SKRIPSI ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODERN KOTA KENDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODERN KOTA KENDARI"

Transkripsi

1 i SKRIPSI ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) Oleh : ANZAR LA IFU NIM. D1C PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016

2 ii ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi pada Hypermart dan Mall Mandonga) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Oleh ANZAR LA IFU NIM. D1C PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016

3 iii

4 iv

5 v ABSTRAK Sambal botol adalah produk makanan berbentuk pasta yang dibuat dari bahan baku buah atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa yang menggugah selera. Untuk meningkatkan daya tarik terhadap produk sambal botol biasanya ditambahkan zat pewarna makanan, namun penyalahgunaan zat pewarna terlarang seperti Rhodamin B telah banyak dilakukan. Rodamin B adalah pewarna terlarang dan tidak dianjurkan berada dalam makanan karena dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun penyakit kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kadar zat pewarna yang terkandung dalam sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya Hypermart dan Mall Mandonga. Hasil penelitian menunjukkan tujuh sampel sambal botol yang di analisis menunjukkan hasil yang negatif atau tidak terdapat zat pewarna Rodamin B. Kata kunci: Sambal, Botol, Rhodamin B, Hypermart, dan Mall Mandonga ABSTRACT Condiment bottles are shaped pasta food products made from raw materials of fruit or vegetables and has the aroma and taste that are stimulating. To increase the attractiveness of the product condiment bottles usually added food coloring, but the abuse of illicit dyes such as Rhodamine B has a lot to do. Rhodamine B dye is forbidden and are under no obligation to be in food for a long time may result in liver failure or cancer. This study aims to determine the types and levels of dye contained in the sauce bottles that are traded in the market Modern Kendari especially Hypermart and Mandonga Mall. The results showed seven samples were analyzed condiment bottles showed that theresult was negative or there are no dye Rhodamine B. Keywords: Condiment, Bottles Rhodamine B, Hypermart, and Mall Mandonga

6 vi UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga Hasil penelitian ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari peradaban jahiliyah menuju peradaban iman dan ilmu yang bermanfaat. Penelitian ini berjudul, Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Rodamin B Pada Sambal Botol Yang Diperdagangkan Di Pasar Modern Kota Kendari (Studi pada Hypermart dan Mall Mandonga). yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Hasil penelitian ini dipersembahkan penulis kepada kedua orang tua bapak La Ifu dan ibu Nurdjannah yang senantiasa mendidik penulis, memberikan dukungan do a dan moral serta materil hingga Hasil penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Kepada Bapak Dr. Tamrin, SP., MP selaku Pembimbing I dan Bapak Muh. Syukri Sadimantara, ST., MP. selaku Pembimbing II, penulis mengucapkan terima kasih karena dengan tulus telah memberikan nasehat dan memberi pengarahan bagi penulis. Kepada tim penguji Drs. Muh. Zakir Muzakar, M.Si., Ph.D., Sri Rejeki, SP., M.Sc., dan Erni Danggi, SP., M.Si. yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang sangat membangun demi perbaikan hasil penelitian ini.

7 vii Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara. 2. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara. 3. Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan yang sabar dalam melayani segala hal yang berhubungan dengan pelayanan bagi mahasiswa. 4. Kepala dan staf Laboratorium Teknologi pangan yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian di Laboratorium. 5. Dosen di lingkungan Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan khususnya dan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. 6. Pegawai administrasi Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian atas urusan administrasi yang mendukung penulis dalam mengikuti pendidikan. 7. Saudaraku (Achmad La Ifu dan Aguslan La Ifu) serta saudariku (Ayu Hernawati La Ifu) yang telah memberikan dukungan, motivasi selama mengikuti pendidikan. 8. Astriani Asra Abunawas yang telah membantu, mendukung dan motivasi dalam menyelesaikan Hasil penelitian. 9. Asia Susanti, S.S., Muh. Rizky Kurniawan, S.S., Bayu Saputra, S.Pd, La Ode Nasrullah, S.Pd, Muh. Mahfudz Safrudin, S.Farm, Muh, Asriadi, S.AK, Farhan Fuad, ST, Aksan, Yayat, Febrianto Meiyer, yang telah memberikan do a dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Hasil penelitian.

8 viii 10. Hesti S.TP, Mirna S.TP, Nur Sari S.TP, Egi Aldi Setiawan S.TP, Rian AL Fadli S.TP, Marwanto, Indah Iftriani, La Ode Samai, S.TP, Yusman S.TP, serta rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan yang telah banyak membantu selama penyusunan Hasil penelitian, serta pihak-pihak lain yang memberi informasi dalam penulisan, sehingga Hasil penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa Hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan Hasil Penelitian ini. Kendari, Oktober 2016 Penulis

9 ix ix DAFTAR ISI Page HALAMAN JUDUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN`... HALAMAN PERSETUJUAN... ABSTRAK... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi ix xi xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 II. III. IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Sambal Botol Zat Pewarna Kandungan Sifat Fisika dan Kimia Produk Sambal Botol Rodamin B Sifat Bahan Pewarna Rodamin B B. Kerangka Pikir C. Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu dan Tempat Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Metode Pengumpulan Data E. Prosedur Penelitian F. Variabel Penelitian G. Analisa Data H. Definisi Operasional HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pembahasan ) Kandungan Rodamin B V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran... 37

10 x DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN...

11 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami Tabel 2. Syarat Mutu Saus Sambal Tabel 3. Komposisi Sambal Botol 100 Gram Tabel 4 Hasil analisis kualitatif pada sambal botol... 29

12 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Kimia Rodamin B Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian... 21

13 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan. Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain. Makanan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia.sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi oleh manusia, karena makanan yang tidak aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan ( /wiki/makanan). Sambal botol adalah produk makanan berbentuk pasta yang dibuat dari bahan baku buah atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa yang merangsang. Sambal Botol yang umumnya diperjualbelikan di Indonesia adalah sambal botol tomat dan sambal botol cabai untuk meningkatkan daya tarik terhadap produk sambal botol biasanya ditambahkan zat pewarna makanan (Erliza, 2007). Zat pewarna makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksud untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau

14 2 memucat selama proses pengolahan atau memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik (Noviana, 2005). Zat pewarna makanan merupakan suatu senyawa berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya.warna suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting.warna merupakan kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (Cahyadi, 2009). Peraturan mengenai penggunaan bahan pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan makanan, tetapi sering terjadi penyalahgunaan pemakaian bahan pewarna berbahaya untuk bahan pangan, misalnya bahan pewarna untuk tekstil dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu bahan pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan bahan pewarna disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai pewarna untuk pangan, dan juga karena harga bahan pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan pewarna untuk pangan. Disamping itu warna dari bahan pewarna tekstil biasanya lebih menarik (Yuliarti, 2007). Perwarna sintetis sering digunakan pada sambal botol dengan tujuan memperbaiki dan memberi warna sambal botol agar lebih menarik. Beberapa produsen menambahkan Rodamin B pada sambal botol untuk memberi warna segar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astuti (2010) mengenai

15 3 penggunaan pewarna sintetis Rodamin B, dengan metode kromatografi kertas dari 30 sampel sambal botol yang diambil sebagian besar sampel (70%) mengandung rodamin B. Pengetahuan tentang Rodamin B sebagain besar dikategorikan sedang sebanyak 13 orang (43%). Sebagian produsen (63,3%) tidak mengetahui tentang zat pewarna yang berbahaya, 63,3% responden juga mengatakan Rodamin B adalah pewarna untuk makanan dan mereka menggunakannya untuk pewarna dalam sambal botol. Penggunaan Rodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun penyakit kanker. Namun demikian, bila terpapar Rodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rodamin B (Yuliarti, 2007). Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari adalah pusat perbelanjaan modern yang sangat digemari oleh masyarakat, dimana Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari menyediakan berbagai bahan makanan yang merupakan kebutuhan primer masyarakat. Salah satu produk yang diperdagangkan misalnya sambal botol merupakan makanan siap saji yang sangat digemari oleh masyarakat. Banyaknya sambal botol yang diperdagangkan memerlukan perhatian dari berbagai pihak agar terhindar dari zat pewarna sintetis yang dapat merusak kesehatan masyarakat. Pemerintah pada umumnya harus mengadakan pemeriksaaan rutin terhadap penggunaan zat perwarna sintetis pada bahan makanan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan, dan masyarakat sebagai konsumen harus berhati-hati

16 4 dalam membeli berbagai produk makanan yang diperdagangkan untuk menjaga kesehatan. Karena penggunaan perwarna sintetis pada makanan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan penyakit kanker, bahkan jika perwana sintetis dikonsumsi dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan menyebabkan keracunan. Berdasarkan permasalahan di atas penulis telah melakukan penelitian untuk mengidentifikasi zat pewarna pada sambal botol yang dijual di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall mandonga mengandung zat pewarna sintesis Rodamin B. 2. Berapakah kadar zat pewarna sintesis Rodamin B pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui jenis zat pewarna yang terkandung dalam sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya Hypermart dan Mall Mandonga.

17 5 2. Untuk mengetahui kadar zat perwarna yang digunakan dalam sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui zat pewarna Rodamin B pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. 2. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat dan peneliti selanjutnya tentang penggunaan zat pewarna makanan khususnya pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern. Juga kepada ibu rumah tangga maupun siapa saja agar dapat lebih berhati-hati dalam membeli produk sambal botol atau produk lainnya yang dapat membahayakan bagi kesehatan.

18 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sambal Botol Sambal botol adalah pelengkap makanan yang berbentuk cairan kental yang umumnya berfungsi sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa masakan. Pengertian lain dari Sambal Botol adalah suatu produk cair atau kental yang ditambahkan pada makanan ketika dihidangkan untuk meningkatkan penampilan, aroma, dan rasa dari makanan tersebut. Pada bahasa Indonesia, Sambal Botol merupakan suatu bentuk terjemahan dari sauce dan ketchup, umumnya dikenal dengan red ketchup yang menggunakan tomat sebagai bahan utama, sedangkan sambal botol adalah jenis pelengkap masakan yang lebih encer dari kecap, misalnya sambal botol cabai dan sambal botol tomat (Ditjen POM, 2000). Produk sambal botol berbentuk cairan kental pada umumnya berfungsi sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa masakan. Sambal botol diperoleh dari proses pengolahan cabai yang matang, kemudian dihancurkan dalam bentuk bubur dan selanjutnya ditambahkan pelengkap lainnya. Pada sambal botol sambal terdapat bahan tambahan makanan di antaranya gula, cuka, garam, rempah-rempah, zat warna, bahan pengental dan bahan pengawet. Sambal botol merupakan olahan yang diperoleh dari cabai merah segar. Sambal botol merupakan cairan kental yang sering digunakan untuk menambah cita rasa hidangan makanan (Pebrayetna, 2007).

19 7 Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. ditambahkan dengan sengaja dengan maksud mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan seperti pengawet, pewarna dan pengeras, dan bahan yang tidak disengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut dan dapat berupa residu dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah seperti residu peptisida, antibiotik, dan hidrokarbon polisklis (Cahyadi, 2009). Penyebaran sambal botol di Indonesia telah sampai hampir di seluruh wilayah, baik desa maupun kota. Kota Bandar Lampung merupakan salah satunya. Kota ini memiliki penduduk yang cukup padat, yaitu sebesar jiwa/km 2. Dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk tertinggi dan merupakan pusat perbelanjaan di Provinsi Lampung. Keanekaragaman masyarakat yang terdapat di Kota Bandar Lampung menyebabkan perubahan kesukaan terhadap jenis makanan yang bercita rasa pedas, khususnya sambal botol. Produk sambal botol dibagi menjadi beberapa jenis di antaranya sambal botol besar, sambal botol sedang, sambal botol kecil dan sambal sachet (BPS, 2013). Menurut (BPS, 2013) Saus sambal botol cenderung dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah atas, khususnya ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga kelas menengah atas cenderung memiliki

20 8 aktivitas yang padat di luar rumah, misalnya sebagi wanita karier. Hal tersebut menyebabkan ibu rumah tangga tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengolah makanannya, sehingga sebagian dari mereka memilih untuk membeli makanan siap saji atau menggunakan jasa asisten rumah tangga untuk mengurus keperluan makan sehari-hari. Sambal botol sering digunakan sebagai pelengkap hidangan makanan seperti nuget, bakso, nasi goreng dan lain sebagainya. 2. Zat Pewarna Sintesis Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran terhadap mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan juga menambahkan bahwa apabila suatu produk pangan memiliki nilai gizi yang baik, enak dan tekstur yang sangat baik akan tetapi jika memiliki warna yang tidak sedap dipandang akan memberi kesan bahwa produk pangan tersebut telah menyimpang (Winarno, 1992). Menurut International Food Information Council foundation (IFIC) 1994, pewarna pangan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk pangan, sehingga menciptakan image tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang diberikan oleh Depkes 1999 lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan (Wijaya dan Mulyono, 2009).

