PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan Oleh : Marcela Widya Ninggar NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan Oleh : Marcela Widya Ninggar NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3 ii

4 iii

5 HALAMAN PERSEMBAHAN In the name of the Father and Son and The Holy Spirit Amen. Kupersembahkan untuk : ibu dan Bapakku serta kakakku tercinta iv

6 v

7 vi

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas berkat dan kasih- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai dan membertkati dari awal penelitian sampai selesai sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. 2. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi, Bapak Stevanus Daljiono dan Ibu Lucia Nenti atas seluruh kasih sayang dan segala pengorbanan, doa serta dukungan moral dan materian yang telah diberikan. 3. Venantius Angga Tejatama dan Maria Maharani selaku kakak saya yang selalu memberikan semangat, dukungan dan nasihat. 4. Romo Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh ibu dan bapak Dosen Prodi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis. 6. Ahmad Reza Nasution yang telah memberikan semangat, dukungan dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir. 7. Maria Shinta Pramudya Hardhani, Lapida Yunianti, Ray Justin Eldi, Endang Kustina, Maya Gita Aprilia, Hiasniawati Maria yang telah banyak vii

9 viii

10 ABSTRAK Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk dari Air Endapan Campuran Kotoran Ayam dan Dedak terhadap Pertumbuhan Daphnia magna Marcela Widya Ninggar Universitas Sanata Dharma 2016 Daphnia magna termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Tidak semua orang mengetahui bahwa Daphnia magna dapat dijadikan pakan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Selain itu, tidak banyak orang yang membudidayakannya. Hal ini dikarenakan penggunaan Daphnia sebagai pakan ikan kurang populer di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna, serta mengetahui dosis manakah yang cocok bagi pertumbuhan Daphnia magna untuk berkembangbiak lebih cepat. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan menggunakan tiga perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan yang digunakan yaitu A (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 1,5ml/l), B (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak k 4,5 ml/l), dan C (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 7,5ml/l) dengan menggunakan tiga kali ulangan. Jenis data yang diperoleh yaitu data kualitatif yang meliputi parameter fisik air aquarium (suhu, warna dan bau), parameter kimia (ph, DO, dan TDS) dan data kuantitatif yaitu banyaknya populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan dan ulangan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Anova one factor between subject design dan uji lanjut yaitu Tukey test. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa dosis pupuk kotoran ayam dan dedak mempengaruhi pertumbuhan populasi Daphnia magna secara signifikan. Hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna. Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l merupakan dosis yang paling baik karena mampu meningkatkan populasi Daphnia magna. Kata kunci: Daphnia magna, kotoran ayam, dedak ix

11 ABSTRACT Effect of Dose Fertilizer Mixtures of water Deposition Chicken Manure and Rice Bran of the population Added Daphnia magna Marcela Widya Ninggar Sanata Dharma University 2016 Daphnia included in Arthropoda phylum living in common in fresh waters. Not everyone knows that daphnia magna could become feed fish having nutritional value high. Moreover, not many people cultivate it. This is because the use of Daphnia as fish feed is less popular in the community. This research aimed to determine the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna, and to know which one dose suitable for the growth of Daphnia magna to proliferate more rapidly. The research is a pure experiment using three treatments and one control. The treatment used is A (a mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as 1,5ml/l), B (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment of 4.5 ml/l ), and C (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as much 7,5ml / l). using three replications. The type of data obtained by the qualitative data that include physical parameters of aquarium ( temperature, color and smell ), chemical parameters ( ph and DO) and quantitative data that is number of Daphnia magna populations in each treatment and repetition. Quantitative data were analyzed using Anova one between subject factor design and advanced test that Tukey test. Based on the statistical test result that doses of chicken manure and rice bran population growth of Daphnia magna affect significantly. This means there is the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna. giving dose as 7,5ml / l is the best dose because it can increase the population of Daphnia magna. Keywords : Daphnia magna, Chicken manure, rice bran. x

12 DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii HALAMAN PENGESAHAN.... iii HALAMAN PERSEMBAHAN.... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.... v LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK.... vi KATA PENGANTAR.... vii ABSTRAK.... ix ABSTRACT.... x DAFTAR ISI.... xi DAFTAR TABEL.... xiv DAFTAR GAMBAR.... xv DAFTAR LAMPIRAN.... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Bagi Masyarakat Bagi Dunia Pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TEORI TERKAIT Klasifikasi dan Morfologi Daphnia magna Reproduksi dan Siklus Hidup Pakan dan Kebiasaan Makan Budidaya Daphnia sp Kotoran Ayam Dedak Kualitas Air a. Suhu b. ph c. Oksigen Terlarut (DO) Keunggulan Daphnia sp Sebagai Pakan Ikan xi

13 B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesa BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Kontrol C. Batasan Penelitian D. Alat dan Bahan Penelitian Alat Bahan E. Prosedur Kerja Penelitian F. Tabulansi Data G. Metode Analisis Data Pengujian Hipotesis dan Pengambilan Kesimpulan a. Hipotesis b. Hipotesis Penelitian c. Pengambilan Kesimpulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pertumbuhan Populasi Daphnia magna Laju Pertumbuhan populasi Daphnia magna Kondisi Air Aquarium Berdasarkan Parameter a. Faktor Fisik b. Faktor Kimiawi B. Pembahasan C. Keterbatasan Peneletian BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM KEGIATANPEMBELAJARAN A. Kompetensi Inti B. Kompetensi Dasar BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka xii

14 LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Pupuk Kandang Tabel 2.2 : Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut Tabel 2.3 : Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami Tabel 3.1 : Pembagian Kelompok Uji Tabel 3.2 : Tabel Tabulansi Data Tabel 4.1: Laju pertumbuhan daphnia magna pada berbagai dosis pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak Tabel 4.2 : Faktor Fisik yang Mempengaruhi Perairan Tabel 4.3 : Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan Tabel 4.4 : Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Morfologi Daphnia magna... 9 Gambar 2.2 Morfologi Daphnia sp... 9 Gambar 2.3 Siklus Hidup Daphnia sp Gambar 2.4 Alur Proses Budidaya Daphnia magna Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Populasi Daphnia magna Gambar 4.2 Perilaku Daphnia magna yang Mengikuti Cahaya Gambar 4.3 Gambar Indukan dan anakan Daphnia magna Gambar 4.4 Daphnia magna tersangkut pada alga rambut xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus...66 Lampiran 2. Rencana Proses Pembelajaran...74 Lampiran 3. Perhitungan Populasi Daphnia Magna Lampiran 4. Hasil Uji Normality Populasi Daphnia magna Lampiran 5. Hasil Uji Homogenitas Populasi Daphnia magna Lampiran 6. Hasil Uji Anova Populasi Daphnia magna Lampiran 7. Hasil Uji Tukey Populasi Daphnia magna Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil lautnya yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan merupakan negara kepulauan. Panjang pantai Indonesia mencapai km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km 2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km 2. Laut di Indonesia banyak ditumbuhi oleh terumbu karang yang merupakan salah satu dari habitat untuk ikan. Indonesia memiliki sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar di dunia. Dewasa ini banyak masyarakat yang mulai merambah bisnis dalam budidaya ikan. Hal ini sama halnya dengan yang dilakukan oleh masyarakat di desa Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Sumber air yang melimpah pada daerah tersebut mendorong minat masyarakat untuk mengembangkan usahausaha budidaya perikanan. Masyarakat di daerah tersebut biasanya membuat kolam dengan menggunakan terpal ataupun keramba untuk membudidayakan ikan. Hal ini berarti kebutuhan benih ikan terus meningkat dari tahun ke tahunnya oleh karena itu, usaha pembenihan terus bertambah setiap tahunnya. Selain itu, masyarakat Indonesia juga menjadikan ikan sebagai salah satu makanan utamanya. Produksi ikan hasil budidaya meningkat dari tahun ke tahun. Capaian angka konsumsi ikan pada tahun 2015 adalah sebesar 41,11 kg/kap/th 1

19 2 melebihi target yang telah ditentukan yaitu sebesar 40,90 kg/kap/th (100,51%). Sementara itu, penyediaan konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton atau meningkat 10,01% dari tahun Peningkatan penyediaan ikan diikuti juga dengan peningkatan penyediaan ikan per kapita yang mencapai 51,80 kg/kap/th atau meningkat sebesar 8,44% dibandingkan tahun 2013 (Ditjen Perikanan, 2016). Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia termasuk gemar makan ikan sebagai lauk. Untuk menghasilkan ikan dengan kualitas terbaik, tentunya pada saat ikan masih berupa benih perlu diberikan makanan yang memiliki nilai gizi yang baik. Selama ini jenis pakan yang digunakan adalah pakan ikan buatan. Akan tetapi sebagai pakan benih ikan, jenis pakan ikan buatan ini mempunyai banyak kekurangan dibandingkan dengan pakan ikan alami yang memiliki komponen penyusun yang lengkap (Djarijah, 1995). Selain dari nilai gizi, kekurangan pakan ikan buatan biasanya akan menyebabkan air mejadi lebih keruh jika pakan tersebut tidak dimakan oleh ikan dan akan mengendap di dasar kolam atau aquarium. Semakin banyak pakan ikan yang mengendap di dasar kolam atau aquarium akan menyebabkan terbentuknya ammonia di dalam air. Hal ini dikarenakan pakan ikan buatan memiliki nilai protein yang relatif tinggi. Jika kadar ammonia di dalam air semakin meningkat maka akan mempengaruhi kadar oksigen di dalam air. Kadar oksigen akan menurun dan akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang hidup di dalam kolam atau aquarium tersebut.

20 3 Dalam pemberian pakan ikan, pemilihan jenis pakan juga berpengaruh pada pertumbuhan benih ikannya. Untuk benih ikan makanan yang paling tepat adalah pemberian pakan alami, yakni zooplankton. Hal ini dikarenakan mengandung nilai gizi yang tidak kalah tinggi dengan pakan buatan seperti kadar protein, lemak dan serat. Selain itu ukuran yang kecil sangat cocok untuk mulut dari benih ikan tersebut. Jika pakan alami tidak dimakan oleh ikan, maka pakan alami tersebut masih dapat hidup di dalam air dan tidak akan memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan hidup ikan tersenut. Namun sayangnya, kebutuhan pakan ikan alami ini sulit dipenuhi karena belum banyak, bahkan belum ada pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami. Tidak semua orang mengetahui bahwa Daphnia magna dapat dijadikan sebagai pakan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Selain itu, tidak banyak orang yang membudidayakannya. Hal ini dikarenakan penggunaan Daphnia sebagai pakan ikan kurang popular di masyarakat. Daphnia magna merupakan zooplankton yang sering digunakan sebagai pakan alami pada pembenihan ikan air tawar. Kandungan nutrisi Daphnia magna. yang cukup tinggi meliputi protein 42,65%, lemak 8%, kadar air 94,78%, serat kasar 2,58% dan abu 4% sangat baik untuk mendukung pertumbuhan larva ikan (Darmanto, 2000). Salah satu permasalahan dalam membudidayakan Daphnia magna adalah sumber nutrien yang kurang mendukung untuk pertumbuhan populasi Daphnia magna.

21 4 Dalam membudidayakan Daphnia magna biasanya menggunakan metode pemupukan. Baik itu pemupukan organik maupun anorganik. Namun yang paling baik adalah metode pemupukan dengan menggunakan bahan organik. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang biasanya dijadikan sebagai pupuk alami dalam bidang pertanian. Hal ini karena kotoran ayam memiliki kandungan unsur N yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang jenis lainnya. selain tinggi akan kandungan unsur nitrogennya kotoran ayam juga tinggi akan kandungan bahan organiknya dibandingkan dengan jenis kotoran hewan lainnya. Kedua jenis kandungan inilah yang sangat penting digunakan untuk mengembangkan mikroorganisme di dalam air yang berguna sebagai sumber nutrisi utama bagi Daphnia magna. Dalam usaha menumbuhkan mikroorganisme di dalam air sebagai sumber nutrisi bagi Daphnia magna, maka perlu adanya asupan protein yang berguna bagi nutrisi mikroorganisme. Sumber protein ini dapat diperoleh dari dedak padi. Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras, dedak mempunyai kualitas yang bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu proses pemutihan beras. Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan dedak padi memiliki kandungan gizi yang tinggi salah satunya memiliki kadar protein berkisar antara 12 14%, harganya yang relatif murah dan juga mudah diperoleh. Sebagai bahan pakan yang berasal dari limbah, dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak.

22 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pupuk campuran kotoran ayam dengan dedak terhadap pertambahan populasi Daphnia magna? 2. Pada dosis berapakah yang cocok untuk pertambahan populasi Daphnia magna tumbuh lebih cepat? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam terhadap peningkatan populasi Daphnia magna. 2. Mengetahui dosis manakah yang cocok untuk pertambahan populasi Daphnia magna tumbuh lebih cepat. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Dari percobaan atau ekperimen yang dilakukan ini diharapakan bisa menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai mahasiswa sehingga nantinya bisa dikembangkan lagi saat terjun ke masyarakat

23 6 b. Bagi Masyarakat 1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat bahwa Daphnia magna. dapat dijadikan sebagai pakan alami dan alternatif ikan. 2. Penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan dan membuat pakan ikan secara alami tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. c. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber masukan informasi dalam bahan praktikum untuk mata pelajaran Biologi pada materi pengolahan limbah.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Terkait 1. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. Daphnia termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna. Di alam, genus Daphnia mencapai lebih dari 20 spesies dan hidup pada berbagai perairan tawar, terutama di daerah sub tropis. Daphnia sp memiliki ukuran 1 2 mm, tubuh berbentuk lonjong, pipih, dan terdapat ruas-ruas/segmen (Chumaidi dan Djajadireja, 2006). Daphnia sp. mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung habitatnya. Spesies daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di daerah litoral memiliki warna yang bervariasi mulai dari coklat kekuningan, coklat kemerahan, kelabu, sampai berwarna hitam. Umumnya cara berenang Daphnia sp. tersendat-sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak dapat berenang/bergerak dengan merayap karena beradaptasi hidup di alga rambut dan sampah daun dari hutan tropik. Daphnia sp. dapat hidup dengan baik pada suhu berkisar 7

25 8 antara C, ph berkisar antara 6-8, oksigen terlarut (DO) > 3,5 ppm, dan dapat bertahan hidup pada kandungan amoniak antara 0,35 ppm 0,61 ppm (Kusumaryanto, 2001). Menurut Pennak dalam Firmandus (2014), klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut : Filum Subfilum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Subfamili Genus Spesies : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Diplostraca : Cladocera : Eucladocera : Daphnidae : Daphnoidea : Daphnia : Daphnia magna Daphnia sp merupakan salah satu hewan fototaksis, yang artinya selalu bergerak mendekati atau menuju ke arah datangnya cahaya. Menurut Whitman dalam Muhammad (2016), dimana memang sudah respon alami Daphnia magna di alam untuk mengikuti sumber cahaya kontras di malam hari seperti cahaya bulan, dengan harapan untuk memenuhi sumber nutrisinya, yaitu populasi fitoplankton dan juga menghindar dari predatornya yang aktif pada malam hari.

