sidang Umum DPR itu sangat memalukan. B: Ya, memang! Contoh kalimat di atas santun dengan memaksimalkan ketidaksetujuan dengan pernyataan A, namun, bukan berarti orang harus senantiasa setuju dengan pendapat atau pertanyaan lawan tuturnya. f. Maksim kesimpatian Maksim kesimpatian adalah semua peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur memperoleh keberuntungan atau kebahagian, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Misalnya: A: Anak guru berjuang untuk rakyat. B: Selamat ya, Anda memang orang hebat. Contoh kalimat di atas merupakan kalimat cukup santun karena si penutur mematuhi maksim kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati pada lawan tuturnya yang mendapat kebahagiaan. Sehubungan dengan kesantunan bahasa dalam berkampanye, penulis mengutip pengertian kesantunan bahasa yang dikemukakan oleh beberapa pakar linguistik seperti, Lakoff (1973), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), Pranowo (2009), Austin (1962), dan Gries (1975). Teori Semiotika Bahasa Halliday (2004: 230) mengatakan semiotika bahasa merupakan semiotika sosial. Semiotika bahasa terdiri atas tiga unsur, yakni (a) arti, setara dengan petanda (signified), (b) bentuk, dan (c) ekspresi, setara dengan penanda (signifier). (a) arti arti dalam semiotika merujuk pada teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) merupakan fungsi ujaran. Fungsi ujaran itu merupakan ujaran dasar (disebut juga protoaksi dalam saragih 2006). Fungsi ujaran itu merupakaan arti dalam sistem semiotika yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran yang direalisasikan oleh bentuk atau tatabahasa, yang seterusnya dieksperesikan oleh bunyi, tulisan, atau isyarat. (b) Bentuk Bentuk atau tatabahasa atau modus terjadi dari empat kelompok, yaitu modus deklaratif, interogatif, imperatif, dan tawaran. Secara rinci masing-masing fungsi ujaran direalisasikan oleh modus sebagai berikut: (1) fungsi ujaran pernyataan lazimnya direalisasikan oleh modus deklaratif, (2) fungsi ujaran pertanyaan lazimnya direalisaiskan oleh modus interogatif, (3) fungsi ujaran perintah lazimnya direalisaiskan oleh modus imperatif, dan (4) fungsi ujaran tawaran dapat direalisasikan oleh deklaratif, interogatif, 21

8 Awaluddin Sitorus dan imperatif. Dalam bahasa Indonesia modus ditandai secara prosodi dengan intonasi datar untuk modus deklaratif, naik untuk interogatif, dan turun untuk imperatif. Di samping itu dalam bahasa Indonesia tulisan, tanda titik (.) merupakan penanda pernyataan, tanda tanya (?) merupakan penanda pertanyaan, dan tanda seru (!) merupakan penanda perintah. Di samping penanda prosidi, modus secara structural ditandai dua unsur fungsi antarpesona, yaitu subject dan finite. Unsur tatabahasa yang digunakan untuk merealisasikan fungsi antarpesona adalah subject, finite, predicator, complement, dan andjuct. Subject dan finite membangun mood atau modus sedangkan predicator, complement, dan andjuct membentuk residue yang tidak berperan dalam pembentukan modus. (c) Klausa atau ekspresi Klausa atau ekspresi berada pada posisi bebas secara gramatikal; merupakan unit yang tertinggi; klausa secara langsung merealisasikan unit arti atau semantik. Satu unit pengalaman disebut klausa yang terdiri atas tiga unsur atau konfigurasi, yaitu (1) proses, yakni kegiatan, peristiwa, atau kejadian, (2) partisipan, yakni orang atau benda yang terlibat dalam proses, dan (3) sirkumstan, yakni lingkungan tempat terjadinya proses yang melibatkan pertisipan itu. Kesatuan ketiga unsur itu dalam satu unit pengalaman disebut klausa dan secara teknis realisasi penggambaran pengalaman itu dalam semiotika bahasa disebut transitif. Misalnya, pemburu itu mengejar harimau itu kemarin (pemburu itu adalah pertisipan, mengejar adalah proses, harimau itu adalah partisipan, dan kemarin adalah sirkumstan). Selanjutnya, selain semiotika bahasa yang dikemukan Halliday (2004), peneliti juga mengutik semiotika umum seperti yang dikemukakan Peirce ( ), de Saussure ( ), Sobur (2003: 15), Bertens (1993: 180), Eco (1979: 7) dan Chandler (2008: 1), Fawcett (1984:xiii), Lamb (1984: 87), van Leeuwen (2005: 285), dan Saragih ( 2012:23). Teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) LFS merupakan satu