MODEL PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KONSELING INDIVIDUAL GURU-GURU BK SMP
|
|
- Ratna Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KONSELING INDIVIDUAL GURU-GURU BK SMP Counseling Communication Basic Skill Development Model to Improve Individual Counseling Effectivity for Guidance and Counseling Teachers in State Junior High Schools in Solo. Drs. Asrowi, M.Pd. Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract : The research was conducted on empirical basis of findings showing various phenomena of low counseling communication basic skill on the implementation of individual counseling by teachers in Junior High Schools particularly in Solo. To overcome such problems, appropriate approach was used by means of counseling communication basic skill model to improve the individual counseling capability. The main key to the solution of students cases is by mastering the counseling communication basic skill. This research is especially aimed to: (1) develop a model of counseling communication basic skill as to improve the individual counseling capability, (2) know the effectiveness of the counseling communication basic skill model as to improve the capability of individual counseling among guidance and counseling teachers in State Junior High Schools. This research used the Research and Development. Guidance and counseling teachers in Junior High school were assigned as the subject of this research. This research was carried out in several steps from preliminary study, model development, rational validation, and empirical validation. In the process of research, the model of counseling communication basic skill was rationally validated by experts and empirically verified as to be considered to enrich the knowledge of guidance and counseling and develop the basic skill of communication for individual counseling. The basic skills of counseling communication implemented into the individual counseling covers; (1) attending and responding to the clients, (2) leading skill, (3) reflection skill, (4) summarizing skill, (5) confronting skill, (6) interpreting skill, (7) directing and suggesting skill. To measure the knowledge of counseling theory, inventory of four option-questionnaire was applied, while to know the basic knowledge of individual based-counseling, observation sheet was used in this research. The data of this research was analyzed by means of Wilcoxon Non parametric Descriptive statistics. In addition, the normal distributed data was analyzed by parametric two-tailed t-test. From the data analysis, it was concluded that the model of counseling communication basic skill was empirically verified to be effective to improve the capability of individual counseling. Each basic skill of counseling communication was empirically proved to give meaningful contribution to the individual counseling capability of guidance and counseling teachers in State Junior High Schools in Solo. Key words: Counseling communication basic skills, individual counseling effectivity. 1
2 ABSTRAK. Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling untuk Meningkatkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama Negeri di Solo. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil temuan empirik yang menunjukkan berbagai gejala tentang rendahnya keterampilan dasar komunikasi konseling dalam pelaksanaan konseling individual pada guru-guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan pedoman keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan efektivitas konseling individual (2) Menemukan Model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan efektivitas konseling individual guru-guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama. Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Subyek sasaran penelitian ini adalah guru-guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama Negeri di Solo. Penelitian terdiri dari beberapa langkah yang dilakukan yaitu; studi pendahuluan, pengembangan model, validasi rasional model, dan validasi empirik model. Pengumpulan data menggunakan inventori dengan alternatif pilihan untuk mengetahui tingkat pengenalan dan pemahaman aspek-aspek konseling dan instrumen observasi untuk mengetahui keterampilan dasar komunikasi konseling dalam kontek konseling individual. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan teknik statistik non parametrik Uji Wilcoxon dan kelompok data distribusi normal diuji dengan menggunakan parametrik atau uji t dua ekor dan uji koralasi. Hasil penelitian ini adalah: Model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling secara empirik teruji efektif untuk meningkatkan efektivitas konseling individual. Keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan menyambut/memperhatikan konseli, memimpin pembicaraan, merefleksi perasaan, menyimpulkan, mengkonfrontasi, mengintrepretasi (menafsirkan) dan keterampilan memberikan informasi dan nasehat. Kata kunci : Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling, Konseling Individual 2
3 Pendahuluan, Peningkatan mutu pendidikan semakin lama terasa semakin penting seiring dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi bagian dari kebutuhan manusia yang sangat esensial lebih-lebih berkenaan dengan upaya pembinaan, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia profesional. Manusia yang profesional adalah manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta manusia yang beriman dan bertaqwa. Banyak orang semakin sadar bahawa kunci utama kemajuan masyarakat ditentukan oleh pendidikan, sebab pendidikan adalah merupakan transformasi yang berfungsi membangun manusia yang berilmu pengetahuan, berteknologi dan bertaqwa. Oleh karena itu kemajuan tersebut dapat dicapai jika pendidikan harus berkualitas. Salah satu komponen penting yang menjadi faktor utama adalah kualitas guru. Kualitas guru merupakan kunci yang dapat menentukan dan mempengaruhi kualitas pendidikan. Maka dari itu guru merupakan komponen utama yang mejadi pusat perhatian dari dulu sampai sekarang agar mereka menjadi tenaga yang professional Guru bimbingan dan konseling sebagai bagian dari tenaga kependidikan ikut bertanggung jawab membantu perkembangan siswa menuju tercapainya cita-cita pendidikan. Secara profesional juga dituntut mampu menjalankan profesinya dengan baik. Profesi yang melekat pada dirinya adalah mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling. Untuk dapat memberikan bantuan layanan konseling perlu dikuasainya seperangkat kompetensi. Kompetensi layanan konseling mencakup seperangkat keterampilan dasar komunikasi konseling yang dilakukan secara utuh. Di dalam proses konseling, konselor menerapkan serangkaian keterampilan yang harus dilakukan yang disebut keterampilan dasar komunikasi konseling. Pelaksanaan konseling yang utuh pada dasarnya merupakan rangkaian keterampilanketerampilan atau teknik-teknik konseling sebagai kategori pernyataan konselor. Dengan kata lain bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang mengandung sentuhan terapidengan mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi konseling melalui teknik-teknik sebagai bagian dari pernyataan konselor. Secara garis besar keterampilan dasar komunikasi tersebut mencakup keterampilan attending, leading, reflecting, summrizing, confronting, intrepreting dan informing /advising. Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan saat ini kompetensi tersebut menjadi perhatian serius. 3