26 9 Keterangan : A : Otak B : Ruang pengeraman C : Caecum Pencernaan D : Mata E : Fornix Gambar 2.1 Morfologi Daphnia magna F : Antena Pertama (Director RSB, 2016) G : Usus I : Jantung J : Ocellus K : Ovarium L : Paruh M : Kelenjar Kulit Gambar 2.2 Morfologi Daphnia sp. (Mokoginta, 2003) Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang

27 10 kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapacenya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya (Mokoginta, 2003). Menurut Waterman (1960) dalam Firmandus (2014), beberapa Daphnia memakan Crustacea dan Rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus. Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk, occellus, dan lima pasang alat tambahan. Alat tambahan yang pertama disebut antena pertama, terletak di bagian ventral, berukuran kecil, tidak bersegman, dan berfungsi sebagai alat penciuman. Alat tambahan yang kedua disebut antena kedua, berukuran besar, berjumlah satu pasang, dan berfungsi

28 11 sebagai alat berenang/gerak. Tiga pasang antena yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut (Casmuji, 2002). Bagian tubuh Daphnia sp. memiliki lima pasang kaki. Sepasang kaki pertama dan kedua berfungsi untuk menciptakan arus air dan partikel tersuspensi, sepasang kaki ketiga dan keempat berperan sebagai filter, dan sepasang kaki kelima berperan untuk menghisap air. Bagian tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan, sedangkan pada bagian perut memiliki rongga. Bagian antara cangkang dan bagian tubuh ini berfungsi sebagai tempat pengeraman dan perkembangan telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang berbulu keras berfungsi untuk melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan (Mokoginta, 2003). 2. Reproduksi dan Siklus Hidup Masa hidup Daphnia sp. sangat pendek. Masa tersebut melalui berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai dewasa dalam waktu 4 6 hari, menjadi induk dalam waktu 8 10 hari, dan umurnya hanya bertahan sampai 12 hari (Mokoginta, 2003). Perkembangbiakkan Daphnia sp. juga bisa dibilang unik. Hewan ini bisa berkembangbiak dengan dua cara, yaitu parthenogenesis (tanpa perkawinan) dan seksual (dengan perkawinan). Pada keadaan baik Daphnia sp berkembang biak secara parthenogenesis di mana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan

29 12 menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia sp dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto, 2001). Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata butir dengan variasi antara 2 40 butir. Sedangkan pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya temperatur yang berfluktuasi, kurangnya ketersediaan makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan berkembang menjadi individu jantan. Hal ini disebabkan karena kondisikondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga akan mempengaruhi mekanisme kromosomnya, terutama pada kromosom sexnya, yang menentukan jenis kelamin dari kutu air tersebut. Dengan munculnya Daphnia sp. jantan maka populasi mulai bereproduksi secara seksual, di mana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode. Telur yang dihasilkan mempunyai cangkang tebal yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk, berwarna gelap/buram, berukuran lebih besar dan memiliki kuning telur yang lebih banyak. Daphnia sp. jantan berukuran lebih kecil dibandingkan Daphnia sp. betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan yang terletak di bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk untuk membuahi sel telur (Mokoginta, 2003).

30 13 Telur yang sudah dibuahi kemudian akan dilindungi oleh lapisan yang disebut sebagai ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan buruk sampai kondisi ideal untuk menetas. Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi siklus hidup Daphnia sp. Gambar 2.3 Siklus Hidup Daphnia sp. Sumber : Mokoginta (2003) Siklus hidup Daphnia sp. bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungannya. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari, selanjutnya setiap 2 hari sekali dapat menghasilkan keturunan sebanyak 29 ekor, selama hidupnya mampu bertelur sebanyak 7 kali, dan hanya bertahan sampai 12 hari. Daphnia sp. hidup pada kisaran ph yang netral dan relatif basa, yaitu pada ph 7,1 8,0 dan masih dapat hidup berkembangbiak dengan baik pada kandungan amoniak 0,35 ppm 0,61 ppm (Kusumaryanto, 2001).

31 14 3. Pakan dan Kebiasaan Makan Daphnia sp. merupakan hewan filter feeder yang memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organik terlarut. Daphnia sp. muda berukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran antara mikrometer, sedangkan Daphnia sp. dewasa dengan ukuran 2 3 mm dapat menangkap partikel sebesar mikrometer. Dalam memakan makanannya, Daphnia sp. melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan menggunakan cakar/kuku berbulu (Mokoginta, 2003). Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. yang dipelihara dalam air yang mengandung bahan organik tersuspensi dan mineral, menyaring dan memakan seluruhnya tanpa membedakan dalam dua jam pertama. Selanjutnya makanan yang ditemukan dalam esofagus hanya partikel organik. Kusumaryanto (2001) juga menjelaskan bahwa perkembangan populasi Daphnia sp. dengan ketersediaan makanan yang cukup akan mempercepat pertumbuhan Daphnia sp. Apabila ketersediaan makanan tidak mencukupi populasi Daphnia sp. akan menurun, hal ini terjadi karena mortalitas akibat persaingan makanan. 4. Budidaya Daphnia sp. Salah satu metode kultur Daphnia sp. yang sering digunakan adalah metode pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik

32 15 dan anorganik. Menurut Boyd dalam Casmuji (2002), pupuk organik lebih efektif dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Daphnia sp. dan organisme makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Umumnya kolam yang dipupuk dengan pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi makanan alami ikan yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi ikan. Pupuk organik yang biasa digunakan untuk kultur Daphnia sp. adalah kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domba dan kotoran kuda. Namun, dari berbagai jenis kotoran tersebut menurut Kadarwan dalam Casmuji (2002) kotoran ayam dianggap lebih baik dari pada kotoran kandang lainnya. Seperti dicantumkan oleh Kadarwan dalam Casmuji (2002) pada tabel 2.1, terlihat bahwa kotoran ayam mengandung unsur hara yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kotoran kandang lainnya. Kadar nutrisi kotoran ayam berdasarkan analisa proksimat adalah protein 11,25%, lemak 0,78%, serat kasar 4,71%, air 0% dan abu 54,20% (Chumaedi dan Djajadiredja, 1982).

33 16 Tabel 2.1 Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Pupuk Kandang Kadar (%) Jenis Nitrogen Phospor Kalium Bahan Organik Kotoran ayam Kotoran Kambing Kotoran domba Kotoran babi Kotoran kuda Kotoran sapi Sumber : Kadarwan (1974) Kusumaryanto (2001) menyatakan bahwa laju pertumbuhan dan puncak populasi tertinggi diperoleh pada Daphnia sp. yang diukur dalam media kotoran ayam yang menggunakan konsentrasi 2,4 g/l dengan padat penebaran awal 18 ekor/l. 5. Kotoran Ayam Tinja masih mengandung banyak komponen zat makanan setelah keluar dari saluran pencernaan tanpa sempat dicerna atau belum diserap sepenuhnya. Kandungan zat makanan dalam tinja tergantung dari : 1. kondisi fisiologi ayam, 2. ransum yang diberikan, 3. lingkungan kandang (suhu dan kelembaban udara). Komposisi fisik dipengaruhi oleh daya cerna, kandungan protein, kandungan serat kasar dan energy metabolism,

34 17 serta karakteristik lainnya (Sheppard dkk dalam Subagyo, 1981). Menurut laporan Smith dan Whecler dalam Subagyo (1981) tergantung pada ransum yang dimakan, pengumpulan dan pengolahan. Smith dalam Subagyo (1981) mengatakan bahwa nitrogen yang dieksresikan lewat urine 75%, sedangkan lewat tinja hanya 25%. O Dell dkk dalam Subagyo (1981) menganalisa nitrogen dalam urine ayam dan melaporkan hasil analisanya bahwa terdapat N-urea 4,5%, N-NH3 10%, N-asam amino 2,2%, N-asam urat 80,7% dan N-lainnya ada 2,1%. Produk lainnya itu terdiri dari base nitrogen, nitrogen, dan dikemukakan 90% nitrogen dalam tinja ayam adalah N-protein sejati. Menurut Scaible dalam Subagyo (1981) tinja ayam mengandung protein kasar 16 35% dengan protein sejati 10 11%. Kandungan N-protein total akan menurun dengan semakin tingginya temperatur atau lamanya pemanasan (Sheppard dkk dalam Subagyo, 1981). 6. Dedak Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia.

35 18 Produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kwintal padi dapat menghasilkan gram dedak. Proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Rasyaf dalam Casmuji 2002). Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak. Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf dalam Casmuji 2002). Sebagai bahan pakan, dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu mempunyai struktur yang cukup kasar, mempunyai bau khas wangi

36 19 dedak, berwarna coklat dan tidak menggumpal. Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan melebihi waktu tertentu (Rasyaf dalam Casmuji 2002). 7. Kualitas Air a. Suhu Kehidupan Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain temperatur, oksigen terlarut dan ph. Daphnia sp. dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan lingkungannya karena termasuk dalam kategori hewan yang eritropik. Daphnia sp. tahan terhadap fluktuasi suhu harian ataupun tahunan. Kisaran suhu yang ditolerir Daphnia sp. bervariasi dengan umur dan adaptasinya pada suhu tertentu. Daphnia magna yang telah diadaptasikan pada suhu 29 32,5 O C menjadi lebih tahan lama pada suhu 37 39,5 O C, sedangkan adaptasi pada suhu rendah memungkinkan spesies ini hidup pada suhu 3 O C di bawah nol. Yuliati (1985) dalam Subagyo (1981) menyatakan bahwa untuk kultur Daphnia sp. umumnya digunakan suhu antara O C, sedangkan untuk kultur massal Daphnia sp., suhu optimum yang digunakan berkisar antara O C (Geavskaya dalam Kusumaryanto, 2001). Pennak (1953) dalam Firmandus (2014)

37 20 mengatakan bahwa umur Daphnia magna bergantung pada suhu lingkungan. Pada suhu 28 O C, 18 O C, 8 O C masing-masing dapat mencapai umur 26, 42, 108 hari. Siklus hidup Daphnia sp. sangat bervariasi tergantung spesies dan lingkungannya. Djarijah (1995), menyatakan suhu air media yang rendah antara O C akan menghasilkan individu jantan, di mana kondisi tersebut akanmengubah metabolism Daphna sp. sehingga dapat mempengaruhi mekanisme kromosom. Daphnia sp. akan mencapai reproduksi tertinggi pada suhu 21 O C. b. ph Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktifitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai ph menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai ph = 7 adalah netral, ph < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan ph > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Umumnya Cladocera dapat hidup pada kisaran ph antara 6,5 8,5 (Pennak, 1953) dalam Firmandus (2014). Hal ini dikuatkan oleh Innes (1966) dalam Kusumaryanto (2001) yang menyebutkan bahwa jenis-jenis Cladocera yang hidup dalam perairan asam tidak dapat mencapai populasi besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Zarinskaya; Rodiana; Ivleva (1973) dalam Casmuji (2002), yang menyatakan bahwa lingkungan perairan netral dan relatif basa yaitu pada kisaran nilai ph 7,1 8,0 lebih baik untuk pertumbuhan

38 21 Daphnia sp. Selanjutnya Mudjiman (1985) dalam Kusumaryanto (2001) menyatakan bahwa pada lingkungan yang ber-ph antara 6,6 7,4 Daphnia sp. telah menjadi dewasa pada umur 4 5 hari, sedangkan menurut Djarijah (1995) Daphnia sp mampu hidup pada ph 6,3 6,7. c. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan Daphnia sp. menurut Ivleva dalam Ansaka (2002), Daphnia sp. dan Moina sp. hidup di dalam air yang kadar oksigennya bervariasi dari hampir nol sampai dengan lewat jenuh. Umumnya Daphnia sp. dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup tinggi yaitu 4,2 5,1 ppm Casmuji (2002). Daphnia sp tidak berkembang biak pada konsentrasi oksigen terlarut kurang dari saru ppm. Daphnia obusta dan D. thomsoni masing-masing mati pada konsentrasi oksigen 00,2 dan 0,4 ppm. Sementara D. pulex dan D. magna mati pada konsentrasi oksigen antara keduanya. D. longispina mati pada konsentrasi oksigen 0,6 ppm, dan beberapa Moina sp. mati pada konsentrasi 0,8 ppm (Pennak dalam Casmuji (2002). Ketahanan Daphnia sp. dalam perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh kemampuannya dalam mensintesis hemoglobin. Naiknya kadar hemoglobin dalam darah Daphnia sp. selain diakibatkan oleh kurangnya oksigen terlarut di perairan juga

39 22 diakibatkan oleh naiknya temperature dan tingginya kepadatan populasi Daphnia sp. itu sendiri. (Ivleva dalam Ansaka (2002). Tabel 2.2 Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air 1 >6,5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 2 4,5 6,4 Tercemar ringan 3 2,0 4,4 Tercemar sedang 4 <2,0 Tercemar berat Sumber Jeffries/mills, (1996) dalam Budin (2015) 8. Keunggulan Daphnia sp. Sebagai Pakan Ikan Menurut Darmanto, dkk (2000) Kandungan gizi setiap pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan alami gizi pakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Jenis Pakan Alami Infusoria / Paramecium Tabel 2.3 Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami Kadar Kadar Kandungan Sizi Air Serat Protein Lemak Abu (%) Kasar Kegunaan Pakan larva baru menetas Moina 90,60 37,38 13,29-11,00 Pakan benih umur 2 6 hari Daphnia magna 94,78 42,65 8 2,58 4 Pakan benih umur 6-12 hari Sumber: Darmanto, dkk (2000)

40 23 Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah untuk dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuh yang relative kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva / benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih / larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Darmanto, 2000). B. Hasil Penelitian yang relevan Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yang melakukan budidaya Daphnia sp. sebagai pengganti pakan ikan alami seperti yang dilakukan oleh Sanyoto (2000), Casmuji (2002), dan Firmandus (2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanyoto (2000), peneliti menggunakan konsentrasi kotoran kuda terhadap pertumbuhan dan puncak populasi Daphnia sp. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanyoto (2000) dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan terhadap mortalitas (tingkat kematian) dan biomasa Daphnia sp. Penelitian yang dilakukan oleh Casmuji (2002), peneliti menggunakan kotoran ayam dan tepung terigu dalam membudidayakan Daphnia sp. tersebut. Penelitian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan kotoran ayam mampu meningkatkan Daphnia sp. dalam berkembang biak, sehingga mampu meningkatkan populasi Daphnia sp. selain itu juga dengan penambahan tepung terigu akan membuat populasi Daphnia sp. menjadi semakin

41 24 bertambah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Firmandus (2014), peneliti menggunakan kulit buah pisang yang direndam dan dijadikan sebagai sumber nutrien dalam membudidayakan Daphnia sp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompos kulit buah pisang bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan fitoplankton dan memberikan pengaruh nyata selama selama kultur Daphnia sp. C. Kerangka berpikir Daphinia magna merupakan salah satu pakan benih ikan alami yang memiliki kadar gizi yang tinggi. Dalam pertumbuhnannya Daphnia magna membutuhkan kadar nutrisi yang tinggi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh Daphnia magna berasal dari mikroorganisme. Mikroorganisme bisa ditumbuhkan dengan menggunakan limbah seperti kotoran ayam dan dedak. Dengan cara mencampurkan kedua bahan tersebut dengan air dan mengendapkannya. Campuran kotoran ayam dan dedak tersebut diendapkan selama 3 hari, tujuannya untuk menumbuhkan mikroorganisme. Pupuk yang terbuat dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak kemudian disaring agar ampasnya tidak ikut tercampur. Pemberian pupuk air endapan campuran dedak dan kotoran ayam yang tinggi akan mikroorganisme dengan pemberian dosis yang berbeda maka akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna.

