ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH"

Transkripsi

1 A NALISIS BEBAN KERJA P ADA BUDIDAYA PADI SAWA H ( STUDI K OMPARASI A NTARA METODE K ONVENSIONAL DAN ORGANIK ) S KRIPSI C HAIRUL SHOLEH F F AKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN I NSTITUT PERTANIAN BOGOR B OGOR 2 11

2 ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH (STUDI KOMPARASI ANTARA METODE KONVENSIONAL DAN ORGANIK) SKRIPSI Sebagai salah sau syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Disusun Oleh : CHAIRUL SHOLEH F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 211 i

3 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik) : Chairul Sholeh : F Menyetujui, Pembimbing Akademik, (Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr) NIP Mengetahui, Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus : ii

4 W ORKLOAD ANALYSIS OF WETLAND PADDY FARMING ( COMPARATION STUDY BETWEEN ORGANIC AND CONVENTIONAL METHOD) U nder C hairul Sholeh advisory of M. Faiz Syuaib D epartment of Mechanical a nd Biosystem E ngineering, Faculty of Agricultural Technology, B ogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 22, Bogor, West Java, I ndonesia. A BSTRACT R ice is the staple f ood of Indonesian and therefore, p addy is one of major food crops in Indonesia. Wetland f ield i s t he main farming system o f paddy cultivation. High demand of rice,is the m ain r eason t o i ncerase productivity and develop s ustainable farming system. The s equence of wetland paddy cultivation c onsists of seedl ing, land preparation, transplanting, weeding, fertilizing a nd harvest ing. Research was conducted at wetland paddy field in Darmaga, Bogor prefecture, West Java, Indonesia. The main objective of the research is to find out th e farm labour workload (including q ualitative and quantitative workload) and the labour m anhour in the cultivation activities as well. Th is research is a lso aiming to make comparation between o rganic and conventional method in w orkload and manhour perspective. The heart rate parameter i s used to find out the labour energy c ost and workload classification (qualitative w ork burden). As the result, the energy cost of seeding activity was kca l/kg. h, land preparation was kcal/kg. h, transplanting was kcal/kg.h, semi- mechanical w eeding i n organic field w as kcal/kg.h, conventional semi-m echanical weeding i n conventional field was kcal/kg.h, hand weeding in organic field was kcal/kg.h, hand weeding in conventional field was 2.58 k cal/kg.h, fertilizer apllication in organic field was kcal/kg.h, fertilizer application in c onventional field was kcal/kg.h, manual cutting paddy activity was 2.64 kcal/kg.h and manual thressing was kcal/ k g.h. According to the result, organic method is more profitable. However, organic system requires conditions such as the avai lability of organic fertilizer, an d better price than o rdinary rice. K eyword : wetland paddy cultivation, workload analysis, work physiology, ergonomic.

5 h C F Sholeh. irul a pada Kerja Beban nalisis A i Pad udidaya B i (Stud Sawah Organik) dan Konvensional Metode Antara omparasi K Faiz M. Bimbingan Dibawah. yuaib S. 21. INGKASAN R dan Indonesia di kerja tenaga banyak menyerap mampu yang sektor merupakan Pertanian ini. sektor dari hidup Indonesia di penduduk mayoritas bahwa dikatakan apat d lahan besar Sebagian pengha sebagai padi tanaman ditanami umumnya Indonesia di rakyat ertanian p yang beras sil mendorong tinggi kian yang beras akan Kebutuhan Indonesia. rakyat utama pangan bahan merupakan senant untuk ndonesia I produktif yang padi tanaman Sistem budidaya produktifitas. meningkatkan iasa tantangan merupakan berkelanjutan an d u har ang y akan kebutuhan terpenuhinya demi diwujudkan s penduduk Indonesia. eras b proses tahap rangkaian pada pekerja kerja beban mengetahui untuk bertujuan ini Penelitian (ko kuantitatif maupun kerja) beban (tingkat kualitatif kerja beban baik sawah, padi udidaya b nsumsi maupun organik secara sawah padi budidaya metode antara memperbandingkan dan kerja) energi konvensional. secara sawah padi udidaya b kebutuhan mengukur adalah ini penelitian dari lain Tujuan tanam membudidayakan dalam petani dibutuhkan yang kerja am j organik secara sawah padi an konvensional. aupun m bibit penyiapan mencakup sawah padi budidaya proses tahapan rangkaian umum, Secara ( g eedin s ( tanah pengolahan, ) n preparatio and l ( penanaman, ) g ransplantin t ( penyiangan, ) g eedin w ), ( emupukan p g ertilizin f d ) ( panen n a g arvestin h sawah padi budidaya antara mendasar Perbedaan ). Pada sawah. lahan di diaplikasikan yang pupuk jenis adalah konvensional dan organik secara kimia pupuk pengganti sebagai lahan di diaplikasikan organik pupuk organik, metode padi udidaya b onvensional. k konvensional pupuk dengan organik pupuk pemberian perbedaan jenis, berbeda Selain dosis perbedaan terkait diberikan yang pupuk massa dan jumlah dari terlihat umum secara juga asing m - r seca padi budidaya metode membedakan yang lain Hal asing. m metode dengan organik a secara dibudidayakan yang sawah pada kimia herbisida diberikannya tidak adalah konvensional tanaman dengan cepatnya sama gulma pertumbuhan organik, secara tanaman budidaya Pada organik. dan wakt membutuhkan tenaga sehingga tamanya, u. melakukan penyiangan untuk lebih u jantung denyut analisis pendekatan dengan sawah padi budidaya pada kerja beban Analisis Pengukuran kuantitatif. maupun kualitatif baik pekerja kerja beban diketahui dapat kemudian untuk me dengan dilakukan jantung enyut d ggunakan n Meter Rate eart H a Pertam HRM). ( - dilakukan tama, Kalibrasi saat pada subjek jantung denyut engukuran p Test tep S untuk dilakukan KST (KST). karakteristik dimana kerja, beban perubahan terhadap jantung denyut perubahan respon mengetahui ang y ( IRHR antara korelasi didapatkan KST, hasil Dari berbeda. subjek tiap imiliki d of Ratio Increase Rate eart H dilakukan Selanjutnya (WEC). KST saat pada dikeluarkan yang kerja energi dengan ) budidaya pekerjaan melakukan saat subjek jantung denyut engukuran p IRHR kerja Nilai sawah. padi konsumsi nilai mendapatkan untuk korelasi persamaan dalam ke dimasukkan kemudian subjek tiap Selain sawah. padi budidaya pekerjaan melakukan selama dikeluarkan yang (WEC) kerja energi s kerja, melakukan untuk energi embutuhkan m menghidupi untuk energi membutuhkan juga ubjek disebut biasa yang fisiologisnya, minimal ungsi f i Energ Metabolic assal B p tia BME Nilai (BME). Nilai karakteristik fisiknya. terhadap matematis melakukan perhitungan dengan diketahui subjek dapat ener onsumsi k ( total secara i g T C) E berat terhadap ternormalisasi total kerja energi konsumsi nilai dan

6 ( subjek adan b T C ) E setelah diketahui dapat kemudian pekerjaan melakukan saat dikelurkan yang BME dan WEC diperoleh. ilai n p didapatkan, yang asil H t pembibi kerjaan e dengan sedang, kerja beban tingkat memiliki an kkal/kg.jam kerja energi konsumsi erata r. n beba tingkat memiliki tanah pengolahan Pekerjaan memiliki penanaman Pekerjaan kkal/kg.jam kerja energi konsumsi rerata dengan berat, kerja beban ingkat t. kkal/kg.jam kerja energi konsumsi rerata dengan berat, hingga sedang kerja dibudidayakan yang sawah lahan di dilakukan yang mekanis semi secara penyiangan Pekerjaan en konsumsi rerata dengan berat, kerja beban tingkat memiliki organik metode engan d kerja ergi yang sawah lahan di dilakukan yang mekanis semi secara penyiangan Pekerjaan kkal/kg.jam. rerata dengan berat, kerja beban tingkat memiliki konvensional metode dengan dibudidayakan penyiang Pekerjaan kkal/kg.jam kerja energi onsumsi k di dilakukan yang manual secara an dengan berat, kerja beban tingkat memiliki organik metode dengan dibudidayakan yang sawah lahan dilakukan yang manual secara penyiangan Pekerjaan kkal/kg.jam kerja energi konsumsi rerata dibudi yang sawah lahan i d sedang kerja beban tingkat memiliki konvensional metode dengan dayakan yang pemupukan Pekerjaan kkal/kg.jam kerja energi konsumsi rerata dengan berat, hingga ke beban tingkat memiliki organik metode dengan dibudidayakan yang sawah lahan di ilakukan d rja pemupukan Pekerjaan kkal/kg.jam kerja energi konsumsi rerata dengan berat, hingga sedang tingkat memiliki konvensional metode dengan dibudidayakan yang sawah lahan di dilakukan yang energi konsumsi rerata dengan berat, hingga sedang kerja eban b n Pekerjaa kkal/kg.jam kerja anen p garit n a kerj energi konsumsi rerata dengan berat, hingga sedang kerja beban tingkat memiliki gebot panen Pekerjaan kkal/kg.jam a rerat dengan berat, kerja beban tingkat memiliki 2.8 kerja energi onsumsi k kkal/kg.jam. 7 3 ilai N l ota t n denga sawah padi membudidayakan untuk dibutuhkan yang kerja energi konsumsi sebesar organik etode m a kal/kg.h k t ala menggunakan dilakukan penyiangan apabila ( mekanis semi enyiang p w ool t g edin e dan ) a kal/kg.h k a secar dilakukan penyiangan apabila ( anual m w and h g edin e padi membudidayakan untuk dibutuhkan yang kerja energi konsumsi Nilai ). sebesar konvensional metode dengan awah s a kkal/kg.h n dilakuka penyiangan apabila ( mekanis semi ecara s w ool t g edin e d ) n a a kkal/kg.h a secar dilakukan penyiangan apabila ( anual m w and h g edin e. ) untuk dibutuhkan yang kerja jam kebutuhan dan kerja energi konsumsi rerata Nilai en konsumsi rerata nilai dari besar lebih organik budidaya metode dengan padi embudidayakan m ergi metode dengan padi membudidayakan untuk dibutuhkan yang kerja jam kebutuhan dan kerja apabila menguntungkan lebih dikatakan dapat organik budidaya Metode konvensional. budidaya pupu ketersediaan diantaranya tersebut Kondisi terpenuhi. tertentu ondisi k jual harga dan organik k konvensional. padi dari tinggi organik lebih padi panen asil h ker beban sawah, padi budidaya : kunci ata K. ergonomika kerja, fisiologi a, j

