HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MIE INSTAN DENGAN KOMPOSISI TUBUH PADA SISWI KELAS 3 SMAN 12 BANDA ACEH.
|
|
- Hartanti Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 247 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MIE INSTAN DENGAN KOMPOSISI TUBUH PADA SISWI KELAS 3 SMAN 12 BANDA ACEH. THE FREQUENCY OF CONSUMPTION OF INSTANT NOODLES RELATIONSHIP WITH BODY COMPOSITION IN GRADE 3 STUDENT SMAN 12 OF BANDA ACEH Agus Hendra Al-R, Ferra Ona Lianti, Wiqayatun Khazanah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh alfridsyah.ed@gmail.com Abstrak : This study aims to determine the frequency of consumption of instant noodles relationship with body composition in Grade 3 student SMAN 12 of Banda Aceh. This study uses cross-sectional Study design and descriptive analytic overview of the study and further analyze the relationship between the Dependent variable Independent variable. The research was conducted on August The study population was all the third grade students of SMAN 12 in Banda Aceh. The sample in this study was the total population. Secondary data include all the samples and the general state of research sites. Data processing and analysis of data used Univariate and Bivariate analysis using chi-square test at the 95% level kepercayaaan. Proportionally the results showed that there is a connection with the consumption of instant noodles body composition with p <0.05 (IMT = 0.000), (RLPP = 0.050), (TLBK = 0.000) and (LILA = 0.007). The conclusions of this study no correlation with instant noodle consumption frequency on body composition grader 3 SMAN 12 of Banda Aceh. Keywords: instant noodles, body composition. Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi mie instan dengan komposisi tubuh pada siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan desain Crossectional Study dan bersifat deskriptif analitik yang mempelajari gambaran dan selanjutnya menganalisa hubungan antara variabel Dependent dengan variabel Independent. Penelitian ini dilakukan pada tanggal Agustus Populasi penelitian adalah semua siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Data sekunder meliputi semua sampel dan keadaan umum lokasi penelitian. Pengolahan data dan Analisis data yang digunakan adalah Analisa Univariat dan Bivariat dengan menggunakan chi-square test pada tingkat kepercayaaan 95%. Secara proporsional hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi mie instan dengan komposisi tubuh dengan nilai p<0,05 (IMT = 0.000), (RLPP = 0.050), (TLBK = 0.000) dan (LILA = 0.007). Simpulan dari penelitian ini ada hubungan frekuensi konsumsi mie instan dengan komposisi tubuh pada siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. Kata kunci : Mie Instan, komposisi tubuh. PENDAHULUAN Perilaku sehat adalah perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Salah satu perilaku sehat adalah makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini adalah pola makan seharihari yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh baik menurut kuantitas, maupun kualitas. 8 Tersedianya berbagai macam masakan dan hidangan dari seluruh daerah Indonesia memungkinkan kita bebas memilih makanan yang lezat, menarik, bergizi seimbang, sehat, aman sesuai dengan kaidah agama masyarakat dan keyakinan. Namun tidak semua makanan tradisional memenuhi persyaratan gizi seimbang. 9 Oleh karena itu, makanan tradisional Indonesia, apabila dikonsumsi dalam jumlah dan cara sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), akan menghasilkan keadaan gizi yang baik. Keadaan gizi yang baik berguna 238
2 Hubungan Frekuensi Konsumsi Mie Instan Dengan Komposisi Tubuh. 248 untuk meningkatkan perkembangan intelektualitas dan produktivitas. Apabila anjuran PUGS diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat dicegah kemungkinan menderita gizi kurang, gizi lebih, dan penyakit-penyakit yang menyertainya. Perkembangan urbanisasi, globalisasi dan industrialisasi mempengaruhi gaya hidup sebagaian masyarakat Indonesia untuk cenderung menyenangi makanan siap santap ala Barat. Makanan siap santap ini mempunyai kandungan lemak dan garam yang tinggi tetapi rendah serat. Untuk menangkal pengaruh asing yang merugikan tersebut, salah satu upaya mencapai keadaan gizi yang baik adalah dengan melestarikan menu makanan tradisional Indonesia yang memenuhi syarat gizi seimbang. Hal ini seiring dengan gerakan massa Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada tanggal 16 Oktober 1993 dalam rangka hari pangan sedunia XIII. 9 Data untuk analisis didasarkan pada hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Adapun kriteria untuk menelaah konsumsi 3 kelompok makanan adalah sangat rendah < 85%, rendah 85-94%, cukup/sesuai standar %, tinggi % dan sangat tinggi > 115%. 