42 25 Daphnia magna Pakan ikan alami Kandungan gizi yang tinggi Pertumbuhannya membutuhkan nutrisi yang tinggi Limbah Kotoran ayam + Dedak Limbah Pupuk kandang Kandungan nitrogen dan bahan organik yang tinggi Kandungan protein relatif tinggi (12 14 %) Sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme Sebagai sumber protein bagi mikroorganisme Diendapkan selama 3 hari Disaring Pupuk air endapan campuran dedak dan kotoran ayam Nutrisi utama untuk pertumbuhan Daphnia magna Kaya akan mikroorganisme Meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna Gambar 2.4 Alur Proses Budidaya Daphnia Magna Menggunakan Air Endapan Campuran Dedak Dan Kotoran Ayam

43 26 D. Hipotesis Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil hipotesa sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dapat mempengaruhi pertambahan populasi Daphnia magna. 2. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dengan dosis 7,5 ml/l akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna yang paling cepat.

44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 1 kontrol dan dengan 3 kali pengulangan perlakuan dan 3 kali pengulangan perhitungan. Selain itu juga dilakukan pengukuran dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran metode kualitatif mengukur keadaan air yang meliputi bau dan warna air, sedangkan untuk metode pengukuran kuantitatif mengukur jumlah popolasi Daphnia magna pada setiap perlakuan. Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Uji B1 B3 K3 A1 B2 K1 C1 A2 A3 C3 C2 K2 Keterangan : K : Kontrol A : Pemberian air hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5 ml/l B : Pemberial air hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l C : Pemberian air hasil endapan kotoran ayam dan dedak Sebanyak 7.5 ml/l 1 2 3: Pengulangan *) Penentuan Rancangan Acak Lengkap dilakukan dengan cara pengundian 27

45 28 B. Variabel Penelitian a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perbedaan pemberian air endapan dari campuran kotoran ayam dan dedak dengan lama proses pengendapan selama 3 hari antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya. Perlakuan pertama (A) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5ml/l pada media kultur Daphnia magna, perlakuan yang ke dua (B) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l pada media kultur Daphnia magna, perlakuan yang ke tiga (C) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7.5 ml/l pada media kultur Daphnia magna serta perlakuan ke empat (D) yaitu perlakuan kontrol yang tidak diberikan pupuk. b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pertumbuhan populasi Daphnia magna. c. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah ph, suhu, kondisi air di aquarium eksperimen serta waktu pemberian perlakuan dan waktu perhitungan Daphnia magna. C. Batasan Penelitian Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini berfokus pada pertambahan jumlah populasi Dapnia magna dengan menggunakan pupuk yang terbuat dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak.

46 29 2. Lama waktu pengendapan pupuk air endapan kotoran ayam dan dedak adalah tiga hari. 3. Dosis pupuk yang terbuat dari campuran air endapan kotoran ayam dan dedak dibuat dalam tiga konsentrasi yaitu 1,5 ml/l, 4,5 ml/l dan 7,5ml/l. 4. Kotoran ayam yang digunakan adalah kotoran yang berasal dari ayam kampung yang telah mengering selama satu minggu. 5. Dedak yang digunakan berasal dari dedak padi yang didapat dari penjual pakan unggas yang terdapat di daerah pasar Setan, Tajem, Yogyakarta. 6. Daphnia yang digunakan adalah Daphnia magna yang didapat dari pembudidaya Daphnia magna yang terdapat di daerah Widomertani, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. 7. Perhitungan dilakukan secara manual. D. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Aquarium ukuran 15 cm x 15 cm x 20 cm sebanyak 12 buah yang digunakan sebagai media kultur Daphnia magna 2. Stoples ukuran 10 lt sebanyak 2 buah yang digunakan sebagai tempat pembuatan pupuk. 3. Batang Pengaduk 4. Timbangan digital 5. Cawan petri

47 30 6. Kaca pembesar (loop) 7. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 100 ml sebanyak 1 buah 8. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 10 ml sebanyak 1 buah. 9. Gelas ukur plastik merk lyon star ukuran 500ml sebanyak 2 buah 10. Alat pengukur parameter air yaitu, DO meter, Termometer dan ph meter. b. Bahan 1. Kotoran ayam sebanyak 50 gr 2. Dedak sebanyak 50 gr 3. Air E. Prosedur Kerja Penelitian Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Prapenelitian I a. Kotoran ayam sebanyak 15 gr dan dedak sebanyak 75 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples. b. Kotoran ayam sebanyak 50 gr dan dedak sebanya 50 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples. c. Kotoran ayam sebanyak 75 gr dan dedak sebanyak 15 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples. d. Air dimasukan ke dalam stoples sebanyak 5 lt, sebagai kontol.

48 31 e. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap stoles sebanyak 10 ekor/liter. 2. Prapenelitian II a. Kotoran ayam sebanyak 1,5 gr dan dedak sebanyak 7,5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples. b. Kotoran ayam sebanyak 5 gr dan dedak sebanya 5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples. c. Kotoran ayam sebanyak 7,5 gr dan dedak sebanyak 1,5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples. d. Air dimasukan ke dalam stoples sebanyak 1 lt, sebagai kontol. e. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap stoles sebanyak 10 ekor/liter. 3. Persiapan pupuk yang terbuat dari air endapan kotoran ayam dan dedak. a. Kotoran ayam yang diperoleh dari peternak ayam didaerah sekitar Universitas Muhammadiah Yogyakarta ditimbang sebanyak 50 gr. b. Dedak yang diperoleh dari penjual makanan burung di daerah Pasar Stan, Maguwoharjo, Yogyakarta ditimbang sebanyak 50 gr. c. Ke dua bahan tersebut dicampur ke dalam stoples ukuran 10 lt sembari diaduk d. Air sebanyak 10 lt ditambahkan ke dalam toples sembari diaduk perlahan.

49 32 e. Setelah tercampur rata, stoples diletakkan yang berisi campuran kotoran ayam dan dedak tersebut di tempat yang terkena sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk penguraian unsur organik yang terdapat pada kotoran ayam. f. Campuran kotoran ayam dan dedak tersebut didiamkan selama 3 hari. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti zooplankton dan fitoplankton pada media tersebut. g. Campuran kotoran ayam dan dedak diaduk setiap 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. 4. Mempersiapkan media kultur Daphnia magna. a. 12 buah aquarium kaca ukuran 15cm x 15cm x 20 cm diisi air sebanyak 2lt pada setiap aquariumnya. b. Setiap aquarium diberi label A, B, C, D dan pengulangan 1, 2, 3. c. Air endapan kotoran ayam dan dedak ditambahkan ke dalam masingmasing aquarium. Untuk label A ditambahkan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5ml/l, untuk label B diberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l, untuk label C diberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7.5 ml/l. Sedangkan untuk aquarium berlabel D merupakan kontrol yang berisi air yang berasal dari kebun penelitian Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. 5. Proses Persiapan Daphnia magna

50 33 a. Daphnia magna dibeli langsung ke pembudidaya Daphnia magna yang terdapat di daerah Widomertani, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. b. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap aquarium sebanyak 10 ekor/l. 6. Proses Pemberian Perlakuan a. Air endapan kotoran ayam dan dedak disaring sebelum diberikan ke dalam aquarium yang berisi Daphnia magna. b. Air endapan kotoran ayam dan dedak diberikan sesuai dengan label yang ada pada aquarium, label A diberikan sebanyak 1,5 ml/l, label B diberikan sebanyak 4,5 ml/l, label C diberikan sebanyak 7,5 ml/l dengan menggunakan gelas ukur kaca. c. Air endapan kotoran ayam dan dedak diberikan setiap dua hari sekali di waktu sore hari yaitu pada pukul WIB. 7. Proses Perhitungan Daphnia magna a. Daphnia magna dihitung setiap hari sekali di waktu malam hari, setiap jam dengan pengulangan perhitungan sebanyak 3 kali. b. Sebelum Daphnia magna dihitung, aquarium diaduk secara perlahan dengan gerakan W (tidak memutar O ) hal ini untuk menghindari Daphnia magna berkumpul di tengah aquarium.

51 34 c. Air yang ada di aquarium dituang ke dalam gelas ukur plastik ukuran 500ml sebanyak 500ml lalu Daphnia magna mulai dihitung dengan tiga kali pengulangan perhitungan. d. Hasil yang diperoleh dicatat ke dalam tabel. e. Untuk mengetahui jumlah Daphnia magna dalam 1000ml maka dihitung dengan menggunakan rumus perbandingan lurus, yaitu : F. Tabulansi Data Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik ANOVA Single Factor dan deskriptif analitik. Setiap menghitung pertumbuhan Daphnia magna dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, setelah itu hasil tersebut dirata-rata. Hasil rata-rata yang diperoleh akan di uji statistic dengan menggunakan uji statistik ANOVA Single Factor.

52 35 Tabel 3.2 Tabel Tabulansi Data Populasi Daphnia No Tanggal Perlakuan Ulangan magna Rata -rata 1 A ph DO Suhu 1 2 B C D 2 3 G. Metode Analisa Data Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan yaitu perlakuan A dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1,5 ml/l, perlakuan B yaitu dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4,5 ml/l, dan perlakuan C dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l dan 1 kontrol tanpa pertambahan pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak, dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan

53 36 menggunakan Uji ANOVA one factor between subject design sebagai uji statistiknya, dengan α adalah Apabila hasil yang diperoleh signifikan maka dilanjukan dengan uji Tukey. 1. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan Keputusan a. Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan secara signifikan dari beberapa perlakuan. Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan. b. Hipotesis Penelitian 1 Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam akan mempengaruhi pertambahan populasi Daphnia magna. 2 Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dengan dosis 7,5 ml/l akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna yang paling cepat. c. Pengambilan Keputusan Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan hasil statistik. Apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok perlakuan. Apabila Asymp. Sig. < 0,05 maka H 0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok perlakuan.

54 BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi mikroorganisme di dalam air dari hasil pemupukan dengan menggunakan campuran kotoran ayam dan dedak dengan pemberian dosis yang berbeda. Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan fitoplankton, bakteri, alga bersel satu dan mikroorganisme lainnya yang merupakan sumber makanan Daphnia magna. Namun, sumber makanan yang utama yaitu fitoplankton. Pada penelitian ini terdapat empat perlakuan dengan tiga kali ulangan. Perlakuannya yaitu perlakuan A : pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l, perlakuan B : pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l, perlakuan C : pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l, dan kontrol. Penelitian ini berlangsung selama dua puluh hari, dengan melakukan perlakuan setiap dua hari sekali. Perhitungan dilakukan setiap dua hari sekali setiap malam hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pertumbuhan populasi Daphnia magna. Budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi mikroorganisme di dalam air seperti zooplankton dan fitoplakton dari hasil pemupukan menggunakan campuran kotoran ayam dan dedak dengan pemberian dosis yang berbeda dapat meningkatkan populasi 37

55 Jumlah Daphnia magna (ekor) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 Daphnia magna hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini, populasi Daphnia magna meningkat dari hari ke hari hingga hari ke dua puluh. 300 Grafik Pertumbuhan Daphnia magna Hari ke Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Kontrol Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Populasi Daphnia magna 2. Laju pertumbuhan populasi Daphnia magna Laju pertumbuhan populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Laju pertumbuhan daphnia magna pada berbagai dosis pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak. Ulangan Perlakuan A (1,5 ml/l) B (4,5 ml/l) C (7,5 ml/l) K Jumlah Rerata Keterangan : Perlakuan A : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l Perlakuan B : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l Perlakuan C : Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l K : Kontrol

56 39 3. Kondisi Air Aquarium Berdasarkan Parameter Fisik-Kimiawi a. Faktor Fisik Tabel 4.2 Faktor fisik yang mempengaruhi perairan No Parameter Perlakuan Perlakuan Perlakuan Kontrol A B C 1 Suhu ( O C) 28 O C 28 O C 28 O C 28 O C 2 Warna Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat keruh keruh keruh keruh 3 Bau Tidak bau Tidak bau Tidak bau Tidak bau Keterangan : Perlakuan A : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l Perlakuan B : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l Perlakuan C : Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l K : Kontrol b. Faktor Kimiawi Tabel 4.3 Faktor Kimiawi yang mempengaruhi perairan No Parameter Perlakuan Perlakuan Perlakuan Kontrol A B C 1 DO (mg/l) 5.6 (mg/l) 5.5 (mg/l) 5.2 (mg/l) 5.9 (mg/l) 2 ph Keterangan : Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C K : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l : Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l : Kontrol