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik) adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 211 Yang membuat pernyataan Chairul Sholeh F iii

8 Hak cipta milik Chairul Sholeh, tahun 211 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya. iv

9 BIODATA PENULIS Chairul Sholeh. Lahir di Jakarta, 19 Februari Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara dari ayah M. Raup dan ibu Romlah. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN Rawa Badak 19 Pagi Jakarta Utara pada tahun 2. Selanjutnya, penulis menamatkan sekolah menengah di SMPN 2 Tambun Selatan tahun 23 dan SMAN 1 Tambun Selatan tahun 26 di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. IPB merupakan Perguruan tinggi negeri yang dipilih penulis untuk melanjutkan pendidikan program sarjana. Pada tahun 26 penulis diterima masuk IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Departemen Teknik Pertanian (sekarang Teknik Mesin dan Biosistem) merupakan pilihan penulis untuk menimba ilmu selama di IPB. Selama menjalani perkuliahan di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan baik akademik maupun non-akademik, seperti menjadi asisten praktikum mata kuliah Gambar Teknik, Motor dan Tenaga Pertanian, dan Konstruksi Bangunan Lanskap. Selama masa perkuliahan, penulis juga ikut aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta), anggota Keluarga Mahasiswa Bekasi (Kemsi) dan pengurus serta ketua Agricultural Engineeringg Design Club (AEDC). Penulis mengikuti ajang Program Kreatifitas Mahasiswa pada tahun 28 dan 29 dan berhasil mendapatkan dana hibahh Dikti untuk Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK). Pada tahun 29 penulis melakukan praktek lapang di PT. PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat dengan judul Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada Proses Budidaya Tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Untuk menyelesaikan program sarjana di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik). v

10 KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga skripsi penulis untuk lulus program sarjana dapat terselesaikan. Adapun judul penelitian yang penulis usung untuk tugas akhir ini adalah Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik). Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, diantaranya : 1. Orang tua dan keluarga penulis atas segala dukungannya. 2. Dr.Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan pengarahannya. 3. Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS. dan Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. selaku dosen penguji atas masukan dan saran terhadap skripsi ini. 4. Bpk. Ncep selaku ketua Gapoktan Harapan Mekar, Bpk. Kusnandar, dan Bpk. Husein atas kesediaannya meminjamkan areal sawah untuk penelitian penulis. 5. Bpk. Andri Marzuki dan Ibu Indya Dewi atas segala bantuannya. 6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi diantaranya: Yusniati Adipraptiwi, Taufiq wardoyo, Nurhudaya, Dedi Ruspendi, Septian Fauzi, Farah Fatimah, Imam Siddiq, Vivi Ervian, Hanik Aulia, Nurul Firdausi dan Dodik Ariyanto. 7. Teman-teman satu bimbingan akademis, Ahmad Fanny Al-Faruqy dan Dani Rahmawan. 8. Teman-teman seperjuangan di Teknik Pertanian Angkatan 26 tempat penulis menimba ilmu di IPB. 9. Semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 211 Chairul Sholeh vi

11 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA TANAMAN PADI BUDIDAYA PADI SAWAH ERGONOMIKA DAN KESELAMATAN KERJA BEBAN KERJA METODE STEP TEST KONSEP JAM KERJA (MANHOUR)... 9 III. METODE PENELITIAN WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN SUBJEK PENELITIAN METODE ALAT DAN PERLENGKAPAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST (KST) PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA KEBUTUHAN JAM ORANG KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH UJI STATISTIK ANALISIS KOMPARATIF ANTARA BUDIDAYA PADI METODE ORGANIK DENGAN METODE KONVENSIONAL V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA vii

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema penelitian Gambar 2. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kalibrasi step test Gambar 3. Heart Rate Monitor dan perlengkapannya Gambar 4. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kerja Gambar 5. Bagan rancangan percobaan pengambilan data di lapang Gambar 6. Pengambilan data denyut jantung KST... 2 Gambar 7. Hasil pengukuran denyut jantung kalibrasi Step Test Subjek S Gambar 8. Grafik korelasi IRHR dan WEC ST Subjek S1 pada KST Gambar 9. Pekerjaan pembibitan Gambar 1. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S2 ulangan ke-3 pada pembibitan Gambar 11. Pekerjaan pengolahan tanah Gambar 12. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S6 ulangan ke-2 pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Gambar 13. Pekerjaan penanaman Gambar 14. Hasil pengukuran denyut jantung pada kegiatan penanaman subjek S9 ulangan ke Gambar 15. Pekerjaan penyiangan semi mekanis (kiri) dan manual (kanan) Gambar 16. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode organik subjek S12 ulangan ke Gambar 17. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode konvensional subjek S1 ulangan ke Gambar 18. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode organik subjek S11 ulangan ke Gambar 19. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode konvensional subjek S1 ulangan ke Gambar 2. Pekerjaan pemupukan metode organik (kiri) dan konvensional (kanan) Gambar 21. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode organik subjek S15 ulangan ke Gambar 22. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode konvensional subjek S15 ulangan ke Gambar 23. Pekerjaan panen ngarit (kiri) dan gebot (kanan) Gambar 24. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen ngarit subjek S17 ulangan ke Gambar 25. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen gebot subjek S19 ulangan ke Gambar 26. Histogram IRHR kerja pada budidaya padi sawah Gambar 27. Histogram konsumsi energi kerja (TEC') per-jam pada budidaya padi sawah Gambar 28. Hasil perhitungan konsumsi energi kerja per satuan berat badan dan luas pada rangkaian proses budidaya padi metode organik (kiri) dan metode konvensional (kanan) viii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR... 9 Tabel 2. Subjek penelitian untuk tiap tahapan pekerjaan budidaya padi... 1 Tabel 3. Konversi BME ekivalen VO2 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh Tabel 4. Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek Tabel 5. Nilai HR subjek pada KST Tabel 6. Nilai IRHR dan WEC ST subjek pada KST Tabel 7. Persamaan nilai IRHR terhadap WEC tiap subjek Tabel 8. Data denyut jantung dan IRHR pembibitan padi sawah Tabel 9. Data konsumsi energi kerja pada pembibitan padi sawah Tabel 1. Data denyut jantung dan IRHR pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Tabel 11. Data konsunsi energi kerja pada pengolahan tanah menggunaka traktor tangan Tabel 12. Data denyut jantung pada pekerjaan penanaman... 3 Tabel 13. Data konsumsi energi kerja pada pekerjaan penanaman... 3 Tabel 14. Data denyut jantung pada tool weeding metode organik Tabel 15. Denyut jantung pada tool weeding metode konvensional Tabel 16. Data denyut jantung pada hand weeding metode organik Tabel 17. Data denyut jantung pada hand weeding metode konvensional Tabel 18. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode organik Tabel 19. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode konvensional Tabel 2. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode organik Tabel 21. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode konvensional Tabel 22. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode organik Tabel 23. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode konvensional Tabel 24. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode organik Tabel 25. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode konvensional Tabel 26. Data denyut jantung pada pekerjaan panen ngarit Tabel 27. Data denyut jantung pada pekerjaan panen gebot Tabel 28. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen ngarit Tabel 29. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen gebot Tabel 3. Kebutuhan jam orang kerja pada pembibitan... 4 Tabel 31. Kebutuhan jam orang kerja pada pengolahan tanah... 4 Tabel 32. Kebutuhan jam orang kerja pada penanaman... 4 Tabel 33. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode organik... 4 Tabel 34. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode konvensional... 4 Tabel 35. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode organik... 4 Tabel 36. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode konvensional Tabel 37. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode organik Tabel 38. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode konvensional Tabel 39. Kebutuhan jam orang kerja pada panen ngarit Tabel 4. Kebutuhan jam orang kerja pada panen gebot Tabel 41. Tabulasi hasil pengukuran konsumsi energi kerja tiap tahapan proses budidaya padi Tabel 42. Tabulasi data IRHR subjek pada tool weeding Tabel 43. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR tool weeding Tabel 44. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR tool weeding Tabel 45. Tabulasi data IRHR subjek pada hand weeding Tabel 46. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR hand weeding Tabel 47. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR hand weeding ix