9 Contohnya pada Provinsi Aceh yaitu pola konsumsi sumber karbohidrat kompleks sangat tinggi, konsumsi sayuran sangat rendah, konsumsi buah sangat rendah dan konsumsi lauk pauk sangat rendah. Konsekuensi kesehatan yaitu tingginya resiko tidak terpenuhinya zat gizi lain terutama protein, vitamin dan mineral, kemudian tingginya resiko gangguan tumbuh kembang dan regenarasi sel, tingginya resiko gangguan pencernaan dan kanker, tingginya resiko penurunan daya tahan tubuh dan tingginya resiko sariawan, sarannya agar mengurangi konsumsi makanan sumber karbohidrat kompleks terutama serealia dan meningkatkan konsumsi sayur, buah serta lauk pauk. 9 Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji semakin digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mie instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mie instan juga dikenal karena kandungan mienya sendiri yaitu karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur di dalam sachet. Pergeseran pola konsumsi ini dimungkinkan karena mie dapat diproses dengan mudah, disajikan dengan praktis dan dapat memenuhi selera bagi sebagian besar masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-anak. Promosi mie dengan berbagai jenis produk, ukuran dan harga yang terjangkau di berbagai tempat membuat produk mie baru cepat dikenal oleh masyarakat. Mie instan adalah makanan favorit dari semua kalangan masyarakat terutama bagi orang yang memiliki kesibukan yang sangat banyak sehingga mereka tidak sempat untuk membuat ataupun membeli makan yang sehat. 5 Mie instan yang termasuk dalam makanan siap saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis dan diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya
3 249 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. 5 Mie instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Pemenuhan kebutuhan gizi mie instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. 11. Pada era globalisasi ini, kita perlu selektif terhadap makanan yang kita pilih. Berbagai macam makanan dengan mudah kita jumpai seperti makanan siap saji yang makin marak ditawarkan kepada masyarakat. Makanan siap saji mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi yang berlebihan terhadap makanan siap saji diduga dapat menyebabkan obesitas. Saat ini 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Di Aceh, menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BB/U pada remaja berusia tahun yang buruk sekitar 11,2%, kurang 15,0%, normal 70,1% dan yang lebih 3,7% sedangkan prevalensi BB/TB pada remaja berusia tahun yang buruk 9,0%, kurang 8,8%, normal 61,9% dan lebih sekitar 17,4%. Obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30% akan berlanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten dan resiko terjadinya obesitas lebih banyak pada remaja putri dari pada remaja pria. Obesitas yang terjadi pada masa remaja perlu mendapatkan perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olahraga). Masa remaja merupakan saat dimana seseorang mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku. Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Remaja menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya, mereka juga lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji dan serba instan. Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih. 17 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Crossectional study, yaitu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Sifat penelitian Deskriptif Analitik. Populasi penelitian ini adalah seluruh
4 Hubungan Frekuensi Konsumsi Mie Instan Dengan Komposisi Tubuh. 250 siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi. Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi konsumsi mie instan, sedangkan variabel terikatnya adalah komposisi tubuh. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data tentang identitas responden yang dikumpulkan dengan metode wawancara terhadap sampel dengan menggunakan bantuan kuisioner. Data komposisi tubuh sampel berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dikumpul kan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, dengan menggunakan timbangan injak/timbangan kamar mandi dan microtoise. Data komposisi tubuh berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dikumpulkan dengan mengukur lingkar pinggang dan pinggul menggunakan pita meteran. Data komposisi tubuh berdasarkan persen lemak tubuh (PLT) dikumpulkan dengan mengukur persen dari bobot massa jaringan lemak menggunakan Caliper Skinfold. Data komposisi tubuh berdasarkan lingkar lengan atas (LILA) dikumpulkan dengan mengukur lingkar lengan atas menggunakan pita lila. Dalam proses pengukuran akan dibantu oleh mahasiswi D-IV khusus dari Jurusan Gizi. Data tentang frekuensi konsumsi mie instan sampel diperoleh dengan menggunakan bantuan form food frekuensi dengan metode angket. Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan frekuensi mie instan dengan komposisi tubuh. Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji statistik Chi-Square menggunakan SPSS. Uji statistik menggunakan derajat kepercayaan 95% dan hasil uji statistik dikatakan bermakna apabila nilai P value < 0,05 dan sebaliknya dikatakan tidak bermakna apabila nilai P value > 0,05. PEMBAHASAN No Variabel Dependen 1 IMT Obesitas 2 RLPP Lebih 3 PLT Lebih 4 LILA KEK Variabel Independen Frekuensi Konsumsi Mie Instan Sering Selalu Jarang N % N % N % P value 0,000 0,050 0,000 0,007
5 251 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, Secara proporsional dapat dikatakan bahwa siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh berdasarkan IMT yang obesitas sebagian besar (50.0%) selalu mengkonsumsi mie instan dibanding kan dengan yang sering (5.0%) dan jarang (0.0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi mie instan dengan indeks massa tubuh siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh, dimana (p<0.05). Secara proporsional dapat dikatakan bahwa siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh berdasarkan RLPP yang berada dalam kategori lebih sebagian besar (80.0%) selalu mengkonsumsi mie instan dibanding kan dengan yang sering (62.5%) dan jarang (40.0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi mie instan dengan rasio lingkar pinggang panggul siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh, dimana (p<0.05). Secara proporsional terlihat bahwa siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh yang berada dalam kategori lebih sebagian besar (90.0%) selalu mengkonsumsi mie instan dibanding kan dengan yang sering (85.0%) dan jarang (13.3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi mie instan dengan persen lemak tubuh siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh, dimana (p<0.05). Analisis proporsional menunjuk kan bahwa siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh berdasarkan LILA yang berada dalam kategori KEK sebagian besar (80.0%) jarang mengkonsumsi mie instan dibandingkan dengan yang sering (40.0%) dan selalu (30.0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi mie instan dengan lingkar lengan atas siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh, dimana (p<0.05). Berdasarkan hasil penelitian di atas, telah dilakukan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan nyata (p<0.05) antara frekuensi konsumsi mie instan dengan komposisi tubuh siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh. Setelah melakukan penelitian pada siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh didapatkan hampir semua siswi sering mengkonsumsi mie instan. Rasa mie instan yang paling sering dikonsumsi adalah rasa soto medan dan kaldu ayam. Pada saat mengkonsumsi mie instan jenis makanan tambahan yang sering di tambahkan berupa sayuran dan telur. Rata-rata siswi menghabiskan 1 bungkus mie instan per porsi. Alasan utama siswi mengkonsumsi mie instan dikarenakan harganya murah, rasanya enak dan penyajiannya mudah. Pada umumnya siswi sering mengkonsumsi mie instan pada siang hari saat jam istirahat sekolah dan malam hari. Kebiasaaan mengkonsumsi mie instan dapat mempengaruhi komposisi tubuh siswi yang sebagian besar mengalami obesitas. Atin Supriatin, Ahli Gizi dari My Meal Catering (2011) menuturkan bahwa mie instan dapat membuat seseorang akan lebih cepat merasa lapar dan bisa bikin obesitas, dikarenakan mie instan termasuk makanan ber-indeks glikemik tinggi yaitu 46. Pemakaian minyak yang dikemas
6 Hubungan Frekuensi Konsumsi Mie Instan Dengan Komposisi Tubuh. 252 bersama mie juga bisa menjadi pemicu kenaikan berat badan. Kaitan siswi mengkonsumsi mie instan dikarenakan beberapa faktor, antara lain siswi banyak mengkonsusmsi mie instan karena harga mie instan terjangkau oleh siswi pada kategori uang saku tinggi, sedang dan rendah. Keberadaan kanti sekolah yang menyediakan mie instan siap saji sehingga mempermudah siswi mengkonsumsi mie instan. Kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Insel et al (2006) dalam Wulandari (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih makanan sesuka hatinya. Kebebasan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi komposisi tubuh remaja. Menurut Kurnianingsih (2007) menyatakan bahwa mie instan dengan berbagai produk, ukuran dan harga yang terjangkau di berbagai tempat. Mie instan adalah makanan favorit dari semua kalangan terutama bagi orang yang memiliki kesibukan yang banyak. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis persembahkan untuk Kepala Sekolah SMAN 12 Banda Aceh yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan seluruh siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, bahwa ada hubungan nyata frekuensi konsumsi mie instan dengan komposisi tubuh pada siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. SARAN Perlu dilakukannya pembudayaan membaca label pada produk makanan dan membatasi frekuensi konsumsi mie instan. DAFTAR PUSTAKA Ayu, N Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Berdasarkan PLT Pada Pria (40-55 tahun) Anggota ABRI/TNI Dikantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI AD Tahun Skripsi. FKM UI, Jakarta. Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan. PT Erlangga, Jakarta. Khomsan, A Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Khumaidi, M Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Kurnianingsih, S Hubungan Konsumsi Mie Instan dengan Tingkat Kecukupan Gizi Dan Status Gizi Pada Remaja, Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya. Leane, Kegemukan dan Obesitas. LIPI, Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi VI, Jakarta.
7 253 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Departemen Kesehatan Repuglik Indonesia, Jakarta. Penelitian Puslitbang Gizi Bogor, Rakasiwi, A Efek Makan mie bagi Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Data prevalensi BB/U dan BB/TB pada remaja. Sediaoetama, A.D Ilmu Gizi Untuk Masyarakat, Dian Rakyat, Jakarta. Soehardjo, Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta. Soehardjo, Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. PAU Pangan Dan Gizi IPB, Bogor. Supariasa, dkk Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta. Syarief, Obesitas Pada Anak Dan Permasalahannya. Wulandari, Tri Self Regulated Behavior Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas. Fakultas Psikologi. Universitas Guna Darma.
BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, maka kehadiran makanan siap saji semakin memanjakan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pola konsumsi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Analitik dengan desain penelitian Cross-Sectional, dimana variabel dependen dan independennya diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan
Lebih terperinciejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50
47 PENDAHULUAN Pola konsumsi makanan remaja adalah kebiasaan makan meliputi jenis dan jumlah makanan, serta frekuensi makan yang dikonsumsi remaja pada waktu tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja adalah individu
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
Lebih terperinciPENGARUH KONSUMSI SOFT DRINK
Idea Nursing Journal ISSN : 2087 2879 Teuku Salfiadi, dkk PENGARUH KONSUMSI SOFT DRINK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA PUTRI SMAN 2 KOTA BANDA ACEH Effects of soft drink consumption on obesity incidence
Lebih terperinciHubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status
Lebih terperinciAdequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM
Lebih terperinciJawaban mohon diisi dengan jelas dan lengkap, untuk pertanyaan pilihan, selahkan pada pilihan saudara (hanya 1 pilihan).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS BERDASARKAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA PRIA (40-55 TAHUN) ANGGOTA ABRI/TNI DI KANTOR DIREKTORAT JENDERAL-ZENI TNI- AD TAHUN 2008 (Selamat Pagi/Siang/Sore). Perkenalkan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kantor Direktorat Jenderal Zeni TNI-AD terletak di Jalan Baerland, Jakarta Timur. Direktorat Jenderal Zeni TNI-AD adalah instansi vertikal dibawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kehidupan manusia ke dalam gerbang modernisasi yang membawa dampak pada perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, sehingga mampu menciptakan
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014
POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**
Al Ulum Vol.56 No.2 April 2013 halaman 39-43 39 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti** ABSTRAK Gaya hidup dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciISSN Vol 2, Oktober 2012
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN Naskah Publikasi diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.
Lebih terperinciPENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG
12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu periode dalam kehidupan manusia, remaja sering dianggap memiliki karakter yang unik karena pada masa itulah terjadi perubahan baik fisik maupun psikologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,
Lebih terperinciGAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR
GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, masyarakat mengalami perubahan pola makan ke arah pola konsumsi makanan yang tidak sehat, yang merupakan faktor risiko penyakit tidak menular.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
Lebih terperinciRizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)
HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN RISIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAWE, KUDUS Rizqi Mufidah *), Dina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH DAN JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
1 PERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH DAN JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Rochmawati dan Marlenywati Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data primer untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah dimana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang sedang berkembang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN
An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti dengan peningkatan pendidikan dapat mengubah pola hidup dan pola makan, dari pola makan tradisional ke pola makan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciABSTRAK UJI SEMIKUANTITATIF FORMALIN DALAM MI BASAH DI PASAR X KOTA BANDUNG TAHUN 2012
ABSTRAK UJI SEMIKUANTITATIF FORMALIN DALAM MI BASAH DI PASAR X KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Truely Panca Sitorus, 2013 Pembimbing I : dr. Fen Tih, M. Kes. Pembimbing II : dr. Dani, M. Kes. Latar belakang Saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa remaja akan mempengaruhi status
Lebih terperinciKata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH DAN PENDAPATAN DENGAN TIDAKAN PENGGUNAN MINYAK JELANTAH PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA POIGAR III KECAMATAN POIGAR KABUPATEN BOLAANG
Lebih terperinciNunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
Pengaruh Konsultasi Gizi Terhadap Asupan Karbohidrat dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Effect of Nutrition
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara
1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
32 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan cross sectional yaitu untuk mengetahui kedua variabel baik dependen maupun independen yang dilakukan observasi pada saat
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient
Lebih terperinci(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi
57 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial
Lebih terperinciGambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.
102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme
Lebih terperinciKUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..
KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015 I. INFORMASI WAWANCARA No. Responden Nama Responden Angkatan/Semester Tanggal Wawancara
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD
KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD (MAKANAN SIAP SAJI) DI TELEVISI DAN KEBIASAAN MAKAN FAST FOOD (MAKANAN SIAP SAJI) DAN KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2013 I. INFORMASI
Lebih terperinciKeywords: Anemia, Social Economy
HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 5 KOTA MANADO *Angelia M. Sondey *Maureen I. Punuh *Dina V. Rombot Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Anemia pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN Oleh : SERGIO PRATAMA 120100202 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan berkembang, demikian pula dengan aspek sosial dan psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di
Lebih terperinciPROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG
PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :
BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data yang berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan periode dimana terjadi peningkatan pertumbuhan. Oleh sebab itu pada periode ini kebutuhan gizi meningkat dibandingkan periode lain setelah
Lebih terperinci