BAB VIII. PERKEMBANGAN SUKSESIONAL EKOSISTEM
|
|
- Sudomo Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII. PERKEMBANGAN SUKSESIONAL EKOSISTEM A. Pendahuluan Struktur, fungsi dan stabilitas ekosistem sangat beragam menurut waktu dan ruang. Perubahan ekologis berlangsung sepanjang waktu dan memberikan makna yang fundamental dalam skala rentang waktu yang lebar dari tingkat detik dan menit (untuk pola fisiologis dan perilaku tumbuhan dan hewan) sampai jutaan tahun perubahan evolusioner yang tercatat dalam dokumen fosil. Salah satu tampilan yang menyolok dari perkembangan vegetasi pada sebagian besar lingkungan adalah kelompok-kelompok tumbuhan sering tumbuh bersama-sama. Kelompok-kelompok tumbuhan tersebut beradaptasi dengan kondisi habitat lokal disebut sebagai Asosiasi tumbuhan' atau `Komunitas tumbuhan'. Keteraturan di dalam vegetasi berkaitan dengan dua faktor ekologis yaitu respon vegetasi yang kontinyu terhadap ragam spasial dalam faktor lingkungan, dan perkembangan vegetasi yang kontinyu sepanjang waktu. Perkembangan vegetasi adalah suatu proses yang lambat yang mencakup sejumlah besar urutan perubahan-perubahan yang kecil, dan berakhir sebagai komunitas tumbuhan yang relatif stabil dan mengekalkan dirinya dan sering disebut sebagai komunitas yang mantap. Seluruh urutan yang searah tersebut disebut sebagai suksesi vegetasi yang oleh Clements pada tahun 1916, yang melihat bahwa perkembangan vegetasi sebagai peristiwa yang unit dan dapat diperkirakan, telah dirasionalkan menjadi 5 model fase: Fase 1: Nudasi - penciptaan awal lahan kosong dll. Fase 2: Migrasi kehadiran biji-biji tumbuhan dll. Fase 3: Ecesis kemantapan biji tumbuhan dll. Fase 4: Reaksi kompetisi antara tumbuhan yang telah ada dan pengaruhnya terhadap habitat local. Fase 5: Stabilisasi dimana populasi jenis mencapai kondisi keseimbangan akhir, berada dalam kondisi seimbang dengan kondisi habitat lokal dan regional. Seluruh proses perubahan vegetasi secara suksesional ini berlangsung secara terus menerus dan berurutan, sehingga suksesi disini disusun oleh suatu rangkaian komunitas vegetasi transisional dalam perjalanan menuju ke komunitas yang seimbang.
2 Clement memberi istilah ini sebagai tingkat sere, dan final dari kondisi seimbang tersebut disebut sebagai vegetasi klimaks. Komunitas vegetasi yang berbeda berkembang pada tipe habitat yang berbeda, dan sehingga tingkat seralnya dapat diidentifikasi awalan yang tepat yaitu- untuk hidroseres terjadi pada tempat yang basah seperti rawa dan tepi danau; untuk xeric seres terjadi pada batauan kosong dengan sedikit kelembaban yang tersedia, dan psammic seres terjadi pada pasir yang bergerak seperti pada sand dune (Park, 1980). Proses terjadinya perubahan dapat diinterpretasikan sebagai salah satu karakteristik ekosistem. Ada tiga kategori perubahan ekosistem, yaitu (Kimmins, 1987): 1. Perubahan jangka panjang terhadap lingkungan fisik. Tanah berkembang atau justru tererosi dan danau menjadi dangkal dan mungkin akan hilang setelah terisi oleh berbagai endapan. Perubahan seperti ini normanya akan berjalan sangat lambat, dan umumnya tidak bisa diamati konsekuensi komunitas biotiknya selama masa hidup kita. Hasil perubahan lingkungan fisik cenderung searah sepanjang periode waktu kejadiannya; pada komunitas vegetasi dapat dilihat pada komposisi benangsari yang terpendam di berbagai kedalaman tanah sedimen atau rawa. Kadang-kadang perubahan terjadi lebih cepat sehingga dapat diamati pengaruh perubahan populasi tumbuhan maupun hewan dari dekade ke dekade. 2. Perubahan kondisi genetika organisme sebagai basil seleksi alam. Tipe perubahan ini kejadiannya secara terus menerus dan disebut sebagai evolusi. Perubahan in dapat terjadisecara cepat sebagai respon terhadap perubahan tekanan seleksi fisik atau biotic, tetapi dapat juga lambat atau dalam skala waktu yang lebih lama sebagai respon terhadap perubahan yang lamat tetapi searah dalam hal kondisi iklim, kondisi tanah dan organisme lain. Seleksi alam adalah perubahan kondisi genetic populasi secara tetap dalam hal peningkatan kebaikan genetikanya.