21 9 Menurut Elbe et al. (1996), zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang memberikan warna. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna untuk makanan dapat diklasifikasikan menjadi pewarna alami dan sintetik (Winarno, 1992). Pewarna alami yaitu zat warna yang diperoleh dari hewan seperti ; warna merah muda pada flamingo dan ikan salem sedangkan dari tumbuh-tumbuhan seperti; karamel, coklat dan daun suji. Pewarna buatan sering juga disebut dengan zat warna sintetik. Proses pembuatan zat warna sintetik ini biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun (Winarno, 1994). Timbulnya penyalahgunaan disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai pewarna untuk makanan, disamping itu harga zat perwarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan harga zat perwarna untuk makanan dan warna dari zat pewarna untuk industri biasanya lebih menarik. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/PER/X/1999 beberapa bahan tambahan pewarna yang dilarang seperti Rodamin B (pewarna merah) dan methanyl yellow (pewarna kuning) (Cahyadi, 2006). Pemakaian bahan pewarna sintetik dalam makanan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama

22 10 pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan konsumen seperti penyakit kanker kulit, penyakit kanker mulut, kerusakan otak (Winarno dan Sulistyowati, 1994). Menurut (Henry 1996 dalam Lazuardi, 2010), pewarna ditambahkan kedalam untuk memperkuat warna penampilan warna dari suatu makanan agar konsumen lebih tertarik, untuk menyeragamkan warna dalam produksi makanan dari setiap prosespengolahan dengan memberi warna yang menarik pada produk makanan contohnya dalam produk yang berbahan dasar gula, es krim dan minuman, yang jika tidak diberi warna tidak akan menarik. Warna yang dihasilkan lebih cerah lebih homogeny lebih pudar tidak homogeny variasi warna banyak sedikit harga lebih murah lebih mahal ketersediaan tidak terbatas terbatas kestabilan stabil kurang stabil. Adapun perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini : Tabel 1. Perbedaan antara Zat Pewarna Sintetis dan Alami Pembeda Zat Pewarna Sintetis Zat Pewarna Alami Warna yang dihasilkan Lebih cerah Lebih pudar Variasi warna Lebih banyak Sedikit Harga Lebih murah Lebih mahal Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas Kestabilan Stabil Kurang stabil Sumber : Lee (2005) dalam asmara (2011)

23 11 3. Kandungan Sifat Fisika dan Kimia Produk Sambal botol Sambal botol yang beredar di pasaran harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Syarat mutu sambal botol menurut SNI adalah sebagai berikut (Tabel 2): Tabel 2. Syarat Mutu Sambal Botol No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan 1.1 Bau _ Normal 1.2 Rasa _ Normal khas tomat 1.3 Warna Normal 2. Jumlah padatan terlarut 3. Keasaman, dihitung sebagai asam asetat Brix, 20 o C Min. 30 % b/b Min. 0,8 4. Bahan tambahan makanan 4.1 Pengawet 4.2 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI dan peraturan dibidang makanan yang berlaku Sesuai dengan SNI dan peraturan dibidang makanan yang berlaku 5. Cemaran logam 5.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,1 5.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 50,0 5.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 5.4 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0* / 250,0** 5.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,03 6. Arsen (As) mg/kg Maks. 0,1 7. Cemaran mikroba 7.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 2 x Kapang dan khamir Koloni/g Maks. 50 *Dikemas di dalam botol **Dikemas di dalam kaleng Sumber: SNI

24 12 Air yang terkandung dalam sambal botol yaitu sekitar 89,07gr. Dengan kandungan karbohidrat sambal botol yaitu sebesar 7,18gr. Protein yang terkandung dalam sambal botol yakni mencapai 1,33gr (Anonymous, 2009), serta serat yang terkandung sebesar 1,4gr. Selain itu, sambal botol juga kaya akan komponen mikronutrien penting lainnya seperti sodium, pottasium, kalsium, fosfor, magnesium dan vitamin C. Secara lebih lengkap, komposisi nutrisi yang terkandung dalam sambal botol per 100 gr porsi makanan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi Sambal Botol 100 gram. Komponen Satuan Jumlah Air Gram 89,07 Karbohidrat Gram 7,18 Protein Gram 1,33 Lemak Gram 0,17 Serat Gram 1,43 Sodium Mg 605 Pottasium Mg 317 Fosfor Mg 32 Magnesium Mg 19 Kalsium Mg 14 Vitamin C Mg 13,1 Sumber: Anonymous (2009) 4. Rodamin B Bahan pewarna berbahaya yang sering ditambahkan adalah Rodamin B, yaitu merupakan bahan pewarna berbahaya yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rodamin B merupakan bahan pewarna

25 13 tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker. Uji toksisitas Rodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD (Letalisis Dosis) 5089,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organnya (MerckIndex, 2006). Seiring terjadi di lapangan dan diberitakan di media masa. Sebagai contoh, Rodamin B ditemukan dalam produk kerupuk, jelli/agar-agar, aromanis dan minuman produk cabe giling, saos serta dalam terasi (Budianto, 2008). Penggunaan bahan pewarna ini dilarang di Eropa mulai tahun 1984 karena Rodamin B termasuk karsinogen yang kuat. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian Rodamin B dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati (Trestiati dalam Wirasto, 2008 dan Budianto, 2008). Rodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rodamin B

26 14 dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rodamin B pada kerupuk, sambal botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013). Rumus Molekul dari Rodamin B adalah C 28 H 31 N 2 O 3 Cl dengan berat molekul sebesar Gambar 1. Struktur Kimia Rodamin B (Hamdani, 2013) Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat

27 15 tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165 C (Hamdani, 2013). Analisis Rodamin B yang dilakukan dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rodamin B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rodamin B itu sendiri, bahkan jika Rodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya Rodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan (Hamdani, 2013). Seiring terjadi di lapangan dan diberitakan di Media Masa. Sebagai contoh, Rodamin B ditemukan dalam produk kerupuk, jeli/agar-agar, aromanis dan minuman produk cabe giling, saos serta dalam terasi (Budianto, 2008). Penggunaan bahan pewarna ini dilarang di Eropa mulai tahun 1984 karena Rodamin B termasuk karsinogen yang kuat. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian Rodamin B dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati (Trestiati : Wirasto, 2008 dan Budianto, 2008). Rodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil. Pengaruh buruk Rodamin B bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata, dan saluran

28 16 pencernaan serta berpotensi terjadinya kanker hati. Penyalahgunaan Rodamin B banyak ditemui pada makanan dan minuman seperti es cendol, permen, Sambal Botol, dan kue (Wijaya, 2001). Departemen Kesehatan telah memasyarakatkan penggunaan BTP yang diizinkan dalam proses produksi makanan dan minuman, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan dengan acuan UU No. 23/1992 tentang kesehatan yang menekankan aspek keamanan, sedangkan UU No. 7/1996 tentang pangan, selain mengatur aspek keamanan, mutu, dan gizi, juga mendorong terciptanya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab serta terwujudnya tingkat kecukupan pangan yang terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat (Cahyadi, 2008). Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan antara lain; warna dapat member petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman sehingga produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. Pada awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabil oleh panas dan cahaya serta harganya mahal (Azizahwati, et al., 2007). Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampilan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah memberi kesan menarik

29 17 bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Zat pewarna makanan terbagi tiga bagian yaitu pewarna alami, pewarna identik alami dan pewarna sintetis (Mudjajanto, 2006). Pengujian yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Semarang terhadap jajanan anak yang diperdagangkan di Kota madya Semarang, yang meliputi komposisi kimia khususnya untuk mengetahui zat warna. Hasil analisis terhadap jajanan tersebut telah ditemukan pewarna yang dilarangan antara lain Rodamin B (43,10%), Metanil Yellow (12,07%) dan pewarna hijau yang dilarang (1,7%) (Sastrawi jaya, 2000). Penggunaan pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan tumor, hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan penggunaan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan penyakit kanker (Yuliarti, 2007). Hasil analisis berupa penelitian menyatakan bahwa Rodamin B dapat membahayakan kesehatan manusia yaitu tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati. Pengaruh toksisitas biasanya bersifat akut saja yaitu yang pengaruhnya cepat terjadi, sedangkan pengaruh yang

30 18 bersifat kronis tidak dapat diketahui secara cepat karena manusia yang normal memiliki toleransi yang tinggi terhadap racun dalam tubuh dengan adanya mekanisme detoksifikasi. Selain itu pembeli juga diduga tidak mengonsumsi menu yang sama setiap harinya. Efek toksik yang disebabkan oleh makanan yang mengandung pewarna sintetis yang tidak diizinkan dapat timbul pada manusia karena golongan pewarna sintetik tersebut memang bukan untuk dimakan manusia. Efek ini tergantung pada banyaknya intake pewarna sintesik yang tidak diizinkan dan daya tahan seseorang karena dalam tubuh manusia terdapt proses detoksifikasi di dalam tubuh. Laporan gangguan kesehatan yang akut sebagai akibat mengonsumsi pewarna sintetis yang tidak diizinkan belum pernah diperoleh, karena diduga sulit mengenali penyakit ini (Sumarlin, 2010). Uji toleransi zat warna Rodamin B terhadap hewan menunjukkan terjadinya perubahan bentuk dari organisme sel dalam jaringan hati dari normal ke patologis. Sel hati mengalami perubahan menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak, dan sitoklis dari sitoplasma. Degenerasi lemak terjadi akibat terhambatnya pasokan energi dalam hati yang digunakan untuk memelihara fungsi struktur endoplasmik sehingga mengakibatkan penurunan proses sintesa protein yang menyebabkan sel hati kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida dan mengakibatkan nekrosis hati

31 19 (Djarismawati, 2004). Rodamin B juga menyebabkan aktivitas mutagenik dan kerusakan DNA pada sel ovarium tikus (Nestman et al., 1979). 5. Sifat Bahan Pewarna Rodamin B Penggunaan pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan tumor, hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan penggunaan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan penyakit kanker (Yuliarti, 2007). Penelitian Webb et al. (1961) mengenai tingkat toksisitas Rodamin B menunjukkan bahwa LD50 (Intravena) untuk Rodamin B adalah 89,5 mg/kg yang berarti cukup tinggi. Rodamin B dapat menyebabkan terjadinya pembesaran hati pada tikus. Kemudian dari hasil studi inkubasi in vito menunjukkan bahwa metabolisme Rodamin B terjadi di mikrosom sel hati dan menduplikasi proses deetilasi yang menunjukkan kegagalan metabolisme. Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984, karena Rodamin B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut berbahaya bila digunakan pada makanan. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang

32 20 melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Analisis yang menggunakan metode destruksi, kemudian diikuti dengan analisis metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun Rodamin B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik, tetapi juga oleh kontaminasi senyawa anorganik terutama timbal dan arsen. Keberadaan kedua unsur tersebut menyebabkan Rodamin B berbahaya jika digunakan sebagai pewarna pada makanan, obat maupun kosmetik. Hal ini didukung oleh Winarno yang menyatakan bahwa timbal banyak digunakan sebagai pigmen atau zat pewarna dalam industri kosmetik dan kontaminasi dalam makanan dapat terjadi oleh zat pewarna tekstil. B. Kerangka Pikir Memenuhi kebutuhan pangan dalam keadaan bebas dari resiko kesehatan yang disebabkan oleh kerusakan, kontaminasi, dan bahan tambahan. keamanan pangan merupakan faktor terpenting untuk dikonsumsi suatu produk pangan. Keamanan makanan dan minuman merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologis, toksisitas kimia dan status gizi. Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standarisasi persyaratan kesehatan. Bahan tambahan pangan yang ada dalam makanan adalah untuk membuat makanan yang aman, tampak lebih berkualitas, tahan lama,

33 21 menarik, serta cita rasa dan teksturnya lebih sempurna. Penggunaan bahan pengawet dapat menjadikan bahan makanan bebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat patogen maupun non patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan seperti pembusukkan. Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna dan menutupi perubahan warna selama penyimpanan. Penambahan zat pewarna Rodamin B pada makanan terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu penyakit kanker, oleh karena itu Rodamin B dinyatakan sebagai pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya. Sambal Botol Syarat mutu Sambal Botol Bahan tambahan pangan (Pewarna) Uji Kualitatif Sambal botol mengandung Rodamin B Sambal botol tidak mengandung Rodamin B Uji Kuantitatif Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian.