pradigma dalam kajian fungsional bahasa yang pendekatan, kajian, dan aplikasinya berdasarkan prinsip semiotika. Bahasa dikatakan sebagai semiotika sosial (Halliday, 2004: 214). Dengan kata lain, tatabahasa fungsional sistemik adalah tatabahasa yang teori atau prinsip semiotika menjadi dasar utama dalam pengkajian penelitian ini. Realisasi makna atau fungsi antarpersona terjadi pada tingkat, strata, atau level semantik. Sebagai realisasi aksi pada strata tatabahasa, modus terdiri atas modus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Aksi pernyataan, pertanyaan, dan perintah masing-masing direalisasikan oleh modus deklaratif, interogatif, dan imperatif, sedangkan tawaran tidak memiliki modus yang lazim (unmarked) sebagai realisasinya. Dengan demikian, tawaran dalam konteks sosial tentu dapat direalisasikan oleh satu dari ketiga modus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Realisasi aksi pada strata semantik dan tatabahasa bukanlah hubungan satu ke satu (biunique relation); artinya secara semantik pernyataan tidak selamanya direalisasikan oleh hanya modus deklaratif pernyataan oleh hanya interogatif, dan perintah oleh hanya imperatif. Hubungan aksi dalam kedua strata itu bersifat probabilitas yang memberikan dua pengertian, yaitu pertama, satu aksi ditingkat semantik dapat direalisasikan oleh dari satu modus dan kedua, satu modus dapat merupakan realisasi lebih dari satu aksi. Pengertian fungsional ketiga berkaitan dengan fungsi unit bahasa dalam unit yang lebih besar. Dalam LFS dikatakan bahwa setiap unit bahasa bersifat fungsional terhadap unit yang lebih besar, yang di dalam unit itu menjadi unsur. Ada empat unit bahasa dalam LFS, yakni klausa, grup atau frase, grup atau frase fungsional dalam klausa dan klausa menjadi unsur 22

9 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 fungsional dalam klausa kompleks. Hubungan antarperingkat tatabahasa ini adalah hubungan konstituen dengan pengertian bahwa unit tatabahasa yang lebih tinggi peringkatnya dibangun dari unit yang berada di bawahnya. LFS sebagai bagian dari pendekatan linguistik fungsional melihat bahasa sebagai fenomena sosial hanya dapat dipahami dalam konteks social. Dalam LFS, kajian difokuskan pada teks. Dengan kata lain, unit kajian tertumpu pada teks. Teks adalah unit arti atau wujud sebagai hasil intraksi dalam konteks sosial. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura). Kabupaten Labura dengan Ibukota Aek Kanopan terdiri dari 8 kecamatan, 8 kelurahan, dan 88 desa dengan waktu penelitian dilakukan peneliti sejak dimulai caleg Partai Golkar berkampanye bulan Januari tahun 2014 di Labura sampai dengan pemilu calon anggota legislatif tahun 2014 sampai dengan tahun Penelitian ini berdasarkan pendekatan metode deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, sadap, dan dokumentasi dengan menggunakan data berupa kata, kalimat, frasa, dan klausa baik data lisan maupun data tulisan. Data penelitian ini mengacu pada ekspresi kesantunan dengan daya semiotika bahasa caleg berkampanye. Semua data direkam, dicatat, dan dikumpulkan dengan baik dalam suatu korpus. Hal itu bertujuan untuk memudahkan peneliti untuk membahas data yang sudah dipersiapkan dalam korpus. Korpus penelitian itu berbentuk teks tulis dan transkripsi dari bahasa lisan yang mempunyai fungsi memberi informasi tentang ujaran-ujaran jurkam dan jargon politik caleg dalam berkampanye. Data penelitian ini terdiri dari data lisan dan tulis. Data lisan merupakan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang bersumber dari tuturan verbal jurkam caleg Partai Golkar dan data tulis berupa bahasa jargon yang terdapat pada baleho yang bersumber dari caleg Partai Golkar kemudian analisis data dalam penelitian ini, dilakukan peneliti yaitu reduksi data (data reduction), display data (data display), dan kesimpulan/verifikasi (conclusion/verification). Analisis data dilakukan untuk menemukan ciri-ciri realisasi kesantunan dengan daya semiotika bahasa berkampanye caleg yaitu, ujaran jurkam caleg dan jargon politik caleg. Mengikuti model analisis Miles dan Huberman untuk menganalisis data penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. (a) Masalah satu, data yang terkumpul baik lisan dan tulis direduksi dengan cara memilih data yang berkaitan dengan masalah ujaran yang menunjukkan kesantunan bahasa yang dipilah ke dalam maksimmaksim. Data ujaran yang berasal dari para jurkam Partai Golkar menggunakan teori kesantunan bahasa yang dikemukakan Lecch (1983). (b) Masalah dua, data yang terkumpul baik lisan dan tulis direduksi dengan cara memilih data yang berkaitan dengan fungsi ujar yakni pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran yang direalisasikan dalam modus deklaratif, interogatif, dan imperatif dalam daya semiotika bahasa caleg Partai Golkar dalam berkampanye. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Kesantunan Bahasa Berkampanye Caleg Partai Golkar di Labura Berdasarkan temuan dalam penelitian bahwa ada enam maksim yang mempengaruhi kesantunan bahasa dalam berkampanye, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, 23

10 Awaluddin Sitorus dan maksim kesimpatian. Data keenam maksim tersebut sebanyak 62 klausa bersumber dari data primer dan data sekunder direalisasikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel Persentase penggunaan Maksim dalam Berkampanye No. Maksim Jumlah Klausa (%) Kebijaksanaan Penerimaan Kemurahan Kerendahan hati Kesetujuan Kesimpatian Jumlah % Dari tabel di atas maksim kebijaksanaan lebih banyak digunakan para caleg dalam berkampaye sebanyak 25 klausa atau 40.32% dari 62 klausa, maksim penerimaan 9 klausa atau 14.51% dari 62 klausa, maksim kemurahan 5 klausa atau 8.06% dari 62 klausa, maksim kerendahan hati 8 klausa atau 12.90% dari 62 klausa, maksim kesetujuan 10 klausa atau 16.12% dari 62 klausa, dan maksim kesimpatian 5 klausa atau 8.06% dari 62 klausa. Selanjutnya penanda verba dalam penggunaan maksim kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, kerendahan hati, kesetujuan, dan kesimpatian dalam kesantunan bahasa berkampanye caleg Partai Golkar sebagai berikut. Tabel Verba Setiap Maksim Kesantunan Bahasa dalam Berkampanye No. Maksim Verba Kebijaksanaan Penerimaan Kemurahan Kerendahan hati Kesetujuan Kesimpatian persilakan, silakan, mari, berikan, panggilkan, ingat, jangan, melakukan, angkat, dan memilih menyampaikan, sampaikan, bekerja, berjanji, mencurahkan, dan mengabdi hormati, sayangi, dan banggakan memohon dan meminta berharap, mari, usahakan, dan berjuanglah meraih, rasakan, dibungkam, membela, dan bangkit Maksim Kebijaksanaan (tact maxim) Kesantunan bahasa berkampanye caleg Partai Golkar dalam maksim kebijaksanaan direalisasikan dengan meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain dan maksim ini juga menggunakan modus imperatif. Contoh: Mari kita berikan aplus kepada caleg kita yang kandidat Golkar dengan penuh keyakinan! Klausa ini dikodekan modus imperatif ajakan dengan verba mari dengan demikian Jurkam Partai Golkar memaksimalkan keuntungan bagi para caleg Partai Golkar karena mengajak para simpatisan Partai Golkar dan masyarakat Labura untuk bersama-sama memberikan penghargaan aplaus kepada mereka. Maksim Penerimaan (Generocity Maxim) Kesantunan bahasa berkampanye yang direalisasikan maksim penerimaan dengan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri atau meminimalkan keuntungan diri sendiri. Maksim penerimaan juga ditandai dalam ilokusi komisif dengan verba berjanji, bersumpah, dan mengancam. Contoh: Siap mengabdi bagi masyarakat! Contoh klausa tersebut merupakan maksim penerimaan yang dikodekan dengan verba mengabdi. Caleg Partai Golkar siap mengabdi bagi masyarakat dalam berbagai bentuk pengabdian. 24

11 Maksim Kemurahan (Approbation Maxim) Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Maksim kemurahan merupakan memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain atau meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Maksim kemurahan juga ditandai dalam ilokusi asertif dengan verba mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan dan dalam ilokusi ekspresif ditandai verba memuji, mengucapkan terima kasih, mengritik, dan menyelak. Contoh: Fungsionaris DPP yang saya hormati, Pak Rambe dengan Ibu Anita Lubis. Contoh klausa tersebut merupakan memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain yaitu caleg Partai Golkar ditandai dengan verba hormati. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Maksim kerendahan hati merupakan memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri atau meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Maksim kerendahan hati juga ditandai dalam ilokusi ekspresif dengan verba memuji, mengucapkan terima kasih, mengritik, dan menyelak, dan dalam ilokusi asertif ditandai dengan verba mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan. Contoh: Do akan kami, para caleg yang dari daerah dapil satu dan dapil lima untuk berjuang. Contoh klausa tersebut bermodus imperatif ditandai dengan verba do akan yang dikodekan dengan memaksimalkan ketidakhormatan pada diri jurkam sendiri. Maksim Kesetujuan (Agreement Maxim) Maksim kesetujuan merupakan memaksimalkan kesetujuan di antara mereka atau meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka. Maksim kesetujuan juga ditandai dalam ilokusi asertif dengan verba mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan. Contoh: Suara Golkar suara rakyat. Contoh klausa tersebut kesetujuan ditandai dengan verba implisit bermakna mengatakan dalam modus deklaratif yang dikodekan dengan memaksimalkan kesetujuan antara caleg Partai Golkar dengan masyarakat. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim) Kesantunan bahasa berkampanye yang direalisasikan maksim kesimpatian dengan memaksimalkan rasa simpati atau meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Maksim kesimpatian dapat ditandai dalam ilokusi asertif dengan verba mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan. Contoh: Bangkit dan bergerak berkarya bersama rakyat. Contoh klausa tersebut memaksimalkan rasa simpati masyarakat terhadap para caleg Partai Golkar dalam ilokusi asertif. b. Daya Semiotika Bahasa Berkampanye Caleg Partai Golkar di Labuhanbatu Utara Melalui Fungsi Ujar Data dalam penelitian ini ditemukan makna dalam daya semiotika bahasa berkampanye yang direalisasikan pada fungsi ujar, yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Keempat fungsi ujar yang ditemukan dalam data primer dan data sekunder sebanyak 103 klausa yang direalisasikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel Persentase Fungsi Ujar dalam Berkampanye No Fungsi Ujar Jumlah Klausa (%) 1. Pernyataan Pertanyaan Perintah Tawaran Jumlah % 25

12 Awaluddin Sitorus Pada tabel di atas, fungsi ujar pernyataan dalam bahasa berkampanye caleg sebesar %, fungsi ujar pertanyaan dalam bahasa berkampanye caleg sebesar 19.41%, fungsi ujar perintah dalam bahasa berkampanye caleg sebesar 28.15%, dan fungsi ujar tawaran dalam bahasa berkampanye caleg sebesar 14.57%. Pernyataan Makna pernyataan direalisasikan ke dalam modus deklaratif yang dikodekan dengan intonasi suara datar, pengungkapan kejadian atau peristiwa, dan parnyataan diakhiri oleh tanda titik (.). Contoh: Saudara-saudara karena Golkar berfokus untuk meningkatkan pertanian dan pendidikan. Contoh klausa tersebut direalisasikan dalam modus deklaratif yang bertujuan menyampaikan informasi atau pemberitaan kepada masyarakat bahwa Golkar bekerja terfokus pada pertanian dan pendidikan dengan prosidi suara datar. Selain itu, tatabahasa klausa tersebut yaitu Golkar sebagai subjek bertanggung jawab untuk argumen dan verba berfokus menunjukkan predikator. Pertanyaan Makna pertanyaan ditemukan dalam data ujaran jurkam dan semiotika bahasa jargon caleg Partai Golkar dalam berkampanye yang direalisasikan ke dalam modus interogatif. Makna pertanyaan dikodekan dengan intonasi atau prosidi suara sedikit naik atau dengan intonasi tanya, sering mempergunakan kata tanya di awal klausa, pada akhir klausa diakhiri oleh tanda tanya (?), dan mempergunakan partikel tanya -kah. Contoh: Mana dari daerah Kualuh Hulu dapil 1? Contoh klausa tersebut direalisasikan dalam modus interogatif dengan dikodekan prosidi suara sedikit naik dengan intonasi tanya, mempergunakan kata tanya di awal klausa, dan klausa diakhiri oleh tanda tanya dengan bertujuan menanyakan keberadaan para caleg dapil 1 Kualuh Hulu untuk diperkenalkannya kepada masyarakat. Selain itu, tatabahasa klausa tersebut yaitu pelesapan subjek yang bertanggung jawab untuk argumen. Perintah Makna perintah ditemukan dalam ujaran jurkam dan semiotika bahasa jargon caleg Partai Golkar dalam berkampanye yang