3 3. Perubahan tipe, jumlah dan kelompok organisme yang menguasai kawasan dan bersamaan dengan perubahan tampilan lingkungan fisiknya. Tipe perubahan ini terjadi aik pembukaan barn, lingungan fisik sebelumnya yang belum dikuasai organisme, dan dalam kawasan sebelumnya yang telah dikuasai oleh organisme yang mengikuti gterjadinya gangguan terhadap komunitas ash (indigenous community). Perubahan yang terjadi pada biota diikuti oleh perubahan pada iklim mikro dan tanah. Kadang-kadang perubahan fisik ini basil dari perubahan biota; kadang-kadang sebaliknya. Dari ketiga kategori perubahan tersebut tampaknya yang lebih umum terjadi adalah tipe yang ketiga, yaitu perkembangan yang sifatnya temporal terhadap struktur dan fungsi ekosistem. Bila kita bosan mengatasi gulma di ladang, atau jika lahan pertanian yang kuang ekonoms kemudian dibiarkan terintar, maka tanah yang teruka tersebut akan segera ditumbuhi oleh beranekaragam jenis vegetasi, sebagian besar jenis tahunan. Dalam beberapa tahun tentu akan bergabung pula gulma musiman, kecuali di wilayah yang iklimnya sangat arid (kering), sebeium pohon berkayu tumbuh dengan penguasaan ang permanen maka semak dan pohon kecil akan tumbuh lebih dahulu.di banyak tempat, jenis ohon pertama yang tumbuh dengan mantap ialah tumbuhan kayu keras berbiji tertutup (Angiospermae) Kemudian secara suksesif digantikan oleh jenis pohon. kayu keras lainnya. Tipe perubahan ini banyak kepentingannya bagi manusia. Hal ni terletak pada kebutuhan manusia/petani untuk mengolah tanah dan memilih herbisida. lni salah satu alasan pemikiran ekologis untuk praktek tebas - bakar dalam pengelolan tipe hutan tertentu. Inilah yang disebut dengan proses perubahan secara suksesi, dan istilah suksesi digunakan dalam dua jalan, yaitu: Pertama, menujukkan urutan tumbuhan, hewan dan komunitas microbial yang menguasai secara suksesif terhadap suatu kawasan selama periode waktu tertentu. Kedua, menunjukkan proses perubahan dimana komunitas biotic bergantian satu sama lain akibat perubahan lingkungan fisik selama periode waktu tertentu. B. Suksesi Ekologis. Suksesi ekologis, proses perkembangan ekosistem, sebenarnya terjadi pada setiap tipe lingkungan yang ada di permukaan bumi, walaupun detilnya beragam menurut tipe ekosistemnya. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
4 1. Suksesi primer dan Suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi bila mulai dari lingkungan yang kekurangan bahan organic dan belum pemah dirubah dengan cara apapun oleh organisme hidup. Tipe lingkungan yang mungkin dimulai adanya proses suksesi primer ini a.l. permukaan batuan induk yang terbuka karena tanah longsor, danu baru yang terjadi karena pembangunan dam, atau daratan baru akibat letusan gunung berapi. Suksesi sekunder akan terjadi pada lingkungan dimana sebelumnya lebih kurang telah mengalami modifikasi oleh organisme hidup yang menguasai selama periode waktu sebelumnya. Sebagai contoh tipe lingkungan yangakan mengalami proes suksesi sekunder a.l. areal hutan yang ditebang habis dan lahan pertanian yang ditinggalkan sebagai bekas ladang berpindah. Apabila suksesi sekunder terjadi pada lingkungan yang sangat kering (xeric) disebut xerarch succession; apabila pada lingkungan yang lembab (mesic) disebut mesarch succession dan sangat basah (hydric) disebut hydrarch succession. Tingkat suksesi yang terjadi oleh adanya perbedaan ketiga kondisi kelembaban tersebut menghasilkan xeroseres, mesoseres dan hydroseres. Yang terjadi pada gumuk pasir disebut psammoseres, dan pada lingkungan asin (bergaram) disebut halosere, yang lain lagi bila pada permukaa batuan disebut lithosere. 