34 22 C. Hipotesis Penelitian 1. Sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga mengandung zat pewarna Rodamin B. 2. Terdapat beberapa kadar zat pewarna Rodamin B pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari Khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga.

35 23 III. METODEPENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu melihat gambaran jenis dan kadar perwarna pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai dengan tanggal 01 September Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. Analisis kandungan bahan pewarna Rodamin B pada sambal botol dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari Khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sambal botol yang berwarna merah sebanyak 7 botol, terdiri dari 5 botol sampel dari Hypermart dan 2 botol sisanya diambil dari Mall Mandonga. Pemilihan sampel diambil secara purposive sampling yaitu sambal botol yang berwarna

36 24 merah diambil secara sengaja sesuai dengan pertimbangan dan kebutuhan penulis. D. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer yaitu data tentang jenis dan kadar zat pewarna dalam sambal botol yang diambil dari pemeriksaan laboratorium. 2. Data Sekunder Data sekunder meliputi data yang berhubungan dengan substansi yang diperoleh dari literatur yang menjadi bahan masukan bagi penulis dan relevan untuk mendukung penelitian ini. E. Prosedur Penelitian 1. Alat dan Bahan 1.1 Alat a. Beker Gelas b. Cawan Petri c. Gelas Kimia d. Pipet Tetes e. Benang Wol f. Botol Aquades g. Oven (Pemanas) h. Gelas Ukur 125 ml i. Hot Plate j. Neraca Digital

37 Bahan a. Sambal Botol b. NaOH 10% c. HCL Pekat d. NH 4 OH 12% e. H 2 SO 4 f. Aquades 2. Pemeriksaan Secara Kualitatif Pemeriksaan secara Kualitatif dilakukan menggunakan metode fenilhidrazin. Prosedur Kerja Metode fenilhidrazin : 2.1 Timbang masing-masing sampel cair sambal botol kedalam gelas kimia 25 ml. 2.2 Masukkan sampel cair sambal botol ke dalam beker glass dan tambahkan HCL encer. 2.3 Berikutnya masukkan benang wol ke dalam beker glass yang telah ditambahkan HCL encer, lalu didihkan selama 30 menit. 2.4 Benang wol tersebut diambil lalu diteteskan dengan cairan dingin (Aquades). 2.5 Keringkan benang wol yang telah dicuci menggunakan aquades ke dalam oven.

38 Benang wol yang telah dikeringkan,dipotong masing-masing menjadi empat bagian lalu dimasukan ke dalam cawan petri. 2.7 Teteskan NaOH 10%, HCL Pekat, NH 4 OH 12% dan H 2 SO 4 pada benang wol yang telah dipotong. 2.8 Setelah itu lihat perubahan warna yang terjadi pada benang wol yang telah diteteskan NaOH 10%, HCL Pekat, NH 4 OH 12% dan H 2 SO 4, apabila terjadi perubahan warna yang telah ditentukan maka positif mengandung Rodamin B (BPPOM, 2000). 3. Pemeriksaan Secara Kuantitatif Pengujian secara Kuantitatif dilakukan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. F. Variabel Penelitian Identifikasi keberadaan pewarna sintetis pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari. G. AnalisaData Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara dekskriptif yaitu jenis dan kadar zat pewarna hasil pemeriksaan laboratorium

39 27 dibuat dalam bentuk tabel, dan dinarasikan, pembahasan, serta diambil kesimpulan. Dimana data yang dihasilkan dari metode baik kualitatif maupun kuantitatif diuraikan untuk menguji hipotesis penelitian. H. Definisi Operasional 1. Sambal botol adalah pelengkap makanan berbentuk cairan kental yang diperoleh dari proses pengolahan cabai yang matang, kemudian dihancurkan dalam bentuk bubur dan selanjutnya ditambahkan pelengkap lainnya. 2. Zat pewarna adalah adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan agar tidak pucat dan kelihatan menarik. 3. Kadar zat pewarna adalah jumlah kandungan zat pewarna sintetis yang terdapat dalam sambal botol. 4. Uji kualitatif adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui zat pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel melalui metode fenilhidrazin. 5. Uji kuantitatif adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar zat pewarna yang terdapat dalam sampel melalui metode spektrofotometer UV-Vis.

40 28 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis zat pewarna sintetis Rodamin B yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga, yang diduga terdapat kadar zat pewarna sintetis Rodamin B pada setiap sampel yang berbeda. Sampel yang digunakan adalah 7 (tujuh) sampel yang diambil dari Pasar Modern Kota Kendari, 5 (lima) diantaranya diambil pada Hypermart dan 2 (dua) diambil pada Mall Mandonga yang dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel dengan sengaja yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Sampel sambal botol yang diambil dari Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari diberi kode masing-masing yaitu Hypermart (S1, S2, S3, S4, S5), dan Mall Mandonga (T1, T2). Setelah itu diuji secara kualitatif dengan menggunakan Metode fenilhidrazin. Dari hasil pemeriksaan tersebut tidak terdapat zat pewarna sintetis Rodamin B yang terkandung di dalam sampel sambal botol dan ditunjukkan dengan adanya warna hitam dari NaOH, warna kuning pudar dari HCl, warna kuning dari NH 4 OH, dan kuning tua dari H 2 SO 4, dinyatakan tidak mengandung zat pewarna sintetis Rodamin B apabila ada perubahan warna tersebut. Hasil pengujian secara kualitatif terhadap kandungan Rodamin B pada sampel sambal botol, dari 7 (tujuh) sampel yang diperdagangkan Pasar Modern Kota Kendari khususnya Hypermart dan Mall Mandonga yang