14 Tabel 48. Tabulasi data IRHR subjek pada pemupukan Tabel 49. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR pemupukan Tabel 5. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR pemupukan Tabel 51. Tabulasi data TEC subjek pada tool weeding Tabel 52. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC tool weeding Tabel 53. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC tool weeding Tabel 54. Tabulasi nilai TEC subjek pada hand weeding Tabel 55. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC hand weeding... 5 Tabel 56. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC hand weeding... 5 Tabel 57. Tabulasi nilai TEC' subjek pada pemupukan... 5 Tabel 58. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC pemupukan... 5 Tabel 59. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC pemupukan... 5 Tabel 6. Tabulasi data JOK subjek pada tool weeding Tabel 61. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK tool weeding Tabel 62. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK tool weeding Tabel 63. Tabulasi data JOK subjek pada hand weeding Tabel 64. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK hand weeding Tabel 65. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK hand weeding Tabel 66. Tabulasi nilai JOK subjek pada pemupukan Tabel 67. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK pemupukan Tabel 68. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK pemupukan Tabel 69. Tabulasi beban kerja kualitatif pada budidaya padi sawah Tabel 7. Tabulasi konsumsi energi kerja dan jam kerja pada budidaya padi sawah x

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Time Study Sheet... 6 Lampiran 2. Grafik hubungan IRHR terhadap waktu pada kalibrasi step test tiap subjek Lampiran 3. Grafik korelasi IRHR terhadap WEC pada kalibrasi step test tiap subjek Lampiran 4. Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi xi

16 I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini pembangunan pertanian sudah saatnya dilaksanakan melalui pendekatan system dan usaha agribisnis yang berorientasi pada peningkatan daya saing, pengembangan usaha ekonomi rakyat yang berkelanjutan. Peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya melalui inovasi teknologi diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif suatu produk pertanian. Potensi pasar dan pertumbuhan permintaan merupakan potensi dan peluang untuk mengembangkan produk yang memiliki daya saing tinggi salah satunya adalah produk pertanian organik (Karyaningsih et al. 28). Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain: (1) Menghindari penggunaan bibit/benih hasil rekayasa genetika, (2) Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis (3) Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman, (4) Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk kimia sintetis, (5) Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan mengembalikan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman, dan (6) Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak (Deptan, 22). Banyak petani padi sawah di beberapa tempat, mulai beralih menuju budidaya padi sawah secara organik. Selain dinilai memiliki keuntungan lebih dari sisi ekonomi yang lebih tinggi, pertanian organik dinilai memiliki keunggulan lain yakni dapat mengembalikan kesuburan tanah. Akan tetapi, muncul pendapat dikalangan petani bahwa membudidayakan padi sawah dengan metode organik membutuhkan tenaga yang lebih besar dibanding membudidayakan padi secara konvensional. Pada metode organik, tidak dilakukan pemberian herbisida kimia sehingga disinyalir gulma yang tumbuh di lahan lebih banyak dan dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memberantas gulma tersebut (Deptan, 22). Perbedaan tata cara budidaya padi sawah organik dibanding konvensional sangat jelas terlihat pada pemupukan, dimana baik jenis dan jumlah pupuk yang diberikan berbeda. Perbedaan tersebut juga memunculkan anggapan dikalangan petani bahwa dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan pemupukan pada metode budidaya organik. Pendekatan dengan keilmuan ergonomi dinilai tepat untuk mengkaji permasalahan tersebut dan membuktikan anggapan yang ada. Atas dasar itulah, pada penelitian ini akan coba dikaji dan dilakukan analisis komparasi tingkat kejerihan petani atau subjek pekerja budidaya padi metode organik dan konvensional melalui terminologi beban kerja TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besar energi kerja yang dibutuhkan petani pada tahap proses budidaya padi sawah konvensional dan organik serta melakukan analisis komparasi untuk memperbandingkannya. 2. Mengetahui tingkat beban kerja untuk masing-masing tahap proses budidaya padi sawah. 3. Mengetahui jumlah jam kerja yang dibutuhkan petani dalam membudidayakan padi sawah secara konvensional dan organik. 1

17 1.3. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini terbatas pada analisis beban kerja pada tahapan proses budidaya tanaman padi sawah. Hal yang diperbandingkan adalah budidaya tanaman padi sawah secara konvensional dan organik. Secara garis besar, penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu ergonomi (khususnya fisiologi kerja) dalam meninjau dan menganalisis konsumsi energi kerja dan tingkat beban kerja dalam rangkaian proses budidaya padi sawah. Runutan kegiatan budidaya yang menjadi fokus penelitian ini adalah kegiatan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan dan panen pada budidaya padi sawah metode konvensional dan organik. 2

18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TANAMAN PADI Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Secara umum, padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Tanaman padi memiliki ciri-ciri diantaranya berakar serabut, daun sempit memanjang, urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, serta buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (grain) atau kariopsis. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa, kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar. Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh hampir di semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara yang cukup hangat. Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika. Hasil tanaman padi disebut beras. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Negaranegara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu, hasil samping tanaman padi adalah jerami yang seringkali digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani. Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan Oryza glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada awal mulanya Oryza sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki ekor atau bulu, bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak berbulu dan pendek. Padi jenis ini memiliki bulir cenderung oval hingga lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi. 1. Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah sungai Yang Tse di Tiongkok. 2. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah. 3. Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan. 4. Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat. 5. Budidaya padi organik, yakni tanaman padi yang dibudidayakan secara organik pada lahan yang organik pula. Secara ringkas, rangkaian proses budidaya padi mencakup pembibitan (seedling), pengolahan tanah (land preparation), penanaman (transplanting), pemeliharaan mencakup pengairan (irigation), 3

19 penyiangan (weeding), serta pemupukan (fertilizing), proteksi terhadap hama penyakit (plant protection), dan panen (harvesting). 2.2 BUDIDAYA PADI SAWAH Baik tanaman padi sawah yang dibudayakan secara organik dan konvensional, biasanya memiliki tahapan mulai dari pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemupukan dan pemanenan. Perbedaan metode budidaya tanaman padi secara konvensional dan organik secara umum terletak pada input dan sumberdaya yang digunakan serta intensitas pekerjaan yang terjadi akibat perbedaan metode tersebut Syarat-syarat Lingkungan Tumbuh Padi sawah Padi sawah akan tumbuh dengan optimal di daerah dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. 2. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 2 mm/bulan atau 15-2 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. 3. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian -65 m dpl dengan temperatur o C sedangkan di dataran tinggi m dpl dengan temperatur derajat C. 4. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. 5. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman Budidaya Tanaman Padi Sawah Konvensional Urutan budidaya tanaman padi sawah secara konvensional adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Benih Syarat benih yang baik diantaranya tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang, warna gabah sesuai aslinya dan cerah, bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya, daya perkecambahan 8%. Pada penyiapan Benih, benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan. Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-4 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 5 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/2 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 5-6 cm, lebar 12 cm dan tinggi 2 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 1 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi. Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 1 gram/meter persegi pada hari ke 1. Setelah itu benih siap ditanam. 2. Pengolahan Tanah Hal yang harus dilakukan untuk menyiapkan media tanam yang baik adalah membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar. Setelah itu dilakukan perbaikan pematang serta pencangkulan sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan kedua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam, kemudian ratakan permukaan tanah sawah, dan 4

20 hancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata. Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah merata. 3. Penanaman Padi Sawah Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 2 x 2 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 3 x 2 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm. 4. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan lalandakan (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil. 5. Pengairan Untuk keperluan pengairan, setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 1 sampai dengan 2 cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 2-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikitdemi sedikit. 6. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan secara berkala ataupun kondisional bergantung pada serangan hama penyakit di lahan. Hama yang sering menyerang tanaman padi diantaranya ulat, belalang, tikus, wereng dan lain-lain. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi diantaranya penyakit bercak daun, busuk daun, noda api dan lain-lain. Tata cara yang lazim dilakukan untuk memberantas hama penyakit adalah dengan melakukan penyemprotan zat kimia. 7. Pemupukan Padi Sawah Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai. Dosis pupuk anorganik yang dianjurkan untuk Urea sebesar 3 kg/ha, TSP kg/ha dan KCl 5 kg/ha. 8. Pemanenan Pemanenan dilakukan jika 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah %, butir hijau rendah. Sebelum panen, keringkan sawah 7-1 hari sebelum panen. Gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar Budidaya Tanaman Padi Sawah Organik Tahapan budidaya padi sawah organik secara umum sama dengan tahapan budidaya padi sawah konvensional. Yang menjadi pembeda pada budidaya padi organik adalah seluruh kegiatan tidak lagi memakai pupuk kimia tetapi menggunakan pupuk organik. Dalam hal ini, yang berbeda adalah kegiatan prnyemaian benih dan pemupukan. Untuk kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen, dilakukan sama halnya dengan budidaya padi sawah konvensional. 5