2. Suksesi oligotrofik, Suksesi mesotrofik dan Suksesi eutrofik. Suksesi oligotrofik terjadi pada lingkungan yang miskin hara, sedang suksesi mesotrofik terjadi pada lingkungan yang cukup hara, dan uksesi eutrofik terjadi pada lingkungan yang subur dan kaya akan hara. Sebenarnya pola suksesi yang terjadi pada tanah yang oligotrofik umumnya sangat berbeda dengan yang terjadi pada tanah yang eurotrofik. 3. Suksesi autogenik dan Suksesi Allogenik. Perbedaan suksesi ini dikarenakan adanya factor pengendali yang berperan terhadap terjadinya proses suksesi tersebut, yaitu terjadinya pergantian komunitas tumbuhan pada satu lingkungan tertentu yang telah mengalami perubahan akibat aktivitas organisme yang hidup sebelumnya di tempat yang sama. Proses ini disebut suksesi autogenik. Sebaliknya, disebut suksesi allogenik, yaitu terjadi ketika adanya proses geologis yang menyebabkan perubahan pada lingkungan fisik, yang menyebabkan terjadinya perubahan pada komunitas biotanya.
5 Walaupun perubahan yang terjadi pada komposisi biota selama kurun waktu tertentu adalah karakteristik yang fundamental untk semua ekosistem, kecepatan perubahannya ternyata sangat beragam di dalam sere dan antara tingkat sere tunggal yang berbeda. Dalam banyak kasus, perubahan terjadi dengan tidak terbatas. Komunitas akan berkembang bila kecepatan perubahan menjadi lebih lambat, atau dimana komposisi biota hampir menjadi konstan untuk waktu yang lama. C. Mekanisme Terjadinya Perubahan. Bila kita memahami tentang dinamika vegetasi, maka pertama kita harus menjawab pertanyaan: Mengapa perubahan terjadi? Bila kita ingin menggunakan pemahaman tentang suksesi dalam pengelolaan sumber daya alam hutan, maka harus menambah pertanyaan: Berapa besar kecepatan proses suksesi terjadi? Telah diketahui bahwa factor pengendali dan kecepatan suksesi berbeda dari tempat satu ke tempat lainnya, dari wilayah satu ke wilayah lainnya, dan ada perbedaan tingkat seralnya pada tempat tertentu. 1. Kolonisasi. Kolonisasi adalah proses dengan dua komponen, invasi dan survival. Kecepatan suatu kawasan dikuasai (jumlah per unit waktu) oleh individu organisme (biji-bijian, spora, individu belum masak dan individu masak) yang datang pada tempat tersebut, dan mereka berhasil hidup mantap dan survive. Kolonisasi di tempat yang basah akan lebih cepat dibanding pada tempat yang kering dan tidak subur karena kemudian akan tidak survive. Contoh studi suksesi di padang rumput Afrika, menunjukkan rata-rata jumlah biji yang diproduksi pertumbuhan adalah untuk kolonisasi jenis pionir, 6200 untuk jenis rumput awal, 272 untuk jenis rumput sekunder, dan hanya 27 untuk jenis tumbuhan klimaks. Jika organisme kolonizer memproduksi propagul reproduktif yang umurnya pendek, maka organisme tersebut harus menghasilkan dalam jumlah sangat banyak kecuali mereka memiliki penyebaran biji yang efisien untuk menjangkau habitat baru yang sesuai. Banyak jenis tumbuhan yang tergantung pada angin dan produksi biji kecil yang melimpah, relatif pendek umurnya untuk mengkompensasi kondisi angin yang tidak selalu dapat dipercaya untuk mengantarkan biji-biji ke tipe habitat barn yang cocok.