41 29 dilakukan pengujian di Laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Hasil analisis kualitatif zat perwarna sintetis Rodamin B terhadap sampel sambal botol Sumber Sampel Hypermart Kode sampel S1 Pereaksi NaOH HCl NH 4 OH H 2 SO 4 Reaksi warna Hitam Kuning Pudar Kuning Kuning Tua Rodamin B Murni Ungu Ungu Ungu Ungu Hasil akhir Negatif Negatif Negatif Negatif S2 NaOH HCl NH 4 OH H 2 SO 4 Hitam Kuning Pudar Kuning Kuning Tua Ungu Ungu Ungu Ungu Negatif Negatif Negatif Negatif S3 NaOH HcCl NH 4 OH H 2 SO 4 Hitam Kuning Pudar Kuning Kuning Tua Ungu Ungu Ungu Ungu Negatif Negatif Negatif Negatif S4 NaOH HCl NH 4 OH H 2 SO 4 Hitam Kuning Pudar Kuning Kuning Tua Ungu Ungu Ungu Ungu Negatif Negatif Negatif Negatif S5 NaOH HCl NH 4 OH H 2 SO 4 Hitam Kuning Pudar Kuning Kuning Tua Ungu Ungu Ungu Ungu Negatif Negatif Negatif Negatif Mall Mandonga T1 NaOH HCl NH 4 OH H 2 SO 4 Hitam Kuning Pudar Kuning Kemerahan Ungu Ungu Ungu Ungu Negatif Negatif Negatif Negatif T2 NaOH HCl Hitam Kuning Pudar Ungu Ungu Negatif Negatif

42 30 NH 4 OH H 2 SO 4 Kuning Kuning Tua Ungu Ungu Negatif Negatif Keterangan : S1 = Hypermart pada produk I S2 = Hypermart pada produk R S3 = Hypermart pada produk J S4 = Hypermart pada produk A S5 = Hypermart pada produk N T1 = Mall Mandonga pada produk S T2 = Mall Mandonga pada produk P Berdasarkan pada tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa dari 7 sampel sambal botol yang diambil dari Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari yang dianalisis secara kualitatif dan dinyatakan semua sampel sambal botol negatif tidak mengandung Rodamin B. 1) Pembahasan 1. Kandungan Rodamin B Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman.

43 31 Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rodamin B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al. 2005). Namun demikian, penyalahgunaan Rodamin B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan dan diberitakan di beberapa Media Masa. Penambahan zat pewarna Rodamin B pada makanan terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu penyakit kanker. Oleh karena itu Rodamin B dinyatakan sebagai pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya pada bahan makanan. Pemerintah sendiri telah mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan

44 32 produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna-pewarna tersebut (Yuliarti, 2007) Penelitian zat pewarna sintetis Rodamin B pada sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari dilakukan karena banyaknya zat pewarna yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan baik yang diizinkan maupun yang tidak diizinkan. Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang bahan tambahan makanan bahwa tidak semua zat yang digunakan merupakan zat pewarna yang diizinkan. Penelitian secara kualitatif yang dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan metode fenilhidrasin dan diperoleh hasil bahwa semua sampel sambal botol yang diambil pada Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari tidak mengandung pewarna sintetis Rodamin B. Hasil uji laboratorium tersebut telah dilakukan terhadap 7 sampel sambal botol dan tidak ditemukan adanya sampel yang mengandung Rodamin B yang ditandai dengan tidak terdapat perubahan warna sampel menjadi warna indikator adanya Rodamin B yaitu warna ungu. Dalam hal ini semua sampel yang dianalisis dinyatakan negatif tidak mengandung Rodamin B. Hal ini menunjukkan bahwa sambal botol yang diperdagangkan di Pasar ModernKota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga, aman dari zat pewarna sintetis Rodamin B yang dilarang penggunaanya terhadap makanan. Hypermart dan Mall Mandonga Kota Kendari adalah pasar Modern di Kota Kendari yang sangat digemari oleh konsumen, rata-rata konsumen

45 33 berkunjung ke pasar ini untuk melakukan aktivitasnya dalam hal pembelian barang dan jasa khususnya bahan makanan untuk keperluan sehari-hari. Dengan tidak ditemukannya zat pewarna sintetis Rodamin B pada salah satu produk yang diperjual belikan memungkinkan masyarakat untuk terus melakukan pembelian produk yang berkelanjutan. Dengan demikian dampak postif akan sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya pada makanan yang akan dikonsumsi. Rodamin B adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil.pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.rumus Molekul dari Rodamin B adalah C 28 H 31 N 2 O 3 Cl dengan berat molekul sebesar Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165 o C (Subandi,1999). Di dalam Rodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (Cl) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya.reaksi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield Crafts untuk mensintesis

46 34 zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Reaksi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan Rodamin B. Selain terdapat ikatan Rodamin B dengan klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rodamin B inilah yang menyebabkan Rodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom klorin yang ada pada Rodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam golongan halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen. Penggunaan Rodamin B dalam produk pangan dilarang karena bersifat karsinogenik kuat, dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati hingga kanker hati (Syah, et al., 2005). Beberapa sifat berbahaya dari Rodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rodamin B di ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut

47 35 karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu penyakit kanker pada manusia. Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan, efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30 ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan- bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorin yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun berbahaya, jika terkena akan menyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia. Bahaya jangka pendek diantaranya adalah mual, muntah, sakit perut, dan tekanan darah rendah. Sedangkan bahaya jangka panjangnya adalah penyakit kanker. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rompas (2014) yang melakukan identifikasi zat pewarna Rodamin B pada saos tomat bakso tusuk di Sekolah Dasar Kota Manado.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa saos tomat bakso tusuk yang dijual oleh pedagang bakso tusuk di Sekolah Dasar tidak

48 36 terdapat zat pewarna Rodamin B melalui uji kualitatif di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAN) Kota Manado dengan menggunakan Metode Kromatografi Kertas.

49 37 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga tidak mengandung zat pewarna sintetis Rodamin B. 2. Sambal botol yang diperdagangkan di Pasar Modern Kota Kendari khususnya pada Hypermart dan Mall Mandonga yang ditandai dengan sampel tidak memiliki kadar zat perwarna sintetis Rodamin B. B. Saran Adapun saran dalam hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat perlu adanya pengetahuan dan informasi yang cukup tetntang zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan. 2. Untuk pedagang kiranya selalu menjual makanan yang baik untuk dikomsumsi dan tidak ditambahkan zat pewarna makanan yang dilarang pemerintah.