57 40 B. Pembahasan Daphnia magna merupakan salah satu jenis dari zooplankton yang hidup di air tawar yang tenang. Daphnia ini termasuk ke dalam filum Arthropoda yang memiliki bentuk tubuh lonjong dan segmen badannya tidak terlihat. Daphnia magna memiliki enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang seta. Bagian tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan, sedangkan pada bagian perut memiliki rongga. Bagian antara cangkang dan bagian tubuh ini berfungsi sebagai tempat pengeraman dan perkembangan telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang berbulu keras berfungsi untuk melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan (Mokoginta, 2003). Siklus hidup Daphnia sp. terbilang sangat pendek, hal ini dikarenakan Daphnia sp. umumnya hanya dapat bertahan hidup selama dua belas hari. Menurut Mokoginta, (2003) Masa tersebut melalui berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai fase dewasa dalam waktu 4 6 hari, menjadi induk dalam waktu 8 10 hari, dan umurnya hanya bertahan sampai 12 hari. Hewan ini bisa berkembangbiak dengan dua cara, yaitu parthenogenesis (tanpa perkawinan) dan seksual (dengan perkawinan). Pada keadaan baik Daphnia sp berkembang biak secara parthenogenesis dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia

58 41 sp dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto, 2001). Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata butir dengan variasi antara 2 40 butir. Sedangkan pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya temperatur yang berfluktuasi, kurangnya ketersediaan makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan berkembang menjadi individu jantan, hal ini disebabkan karena kondisi-kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga mempengaruhi mekanisme kromosomnya, terutama pada kromosom seknya yang menentukan jenis kelamin kutu air tersebut. Dengan munculnya Daphnia sp. jantan maka populasi mulai bereproduksi secara seksual, dimana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode dan telur yang dihasilkan mempunyai cangkang tebal yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk. Perkembangbiakannya juga dapat dihasilkan telur berupa kista yang dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemanapun dan jika berada dalam kondisi lingkungan yang mencukupi telur tersebut dapat berkembang menjadi Daphnia. Pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai pertambahan jumlah individu dalam suatu populasi. Budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi fitoplankton hasil pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak dengan perlakuan pemberian dosis pemupukan yang berbeda,

59 42 yaitu 1,5 ml/l, 4,5 ml/l, 7,5 ml/l, untuk meningkatkan populasi Daphnia magna dari hari pertama hingga hari ke dua puluh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perbedaan pemberian dosis pemupukan dapat mempengaruhi jumlah populasi Daphnia magna, dan juga untuk mengetahui dosis pemupukan mana yang sesuai untuk meningkatkan populasi Daphnia magna. Dalam melakukan perhitungan penelitian ini dilakukan pada malam hari, hal ini karena Daphnia magna merupakan hewan yang peka terhadap cahaya, mereka akan mengikuti sumber datangnya cahaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Whitman dalam Muhammad (2016), dimana memang sudah respon alami Daphnia magna di alam untuk mengikuti sumber cahaya kontras di malam hari seperti cahaya bulan, dengan harapa untuk memenuhi sumber nutrisinya, yaitu populasi fitoplankton dan juga menghindar dari predatornya yang aktif pada malam hari. Sehingga dengan perhitungan dilakukan di malam hari dengan baruan senter dari handphone dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan Daphnia magna. Dalam menghitung Daphnia magna digunakan gelas ukur yang terbuat dari plastic dengan ukuran 500ml, hal ini dikarenakan gelas ukur yang terbuat dari plastik tidak membiaskan cahaya seperti pada gelas ukur yang terbuat dari kaca, tetapi mengumpulkan cahaya, sehingga dapat memudahkan dalam proses perhitungan juga.

60 43 Gambar 4.2 Perilaku Daphnia magna yang mengikuti cahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan dapat terlihat dengan jelas pada grafik di atas (Gambar 4.1). Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap harinya populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan mengalami peningkatan (Gambar 4.1). Pada grafik tersebut terlihat jelas bahwa setiap harinya Daphnia magna mengalami peningkatan baik itu yang menggunakan perlakuan maupun kontrol. Pada grafik menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian dosis pemupukan berupa campuran kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l sangat baik, hal ini dikarenakan pertambahan populasi Daphnia magna mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Pertumbuhan jumlah populsi Daphnia magna yang paling tinggi adalah pada berlakuan C yaitu dengan pemberian pupuk campuran kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l. Peningkatan jumlah populasi Daphnia magna mulai terlihat dengan jelas dimulai pada hari ke enam dan terus meningkat pada hari ke dua puluh. Disusul dengan perlakuan A dan B yang mulai terlihat mengalami peningkatan jumlah populasi dengan jelas pada hari

61 44 ke sepuluh dan terus meingkat hingga hari ke dua puluh. Pada perlakuan kontrol peningkatan populasi mulai jelas terlihat pada hari ke dua belas dan terus mengalami peningkatan hingga hari ke dua puluh. Pada gambar 4.1, grafik pertumbuhan Daphnia magna pada perlakuan B di hari ke tujuh hingga tiga belas mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi pada hari ke tiga belas hingga hari ke tujuh belas mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan, kemudian di hari ke tujuh belas sampai hari ke sembilan belas terjadi peningkatan kembali. Hal ini dikarenakan pada hari ke tujuh hingga tiga belas banyak telur dari indukan Daphnia magna yang telah menetas, sehigga mengakibatkan peningkatan jumlah populasi yang tinggi. Sedangkan untuk hari ke tiga belas hingga tujuh belas hanya terlihat sedikit anakan Daphnia magna. Hal ini dikarenakan anakan Daphnia magna ini sedang dalam proses pendewasaan. Di hari ke tujuh belas sampai hari ke sembilan belas mengalami peningkatan kembali hal ini dikarenakan anakan Daphnia magna yang sudah dewasa mulai menetas kembali. Mudjiman dalam Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. sudah menjadi dewasa pasa umur empat hari dan mengalami kematian pada unur dua belas hari. Kenaikan jumlah populasi Daphnia magna ini juga disebabkan oleh peningkatan jumlah Daphnia magna muda yang baru menetas. Daphnia magna muda ini mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan juga ketersediaan makanan yang melimpah, yakni fitoplakton terutama pada perlakuan C dan juga ketersedian ruang untuk hidup. Pada perlakuan kontrol

62 45 juga terjadi peningkatan populasi Daphnia magna, walaupun tidak diberikan perlakuan. Hal ini dikarenakan masih tersedianya mikroorganisme di dalam air yang cukup melimpah, seperti zooplankton dan fitoplankton. Gambar 4.3 gambar pada lingkaran kuning merupakan indukan Daphnia magna sedangkan untuk lingkaran biru merupakan anakan Daphnia magna Penempatan perlakuan yang berada di ruangan terbuka dan terkena sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan mikroorganisme, selain itu juga paparan sinar matahari di waktu siang hari menyebabkan dinding aquarium ditumbuhi oleh ganggang atau alga hijau yaitu alga rambut (Green Hair Algae). Biasa disebut alga rambut dikarenakan bentuk alga yang menempel pada dinding aquarium ini panjang, tipis dan seperti rambut. Namun sayangnya masyarakat keliru akan penyebutan alga rambut ini. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan lumut air. Alga rambut ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai umpan dalam memancing.

63 46 Alga rambut dapat tumbuh di dalam air dikarenakan ketersediaan zat hara seperti nitrogen yang tersedia di dalam air selain itu juga paparan sinar matahari yang melimpah. Alga rambut inilah yang merupakan salah satu cadangan makanan Daphnia magna, semakin banyak populasi Daphnia magna dalam suatu aquarium maka semakin sedikit juga alga rambut yang tumbuh pada dinding aquarium. Hal ini terjadi karena Daphnia magna memakan alga rambut yang terdapat pada dinding aquarium selain makanan yang telah diberi pada perlakuan. Alga rambut yang tumbuh terlalu banyak akan mangakibatkan Daphnia magna terjebak dan menyangkut pada alga rambut tersebut sehingga lama kelamaan akan menyebabkan Daphnia magna tersebut mati, karena ruang gerak yang terbatas. Salah satu bentuk perawatan terhadap keberlangsungan hidup Daphnia magna adalah jika alga rambut tumbuh terlalu banyak akibat cahaya yang berlebih, maka sebaiknya alga rambut harus dibersihkan. Peneliti menggunakan sebatang lidi untuk membersihkan alga rambut dengan cara memutar-mutar lidi tersebut di dinding aquarium yang ditumbuhi oleh alga lumut, kemudian alga lumut akan tersangkut pada lidi tersebut.

64 47 Gambar 4.4 Lingkaran merah menunjukan bahwa Daphnia magna tersangkut di alga rambut Daphnia magna merupakan hewan filter feeder, yaitu hewan yang memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus dan bahan organik terlarut. Daphnia magna muda yang berukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran antara 20 sampai 30 mikrometer. Sedangkan untuk Daphnia magna dewasa dengan ukuran 2 sampai 3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60 sampai 140 mikrometer. Menurut Mokoginta (2003), dalam memakan makanannya Daphnia sp. melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan dengan menggunakan cakar/kuku berbulu. Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. yang dipelihara dalam air yang mengandung bahan organik tersuspensi dan mineral, menyaring dan memakan seluruhnya tanpa membedakan dalam dua jam pertama. Selanjutnya makanan yang ditemukan dalam esofagus hanya partikel organik. Pada penelitian ini laju pertumbuhan populasi Daphnia magna dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa laju

65 48 pertumbuhan populasi Daphnia magna yang paling cepat adalah pada perlakuan C. Hal ini karena dari yang semula dimasukan sebanyak 10 ekor Daphnia magna dalam 1 Liter air, hasilnya mencapai 943 hingga 1143 ekor dalam waktu dua puluh hari. Selanjutnya pada perlakuan B dengan jumlah mencapai 605 ekor, sedangkan perlakuan A mencapai jumlah 491 ekor. Pada perlakuan kontrol merupakan pertumbuhan populasi Daphnia magna yang paling sedikit, yaitu hanya mencapai 295 ekor. Daphnia magna dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hidup Daphnia magna, akan menyebabkan umur Daphnia magna menjadi lebih panjang, sehingga jumlah populasi akan meningkat. Selain dari kondisi lingkungan ketersediaan makanan pun menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan laju populasi Daphnia magna. Kondisi lingkungan yang sesuai dan ketersediaan makanan yang tercukupi akan membuat Daphnia magna akan berkembang biak secara parthenogenesis dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia magna dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit. Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata butir dengan variasi antara 2 40 butir. Dengan munculnya Daphnia magna betina yang banyak inilah maka

66 49 populasi mulai bereproduksi secara seksual, dimana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode. Makanan yang tersedia akan meminimalisir persaingan makanan antar Daphnia magna. Kusumaryanto (2001) menjelaskan bahwa perkembangan populasi Daphnia sp. dengan ketersediaan makanan yang cukup akan mempercepat pertumbuhan Daphnia sp. Apabila ketersediaan makanan tidak mencukupi populasi Daphnia sp. akan menurun, hal ini terjadi karena mortalitas atau tingkat kematian akibat persaingan makanan. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan yang pertama yaitu pemberian dosis makanan sebanyak 1,5 ml/l, perlakuan yang kedua yanitu pemberian makanan sebanyak 4,5 ml/l, perlakuan yang ke tiga yaitu pemberian dosis makanan sebanyak 7,5 ml/l, dan kontrol yang tidak diberikan makanan yang berasal dari campuran kotoran ayam dan dedak. Penentuan pemberian banyak dosis pupuk yang terbuat dari kotoran ayam dan dedak di karenakan peneliti sebelumnya melakukan prapenelitian untuk mengetahui berapa campuran dari dedak dan kotoran ayam yang sesuai untuk pertumbuhan populasi Daphnia magna. Namun ternyata hasilnya adalah semua Daphnia magna yang telah dimasukan mati. Hal ini dikarenakan karena campuran kotoran ayam dan dedak yang tidak sesuai bagi pertambahan populasi Daphnia magna dan juga dikarenakan Daphnia magna langsung dimasukan ke dalam campuran dedak dan kotoran ayam tersebut. Kotoran ayam yang dicampurkan ke dalam air akan mengalami penguraian dan dalam penguraian inilah membutuhkan oksigen yang tinggi dan cahaya matahari,

67 50 sehingga kadar oksigen di dalam air akan menurun secara derastis dan menganggu kelangsungan hidup Daphnia magan. Selain itu juga pemberian dedak yang terlalu banyak menyebabkan adanya kandungan ammonia di dalam air karena dedak tidak dapat larut di dalam air dengan baik. Dedak yang mengendap di dalam air akan menyebabkan adanya kandungan ammonia di dalam air. Adanya kandungan ammonia ini dikarenakan karena kandungan protein di dalam dedak yang relatif tinggi. Menurut hasil uji ANOVA One-Way (lampiran 6) pemberian pupuk dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak untuk pertambahan populasi Daphnia magna menunjukan bahwa level signifkan < 0,05 maka H 0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok perlakuan antara kontrol, pemberian dosis sebanyak 1,5 ml/l, pemberian dosis sebanyak 4,5 ml/l dan pemberian dosis sebanyak 7,5 ml/l. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara pemberian dosis pemupukan yang berbeda dari campuran dedak dan kotoran ayam terhadap laju pertumbuhan populasi Daphnia magna atau bisa disebut juga ada perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan. Dikarenakan hasil uji Anova signifikan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji beda nyata, yaitu dengan menggunakan uji tukey (lampiran 7). Pada uji tukey dapat diketahui bahwa perlakuan A memiliki bedan yata terhadap perlakuan B dan C, perlakuan B memiliki beda nyata terhadap perlakuan A, C dan D. perlakuan C memiliki beda nyata terhadap perlakuan

68 51 A, B dan D. Sedangkan perlakuan D memiliki beda nyata terhadap perlakuan B dan C. Penggunaan kotoran ayam bertujuan untuk meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air seperti zooplankton yang merupakan makanan utama Daphnia magna. Hal ini dikarenakan kotoran ayam merupakan kotoran yang mengandung unsur hara yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kotoran kandang lainnya, kandungan unsur hara yang banyak inilah yang menyebabkan kotoran ayam paling baik untuk meningkatkan zooplankton di dalam air dibandingkan dengan penggunaan kotoran hewan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Kadarwan (1974) kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara yang paling tinggi dibandingkan kotoran kandang lainnya, kotoran ayam memiliki kadar Nitrogen sebesar 4%, Phospor sebanyak 3,2%, kalium 1,9% dan bahan organik sebanyak 74%. Penggunaan Dedak sebagai campuran kotoran ayam bertujuan sebagai sumber protein yang utama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hidup mikroorganisme yang terdapat di dalam air, seperti bakteri, alga, zooplankton dan fitoplankton yang merupakan sumber nutrisi bagi kelangsungan hidup Daphnia magna, hal ini dikarenakan dedak mengandung protein yang berkisar antara 12-14%. Selain memiliki kadar protein yang cukup tinggi, harga dedak yang relatif murah dan mudah didapatkan juga menjadi alasan penggunaan dedak dalam campuran pakan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan sumber nutrisi utama untuk Daphnia magna. Campuran pupuk tersebut diendapkan selama 3 hari, hal ini berguna untuk mempersiapkan