6 2. Merubah karakter fisik ekosistem. Survival suatu jenis tumbuhan yang telah menginvasi kawasan tertentu merupakan ukuran kemampuan beradaptasi dan bertoleransi terhadap kondisi fisik dan biotic tempat yang bersangkutan. Dengan menguasai tempat tersebut, maka jenis tumbuhan tidak dapat menghindari dari perubahan kondisi tempat tumbuh, dan perubahan tersebut sering tidak menguntungkan untuk meneruskan penguasaannya terhadap tempat tersebut. Perubahan yang terjadi dapat menurunkan kemampuan berkompetisi bagi jenis yang tinggal dan meningkatkan kemampuan berkompetisi bagi jenis pendatang, atau kedua-duanya. Contoh, jenis tumbuhan pionir yang intoleran terhadap naungan menciptakan naungan seperti ketika komunitas jenis tersebut berkembang yang temyata justru anakannya sendiri tidak mampu tumbuh dan tidak survive, sementara anakan jenis pendatang tumbuh dengan subur. 3. Pergantian jenis tumbuhan karena antibiosis, autotoxicity dan kompetisi Tumbuhan tidak hanya merubah iklim macro dan karakter fisik maupun kimia tanah, mereka juga merubah lingkungan kimia organiknya. Tumbuhan juga memproduksi ragam yang luas bahan kimia yang bersifat alelopatik, yang mampu menghambat perkecambahan dan atau pertumbuhan jenis lainnya. Penyesuaian ini memainkan peran yang nyata dalam suksesi. Dalam beberapa kasus alelopati juga menjadi factor yang mempercepat suksesi, sedang di bagian lain justru menghalanginya. Setiap factor yang mempengaruhi ketersediaan unsur nitrogen dalam tanah akan mempengaruhi tingkat suksesi. Beberapa tumbuhan pionir yang toleran terhadap ketersediaan nitrogen yang rendah, telah menyesuaikan diri untuk memperpanjang penguasaannya pada areal yang bersangkutan dengan memproduksi bahan kimia alelopatik yang menghambat proses penambatan nitrogen dan bakteri penghasil nitrogen dan oleh karena itu mengganggu pertumbuhan tumbuhan seral berikutnya. Bahan kimia alelopatik dapat memodifikasi hubungan kompetitif jenis, tetapi kompetisi dirinya sendiri, khususnya untuk cahaya. Tumbuhan suksesi awal umumnya shade-intolerant dan kecil ukurannya, sedang jenis tumbuhan suksesi akhir umumnya shade-tolerant dan lebih tinggi ukurannya. Anakan pohon yang ternaung lebih mudah kena serangan jamur, dan kemampuan untuk bertahan terhadap serangan tersebut menjadi penting untuk menentukan peran jenis dalam proses suksesi. Kemampuan survive di bawah naungan berhubungan dengan berat biji dan kecepatan respirasi. Biji-biji jenis shade-tolerant, jenis akhir suksesi sering lebih besar dan memiliki
7 pertumbuhan dan tingkat kematian yang lebih rendah daripada jenis shade-intolerant, jenis awal suksesi.. D. Suksesi Linear dan Siklis: Problem Konsep Klimaks Berdasarkan sejumlah studi tentang vegetasi telah dilaporkan bahwa di dalam tipe ekosistem tertentu seseorang dapat mengamati kelompok-kelompok kecil komunitas yang secara suksesif saling menggantikan posisi satu sama lain dalam rangkaian yang siklis. Kemungkinan siklus tersebut hanya melibatkan tingkat suksesi akhir saja, atau mungkin suatu sikius ulangan dari seluruh rangkaian suksesi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap klimaks dari banyak tipe ekosistem telah terungkap bahwa kompleks regenerasi - terdiri atas kelompok-kelompok komunitas kecil atau kondisi komunitas, masing-masing kelompok tergantung pada tetangganya dan berkembang di bawah kondisi yang sebagian ditentukan oleh mereka - adalah umum pada banyak tipe ekosistem. Vegetasi klimaks harus dipertimbangkan sebagai `steady state' dari ragam siklis ulangan jangka pendek dalam komposisi kelompok-kelompok kecil vegetasi di sekitar kondisi komunitas rata-rata, dari pada sebagai stabil, kondisi yang tidak beragam dimana ada pertukaran antara individu ke individu. Pengenalan terhadap pentingnya gangguan dalam skala kecil telah menghasikan perhatian pertumbuhan dinamika celah (gap dynamics) dalam ekosistem hutan Bahan Pustaka: Kimmins, J.P Forest Ecology. Macmillan Publishing Company, New Yrk. Park, C.C Ecology and Environmental Management: A geographical Perspective. Butterworths, London.