21 1. Penyemaian Benih Padi pada Budidaya Padi Sawah Organik Persyaratan dan teknios penyemaian dilakukan sama seperti pada budidaya padi sawah konvensional, akan tetapi penyemprotan pestisida dan pemberian pupuk kimia tidak dilakukan. Pemberian nutrisi tanah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampurkan media tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan seimbang (1:1). 2. Pemupukan pada Budidaya Padi Sawah Organik Pemberian pupuk diarahkan kepada perbaikan dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan pada budidaya sebelumnya. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 1 ton/ha dan dapat diberikan sampai dua musim tanam. Setelah kondisi tanah dapat dikatakan membaik, maka pemberian pupuk organik dapat dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk dapat menyatu dengan tanah ERGONOMIKA DAN KESELAMATAN KERJA Ergonomi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan sistem dan lingkungan kerjanya sehingga tercapai optimalisasi, efektifitas, efisiensi, kenyamanan dan produktifitas. Metode pendekatan dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dan sistem fasilitas. Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam). Jadi secara harafiah Ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu tentang kerja. Ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, management dan desain (Nurmianto, 1998). Di dalam Ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkunganya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan manusia dengan sistem kerjanya. Seiring dengan perkembangan sistem dan teknologi kerja itu sendiri, maka berbagai hal yang mengkaji dan mengatur interaksi antara manusia sebagai pelaku atau tenaga kerja dengan peralatan, mesin ataupun lingkungan kerja berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri, yaitu Ergonomi. Pada dasarnya Ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan sistem kerja dimana mereka beraktifitas atau bekerja. Dapat pula dikatakan bahwa terdapat dua hal yang menjadi pokok bahasan dalam pendekatan Ergonomi yakni manusia dan sistem kerjanya. Manusia sebagai pelaku kerja yang tentunya memiliki kemampuan dan keterbatasan. Amatlah penting mengkaji manusia sebagai elemen yang berinteraksi dengan sistem kerja, secara khusus dengan alat/mesin dan lingkungan kerja. Antara manusia dan sistem kerja diharapkan terjadi kecocokan (match) agar manusia dapat bekerja secara aman, sehat dan nyaman. Agar didapatkan kecocokan tersebut, maka interaksi manusia dan sistem kerja harus berada pada kondisi yang optimal. Apabila tercipta kondisi kerja yang terdapat kesesuaian maka produktifitas kerja akan meningkat. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan (Gempur, 24). 6

22 Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia diperlukan multididiplin ilmu untuk menguraikan fenomena yang ada (Sutalaksana, 2). Ergonomi pada dasarnya mermbutuhkan kajian multidisiplin yang secara langsung ataupun tidak, mendukung dan dapat dijadikan sumber informasi. Kajian keilmuan yang cukup dekat dengan kajian Ergonomi diantaranya Anthropometri, Biomekanik, Fisiologi, Psikologi, Perencanaan kerja, keteknikan, Biologi, manajemen, fisika dan lain-lain. Salah satu disiplin ilmu terapan yang banyak digunakan dalam analisis Ergonomi adalah Anthropometri. Anthropometri dalam perspektif Ergonomi berkenaan dengan pengukuran dimensi statik manusia. Data anthopometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi berbagai macam benda yang sering digunakan manusia. Aplikasi Anthropometri dalam pendekatan Ergonomi diantaranya berguna dalam perancangan ruang kerja, desain produk yang nyaman bagi pengguna dan lain-lain. Biomekanik adalah suatu bidang Ergonomika yang berhubungan dengan pengukuran dinamik tubuh manusia, yang diantaranya menyangkut selang gerak anggota tubuh, kecepatan gerak, kekuatan dan aspek gerak anggota tubuh lainnya. Dalam sistem otot rangka, otot bekerja menggerakkan tulang untuk berotasi pada sendinya. Sistem ini dapat dideskripsikan menyerupai tuas sederhana, dengan otot umumnya beraksi pada jarak yang relatif pendek dari sendi untuk menghasilkan gaya eksternal pada jarak yang lebih besar. Otot beraksi untuk menghasilkan keuntungan mekanis dengan hanya berkontraksi untuk menghasilkan gerak pada anggota gerak tubuh manusia. Fisiologi berkenaan dengan fungsi hidup manusia. Dalam pendekatan Ergonomi, fisiologi terutama diperlukan untuk menganalisis kebutuhan dan konsumsi energi (Energy Cost) pada suatu aktifitas. Fisiologi kerja dalam Ergonomi berkenaan dengan kondisi dan reaksi fisiologis yang diakibatkan karena adanya beban atau tekanan (stress) eksternal saat melakukan suatu aktifitas/kerja. Contoh aplikasi fisiologi dalam Ergonomi diantaranya konsumsi energy untuk aktifitas kerja, pengukuran denyut jantung, pengukuran konsumsi oksigen pada suatu aktifitas kerja, pengukuran suhu tubuh, kelelahan otot dan lain-lain. Pada Pramana (29), dikatakan bahwa kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan beberapa indikator metabolik seperti denyut jantung (Cardiovascular), pernafasan (Respiratory), suhu tubuh (Body Temperature) dan aktifitas otot (Muscular Act). Dalam bidang teknik (Engineering), fokus ergonomi sangat erat berkaitan dengan kontekstualisasi aspek-aspek manusia di dalam proses perencanaan dan perancangan produk teknologi (alat, mesin, sistem produksi, lingkungan kerja, dll), termasuk pula dampaknya terhadap manusia sebagai pengguna atau operatornya. Oleh karena itu, ergonomi akan mengarahkan proses perancangan agar menghasilkan produk yang tidak saja memiliki kemampuan teknis yang lebih baik, tetapi juga produk yang sesuai dan serasi dengan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai pengguna ataupun operatornya. Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja menjadi penting dalam era ini karena banyak sekali aturan-aturan yang dibuat untuk menjamin hak pekerja untuk bekerja selamat dan sehat. Kecelakaan, dalam konteks Ergonomi dapat diartikan sebagai kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Konteks tak terduga, adalah karena di balik peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan. Sedangkan konteks tidak diharapkan, adalah karena peristiwa kecelakaan biasanya disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Suma mur, 1987). Kecelakaan akibat kerja adalah 7

23 kecelakaan yang terkait dengan hubungan kerja pada perusahaan, sehingga kecelakaan dapat merupakan akibat langsung oleh suatu pekerjaan ataupun kejadian yang berlangsung pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma mur, 1987) BEBAN KERJA Setiap pekerjaan memiliki beban yang berbeda. Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan pekerjaan tertentu. Rasyani dalam Pramana (29) menjelaskan bahwa beban kerja akan diketahui saat subjek menanggapi kerja dengan memberikan respon seperti denyut jantung yang tinggi atau keluarnya keringat. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia dalam menerima beban kerja, yaitu faktor personal dan lingkungan. Faktor personal yang mempengaruhi diantaranya usia, berat badan, jenis kelamin, tinggi badan, gaya hidup, status nutrisi, motovasi dan lain-lain. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya polusi udara, kebisingan, faktor suhu dan ketinggian tempat. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji beban kerja adalah pendekatan denyut jantung. Pada Pramana (29), dikatakan bahwa untuk merepresentasikan beban kerja melalui pendekatan denyut jantung, terdapat dua terminologi beban kerja yang dapat dijadikan acuan, yaitu beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah besar total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas sedangkan beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh subjek. Terminologi beban kerja kuantitatif menggambarkan besaran terukur beban yang ditanggung subjek dalam melakukan suatu aktifitas, dalam hal ini konsumsi energi kerja (energy cost). Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, manusia membutuhkan energi. Jumlah energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh secara keseluruhan saat melakukan aktifitas disebut dengan Total Energy Cost (TEC). Nilai TEC merupakan penjumlahan dari Basal metabolis Energy (BME) dan Work Energy Cost (WEC). Menurut Syuaib dalam Pramana (29), BME merupakan konsumsi energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi minimal fisiologisnya. Secara umum nilai BME dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, jenis kelamin dan usia. WEC (Work Energy Cost) merupakan jumlah energi tambahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh ketika melakukan suatu aktivitas kerja. Dalam terminologi energi kerja, terdapat Total Energy Cost per Weight (TEC ). TEC merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Menurut Grandjean (1993), kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal : 1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 1 kilo joule (23.87 kkal) per 24 jam per kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 kilo joule (23.39 kkal) per 24 jam per kg BB. 2. Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja sangat ditentukan oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. 3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Rata-rata kebutuhan kalori untuk aktivitas diluar kerja adalah ± 24 kilo joule (573 kkal) untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2 24 kilo joule ( kkal) per hari untuk wanita dewasa. 8