4 Latar Belakang Masalah Penelitian ini di latar belakang permasalahan dari hpenelitian studi terhadap 32 guru-guru bimbingan dan konseling berkenaan dengan praktek keterampilan dasar komunikasi konseling di Sekolah Menengah Pertama di daerah Solo, menunjukkan hasil sebagai berikut : (1) keterampilan attending nilai tertinggi 7,50, (1 orang ) nilai terendah 4,17, nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2) keterampilan leading, nilai tertinggi 9,58, nilai rendah 4,17, nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan merefleksi klien; nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai rata-rata 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan ; nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi; nilai tertinggi 3,75, nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan mengintrepretasi; nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai rata-rata 6,25 dan (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28. Kemudian tingkat pemahaman teori konseling dari 32 orang responden nilai tertinggi yang diperoleh 7,0, nilai terendah 3,2 dan nilai rata-rata 4,9. Kemudian tingkat pemahaman dan implementasi (1) sudah pernah mendengar istilah attending tetapi belum pernah melakukan sebesar 30%, belum pernah mendengar 14,06%, (3) belum pernah melakukan keterampilan merefleksi perasaan klien sebesar 13, 53 % (4) sudah pernah melakukan keterampilan menyimpulkan sementara ungkapan klien sebesar 15,63%, (5) belum pernah melakukan keterampilan mengkonfrontasi dan belum tahu tentang istilah tersebut sebesar 10,16%, (6) keterampilan intrepretasi belum pernah melakukannya sebesar 6,25 (7) memberikan nasehat sebesar 40,63%. Berdasarkan data tersebut mengindikasikan bahwa mereka belum sepenuhnya mengetahui secara teoritik maupun secara pratek di dalam menjalankan tugasnya secara profesional. Hal inilah yang mendorong untuk dilakukan suatu penelitian. Landasan Teori Pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling yang menjadi fokus penelitian ini bertolak dari teori keterampilan komunikasi konseling (Carkhuff,1969; Barbara okun, 1982; Brammer,1985; McCubbin & Dahl, 1985; Ivey, 1987; Cormier dan Cormier, 1991; dan Gail King, 2001) menekankan kepada pentingnya keterampilan komunikasi konseling baik verbal dan non verbal yang harus dibangun pada diri konselor sekolah. Terkait dengan permasalahan ini selanjutnya Brammer (1985; 62) menegaskan bahwa keterampilan dasar 4
5 kumunikasi konseling merupakan rangkaian pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus dipelajari dan dipraktekkan agar menghasilkan konselor yang mampu membantu memberi pertolongan kepada konseli. Ditinjau dari psikologi belajar Gagne (1984: 11) menegaskan bahwa jika seseorang secara terus menerus belajar di bidang tertentu atau bidang khusus membuat organisme akan berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Jadi jika guru-guru bimbingan dan konseling diberikan pengetahuan dan keterampilan dasar komunikasi secara profesional, akan berubah menuju perbaikan. Keterampilan dasar komunikasi konseling menurut Ivey (dalam Willis 2007; 86) ia mengatakan bahwa keterampilan dasar komunikasi konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli sendiri. Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah tahap awal, tahap pengembangan, dan tahap terminal konseling (Pieter B. Mboeik: 1988, 2). Setiap tahap ada keterampilan-keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan Menurut Sunaryo Kartadinata (2009: 6-7) bahwa masalah pokok yang dihadapi berkaitan dengan implementasi bimbingan dan konseling di sekolah masih banyak layanan bimbingan dan konseling lebih merupakan kebutuhan formal dari pada sebagai kebutuhan aktual, dan tidak jarang bahwa bimbingan dan konseling lebih merupakan pekerjaan administrative yang menekankan bukti fisik dari pada sebagai pekerjaan professional. Jadi terkait dengan tuntutan profesionalitas konselor sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama, konseling merupakan bagian dari kompetensi konselor yang harus diwujudkan, sebab tugas pokok yang melekat pada diri pembimbing adalah sebagai konselor. Secara analogis seorang konselor harus mampu memberikan konseling. Maka proses yang harus dilalui untuk mengembangkan kompetensi tersebut adalah perlu diwujudkan model keterampilan dasar komunikasi konseling. Masalah keterampilan dasar komunikasi konseling adalah merupakan awal yang harus dikuasi oleh 5
6 konselor menuju ketahapan berikutnya. Menguasai tiap-tiap keterampilan dalam proses konseling semacam keharusan. Maka untuk lebih efektif di dalam melakukan konseling guru bimbingan perlu pedoman dan materi yang dipakai acuan untuk melakukan praktek konseling. Pedoman materi tersebut dikemas dalam model yang berisi materi-materi keterampilan dasar komunikasi yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi jenjang pendidikan yang ada. Rogers dalam (Pietrofesa dkk, 1978 : 4) menegaskan konseling sebagai The process by which structure of the self is relaxed in the safety of relationship with the therapist, and previously denied experiences are perceived and then integrated in to an altered self Pendapat tersebut pada intinya bahwa Rogers lebih menekankan pada perubahan sistem self konseli sebagai tujuan konseling, hal tersebut dapat dilakukan melalui keterampilan dasar komunikasi konseing. Melalui keterampilan komunikasi tersebut akan mengubah struktur hubungan antara konselor dengan konseli menjadi suatu terapi.. Ahli lain seperti Cormier dalam Latipun (2006) lebih memberikan penekanan pada fungsi-fungsi pihak-pihak yang terlibat. Ia menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang mempunyai dorongan dan kemauan untuk membantu konseli. Ia menegaskan bahwa : Counseling is the helping relationship, which include (a) someone seeking help, (b) someone willing to give help who is (c) capable of, or trained to, help (d) in a setting that permit s help to be given and received (p. 25). Kemudian pendapat C. Patterson dalam Soli Abimanyu (1996) menegaskan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antarpribadi antara seorang terapis atau konselor dengan konseli dimana terapis atau konselor menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematis tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental konseli. Gibson and Mitchell, (1981 : 261). pengertian konseling dipandang lebih lengkap, dan lebih operasional. Mereka menegaskan sebagai berikut: Counseling denote a professional relationship between an trained counselor with a client. This relationship is usually person to person, although it may some times involve more than two people, and it is designed to help client understand and clarify his view of his life space so that may make meaningful and informed choices consonant with his essential nature in those where choices are available to him. This definition indicates that counseling is a process, that is a relationship, that is designed to help people make choices, that underlaying better choices making are such matter 6