50 38 DAFTAR PUSTAKA Anonymous, k=view&id=675. Asmara, Rosihan. Ardiany Sulistyaningrum Efisiensi Usahatani Melon (Cucumis melo L.). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Brawijaya. AGRISE Volume VIII No. 1. Astuti, Rahayu Azizahwati, Analisis Bahan Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan Yang Berada di Pasaran, Majalah Ilmu Kefarmasian, IV, (1), 7-8, Departeman Farmasi FMIPA Universitas Indonesia Depok. Badan Pusat Statistik Republik Indonsia Tentang BPS. BPOM, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Hal. 57, , Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Cahyadi, W Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. BumiAksara. Jakarta. Cahyadi, W., 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Bumi Askara, Jakarta. Cahyadi, Wisnu Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Edisi kedua, hlm 4 Ditjen POM (2000), Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal Erliza.2007.Sejarah.Saus.Sambal. Hamdani, S Maserasi. Lazuardi, Antimikroba pada Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. s Blog.html. Merck Index An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals. Merck Co.Inc. USA

51 39 Mudjajanto, Situasional Analysis of Nutrition Problems in Indonesia. Available at Noviana, (2005), Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah pada Saus Tomat dan Saus Cabe yang Dipasarkan di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar, Skripsi FKM USU, Medan. Pebrayetna Sejarah Saus Sambal. Sastrawijaya, T Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Bandung. Scwartz, S.J dan J.H.V. Elbe Food Chemistry. Third Edition. O.R. Fennena Selection and Detection of Exhibiting Activity Against Tested Fungi, Sumarlin. L Identifikasi Pewarna Sintesis pada Produk Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Vol 1 (6) Wijaya, dan Mulyono Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press. Wijaya, H Pelabelan Pangan. Di dalam: Hardiansyah, Atmojo SM, editor. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) dan Institut Pertanian Bogor, bekerjasama dengan Proyek CHN3, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm 190. Winarno, F. G Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Winarno, F.G., Bahan Tambahan Makanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarno, FG dan Sulistyowati Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Gramedia Winarno, FG Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Minuman, Penerbit PT. Pustaka Harapan, Jakarta. Yuliarti, Nurheti Awas Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta

52 40 Lampiran 1: Prosedur Kerja Sambal Botol 30 ml Tambahkan HCL Encer Ke 6 Beker Gelas Didihkan 30 menit Teteskan dengan aquadest Masukan benang woll kedalam beker glass Setelah didih benang diambil Kadar Rhodamin B Teteskan NaOH 10%,HCL,NH 4 OH 12%,H 2 SO 4 Benang wol yg kering dipotong menjadi 4 bagian Tiap sampel disiramkan pada setiap cawan petri Mengandung Rhodamin B (terjadi perubahan warna) Tidak Selesai Ya Uji Kuantitatif

53 41 Menggunakan metode Spektrofotometer UV-VIS a. Pengujian secara kualitatif menggunakan metode fenilhidrazin Pertama- tama sampel cair (Sambal Botol) diukur masing-masing 30 ml, selanjutnya dimasukkan kedalam 6 beker glass dan ditambahkan HCl encer, selanjutnya masukkan benang wol kedalam beker glass yang telah ditambahkan HCl encer lalu didihkan selama 30menit, setelah didihkan benangnya diambil lalu diteteskan dengan cairan dingin (aquades) kemudian keringkan benang wol setelah dikeringkan potong masing-masing menjadi 4 bagian lalu dimasukkan kedalam cawan petri, selanjutnya diteteskan NaOH 10%, HCl(P), NH 4 OH 12%, H 2 SO 4. Langkah berikutnya setiap sampel Sambal Botol disiramkan pada tiaptiap cawan petri apabila terjadi perubahan warna yang telah ditentukan maka positif mengandung rhodamin B dan ini dilakukan pada setiap sampel Sambal Botol (BPPOM, 2000). b. Pengujian Secara Kuantitatif menggunakan Metode spektrofotometer UV-Vis. Preparasi sampel Ditimbang 2 g sampel, diletakkan diatas cawan penguap dan ditambah 16 tetes HCl 4 M, dimasukkan dalam beaker glass dan ditambahkan 30 ml methanol. Kemudian dilelehkan diatas penangas air hingga melarut. Disaring dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat anhidrat dan disaring kembali. Pembuatan larutan baku Dibuat larutan baku dari pewarna rhodamin B baku pembanding. Larutan baku yang dibuat memiliki konsentrasi sebesar 100 ppm.

54 42 Standar adisi Dibuat larutan dengan lima konsentrasi yang berbeda pada tiap-tiap labu ukur. Dipipet sampel sebanyak 0,3 ml kedalam lima buah labu ukur 25 ml yang berbeda. Pada masing-masing labu ukur, ditambahkan larutan baku pada berbagai volume yang berbeda, kemudian ditambahkan methanol hingga batas labu ukur. Selanjutnya dilakukan analisis dengan instrument spektrofotometer UV-Vis pada masing-masing konsentrasi, dicatat hasil absorbansinya. Perhitungan konsentrasi dan kadar Dibuat kurva kalibrasi, ditentukan persamaan garisnya. Nilai a sampel dimasukkan kedalam persamaan garis, kemudian dihitung konsentrasi dan kadar sampelnya.

