BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, namun pada kenyataannya banyak terjadi kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia yang masih mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat diatasi dengan menamankan pemahaman tentang pentingnya lingkungan melalui literasi lingkungan kepada masyarakat. Literasi lingkungan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berperilaku baik dalam kesehariannya, dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi lingkungan. Literasi lingkungan sejak dini dapat diperdayakan melalui pembelajaran formal di sekolah. Pemberdayaan literasi lingkungan disekolah dapat dilakukan apabila siswa dilatih menguasai aspek dan kompetensi literisi lingkungan. Aspek-aspek literasi lingkungan yang harus dimiliki siswa untuk menguasai literasi lingkungan antara lain aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku (Simmons, 1995). Kompetensi yang harus dimiliki siswa untuk menguasai literasi lingkungan yaitu mengindentifikasi isu-isu lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan, mengevaluasi solusi potensial isu-isu lingkungan, mengusulkan tindakan penyelesaian isu lingkungan (Hogden, 2012). Pembelajaran yang dapat melatih siswa menguasai aspek dan kompetensi literasi lingkungan salah satunya adalah pembejalaran sains. Sains khususnya biologi merupakan pelajaran yang erat hubungannya dengan lingkungan, dimana dijelaskan oleh Purves et al. (2003) bahwa biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang benda hidup, benda yang pernah hidup dan lingkungannya. Mulai dari tingkat molekul hingga tingkat ekosistem, oleh karena itu pelajaran biologi dapat digunakan untuk mengaplikasikan pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan merupakan pendidikan untuk menghasilkan warga negara yang dilengkapi dengan literasi lingkungan (Hungerford, Peyton and Wilk, 1983). 1

2 2 Banyak hal yang dapat dipelajari dari mata pelajaran biologi, pembelajaran biologi dapat dikaitkan dengan kewirausahaan. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK). Gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan dapat diawali dengan aplikasi kewirausahaan dalam pendidikan salah satunya dalam pelajaran biologi. Pembelajaran biologi juga sangat penting perannya dalam mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Teknologi merupakan aplikasi sains yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pengembangan teknologi selalu dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat termasuk ilmu-ilmu biologi yang merupakan bagian dari sains. Pembelajaran biologi idealnya dikembangkan sesuai dengan hakikat pembelajaran sains yaitu ke arah pengembangan scientific processes, scientific products, scientific attitudes, identik pada proses kegiatan ilmiah yang mengembangkan keterampilan proses sains yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas seperti: mengamati, menganalisa, melakukan percobaan untuk menemukan sendiri konsepkonsep sebagai produk sains ilmiah Carin dan Sund (1990). Melalui keterampilan proses sains maka literasi lingkungan siswa dapat diberdayakan. Hasil data analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora menunjukkan adanya gap pada standar proses yaitu sebesar 2,78 %, dengan data ideal 13,89% dan data dilapangan 11,11%. Adanya gap yang terjadi dikarenakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kurang melakukan proses sains yaitu siswa kurang bertanya, mengamati, menganalisis dan jarang melakukan percobaan. Berdasarkan data yang diperoleh, standar proses di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora perlu adanya perbaikan. Data hasil analisis ujian Tahun 2013/2014 menunjukkan nilai siswa untuk materi yang terkait dengan lingkungan menunjukkan nilai yang cukup tinggi pada materi pencemaran lingkungan, nilai sekolah yaitu 81,30, kota atau kabupaten 76,07, provinsi 80,46, nasional 70,47. Berdasarkan data analisis ujian nasional terlihat nilai yang diperoleh siswa cukup tinggi, namun rata-rata nilai literasi lingkungan siswa rendah yaitu 60,27. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan antara

3 3 nilai kognitif siswa pada materi pencemaran lingkungan dengan kemampuan literasi lingkungan siswa. Hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru menunjukan bahwa kegiatan guru dan siswa kurang dirumuskan secara jelas dan operasional, langkah pembelajaran kurang berpusat pada siswa, langkah pembelajaran kurang melatih Keterampilan Proses Sains (KPS). Hasil analisis RPP terhadap potensi memberdayakan literasi lingkungan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang melatih KPS, sehingga 1) siswa kurang mengidentifikasi isu; 2) siswa kurang menganalisis isu; 3) siswa kurang mengevaluasi solusi potensial masalah; 4) siswa kurang mengusulkan tindakan penyelesaian masalah. Begitu juga dengan hasil analisis LKS menunjukan bahwa isi LKS kurang melatih KPS siswa sehingga kompetensi yang harus dikuasai siswa agar literasi lingkungan menjadi baik kurang dilatihkan. Hasil observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru menunjukkan bahwa: 1) guru menguasai materi dengan baik, akan tetapi guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan penerapan sehari-hari; 2) guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan kondisi lingkungan dimasyarakat; 3) guru kurang menghubungkan penyelesaian masalah pada konsep yang dipelajari, dengan memanfaatkan teknologi yang telah berkembang; 4) guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan peluang usaha yang dapat dilakukan. Selain itu strategi yang dilakukan oleh guru adalah ceramah dan tanya jawab interaktif, terjadi interaksi antara siswa dan guru akan tetapi kurang terjadi interaksi antar siswa. Berdasarkan data dan hasil observasi permasalahan terletak pada proses kegiatan belajar mengajar dan nilai literasi lingkungan siswa yang kurang diberdayakan. Salah satu usaha untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan memberdayakan literasi lingkungan siswa yaitu melalui penggunaan strategi/model yang sesuai. Strategi/model yang diterapkan saat kegiatan belajar mengajar disekolah kurang memberdayakan literasi siswa, oleh sebab itu perlu adanya pengembangan