7 is learing, personality development, and self knowledge which can be translated into better role perception and more effective role behavior (Gibson and Mitchell, 1981 : 261). Mencermati pengertian yang dikemukakan tersebut di atas setidak-tidaknya ada empat aspek yang perlu ditegaskan kembali ialah Pertama, konseling sebagai hubungan yang specifik antara konselor dengan konseli yang merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat konseling tidak behasil, Kedua konseling sebagai proses ini mempunyai arti bahwa konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Dalam beberapa hal konseling tidak hanya sekali petemuan. Untuk membantu masalah konseli yang sangat berat dan komplek, konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan, Ketiga, hubungan dalam konseling bersifat membantu (helping). Membantu di sini berbeda dengan memberi atau mengambil alih, akan tetapi pengertian membantu lebih menekankan kepada member kepercayaan kepada konseli untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Konselor sifatnya memotivasi untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk mengatasi masalah, sehingga terlepas dari sifat dependensi terhadap orang lain, Keempat, konseling untuk mencapai tujuan hidup artinya konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku yang tidak adaptif menjadi adaftif dan melakukan pemahaman yang lebih luas untuk mencapai aktualisasi diri. Hakekat hubungan konseling secara umum sebenarnya telah dipakai oleh semua kaum professional yang melayani manusia, seperti profesi konselor, pekerja sosial, dokter, dan sebagainya. Pada hakekatnya hubungan konseling adalah hubungan yang sifatnya membantu artinya konselor berusaha membantu konseli agar tumbuh, berkembang, sejahtera dan mandiri. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Shertzer dan Stone (1980) bahwa hubungan konseling adalah suatu interaksi antara seorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut. Konselor dalam hal ini adalah orang yang membantu atau memberikan pertolongan dengan berbagai keterampilan-keterampilan dasar untuk memudahkan memahami konseli, mengubah, atau untuk memperkaya perilakunya sehingga akan terjadi perubahan yang positif. Perubahanperubahan tersebut mengandung makna bahwa konseli diharapkan memiliki kemampuan; 7
8 memahami diri (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengahargai dirinya (self esteem), mengarahkan dirinya (self direction) kemudian menuju aktualisasi diri (self actualization). Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development), disingkat dengan R & D. Penelitian pengembangan ini diarahkan untuk a process used to develop and validate educational product (Borg and Gall, 2003 : 271). Produk yang dihasilkan dalam penelitian adalah model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan efektivitas konseling individual pada guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama. Penelitian pengembangan harus dilakukan melalui beberapa tahap yaitu studi pendahuluan, merancang model, pengembangan model, uji kelayakan dan validasi model, uji coba terbatas, uji efektivitas model, diseminasi serta distribusi model yang dilakukan dan selanjutnya mempublikasikannya. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri Solo berjumlah 20 orang. Pemilihan subjek tersebut berdasarkan masa kerja dan latar belakang pendidikan. Maksudnya adalah guru-guru bimbingan dan konseling yang masa kerjanya di bawah sepuluh tahun serta memiliki latar belakang pendidikan yang bukan dari jurusan bimbingan dan konseling. Dengan pertimbangan bahwa mereka kebanyakan belum memahami tentang keterampilan dasar komunikasi konseling dan belum mampu melakukan praktek konseling individual secara baik. Kemudian untuk merealisasikan dan mempercepat keberhasilan penelitian ini, peneliti melibatkan guru-guru bimbingan dan konseling senior yang masa kerjanya di atas sepuluh tahun dan yang berlatar belakang bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling senior tersebut beserta akademisi terlibat sebagai pendamping untuk memberikan penilaian terhadap pedoman umum, pedoman pelaksanaan, materi pelatihan dan praktek konseling Variabel penelitian ini terdiri variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas, yaitu Model Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling. Variabel terikat yaitu efektivitas konseling individual guru-guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama di Solo. 8
9 Pembuatan instrumen pengumpul data diawali melalui proses pembuatan kisi-kisi agar pertanyaan atau aspek-aspek serta indikator yang akan diukur tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan atau perilaku yang menjadi sasaran penelitian ini. Instrumen pengumpul data dalam penelitian ini ada empat jenis, yaitu : (a) instrumen teori keterampilan dasar dan konseling dan kemampuan melakukan konseling individual. Tujuan instrumen ini diberikan pada studi pendahuluan untuk mengetahui kefektifan suatu penelitian, apakah guru-guru bimbingan dan konseling sudah mengenal teori konseling, instrumen tes kemampuan secara umum yang di dalamnya mencakup beberapa istilah yang sering digunakan dalam konseling individual. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru-guru bimbingan dan konseling tentang kemampuan penguasaan teori konseling individual; (b) instrumen observasi keterampilan komunikasi konseling khusus pengamatan pada bahasa verbal (bahasa lisan) yang dilakukan ketika mereka memberikan konseling; (c) dan instrumen observasi untuk mengetahui kemampuan bahasa non verbal sebagai bagian yang harus muncul secara bersama-sama dengan bahasa verbal. (d) kemudian untuk evaluasi akhir penelitian ini disediakan dua instrumen tanggapan untuk guru-guru bimbingan dan konseling dan konseli dalam rangka mengetahui manfaat penelitian ini. Instrumen tersebut menggunakan empat alternatif jawaban dan instrumen tanggapan oleh guru-guru bimbingan dan konseling dan konseli menggunakan dua option jawaban. Hasil Penelitian a. Gambaran keterampilan dasar komunikasi konseling guru bimbingan dan konseling Profil keterampilan dasar komunikasi konseling menunjukkan adanya kecenderungan sebaran skor sebagai berikut: keterampilan (1) nilai sedang 15 orang (75%), nilai rendah 5 orang (25%); keterampilan (2) nilai tinggi 5 orang (25%), nilai sedang 10 orang ( 50%), nilai rendah 5 orang (25%) ; keterampilan (3) nilai sedang 2 orang (10%), nilai rendah 18 orang (90%) ; keterampilan (4) nilai rendah12 orang (60%), nilai sangat rendah 8 orang (40%); keterampilan (5) nilai rendah 12 orang (60%) sangat rendah 8 orang (40%); keterampilan (6) nilai sedang 12 orang ( 60%) nilai rendah 8 orang (40%); dan keterampilan (7) nilai sedang 11 orang ( 55%) dan nilai rendah 9 orang (45%). Berdasarkan data tersebut diasumsikan bahwa guru bimbingan dan konseling membutuhkan bantuan peningkatan 9
10 layanan konseling individual. Untuk itu usaha yang dilakukan adalah pengembangan keterampilan untuk meningkatkan efektivitas konseling individual. b. Pengujian hipotesis pertama ialah model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling dapat meningkatkan efektivitas bahasa verbal dalam konseling individual. Pengujian dilakukan berdasarkan data pada rerata skor sebelum intervensi diperoleh mean (36.926), Std. Dev (5.783), dan variance ), dibandingkan dengan sesudah intervensi diperoleh mean (61.086), Std. Dev. (2.221) dan variance (4.889). Kemudian karena ada sebagian data yang tidak berdistribusi normal, maka uji beda rerata pretes dan postes menggunakan uji non parametrik, sedangkan kelompok data yang berdistribusi normal menggunakan uji parametrik yaitu uji t dua ekor. Uji non parametrik digunakan untuk menguji beda rerata antara pretes dan postes tersebut adalah menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai Z dengan (p) siqnifikan, tanda negatif menunjukkan nilai postes lebih besar dari pretes. Dengan demikian dapat disimpulka bahwa berdasarkan uji non parametrik dengan wilcoxon diperoleh hasil bahwa rerata skor postes (61.086) lebih besar dari rerata skor pretes (36.926). Jadi model keterampilan dasar komunikasi konseling efektif untuk meningkatkan bahasa verbal. c.pengujian hipotesis kedua ialah model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling dapat meningkatkan efektivitas non verbal dalam konseling individual. Pengujian dilakukan berdasarkan data pada rerata skor sebelum intervensi diperoleh mean (36.562), Std. Dev. (6.975), dan variance (48.653). Kemudian dibandingkan dengan sesudah perlakukan diperoleh mean ( ) Std. Dev. (2.058), dan variance (4.238). Uji t untuk rerata skor postes diperoleh nilai t dengan p 0.000< 0.05 dapat diketahui bahwa model keterampilan dasar komunikasi konseling efektif untuk meningkatkan aspek non verbal dalam konseling individual. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa uji t diperoleh hasil rerata postes ( ) lebih besar dari rerata pretes ( ), ada peningkatan siqnifikan c. Pengujian hipotesis ketiga ialah model keterampilan dasar komunikasi konseling efektif untuk meningkatkan efektivitas konseling individual. Perbedaan rerata skor sebelum perlakuan diperoleh (Mean , Std.Dev , dan Variance 33.45), dibandingkan dengan sesudah perlakuan diperoleh (Mean , Std. 10
