BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
|
|
- Yuliani Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mengkaji konten web series CONQ sebagai salah satu lokus pesan dalam kajian Ilmu Komunikasi dengan fokus penelitian pada pembacaan konten sebagai bentuk teks representasi atas gay di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode analisis semiotik yang dikembangkan oleh Roland Barthes, yaitu pemaknaan tanda dan simbol dalam tataran denotasi (konseptual) dan konotasi (kontekstual) dimana peneliti melihat bentuk-bentuk representasi yang ada melalui bahasa yang merupakan bentuk produksi makna melalui deskripsi, penggambaran, imajinasi, dan simbolisasi dari tahap konsep hingga ke pemaknaan kontekstual yang dikaitkan dengan konteks sosial budaya yang menjadi latar teks atau dalam hal ini sosial budaya Indonesia. Kajian atas representasi gay ini berfokus pada bentuk kerja bahasa melalui pendekatan konstruksionis yang melihat bahasa sebagai medium konstruksi makna yang melalui proses interpretasi dimana dalam penelitian ini, pemaknaan yang ada bergantung pada interpretasi peneliti atas pesan yang terkandung dalam web series CONQ. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji bagaimana format web series dengan medium YouTube mampu mempengaruhi bentuk representasi atas gay yang ada. Sebagai medium dalam format web series, web series CONQ memiliki serangkaian video narasi yang berseri dimana pada musim pertama ( ) berjumlah total 12 video yang naskahnya dikembangkan dari konten website conq.me. Dari jumlah yang ada, peneliti hanya mengambil sejumlah video yang dirilis pada tahun 2014 sebagai objek penelitian, yaitu delapan episode yang dikurangi dengan satu episode spesial yang tidak memiliki keterkaitan cerita dengan episode-episode lainnya yang berseri. Episode-episode tersebut berjudul Unstereotype Me, The Perfect Profile (PART 1), The Perfect Profile (PART 2), The Test, The Enlightenment, The Baby Shower, dan A Night to Remember. 198
2 Setelah mengkaji bagaimana gay direpresentasikan dalam medium video online pada web series CONQ melalui tujuh episode tersebut, peneliti akan menjabarkan bentuk-bentuk temuan yang ada. Pertama, web series CONQ merepresentasikan kehidupan gay urban Indonesia melalui bentuk narasi yang berbeda dengan bentuk representasi yang dilakukan oleh media aktivis LGBT lokal maupun nasional dimana web series CONQ tidak bersifat eksploitatif, melodrama, atau erotis. Web series CONQ menempatkan kehidupan kaum gay urban sebagai bentuk kehidupan yang sejatinya familiar dengan kehidupan heteroseksual dan berbaur dengan masyarakat dimana web series CONQ menghadirkan tema-tema representasi berupa jaringan sosial dan perilaku komunikasi, pola pikir dan ekspresivitas, serta gaya hidup. Tema-tema yang ada pun juga secara spesifik membahas isuisu yang variatif, mulai dari pertemanan, asmara, pergaulan seksual, ideologi homoseksualitas, ekspresi identitas, HIV/AIDS, perilaku feminin, konsumsi alkohol dan narkoba, gaya hidup mewah, pesta, hingga kesehatan. Kedua, melalui tema serta isu yang ada tersebut, web series CONQ merepresentasikan kehidupan kaum gay urban dengan bentuk representasi yang tidak linier atau seragam dimana terdapat diversifikasi gay yang direpresentasikan melalui penokohan karakter-karakter yang ada, terutama pada ketiga karakter utama yang ada, yaitu Lukas, Timo, dan Aghi. Karakter-karakter yang ada dalam web series CONQ digambarkan memiliki latar belakang yang beragam dan bahkan ditemui beberapa kecenderungan perbedaan ideologi sehingga membuat kehidupan yang dijalani oleh karakter-karakternya memiliki cerita masing-masing yang bahkan bisa saling bertolak belakang. Beberapa yang bertolak belakang adalah bentuk relasi platonik yang monogami dengan bentuk relasi seksual yang cenderung mengarah pada praktek seks bebas dan bagaimana kaum gay memandang homoseksualitas sebagai identitas murni yang mendikte pola hidup maupun sebatas sebagai orientasi seksual yang tidak mempengaruhi aspek kehidupan selain seks. Hal ini menggambarkan bentuk variasi warna kehidupan yang ada di dalam jaringan kaum gay itu sendiri dimana web series CONQ tidak menggambarkan kehidupan kaum gay sebagai satu bentuk yang sama atau bahkan cenderung stereotipikal. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, web series CONQ juga tidak menggambarkan bentuk kehidupan kaum gay sebagai bentuk kehidupan yang 199