55 43 Lampiran 1. Foto Dokumentasi Gambar Keterangan Proses pengambilan sampel sambal botol di pasar modern (Mall Mandonga), Kota Kendari Proses pengambilan sampel sambal botol di pasar modern (Hypermart Lippo Plaza), Kota Kendari Proses penimbangan sampel sambal botol

56 44 Hasil penimbangan sampel sambal botol dengan pemberian label (symbol) Proses penambahan 10 tetes HCL 0,1 N Proses pemberian benang wool kedalam sampel yang akan diamati setelah didihkan

57 45 Sampel didihkan selama ± 30 menit hingga larutan kelihatan kental Proses pencucian benang wool yang telah di celupkan pada setiap sampel dengan menggunakan aquades Proses pengeringan benang wool kedalam oven dengan suhu ± C selama 30 menit Setelah dikeringkan dari dalam oven sampel dibagi menjadi empat bagian dari 7 sampel yang berbeda

58 46 Pemberian HCL pekat pada masing-masing sampel yang telah dikeringkan Rhodamin B standar Tetesan NH 4 OH 12% Tetesan HCL Pekat Tetesan NaOH Pekat Tetesan H 2 SO 4 Rhodamin B Murni

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) ABSTRACT

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) ABSTRACT (JSTP) ISSN: 2527-6271 2016 ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) (Analysis of Rhodamine B Content of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia memerlukan makanan seimbang yaitu karbohidrat, protein, nabati, vitamin dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasa dan pembau. Dunia visual menggunakan indra penglihatan yang biasanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Seperti getuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan mutu, keamanan, dan daya tarik bahan pangan umumnya bergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologisnya. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan bahan dasar makanan harus mengandung zat gizi untuk memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk mie merupakan salah satu makanan ringan yang paling banyak diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah saat dimakan, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Giovani M.B Longdong 1), Jemmy Abidjulu 2), Novel S. Kojong 1) 1) Program Studi Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan atau street foods adalah jenis makanan yang dijual kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis. Jenis

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus masyarakatlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan

Lebih terperinci

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan atau juga dikenal sebagai street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, dipasar, tempat pemukiman serta lokasi

Lebih terperinci

Uji Kandungan Rhodamin B dan Formalin Pada Jajanan Anak Di Sekolah Dasar Kota Banjarbaru

Uji Kandungan Rhodamin B dan Formalin Pada Jajanan Anak Di Sekolah Dasar Kota Banjarbaru Uji Kandungan Rhodamin B dan Formalin Pada Jajanan Anak Di Sekolah Dasar Kota Banjarbaru Wardatul Kartini 1, Bayu Hari Mukti 1 1 Prodi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Banjarmasin *Korespondensi Penulis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa jenis dan kadar zat pewarna buatan yang terdapat pada selai roti yang bermerek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Warna Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2012, pewarna adalah bahan tambahan pangan (BTP) berupa pewarna alami, dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan ataudiaplikasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B ; Definisi, metabolisme, efek 2.1.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan, dalam bentuk larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna makanan sudah dikenal rakyat Indonesia sejak lama. Masakanmasakan Jawa tradisional seperti opor ayam kunyit untuk menghasilkan warna kuning atau oranye, juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rhodamine B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalah gunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai negara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu suatu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, dan faktor lainnya. Secara visual, faktor

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Saus tomat ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Persyaratan...1

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA JELLY BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA JELLY BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA JELLY BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA Azizah 1 ; Amaliyah Wahyuni 2 ; Nurhamidi 3 Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut WHO yang dimaksudkan makanan adalah semua benda yang termasuk dalam diet manusia sama ada dalam bentuk asal atau sudah diolah. Makanan yang dikonsumsi hendaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup manusia akan meningkat jika kualitas pangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa kriteria yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok utama manusia yang harus dipehuni dalam kehidupan sehari-hari. Penambahan zat pewarna dalam makanan atau minuman dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua, yaitu pewarna alami dan sintetis.selain itu, khusus untuk makanan dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua, yaitu pewarna alami dan sintetis.selain itu, khusus untuk makanan dikenal 2.1. Bahan Pewarna Makanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki tampilan makanan.secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA Sholihatil Hidayati Akademi Analis Farmasi Al-Islam Yogyakarta ABSTRAK Rhodamin B merupakan zat warna sintetis

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan pangan adalah bahan yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh dan berkembang serta mampu beraktifitas dan memelihara kondisi tubuh. Dalam memilih bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar makanan tersebut harus mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan kimia tak lagi menjadi bahan asing yang beredar di masyarakat luas dalam bentuk bahan kimia mentah ataupun dalam bentuk obat-obatan. Zat pewarna makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna makanan merupakan salah satu bahan tambahan pangan (BTP) yang sering digunakan dalam berbagai jenis makanan dan minuman olahan. Warna merupakan salah satu sifat

Lebih terperinci

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA Nadya Aulia 1 ; Amaliyah Wahyuni, 2 ; Nurhamidi 3 Rhodamin B adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan-minuman bagi konsumsi manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pewarna telah lama digunakan pada bahan makanan dan minuman untuk memperbaiki tampilan produk pangan. Pada mulanya zat warna yang digunakanan adalah zat warna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik diolah maupun tidak

Lebih terperinci

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS (Ananas comocus) DAN KEDONDONG (Spondias Dulcis) YANG DIJUAL DI DESA GUNUNG RAJA KECAMATAN TAMBANG ULANG KABUPATEN TANAH LAUT Cita Septiana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian makanan merupakan hal yang paling penting, bahkan lebih penting daripada rasa makanan. Penyajian

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe Standar Nasional Indonesia Saus cabe ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 523.927 ton, hasil tersebut meningkat dibandingkan produksi daging sapi pada tahun 2014 yang mencapai 497.670

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah Akademi Farmasi Samarinda Email: eka8382@gmail.com ABSTRAK Rhodamin B merupakan suatu pewarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi racun Racun (toxicant atau toxic) didefinisikan sebagai semua substansi bahan kimia yang menyebabkan efek berbahaya apabila diberikan kepada organisme. Hal ini dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makanan Jajanan Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan

Lebih terperinci

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia,

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dalam Jajanan Yang Dipasarkan Di PasarTradisional Kota Bandar Lampung

Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dalam Jajanan Yang Dipasarkan Di PasarTradisional Kota Bandar Lampung Identification Of The Substance Dye Rhodamine B in The Snacks That is Marketed in Traditional MarketIn Bandar Lampung City Permatasari A, Susantiningsih T, Kurniawaty E. Medical Faculty of Lampung University

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan, pada tahun 2010 terdapat 28.501 TPUM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan), salah satunya adalah pusat makanan jajanan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Makanan merupakan produk yang berasal

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR Syamsuri Syakri Jurusan Farmasi FKIK UIN Alauddin Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 01-2600 - 1992 SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN =========================================== DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga bahwa

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ILMU GIZI INDONESIA pissn 2580-491X Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ifan Ripaldy

Lebih terperinci

B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik

B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik T http://mandirinews.com/?p=4726 Juni 2015 anpa sadar, sebenarnya kita sering memasukkan zat

Lebih terperinci