11 Dev , dan Variance 4.889). Kemudian rerata skor sebelum perlakukan pada aspek non verbal diperoleh (Mean , Std Dev , dan Variance ). skor rerata sesudah perlakuan pada aspek non verbal diperoleh (Mean , Std. Dev , dan variance 4.237). selanjutnya diuji dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z sebesar , p siqnifikan, tanda negatif menunjukkan bahwa nilai postes (aspek verbal) lebih besar dari nilai pretes. Kemudian Z sebesar p siqnifikan, tanda negatif menunjukkan bahwa nilai postes (aspek non verbal) lebih besar dari nilai pretes. Selanjutnya dapat disimpulkan banwa berdasarkan uji non parametrik dengan Wilcoxon diperoleh hasil rerata skor postes aspek verbal (61.83), lebih besar dari rerata pretes aspek verbal (36.926), kemudian rerata skor postes aspek non verbal (59.218), lebih besar dari rerata pretes aspek non verbal (36.562). jadi ada peningkatan siqnifikan kemampuan konseling pada aspek verbal dan aspek non verbal pada guru BK. Dari data dan analisis tersebut dapat diyakini bahwa peningkatan rerata skor kemampuan konseling aspek verbal maupun non verbal disebabkan perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa Model Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Efektif Meningkatkan Kemampuan Konseling Individual Aspek Verbal maupun Non Vebral Guru Bimbingan dan Konseling. d. Pengujian hipotesis keempat ialah Model keterampilan dasar komunikasi konseling memberikan kontribusi terhadap efektivitas konseling individual aspek verbal. Uji korelasi untuk menunjukkan hubungan antara setiap keterampilan dengan kemampuan melakukan konseling aspek verbal. Uji korelasi juga digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan tiap-tiap keterampilan dasar komunikasi konseling terhadap kemampuan melakukan konseling. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman. Hasil uji korelasi dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil perhitungan stitistik korelasi diperoleh pretes keterampilan kesatu atau penyambutan dan memperhatikan konseli diperoleh hasil korelasi r 0.407; p 0.00; kontribusi keterampilan penyambutan dan memperhatikan konseli diperoleh sebesar 16.31%, (2) korelasi keterampilan kedua atau keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli diperoleh r 0.271; p 0.00; kontribusi keterampilan kedua terhadap konseling sebesar 7.42%, (3) korelasi keterampilan ketiga atau keterampilan merefleksi diperoleh r 0441; p 0.003, kontribusi terhadap kemampuna konseling sebesar 19.82%, (4) korelasi keterampilan keempat atau keterampilan menyimpulkan sementara diperoleh r 0.307; p 0.000, kontribusi terhadap kemampuan 11
12 konseling sebesar 9.10%, (5) korelasi keterampilan kelima atau keterampilan melakukan konfrontasi diperoleh r 0.490; p 0.000, kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 24.42%, (6) korelasi keterampilan keenam atau keterampilan mengintrepretasi diperoleh r 0.406; p 0.000, kontribusi terhadap kemampuan konseling 16.75%, dan (7) korelasi keterampilan ketujuh atau keterampilan memberikan informasi dan nasehat diperoleh r 0.042; p 0.000, sedangkan kontribusi keterampilan ini terhadap konseling individual sebesar 0.23%. Hasil uji korelasi selengkapnya disajikan pada halaman lampiran ( periksa lampiran halaman 236) Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa data pretes sebelum intervensi pada tiap-tiap keterampilan menunjukkan korelasi yang rendah dan kontribusi tiap-tiap keterampilan juga menunjukkan hasil rata-rata rendah, maka dari itu kenyataan ini menjadi alasan dilakukannya intervensi untuk meningkatkan kemampuan konseling individual. Hipotesis 5 : Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Non Verbal Memberikan Kontribusi Terhadap Kemampuan Konseling Individual. a. Uji Korelasi Dan Kontribusi Sebelum Intervensi Hasil uji korelasi sebelum intervensi dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) hasil perhitungan stitistik korelasi diperoleh hasil pretes keterampilan kesatu non verbal atau penyambutan dan memperhatikan konseli diperoleh r 0.40 ; p 0.07; kontribusi diperoleh terhadap kemampuan konseling sebesar 16.30%, (2) korelasi keterampilan kedua non verbal diperoleh r 0.27; p0.24; kontribusi sebesar 7.42%, (3) korelasi keterampilan ketiga non verbal diperoleh r 044 ; p0.04, kontribusi terhadap kemampuna konseling sebesar 19.82%, (4) korelasi keterampilan keempat non verbal diperoleh r 0.30; p 0.19, kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 9.1%, (5) korelasi keterampilan kelima atau keterampilan melakukan konfrontasi diperoleh r 0.49; p 0.02, kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 24.4%, (6) korelasi keterampilan keenam atau keterampilan mengintrepretasi diperoleh r 0.40; p 0.07, kontribusi terhadap kemampuan konseling 16.7%, dan (7) korelasi keterampilan ketujuh atau keterampilan memberikan informasi dan nasehat diperoleh r 0.040; p 0.070, kontribusi terhadap konseling sebesar 0.23%. 12
13 Uji Korelasi Dan Kontribusi Setelah Intervensi Hasil uji korelasi setelah intervensi dapat dijelaskan sebagai berikut (1) hasil data perhitungan stitistik korelasi postes (setelah intervensi) keterampilan kesatu diperoleh hasil korelasi r 0.708; p 0.00; kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 50.08%, (2) korelasi keterampilan kedua diperoleh r 0.635; p 0.003; kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 40.31%, (3) korelasi keterampilan ketiga diperoleh r 0.402; p 0.079, kontribusi sebesar 16.18%, (4) korelasi keterampilan keempat diperoleh r 0.422; p 0.064, kontribusi sebesar 17.82%, (5) korelasi keterampilan kelima diperoleh r 0.649; p 0.002, kontribusi sebesar 42.11%, (6) korelasi keterampilan keenam diperoleh r 0.396; p 0.084, kontribusi 15.68%, dan (7) korelasi keterampilan ketujuh diperoleh r 0.592; p 0.006, kontribusi terhadap kemampuan konseling sebesar 35.08%. Hasil uji korelasi selengkapnya disajikan pada halaman lampiran (periksa lampiran halaman 238). Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa data postes tiap-tiap keterampilan menunjukkan korelasi yang cukup siqnifikan dan kontribusi tiap-tiap keterampilan menunjukkan hasil yang sangat positif. Maka dari itu kenyataan ini menujukkan bahwa pendapat pakar konseling berkaitan dengan pentingnya keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan kemampuan konseling individual. Hal ini menjadi alasan dasar bahwa setelah dilakukan intervensi dengan keterampilan dasar komunikasi konseling kemampuan konseling guru-guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama meningkat. Jadi kalau keterampilan dasar komunikasi konseling efektif dilakukan dapat dipastikan bahwa kemampuan konseling juga meningkat. Asumsi ini berdasarkan kepada teori dan realita yang terjadi bahwa kemampuan konseling pada kenyataan ditentukan oleh kemampuan keterampilan dasar komunikasi konseling. Jadi variabel keterampilan dasar komunikasi konseling merupakan variabel yang menentukan terhadap kemampuan konseling individual. Dasar teori dan keterampilan dasar merupakan kompetensi yang harus dibangun didalam diri konselor profesional. Pembahasan Pembahasan tentang temuan penelitian mengenai permasalahan tentang rendahnya keterampilan dasar komunikasi konseling dalam konseling individual di lapangan, terkait dengan tujuan penelitian ini. Pembahasan mencakup hasil studi pendahuluan atau asesmen, 13