3 sama sekali berbeda dengan kehidupan kaum heteroseksual sehingga web series CONQ pun juga tidak dirancang sebagai bentuk representasi kehidupan kaum gay urban yang melakukan resistensi di tengah paham masyarakat mayoritas Indonesia atas konsep heteronormatif dan web series CONQ justru lebih berfokus pada bentuk-bentuk diversifikasi kehidupan gay yang ada di masyarakat dan bahkan ditemui juga bentuk kritik sosial atas stereotip dan hegemoni maskulinitas yang ada dalam internal kaum gay itu sendiri. Ketiga, media YouTube yang digunakan oleh web series CONQ sebagai media distribusi sekaligus penayangan menjadikan web series CONQ memiliki nafas counterculture yang berlandaskan pada konsep media alternatif yang dianut oleh YouTube itu sendiri. YouTube yang dipandang sebagai media konvergensi antara televisi dan internet, penyiaran broadcasting dan narrowcasting, sekaligus antara media transmisi dan perekam menjadikan YouTube memiliki cakupan pengakses seluas jangkauan internet dimana pengakses YouTube itu sendiri mampu berperan sebagai komunikator yang memiliki konten sekaligus komunikan atau audiens dari konten. Pada titik inilah YouTube dilihat sebagai ruang gerak alternatif yang kontras dengan industri yang bersifat eksklusif dan cenderung berbiaya tinggi. Cakupan jangkauan akses dan distribusi video yang seluas jangkauan internet atau dengan kata lain mampu mencakup seluruh dunia menjadikan YouTube tidak memiliki batasan teritorial tertentu sehingga YouTube memiliki dua keistimewaan sekaligus, yaitu viralitas dan perbedaan regulasi karena regulasi yang ada dalam teritorial tertentu, termasuk regulasi kenegaraan pun tidak berlaku. Dua keistimewaan tersebut menjadikan web series CONQ berbeda dengan media representasi homoseksual yang lain, baik dalam bentuk media konvensional maupun new media sekalipun. Jika dibandingkan dengan media audio-visual konvensional seperti film dan televisi, YouTube tidak memiliki sistem sensor dan hanya menetapkan regulasi dalam bentuk YouTube Community Guideline dimana yang disoroti dalam penelitian ini adalah regulasi kategori Nudity and Sexual Content atau regulasi yang menyoroti adanya konten keterlanjangan dan mengandung unsur seksualitas. Regulasi dalam fokus yang sama juga diterapkan dalam media konvensional dimana pada film diatur oleh LSF sedangkan televisi diatur oleh KPI namun ditemukan bahwa regulasi yang diatur oleh negara tersebut bersifat 200
4 lebih ketat dan melarang visualisasi seksualitas dalam bentuk apapun bahkan dalam bentuk implisit sekalipun. Keterbatasan visualisasi seksualitas tersebut tidak didapati dalam regulasi yang ditetapkan oleh YouTube dimana YouTube masih memperbolehkan bentuk keterlanjangan dan adegan seksual implisit namun konten yang ada harus dalam kategori dewasa atau age-restricted content. Fleksibilitas YouTube ini menjadikan web series CONQ mampu lebih ekspresif dan original dalam merepresentasikan homoseksualitas pria dibandingkan dengan bentuk tayangan film dan televisi di Indonesia. Sedangkan jika dibandingkan dengan sesama new media, kekuatan audiovisual yang dimiliki web series CONQ menjadikannya memiliki tingkat viralitas tinggi jika dibandingkan dengan website conq.me yang menjadi akar naskah web series CONQ. Dari segi konten, persebaran website pada umumnya dan termasuk website conq.me hanya mengandalkan viralitas teks dan gambar diam dimana kendala bahasa menjadi sorotan utama karena meskipun website conq.me menggunakan percampuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, nilai interpretasinya tidak akan semudah bahasa visual atau non-verbal yang cenderung lebih universal. B. Saran Web series CONQ hadir sebagai web series bertema LGBT pertama di Indonesia dan memperkaya khasanah representasi homoseksual yang ada di media Indonesia. Bentuk representasinya yang menonjolkan adanya diversifikasi gay selayaknya mampu memberikan kesadaran masyarakat, pemerintah, dan para penggiat media maupun sineas film Indonesia, baik dari golongan kaum heteroseksual maupun homoseksual atas representasi homoseksual yang tidak bersifat menghakimi, menstereotipkan, eksploitatif, dan profokatif. Jika menilik dari kasus wacana pemblokiran web series CONQ oleh pemerintah karena konten yang ada diklaim mengandung unsur pornografi sehingga mengakibatkan diturunkannya semua konten web series CONQ dari semua kanal online-nya untuk sementara waktu, ini membuktikan adanya apatisme dan praktek homofobik dari pemerintah atas bentuk konten web series CONQ yang berdampak pada pembatasan ekspresivitas golongan identitas atau budaya tertentu, yang dalam hal ini adalah kaum gay Indonesia. Semua elemen masyarakat, penggiat media, dan pemerintah semestinya sudah mulai belajar 201