24 Pada terminologi beban kerja kualitatif, pengkategorian tingkat beban kerja dilakukan berdasarkan rasio relatif beban kerja terhadap kemampuan atau kapasitas kerja seseorang (Pramana, 29). Perbandingan relatif yang dijadikan tolok ukur dalam pengkategorian beban kerja adalah IRHR (increase ratio of heart rate). IRHR adalah indeks perbandingan relatif denyut jantung seseorang saat melakukan suatu aktifitas atau kerja terhadap denyut jantung saat beristirahat (Lovita, 29). Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan tingkat beban kerja kualitatif dari suatu aktifitas. Kategori kualitatif beban kerja berdasarkan IRHR dapat dikelompokkan sebagai berikut : 2.5. METODE STEP TEST Tabel 1. Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Ringan 1. < IRHR < 1.25 Sedang 1.25 < IRHR < 1.5 Berat 1.5 < IRHR < 1.75 Sangat Berat 1.75 < IRHR < 2. Luar biasa berat 2. < IRHR (sumber : Syuaib dalam Pramana, 29) Salah satu metode yang dapat digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung adalah dengan menggunakan metode Step Test. Metode ini memiliki keunggulan diantaranya dapat dengan mudah mengatur selang beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku dan intensitas langkah. Disamping itu, metode ini dapat diaplikasikan di lapang berbeda dengan menggunakan sepeda ergonometer. Metode ini dapat digunakan dalam pengkalibrasian kurva denyut jantung saat bekerja dan denyut jantung yang ditetapkan sebelum bekerja. Dalam metode ini, beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan harus diperhatikan sebagai faktor penting untuk menentukan karakteristik individu yang diukur KONSEP JAM KERJA (MANHOUR) Jam kerja adalah waktu yang dibutuhkan (dalam satuan jam) untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dan dalam lingkungan kerja yang dianggap terbaik pada saat itu. Pengukuran jam kerja dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, jam kerja dapat dihitung dengan pengukuran jam henti (Stop Watch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling). Pengukuran jam kerja secara tidak langsung dilakukan dengan mengetahui data waktu baku (Standard Time Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System). Dalam konsep jam kerja terdapat beberapa istilah,diantaranya waktu normal (Normal Working Hour), waktu baku (Standard Working Hour) dan waktu siklus (Cycle Time). Waktu normal adalah waktu penyelesaian kerja oleh pekerja dalam kondisi wajar dan dalam kondisi rata-rata. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaiki saat itu. Sedangkan waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari pemrosesan awal hingga suatu runutan pekerjaan terselesaikan. 9

25 III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 21 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SUBJEK PENELITIAN Subjek yang digunakan pada penelitian ini merupakan pekerja atau operator pada budidaya padi sawah. Pada pekerjaan budidaya yang berbeda, diperbolehkan menggunakan subjek yang berbeda pula. Akan tetapi pada metode budidaya yang diperbandingkan (organik dan konvensional), subjek yang dipilih haruslah subjek yang sama. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan kondisi aktual yang biasa ditemukan di lapangan. Pekerjaan penanaman dilakukan oleh subjek perempuan, sedangkan pekerjaan lainnya dilakukan oleh subjek laki-laki. Subjek Tabel 2. Subjek penelitian untuk tiap tahapan pekerjaan budidaya padi Jenis Kelamin Usia (tahun) Berat (kg) Tinggi (cm) Pekerjaan Budidaya S1 Laki-laki Pembibitan S2 Laki-laki S3 Laki-laki S4 Laki-laki Pengolahan Tanah S5 Laki-laki S6 Laki-laki S7 Perempuan Penanaman S8 Perempuan S9 Perempuan S1 Laki-laki Penyiangan S11 Laki-laki S12 Laki-laki S13 Laki-laki Pemupukan S14 Laki-laki S15 Laki-laki S16 Laki-laki Ngarit S17 Laki-laki S18 Laki-laki S19 Laki-laki Gebot S2 Laki-laki S21 Laki-laki

26 3.3. METODE Secara umum tahapan penelitian ini terdiri atas pengamatan pendahuluan, identifikasi subjek, pengukuran karakteristik fisik subjek, pengambilan data di lapang mencakup kalibrasi step test dan pengambilan data kerja budidaya padi, pengolahan data, analisis dan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Skema penelitian mulai dari pengamatan pendahuluan hingga didapat hasil dan kesimpulan tersaji pada Gambar 1. Pengamatan pendahuluan Identifikasi dan penetapan subjek Pengukuran pendahuluan : karakteristik fisik subjek Kalibrasi Step Test (KST) Aktifitas kerja di lahan Analisis data denyut jantung Grafik korelasi denyut jantung dengan beban kerja kuantitatif untuk masing-masing subjek Pengukuran denyut jantung kerja Analisis data denyut jantung kerja Pengukuran waktu kerja Analisis data waktu kerja Analisis beban kerja dan konsumsi energi kerja untuk masing-masing aktifitas budidaya Beban kerja Kuantitatif Beban kerja Kualitatif Analisis dan pembahasan Analisis dan pembahasan Hasil dan kesimpulan Gambar 1. Skema penelitian Pengamatan pendahuluan Pengamatan pendahuluan dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual di lapang, persiapan untuk melakukan perancangan pengambilan data dan menentukan luasan petak percobaan yang sesuai. Budidaya padi sawah pada umumnya terdiri dari enam pekerjaan utama yakni pembibitan padi, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan dan pemanenan. Baik budidaya padi secara organik maupun secara konvensional menggunakan pupuk 11

27 kimia, memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Dilihat dari segi tata cara budidaya, budidaya padi sawah organik hampir sama dengan budidaya padi sawah konvensional. Pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, dan pemanenan pada budidaya padi sawah organik dan konvensional dapat dikatakan sama dalam hal tata cara budidaya. Perbedaan tata cara budidaya padi sawah organik dibanding konvensional sangat jelas terlihat pada pemupukan, dimana baik jenis dan jumlah pupuk yang diberikan berbeda. Penyiangan gulma di sawah pada budidaya padi sawah organik dan konvensional sejatinya dapat dikatakan sama dalam hal tata cara. Akan tetapi pada penyiangan, disinyalir terdapat perbedaan jumlah gulma antara jumlah gulma di sawah pada budidaya padi organik dengan sawah pada budidaya padi konvensional pada parameter umur tanam dan kondisi lahan yang sama. Pada pengamatan pendahuluan pengamatan juga dilakukan terhadap karakteristik tanaman hasil budidaya padi baik pada sawah dengan metode budidaya organik maupun konvensional. Dari pengamatan tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang kasat mata antara tanaman hasil budidaya metode organik dan konvensional. Atas dasar hal tersebut, pengambilan data pada pekerjaan panen antara metode organik dan konvensional dilakukan pada petak sawah yang mewakili kedua metode budidaya tersebut. Pengambilan data pekerjaan budidaya padi yang mewakili metode organik dan konvensional juga berlaku untuk pekerjaan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman dan panen Kalibrasi Step Test Pengukuran beban kerja fisik dan kebutuhan energi lebih praktis untuk dilakukan pada kondisi lapang dengan mempergunakan pengukuran denyut jantung. Tetapi walau bagaimanapun cara pengukuran ini memiliki kelemahan, karena hasil pengukuran tidak hanya dipengaruhi oleh usahausaha fisik, melainkan juga oleh kondisi dan tekanan mental. Kondisi lainnya adalah bervariasinya karakter denyut jantung pada setiap orang dan dapat pula terjadi penyimpangan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung ini adalah dengan mempergunakan metode step test (metode langkah), selain dari sepeda ergometer. Dengan metode step test dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode ini juga lebih mudah, karena dapat dilakukan dimana-mana, terutama di lapang, dibandingkan dengan menggunakan ergometer. Step test mempunyai komponen pengukuran yang mudah, selalu sedia dimana saja dan kapan saja, sehingga dengan metode ini ketidakstabilan denyut jantung sesorang dapat dengan mudah dinalisa. Metode step test pada dasarnya dilakukan dengan mengukur denyut jantung saat melakukan pekerjaan naik turun sebuah bangku dengan ketinggian tertentu yaitu 4-5 cm (Suma mur, 1986 ) atau 3 cm Herodian (1994)dan kecepatan tertentu (15-45 kali naik turun dalam satu menit). Pada penelitian ini, tinggi bangku yang digunakan adalah 25 cm, mengacu pada penelitian Pramana, 29. Metoda step-test dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Atur metronome pada kecepatan yang diinginkan 2. Siapkan alat pengukur denyut jantung dan memasangkannya pada salah seorang subyek 3. Step test dilakukan seirama dengan bunyi metronome 4. Denyut jantung mulai diukur mulai dari saat istirahat selama tiga menit, melakukan step test selama tiga menit dilanjutkan dengan saat melakukan kerja, kemudian istirahat selama tiga menit dan diakhiri dengan step test selama tiga menit 5. Kegiatan dilakukan pada kecepatan metronome yang berbeda (frekuensi 15, 2, 25, 3 kali/menit) 12