14 keunggulan model, kelemahan dan keterbatasan model serta tantangan implementasi model. Selain itu pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis teoretikkonseptual, empirik, metodologis, dan atau analisis teknis operasional. a. Profil Penguasaan Teori dan Praktek Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Berdasarkan hasil studi pendahuluan pemahaman teori maupun praktek konseling menunjukkan bahwa guru-guru bimbingan dan konseling banyak mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut tidak hanya pada satu keterampilan saja melainkan merata kebeberapa keterampilan dasar, yang rata-rata berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Jadi rata-rata setiap keterampilan berada pada kateori sedang dan rendah. Temuan studi pendahuluan terhadap 32 guru-guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Solo, tentang keterampilan dasar komunikasi konseling menunjukkan hasil sebagai berikut : (1) perolehan skor 7,6 sampai dengan 10 atau kategori tinggi tidak ada atau 0%. (2) rentangan skor 5,1 sampai dengan 7,5 atau kategori sedang berjumlah 11 orang atau 34,38%, (3) rentangan skor 2,6 sampai dengan 5,0 atau kategori rendah sebanyak 21 orang atau 65,63%, dan (4) rentangan skor antara 0 sampai dengan 2,5 atau kategori sangat rendah. Penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling secara rinci juga dijelaskan sebagai berikut: (1) keterampilan penyambutan dan memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1 orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2) keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi 9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan merefleksi konseli, nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai rata-rata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara, nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75, nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan mengintrepretasi, nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai rata-rata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28,. Kemudian pemahaman dan tingkat familier teori konseling rata-rata rendah. Belum mengenal teori konseling 12 orang atau 36.72%, pernah mendengar istilah tersebut 7 orang atau 21.09%, mempraktekkan sebagian teori konseling tersebut 9 orang atau 28.13%, dan sudah melakukan 4 orang atau 14.06%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan seperti diatas sebenarnya merupakan pengalaman umum atau keterampilan alamiah yang setiap orang mempunyai pengalaman tersebut. Secara profesional sebagai seorang konselor keterampilan 14
15 awal konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaannya akan tetapi hal tersebut dapat dikembangkan melalui latihan dan parktek ( Abrego & Shostrom 1993 : 57). Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan sempurna. Hal senada juga disampaikan oleh Barbara okun (1982: 44-46) agar pertolongan konselor efektif, maka mereka harus sering berlatih menggunakan keterampilan komunikasi konseling yang mencakup, aspek pesan verbal dan non verbal (konten kognitif dan afektif), memahami pesan nonverbal (konten afektif dan perilaku), dan merespon secara verbal dan nonverbal. Dari beberapa temuan yang ungkapan permasalahannya karena tidak ada waktu khusus untuk melakukan konseling secara individual dikarenakan tuntutan aspek kerja yang lain. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pemaknaan terhadap proses dan hasil penelitian beserta pembahasannya, ada beberapa simpulan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Data menunjukkan rendahnya penguasaan teori konseling yang mereka miliki selama ini. b. Sebagian besar guru-guru BK di dalam melakukan konseling kurang memperhatikan beberapa keterampilan dasar komunikasi konseling. Padahal keterampilan dasar komunikasi konseling dalam kontek konseling individual sangat penting. c. Dari beberapa analisis jawaban menunjukkan bahwa mereka melakukan konseling individual lebih mengedepankan wawancara biasa dan tidak ada sentuhan konseling. d. Sebagian besar belum mengetahui apa yang seharusnya dilakukan ketika siswa konsultasi dan bagaimana cara memperhatikan dan menyambutnya. Dari data yang diperoleh menunjukkan betapa rendahnya pemahaman mereka tentang hal ini. e. Keterampilan memperhatikan/keterampilan penyambutan (attending skills). Pelaksanaan keterampilan memperhatikan dan penyambutan konseli ketika konsultasi rata-rata kurang memuaskan. f. Keterampilan merefleksi perasaan, pengalaman dan merfeleksi isi pembicaraan. Mereka pada umumnya kurang memuaskan ketika melakukan refleksi perasaan, pengalaman dan refleksi isi. 15
16 g. Keterampilan menyimpulkan atau merangkum isi pernyataan yang telah dikomunikasikan selama pertemuan tentang tema-tema pokok atau kata-kata kunci kurang sistematis didalam merangkum atau menyimpulkan isi pernyataan yang telah disampaikan. h.. Keterampilan mengkonfrontasikan masalah sebagai bentuk uji tanggung jawab konseli terhadap masalah juga kurang memuaskan.. i. Keterampilan mengintrepretasi. Berdasarkan analisis praktek yang dilakukan konselor rata-rata ketika melakukan keterampilan mengintrepretasi tidak didasarkan atas infromasi dari konseli melainkan karangan dan pendapat konselor sendiri. j. Keterampilan memberi informasi dan memberi nasehat. Mereka lebih suka menggunakan kata harus melakukan ini dan itu, seolah-olah ada unsur pemaksaan. Konselor sangat kelihatan memaksa konseli untuk melakukannya tidak melihat dan memahami apa sebenarnya dialami oleh konseli selama ini Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan efektivitas konseling individual guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama di Solo. Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan dan penggunaan model pengembangan keterampilan lain yang lebih spesifik dan lebih praktis dan tidak membutuhkan watu yang lama dan hasilnya sangat memuaskan. Secara efisien dan efektif hasilnya dapat dilihat secara empirik untuk dibandingkan perbedaan keefektifan baik dari segi ketepatan keterampilan yang dilakukan, bahasa yang digunakan, urutan keterampilan dan keberhasilan mengubah konseli. Peneliti mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa rasanya penelitian ini selalu mengalir dan rasanya tidak ada batas berakhinya. Ada hal-hal yang sangat unik dalam penelitian ini, keunikannya diantaranyanya adalah setiap keterampilan yang dilakukan ada nilai kepuasan tersendiri baik konselor maupun konseling sendiri. Bahasa verbal dan non verbal yang digunakan ada nilai penguat yang memberikan terapi dan ada dorongan semangat secara spontan menguatkan jiwa konseli dan kadang diikuti dengan confrontasi sebagai bentuk pertanggungjawaban yang menyenangkan. Oleh karena itu peneliti tertarik dengan meneliti model pengembangan keterampilan dasar komunikasi konseling, karena masih memiliki peluang untuk dikembangakan lebih lanjut dalam sesi penelitian lain. 16