5 dari web series CONQ ini bahwa representasi homoseksualitas bukan hanya semata-mata masalah mengemis eksistensi, erotisme, atau bahkan yang dalam tingkat radikal, melawan heteronormativitas karena isu homoseksualitas pada dasarnya adalah isu humanis seperti halnya isu-isu yang ada dalam permasalahan sosial pada umumnya. Dari segi penelitian ini, peneliti masih merasa cukup banyak kekurangan baik dalam proses pengerjaan maupun dari segi fokus permasalahan yang diangkat. Metode semiotik yang dipilih dalam penelitian ini melihat representasi dengan pendekatan konstruksionis dimana pemaknaan yang ada bergantung pada interpretasi peneliti atas pesan yang terkandung dalam web series CONQ sehingga pengetahuan peneliti atas detil-detil yang ada dalam web series CONQ sangat mempengaruhi interpretasi yang ada. Detil-detil yang dimaksud antara lain bahasa, istilah, objek, hingga konteks yang ada baik dari keseluruhan narasi maupun elemen terkecil seperti kosakata atau diksi. Karena penelitian ini lebih berfokus pada tekstualitas web series CONQ secara keseluruhan, isu-isu representasi yang terdapat di dalamnya yang sebetulnya menarik untuk diperdalam menjadi hanya dibahas dari sisi permukannya saja sehingga pengkajian yang ada kurang spesifik atas isu-isu yang ada. Beberapa isu yang layak untuk diteliti lebih jauh antara lain isu dekonstruksi stereotip homoseksual yang menjadi tema dalam episode Unstereotype Me dan isu hegemoni maskulinitas tradisional dalam praktek penggunaan media yang menjadi tema dalam episode The Perfect Profile (PART 1) dimana isu-isu tersebut dan isu-isu lainnya akan menarik jika dikaji dari lokus komunikator dengan metode analisis wacana sehingga hasil penelitian yang ada akan sekaligus membedah proses kreatif dan produksi dari web series CONQ itu sendiri. Penelitian ini pun tidak mengkaji web series CONQ dari lokus komunikan atau audiens dimana ranah-ranah penelitian yang ada bisa mencakup resepsi audiens, kepenontonan, apresiasi, atau bahkan hingga kepada media habit para audiens baik yang mengakses akun YouTube web series CONQ maupun akunakun media sosial lain yang terkait. Seiring berjalannya penelitian ini, ternyata web series CONQ mengalami dinamika yang beragam, mulai dari progres penayangan setiap episodenya yang akhirnya lengkap menjadi 12 episode pada Agustus 2015 hingga akhirnya kini 202
6 tidak bisa diakses lagi sejak 12 September 2015 terkait adanya wacana ancaman pemblokiran web series CONQ oleh oknum DPR RI karena dianggap mengandung konten pornografi. Pasca pemberitaan atas wacana ancaman tersebut, dinamika yang terjadi melalui pernyataan resmi dan tindakan pihak web series CONQ serta para audiensnya sangat menarik. Kasus ini dapat dikaji jauh lebih dalam lagi sebagai penelitian tersendiri dengan mengambil metode studi kasus dimana melihat dinamika yang terjadi ini dari perspektif penggunaan media, kebebasan berpendapat, apresiasi, dan lain-lain. 203
BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciREPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI
REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Analisis melalu komponen-komponen visual yang ditemukan pada karakter sticker LINE messenger Chocolatos pada tataran denotatif dan konotatif telah selesai dijelaskan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. (unity), bersatunya bayi dengan ibunya, kembali pada the Real. Suatu kondisi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Hasrat dan fantasi merupakan hal yang siginifikan dalam pemikiran Lacan. Melalui hasrat subjek mampu bertahan dengan ilusi kembali pada kondisi utuh (unity), bersatunya bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.