69 52 pertumbuhan mikroorganisme seperti, bakteri, alga, zooplankton dan fitoplankton yang merupakan sumber makanan utama Daphnia magna pada pupuk tersebut. Kualitas air sangat mempengaruhi kelangsungan hidup Daphnia magna., oleh karena itu peneliti melakukan pengukuran kualitas air aquarium berdasarkan parameter fisik yang meliputi suhu, warna dan bau. Pengukuran suhu dilakukan pada siang hari menjelang sore hari, yaitu sekitar pukul tiga sore. Hasil pengukuran terhadap suhu air pada setiap perlakuan memperoleh hasil yang tidak berbeda jauh antar setiap perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa kondisi air tersebut relatif konstan pada setiap perlakuan. Menurut Afrianto, 1988 menyatakan bahwa keadaan temperatur sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan organisme yang hidup di dalamnya. Suhu lingkungan yang terlampau tinggi menyebabkan kemampuan air meningkat sehingga oksigen menjadi menurun, sehingga kandungan oksigen di dalam air menjadi berkurang, padahal kebutuhan organisme terhadap oksigen justru akan semakin meningkat. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan plankton adalah O C (Effendi, 3013). Hal ini berarti sesuai dengan suhu yang terdapat pada air aquarium. Suhu yang optimum akan menyebabkan plankton tumbuh dengan baik pada air aquarium, hal ini juga menyebabkan tetap tersedianya makanan bagi Daphnia magna. Suhu air juga akan mempegaruhi kelangsungan hidup Daphnia magna, menurut Pennak dalam Casmuji (2002), menyatakan bahwa umur Daphnia

70 53 magna bergantung pada suhu lingkungan. Pada suhu 28, 18, 8 O C masingmasing dapat mencapai umur 26, 42 dan 108 hari. Pada penelitian ini suhu berkisar antara 28 dan 29 O C hal ini menyebabkan Daphnia magna berumur lebih dari dua belas hari, sehingga dapat mempengaruhi jumlah populasi Daphnia magna. Berdasarkan dari hasil pengamatan mengenai warna air didapati hasil bahwa terdapat perbedaan warna air dari hari pertama hingga hari ke dua puluh, Hasil yang didapat adalah warna air yang awalnya jernih menjadi semakin keruh. Perubahan warna air aquarium ini merupakan salah satu parameter pertumbuhan mikroorganisme yang hidup di dalam air. Semakin keruh warna air maka semakin banyak juga mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Selain itu juga, air yang semula berwarna jernih, lama kelamaan ditumbuhi alga rambut pada dinding dan dasar aquarium. Pertumbuhan alga rambut ini dikarenakan tempat penelitian terpapar orleh sinar matahari, sehingga menyebabkan pertumbuhan alga rambut di dalam air meningkat. Selain suhu dan warna air, parameter fisik lainnya adalah bau. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai bau dari air aquarium yang digunakan sebagai media tumbuh Daphnia magna maka didapati hasil bahwa tidak terjadi perubahan bau pada setiap perlakuan. Selain mengukur kualitas air dengan parameter fisik maka digunakan juga parameter kimia untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Pada penelitian ini parameter kimia yang diukur adalah ph (derajat keasaman) dan DO (oksigen terlarut). Pengukuran ph dan DO dilakukan pada setiap sampel.

71 54 Untuk mendapatkan hasil dari pengukuran ph dan DO dilakukan penjumlahan pada setiap ulangan setelah itu hasil tersebut di rata-rata. Pengukuran ph dan DO dilakukan setiap dua hari sekali. ph air mempengaruhi tingkat kesuburan suatu perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Nilai ph pada masing-masing perlakuan memiliki nilai yang berbeda. Namun, kisaran nilai ph yang optimum bagi kelangsungan hidup plankton adalah pada kisaran 5,6 9,4. Pada hasil tabel di atas menunjukan bahwa nilai ph pada setiap perlakuan adalah optimum bagi pertumbuhan zooplankton. Pertumbuhan zooplankton ini sangat mempengaruhu keberlangsungan hidup Daphnia magna itu sendiri, karena makanan utama Daphnia magna adalah zooplankton. Kisaran suhu dan nilai ph pada setiap perlakuan umumnya masih pada kisaran yang mendukung untuk kehidupan Daphnia magna. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mudjiman dalam Kusumaryanto (2001), yang menyatakan bahwa Daphnia sp. akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan yang bersuhu 21 O C 31 O C dan ph antara 6,6 7, 4 serta Daphnia sp. sudah menjadi dewasa 4-5 hari. Anonimous dan Pennak dalam Sanyoto (2000), menyatakan bahwa Daphnia sp. membutuhkan lingkungan yang bersuhu 21 O C dan ph antara 6,5 8,5. Selain ph parameter kimia yang diukur adalah DO atau Oksigen Terlarut, maka didapatkan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan. Dari hasil yang didapat diperoleh kadar oksigen yang paling tinggi, yaitu pada perlakuan Kontrol dan yang terendah pada perlakuan C. Hal ini dikarenakan

72 55 banyaknya organisme yang hidup akan mempengaruhi ketersediaan oksigen yang terdapat pada air. Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar oksigen yaitu alga rambut yang mulai menumbuhi dinding aquarium. Pada siang hari dengan bantuan cahaya matahari tanaman alga rambut akan berfotosintesis dan akan menghasilkan oksigen, sehingga akan mempengaruhi kadar oksigen di dalam air. Tabel 4.4 Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air 1 >6,5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 2 4,5 6,4 Tercemar ringan 3 2,0 4,4 Tercemar sedang 4 <2,0 Tercemar berat Menurut Jeffries/mills dalam Budin (2015) Pada penelitian ini, kadar oksigen terlarut pada air berkisar antara 6,4 ppm hingga 4,5 ppm. Berdasarkan pada tabel 4.4 maka status kualitas air pada aquarium adalah tercemar ringan. Pencemaran ini disebabkan oleh campuran dedak dan kotoran ayam yang digunakan untuk perlakuan, selain itu juga hasil dari sisa metabolisme Daphnia magna. Kisaran nilai oksigen terlarut pada penelitian ini umumnya berada pada kisaran yang mendukung kehidupan Daphnia magna. Pennak dalam Sanyoto (2000) menyatakan bahwa Daphnia sp. tidak dapat hidup pada konsentrasi

73 56 oksigen kurang dari 1 ppm. Sanyoto (2000) menyatakan bahwa Daphnia sp. memerlukan oksigen untuk hidup lebih dari 2 ppm. C. Keterbatasan Penelitian Pada saat penelitian ini berlangsung terdapat keterbatasan dalam melakukan penelitian, yakni ketika perhitungan jumlah populasi Daphnia magna yang sudah mencapai hingga ratusan. Hal ini dikarenakan saat perhitungan berlangsung, perhitungan dilakukan secara manual, tidak menggunakan alat bantu perhitungan. Sebaiknya untuk melakukan perhitungan dibutuhkan alat bantu yang digunakan yaitu Sedgwick Rafter karena keterbatasan alat yang dimiliki oleh Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma maka pada saat penelitian perhitungan dilakukan secara manual sehingga memungkinkan jika terjadi perhitungan ganda. Selain dari keterbatasan perhitungan, penelitian ini juga mengalami keterbatasan pada saat mendokumentasikan kegiatan penelitian, terutama pada saat perhitungan yang dilakukan pada malam hari. Keterbatasannya berupa gambar yang kurang jelas dan blur. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan gambar peneliti menggunakan kamera Canon 600 D, pada saat pengambilan gambar pada malam hari jika menggunakan blitz pencahayaan gambar menjadi tidak baik, bahkan objek yang difoto tidak terlihat, yang terlihat hanya pantulan cahayanya saja. Jika peneliti meggunakan modus malam, Daphnia magna merupakan hewan yang aktif bergerak, sehingga objek yang difoto akan blur karena tidak dalam posisi yang jelas. Selain itu

74 57 juga peneliti menggunakan mode close up, namun karena pencahayaan yang kurang dan juga objek yang terlalu kecil menyababkan kamera menjadi sulit untuk mendapatkan fokus pada objek yang akan di foto.

75 BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN Hasil penelitian Budidaya Daphnia magna dengan menggunakan media air yang dipupuk dengan menggunakan campuran dedak dan kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran Biologi. Pembelajaran ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran Biologi SMA kelas X semester II kurikulum 2013, yaitu pada bab Pemanfaatan Limbah dengan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai berikut : A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan 58

76 59 wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 1.2 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya 2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas 3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.

77 60 Materi ini akan membahas pengertian dan perbedaan mengenai limbah organik dan anorganik, pengelompokan limbah organik dan anorganik, selain itu peserta didik diminta untuk membuat produk pengolahan limbah, terutama pemanfaatan limbah organik. Pembelajaran ini dapat diaplikasikan ke dalam kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dimana konsep dari pembelajaran tersebut membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang akan dipelajari dengan situasi dunia nyata yang dialami oleh peserta didik dan mendorong peserta didik untuk membuat suatu hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupannya. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode diskusi, Tanya jawab, praktikum dan presentasi. Selain itu juga, guru akan menampilkan gambar dan video yang berkaitan dengan materi, guna menarik perhatian peserta didik dan pembelajaran tidak bersifat monoton. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif dimana pelaksanaannya peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok ini harus bersifat heterogen, yaitu dalam satu kelompok harus ada peserta didik yang memliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Model pembelajaran kooperatif ini mengutamakan kerjasama dalam penyelesaian permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.

78 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam akan mempengaruhi pertambahan populasi Daphnia magna. 2. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dengan dosis 7,5 ml/l akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna yang paling cepat. B. Saran Saran yang dapat disampaikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pemberian dosis pupuk dengan skala yang lebih besar untuk mengetahui apakah pertumbuhan populasi Daphnia magna menjadi semakin meningkat atau menurun. 2. Sebaiknya Daphnia magna perlu dibudidayakan lebih banyak lagi dikarenakan masih sedikit yang membudidayakannya. 3. Dalam melakukan pemupukan untuk budidaya Daphnia magna sebaiknya menggunakan bahan organik lainnya sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme. 61

79 62 4. Saat perhitungan populasi berlangsung sebaiknya menggunakan alat bantu perhitungan sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat

80 DAFTAR PUSTAKA Afrianto, Edi dan Evi Liviawati Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta : Kanisius. Ansaka, D Pemanfaatan Ampas Sagu Metroxylon sagu Rottb dan Eceng Gondok Eichhornia crassipes Dalam Kultur Daphnia sp. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Budin, S Keanekaragaman Jenis Zooplankton dan Hubungannya Dengan Kualitas Perairan Di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Casmuji Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam Dan Tepumg Terigu Dalam Budidaya Daphnia sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Chumaidi dan Djajadireja Kultur Massal Daphnia sp. di Kolam dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Buletin Perikanan. Penelitian Perikanan Darat, 3 (2) : Darmanto, Darti S, Adhisa P, Chumaidi, dan Mei RD Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Air Tawar. Jurnal Penelitian. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 2 : Direktorat Jendral Perikanan, Angka Konsumsi Ikan Dalam : Diakses tanggal 20 Juli Director RSB, Effect of Endocrene disruptors on Reproduction in Daphniids. Dalam : Diakses tanggal 30 Agustus Djarijah, A. S Pakan Ikan Alami. Yogyakarta: Kanisius. 63

81 64 Effendi, H Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Firmandus, R Pemanfaatan Kulit Buah Pisang (Mussa spp) Sebagai Sumber Nutrient dalam Budidaya Daphnia sp. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. Kusumaryanto, H Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal Terhadap Pertumbuhan Populasi, Bimassa dan Pembentukkan Epipium Daphnia sp., Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Mokoginta, I Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia sp. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar. Muhammad, D Pengamatan Morfologi, Denyut Jantung, Respon Fototaksis, Kemotaksis, Termotaksis, Geotaksis Pada Daphnia sp. Laporan Penelitian. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Sanyoto, P.M.H Konsentrasi Kotoran Kuda Optimum Terhadap Pertumbuh Dan Puncak Populasi Daphnia sp. Skripsi. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

82 65 LAMPIRAN

83 66 Lampiran 1 SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA Satuan Pendidikan Kelas : SMA : X KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan

84 67 pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

85 68 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu Media, alat dan bahan Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data Keseimbangan lingkungan Kerusakan lingkungan pencemaran lingkungan. Pelestarian lingkungan Mengamati Mengamati gambar dan video mengenai perusakan lingkungan, mendiskusikan secara kelompok untuk menemukan faktor penyebab terjadinya perusakan. Tes tertulis Pemahaman tentang konsep kerusakan lingkungan dan upaya pelestarian lingkungan. 6 X 45 menit Gambar perubahan lingkungan Video perubahan lingkungan LKS 1 LKS 2 LKS 3 dan fakta, disiplin, Limbah dan daur

86 69 tanggung jawab, dan peduli ulang. Menanya Observasi dalam observasi dan Jenis-jenis Apa yang dimaksud Sikap ilmiah eksperimen, berani dan limbah. dengan kerusakan dalam santun dalam mengajukan lingkungan dan apa mengamati, pertanyaan dan Proses daur ulang saja penyebabnya serta berdiskusi, berargumentasi, peduli limbah organik mengenai limbah dan membuat lingkungan, gotong dan anorganik. pelestarian lingkungan. karya, dan royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplor asi) Mengumpulkan kegiatan presentasi Portofolio Laporan melakukan pengamatan dan informasi sebagai tertulis percobaan di dalam

87 70 kelas/laboratorium maupun bahan diskusi atau mengenai di luar kelas/laboratorium sebagai topik yang praktikum 3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan akan didiskusikan mengenai masalah perusakan lingkungan dan pengolahan limbah Membuat usulan pengolahan limbah organik dan anorganik. Memecahkan lingkungan masalah dengan cara pencegahan dan pemulihan kerusakan membuat desain produk daur ulang limbah dan lingkungan polusi. akibat upaya lingkungan. pelestarian Membuat daur ulang limbah organik dan