28 6. Tenaga yang digunakan pada saat step test dapat dicari dengan persamaan: (7) Dimana: P = Daya (kal/detik) m = Massa (kg) g = Percepatan Gravitasi (m/dt 2 ) s = Jarak (meter) t = Waktu (detik) 7. Rata-rata denyut jantung saat melakukan step test diplotkan dengan besarnya tenaga yang digunakan saat step test tersebut pada grafik kartesius untuk kemudian didapatkan persamaan korelasinya. KST dilakukan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja dimana karakteristiknya pada setiap orang berbeda-beda. Tinggi bangku yang digunakan pada saat KST adalah 25 cm. Terdapat empat nilai frekuensi yang digunakan yakni 15 siklus / menit, 2 siklus / menit, 25 siklus / menit, dan 3 siklus / menit. Tiap siklus terdiri dari empat langkah kaki ketika naik-turun bangku. Untuk mengatur langkah agar sesuai dengan nilai frekuensi yang diinginkan, digunakan alat metronom yang dapat mengeluarkan bunyi dengan ritme tertentu. Pada saat melakukan KST, secara otomatis denyut jantung akan terekam di dalam HRM. Setelah KST selesai dilakukan, data kemudian ditransfer ke media komputasi dengan menggunakan Inte rface HRM. Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung rata-rata baik saat KST ataupun kerja adalah sebagai berikut : a. Denyut jantung pada saat istirahat adalah denyut jantung rata-rata dari data stabil terendah, minimal enam data stabil. Data yang diambil adalah denyut jantung yang tidak berada pada menit-menit awal dan akhir. Hal ini dikarenakan pada menit awal dan akhir denyut jantung dikhawatirkan denyut jantung masih terpengaruh faktor psikologis. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah denyut jantung tertinggi pada menit-menit akhir. Data yang diambil diusahakan data stabil minimal enam data. 13

29 Tata cara pengambilan data denyut jantung saat kalibrasi step test dilakukan sebagaimana tersaji pada Gambar 2. Mulai Istirahat (Rest) 1 : 1 menit Step Test 1 : 5 menit, 15 siklus/menit Istirahat (Rest) 2 : 5 menit Step Test 2 : 5 menit, 2 siklus/menit Istirahat (Rest) 3 : 5 menit Step Test 3 : 5 menit, 25 siklus/menit Istirahat (Rest) 4 : 5 menit Step Test 4 : 5 menit, 3 siklus/menit Istirahat (Rest) 5 : 5 menit Selesai Gambar 2. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kalibrasi step test Mengukur denyut jantung (heart rate = HR) selama melakukan suatuu aktifitas lebih mudah dibandingkan dengan mengukur konsumsi oksigen. Terutama karena subyek tidak perlu mengenakan masker pernapasan. Perlengkapan pengukuran denyut jantung lebih ringan dan mudah dikenakan, serta dilengkapi pula dengan transmitter untuk mengirim sinyal outputnya ke alat pencatat. Perlengkapan pengukurann denyut jantung tersebut antara lain adalah Heart Rate Monitor (HRM) sebagaimana disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Heart Rate Monitor dan perlengkapannya Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan menggunakan HRM. Data HR kerja kemudian dipindahkan ke komputer dengan menggunakan HR Monitor Interface untuk diolah dan 14

30 dibuat dalam bentuk grafik. Perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif dan valid. Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut : (2) Dimana : HR Work = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan HR Rest = Denyut jantung saat istirahat Untuk mendapatkan nilai WEC, pertama-tama kita harus mendapatkan nilai WEC ST, yaitu nilai energi kerja yang digunakan saat melakukan Step Test. Irawan dalam Pramana, 29 menjelaskan bahwa perhitungan WEC ST dapat dihitung menggunakan persamaan berikut : (3) Dimana : WEC ST = Work Energy Cost Step Test (kkal/menit) w = Berat Badan (kg) g = Percepatan Gravitasi (9.81 m/s 2 ) h = Tinggi Bangku Step Test (m) f = Frekuensi Step Test (siklus/menit) Untuk mengkonversi nilai IRHR menjadi WEC pada saat melakukan aktifitas dapat dilakukan dengan cara membuat fungsi korelasi antara WEC ST terhadap IRHR. Irawan dalam Pramana (29), menjelaskan bahwa dengan membuat grafik hubungan WEC ST dengan IRHR maka diperoleh persamaan untuk seorang subjek dengan bentuk umum : Y = ax + b (4) Dimana : Y = IRHR X = WEC (kkal/menit) Pengukuran beban kerja pada pekerjaan budidaya padi sawah Setelah melakukan pengukuran denyut jantung pada Kalibrasi Step Test (KST), selanjutnya dilakukan pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi sawah. Pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi sawah dilakukan menggunakan alat pengukur denyut jantung yang sama dengan alat yang digunakan pada KST. Pengambilan data denyut jantung (HR) saat melakukan aktifitas kerja di lapang dilaksanakan dengan tata cara seperti pada Gambar 4, sedangkan skema rancangan percobaan yang dilaksanakan untuk pengambilan data percobaan di lapangan disajikan pada Gambar 5. 15

31 Mulai Istirahat (Rest) 1 : 1 menit Step Test : 5 menit Istirahat (Rest) 2 : 1 menit Work Istirahat (Rest) 3 : 1 menit Selesai Gambar 4. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kerja 16

32 S1 U1 U2 U3 S1 U1 U2 U3 Pembibitan S2 S3 U1 U1 U2 U2 U3 U3 Pengolahan Tanah S2 S3 U1 U1 U2 U2 U3 U3 S1 U1 U2 U3 Penanaman S2 U1 U2 U3 S3 U1 U2 U3 S1 U1 U2 U3 Konvensional S11 U1 U2 U3 Penyiangan Manual (Hand Weeding) S12 S1 U1 U1 U2 U2 U3 U3 Organik S11 U1 U2 U3 S12 U1 U2 U3 S1 U1 U2 U3 Konvensional S11 U1 U2 U3 Penyiangan Semi Mekanis (Tool Weeding) S12 S1 U1 U1 U2 U2 U3 U3 Organik S11 U1 U2 U3 S12 U1 U2 U3 S13 U1 U2 U3 Konvensional S14 U1 U2 U3 S15 U1 U2 U3 Pemupukan S13 U1 U2 U3 Organik S14 U1 U2 U3 S15 U1 U2 U3 S16 U1 U2 U3 Ngarit S17 U1 U2 U3 S18 U1 U2 U3 Panen Notasi : Si, i = 1,2,3,...,21 S = Subjek Gebot S19 S2 U1 U1 U2 U2 U3 U3 Uj, j = 1,2,3 U = Ulangan S21 U1 U2 U3 Gambar 5. Bagan rancangan percobaan pengambilan data di lapang 17

33 Dari hasil KST, setiap subjek mempunyai persamaan korelasi antara denyut jantung dengan beban kerja saat step test yang berbeda-beda. Persamaan inilah yang digunakan untuk menduga nilai WEC pada saat bekerja. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan nilai IRHR kerja yang diperoleh pada saat pengukuran kedalam persamaan tersebut. Selanjutnya, energi total yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan (TEC) merupakan penjumlahan dari BME (Basal Metabolic Energy) dan WEC (Work Energy Cost). Sesuai terminologi kebutuhan energi kerja, Irawan (29) menjelaskan bahwa TEC (Total Energy Cost) merupakan penjumlahan dari energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan (Work Energy Cost) dan energi yang dibutuhkan untuk menghidupi fungsi minimal fisiologi (Basal Metabolic Energy). Dijelaskan dalam persamaan berikut : TEC = WEC + BME (5) Dimana : TEC = Total Energy Cost (kkal/menit) WEC = Work Energy Cost (kkal/menit) BME = Basal Metabolic Energy (kkal/menit) Dalam terminologi kebutuhan energi kerja, terdapat istilah Total Energy Cost per Weight (TEC ). TEC merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Satuan nilai TEC yang digunakan adalah kkal/kg.menit. Irawan dalam Pramana (29) menjelaskan bahwa nilai TEC dapat dihitung dengan persamaan : Dimana : TEC = Total Energy Cost Ternormalisasi ( kkal/kg.menit) TEC = Energy Cost (kkal/menit) w = Berat Badan (kg) (6) Pengukuran karakteristik fisik dan perhitungan BME (Basal Metabolic Energy) Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh, ditentukan oleh perhitungan kuasan tubuh, yang kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO 2 ). Dalam persamaan oksidasi metabolik, diketahui bahwa setiap konsumsi satu liter oksigen (O 2 ) adalah setara dengan energi tubuh sebesar 5 kal energi (Sanders dalam Pramana, 29). Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persaman Du Bois (Syuaib dalam Pramana, 29) : A = H.725 x W.425 x.7246 (1) Dimana : A = Luas permukaan tubuh (m 2 ) H = Tinggi badan (cm) W = berat badan (kg) 18