17 DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Soli; Manrihu, Thayeb. (1996). Tehnik Dan Laboratorium Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Barker, P. (1990). Clinical Interview With Children and Adolescents. New York: W.W. Norton & Co. Belkin, G.S. (1981). Practical Counseling in the School. Iowa: William C. Brown Company, Publisher. Brammer, L.M. (1979). The Helping Relationship: Process and Skills. Englewood Cliff, New Jersey : Prentice Hall, Inc. Brammer, L.M. & Shostrom, E.L. (1982). Therapeutic Psychology: Foundamental of Counseling and Psychoterapy (4 th Ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Brammer. L. M., Abrego, P. J., & Shostrom, E. L. (1993). Therapeutic Counseling and Psychotherapy. Sixth Ed. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall. Blocher, Donald, H. (1987). The Professional Counselor. New York: Macmillan publishing Company. Bolton, R. (2003). People Skills. East Roseville, NSW, Australia: Simon & Schuster. Brown, Steven D. & Lent, Robert W. (1984). Handbook of Counseling Psychology. New York: A. Wiley-Intersince Publication. Browers., Judy L., and Hatch., A. Patricia. (2002). The National Model for School Counseling Programs. United State of America: American School Counselor Associate. Carkhuff, R.R. (1983). The Art of Helping. United State of America: Human Resources Development Press. Carkhuff, R.R. & Anthony W.A. (1979). The Skill Helping. Masschusetts : Human Resources Development Press. Cavanagh, M. E. (1982). The Counseling experience. A theoretical and practical approach. Belmont, CA: Wadsworth Inc. Corsini, Raymond J. (1981) Handbook of Innovative Psychotherapies. New York: A Wileyinterscience Publication. Cormier, William H., Cormier, L, Sherylyn. (1991). Interviewing Strategies for Helpers. United Stated of America: Brooks/Cole Publishing Company. Corey, Gerald. (2005). Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy. United State of America: Thomson, Brooks/Cole (2008). Theori & Practice of Group Counseling. United State of America: Thomson Brooks/Cole. Dahlan, M.D. (1987). Latihan Keterampilan Konseling Seni Memberi Bantuan. Bandung: CV. Diponegoro. Dewi Padmo. (2003). Teknologi Pembelajaran Upaya Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia Jakarta: Universitas Terbuka. Direktoral Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007) Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Egan, G. (1998). The Skilled helper. Fifth Ed. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Ellis, Albert. (1995). Terapi R.E.B : Rational Emotive Behavior. Bandung : B. First. 17
18 Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta. Gerler, E.R., Kinney, J., & Anderson, R.F. (1985). The Effect of Counseling on Classroom Performance. Journal of Humanistic Education and Development, 23, Geldard, D. (1989). Basic Personal Counseling. New York: Prentice-Hall. Gladding, S.T. (1992). Counseling A comprehensive profession. Second Ed. New York: Macmillan Pub. Co. Gladding, S.T. (2004). Counseling. A conprehensive profession. Fifth Ed. Upper Saddle River, NJ: Person. Hafina, A. Anne. (1999). Pengembangan Program Parktik Konseling Berdasarkan Analisis Latihan Keterampilan Konseling Mahasiswa. (Tesis). PPS IKIP Bandung. Ibrahim, Marwah D. (2003). Basic Life Skill: Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan. Jakarta: MHMMD Production. Jeanette Murad Lesmana. (2006). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia. Krumboltz, J.D. & Thoresen, L.E. (1969). Behavioral counselling. New York: Holt,Reinhart and Winston, Inc Kartadinata, Sunaryo. (1996). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan: Pendekatan Ekologi sebagai Suatu Alternatif. (pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan). Bandung IKIP (2008). Mewujudkan Visi Leading and Outstanding Dalam Pendidikan Tenaga Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Arah Dan Tantangan Bimbingan Dan Konseling Profesional: Proposisi Historik-Futuristik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Terapi Dan Pemulihan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indodnesia. Kartono, Kartini. (1999). Patologi Sosial Jilid 1 (Edisi Baru). Jakarta: PT RajaGrafindo Parsada. King, Gail. (1999). Counselling Skill For Teahers Talking Matters. United State of America: Open University Buckingham- Philadelphia. Loekmono, Lobby, J.T. (1991). Tantangan Konseling. Semarang: Satya Wacana. Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. Lindon, J. & Lindon, L. (2000). Mastering Counseling skills. London: Macmillan Press. McLeod, John (2006). Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus. Jakarta : Kencana Mboeik, B. Pieter (1988). Konseling II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Martin, P.J. & House, RM. House (2002). Tranforming School Counseling in the Tranforming School Couseling Initiative. Washington DC: The Education Trust. Matsumoto, David; Juang, Linda. (2008). Culture & Psychology. United State of America: Thomson, Wadsworth. Mohamad Surya. (2008). Mewujudkan Bimbingan & Konseling Profesional. Bandung:Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mukhtar. (2009). Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung Persada Press. Nugent, Frank A. (1981). Professional Counseling. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company. 18
19 Okun, F. Barbara. (1987). Effective Helping : Interviewing and Counseling Techniques. United States of America: Brooks/Cole Publishing Company, Monterey, California. Patterson, C.H. (1980). Theories of Counseling and Psychotherapy. New York: Harper & Row, Publishers. Papalia, D. E., Olds, S. W. & Feldman, R.D. (2004). Human development. Boston: McGraw Hill. Pearson, J.C. (1983). Interpersonal communication. Palo Alto, CA: Scott, Foresman and Co. Sangalang, U. Limson. (1992). Model Bantuan Konseling Carkhuff. Semarang : Satya Wacana. Schmidt, J. John. (2003). Counseling In School Essential Services And Comprehensive Programs. United Of America : Pearson Education. Inc. Schmidt, JJ. (1994). Counselor Intentionality and effective Helping. (oni line). Tersedia: Ericcass.uncg.edu/digest/ED html. Sciarra, T. Daniel.(2004). School Counseling: Foundation And Contemporary Issues. Canada: Thomson Brooks/Cole. Sidney Siegel. (1985). Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Pt Gramedia. Soekadji, Soetarlinah. (1983). Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-Hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty. Sumadi Suryabrata. (1989). Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali Sudjana. (1986). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tuckman, W. Bruce. (1978). Conducting Educational Research. United State of America: Harcourt Brace Javanovich. Inc. Yusuf, Muri. (1995). Program Pengembangan Profesionalitas Petugas Bimbingan Sekolah. (Disertasi) Program Pascasarjana IKIP Bandung Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Woolfe, Ray; Dryden, Windy. (1998). Handbook of Counselling Psychology. London: Sage Publications Ltd. Wainwright, R. Gordon (1999). Body Language: United State of America: West Touhy Avenue, Lincolnwood Illinois USA. Willis S. Sofyan. (2007). Konseling individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta. 19
SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL
SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi : S-1 Bimbingan Dan Konseling Mata Kuliah/SKS : Konseling Individual Carl Rogers (client Centered
Lebih terperinciPEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011
Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Mahasiswa Reguler Jurusan Bimbingan Dan Konseling... 107 PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011 Oleh:
Lebih terperinciTEKNIK LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING INDIVIDUAL
Proceedings of The 4 th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 TEKNIK LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING INDIVIDUAL Dr. Anne
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU BK DI YOGYAKARTA. Rosita Endang Kusmaryani Universitas Negeri Yogyakarta
1 PENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU BK DI YOGYAKARTA Rosita Endang Kusmaryani Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
Lebih terperinciMohammad Fakhri Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.