Lebih terperinciIDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM
82 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PENCARIAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL OLEH REMAJA DALAM FILM THE LOVE OF SIAM) Sekar Dwi Marliana
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Menurut Phillips, pendekatan atau sering pula disebut paradigma ialah seperangkat asumsi, baik tersurat maupun tersirat, yang menjadi landasan bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah sebuah hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini pun menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan
Lebih terperinci2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Busana adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas. Dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek/Subyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah adegan atau content yang dimuat dari video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menetapkan paradigmanya sebagai paradigma kritis. Paradigma ini pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan epistimologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era masa kini, topik mengenai perbedaan gender dan jenis kelamin seakan tak pernah usang untuk diperbincangkan. Pembahasan mengenai isu gender yang meliputi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses analisis tanda dalam film telah dilakukan untuk mengetahui representasi multikulturalisme dalam film Cheng Cheng Po. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh, film
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Perdebatan mengenai batasan antara nilai-nilai moral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai masalah seksualitas, erotika dan pornografi belakangan ini kembali menarik perhatian dan menjadi bahan perbincangan oleh banyak kalangan. Perdebatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau berita bisa disebarkan melalui berbagai perangkat, yakni desktop (personal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam satu dekade terakhir, internet semakin menjadi primadona teknologi informasi. Keberadaan internet mengubah pola penyajian berita menjadi lebih cepat, baik
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini membahas tentang bagaimana praktek resepsi iklan yang dilakukan oleh pelajar perokok di lingkungan geng di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap pesan iklan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek merupakan aspek yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Menurut American Marketing Association (AMA), merek adalah sebuah nama, istilah, tanda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, menanggapi fenomena sosial tentang nasionalisme yang disinyalir mulai memudar.
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM I. UMUM Kesadaran manusia akan kebutuhan hiburan memberi peluang besar pada industri perfilman untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB II PREFERED READING DAN IDENTITAS INFORMAN
BAB II PREFERED READING DAN IDENTITAS INFORMAN Temuan penelitian tentang pemaknaan khalayak atas kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama di media Sosial Youtube diuraikan pada bab ini. Adapun temuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui berbagai jenis media.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
Lebih terperinciResume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed
Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. Kehadiran media massa membawa dunia kepada era dengan pertukaran informasi dengan cepat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan atau memaknai film mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang terepresentasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2
BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
80 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Peneliti tertarik untuk menganalisis teks media dari
Lebih terperinciMITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 (TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting Disusun oleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media Massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan jarak,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Media Massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan jarak, bahkan mungkin kehadiran media massa dapat mempengaruhi cara hidup dan perilaku seseorang (Mutmainah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pemimpin di negeri ini selalu ramai jika diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas kinerjanya selama masa pemerintahan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Citra politik pemerintah, aktor politik, lembaga Negara maupun organisasi tertentu pada dasarnya bersifat dinamis. Dapat berubah sewaktuwaktu dengan adanya proses pencitraan.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Film secara substansial memenuhi kriteria sebagai tajuk yang mengulas kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual dalam film mampu menghadirkan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1. Pendekatan dan Sifat Penelitian Mulyana (2001:33), mengemukakan pendekatan subjektif sering disebut studi humanistis, dan karena itu sering disebut humaniora (humanistis).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam suatu perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga
Lebih terperincidalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal
63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin
Lebih terperinciSeks dan Seksualitas dalam Media Hiburan Populer di Kalangan Remaja Lesbian, Gay, dan Biseksual
Seks dan Seksualitas dalam Media Hiburan Populer di Kalangan Remaja Lesbian, Gay, dan Biseksual Bradley J. Bond Department of Communication Studies, University of San Diego Abstrak Media dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Poster adalah salah satu media untuk menyampaikan sebuah pesan kepada audience terutama dalam dunia dakwah Islam, poster memberikan peranan besar dalam mengajak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Pengertian paradigma menurut Dedy Mulyana adalah suatu kerangka berfikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara alamiah untuk memperoleh data dengan keguaan dan tujuan tertentu. Setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki kegunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
Lebih terperinci(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan hiburan terus meningkat. Menurut Briggs dalam Susilana (2008:6), Media adalah sarana fisik untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. justru melakukan penyadaran kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur sosial
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Metode penelitian ini mengunakan paradigma kritis, yaitu berasal dari Teori Kritik Masyarakat yang intinya bermaksud untuk membebaskan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha
BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan
25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan
Lebih terperinciTV 96% Radio 38% Koran 8% Online 40% Internet
TV 96% Internet Online 40% Radio 38% Koran 8% Ideologi Media Orientasi Media Produk Media Agenda Media Agenda Pengelola Media Agenda Publik Isi Media UU Lain yang beririsan UU Pers, KEJ UU Perlindungan
Lebih terperinci