34 Tabel 3. Konversi BME ekivalen VO2 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh 1/ m (Sumber : Syuaib dalam Pramana, 29) Pengukuran Jam Kerja Pengukuran jam kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran langsung, menggunakan Stop Watch. Keunggulan dari metode ini terletak pada kemudahan dan keakuratan pada pengambilan data. Dengan mengukur secara langsung, maka penguraian keseluruhan aktifitas menjadi elemen-elemen diperlukan untuk kemudian didapatkan nilai jam kerja petani yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya padi sawah ini. Sebelum pengukuran dimulai, terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan kondisi dan metode pekerjaan yang akan diukur ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Heart Rate Monitor (HRM) 2. Interface HRM 3. Meteran 4. Stop Watch 5. Metronome Digital 6. Bangku Step Test 7. Timbangan berat badan 8. Unit Komputer sebagai media pengolahan data. 19

35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, data empirik yang diambil dari lapangan terdiri atas data denyut jantung dan data kebutuhan jam orang kerja pada rangkaian aktifitas pada proses budidaya padi sawah. Data denyut jantung sendiri terdiri atas data denyut jantung pada saat kalibrasi dan data denyut jantung pada saat kerja. Rangkaian kegiatan pengambilan data di lapangan secara umum dilakukan sebagaimana dijelaskan di bawah ini: 4.1. DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST (KST) Sebelum melakukan pengukuran denyut jantung pada KST, perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data karakteristik fisik subjek. Adapun parameter fisik yang diukur dari subjek dalam hal ini adalah tinggi badan dan berat badan. Data tersebut digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh subjek agar dapat diketahui nilai BME, dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekivalen VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh (Tabel 3). Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME subjek dari data antropometri : Contoh perhitungan untuk subjek S1 : H = 169 cm W = 54 kg A = H.725 x W.425 x.7246 = {(169).725 x (54).425 x.7246} = m 2 VO 2 = 22 liter/menit [Tabel 3] BME = (22 x 5 x 1) / 1 [konversi nilai BME dari VO 2 ] = 1.1 kkal/menit Gambar 6. Pengambilan data denyut jantung KST 2

36 Tabel 4. Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek Subjek Jenis Kelamin Usia (tahun) Berat (kg) Tinggi (cm) A (m 2 ) BME (kkal/menit) S1 Laki-laki S2 Laki-laki S3 Laki-laki S4 Laki-laki S5 Laki-laki S6 Laki-laki S7 Perempuan S8 Perempuan S9 Perempuan S1 Laki-laki S11 Laki-laki S12 Laki-laki S13 Laki-laki S14 Laki-laki S15 Laki-laki S16 Laki-laki S17 Laki-laki S18 Laki-laki S19 Laki-laki S2 Laki-laki S21 Laki-laki Berikut ini merupakan grafik pengukuran denyut jantung KST untuk salah satu subjek (grafik untuk subjek lainnya dapat dilihat pada lampiran) ,5 HR HR KST Subjek subjek S1 P1 R1 ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST ,5 1 12, ,5 2 22, ,5 3 32, ,5 4 42, ,5 5 Gambar 7. Hasil pengukuran denyut jantung kalibrasi Step Test Subjek S1 R5 Dari grafik, terlihat bahwa pada awal pengukuran, denyut jantung subjek cenderung tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh penyesuaian subjek dengan alat ukur. Terlihat pula, peningkatan laju denyut jantung sesuai dengan peningkatan frekuensi naik-turun pada KST. Setiap nilai frekuensi step test 21

37 dilakukan selama lima menit yang diselangi dengan 5 menit istirahat, kecuali pada istirahat pertama yang dilakukan selama 1 menit. Hal ini dilakukan agar didapatkan nilai denyut jantung terendah sunjek ketika tidak melakukan kerja. Nilai denyut jantung istirahat pertama digunakan sebagai pembanding dari nilai denyut jantung saat bekerja atau saat melakukan step test. Denyut jantung pada istirahat pertama cenderung lebih kecil dari denyut jantung pada saat istirahat setelahnya dikarenakan subjek sama sekali belum melakukan kerja. Pengambilan data KST dilakukan pagi hari saat subjek belum melakukan kerja berat sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias data. Seperti yang telah disebutkan, KST diperlukan untuk menunjukkan hubungan antara denyut jantung dengan kenaikan beban kerja. Dari hasil pengukuran tersebut, nilai HR saat step test dibandingkan dengan nilai HR saat istirahat untuk memperoleh nilai IRHR step test. Nilai WEC ST, yang merupakan nilai konsumsi energi subjek untuk proses metabolisme tubuh dan melakukan kerja perlu dihitung untuk membuat grafik dan persamaan daya dengan nilai IRHR. Nilai WEC ST dapat dihitung dengan pendekatan prinsip tenaga. Diasumsikan, pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menaiki tangga dengan membawa beban sejumlah berat tubuhnya sendiri. Salah satu contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai WEC ST adalah sebagai berikut : Subjek S1 : w = 54 kg g = 9.81 m 2 / detik h =.25 m Faktor Kalibrasi (J kalori) = 1 / 4.2 f ST1 = 15 siklus / menit f ST2 = 2 siklus / menit f ST3 = 25 siklus / menit f ST4 = 3 siklus / menit WEC ST1 =.946 kkal/menit WEC ST2 = kkal/menit WEC ST3 = kkal/menit WEC ST4 = kkal/menit Pada subjek lain, cara perhitungan yang sama dapat diterapkan. Nilai WEC ST untuk subjek lain dapat dilihat pada lampiran. Hubungan antara WEC ST dan IRHR kemudian diplot dalam grafik. Grafik hubungan antara WEC ST dan IRHR subjek S1 dapat dilihat pada gambar di bawah ini (grafik untuk subjek lain dapat dilihat pada bagian lampiran). Setiap subjek memiliki kemiringan grafik tersendiri yang merepresentasikan kenaikan IRHR terhadap kenaikan nilai WEC ST. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa semakin curam kemiringan garisnya, maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat beban kerja, dan berlaku sebaliknya. 22

38 S1 y =.5235x R² = Work Energy Cost ST (kkal/menit) Gambar 8. Grafik korelasi IRHR dan WEC ST Subjek S1 padaa KST Tabel 5. Nilai HR subjek pada KST Subjek HR R1 ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST4 R5 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

39 Subjek Tabel 6. Nilai IRHR dan WEC ST subjek pada KST ST1 (15 siklus / menit ) ST2 (2 siklus / menit ) ST3 (25 siklus / menit ) ST4 (3 siklus / menit ) IRHR WEC ST (kkal/menit) IRHR WEC ST (kkal/menit) IRHR WEC ST (kkal/menit) IRHR WEC ST (kkal/menit) S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

40 Tabel 7. Persamaan nilai IRHR terhadap WEC tiap subjek Subjek Persamaan Kalibrasi (y = IRHR ; x = WEC) R 2 S1 y =.217x S2 y =.319x S3 y =.24x S4 y =.327x S5 y =.128x S6 y =.3x S7 y =.52x S8 y =.18x S9 y =.164x S1 y =.523x S11 y =.34x S12 y =.37x S13 y =.523x S14 y =.34x S15 y =.37x S16 y =.523x S17 y =.34x S18 y =.37x S19 y =.191x S2 y =.191x S21 y =.325x Tabel 7 di atas menunjukkan persamaan yang merupakan hubungan antara IRHR dengan nilai WEC saat melakukan kalibrasi step test. Persamaan tersebut berbeda untuk setiap subjek, akan tetapi secara umum dapat terlihat bahwa keseluruhan subjek memiliki respon yang hampir sama terhadap kenaikan frekuensi step test. Dari persamaan ini, nantinya, nilai WEC saat melakukan kerja lainnya dapat diketahui dengan menginputkan nilai IRHR saat bekerja tersebut PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA Pengukuran konsumsi kerja dilakukan pada enam jenis kegiatan budidaya padi sawah dan dilakukan analisis komparatif pada kegiatan pemupukan dan penyiangan antara budidaya padi sawah organik dengan budidaya padi sawah konvensional. Pengukuran konsumsi energi kerja pada pekerjaan budidaya padi sawah dilakukan dengan pendekatan denyut jantung. Pada pengukuran konsumsi energi kerja, metode pengambilan data yang digunakan hampir sama dengan pengambilan data pada saat kalibrasi step test. Setelah data dari HRM dipindahkan ke komputer maka data selanjutnya data ditampilkan dalam grafik. Penentuan nilai HR rata-rata saat istirahat dan kerja dilakukan dengan ketentuan yang sama dengan penentuan nila HR rata-rata saat istirahat dan kerja pada sat KST. 25

41 Pembibitan Pembibitan mencakup pengayakan tanah, penempatan tanah dan benih dalam wadah, dan penyiraman satu kali. Data denyut jantung yang diambil adalah rata-rata sub-pekerjaan tersebut. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S1, S2 dan S3, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S2 ulangan ketiga pengambilan data pembibitan terlihat pada grafik di bawah ini. Grafik lengkap untuk subjek lain dan ulangan lain dapat dilihat pada Lampiran. Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi total energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. Gambar 9. Pekerjaan pembibitan HR HR Pembibitan Subjek S2 P2 Ulangan Ke Gambar 1. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S2 ulangan ke-3 pada pembibitan 26