88 71 anorganik Mengasosiasikan Menyimpulkan hasil pengamatan, diskusi, dan pengumpulan informasi dampak tentang kerusakan lingkungan penyebab, pencegahan serta penanggulangannya. Mengkomunikasikan Presentasi secara

89 72 lisan tentang kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan Laporan pengamatan hasil secara tertulis mengenai percobaan pengolahan organik limbah dan anorganik. Usulan / himbauan tindakan nyata

90 73 pelestarian lingkungan yang harus dilakukan di tingkat sekolah dan tiap individu siswa yang dilakukan di rumah, sekolah, dan area pergaulan siswa

91 74 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran : SMA : Biologi Kelas/Semester : X/2 Alokasi Waktu : 6 x 45 A. Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

92 75 pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar : 1.2 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan tersebut bagi kehidupan Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan. C. Indikator Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup

93 Bersikap ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas Menjelaskan pengertian lingkungan Menjelaskan pengertian pencemaran lingkungan Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan lingkungan Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan Mengidentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan Menganalisis dampak pencemaran lingkungan terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup Menjelaskan pengertian limbah organik dan anorganik Mengidentifikasi gambar lalu mengelompokan ke dalam golongan limbah organik atau anorganik Menjelaskan proses pengolahan limbah Menganalisis penyebab kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam dan manusia Mengidentifikasi berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan Menciptakan produk dari limbah organik dan anorganik

94 77 D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui kegiatan refleksi siswa mampu menunjukan rasa peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup 2. Melalui kegiatan praktikum siswa mampu bersikap ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas 3. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu menjelaskan pengertian lingkungan. 4. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu menjelaskan pengertian pencemaran lingkungan. 5. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe jigsaw siswa mampu mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan lingkungan. 6. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe jigsaw siswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan. 7. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe jigsaw siswa mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan. 8. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe jigsaw siswa mampu menganalisis dampak pencemaran lingkungan terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup

95 78 9. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu menjelaskan pengertian limbah organik dan anorganik. 10. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu mengidentifikasi gambar lalu mengelompokan ke dalam golongan limbah organik atau anorganik. 11. Setelah mengikuti kegiatan praktikum siswa mampu menjelaskan proses pengolahan limbah. 12. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu menganalisis penyebab kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam dan manusia 13. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu mengidentifikasi berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan. 14. Setelah melakukan kegiatan praktikum siswa mampu menciptakan produk dari limbah organik dan anorganik. E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Lingkungan dan Pencemaran Lingkungan 2. Penyebab Terjadinya Perubahan Lingkungan 3. Jenis-jenis Limbah Organik dan Anorganik Berserta Contohnya 4. Membuat Produk dari Limbah Organik dan Anorganik 5. Upaya Pelestarian Lingkungan F. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Saintifik 2. Model : kooperatif 3. Metode : tipe Jigsaw, diskusi, Tanya jawab, praktikum dan ceramah

96 79 G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 (2 JP) Kegiatan (waktu) Pendahuluan (20 menit) Fase Menyiapkan kondisi belajar Apersepsi Motivasi Kegiatan Guru dan Siswa 1. Guru mengucapkan salam 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa 3. Guru mengecek kehadiran siswa 4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait perubahan lingkungan, guru bertanya kepada siswa : Bagaimana keadaan lingkungan di daerah sekitar rumah kalian? Apakah ada perbedaan lingkungan sekitar rumah ketika kalian masih kecil dan saat ini? 5. Guru menampilkan gambar mengenai keadaan di desa dan di kota, lalu meminta beberapa siswa untuk mengutarakan pendapatkan. 6. Guru mengajukan fenomena yang

97 80 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa merangsang rasa keingintahuan siswa, guru bertanya kepada siswa : jika terdapat perbedaan lingkungan kira-kira apakah penyebabnya, menurut kalian, apakah yang akan terjadi dimasa mendatang? Orientasi 7. Guru menyampaikan tujuan/ materi yang akan dibahas Inti Mengorganisasikan 8. Siswa diminta untuk duduk dalam (60 menit) siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 5 kelompok belajar orang siswa yang merupakan kelompok asal. 9. Guru membagikan LKS kesetiap kelompok. 10. Guru menuntun siswa untuk bermain Jigsaw 11. Setiap siswa dalam kelompok asal memilih pokok pembahasan yang menjadi tugasnya. 12. Setiap siswa di kelompok asal

98 81 Kegiatan (waktu) Fase Mengamati Kegiatan Guru dan Siswa yang akan membahas soal yang sama berkumpul bersama, ini merupakan kelompok ahli. 13. Siswa diminta untuk mengamati pokok pembahasan bagiannya masing-masing. Menanya 14. Guru bertanya kepada siswa mengenai lingkungan sekitar dan permasalahan yang ada dilingkungan sekitar. Mengumpulkan informasi 15. Siswa mencari informasi melalui referensi buku/internet untuk menjawab pertanyaan dalam internet Menalar 16. Siswa berdiskusi mengenai pokok bahasan yang didapatnya dalam lingkungan kelompok ahli. 17. Siswa kembali ke kelompok asal lalu mendiskusikan hasil informasi/jawaban yang didapat untuk menjawab LKS yang telah

99 82 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa disediakan oleh guru. Mengkomunikasikan 18. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 19. Siswa dan guru menanggapi presentasi. Mengklarifikasi 20. Guru mengklarifikasi jika masih ada yang belum tepat dan memberikan penguatan mengenai materi terkait. Penutup (10menit) Apresiasi 21. Guru memberikan apresiasi kepada siswa karena telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Rangkuman / menarik kesimpulan 22. Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan Evaluasi 23. Guru melakukan post-test Refleksi 24. Mengajak siswa melakukan refleksi tentang materi dan pengetahuan baru yang diperoleh

100 83 Kegiatan (waktu) Fase Tindak Lanjut Kegiatan Guru dan Siswa 25. Guru memberi tugas kepada siswa untuk belajar tentang materi limbah. Pertemuan 2 (2 JP) Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa Pendahu- luan (20 menit) Menyiapkan kondisi belajar Apersepsi 1. Guru mengucapkan salam 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa 3. Guru mengecek kehadiran siswa 4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait limbah organik dan anorganik. 5. Guru menampilkan gambar mengenai macam-macam limbah organik dan an-organik. Motivasi 6. Mengajukan fenomena yang merangsang rasa keingintahuan siswa, guru kemudian menunjuk siswa untuk mengelompokan

101 84 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa limbah tersebut ke dalam golongannya. Orientasi 7. Guru menyampaikan tujuan/ materi yang akan dibahas Inti Mengorganisasikan 8. Siswa diminta untuk duduk dalam (60 menit) siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 5 kelompok belajar orang siswa. 9. Guru membagikan LKS ke setiap kelompok mengenai praktikum budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam. Mengamati 10. Siswa mengamati dan mencermati prosedur kerja dalam melakukan praktikum pengolahan limbah. Menanya 11. Guru bertanya seputar limbah organik dan anorganik yang digunakan pada praktikum. Mengumpulkan informasi/mencoba 12. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan panduan yang ada

102 85 Kegiatan (waktu) Menalar Fase Kegiatan Guru dan Siswa di LKS 13. Siswa mengolah informasi hasil percobaan yang telah dilakukan Mengkomunikasikan 14. Siswa mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan Mengklarifikasi 15. Guru mengklarifikasi jika masih ada yang belum tepat dan memberikan penguatan mengenai materi terkait. Penutup (10menit) Apresiasi 16. Guru memberikan apresiasi dengan tepuk tangan/pujian Merangkum / menarik kesimpulan 17. Guru meminta beberapa siswa untuk mengutarakan kesimpulan dari hasil presentasi 18. Guru melengkapi jawaban yang diutarakan oleh siswa jika belum lengkap Evaluasi 19. Guru melakukan evaluasi dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan dengan siswa seputaran materi pembelajaran

103 86 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa dan kegiatan praktikum. Refleksi 20. Guru bersama siswa merefleksikan hasil belajar hari ini Tindak lanjut 21. Guru meminta siswa untuk membuat laporan akhir mengenai Praktikum Daphnia magna Pertemuan 3 (2 JP) Kegiatan (waktu) Pendahuluan (20 menit) Fase Menyiapkan kondisi belajar Kegiatan Guru dan Siswa 1. Guru mengucapkan salam 2. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa 3. Guru mengecek kehadiran siswa Apersepsi 4. Guru menampilkan gambar mengenai perubahan lingkungan Motivasi 5. Guru bertanya kepada siswa mengenai bagaimana pengaruh perubahan lingkungan terhadap

104 87 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa kehidupan makhluk hidup saat ini Orientasi 6. Guru menyampaikan tujuan/ materi yang akan dibahas. Inti Mengorganisasikan 7. Siswa diminta untuk duduk dalam (60 menit) siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 5 kelompok belajar orang siswa. 8. Guru membagikan LKS ke setiap kelompok mengenai Dampak Perubahan Lingkungan Mengamati 9. Guru memutar video mengenai Dampak Perubahan Lingkungan, dan meminta siswa untuk mengamati video tersebut. Menanya 10. Siswa diminta untuk mengutarakan pendapatnya mengenai video tersebut. Guru juga bertanya mengenai permasalahan yang ada di video yang diputar. Mengumpulkan informasi 11. Siswa mencari informasi melalui referensi buku/internet untuk

105 88 Kegiatan (waktu) Menalar Fase Kegiatan Guru dan Siswa menjawab pertanyaan dalam internet 12. Siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS Mengkomunikasikan 13. Siswa mempresentasikan jawaban LKSnya Mengklarifikasi 14. Guru mengklarifikasi jika masih ada yang belum tepat dan memberikan penguatan mengenai materi terkait. Penutup (10menit) Apresiasi 15. Guru memberikan apresiasi dengan tepuk tangan/pujian Merangkum / menarik kesimpulan 16. Guru meminta beberapa siswa untuk mengutarakan kesimpulan dari hasil presentasi 17. Guru melengkapi jawaban yang diutarakan oleh siswa jika belum lengkap Evaluasi 18. Guru melakukan evaluasi dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan dengan siswa.

106 89 Kegiatan (waktu) Refleksi Fase Penghargaan Kegiatan Guru dan Siswa 19. Guru mengajak siswa merefleksikan atas hasil belajarnya 20. Guru memberikan apresiasi dengan tepuk tangan/pujian Tindak lanjut 21. Guru meminta siswa untuk membaca materi lebih lanjut H. Sumber dan Alat Belajar 1. Sumber a. Buku BIOLOGI kelas X semester 2 b. LKS c. Video dampak pencemaran lingkungan d. Gambar macam-macam pencemaran ligkungan e. Gambar sampah organik dan an-organik 2. Alat kegiatan belajar a. Laptop b. Viewer c. Speaker d. LCD

107 90 I. Penilaian Aspek Teknik Instrumen Afektif Observasi Lembar penilaian sikap Penilaian sikap Lembar presentasi penilaian Kognitif Test Post test Non-test Laporan praktikum Psikomotorik Observasi Lembar observasi kinerja J. Lampiran 1. LKS 2. Lembar penilaian sikap 3. Soal post test 4. Laporan praktikum 5. Lembar observasi kinerja

108 Mengingat (C1) Memahami (C2) Menerapkan (C3) Menganalisis (C4) Mengevaluasi (C5) Menciptakan (C6) Jumlah 91 KISI-KISI SOAL JIGSAW Indikator Menjelaskan pengertian lingkungan Menjelaskan pengertian 1 1 pencemaran lingkungan Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan lingkungan Mengidentifikasi faktorfaktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan Menjelaskan sumber yang menyebabkan lingkungan. pencemaran Menganalisis dampak pencemaran lingkungan terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup

109 92 LAMBAR KERJA SISWA 1 Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Nama : Kelas : Kelompok : A. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa mampu menyebutkan pengertian lingkungan dan pencemaran lingkungan 2. Siswa mampu menjelaskan penyebab terjadinya perubahan lingkungan. 3. Siswa mampu menjelaskan macam-macam pencemaran lingkungan berdasarkan zat pencemarnya. 4. Siswa mampu mengidentifikasi berbagai sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan. 5. Siswa mampu menganalisis mengenai suatu permasalahan pencemaran lingkungan. B. Cara kerja : 1 Siswa membentuk kelompok sebanyak 4 sampai 5 orang. Kelompok ini merupakan kelompok asal. 2 Siswa memilih salah satu pokok permasalahan yang terdapat pada lembar LKS.

110 93 3 Siswa bergabung bersama siswa lainnya yang memiliki pokok permasalahan yang sama. Kelompok ini merupakan kelompok ahli. 4 Siswa berdiskusi bersama kelompok ahli untuk mencari jawaban dari pokok permasalahan tersebut. 5 Siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan hasil jawaban yang didapat dari kelompok ahli. 6 Siswa mempresentasikan jawaban tersebut di depan kelas. C. Pokok Permasalahan 1. Apa yang anda ketahui tentang lingkungan dan pencemaran lingkungan? 2. Jelaskan faktor alami dan faktor manusia terjadinya perubahan lingkungan! 3. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, tanah dan suara)! 4. Jelaskan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan!

111 94 5. Apa yang anda pikirkan tentang suatu danau yang didominasi oleh tumbuhan eceng gondok? Bagaimana dampaknya bagi komponen biotik dan abiotik di danau tersebut?..

112 95 KUNCI JAWABAN SOAL JIGSAW 1. Pencemaran lingkungan atau polutan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh tumbuhan. 2. Perubahan lingkungan dapat terjadi akibat faktor alami dan faktor manusia a. Faktor Alami Misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, gelombang laut Tsunami, banjir, kemarau panjang, angin topan, dan kebakaran hutan. b. Faktor Manusia Perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia dapat bersifat global dan bersifat lokal. Perubahan lingkungan bersifat lokal dampaknya hanya di suatu wilayah tertentu. Misalnya penggunaan lahan pertanian untuk pemukiman. Perubahan lingkungan bersifat global dampaknya dapat berpengaruh pada tingkat yang sangat luas, yang dapat mempengaruhi iklim global. Misalnya penebangan hutan secara liar,

113 96 dan meningkatnya karbon dioksida hasil pembakaran yang menimbulkan efek rumah kaca. 3. Jenis-jenis pencemaran lingkungan a. Pencemaran udara a) CO2, pencemaran karbondiolsida semakin meningkat banyak berasal dari pabrik, mesin yang menggunakan bahan bakar fosil, dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Gas karbon dioksida dapat menimbulkan efek rumah kaca. b) SO dan SO2, gas belerang oksida di udara juga dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Gas ini dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan uap air di atmosfer yang menyebabkan air hujan menjadi asam c) CFC, gas ini digunakan sebagai bahan pengembang karena gas ini tidak bereaksi, tidak berbau, dan tidak berasa. CFC banyak digunakan untuk mengembangkan busa kursi, AC, lemari es, hair spray. CFC menyebabkan lubang pada atmosfer. d) CO (karbon monoksida), proses pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan gas ini. Jika mesin mobil dihidupkan di dalam garasi yang tertutup orang yang berada dalam garasi tersebut dapat meninggal akibat menghirup gas ini, bocoran gas CO dari knalpot dapat masuk ke dalam mobil juga berbahaya.