direalisasikan ke dalam modus imperatif. Makna perintah dikodekan dengan intonasi atau prosidi suara dengan tinggi atau keras, kata kerja yang mendukung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar, mempergunakan partikel pengeras lah, dan penggunaan tanda seru (!) di akhir klausa. Contoh: Dari daerah pemilihan 1, kami panggilkan Saudara Salmon Sijabat, kami persilakan! Coba ambil tempatnya ya! Contoh klausa tersebut direalisasikan dalam modus imperatif dengan prosidi suara agak naik sedikit di akhir klausa dengan bertujuan memanggil para caleg dari dapil 1 hadir ke depan podium untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, tatabahasa klausa tersebut yaitu kami sebagai subjek yang bertanggung jawab pada argumen dan verba panggilkan menunjukkan predikator. Tawaran Makna tawaran dapat direalisasikan satu dari ciri bunyi atau tulisan yang dibicarakan. Makna tawaran juga dikodekan dengan prosidi suara datar direalisasikan dalam modus deklaratif, prosidi suara sedikit naik direalisasikan dalam modus imperatif, dan prosidi suara menurun direalisasikan dalam modus interogatif. Contoh: Saya berharap, partai-partai Bintang Reformasi di Labuhanbatu Utara ini, supaya bergabung kepada Partai Golkar. Kenapa? Karena dulu tiga PBR, lima Golkar berarti delapan Golkar yang harus dicari ada dua lagi. Contoh klausa tersebut merupakan tawaran dikodekan dengan verba berharap dengan bertujuan agar kader-kader Partai Bintang Reformasi bergabung dengan Partai Golkar yang direalisasikan dalam modus deklaratif dengan prosidi suara datar diakhir klausa. 26

13 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Hasil temuan penelitian hubungan antara teori kesantunan bahasa dalam maksim menurut Leech dengan teori semiotika bahasa dalam fungsi ujar menurut Halliday sebagai berikut. Tabel Hubungan Kesantunan Bahasa Antara Maksim dengan Modus No Maksim Modus Deklaratif Interogatif Imperatif 1. Kebijaksanaan 2. Penerimaan - 3. Kemurahan - 4. Kerendahan Hati - 5. Kesetujuan 6. Kesimpatian - Keterangan: = dilakukan; - = tdk dilakukan Kemudian realisasi daya semiotika bahasa caleg Partai Golkar berkampanye berdasarkan temuan penelitian bahwa salah satu representasi bahasa dari kelangsungan dan ketidaklangsungan ujaran semiotika bahasa dalam fungsi ujar. Temuan penelitian caleg berkampanye menunjukkan bahwa penggunaan modus dalam semiotika bahasa memberikan informasi dalam maksim dan memberikan informasi dalam bahasa jargon bahasa dapat diformulasikan sebagai berikut. Tabel Penggunaan Modus sebagai Realisasi Daya Semiotika Bahasa No Modus Memberikan informasi dalam maksim Alasan Memberikan informasi dalam Deklaratif Interogatif Imperatif Perilaku santun - Perilaku normatif bahasa jargon Perilaku santun Keterangan: L = langsung; TL = tidak langsung; = ada; - = tidak ada L L L - - Perilaku normatif - - Alasan Salah satu bentuk realisasi daya semiotika bahasa dari upaya mencapai kesantunan tersebut adalah memanfaatkan modus yang mengakomodasikan penggunaan ujaran tidak langsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesantunan bahasa caleg Partai Golkar dalam berkampanye merupakan salah satu yang dicapai dengan menggunakan modus yang memfasilitasi ketidaklangsungan ujaran. Realisasi Kesantunan dengan Daya Semiotika Fungsi Ujar Hasil temuan penelitian ini adalah kesantunan bahasa dalam maksim (Leech) yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, dan maksim kesimpatian yang direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar (Halliday) yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Realisasi maksim dengan daya semiotika fungsi ujar dijababarkan sebagai berikut. Maksim kebijaksanaan sangat dominan digunakan jurkam Partai Golkar dalam berkampanye direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar. Fungsi ujar tersebut adalah pernyataan dan perintah. Maksim kebijaksanaan digunakan jurkam Partai Golkar dalam berkampanye lazimnya direalisasikan dengan daya semiotika pernyataan. Dalam hal ini, penggunaan maksim kebijaksanaan dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataan dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. TL TL TL