5.1 PENGERTIAN SUKSESI
5. SUKSESI 5.1 PENGERTIAN SUKSESI Dalam alam semesta dinamika yang terjadi adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari, maka segala sesuatu yang sekarang ada sesungguhnya hanyalah merupakan stadium
Lebih terperinciBAB IV. PENGARUH EKOLOGIS RAGAM INTENSITAS CAHAYA
BAB IV. PENGARUH EKOLOGIS RAGAM INTENSITAS CAHAYA A. Pendahuluan Di mana saja di muka bumi ini inensitas cahaya matahari begitu besar sehingga telah mampu mencegah terjadinya evolusi dan memelihara kehidupan.
Lebih terperinciSUKSESI AUTEKOLOGI. Daubenmire (1962) Autekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu tumbuhan dan lingkungannya.
SUKSESI SUKSESI EKOLOGI AUTEKOLOGI SYNEKOLOGI Daubenmire (1962) Autekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu tumbuhan dan lingkungannya. Synekologi adalah ilmu yang mempelajari struktur,
Lebih terperinciBAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI
BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI A. Pendahuluan Daya tarik ekosistem dan lingkungan dunia memberikan isyarat dan tantangan, dan membujuk jiwa yang selalu mau menguasainya tanpa henti,
Lebih terperinciTANGGAPAN TERHADAP VARIASI LINGKUNGAN. 23/03/2009 Retno Peni/Ilmu lingkungan
TANGGAPAN TERHADAP VARIASI LINGKUNGAN Kondisi: faktor lingkungan yang bervariasi yang mendapat tanggapan oleh organisme Sumber daya: Material yang dikonsumsi atau digunakan oleh organisme dalam hidupnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB V. PENGARUH EKOLOGIS RAGAM TEMPORAL RADIASI MATAHARI
BAB V. PENGARUH EKOLOGIS RAGAM TEMPORAL RADIASI MATAHARI A. Pendahuluan Ketahanan hidup suatu organisme dalam suatu ekosistem ditentukan oleh baik faktor lingkungan fisik maupun faktor organisme lain yang
Lebih terperinciPenentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut
KOMUNITAS Komunitas beragam struktur biologinya Diversitas meliputi dua aspek : > Kekayaan Jenis > Kemerataan Komunitas memiliki struktur vertikal Variasi Spatial struktur komunitas berupa zonasi. Penentuan
Lebih terperinciSTRATEGI PERKEMBANGAN EKOSISTEM. Perkembangan eksosistem atau yang dikenal dengan suksesi ekologi dapat digambarkan dengan tiga parameter berikut :
Nini Rahmawati STRATEGI PERKEMBANGAN EKOSISTEM Perkembangan eksosistem atau yang dikenal dengan suksesi ekologi dapat digambarkan dengan tiga parameter berikut : Merupakan proses perkembangan komunitas
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciFaktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi
Faktor biotik dalam lingkungan Tim dosen biologi FAKTOR BIOTIK Di alam jarang sekali ditemukan organisme yang hidup sendirian, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan organisme lain. Antar jasad dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alpert dkk., 2000). Menurut Indriyanto (2006), Invasi merupakan proses masuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara ekologi, invasi merupakan pergerakan suatu spesies dari suatu area dengan kondisi tertentu menuju ke area lain dengan kondisi yang berbeda kemudian secara perlahan
Lebih terperinciTim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinci5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinciASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS
KOMUNITAS ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KONSEP KOMUNITAS BIOTIK Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat dan terorganisasi sedemikian
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi sifat-sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Wilayah pesisir menuju ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, 15 Mei Penyusun.