42 Tabel 8. Data denyut jantung dan IRHR pembibitan padi sawah Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR kerja ST W S S S Rerata 1.38 Tabel 9. Data konsumsi energi kerja pada pembibitan padi sawah Subjek Berat Badan Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Sedang S Sedang S Sedang Rerata Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan setelah tanah dibiarkan bera kira-kira 15-3 hari setelah panen. Pekerjaan pengolahan tanah ini dilakukan pada kondisi lahan cukup air, untuk mempermudah pembajakan dan mengurangi kekuatan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal. Posisi vertikal bajak singkal diatur untuk mendapatkan kedalaman olah yang diinginkan. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S4, S5 dan S6, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S6 ulangan kedua pengambilan data terlihat pada gambar 12 di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera pada lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai total konsumsi energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai total konsumsi energi kerja ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. 27

43 Gambar 11. Pekerjaan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan HR Pengolahan Tanah Subjek P6 S6 Ulangan Ke-2 Ke Gambar 12. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S6 ulangan ke-2 pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Tabel 1. Data denyut jantung dan IRHR pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Subjek Ulangan HR IRHR Rerata ST W IRHR kerja S S S Rerata

44 Subjek Tabel 11. Data konsunsi energi kerja pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Berat Badan Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Berat S Berat Rerata Penanaman Pekerjaan penanaman atau biasa disebut tanam mundur (tandur) adalah pekerjaan penancapan bibit padi disawah yang telah diolah dan siap ditanami. Penanaman dilakukan dengan cara manual dengan jarak tanam tertentu, dalam hal ini 25 cm. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S7, S8 dan S9, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S9 ulangan ke-3 pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di Lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai total konsumsi energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. Gambar 13. Pekerjaan penanaman HR Penanaman HR Tandur Subjek P9 S9 Ulangan Ke-3 Ke Gambar 14. Hasil pengukuran denyut jantung pada kegiatan penanaman subjek S9 ulangan ke-3 29

45 Tabel 12. Data denyut jantung pada pekerjaan penanaman Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S , S S Rerata 1.53 Tabel 13. Data konsumsi energi kerja pada pekerjaan penanaman Subjek Berat Badan Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Sedang S Berat S Berat Rerata Penyiangan Penyiangan dilakukan baik secara manual (hand weeding) maupun secara semimekanis dengan alat (tool weeding). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dilakukan pengambilan data penyiangan pada budidaya padi konvensional dan budidaya padi organik dengan menggunakan kedua metode penyiangan baik manual maupun semimekanis. Kondisi lahan dan tanaman padi sawah pada budidaya padi konvensional dan organik diusahakan sama, yakni memiliki tanaman dengan varietas yang sama, umur tanam sama (3 hari setelah tanam) dan kondisi lahan tergenang air (macak-macak). Pengambilan data penyiangan dilakukan dengan subjek S1, S11, dan S12. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung beberapa subjek dan ulangan tertentu pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. 3

46 Gambar 15. Pekerjaan penyiangan semi mekanis (kiri) dan manual (kanan) HR Tool Weeding Organik Subjek P12 Ulangan Ke-1 HR Tool Weeding Organik Subjek S12 Ulangan Ke Gambar 16. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode organik subjek S12 ulangan ke-1 HR Tool HR Tool Weeding Weeding Konvensional Subjek P1 S1 Ulangan Ke-1 Ke Gambar 17. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode konvensional subjek S1 ulangan ke-1 31

47 HR Hand Weeding Organik Subjek P11 S11 Ulangan Ke-3 Ke Gambar 18. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode organik subjek S11 ulangan ke-3 HR Hand Weeding Konvensional Subjek P1 S1 Ulangan Ke-3 Ke Gambar 19. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode konvensional subjek S1 ulangan ke-3 Tabel 14. Data denyut jantung pada tool weeding metode organik Subjek Ulangan HR IRHR Rerata ST W IRHR kerja S S S Rerata

48 Tabel 15. Denyut jantung pada tool weeding metode konvensional Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S S S Rerata 1.55 Tabel 16. Data denyut jantung pada hand weeding metode organik Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S S S Rerata 1.58 Tabel 17. Data denyut jantung pada hand weeding metode konvensional Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S S S Rerata

49 Tabel 18. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode organik Subjek Berat Badan Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Berat S Berat Rerata Subjek Berat Badan Tabel 19. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode konvensional Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Berat S Berat Rerata Tabel 2. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode organik Subjek Berat Badan Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Berat S Berat Rerata Subjek Berat Badan Tabel 21. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode konvensional Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Sedang S Sedang Rerata Pemupukan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengambilan data pekerjaan pemupukan dilakukan pada budidaya padi konvensional dan budidaya padi organik. Pemupukan dilakukan manual dengan tenaga manusia, dalam hal ini subjek S13, S14 dan S15. Pemupukan padi dengan metode organik di lahan dilakukan dengan menaburkan pupuk kompos organik dengan dosis yang telah ditentukan sesuai dengan luasan petak percobaan. Sama halnya dengan pemupukan metode organik, pemupukan pada budidaya padi sawah konvensional juga dilakukan manual dengan menebar pupuk kimia di lahan dengan dosis yang telah ditentukan. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S15 ulangan ke-3 pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di Lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan 34

50 nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. Gambar 2. Pekerjaan pemupukan metode organik (kiri) dan konvensional (kanan) HR HR Pemupukan Organik Organik Subjek Subjek P12 Ulangan S15 Ulangan Ke-3 Ke Gambar 21. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode organik subjek S15 ulangan ke-3 HR Pemupukan Konvensional Subjek P12 S15 Ulangan Ke Gambar 22. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode konvensional subjek S15 ulangan ke-2 35

51 Tabel 22. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode organik Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S S S Rerata 1.49 Tabel 23. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode konvensional Subjek Ulangan HR IRHR Rerata IRHR ST W kerja S S S Rerata 1.48 Subjek Berat Badan Tabel 24. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode organik Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Sedang S Sedang S Berat Rerata

52 Subjek Berat Badan Tabel 25. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode konvensional Rerata IRHR Kerja Beban Kerja BME (kkal/menit) WEC (kkal/menit) TEC (kkal/menit) TEC' (kkal/kg.jam) S Berat S Sedang S Sedang Rerata Panen Panen terdiri atas dua kegiatan utama yaitu pemotongan malai padi dengan arit (ngarit) dan perontokan gabah dari malai padi. Pemotongan dilakukan secara manual dengan alat potong berupa pisau tajam berbentuk lengkung yang disebut ngarit. Perontokan padi dilakukan dengan cara membanting-bantingkan malai padi pada landasan kayu. Pekerjaan tersebut biasa disebut gebot. Pengambilan data pemanenan dilakukan secara terpisah antara kegiatan ngarit dan gebot. Sebelumn ya dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah kondisi dan tata cara panen pada budidaya padi konvensional dengan budidaya padi metode organik secara umum sama. Dari pengamatan didapatkan bahwa jarak tanam pada budidaya padi sawah sistem organik dan konvensional sama, yakni 25 cm dengan jumlah tanaman padi tiap 1 m 2 secara umum sama yakni 25 tanaman. Selain itu, berat dan besar kumpulan malai padi tiap titik tanam antara sistem padi organik dan konvensional dapat dikatakan sama. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung beberapa subjek dan ulangan tertentu pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC ) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek. Gambar 23. Pekerjaan panen ngarit (kiri) dan gebot (kanan) 37

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan dan termasuk dalam keluarga (famili) rumput berumpun (gramineaceae). Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di lahan kering Leuwikopo, Bogor. Pengambilan data penelitian dimulai tanggal 29 April 2009 sampai 10 Juni 2009. B. Peralatan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. Oleh : MUHAMMAD FAZRIANSYAH F14104106 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar 1) Atiqotun Fitriyah, 2) Sam Herodian 1), 2) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun IV. METODOLOGI 4.1 Deskripsi Kegiatan Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari tanggal 21 Maret 2011 sampai dengan 20 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya mengikuti jam kerja karyawan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEH Tanaman teh (Camelia sinensis) diklasifikasikan sebagai berikut (Tuminah 2004) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dialypetalae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Lahan Sawah Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING SKRIPSI ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING (Studi Kasus : Analisis Komparatif Kerja Manual dengan Cangkul dan Mekanis dengan Walking-type Cultivator) Oleh : LOVITA F14052709 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Beban Kerja Pengukuran beban kerja meliputi dua hal yaitu beban kerja kuatitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. lokasi penelitian berada di kebun Salaran, desa Wates, kecamatan

Lebih terperinci

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan II. Materi dan Metode 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan Januari-Mei 2013.

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih dari 25 spesies, dan dipanen, tumbuhan padi akan langsung mati (Ina, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih dari 25 spesies, dan dipanen, tumbuhan padi akan langsung mati (Ina, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Padi Padi adalah tanaman sejenis rumput-rumputan yang merupakan sumber bahan makanan pokok untuk masyarakat indonesia. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi termasuk famili Graminae dengan ciri batang yang tersusun dari beberapa ruas, rumpun dengan anakan yang tumbuh dari dasar batang. Semua anakan memiliki

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Kondisi Lingkungan Wilayah Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Situ Gede memiliki kondisi geografis yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. 6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat

Lebih terperinci