114 97 e) Asap rokok, mengandung berbagai bahan beracun yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan. Wanita dan anak-anak lebih rentan terhadap pengaruh asap rokok dari pada laki-laki. b. Pencemaran air a) Limbah pertanian, dapat mengandung insektisida atau pupuk organik. Isektisida dapat mematikan biota sungai, dianjurkan untuk menggunakan insektisida yang berspektrum sempit (hanya membunuh hewan sasaran) serta dapat terurai secara biologi dan melakukan penyemprotan sesuai anjuran. Pupuk organik yang larut dalam air dapat menyebabkan pengayaan nutrient dalam air (eutrofikasi) akibatnya tumbuhan air dan alga akan tumbuh subur, menyebabkan tidak temakan oleh konsumer. Tumbuhan air akhirnya mati dan mengendap didasar perairan mengakibatkan pendangkalan. b) Limbah rumah tangga, dapat berupa bahan organik dan anorganik yang terbawa arus air dapat menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir. Bahan organik yang terurai dalam air membuat bakteri tumbuh pesat sehingga oksigen di dalam air berkurang drastis hal ini akan menggangu kehidupan di air. c) Limbah industri, berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berbuih dan berwarna, polutan yang

115 98 mengandung asam belerang dan berbau, dan polutan berupa cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak mengenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. d) Penangkpan ikan menggunakan racun, akibatnya yang mati bukan hanya ikan tangkapan tapi juga biota air lainnya. c. Pencemaran tanah Banyak diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik yang berasal dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan sebagainya. Sampah organik dapat dihancurkan oleh jasad renik menjadi gas, mineral dan air, sedangkan sampah anorganik seperti plasti akan tetap ada sampai ratusan tahun kemudian. d. Pencemaran suara Suara bising dapat disebablan oleh mesin industri, mobil, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang. Suara bising dapat menyebabkan gangguan tidur, pendengaran, kejiwaan, penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan dan stress 4. Usaha pencegahan pencemaran lingkungan a. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman penduduk

116 99 b. Mengatur pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem c. Mengawasi penggunaan pestisida dan zat-zat kimia lain yang dapat menimbulakn pencemaran lingkungan d. Memperluas gerakan penghijauan e. Menindak tegas pelaku pencemaran lingkungan f. Menyadarkan masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya. 5. Akan menyebabkan ketidak seimbangan lingkungan danau tersebut, hal itu dikarenakan eceng gondok akan membuat penguapan air lebih cepat karena memiliki daun yang lebar, serta akan membuat kadar oksigen di dalam air berkurang sehingga komponen biotik akan kekurangan oksigen.

117 Mengingat (C1) Memahami (C2) Menerapkan (C3) Menganalisis (C4) Mengevaluasi (C5) Menciptakan (C6) Jumlah 100 KISI-KISI SOAL POSTEST Indikator Menjelaskan pengertian lingkungan Menjelaskan pengertian 1 1 pencemaran lingkungan Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan lingkungan Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan 3 1 lingkungan Menjelaskan sumber yang menyebabkan lingkungan. pencemaran 2 1

118 101 SOAL POSTEST 1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan dan pencemaran lingkungan? (15) 2. Sebutkan dan jelaskan 5 upaya apa yang dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan? (35) 3. Sebutkan dan jelaskan 3 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan? (30) 4. Jelaskan 4 macam-macam pencemaran lingkungan! Beserta contohnya! (25)

119 102 Rubrik Penilaian Kognitif Soal Skor Aspek 1 15 Menjawab dan menjelaskan pengertian lingkungan dan pencemaran lingkungan dengan lengkap, benar dan tepat. 10 Menjawab dan menjelaskan pengertian lingkungan dan pencemaran lingkungan tetapi kurang lengkap. 5 Menjawab dan menjelaskan salah satu dari pengertian lingkungan atau pencemaran lingkungan dengan benar. 3 Menjawab dan menjelaskan salah satu dari pengertian lingkungan ataupun pencemaran lingkungan tetapi kurang tepat. 0 Tidak menjawab pertanyaan 2 35 Menyebutkan dan menjelaskan 5 upaca pencegahan lingkungan dengan benar dan lengkap. 25 Menyebutkan dan menjelaskan 4 upaya pencegahan lingkungan dengan benar dan lengkap. 20 Menyebutkan dan menjelaskan 3 upaya pencegahan

120 103 lingkungan dengan benar dan lengkap. 15 Menyebutkan dan menjelaskan 2 upaya pencegahan lingkungan dengan benar dan lengkap. 10 Hanya menyebutkan 5 upaya pencegahan lingkungan (tidak menjelaskan) 5 Menyebutkan dan menjelaskan 1 upaya pencegahan lingkungan dengan benar dan lengkap 4 Hanya menyebutkan 4 upaya pencegahan lingkungan (tidak menjelaskan) 3 Hanya menyebutkan 3 upaya pencegahan lingkungan (tidak menjelaskan) 2 Hanya menyebutkan 2 upaya pencegahan lingkungan (tidak menjelaskan) 1 Hanya menyebutkan 1 upaya pencegahan lingkungan (tidak menjelaskan) 0 Tidak menjawab pertanyaan 3 30 Menyebutkan dan menjelaskan 3 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan secara lengkap, detail, jelas dan benar.

121 Menyebutkan dan menjelaskan 3 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dengan benar tetapi kurang lengkap. 20 Menyebutkan dan menjelaskan 2 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan secara lengkap, detail, jelas dan benar. 15 Menyebutkan dan menjelaskan 2 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dengan benar tetapi kurang lengkap. 10 Menyebutkan dan menjelaskan 1 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan secara lengkap, detail, jelas dan benar. 5 Menyebutkan dan menjelaskan 1 alasan mengapa pencemaran lingkungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dengan benar tetapi kurang lengkap. 0 Tidak menjawab pertanyaan Menyebutkan 4 macam pencemaran lingkungan dengan benar dan lengkap serta memberikan contohnya dengan tepat. 20 Menyebutkan 3 macam pencemaran lingkugan dengan

122 105 benar dan lengkap serta memberikan contohnya dengan tepat. 15 Menyebutkan 2 macam pencemaran lingkugan dengan benar dan lengkap serta memberikan contohnya dengan tepat. 10 Hanya menyebutkan 4 macam pencemaran lingkugan dengan benar dan lengkap, tetapi tidak menuliskan contohnya. 5 Menyebutkan 1 macam pencemaran lingkugan dengan benar dan lengkap serta memberikan contohnya dengan tepat. 0 Tidak menjawab pertanyaan.

123 106 Penilaian Kognitif (Postest) Skor Butiran Soal N o. Nama Siswa Total skor Nilai Siswa Skor Ds t Keterangan: Jumlah skoring maksimum 100 Panduan Penilaian : Nilai = x 100

124 107 LAMBAR KERJA SISWA 2 Pengolahan Limbah Nama : Kelas : Kelompok : A. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa mampu menyebutkan pengertian lingkungan dan pencemaran lingkungan 2. Siswa mampu menjelaskan penyebab terjadinya perubahan lingkungan. 3. Siswa mampu menjelaskan macam-macam pencemaran lingkungan berdasarkan zat pencemarnya. 4. Siswa mampu mengidentifikasi berbagai sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan. 5. Siswa mampu menganalisis mengenai suatu permasalahan pencemaran lingkungan. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Botol mineral ukuran 1,5 L yang sebanyak 12 buah yang digunakan sebagai media kultur Daphnia magna

125 Stoples ukuran 10 L sebanyak 2 buah yang digunakan sebagai tempat pakan Daphnia magna 3. Batang Pengaduk 4. Timbangan digital 5. Cawan petri 6. Kaca pembesar (loop) 7. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 100 ml sebanyak 1 buah 8. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 10 ml sebanyak 1 buah. 9. Gelas ukur plastik merk lyon star ukuran 500ml sebanyak 2 buah 10. Alat pengukur parameter air yaitu, DO, Termometer dan ph meter. b. Bahan 1. Kotoran ayam sebanyak 5 gr 2. Dedak sebanyak 5 gr 3. Air C. Cara Kerja Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa membentuk kelompok sebanyak 4 sampai 5 orang. Kelompok ini merupakan kelompok asal. 2. Siswa memilih salah satu pokok permasalahan yang terdapat pada lembar LKS. 3. Mempersiapkan pupuk yang tebuat dari air endapan kotoran ayam dan dedak. a. Timbang kotoran ayam sebanyak 5 gr.

126 109 b. Timbang dedak sebanyak 5 gr. c. Campurkan kedua bahan tersebut ke dalam stoples ukuran 10 L sembari diaduk d. Tambahkan air sebanyak 10 lt ke dalam toples sembari diaduk perlahan. h. Setelah tercampur rata taruh toples yang berisi campuran kotoran ayam dan dedak tersebut di tempat yang terkena sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk penguraian unsur organik yang terdapat pada kotoran ayam. i. Diamkan campuran kotoran ayam dan dedak tersebut selama 2 hari. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan zooplankton pada media tersebut. j. Aduk campuran kotoran ayam dan dedak setiap 2 kali sehari 4. Mempersiapkan media kultur Daphnia magna. a. Potong bagian atas botol air mineral ukuran 1,5 L ± 9 Cm dari atas tutup botol. b. Mengisi air ke dalam 12 buah botol air mineral ukuran 1,5 lt sebanyak 1 lt pada setiap botol air mineral. c. Beri label A, B, C, D pada setiap aquarium dan pengulangan 1, 2, 3. d. Tambahkan air endapan kotoran ayam dan dedak ke dalam masingmasing aquarium. Untuk label A ditambahkan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5ml/l, untuk label B diberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l, untuk label C diberikan air

127 110 endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7.5 ml/l. Sedangkan untuk aquarium berlabel D merupakan kontrol yang berisi air yang berasal dari air keran sekolah. 5. Mempersiapkan Daphnia Magna c. Masukan Daphnia magna ke dalam setiap botol air mineral ukuran 1,5 lt sebanyak 10 ekor/l. 6. Melakukan Perlakuan a. Menyaring air endapan kotoran ayam dan dedak sebelum diberikan ke dalam aquarium yang berisi Daphnia magna. b. Memberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sesuai dengan label yang ada pada aquarium, label A diberikan sebanyak 1,5 ml/l, label B diberikan sebanyak 4,5 ml/l, label C diberikan sebanyak 7,5 ml/l dengan menggunakan gelas ukur kaca. c. Pemberian pakan dilakukan setiap dua hari sekali dan diberikan pada jam yang sama. 7. Menghitung Daphnia Magna a. Menghitung pertumbuhan Daphnia magna setiap hari sekali di waktu yang sama dengan pengulangan perhitungan sebanyak 3 kali. b. Sebelum menghitung Daphnia magna, aduk aquarium secara perlahan dengan gerakan W (tidak memutar O ) hal ini untuk menghindari Daphnia magna berkumpul di tengah aquarium.

128 111 c. Tuang air yang ada di aquarium ke dalam gelas ukur plastik ukuran 500ml sebanyak 500ml lalu mulai menghitung Daphnia magna dengan tiga kali pengulangan perhitungan. d. Catat hasil yang didapat ke dalam tabel dibawah ini. e. Penelitian dilakukan selama 7 hari (satu minggu). f. Setelah selesai penelitian dibuat laporan akhir praktikum. D. Hasil Percobaan No Tanggal Perlakuan Ulangan Populasi Daphnia magna Rata -rata ph D O Suhu A B C D 2 3

129 112 E. Pertanyaan Diskusi 1. Apa yang dimaksud dengan limbah organik dan anorganik? 2. Apa kebelihan dan kekurangan praktikum yang telah anda laksanakan? 3. Sebukan masih-masing 3 contoh dari limbah organik dan anorganik? 4. Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi sampah organik dan anorganik? 5. Apa manfaat dari produk daur ulang limbah yang kamu buat? F. Kesimpulan.

130 113 LAMBAR DISKUSI SISWA 3 Pelestarian Lingkungan Nama : Kelas : Kelompok : A. Tujuan Pembelajaran: 1. Melalui video siswa mampu menganalisis penyebab kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam dan manusia 2. Melalu video siswa mampu mengidentifikasi berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan. B. Cara Kerja 1. Tonton dan amatilah video yang diputar oleh guru untuk menjawab permasalahan dibawah ini. 2. Diskusikan dengan teman untuk menjawab permasalahan dibawah ini. C. Pokok Permasalahan 1. Bagaimana pendapat kelompokmu mengenai video yang telah diputar? 2. Pertambangan merupakan mata pencaharian yang utama di desa X. berkat usaha ini, kebutuhan setiap keluarga terpenuhi. Sayangnya para penambang biasanya menggunakan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Bagaimana pendapatmu untuk menanggulangi hal tersebut?

131 Banjir bandang yang terjadi menyebabkan korban dan kerusakan rumah penduduk. Banjir tersebut disebabkan oleh aktivitas penebangan liar, terutama di lokasi perbukitan sekitar banjir. Bagaimana upaya kalian untuk menanggulangi bencana tersebut, jika kalian sebagai pemerintah didaerah tersebut. 4. Bagaimana usahamu untuk melestarikan lingkungan di sekitarmu (di rumah, di Sekolah dan di lingkungan sekitarmu? D. Kesimpulan

132 115 Instrumen Non-test Penilaian Laporan Praktikum No Aspek yang dinilai Skor 1. Judul, hari/tanggal, tempat kegiatan praktikum 5 2. Tujuan Praktikum 5 3. Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan 10 TOTAL SKOR Panduan Penilaian : Nilai = x 100

133 116 Instrumen Penilaian Sikap (Afektif) N o Nama Aktif Sungguhsungguh Aspek yang dinilai Jujur Disiplin Teliti Kerja Sama Tanggung Jawab Jml Skor Nilai Keterangan : Rentangan nilai antara 1 3 dengan kategori 1: Kurang 2 : Cukup 3 : Baik Kriteria Penilaian : A : Apabila total skor B : Apabila total skor C : Apabila total skor 7 12

134 117 RUBRIK PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF) Skor Keterangan Aktif 3 Ikut serta dalam melakukan praktikum, membantu teman, menyiapkan alat bahan,/kegiatan pembelajaran, saat berdiskusi, saat kegiatan tanya jawab. 2 Kadang-kadang ikut serta dalam melakukan praktikum, membantu teman, menyiapkan alat bahan/ dalam kegiatan pembelajaran, saat berdiskusi, saat kegiatan tanya jawab 1 Tidak ikut serta dalam melakukan praktikum, membantu teman, menyiapkan alat bahan,/kegiatan pembelajaran, saat berdiskusi, saat kegiatan tanya jawab Sungguh-sungguh 3 Sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran/ kegiatan praktikum, tidak banyak bercanda dengan teman dan tidak mengobrol di luar materi yang dibahas. 2 Kadang-kadang sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran/ kegiatan praktikum, tidak banyak bercanda dengan teman dan mengobrol di luar materi yang dibahas.