KATA PENGANTAR Proses pembelajaran dewasa ini menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan yang dapat ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, termasuk penciptaan atmosfir
Lebih terperinciEKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati
EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA Nini Rahmawati Pangan dan Gizi Manusia Zat gizi merupakan komponen pangan yang bermanfaat bagi kesehatan (Mc Collum 1957; Intel et al 2002). Secara klasik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan di dalamnya terdapat beranekaragam flora dan fauna. Hutan rawa gambut memainkan suatu peranan yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada gangguan akibat beragam aktivitas manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang
Lebih terperinciBAB III. SIKLUS HARA DALAM EKOSISTEM
BAB III. SIKLUS HARA DALAM EKOSISTEM A. Pendahuluan Pada bab terdahulu telah diuraikan mengenai masukan dan keluaran energi di dalam suatu ekosistem baik distribusi maupun transfernya. Telah diketahui
Lebih terperinciEKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA
1 EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Istilah dalam Ekologi 2 1. Habitat 2. Niche/nisia/relung ekologi a. Produsen b. Konsumen c. Dekomposer d. Detritivor Tingkat Organisasi
Lebih terperinciBAB 50. Pengantar Ekologi dan Biosfer. Suhu Suhu lingkungan. dalam pesebaran. membeku pada suhu dibawah 0 0 C,dan protein.
BAB 50 Pengantar Ekologi dan Biosfer Faktor abiotik dalam Biosfer Iklim dan faktor abotik lainnya adalah penentu penting persebaran organisme dalam biosfer lingkungan merupakan faktor penting dalam pesebaran
Lebih terperinciRESTORASI EKOLOGI. Pertanyaan Besar Dapatkah kita merestorasi Ekosistem yang rusak? Dirangkum oleh Susana Dewi
RESTORASI EKOLOGI Pertanyaan Besar Dapatkah kita merestorasi Ekosistem yang rusak? Dirangkum oleh Susana Dewi Suksesi Ekosistem yang terganggu dapat memperbaiki secara alamiah melalui proses suksesi ekologi
Lebih terperinciBAGIAN II BAHAN AJAR KTK 211 EKOLOGI EKOSISTEM
BAGIAN II BAHAN AJAR KTK 211 EKOLOGI EKOSISTEM BAB I. HUTAN SEBAGAI SISTEM EKOLOGIS A. Pendahuluan Kebanyakan orang mengira bahwa sebuah kawasan hutan adalah sebagai tegakan yang tersusun oleh pohon-pohonan,
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan
I. PENDAHULUAN Mangrove adalah tumbuhan yang khas berada di air payau pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan taman nasional yang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siam atau kirinyu (ki rinyuh), dalam bahasa Inggris disebut siam weed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chromolaena odorata (L) (Asteraceae: Asterales), biasa disebut gulma siam atau kirinyu (ki rinyuh), dalam bahasa Inggris disebut siam weed merupakan gulma padang rumput
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di Indonesia. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik turnbuhan maupun hewan yang khas yaitu komunitas
Lebih terperinciKuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Spektrum Biologi: KOMPONEN BIOTIK GEN SEL ORGAN ORGANISME POPULASI KOMUNITAS berinteraksi dengan KOMPONEN ABIOTIK menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lereng selatan Gunung Merapi meliputi Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Yogyakarta. Kawasan ini memiliki luas sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton adalah organisme mikroskopis yang hidup melayang bebas di perairan. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah organisme berklorofil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936
Lebih terperinciIndividu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara tropis yang dilalui garis ekuator terpanjang, Indonesia memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya tersebar
Lebih terperincikeadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciB I O T I K Interaksi Antar Komponen Ekosistem
B I O T I K Interaksi Antar Komponen Ekosistem Interaksi antarkomponen ekosistem dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas. A. Interaksi antar organisme Semua makhluk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas
Lebih terperinciFaktor-Faktor Abiotik Utama dalam Persebaran Organisme. Assalamualaikum Wr. Wb. Ina Septi Wijaya BIOLOGI III-A
Faktor-Faktor Abiotik Utama dalam Persebaran Organisme Assalamualaikum Wr. Wb Ina Septi Wijaya BIOLOGI III-A 109016100030 Apa yang dimaksud dengan faktor abiotik???? Faktor Abiotik Abiotik (bahasa Inggris:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah
Lebih terperinciEKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.
EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN Oleh : Amalia, S.T., M.T. DEFINISI EKOLOGI EKOLOGI (Yunani) Oikos = lingkungan tempat tinggal Logos = Pengetahuan / ilmu yang dipelajari EKOLOGI yaitu hubungan antara organisme
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah
Lebih terperinciII. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH
5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN
PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup
Lebih terperinciPertemuan 4: SUKSESI EKOLOGI
Pertemuan 4: SUKSESI EKOLOGI Ekosistem yang ada sekarang ini adalah hasil perkembangan (dinamik) mahluk hidup dan lingkungannya. Perubahan tersebut adalah bertahap dan berurutan (stadia) dari yang sederhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun tumbuhan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetasi merupakan seluruh jenis tumbuhan yang hadir pada suatu wilayah (Barbour et al, 1987). Weaver & Clement (1938) menyatakan bahwa vegetasi adalah tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciBAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA
Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut
Lebih terperinciPEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*)
PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang 85225, Timor
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciOleh : Sri Wilarso Budi R
Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT
Lebih terperincicukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil.
Pada klasifikasi ini hutan dilihat bagaimana cara terbentuknya, apakah hutan itu berasal dari bijibijian atau dari trubusan (tunas-tunas batang atau akar) atau berasal dari keduanya. Dalam klasifikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan
Lebih terperinciPERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN
Laboratorium Silvikultur &Agroforestry Jurusan Budidaya Hutan FakultasKehutanan, UGM PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN SILVIKULTUR Metode Permudaan Metode permudaan merupakan suatu prosedur dimana suatu
Lebih terperinciGeografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup
Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan tanaman sumber bahan pangan, kandungan karbohidrat pada umbi tanaman ini tinggi. Selain itu, ubikayu juga berpotensi sebagai bahan baku
Lebih terperinciProsedur Pelaksanaan ANDAL
Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi dunia terbesar keempat setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini kontribusi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciModul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis
ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas (Biodiversity) Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah berbagai macam bentuk kehidupan, peranan ekologi yang dimilikinya dan keanekaragaman plasma nutfah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati
Lebih terperinciPERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 EKOSISTEM Topik Bahasan: Aliran energi dan siklus materi Struktur trofik (trophic level) Rantai makanan dan
Lebih terperinciPermasalahan OPT di Agroekosistem
Permasalahan OPT di Agroekosistem Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Konsekuensi Penyederhaan Lingkungan Proses penyederhanaan lingkungan menjadi monokultur pertanian memberi dampak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir
PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 Apakah Erosi Tanah? Erosi tanah adalah proses geologis dimana partikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang komplek untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada kondisi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI SUKSESI OLEH:
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI SUKSESI OLEH: KELOMPOK : VIII GENAP ANGGOTA : 1. CYNTIA LARASSATI (0810422015) 2. HANIFAH AINI (0810422019) 3. HIRZAN RIYANDI (0810422025) 4. YULIANA INDAH SARI (0810423071) 5.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal
TINJAUAN PUSTAKA Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal penting, karena terkait dengan sistim penggunaan lahan secara lestari. Bahasan tersebut merupakan salah satu kesimpulan
Lebih terperinciPEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah
PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan
Lebih terperinciA. Usaha pertanian dipengaruhi oleh kondisi lingkungan:
A. Usaha pertanian dipengaruhi oleh kondisi lingkungan: 1. a) b) c) d) e) 2. a) b) c) d) e) 3. Iklim Energi matahari Curah hujan musiman Angin Panjang siang Suhu dan RH udara Tanah Jenis tanah Kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain
Lebih terperinciGeografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahan kritis merupakan lahan yang kemampuan tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan yang telah atau akan membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciEKOLOGI DRA. SRI UTAMI, MS
EKOLOGI DRA. SRI UTAMI, MS POKOK BAHASAN I. Jenis dan individu dalam ekosistem Habitat dan relung ekologi, Padan ekologi, Pemindahan sifat: simpati dan alopatri, Seleksi alam, Seleksi buatan, Jam biologi,
Lebih terperinciBAB VII KEBAKARAN HUTAN
BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian
Lebih terperinci