14 Awaluddin Sitorus Kami panggilkan Saudara Salmon Sijabat, kami persilakan! Dina Natiur Nababan, silakan! Kridalaksana Aulia, silakan! Sarina, S.E., kami persilakan! Klausa kutipan di atas menempatkan jurkam sebagai pemberi informasi secara langsung dan caleg Partai Golkar sebagai penerima informasi secara langsung. Artinya, lazimnya jurkam menyampaikan informasi secara langsung dalam modus deklaratif, namun secara semantik, fungsi ujar pernyataan tersebut disampaikan secara tidak langsung memerintah masyarakat dengan santun untuk memilih caleg Partai Golkar tersebut. Dalam perealisasian maksim penerimaan dengan daya semiotika fungsi ujar adalah secara sintaksis dalam bentuk pernyataan dan tawaran dengan modus deklaratif dan secara semantik dalam bentuk perintah dengan modus imperatif. Artinya, jurkam memberi informasi kepada masyarakat secara tidak langsung dengan daya semiotika perintah yang halus dan sopan mengajak masyarakat untuk memilih caleg Partai Golkar karena memberi pernyataan berupa tawaran, seperti dalam kutipan contoh kemampuan dalam mencurahkan ide dan gagasan yang berguna bagi masyarakat disampaikan dalam modus deklaratif yang memiliki nilai daya semiotika yang cukup santun. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Mencurahkan segala kemampuan pemikiran, ide, dan gagasan untuk kemajuan Sumatera Utara. Klausa kutipan di atas menempatkan bahwa jurkam sebagai pemberi informasi dan masyarakat sebagai penerima informasi. Dalam perealisasian maksim penerimaan dengan daya semiotika fungsi ujar adalah secara sintaksis dalam bentuk pernyataan dan tawaran dengan modus deklaratif dan secara semantik dalam bentuk perintah dengan modus imperatif. Artinya, jurkam memberi informasi kepada masyarakat secara tidak langsung dengan daya semiotika perintah yang halus dan sopan mengajak masyarakat untuk memilih caleg Partai Golkar karena memberi pernyataan berupa tawaran, seperti dalam kutipan contoh kemampuan dalam mencurahkan ide dan gagasan yang berguna bagi masyarakat disampaikan dalam modus deklaratif yang memiliki nilai daya semiotika yang cukup santun. Maksim kemurahan digunakan jurkam Partai Golkar berkampanye yang direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar secara lisan melalui modus deklaratif. Artinya, lazimnya jurkam memberi pernyataan informasi secara langsung kepada masyarakat, namun secara semantiknya pernyataan informasi tersebut disampaikan secara tidak langsung memberi perintah. Penggunaan maksim kemurahan dengan daya semiotika fungsi ujar dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Yang sama kita hormati dan kita banggakan, kita sayangi Haji Rambe Kamarul Zaman M.Sc., M.M. selaku komisaris DPP Golkar Pusat dan juga calon anggota DPRD dari Golkar dari SUMUT dua. Klausa kutipan di atas bahwa maksim kemurahan menempatkan jurkam sebagai pemberi informasi dan masyarakat sebagai penerima informasi dengan makna daya semiotika jurkam selalu memaksimalkan rasa hormat kepada masyarakat dan meninggikan status sosial masyarakat. Artinya, lazimnya jurkam memberi pernyataan informasi secara langsung kepada masyarakat, namun secara semantiknya pernyataan informasi tersebut disampaikan secara tidak langsung memberi perintah untuk memilih caleg Partai Golkar yang bernama Rambe Kamarul Zaman. Maksim kerendahan hati direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dengan modus imperatif. Jurkam dan caleg Partai Golkar juga 28

15 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 menggunakan maksim ini dalam berkampanye. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Mohon do a restu dan dukungannya! Klausa kutipan di atas merupakan pernyataan jurkam Partai Golkar secara tidak langsung memerintah masyarakat untuk memilih caleg Partai Golkar dengan basa-basi bertutur mohon do a restu dan dukungannya dalam bentuk imperatif. Artinya, dalam pernyataan tersebut jurkam menggunakan penanda daya semiotika kesantunan mohon dengan meminimalkan rasa hormat pada diri jurkam dan meninggikan status sosial orang lain. Maksim kesetujuan direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar tawaran dalam berkampanye dengan modus imperatif. Jurkam dan caleg Partai Golkar menggunakan maksim ini merupakan penggunaan bahasa santun yang ditandai daya semiotika fungsi ujar dengan memaksimalkan kesetujuan dengan masyarakat. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar perintah dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Suara golkar suara rakyat Klausa di atas merupakan pernyataan jurkam dan caleg Partai Golkar secara tidak langsung menawarkan dan memerintah masyarakat untuk untuk bermufakat bahwa suara rakyat itu adalah suara Golkar yang harus diperjuangkan oleh Partai Golkar dan masyarakat. Artinya, maksim kesetujuan yang direalisasikan daya semiotika fungsi ujar bahwa jurkam secara singkat memerintah masyarakat dalam bentuk tawaran yang santun dengan memaksimalkan kesetujuan antara kedua belah pihak yang saling menguntungkan. Maksim kesimpatian direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataan dalam modus imperatif. Maksim ini dalam berkampanye juga digunakan jurkam dan caleg Partai Golkar sebagai upaya untuk menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat. Penggunaan maksim ini dengan daya semiotika fungsi ujar pernyataan dalam berkampanye dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Saudara-saudara kemajuan Labura baru lebih kurang dua tahun kita rasakan karena dipimpin oleh Partai Golkar. Klausa kutipan di atas merupakan pernyataan jurkam lazimnya direalisasikan dalam fungsi ujar pernyataan dengan modus deklaratif, namun secara semantik merupakan imperatif yang secara tidak langsung memerintah dengan santun. Petanda realisasi itu dengan mengajak masyarakat tetap memilih Partai Golkar karena sudah terbukti hasil pekerjaannya yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya, secara sintaksis merupakan fungsi ujar pernyataan dan secara semantik bukanlah pernyataan, tetapi merupakan imperatif. Pada bagian ini dijelaskan mengenai hubungan realisasi kesantunan bahasa dengan daya semiotika fungsi ujar. Strategi kesantunan bahasa jurkam dan para caleg Partai Golkar dalam meminimalkan paksaan dengan tuturan bahasa Indonesia kepada petutur atau masyarakat Labura direalisasikan dengan cara: (1) permintaan bersyarat; (2) rumusan saran; (3) pengungkapan harapan; dan (4) rumusan pertanyaan. Penggunaan ungkapan bersyarat, rumusan saran, harapan, dan pertanyaan dalam tuturan adalah usaha penutur untuk meminimalkan paksaan pada penutur. Piranti kesantunan itu ditemukan dalam berbagai konteks dan situasi tuturan yang meliputi: penutur lebih berkuasa, tetapi akrab; penutur lebih berkuasa, tetapi tidak akrab; penutur sama kedudukannya, tetapi akrab; penutur lebih rendah kekuasaannya, tetapi sudah akrab; penutur lebih rendah kekuasaannya dan sudah akrab. Jurkam dan para caleg Partai Golkar membangun hubungan sosial dalam proses komunikasi berkampanye disebut kesantunan berbahasa. 29

16 Awaluddin Sitorus Kesantunan berbahasa ada di dalam berbagai masyarakat bahasa, tetapi cara pengungkapan kesantunan yang dimiliki oleh masyarakat itu berbeda-beda. Kesantunan berbahasa, selain untuk membangun hubungan sosial, digunakan oleh masyarakat untuk bertutur yang santun dan cara untuk menilai tingkat kesantunan tuturan orang lain sebagai strategi kesantunan berbahasa. Strategi kesantunan berbahasa yang dideskripsikan berkaitan dengan cara pemenimalan paksaan terhadap masyarakata dalam konteks dan situasi berlangsungnya komunikasi dalam berkampanye. Realisasi kesantunan bahasa dalam maksim dengan daya semiotika fungsi ujar terlihat ada hubungan secara signifikan. Kesignifikanan itu terlihat bahwa semua maksim direalisasikan dengan daya semiotika fungsi ujar secara sintaksis bentuk pernyataan dengan modus deklaratif dan secara semantik perintah dengan modus imperatif. Dalam perealisasian maksim dengan daya semiotika fungsi ujar adalah secara sintaksis dalam bentuk pernyataan dan tawaran dengan modus deklaratif dan secara semantik dalam bentuk perintah dengan modus imperatif. Artinya, jurkam memberi informasi kepada masyarakat secara tidak langsung dengan daya semiotika perintah yang halus dan sopan. Berdasarkan hal tersebut, realisasi maksim dengan semiotika fungsi ujar bahwa jurkam dan caleg dalam komunikatif berkampanye selalu memaksimalkan keuntungan pada dirinya. KESIMPULAN Kesantunan bahasa caleg Partai Golkar dalam berkampanye direpresentasikan melalui kesantunan dalam maksim dilakukan jurkam dan para caleg Partai Golkar berkampanye belum maksimal terialisasi. Hal ini terbukti dari hasil pemilu legislatif pada tanggal 9 April 2014 dari dua belas partai politik memperebutkan tiga puluh lima kursi hanya enam kursi yang dapat direbut oleh Partai Golkar. Realisasi daya semiotika bahasa jargon caleg Partai Golkar dalam berkampanye yang direalisasikan dalam fungsi ujar pernyataan, pertanyaan, perintah, dan tawaran. Urutan fungsi ujar yang terbanyak sampai yang terendah digunakan jurkam dan para caleg Partai Golkar adalah fungsi ujar pernyataan, perintah, pertanyaan, dan tawaran. Fungsi ujar berisi informasi dan pesan yang disampaikan jurkam dan para caleg Partai Golkar belum maksimal mempengaruhi masyarakat Labura. Saran (1) Bagi mahasiswa S2 dan S3 bahwa penelitian ini belum sempurna memamakai teori LFS. Untuk itu disarankan perlu dilakukan penelitian lagi dengan teori yang sama dengan pendekatan antropolinguistik dan sosiolinguistik. (2) Penelitian ini baru hanya difokuskan kepada kajian kesantunan bahasa caleg Partai Golkar berkampanye sebagai sebuah masyarakat praktisi. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti kesantunan bahasa yang digunakan dalam masyarakat praktisi lainnya sebagai perbandingan. (3) Penelitian ini hanya menyoroti penggunaan sumber daya bahasa yang terbatas dalam mengkaji kesantunan bahasa dengan daya semiotika bahasa caleg Partai Golkar berkampanye. Mengingat masih banyak sumber daya bahasa sebagaimana yang terdapat pada teori Leech (1983) dan Halliday (2004) berbeda dengan pendekatan penelitian yang menggunakan teori-teori sebelumnya seperti teori Brown dan Levinson, Lakof, dan Fraser maka disarankan agar peneliti berikutnya menggunakan teori lain untuk mengkaji kesantunan bahasa dengan daya semiotika bahasa caleg berkampanye untuk melihat kekuatan sekalingus kelemahannya. 30

PENDAHULUAN. memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai. Partai politik dalam pemilihan umum (pemilu) melakukan kampanye

PENDAHULUAN. memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai. Partai politik dalam pemilihan umum (pemilu) melakukan kampanye PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK. daya semiotika bahasa berkampanye Partai Golkar di Kabupaten Labura.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK. daya semiotika bahasa berkampanye Partai Golkar di Kabupaten Labura. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK Pada bab ini dibicarakan kajian pustaka, kerangka teoretis, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka konseptual mengenai kesantunan dengan daya semiotika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto, ditemukan tuturan yang menaati maksim-maksim kesantunan bertutur yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Mardalis (2010, hlm. 24) adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Di dalam penelitian bahasa umumnya harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I -2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (L embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Bahasa adalah komunikasi atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Tutur Austin dalam Nadar (2009: 10) menyatakan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu seseorang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO CATATAN PENGHITUNGAN SUARA TIAP PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPR DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA Tempat Pemungutan Suara (TPS).. Desa/Kelurahan *). Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 324 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini berjudul Strategi Tindak Tutur Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Kajian pragmatik dan implikasinya

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Tutur Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu seseorang menggunakan kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa ada bahasa. Bisa dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh EKANA FAUJI A 310 080 133 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 UNIVERSITASS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Namun seiring perkembangan semua itu telah berubah seiring

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci