PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM. (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Kurnia Syafaatul L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM. (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Kurnia Syafaatul L."

Transkripsi

1 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Kurnia Syafaatul L. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRACT This study examined the effect of good corporate governance on stock price. Good corporate governance was identified by the portion of managerial ownership, the portion of institutional ownership, the portion of independent commissioners, the portion of bords director, and audit committee. Stock price was identified by closing price at the time of publication annual finance report on the Indonesia stock exchange. This study used 47 samples from population of 148 of manufacturing company listed in Indonesia stock exchange on period 2011, using purposive sampling method. The analysis method used multiple linear regression with SPSS program. The result showed that stock price is affected by good corporate governance, the portion of independent commissioners and the portion of bords director. While the portion of managerial ownership, the portion of institutional ownership and audit committee didn t have effect on stock price. Keywords: Good corporate governance, the portion of managerial ownership, the portion of institutional ownership, the portion of independent commissioners, the portion of bords director, audit committee, stock price ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh good corporate governance terhadap harga saham. Good corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada saat penyerahan laporan keuangan tahunan pada bursa efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dan diperoleh 47 perusahaan sampel dari populasi sebesar 148 perusahaam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang diolah dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh good corporate governance, yaitu komisaris independen dan ukuran dewan direksi. Sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap harga saham. Kata kunci: Good corporate governance, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, harga saham

2 1. LATAR BELAKANG Pasar modal merupakan salah satu entitas bisnis yang paling kompleks. Pasar modal berperan sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada surat kepemilikan (saham) atau pada surat hutang (obligasi). Pada umumnya setiap perusahan yang menerbitkan saham memiliki tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Kekayaan pemegang saham diukur dengan perkalian antara harga saham dan lembar saham yang beredar. Harga saham merupakan cerminan dari kinerja atau nilai perusahaan dan juga cerminan kepercayaan investor. Harga saham akan bergerak searah dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan baik maka harga saham perusahaan akan meningkat dan sebaliknya jika kinerja perusahaan tidak baik maka harga saham perusahaan juga akan menurun. Oleh sebab itu, para pemilik perusahaan atau pemegang saham pasti akan meminta pihak manajemen untuk memperbaiki kinerja mereka agar kinerja atau nilai perusahaan meningkat sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Namun, pihak manajemen sering memiliki tujuan dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan tersebut mengakibatkan munculnya konflik yang disebut agency conflict. Konflik keagenan akan mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, dan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang (Herawati, 2008). Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006). Corporate governance hadir sebagai salah satu cara untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan para pemegang saham (shareholder) atau pemilik perusahaan. Corporate governance oleh The Indonesian Institute For Corporate Governance didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain. Good corporate governance memiliki lima prinsip, yaitu transparansi (tranparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responbility), independensi (independency), dan kewajaran dan kesetaraan (fairness) (Komite Nasional Corporate Governance, 2006). Mekanisme dari corporate governance yang diharapkan dapat meningkatkan pengawasan bagi perusahaan, antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, dewan komisaris, ukuran dewan direksi, keberadaan komite audit dan komisaris independen. Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Sedangkan kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh institusi/perusahaan lain dari seluruh lembar saham perusahaan yang beredar. Adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan

3 pemegang saham akan berdampak pada kinerja perusahaan yang akan menjadi lebih baik. Kepemilikan institusional yang merupakan kepemilikan saham oleh institusi diharapkan dapat melakukan pengawasan lebih kepada pihak manajemen. Selain kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, langkah yang dapat dilakukan untuk memonitoring manajemen adalah dengan membentuk komisaris independen dan komite audit. Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan. Dengan begitu, diharapkan komisaris independen dapat melakukan pengawasan yang efektif kepada manajemen. Sehingga manajemen tidak dapat melakukan tindakan manajemen yang dapat membuat nilai perusahaan semu. Sedangkan, komite audit merupakan organ bentukan dewan komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh dewan direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris (Lampiran Keputusan Ketua Bapepam, Kep-29/PM/2004). Dewan direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan perusahaan, sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan serta mewakili perusahaan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan Ketentuan Anggaran Dasar (PT Bursa Efek Indonesia, 2011). Ukuran dewan direksi dapat mempengaruhi efektif atau tidaknya aktivitas monitoring perusahaan. Semakin besar kebutuhan eksternal perusahaan maka kebutuhan akan dewan direksi juga semakin besar. Beberapa penelitian berkaitan dengan mekanisme good corporate governance yang mempengaruhi harga saham maupun kinerja atau nilai perusahaan telah dilakukan. Ramdiani dan Yadnyana (2012) meneliti pengaruh good corporate governance dan kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan, dimana GCG diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen dan jumlah anggota komite audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan jumlah anggota komite audit berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Aprina (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, sementara ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian Susanti (2010) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan board size (ukuran dewan direksi), board independence (dewan komisaris independen), dan board intensity (intensitas dewan) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

4 2. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Harga Saham Menurut Husnan (2005:36) saham menunjukkan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Sedangkan menurut Habib (2008:105) saham adalah surat bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Biasanya suatu perusahaan akan mengeluarkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen. Harga saham adalah harga dari saham yang diperdagangkan pada pasar modal yang dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan saham tersebut. Harga saham merupakan cerminan dari kinerja atau nilai perusahaan. Jika kinerja perusahaan baik maka harga saham perusahaan akan meningkat dan sebaliknya jika kinerja perusahaan tidak baik maka harga saham perusahaan juga akan menurun. 2.2 Good Corporate Governance Cadbury Committee dalam Surya dan Yustiavandana (2006:24-25) mendefinisikan corporate governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia good corporate governance adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara profesional berlandaskan prinsip-prinsip transparasi, akuntabilitas, responbilitas, independen serta kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya good corporate governance adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya dalam jangka panjang. Berdasarkan definisi yang dipaparkan diatas penulis menyimpulkan bahwa good corporate governance merupakan suatu sistem, tata kelola, serta praktik penyelenggaraan bisnis yang baik dan profesional berlandaskan pada prinsip-prinsip yang ada dan yang mengatur hubungan antara shareholder dan stakeholder untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Terdapat 5 (lima) prinsip good corporate governance yang harus dilakukan oleh perusahaan yang terdapat dalam Code of Corporate Governance yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Kelima prinsip tersebut, yaitu: 1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan termasuk pelaksanaan pengambilan keputusan. 2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, tugas dan tanggung jawab organ perseroan dapat berjalan dengan efektif. 3. Pertanggungjawaban (Responbility), yaitu kesesuaian pengelolaan perseroan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan perseroan yang sehat.

5 4. Independensi (Independency), yaitu pengelolaan perseroan secara profesional tanpa pengaruh / tekanan, intervensi dan benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pengambilan keputusan penting perseroan. 5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness), yaitu kewajaran dan kesetaraan hak dan kewajiban pemegang saham dan stakeholders. 2.3 Teori Keagenan Konsep corporate governance dapat dipahami dengan menggunakan dasar perspektif hubungan keagenen. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu atau beberapa orang (principle) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama mereka yang meliputi pendelegasian sejumlah wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Menurut Scott (2006: ) ada dua bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dengan pemegang saham (shareholders) dan manajer dengan pemberi pinjaman (bondholders). Menurut Hart (1995) dalam Sayidah (2007) masalah keagenan timbul karena perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara pemegang saham dan manajemen serta pihak-pihak lain yang berkepentingan, serta ketidakmampuan menulis kontrak yang lengkap untuk seluruh agen/ kelompok. Asimetri informasi menciptakan masalah moral hazard yang terjadi ketika manajer mempunyai insentif untuk mengejar kepentingannya sendiri atas biaya pemegang saham dan masalah adverse selection dimana investor tidak dapat melihat nilai ekonomi perusahaan yang benar. Perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara pemegang saham dan manajemen serta pihak-pihak lain yang berkepentingan menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan menjadi tiga macam, yaitu biaya monitoring, biaya bonding, dan biaya kerugian residual. Untuk mengotrol biaya keagenan, salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakni bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan kedalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dan/capital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997) dalam (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). Sehingga corporate governance diperlukan sebagai mekanisme pengendali yang efektif untuk menyelaraskan kepentingan antara pemegang saham dengan kepentingan manajemen.

6 2.4 Insider Trading Pasar modal merupakan salah satu entitas bisnis yang paling kompleks. Pasar modal berperan sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada surat kepemilikan (saham) atau pada surat hutang (obligasi). Dalam praktek penyelenggaraannya, pasar modal tidak terlepas dari adanya pelanggaran. Untuk menanggulanginya Indonesia memiliki undang-undang yang mengatur kegiatan operasional dari pasar modal, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun Undangundang ini dibuat agar kegiatan operasional pasar modal dapat terpola dengan baik dan tidak terjadi pelanggaran. Pelanggaran yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 adalah manipulasi pasar (market manipulation), penipuan (fraud), dan perdagangan orang dalam (insider trading). Menurut Fuady (2001:167) insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang tergolong orang dalam perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana didasarkan atau dimotivasi karena adanya suatu "informasi orang dalam" (inside information) yang penting dan belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak pedagang insider tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomis secara pribadi, langsung atau tidak langsung, atau yang merupakan keuntungan jalan pintas (short swing profit). Secara yuridis, diketemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum insider trading, yaitu: (1) adanya perdagangan efek; (2) dilakukan oleh orang dalam perusahaan; (3) adanya inside information; (4) inside information tersebut belum terbuka untuk umum; (5) perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut; (6) tujuan untuk mendapat keuntungan yang tidak layak. Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1995, yang dimaksud orang dalam adalah: a. Komisaris, direktur atau pegawai perusahaan terbuka. b. Pemegang saham utama perusahaan terbuka. c. Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan usahanya dengan perusahaan terbuka memungkinkan memperoleh informasi orang dalam. Dimana kedudukan yang dimaksud adalah sebagai lembaga, institusi atau badan pemerintahan. Sedangkan hubungan usaha adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha lainnya. d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud pada poin a, b, dan c diatas. 2.5 Hipotesis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Pada umumnya setiap perusahan yang menerbitkan saham memiliki tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Kekayaan pemegang saham diukur dengan perkalian antara harga saham dan lembar saham yang beredar. Harga saham merupakan cerminan dari kinerja

7 atau nilai perusahaan dan juga cerminan kepercayaan investor. Harga saham akan bergerak searah dengan kinerja perusahaan. Namun, pihak manajemen sering memiliki tujuan dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan tersebut mengakibatkan munculnya konflik yang disebut agency conflict. Konflik keagenan akan mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, dan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang (Herawati, 2008). Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006). Corporate governance hadir sebagai salah satu cara untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan para pemegang saham (shareholder) atau pemilik perusahaan. Penerapan good corporate governance pada setiap perusahaan diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen suatu perusahaan, sehingga meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan dan akan berdampak pada harga saham perusahaan. Mekanisme dari corporate governance yang diharapkan dapat meningkatkan pengawasan bagi perusahaan, antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, dewan komisaris, ukuran dewan direksi, keberadaan komite audit dan komisaris independen. a. Kepemilikan Manajerial Dalam agency theory dikatakan bahwa kepentingan antara manajer selaku pengelola perusahaan dengan pemegang saham akan bertentangan. Menurut Jensen (1993) dalam Faizal (2004), hipotesis pemusatan kepentingan (convergence of interest hypothesis) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Dengan semakin baiknya kinerja perusahaan maka diharapkan harga saham perusahaan juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan Christiawan dan Tarigan (2007) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kinerja perusahaan antara perusahan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, meskipun rata-rata kinerja perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih baik. Dalam penelitian Aprina (2012) disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1a : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap harga saham b. Kepemilikan Institusional Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen untuk

8 meningkatkan kinerja perusahaan. Cornet et al. (2006) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Namun, Aprina (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA). Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1b : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap harga saham c. Komisaris Independen Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan diharapkan dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajer perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat (Carningsih, 2009). Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Penelitian Ramdiani dan Yadnyana (2013) menyimpulkan bahwa secara statistik proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1c : Komisaris independen berpengaruh terhadap harga saham d. Ukuran Dewan Direksi Menurut Isshaq (2009) dalam Susanti (2010) ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1d : Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap harga saham e. Komite Audit Komite audit memiliki tugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa (a) perseroan telah menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (b) perseroan telah menerapkan pengendalian internal, manajemen risiko dan good corporate governance (GCG), (c) fungsi audit eksternal dan audit internal telah berjalan dengan baik. Ketika tugas tersebut berjalan dengan baik, maka manajemen tidak dapat melakukan tindak kecurangan, seperti pengukuran dan pengungkapan