4 4 model pembelajaran yang dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan memberdayakan literasi lingkungan siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatihkan literasi lingkungan salah satunya adalah model pembelajaran SETS. Model pembelajaran SETS (Science, Technology, Society) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Tujuan SETS adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya (Poedjiadi, 2005). Menurut Binadja (2000), dalam suatu pembelajaran biologi dengan pendekatan SETS, memiliki beberapa karakteristik yang perlu ditampilkan dalam pembelajaran, yaitu : 1) tetap menyampaikan pelajaran sains (biologi) yang telah ditentukan; 2) siswa dibawa pada situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke dalam bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat sebagai pengguna dan pengembang teknologi; 3) siswa diminta untuk menjelaskan hubungan antar unsur sains (biologi) dengan unsur-unsur lain dalam SETS; 4) siswa diajak untuk mencari alternatif penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke dalam bentuk teknologi tersebut ke dalam lingkungan dan masyarakat (mencari bentuk teknologi yang lebih baik); 5) di dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. Melalui model pembelajaran SETS siswa akan mampu memahami keterkaitan hubungan antara sains, masyarakat, lingkungan, teknologi, akan tetapi pengetahuan siswa tentang kewirausahaan juga perlu disampaikan dalam pendidikan sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 4 Tahun Penggunaan model SETS dilengkapi entrepreneurship (kewirausahaan) diharapkan siswa memiliki sikap berwirausaha yang berdampak pada kemajuan ekonomi tanpa harus mengabaikan kondisi

5 5 lingkungan, yaitu dengan cara membuat produk dari barang yang dianggap tidak bernilai menjadi produk yang bernilai. Oleh karena itu, SETS dilengkapi entrepreneurship (kewirausahaan) akan memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan kepada siswa. Model SETS memiliki kekurangan yang sama dengan model SETS yaitu dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dapat membahas secara detail dan membutuhkan waktu ekstra untuk mengetahui dampak yang terjadi pada lingkungan maupun masyarakat (Binadja, 1999). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Tunjungan Blora menyatakan bahwa ketika penerapan model pembelajaran SETS siswa kesulitan saat mengkaitkan unsur-unsur SETS sehingga guru memerlukan waktu tambahan untuk melakukan konfirmasi. Selain itu kelemahan model SETS adalah siswa mengalami kesulitan untuk mengkaitkan unsurunsur SETS (Sutarno, 2009), maka diperlukan penambahan teknik untuk melengkapi kekurangan model SETS. Sesuai dengan pendapat Rustaman (2005) bahwa tidak semua model dapat digunakan untuk semua materi yang terdapat pada pelajaran biologi, supaya proses pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya maka perlu adanya penambahan multimetode atau teknik. Teknik yang dapat digunakan untuk menutupi kekurangan model SETS adalah teknik Mind Mapping. Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam. Ditinjau dari segi waktu Mind Mapping dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini disebabkan karena teknik ini dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat. Mind Mapping mampu memangkas waktu belajar dengan mengubah pola pencatatan linier yang memakan waktu menjadi pencatatan yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh individu (Buzan, 2008). Teknik Mind Mapping juga akan membantu siswa menjabarkan satu persatu unsur SETS. Karakteristik SETS salah satunya adalah siswa harus mampu mengkaitkan antara unsur-unsur SETS, jadi unsur-unsur SETS ditambah entrepreneurship yang telah dijabarkan menjadi 5 Mind Mapping akan

6 6 dikolaborasikan menjadi satu Mind Mapping yang bisa disebut dengan Colaborative Mind Mapping. Colaborative Mind Mapping akan membantu siswa menghubungkan keterkaitan antara 5 unsur yang terdapat dalam model SETS yang ditambah dengan entrepreneurship yaitu unsur (Science, Environment, Technologi, Society dan Entrepreneurship) sehingga diharapkan siswa akan lebih kreatif dan lebih memahami konsep yang telah diterima. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Correia et al. (2009) yang menggunakan Collaborative Concept Maps untuk memungkinkan siswa mengeksplorasi keragaman pendapat dari kelompok yang heterogen. Berdasarkan latar belakang di atas dan uraian data yang diperoleh maka perlu dilakukan penelitian dengan rumusan judul Pengembangan Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang dilengkapi dengan Collaborative Mind Mapping untuk Memberdayakan Literasi Lingkungan pada Materi Pencemaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan? 2. Bagaimanakah kelayakan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan? 3. Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan?