135 118 1 Tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran/ kegiatan praktikum, terlalu banyak bercanda dengan teman dan banyak mengobrol di luar materi yang dibahas. Jujur 3 Tidak menyontek atau melakukan plagiat (mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas/ulangan 2 Kadang-kadang menyontek pada saat mengerjakan tugas, tidak melakukan plagiat (mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas/ulangan. 1 Menyontek pada saat mengerjakan tugas/ulangan dan melakukan plagiat mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas Disiplin 3 Masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan, memakai atribut sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah, mengikuti pelajaran dengan tertib dan membawa buku sesuai dengan pelajaran 2 Terkadang masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan, terkadang memakai atribut sekolah

136 119 sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah, terkadang mengikuti pelajaran dengan tertib dan membawa buku sesuai dengan pelajaran 1 Masuk kelas tidak tepat waktu, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, tidak pernah membawa buku sesuai dengan pelajaran Teliti 3 Mengerjakan tugas dengan cermat dan tidak cereboh dalam melakukan percobaan 2 Mengerjakan tugas kurang cermat dan masih sedikit ceroboh dalam melakukan percobaan 1 Tidak mengerjakan tugas dengan cermat dan cereboh dalam melakukan percobaan Kerja sama 3 Mampu berdinamika dalam kelompok, menyampaikan pendapat dalam melakukan diskusi dan pengamatan 2 Terkadang mampu berdinamika dalam kelompok, terkadang menyampaikan pendapat dalam melakukan diskusi dan pengamatan 1 Tidak mampu berdinamika dalam kelompok, tidak menyampaikan

137 120 pendapat dalam melakukan diskusi dan pengamatan Tanggung jawab 3 Bertanggung jawab membereskan, mencuci, dan merapihkan semua alatalat yang digunakan saat melakukan praktikum 2 Bertanggung jawab membereskan alar-alat yang digunakan saat melakukan praktikum, tetapi tidak semuanya. 1 Tidak bertanggung jawab membereskan, mencuci, dan merapihkan semua alat-alat yang digunakan saat melakukan praktikum

138 121 Lembar Penilaian Presentasi Aspek yang di nilai No. Nama Siswa Kerjasama Kelompok Kecakapan Merespon Pertanyaan Keberanian Berpendapat Total Skor Dst Diisi dengan rentan angka = Sangat kurang 3 = Cukup 5 = Sangat baik 2 = Kurang 4 = Baik

139 122 Rubrik Penilaian Presentasi Skor Kriteria Kerjasama Kelompok 1 Tidak kompak, persiapan sama sekali tidak kompak, tidak ada pembagian tugas saat persentasi dengan jelas, mikomunikasi dengan semua anggota kelompok, manajement waktu sangat buruk 2 Tidak kompak, persiapan sama sekali tidak kompak, tidak ada pembagian tugas saat persentasi dengan jelas, beberapa mikomunikasi dengan semua anggota kelompok, manajement waktu sangat buruk 3 Kurang kompak, persiapan presentasi kurang, ada pembagian tugas saat persentasi dengan jelas, namun masih disertai mikomunikasi dengan anggota kelompok, manajement waktu kurang diperhatikan. 4 Cukup kompak, persiapan dilatih dengan baik, ada pembagian tugas saat persentasi dengan jelas meski kadang tumpang tindih dengan bagian anggota lain, manajemen waktu cukup baik. 5 Kerjasama kelompok terlihat kompak, presentasi dilatih dan dipersiapkan dengan baik, ada pembagian tugas saat presentasi dengan jelas dan pembagian waktu yang baik. Merespon Pernyataan

140 123 1 Tidak dapat menjawab pertanyaan 2 Menjawab pertanyaan dengan tidak tepat 3 Menjawab dengan benar, namun penyusunan kata-kata dalam menyampaikan kurang baik (kurang konsisten) 4 Menjawab dengan benar, namun masih terlihat teks terkait, penyusunan kata-kata mudah dimengerti dan sistematis 5 Menjawab dengan benar, tanpa melihat teks teori terkait menggunakan logika yang tepat, penyusunan kata-kata mudah dimengerti dan sistematis Keberanian Berpendapat 1 Hanya berperan aktif saat presentasi, tidak mengemukakan pendapat sama sekali 2 Mengemukakan pendapat secara hafalan melihat teks terkait, terlihat tidak yakin 3 Mengemukakan pendapat masih melihat teks terkait, dapat mengembangkan poin-poin presentasi dengan baik 4 Mengemukakan pendapat tanpa melihat teks terkait, dapat mengembangkan poin-poin presentasi dengan baik 5 Mengemukakan pendapat terkait materi presentasi secara logis tanpa

141 124 melihat teks terkait, dapat mengembangkan poin-poin presentasi dengan sangat baik dan meyakinkan

142 125 Lembar Observasi Kinerja (Psikomotorik) Nama : NILAI Kelas : Kelompok : Hari/tanggal : Petunjuk : 1. Tuliskan nama pada kolon yang telah disediakan 2. Berilah tanda V pada kolom skor yang sesuai dengan pengamatan anda. No Aspek yang diamati Skor Membawa bahan praktikum yang telah diumumkan 2. Cara pemakaian alat praktikum 3. Melakukan pengamatan 4. Menganalisis data 5. Membuat kesimpulan 6. Bekerjasama dengan anggota kelompok TOTAL SKOR

143 126 Panduan Penilaian : Nilai = x 100 Kriteria penilaian : Nilai A : Apabila total skor Nilai B : Apabila total skor Nilai C : Apabila total skor Nilai D : Apabila total skor RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK Skor Kriteria Membawa bahan praktikum yang telah diumumkan 1 Tidak membawa bahan praktikum sama sekali. 2 Membawa bahan praktikum hanya sebagian (tidak lengkap). 3 Membawa bahan praktikum secara lengkap dan benar. Cara pemakaian alat praktikum 1 Tidak menggunakan alat praktikum secara baik, benar dan tepat. 2 Kadang-kadang menggunakan alat praktikum secara baik dan benar. 3 Menggunakan alat praktikum secara baik, benar dan tepat.

144 127 Melakukan pengamatan 1 Tidak melakukan pengamatan sama sekali. 2 Kadang-kadang melakukan pengamatan (melakukan pengamatan secara asal-asalan). 3 Melakukan pengamatan secara teratur. Menganalisis data 1 Sama sekali tidak menganalisis data hasil praktikum. 2 Menganalisis data hasil praktikum secara asal-asalan. 3 Menganalisis data hasil praktikum secara baik dan benar Membuat kesimpulan 1 Tidak membuat kesimpulan sama sekali. 2 Membuat kesimpulan secara asal-asalan. 3 Membuat kesimpulan secara baik dan benar. Bekerjasama dengan anggota kelompok 1 Tidak bekerja sama dengan kelompok (individualis), sibuk dengan urusannya sendiri. 2 Kadang-kadang bekerja sama dengan kelompok, terkadang sibuk dengan urusannya sendiri. 3 Bekerja sama dengan kelompok dengan baik, tidak individualis.

145 128 Lampiran 3 Perhitungan populasi Daphnia magna Tanggal Perlakuan Ulangan Popolasi Daphnia magna (dalam 500ml) Ratarata Rata-rata untuk grafik Jumlah per 1000ml Akhir - Awal maret 2016 A B C

146 K A Mei 2016 B C

147 K A Mei 2016 B C K

148 A Mei 2016 B C K

149 A B Mei C K

150 A B Mei C K Mei A

151 B C K Mei 2016 A

152 B C K Mei 2016 A

153 B C K Mei 2016 A B

154 C K

155 cxxxviii Lampiran 4 Hasil Uji Normality Populasi Daphnia magna One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 12 Normal Parameters a Mean Std. Deviation E2 Most Extreme Differences Absolute.213 Positive.213 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.737 Asymp. Sig. (2-tailed).649 a. Test distribution is Normal. Tabel diatas menunjukan bahwa uji Kolmogorov-Smirnov 0,737 > 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa data sampel berasal dari populasi distribusi normal. Pengujian data selanjutnya dilakukan dengan uji homogenitas cxxxviii

156 cxxxix Lampiran 5 Hasil Uji Homogenitas Populasi Daphnia magna Nilai Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig Tabel diatas menunjukan homogenitas varians yang dihasilkan dengan levene statistic 3.920, sig > 0,05, Hal ini menujukan bahwa pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak dengan dosis yang berbeda-beda pada Daphnia magna untuk pertambahan jumlah populasinya memiliki variansi yang sama (homogen). cxxxix

157 cxl Lampiran 6 Hasil Uji Anova Populasi Daphnia magna ANOVA JUMLAH Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan < 0,05 maka H 0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok perlakuan dengan kata lain terdapat pengaruh pemberian pupuk yang terbuat endapan campuran kotoran ayam dan dedak dengan dosis yang berbeda terhadap pertambahan populasi Daphnia magna. cxl

158 cxli Lampiran 7 Hasil Uji Tukey Populasi Daphnia magna Multiple Comparisons JUMLAH Tukey HSD (I) (J) 95% Confidence Interval PERL PERL Mean AKU AKU Difference (I- Lower AN AN J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound * * * * * * * * * cxli

159 cxlii * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa perlakuan A memiliki bedan yata terhadap perlakuan B dan C, perlakuan B memiliki beda nyata terhadap perlakuan A, C dan D. perlakuan C memiliki beda nyata terhadap perlakuan A, B dan D. Sedangkan perlakuan D memiliki beda nyata terhadap perlakuan B dan C. cxlii

160 cxliii Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian No Gambar Keterangan 1. Proses penimbangan dedak 2. Proses penimbangan kotoran ayam kering 3. Pupuk campurran kotoran ayam dan dedak cxliii

161 cxliv No Gambar Keterangan Proses penyaringan pupuk 4. yang terbuat dari air endapan kotoran ayam dan dedak 5. Tata letak rancangan acak lengkap penelitian 6. Proses pemilihan Daphnia magna cxliv

162 cxlv No Gambar Keterangan 7. Daphnia magna pada saat perhitungan malam hari Proses perhitungan 8. Daphnia magna pada malam hari Jumlah Daphnia magna 9. pada perlakuan C di hari terakhir. cxlv

163 cxlvi No Gambar Keterangan 10. Perhitungan ph 11. Perhitungan DO 12. Perhitungan suhu cxlvi

164 cxlvii No Gambar Keterangan 13. Pemberian perlakuan Pertumbuhan alga rambut 14. pada dinding dan dasar aquarium 15. Jumlah Daphnia magna pada perlakuan kontrol di hari terakhir. cxlvii

165 cxlviii No Gambar Keterangan 16. Jumlah Daphnia magna pada perlakuan A di hari terakhir. 17. Jumlah Daphnia magna pada perlakuan B di hari terakhir. cxlviii

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daphnia sp 1. Biologi Daphnia sp a. Taksonomi Daphnia sp Daphnia sp mempunyai lebih dari 20 spesies dari genusnya dan hidup pada berbagai jenis perairan tawar, terutama di daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus. Plankton dibagi menjadi dua jenis yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daphnia sp 2.1.1 Klasifikasi Daphnia sp. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang hidup secara umum di perairan tawar (Pangkey 2009). Beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. Daphnia sp. lebih dikenal dengan kutu air memiliki lebih dari 20 spesies di alam. Spesies ini hidup pada berbagai jenis perairan air tawar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. dengan pemberian pupuk kandang, jerami padi dan daun kol dengan padat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daphnia sp. Daphnia sp. lebih dikenal dengan kutu air memiliki lebih dari 20 spesies di alam. Spesies ini hidup pada berbagai jenis perairan air tawar, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat kematian dari larva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik. Hal ini dikarenakan atas permintaan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diaphanosoma sp. 1. Klasifikasi Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: Fillum Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Cladocera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller Djarijah (1995) mengatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan organisme eukariot akuatik yang termasuk ke dalam zooplankton yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini beberapa metode uji hayati dilakukan untuk menguji toksisitas lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode untuk menguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Lele Sangkuriang Lele Sangkuriang merupakan jenis lele hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan secara terkontrol untuk diambil manfaat/hasil panennya. Salah satu hal penting dalam budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. Arif Wibowo *, Henni Wijayanti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang rata-rata berukuran panjang 1-3 cm. Ukurannya yang kecil membuat pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan merupakan hewan yang hidup di air, baik air laut, air payau atau air tawar. Ikan juga merupakan bahan makanan yang banyak

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp.

PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. (Effect of Feeding Rates of Yeast on Growth of Daphnia) Dedi Jusadi 1, Dewi Sulasingkin 1, dan Ing Mokoginta 1 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan hidup manusia. Ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembenihan ikan laut berkembang pesat dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal (Colossoma macropomum) berasal dari negeri Samba, Brazil. Di Negara asalnya ikan ini disebut Tambaqui. Di Amerika dan Inggris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. KURNIA HAMDANI

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. KURNIA HAMDANI PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. KURNIA HAMDANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Dalam budidaya ikan, faktor utama yang mendukung peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Dalam budidaya ikan, faktor utama yang mendukung peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil perikanan terbesar di dunia. Produk perikanan merupakan salah satu andalan Indonesia dalam perolehan devisa negara.

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI (Tema: 8 (Pengabdian Kepada Masyarakat) BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI Oleh Nuning Setyaningrum, Sugiharto, dan Sri Sukmaningrum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

Lebih terperinci

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A )

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A ) PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A2 10 097) ABSTRAK Artemia atau brine shrimp merupakan salah satu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 23 Agustus 2013, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Metode Penelitian Penelitian: Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Laboratorium

Lebih terperinci