9 akuntansi yang tidak tepat. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa komite audit dapat mengurangi aktivitas earnings manajemen yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas pelaporan yang salah satunya adalah kualitas laba (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Ketika kualitas pelaporan menjadi lebih baik, maka nilai perusahaan akan meningkat. Penelitian Ramdiani dan Yadnyana (2013) menyimpulkan bahwa secara statistik jumlah anggota komite audit berpengaruh pada harga saham. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1e : Komite audit berpengaruh terhadap harga saham 3. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go public dan sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 148 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria (1) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011; (2) perusahaan manufaktur yang memiliki komisaris independen >= 30% dari seluruh anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan; (3) perusahaan manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tahunan pada hari kerja; (4) perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian (Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, dan harga saham). Dari kriteria tersebut, didapatkan sampel sebesar 47 perusahaan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan atau laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit untuk periode tahun 2011 yang diperoleh dari website resmi perusahaan dan juga situs resmi BEI ( data mengenai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Direktory (ICMD); data mengenai tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari situs resmi BEI ( dan harga saham penutupan harian saat penyampaian laporan keuangan tahunan pada Bursa Efek Indonesia untuk masing-masing perusahaan sampel yang bersumber dari website resmi BEI ( 3.1 Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan harian (closing price) saat penyampaian laporan keuangan tahunan pada Bursa Efek Indonesia. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap harga saham saat penyampaian laporan keuangan tahunan pada Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel Independen a. Kepemilikan Manajerial

10 Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Variabel ini diukur dengan jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dibagi dengan jumlah saham beredar. Kepemilikan manejerial dapat dirumuskan sebagai berikut (Darwis, 2012): b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh institusi/perusahaan lain dari seluruh lembar saham perusahaan yang beredar. Dalam penelitian ini diukur dengan jumlah saham yang dimiliki institusi/perusahaan lain dibagi dengan seluruh lembar saham yang beredar. Kepemilikan institusional dapat dirumuskan sebagai berikut (Darwis, 2012): c. Komisaris Independen Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris perusahaan yang berasal dari pihak independen dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan. Variabel ini diukur dengan jumlah komisaris yang berasal dari pihak independen dibagi dengan jumlah keseluruhan dewan komisaris suatu perusahaan. Dewan komisaris independen dapat dirumuskan sebagai berikut (Carningsih, 2009): d. Ukuran Dewan Direksi Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota dewan direksi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran dewan direksi diukur dengan menghitung anggota dewan direksi pada suatu perusahaan. e. Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertugas untuk membantu dewan komisaris. Komite audit diukur dengan menghitung anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. 3.2 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear. Dan serangkaian uji asumsi klasik dilakukan terhadap keseluruhan model regresi. Persamaan regresi dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Y X X X X X 5 Keterangan:

11 Y = harga saham = konstanta 1 5 = koefisien regresi X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 = kepemilikan manajerial = kepemilikan institusional = komisaris independen = ukuran dewan direksi = komite audit = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Significance level 0,05 ( =5%) digunakan untuk melakukan pengujian. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis ditolak (koefisisen regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai signifikan 0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan tehadap variabel dependen. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah statistik deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel N Maksimu m Minimum Rata-rata (Mean) Standar deviasi Harga Saham ,700 3, , Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Komisaris Independen Dewan Direksi Komite Audit Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

12 4.1 Hasil Uji Hipotesis Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis Nilai Nilai Keterangan Variabel B Std error Statistik T Signifikansi (Constant) 12, , Kepemilikan Tidak -8, , Manajerial Signifikan Kepemilikan Tidak -14, , Institusional Signifikan Komisaris Signifikan 54, , Independen Dewan Direksi 3, Signifikan Komite Audit -22, , Tidak Signifikan Adjusted R Square = 37.5% Variabel dependen = Harga Saham Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 2 diatas, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = 12, , X 1 14, X , X 3 + 3, X 4 11, X 5 + ε Penjelasan dari analisis regresi diatas adalah: a. Konstanta sebesar 12, menyatakan bahwa, ketika kepemilikan manajerial (X 1 ), kepemilikan institusional (X 2 ), dewan komisaris independen (X 3 ), ukuran dewan direksi (X 4 ), dan komite audit (X 5 ) dianggap konstan, maka harga saham (Y) sebesar 12, b. Koefisien regresi kepemilikan manajerial (X 1 ) sebesar -8, menyatakan bahwa, ketika kepemilikan manajerial mengalami kenaikan 1% maka harga saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 8, c. Koefisien regresi kepemilikan institusional (X 2 ) sebesar -14, berarti bahwa, ketika kepemilikan institusional mengalami kenaikan 1% maka nilai harga saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 14, d. Koefisien regresi komisaris independen ( X3 ) sebesar 54, berarti bahwa, ketika dewan komisaris independen mengalami kenaikan 1% maka nilai harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 54, e. Koefisien regresi ukuran dewan direksi (X 4 ) sebesar 3, berarti bahwa, ketika ukuran dewan direksi mengalami kenaikan 1% maka nilai harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 3,

13 f. Koefisien regresi komite audit (X 5 ) sebesar -11, berarti bahwa, ketika ukuran dewan direksi mengalami kenaikan 1% maka nilai harga saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 11, Pembahasan Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar dengan nilai signifikansi sebesar yang lebih dari Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap harga saham tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Aprina (2012) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan Christiawan dan Tarigan (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kinerja perusahaan antara perusahan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, meskipun rata-rata kinerja perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih baik. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan belum dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga pasar tidak bereaksi terhadap peristiwa penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini terjadi karena tingkat kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan relatif kecil, ratarata tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan hanya 5.87%. Sehingga belum mampu meningkatkan kinerja manajemen, karena pihak manajemen belum merasa memiliki perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Harga Saham Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham pihak institusi eksternal/perusahaan lain dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat diketahui bahwa kepemilikan institusional memiliki t hitung sebesar dengan nilai signifikansi sebesar yang lebih dari Hal ini berarti hipotesis yang

14 menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap harga saham tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil penilitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aprina (2012), yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Seperti penjelasan Pozen (1994) dalam Suranta dan Midiastuty (2005) yang menjelaskan bahwa investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat dengan keputusan manajemen. Sedangkan investor aktif, mereka aktif terlibat dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, kemungkinan terjadi karena investor institusi dalam perusahaan sampel adalah investor pasif. Sehingga masih terdapat tindakan manajemen yang merugikan perusahaan atau berlawanan dengan yang diinginkan oleh pemegang saham karena pemegang saham intitusi tidak terlalu ingin terlibat dengan keputusan manajemen Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Harga Saham Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai t hitung sebesar dengan nilai signifikansi sebesar yang kurang dari 0.05, sehingga dapat diketahui bahwa komisaris independen memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan komisaris independen berpengaruh terhadap harga saham diterima. Hasil ini bertentangan dengan Penelitian Ramdiani dan Yadnyana (2013) yang menyimpulkan bahwa secara statistik proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen mampu melakukan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajer perusahaan. Dengan pengawasan yang lebih efektif maka kinerja perusahaan akan meningkat dan meningkatkan harga saham. Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyebutkan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal, mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melakukan fungsi monitoring sehingga tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance. Namun, nilai R 2 dalam penelitian ini hanya sebesar 37,5%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa hasil penelitian yang menyebutkan komisaris independen memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham tersebut terjadi karena insider trading. Komisaris perusahaaan yang merupakan orang dalam terlebih dahulu mengetahui informasi penting atau informasi materiil yang dapat mempengaruhi harga saham melakukan perdagang saham untuk mendapat keuntungan pribadi.