7 7 C. Tujuan Pengembangan Tujuan dalam penelitian dan pengembangan sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan. 2. Menguji kelayakan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan. 3. Menguji keefektivan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan. D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk pada pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara rinci sebagai berikut : 1. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dikembangkan melalui kajian teori mengenai kelebihan dan kekurangan masingmasing. 2. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping menekankan pada penggunaan Collaborative Mind Mapping. 3. Model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dikembangkan untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora pada materi pencemaran. 4. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping mengacu pada komponen model pengembangan yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (2008) yaitu: 1) Landasan teori; 2) Sintaks (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing); 3) Sistem sosial (the social system); 4) Prinsip reaksi (principles of reaction); 5) Peran dan tugas guru; 6) Sistem pendukung (support system); 7) Dampak instruksional dan pengiring.

8 8 5. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping, dilengkapi dengan perangkat pembelajaran meliputi : a. Silabus, silabus sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), RPP dikembangkan mengacu pada RPP Kurikulum 2013, yang dilengkapi materi ajar, materi ajar berupa materi pencemaran lingkungan, dan instrumen penilian, instrumen penilaian berupa penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. c. Lembar Kerja Siswa (LKS), LKS digunakan untuk mengerjakan tugas selama pembalajaran yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan sesuai dengan sintaks model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping 6. Produk lain yang dihasilkan untuk melengkapi model dan perangkat pembelajaran adalah video implementasi model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dibuat sesuai sintaks model dari awal hingga akhir yang menggambarkan kegiatan siswa selama pembelajaran. Video model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dibuat sebagai acuan dan untuk mempermudah orang lain untuk memahami secara rinci pelaksanaan model. E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Asumsi dalam penelitian sebagai berikut : 1. Pemberdayaan kemampuan literasi lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora dilakukan dengan pengembangan model pembelajaran yaitu model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping. 2. Model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping membantu dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran biologi materi pencemaran sesuai dengan karakteristiknya. 3. Peningkatan kualitas proses dan literasi lingkungan siswa pada uji coba lapangan operasinal semata-mata hanya disebabkan penerapan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping.

9 9 Keterbatasan/ ruang lingkup pada penelitian pengembangan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping terbatas pada materi pencemaran lingkungan. 2. Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara khusus untuk mengukur literasi lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. 3. Institusi yang digunakan sebagai uji coba adalah SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Mengembangkan khasanah keilmuan dibidang pengembangan model pembelajaran dan implementasi dalam mata pelajaran biologi. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru 1) Memberi sumbangan pemikiran bagi guru dalam pengembangan model pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran dikelas. 2) Penerapan langsung model baru hasil pengembangan yaitu model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping pada pelajaran biologi materi pencemaran lingkungan. 3) Memberi masukan pada guru mengenai manfaat pengembangan model pada materi tertentu untuk memberdayakan literasi lingkungan siswa. b. Bagi siswa 1) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diterapkan dapat membantu siswa memahapi konsep materi pencemaran.

10 10 2) Model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang dikembangkan dapat menjadi kegiatan pembalajaran lebih interaktif, inspiratif, menyanangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Membantu siswa untuk meningkatkan literasi lingkungan. c. Bagi peneliti 1) Memberikan pengalaman dan pengetahuan pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping pada mata pelajaran biologi materi pencemaran. 2) Bagi peneliti lainnya dapat digunakan sebagia rujukan dalam pengembangan model pembelajaran selanjutnya dengan tema yang berbeda. d. Bagi Sekolah 1) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat dijadikan referensi model pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran. 2) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat meningkatkan kompetensi guru 3) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa 4) Pihak kurikulum dapat menyebarkan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara luas kesekolah-sekolah lain sebagai pembelajaran untuk meningkatkan output yang berkualitas.