EFEKTIVITAS PENDEKATAN CLIENT CENTERED THERAPY DAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY TERHADAP KEMATANGAN PENERIMAAN DIRI SISWA DALAM MENENTUKAN PILIHAN PROGRAM STUDI (STUDI DI MADRASAH ALIYAH ANNAJAH AL-HALIMY
Lebih terperinciPERBEDAAN KARAKTERISTIK KONSELOR PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KONSELOR PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING Nurbaity, Hetti Zuliani, Salmiati FKIP Universitas Syiah Kuala STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh Abstrak Karakteristik konselor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Bimbingan
4 BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Bimbingan Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan
Lebih terperinciSILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SILABUS A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas tentang posisi dan urgensi bimbingan dan konseling
Lebih terperinciTINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING PADA GURU BK SMP SE KECAMATAN BANYUMAS
Tingkat Pemahaman Keterampilan (Yeptha Briandana Satyawan) 386 TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING PADA GURU BK SMP SE KECAMATAN BANYUMAS TEACHERS UNDERSTANDING OF BASIC COUNSELING SKILLS IN
Lebih terperinciTuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,
Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-nya, Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik
Lebih terperinciDESKRIPSI MATA KULIAH PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING (KD 311) KD 311 Profesi Bimbingan dan Konseling: S-1, 2 sks, smester 1
1. Deskripsi Mata Kuliah DESKRIPSI MATA KULIAH PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING (KD 311) KD 311 Profesi Bimbingan dan Konseling: S-1, 2 sks, smester 1 Mata kuliah ini merupakan kuliah pengantar untuk memperdalam
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciARTIKEL. Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing di Yogyakarta
1 Pendidikan ARTIKEL Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing di Yogyakarta Rosita Endang Kusmaryani, M.Si Rita Eka Izzaty, M.Si,Psi Agus Triyanto, M.Pd UNIVERSITAS
Lebih terperinciSILABUS BIMBINGAN DAN KONSELING 2014
SILABUS BIMBINGAN DAN KONSELING 2014 I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Jumlah SKS : 2 SKS Semester : III Program Studi : Pendidikan Agama Islam Status Mata Kuliah : Prasyarat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN GESTALT BAGI GURU BK SMP NEGERI KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL
PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN GESTALT BAGI GURU BK SMP NEGERI KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Lebih terperinciBimbingan dan Konseling di Sekolah; Konsepsi Dasar dan Landasan Pelayanan, oleh Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. Hak Cipta 2014 pada penulis
Bimbingan dan Konseling di Sekolah; Konsepsi Dasar dan Landasan Pelayanan, oleh Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135;
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK ADLER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA SMP
Fitriani, Hidayah, Efektivitas Penggunaan Media... 7 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 1, No. 1, 2016, hlm. 7-11 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk JKBK JURNAL KAJIAN BIMBINGAN
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL
STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL Irvan Budhi Handaka Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS 1. IDENTITAS MATA KULIAH. Nama Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling. Kode Mata Kuliah : KD 302
1. IDENTITAS MATA KULIAH PETUNJUK TEKNIS Nama Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Bobot SKS : 3 SKS Kode Mata Kuliah : KD 302 Semester : Genap Prasyarat : Perkembangan Peserta Didik Program Studi : -
Lebih terperinciPENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS
PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS Vivi Ratnawati Universitas Nusantara PGRI Kediri, JL. Tinalan I / 14 Kediri vievie_18@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR
PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing di Yogyakarta
1 ARTIKEL ILMIAH Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing di Yogyakarta Rosita Endang Kusmaryani, M.Si Rita Eka Izzaty, M.Si,Psi Agus Triyanto, M.Pd JURUSAN
Lebih terperinciTINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI
TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI Oleh Dominika Triastiti NIM 10104241021 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN
Lebih terperinciPEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM.
PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. 11104244043 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH. C. Deskripsi Mata Kuliah
SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Bobot SKS : 2 Kode Mata Kuliah : Mata Kuliah Prasyarat : Lulus mata kuliah: Landasan Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik (Psikologi
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT INFERIORITAS SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT INFERIORITAS SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eni Nugrahaningtyas (11500017) Pembimbing : Dr. Hera Heru SS, M.Pd Prodi
Lebih terperinciKOMPETENSI PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP PANDANGAN HIDUP KONSELI YANG BERBEDA BUDAYA
123 KOMPETENSI PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP PANDANGAN HIDUP KONSELI YANG BERBEDA BUDAYA Siti Hajjar 1 Sjenny A. Indrawaty, Ed. D. 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
Lebih terperinciKeterampilan Konseling Dalam Mewujudkan Konselor Yang Trusted Objective Profesional
Keterampilan Konseling Dalam Mewujudkan Konselor Yang Trusted Objective Profesional Oleh Rosita Endang Kusmaryani, M.Si 1. Pengertian Konseling Istilah konseling sebenarnya bukan merupakan istilah yang
Lebih terperinciPengaruh Teknik Pengelolaan Diri Terhadap Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Waktu
Pengaruh Teknik Pengelolaan Diri Terhadap Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Waktu 19 PENGARUH TEKNIK PENGELOLAAN DIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN WAKTU (Studi Eksperimen dalam Layanan Konseling
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Lebih terperinciGAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA
GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN SEL-EICACY AKADEMIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
Lebih terperinci2015 PROGRAM BIMBINGAN KARIER BERDASARKAN PROFIL KEPUTUSAN KARIER PESERTA DIDIK
DAFTAR PUSTAKA ABKIN. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional. Andersen. P & Vandehey, M. (2012).
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Mengubah Body Image Negatif melalui Pelatihan Body Image pada siswi SMP X Pamanukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengubah body image negatif pada siswi SMP X Pamanukan.
Lebih terperinciDAYA PSIKOLOGIS MAHASISWA S1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan DAYA PSIKOLOGIS MAHASISWA S1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1) Tina Hayati Dahlan 1 Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciOleh: HIMAWAN CATUR YOGA NIM : K
PENERAPAN KONSELING KETERAMPILAN HIDUP (LIFESKILLS COUNSELLING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER (Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo Tahun
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
JUBK 6 (1) (2017) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy dan Harapan Hasil (Outcome Expectations)
Lebih terperinciPENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Melisa R. Hasanati Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PELAKSANAAN KONSELING INDVIDUAL DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED ARTIKEL E-JOURNAL
Pengembangan Buku Panduan... (Ari Nugroho A.T.P) 1 PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PELAKSANAAN KONSELING INDVIDUAL DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciINTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
INTUISI 8 (1) (2016) INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi RESPON MAHASISWA TERHADAP PRAKTIK PEER COUNSELING PADA MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR KONSELING Muslikah
Lebih terperinciGAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK
GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.
Lebih terperinciMekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata
Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Abstrak Mekanisme individu untuk menghindari kenyataan yang sedang dihadapi merupakan representasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MOTIVASI MEMANFAATKAN KONSELING INDIVIDUAL
Hubungan persepsi siswa... (Dion Fitriyanto) 43 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MOTIVASI MEMANFAATKAN KONSELING INDIVIDUAL RELATIONSHIP OF STUDENT PERCEPTION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam keseluruhan pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah.counseling is the heart
Lebih terperinciAmelia Atika 1,Kamaruzzaman 2
SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 HUBUNGAN KETERAMPILAN KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN MEWUJUDKAN GAGASAN PADA MAHASISWA SEMESTER PENDEK PROGRAM STUDI BK STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2011/2012
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA
77 Jurnal Psikologi Jurnal Pendidikan Psikologi Pendidikan & Konselin Vol. & Konseling 1 No. 1 Juni 2015 Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 77-83 ISSN: 2443-2202 EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROGRAM PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL BERDASARKAN ANALISIS LATIHAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA 0leh : Anne Hafina
PENGEMBANGAN PROGRAM PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL BERDASARKAN ANALISIS LATIHAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA 0leh : Anne Hafina Kata Kunci : attending, responding, personalizing dan initiating. PENDAHULUAN
Lebih terperinci: RARAS PUTRI PRAMESWARI K
PENGEMBANGAN BAHAN INFORMASI BIMBINGAN TENTANG STUDI LANJUT KE PERGURUAN TINGGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS JURNAL Oleh : RARAS PUTRI PRAMESWARI
Lebih terperinciFACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG Oleh: Baiti Nur Atika dan Yani Kusmarni 1 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Hubungan Antara
Lebih terperinciIMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING
IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING SERVICES GROUP IN SMP MUHAMMADIYAH pengajaran 28 BARUS di sekolah secara ACADEMIC YEAR 2015-2016 keseluruhan serta meningkatkan ASMARYADI, M.Pd
Lebih terperinciPELAKSANAAN PELAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA DI KOTA METRO TAHUN AJARAN 2012/2013
PELAKSANAAN PELAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA DI KOTA METRO TAHUN AJARAN 2012/2013 IMPLEMENTATION OF BASIC GUIDANCE AND COUNSELING SERVICES IN SENIOR HIGH SCHOOL AT METRO CITY ACADEMIC YEAR
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciNurul Atieka & Rina Kurniawati Program Studi Bimbingan dan Konseling UM Metro
Volume 5 No 1 Juni 2015 Guidena Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Kompetensi Profesional ISSN 2088-9623 Guru BK 29 CORELATION BETWEEN THE PROFESSIONAL COMPETENCE OF TEACHER GUIDANCE
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 5 (4) (2016) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PERSEPSI GURU BK TENTANG PELAYANAN ARAH PEMINATAN PESERTA DIDIK DALAM
Lebih terperinciPERANCANGAN PERANGKAT LUNAK INSTRUMEN PENILAIAN DAN EVALUASI KINERJA GURU
PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK INSTRUMEN PENILAIAN DAN EVALUASI KINERJA GURU Nova Rijati 1 dan Pujiono 2 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jl. Nakula I No. 5-11 Semarang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
20 Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING Daeri
Lebih terperinciMASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:
0 MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM: 10060099 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciPEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK
ISSN 2407-5299 PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK Riki Maulana 1, Novi Wahyu Hidayati 2, Martin 3 1,2,3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciKeefektifan Teknik Self Instruction dalam Konseling Kognitif-Perilaku untuk Meningkatkan Efikasi Diri Sosial Siswa SMKN 2 Malang
172 Jurnal Jurnal Kajian Bimbingan Kajian Bimbingan dan Konseling, dan Konseling 1, (4), 2016, Vol. 172 178 1, No. 4, 2016, hlm.172 178 Tersedia online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk ISSN: 2503-3417
Lebih terperinciSURVEY PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA
SURVEY PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA Aniek Wirastania Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI Oleh: DEDE KURNIA YUZA NPM. 1010013411153 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciCounseling as a process in which a trained professional forms as trusting relationship with a person who needs assistance. This relationship focuses
Counseling is a process, in which the counselor assists the counselee to make interpretation of facts relating to choice, plan, or adjustment which he needs to make Counseling is a personal, face to face
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO
1 UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO Oleh : Vely Fatimah 12500082 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 2 (4) (2017) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk KINERJA KONSELOR DITINJAU DARI KOMPETENSI PROFESIONAL DI SMA NEGERI
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF Rahmah 1*, Rayandra Asyhar 2, Muhammad Rusdi 2 1 SMK Negeri 2 Muara Jambi, 2 Universitas Jambi ABSTRACT This article is
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik komunikasi interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal dalam konseling adalah berupa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR
82 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR Nia
Lebih terperinciPERAN KONSELING INDIVIDU DENGAN PENDEKATAN GESTALT TERHADAP KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI LANSIA DI POS LANSIA BINA SEJAHTERA KADIPIRO SURAKARTA TAHUN
PERAN KONSELING INDIVIDU DENGAN PENDEKATAN GESTALT TERHADAP KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI LANSIA DI POS LANSIA BINA SEJAHTERA KADIPIRO SURAKARTA TAHUN 2017 Oleh : Saiful Anwar Drs. Fadjeri, M.Pd ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII
PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII SMP/MTs TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPenerapan Alat Penilaian Kemampuan Konselor (APKK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Konseling. Elisabeth Christiana 1
Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 Penerapan Alat Penilaian Kemampuan Konselor (APKK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Konseling Elisabeth Christiana 1 Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciPENGGUNAAN IEKAD DALAM KONSELING KARIR UNTUK MEMBANTU SISWA MEMAHAMI PREFERENSI VOKASIONALNYA (Studi Pada Siswa SMA Negeri 1 Krui Tahun 2012)
PENGGUNAAN IEKAD DALAM KONSELING KARIR UNTUK MEMBANTU SISWA MEMAHAMI PREFERENSI VOKASIONALNYA (Studi Pada Siswa SMA Negeri 1 Krui Tahun 2012) THE USING OF IEKAD IN CAREER COUNSELING TO HELP STUDENTS UNDERSTANDING
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI KARIR BERBASIS LIFE SKILLS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS AJARAN ISLAM UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEBSITE MENGGUNAKAN NOTEPAD++ PADA MATERI PROTOZOA UNTUK KELAS X SMA
ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEBSITE MENGGUNAKAN NOTEPAD++ PADA MATERI PROTOZOA UNTUK KELAS X SMA OLEH : Winda Amthari RSA1C412001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKANHASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 4 (2) (2015) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL KONSELING TEMAN SEBAYA BERBASIS HUMANISTIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN TEKNIK DASAR KONSELING DI SATUAN PENDIDIKAN TINGKAT SMA/SMK KOTA MADIUN
102 Widya Warta No. 01 Tahun XXXIX/ Januari 2015 ISSN 0854-1981 STUDI PENERAPAN TEKNIK DASAR KONSELING DI SATUAN PENDIDIKAN TINGKAT SMA/SMK KOTA MADIUN Bernardus Widodo Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciOleh : Dra. Siti Masruroh ( Guru SMP Negeri 4 Surakarta ) Kata kunci: Kedisiplinan, Konseling Individual
1 ARTIKEL JURNAL Upaya Peningkatan Kedisiplinan Masuk Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Layanan Konseling Individu Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 4 Surakarta Semester Satu Tahun 2011/2012 Abstrak Oleh
Lebih terperinciEFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Silvia Afdalina 1, Rahma Wira Nita 2, Rici Kardo 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciPERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **
PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita ** *) Mahasiswa BK STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh rerata sebesar 72,43 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang. tinggi dari pada media kartu konsep bergambar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan media audiovisual
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN OUTBOND
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN OUTBOND TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 23 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh : Tutik Wahyuningrum ABTRAK Penelitian
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN AININ RAHMANAWATI ABSTRAK Mahasiswa, sebagai anggota dari pendidikan tinggi
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
62 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada Bab. III tentang Metode Penelitian ini akan diawali dengan pembahasan tentang metode penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lokasi dan subjek penelitian,
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN MINAT TERHADAP JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN MELALUI LAYANAN
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan
Lebih terperinciDefinisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>
Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan
Lebih terperinciMODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK
MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK (Studi Pengembangan di SMK PGRI Batang) Ulul Azam BK FKIP UNISRI ABSTRAK Tujuan yang ingin
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN
HUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh FIRDA ARIANI NIM 100388201260
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. MIKRO KONSELING
SIL/PBK232/32 Revisi : 02 8 Maret 2011 Hal 1 dari 5 SILABI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Mikro Konseling Kode Mata Kuliah : PBK 232 Jumlah SKS : 2 (dua) SKS Teori 0, Praktek 2 Dosen :, dkk. Program Studi
Lebih terperinciSTUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN
Studi Kemampuan Mengenal... (Meilani Ika Pratiwi) 56 STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN THE STUDY OF CHILDREN S ABILITY IN RECOGNIZING ABCD-ABCD
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 OLEH EKO BUDIONO K4308085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bowers, Judy L. & Patricia Hatch A. (2002). The National Model for School Counseling Programs. American School Counselor Association.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur an. Adams, G.R. & Gullota, T. (1983). Adolescence Life Experience. California: Brooks/Cole Publishing Company. Ardimen. (2000). Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan
Lebih terperinci