15 4.2.4 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Harga Saham Ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Dalam penelitian ini ukuran dewan direksi memiliki nilai t hitung sebesar dengan nilai signifikansi sebesar yang kurang dari Hal ini berarti ukuran dewan direksi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham. Dan hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima. Dalam Suranta dan Midiastuty (2005) beberapa hasil penelitian sebelumnya (Klein, 1998; Eisenberg et al., 1998; Luoma dan Goodstein, 1999; Mak dan Li, 2000; Rhoades et al., 2000; Bennedsen, 2002; Suranta, 2002; Suranta dan Midiastuty, 2003) menunjukkkan bahwa semakin besar ukuran dan komposisi dewan direksi akan berdampak positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan jika komposisi dewan direksi lebih banyak didominasi oleh dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan dan kinerja serta nilai perusahaan akan rendah jika ukuran dan komposisi dewan direksi berasal dari dalam perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi dewan direksi yang dimiliki oleh perusahaan sampel banyak didominasi oleh dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan, sehingga dalam menjalankan perseroan dewan direksi dapat mengambil putusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen. Hal ini menjadikan kinerja serta nilai perusahaan menjadi lebih baik yang akan terlihat pada harga saham perusahaan. Tidak berbeda dengan komisaris independen, dewan direksi juga merupakan orang dalam. Sehingga hasil penelitian ini juga dapat terjadi karena praktek insider trading, dimana dewan direksi yang terlebih dahulu mengetahui informasi penting atau informasi materiil yang dapat mempengaruhi harga saham melakukan perdagang saham untuk mendapat keuntungan pribadi Pengaruh Komite Audit Terhadap Harga Saham Dalam penelitian ini komite audit memiliki nilai t hitung sebesar dengan nilai signifikansi sebesar yang lebih dari Hal ini berarti komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dan hipotesis yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap harga saham ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Penelitian Ramdiani dan Yadnyana (2013) menyimpulkan bahwa secara statistik jumlah anggota komite audit berpengaruh pada harga saham. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komite audit belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Keberadaan komite audit belum mampu mengurangi tindak kecurangan manajemen dan juga belum mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena kinerja komite audit dikacaukan oleh sikap dan praktik dewan direksi (OECD,1999)

16 dalam Suranta dan Midiastuty (2005). Komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan akan cenderung mendukung manajemen. Hal tersebut membuat investor kurang yakin dengan adanya komite audit kualitas laporan keuangan akan meningkat. Karena kualitas dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perseroan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan karakteristik komite audit. 5 KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada saat penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 47 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah harga saham dipengaruhi oleh mekanisme dari good corporate governance, yaitu komisaris independen dan ukuran dewan direksi. Namun, harga saham tidak dipengaruhi oleh komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini hanya menggunakan lima mekanisme Good Corporate Governance, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit; harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan saat penyampaian laporan keuangan tahunan pada bursa efek Indonesia, sehingga hasil penelitian belum mampu menunjukkan pengaruh good corporate governance terhadap harga saham dengan baik; perusahaan yang menjadi sampel hanya dari perusahaan manufaktur yang berjumlah 148 perusahaan, dengan banyaknya perusahaan yang tidak memiliki data lengkap selama periode pengamatan sehingga penelitian ini hanya menggunakan 47 perusahaan sebagai sampel penelitian; dan jangka waktu penelitian yang hanya satu periode saja yaitu 2011, sehingga belum mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari perusahaan publik di Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) selain yang telah digunakan dalam penelitian ini, menggunakan harga saham penutupan setelah tanggal penyampaian laporan keuangan pada bursa efek Indonesia, dan menggunakan sampel yang lebih luas dengan menambahkan jenis perusahaan lainnya. sehingga hasil yang didapatkan akan memiliki cakupan yang lebih luas dan dapat menggambarkan pengaruh GCG terhadap return saham dengan lebih baik.

17 Daftar Pustaka Almilia, Luciana Spica dan Sifa, Lailul L Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Aprina, Desi Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan yang Diukur Melalui Economic Value Added. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma. (Online), ( diakses 10 April 2013) Bangun, Primsa dan Jeffry Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi. Volume 8. Carningsih Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma. (Online), ( diakses 10 April 2013) Christiawan, Julius Yogi dan Tarigan, Josua Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 9. Darwis, Herman Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Volume 16. Faizal Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Fuady, Munir Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Habib, Arief Kiat Jitu Peramalan Saham. Yogyakarta: Andi. Herawati, Vinolia Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 10 No. 2. Husnan, Suad Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jensen, M dan Meckling, W Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Volume 3.

18 Komite Nasional Corporate Governance. Indonesia s Code Of Good Corporate Governance Jakarta. PT. Bursa Efek Indonesia. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Good Corporate Governance) Jakarta. Ramadhani, Fitra Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan Growth Opportunity Pada Harga Saham Perusahaan dalam Daftar CGPI yang Dirilis Oleh IICG Periode Jakarta. Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma. (Online), ( diakses 29 Maret 2014) Ramdiani, Ni Nyoman dan Yadnyana, I Ketut Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Pada Harga Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun Bali. Fakultas Ekonomi: Universitas Udayana. (Online), ( diakses 29 Maret 2014) Sayidah, Nur Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Volume 11. Scott, William R Financial Accounting Theory. Fourth Edition. Canada : Prentice-Hall. Siallagan, H dan Machfoedz, M Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Grop. Susanti, Rika Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun ). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tristiarini, Nila Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Abnormal Return Pada Saat Pengumuman Laporan Keuangan Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Ujiyanto, Muh. Arief dan Pramuka, Bambang Agus Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

19 . Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/ tentang Peraturan Nomor 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat Jakarta.. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M- MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta.. Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM: Kep-29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang telah mendukung penelitian ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang telah mendukung penelitian ini: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. data sampel perusahaan manufaktur periode tahun Teknik

BAB V KESIMPULAN. data sampel perusahaan manufaktur periode tahun Teknik BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan penelitian sekunder dengan menggunakan data sampel perusahaan manufaktur periode tahun 2007-2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adala purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), merupakan industri yang cukup berbeda dengan industri lainnya. Dari segi aktivitas, perbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2013) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa tujuan berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

Lebih terperinci

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan yang pertama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat krisis tahun 1997 1998, perusahaan perusahaan Indonesia mendapatkan nilai CGPI (Corporate Governance Perception Index) paling rendah di tingkat Asia (McKinsey

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang semakin berkembang dewasa ini seiring dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ILHAM PANDIKA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelimpahan kewenangan pengelolaan perusahaan di Indonesia termasuk juga pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari pemilik (shareholders)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu kesatuan atau gabungan dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail suatu permasalahan. Desain penelitan merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham akan semakin meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. saham akan semakin meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai tujuan jangka panjang yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka kemakmuran pemegang saham akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari profit, tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi, wacana dan tuntutan terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2001 tercatat skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan keuangan oleh PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hal tersebut membuktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) baru mulai berkembang setelah kejadian The New York Stock Exchange Crush pada tanggal 19 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Bringham dan Huston, 2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Bringham dan Huston, 2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PADA HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PADA HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PADA HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011 Ni Nyoman Ramdiani 1 I Ketut Yadnyana 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh bukti empiris atas pengaruh variabel independen yang terdiri dari corporate governance, independensi auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Adapun berdasarkan sebaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Adapun berdasarkan sebaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Perusahaan Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Adapun berdasarkan sebaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dipandang sebagai sarana unjuk kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.salah satu kinerja perusahaan adalah laba perusahaan.pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut Pernyataan

Lebih terperinci

Ardhi Abdillah Suhadak Ahmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Abstract

Ardhi Abdillah Suhadak Ahmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya   Abstract PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Publik Pemenang Annual Report Award Periode 2010-2012 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Ardhi Abdillah

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATWAKTUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATWAKTUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATWAKTUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh struktur good corporate governance yang diproksikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang dihasilkan perusahaan yang berguna untuk proses pengambilan keputusan, hal tersebut tidak terlepas dari proses penyusunannya.

Lebih terperinci

ISNI WIYATMI B

ISNI WIYATMI B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem) yaitu

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh:

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh: PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN HUTANG DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015) Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak. Tanpa informasi banyak orang yang akan mengalami kebingungan dan ketidak tahuan terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, komisaris independen, frekuensi pertemuan audit, serta komite

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Nurlaila

Nurlaila PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN BIAYA KEAGENAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Nurlaila Email: nurlailae71@gmail.com Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak PENGARUH MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI KASUS PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN DI BURSA EFEK INDONESIA) Ely Puji Setianingsih Jurusan Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi  baik itu laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Perusahaan ini wajib melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA LINDA ASHAR MULYA B12.2013.02424 Akuntansi - S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, URL : http://dinus.ac.id/

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan penilaian ekonomis bagi pemegang saham.good

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan publik seperti yang terdapat pada pasal 1 angka 22 UUPM lebih menekankan pada kuantitas penyebaran efek tersebut di masyarakat dan aspek

Lebih terperinci