11 11 G. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran (Joyce & Weil, 1982). Menurut Joyce dan Weil (2008) setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: yaitu: 1) Landasan teori; 2) Sintaks (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing); 3) Sistem sosial (the social system); 4) Prinsip reaksi (principles of reaction); 5) Peran dan tugas guru; 6) Sistem pendukung (support system); 7) Dampak instruksional dan pengiring.. 2. Model Pembelajaran SETS Model pembelajaran SETS (Science, Technology, Society) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). 3. Mind Mapping Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif (Buzan, 2008). 4. Entrepreneurship (Kewirausahaan) Suryana (2007) menyatakan bahwa kewirausaaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. 5. Literasi Lingkungan Literasi lingkungan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berprilaku baik dalam kesehariannya, dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi lingkungan. Roth (1992) menggambarkan literasi lingkungan sebagai kemampuan untuk memahami dan menafsirkan kesehatan sistem lingkungan dan kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki, memulihkan atau memelihara sistem tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad 21, persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan khususnya pendidikan sains yang sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sains tidak hanya merupakan suatu kumpulan pengetahuan saja, karena dalam sains mengandung empat hal yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi secara global selalu mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, untuk mengimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran menurut Siregar dan Nara (2010) merupakan interaksi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Biologi a. Hakikat Belajar Biologi Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya berperan penting untuk menyiapkan peserta didik yang mampu berpikir kritis,

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP PPT 3.1-1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia zaman modern dihadapkan pada perkembangan pengetahuan yang begitu pesat akibat kemampuan berpikir dan penelitian para ahli. Pengetahuan tidak dapat dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, biologi merupakan pendidikan berorientasi kehidupan, lingkungan, dan pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia menandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial meniscayakan dirinya berusaha mengetahui sesuatu di luar dirinya, inilah yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa, karena siswa sebagai subyek utama dalam proses pembelajaran. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai pembelajaran dengan baik (Fauzan, 2012). pengembangan aspek sensori-motorik, afektif, dan nilai-nilai (value).

BAB I PENDAHULUAN. memaknai pembelajaran dengan baik (Fauzan, 2012). pengembangan aspek sensori-motorik, afektif, dan nilai-nilai (value). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lingkungan belajar yang memiliki potensi untuk menarik perhatian kelima indera dan dikombinasikan dengan aktivitas fisik, akan membantu perkembangan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Siswa membutuhkan akses terhadap guru profesional,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st Century Partnership Learning Framework (BSNP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai macam komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. Guru termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejauh ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran masih berfokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat. Magister Pendidikan Sains. Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat. Magister Pendidikan Sains. Program Studi Magister Pendidikan Sains PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) DILENGKAPI DENGAN COLLABORATIVE MIND MAPPING UNTUK MEMBERDAYAKAN LITERASI LINGKUNGAN PADA MATERI PENCEMARAN TESIS Disusun

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Herniwati Wahid 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 herniwati.wahid@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen saling terkait bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan tujuan pendewasaan dan perubahan perkembangan pada diri manusia dari tidak mengerti

Lebih terperinci

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif perkembangan tersebut dengan terus munculnya inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Keterpaduan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, pengalaman belajar yang didapat oleh siswa merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1..1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mengarahkan siswa untuk lebih menutamakan konsep dari pada proses.

BAB I PENDAHULUAN. tahun mengarahkan siswa untuk lebih menutamakan konsep dari pada proses. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan No 23 tahun 2006 menyebutkan tujuan pendidikan menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/ Paket C adalah untuk

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN SETS PADA KELAS V Isti Nur Hayanah Sri Hartati, Desi Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tahap pengembangan dan tahap validasi produk awal dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uji coba terbatas dan uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, kurikulum dalam pendidikan formal mempunyai peran yang sangat strategis. Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru, siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Keterampilan Proses Sains Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu: (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dengan aktif dan hasil belajar di atas KKM yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau penurunan rumus dan teori saja, melainkan merupkan produk dari sekumpulan fakta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA Krisma Widi Wardani 1, Ananda Laksmi Ekawati²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sesuai dengan tuntutan kurikulum bahwa kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performance assesment merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa saat melakukan sesuatu (Uno, 2012). Performance assesment merupakan penilaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan.

Lebih terperinci

121 Penerapan Metode Mind Mapping Dan Model Student Facilitator...

121 Penerapan Metode Mind Mapping Dan Model Student Facilitator... PENERAPAN METODE MIND MAPPING DAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII A PADA MATERI SISTEM RESPIRASI DI SMP AISYIYAH MUHAMMADIYAH 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014

Lebih terperinci

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum yang berlaku di negara Indonesia saat ini adalah kurikulum berbasis KTSP dan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN STS (SCIENCE-TECHNOLOGY-SOCIETY) Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 3 APRIL 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pengajaran di sekolah pada umumnya hanya terbatas pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya menuntut pemikiran konvergen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep harmonis dengan alam. Fisika merupakan pelajaran yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humonaria, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan bagi setiap warga negara, baik tua

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun IPA yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu bekal yang paling berharga dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan kunci utama dalam meraih sebuah kesuksesan. Pendidikan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : FRANSISCA DINA SUSILAWATI NIM : K 4303027 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci