POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK"

Transkripsi

1 POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta arah pembangunan terkait yang akan digunakan untuk menyusun kebijakan, strategi pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Kajian ini selain dilihat dari kecamatan dan kabupaten, juga dalam konteks yang lebih luas yakni Skala Propinsi dan Nasional. Selanjutnya pada kajian prospek pengembangan untuk setiap bagian akan digunakan sebagai panduan Rencana Tata Ruang Wilayah Potensi, Masalah dan Prospek Struktur Ruang Wilayah Struktur ruang wilayah terdiri atas sistem perdesaan dan perkotaan, fungsi wilayah dan sistem perwilayahan Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kependudukan Penduduk merupakan aspek penting dalam penataan ruang, dalam merencanakan wilayah harus memperhatikan karakter penduduk. Karakter penduduk dapat dilihat berdasarkan perkembangan penduduk, mata pencaharian dan budaya serta religi. 1. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan mencapai jiwa pada tahun 2007, dengan kepadatan rata-rata 8 Jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan masih tersedianya lahan yang cukup besar untuk pengembangan seiring dengan perkembangan penduduk yang cukup cepat. II - 1

2 2. Perkembangan penduduk mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2007 menunjukkan peningkatan dengan pertambahan rata-rata mencapai jiwa setiap tahunnya, hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dikarenakan mobilitas penduduk tergolong cepat, yang didukung oleh perkembangan wilayah seperti adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Pasar Agrobis Babat, serta mulai berkembangnya kawasan industri di pantura dan kawasan agropolitan di wilayah selatan Kabupaten Lamongan. 3. Mayoritas masyarakat Lamongan memiliki motivasi yang tinggi dalam bidang pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lulusan-lulusan sekolah dan perguruan tinggi (dalam hal ini sekolah-sekolah kejuruan). 4. Di bidang pendidikan Lamongan memiliki beberapa sekolah-sekolah kejuruan, hal ini menjadi faktor pendukung perkembangan penduduk untuk bermigrasi dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja bukan pencar kerja. 5. Potensi sumberdaya manusia menurut pekerjaan utama terbesar berada di sektor pertanian sebesar 55,84 %, disektor perdagangan 18,01 %, Industri 9,49 %, sektor jasa sebesar 10,35 % dan sisanya bekerja disektor lain. 6. Mayoritas penduduk di Kabupaten Lamongan adalah penganut agama Islam yaitu sekitar % dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Lamongan. 7. Dilihat dari Religi, masyarakat Lamongan termasuk dalam masyarakat yang memegang teguh kepercayaan, hal ini terlihat dari banyaknya sekolah-sekolah keagamaan dan terpeliharanya kawasan-kawasan religius seperti Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, Makam Nyai Andongsari dan Makam Joko Tingkir. 1. Pekerja di sektor pertanian akan mengalami penurunan, melihat perkembangan industri pada masa yang akan datang, hal ini akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian dari petani menjadi pekerja industri. 2. Perkembangan penduduk yang tergolong cepat berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan lahan, hal ini akan mempengaruhi berkurangnya lahan terutama lahan pertanian. 3. Melihat potensi perkembangan wilayah di Kawasan Pantura yang akan dikembangkan sebagai kawasan strategis dengan pengembangan utama di bidang industri, maka akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian masyarakat dari nelayan/petani menjadi pekerja/buruh pabrik pada masa yang akan datang. 4. Perkembangan wilayah yang tinggi di kawasan pantura menyebabkan terjadinya mobilitas yang tinggi, sehingga berakibat pada semakin padatnya penduduk dan aktifitasnya. 5. Di kawasan pantura sebagian masyarakat bekerja sebagai penambang batu kapur, mengingat bahan tambang akan habis maka akan berakibat pada kerusakan lahan yang ada. 6. Dalam hal mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Lamongan masih sangat bergantung pada alam, sehingga sangat sulit melakukan peralihan mata pencaharian. 1. Perkembangan penduduk yang tinggi pasti akan terjadi oleh karena adanya perkembangan wilayah yang tinggi pula, hal ini mungkin menjadi masalah tetapi potensi yang akan muncul merupakan potensi yang besar seperti nilai tambah dari kegiatan pertanian, perikanan menjadi industri pengolahan, sehingga akan meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. 2. Perkembangan wilayah di kawasan pantura merupakan potensi yang akan mendorong perkembangan Kabupaten Lamongan dalam skala nasional sehingga Kabupaten Lamongan menjadi bagian dari Kawasan Pengembangan Nasional. 3. Perkembangan wilayah di kawasan pantura mendorong terjadinya peralihan mata pencaharian yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. 4. Kemudahan untuk dapat menerima peralihan mata pencaharian akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. 5. Peninggalan sejarah berupa kawasan-kawasan Religi dapat menjadi aset wilayah yang tak ternilai harganya serta dapat menjadi identitas wilayah Sistem Pusat Pelayanan dan Orde Kota 1. Kawasan perdesaan umumnya memiliki pusat pelayanan sendiri-sendiri dan memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan perkotaan; 2. Kawasan perdesaan umumnya memiliki aksesibilitas dengan kawasan perkotaan; 3. Lamongan sebagai salah satu wilayah yang termasuk dalam sistem perkotaan dan kawasan strategis nasional yaitu Gerbangkertosusila, sehingga mampu meningkatkan pengembangan wilayah pantura, dengan pusat pelayanan di wilayah pantura (Paciran- Brondong); 4. Beberapa kawasan perkotaan akan mengalami perkembangan pesat, karena memiliki tingkat pelayanan yang tinggi terhadap perkembangan wilayah seperti Perkotaan Brondong dengan pelayanan pelabuhan regional, Perkotaan Paciran dengan pelayanan industri, Perkotaan Babat dengan pelayanan perdagangan regional, Perkotaan Ngimbang II - 2

3 dengan pelayanan pertanian dan industri, Perkotaan Sukodadi dengan pelayanan sosial dan akses regional; serta 5. Beberapa perkotaan kecamatan menunjukkan perkembangan yang cukup besar, sehingga potensial menjadi pusat pelayanan dalam cakupan Wilayah Pengembangan (WP) Lamongan, Paciran-Brondong, Babat, Sukodadi dan Ngimbang. 1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki perkembangan yang lambat dikarenakan akses yang tidak memadai, potensi yang kurang berkembangan terutama dalam bidang pertanian serta jauh dari jangkauan pusat kota; 2. Perkembangan yang tinggi di wilayah pantura Lamongan sebagai bagian dari sistem perkotaan nasional serta Kawasan Strategis Nasional mengindikasikan kesenjangan perkembangan perkotaan di Kabupaten Lamongan terutama dengan wilayah selatan Lamongan. 3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus pada beberapa perkotaan yang dominan seperti pada Perkotaan Lamongan, Babat, Brondong-Paciran sehingga pelayanan perkotaan ke seluruh wilayah berjalan kurang optimum terutama pelayanan dibagian Selatan Kabupaten Lamongan; 4. Infrastruktur permukiman belum sepenuhnya menjangkau kawasan permukiman seperti air bersih, jaringan jalan, persampahan; 5. Pengelompokan fasilitas pada pusat-pusat perkotaan terutama perkotaan sebagai pusat WP seperti pengelompokan fasilitas sosial di Perkotaan Lamongan dan perdagangan di Perkotaan Babat karena akses yang cukup jauh mengakibatkan orientasi masyarakat Lamongan bagian selatan lebih memilih orientasi ke Jombang, Bojonegoro dan Mojokerto karena akses yang lebih dekat. 6. Terdapatnya fasilitas regional berupa Pasar Agrobis Babat yang belum maksimal dalam memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat Lamongan. 1. Kawasan perdesaan memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk mengejar ketertinggalan dengan perkotaan seperti potensi pertanian di Ngimbang dan sekitarnya perlu didukung oleh pengembangan agribisnis; 2. Pengembangan secara hirarki antara perdesaan dan perkotaan akan mendorong keseimbangan pengembangan wilayah dalam Skala Kabupaten; 3. Jaringan jalan yang ada di perdesaan maupun perkotaan dapat dikembangkan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan permukiman dan pusat produksi maupun pusat kegiatan lain seperti pariwisata; 4. Perkembangan perkotaan sebagai pusat WP baik sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) maupun Pusat Kegiatan Lokal dipromosikan (PKLp) akan mendorong keserasian pengembangan wilayah dalam jangka panjang; serta 5. Berbagai penyediaan infrastruktur wilayah akan mendorong pengembangan kawasan potensial seperti : a. Membuka akses eksternal seperti jalan penghubung dengan Kabupaten Tuban lewat Kecamatan Maduran, jalan penghubung dengan Kabupaten Gresik lewat Kecamatan Sarirejo dan jalan penghubung dengan Kabupaten Jombang lewat Kecamatan Sukorame. b. Pengelolaan air bersih melalui pemanfaatan sumber air dari DAS Bengawasan Solo dan sumber air lainnya. c. Pengelolaan Irigasi guna kepentingan pertanian dengan pengembangan sudetan Bengawan Solo, waduk dan rawa. d. Pengembangan jaringan tinggi untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah pantura pada kawasan Tlogosandang dengan adanya Gardu Induk PLN 150 MW Sistem Perwilayahan Pembangunan 1. Adanya pengembangan Kabupaten Lamongan sebagai kawasan Strategis Nasional dengan didukung oleh Perkotaan Lamongan, pengembangan Perkotaan Paciran sebagai pusat pengembangan industri dan pariwisata, pengembangan Perkotaan Brondong sebagai kawasan pelabuhan serta industri, serta pengembangan Perkotaan Babat sebagai kawasan perdagangan dan jasa regional, Perkotaan Ngimbang sebagai pusat agribisnis berpotensi menjadikan Kabupaten Lamongan sebagai pusat pertumbuhan yang mampu mendorong wilayah sekitar dan Perkotaan Sukodadi sebagai pendukung Perkotaan Lamongan; 2. Setiap WP memiliki potensi spesifik, baik pertanian, industri, pariwisata, perikanan dan potensi lain yang akan mendorong perkembangan wilayah; serta 3. Setiap ibukota kecamatan dan pusat WP memiliki potensi untuk mendorong dan melayani wilayah masing-masing. 1. Pada beberapa wilayah hiterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas secara geografis dan administrasi ke pusat pelayanan seperti Kecamatan Sekaran, Laren dan Sarirejo; 2. Interaksi antar wilayah sebagian kurang terstruktur sehingga pusat pelayanan tidak terkonsentrasi pada kawasan perkotaan sebagai pusat WP; serta II - 3

4 3. Terbatasnya fasilitas yang ada pada setiap pusat WP sehingga kurang mampu melayani hiterland-nya. 1. Beberapa kawasan sudah menunjukkan fungsi khusus seperti kawasan pariwisata di Paciran, Kawasan Pabuhan perikanan di Brondong yang akan mendorong fungsi setiap WP; 2. Pengembangan kawasan strategis nasional di wilayah pantura, akan meningkatkan jangkauan pelayanan di wilayah Kabupaten Lamongan dan sekitarnya; serta 3. Pengembangan pada masing-masing kecamatan lebih disesuaikan dengan fungsi dan perannya sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Lamongan Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan 1. Permukiman perdesaan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun menyebar umumnya memiliki pusat pengembangan masing-masing yang sangat potensial mendorong perkembangan kawasan perdesaan yang ada, serta terdapat banyak perdesaan yang mampu mendorong perkembangan perdesaan dalam skala yang lebih luas; 2. Pengembangan wilayah Pantura (Paciran Brondong) dan Perkotaan Babat sebagai kawasan strategis, sehingga sesuai dengan hirarki dan pelayanan perkotaan, maka pusat kegiatan perkotaan Lamongan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional diprioritaskan (PKNp) adalah Perkotaan Lamongan sebagai pusat pemerintahan, PKLp adalah Paciran Brondong sebagai pusat industri, Perkotaan Babat sebagai kawasan perdagangan dan jasa regional, Perkotaan Ngimbang sebagai pusat agribisnis, dan Perkotaan Sukodadi sebagai pendukung Perkotaan Lamongan; sedangkan ibukota kecamatan lain termasuk dalam klasifikasi PPK (Pusat Pelayanan Kawasan); 3. Tumbuhnya kawasan permukiman perkotaan baru yang mempunyai indikasi perkembangan pesat karena adanya potensi alami maupun potensi ekternal (akses). Sehingga semula kawasan tersebut mempunyai fungsi sebagai kawasan permukiman perdesaan cenderung beralih fungsi menjadi kawasan permukiman perkotaan. Kawasan tersebut antara lain meliputi desa-desa di Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Sukodadi yang terletak antara Kota Lamongan dan Kecamatan Babat (serta kecamatan lainnya); 1. Pusat pelayanan perdesaan banyak yang kurang berkembang; 2. Pusat permukiman perdesaan kurang mampu mendorong perkembangan wilayahnya; 3. Pengembangan kawasan Pantura akan mendorong konsentrasi kegiatan yang besar, sehingga meningkatkan kesenjangan perkotaan yang selanjutnya akan mendorong urbanisasi; 4. Permasalahan ikutan dari pengembangan pantura adalah timbulkan kepadatan lalu lintas karena jaringan jalan yang melalui pantura selain memiliki fungsi sebagai akses internal/jalan kolektor juga sebagai akses eksternal/arteri Primer Gresik Lamongan Tuban serta kondisi jalan yang sempit; 5. Kawasan pusat permukiman khususnya yang berada pada PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) belum berkembang secara optimum, karena masih banyak yang berorientasi pada PKNp dan PKLp; 6. Lahan-lahan yang berkembang di kawasan pantura merupakan kawasan pesisir yang rentan dengan permasalahan lingkungan seperti tidak terpeliharanya hutan mangrove, abrasi pantai, dll. 1. Pusat perdesaan masih mampu dikembangkan untuk mendorong kawasan perdesaan masing-masing sehingga bsa menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL); 2. Interaksi antara permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan dapat ditingkatkan untuk mendorong keseimbangan penataan ruang; 3. Kabupaten Lamongan akan memiliki sistem permukiman perkotaan, yang terdiri PKNp meliputi Perkotaan Lamongan; PKLp meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang serta PPK adalah perkotaan kecamatan lain; 4. Pengembangan PPL pada beberapa kawasan perdesaan; serta 5. Pengembangan sentra kawasan agropolitan di Kecamatan Ngimbang Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Prasarana Wilayah Prasarana wilayah di Kabupaten Lamongan khususnya transportasi dan infrastruktur di Kabupaten Lamongan memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Propinsi yang didukung oleh sistem jalan arteri primer Gresik Lamongan Tuban lewat Kota Lamongan dan wilayah Pantura, kereta api komuter Surabaya-Lamongan, Pelabuhan ASDP (Paciran), selain itu infrastruktur juga membantu dalam proses pengembangan suatu wilayah. II - 4

5 Jalan Raya 1. Dimasa yang akan datang jalan raya di Kabupaten Lamongan akan mengalami peningkatan fungsi jalan secara nasional karena merupakan bagian dari sistem perkotaan nasional melalui Gerbangkertasusila yaitu pada rencana Jalan nasional jalan bebas hambatan Gresik Lamongan Tuban; 2. Jalan raya di Kabupaten Lamongan memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Regional melalui jalan jalan nasional arteri jalan Gresik- Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang. Sudirman- Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl. Jaksa Agung Suprapto-Lamongan; Lamongan- Babat; dan Babat-Widang; jalan nasional jalan kolektor Babat-Bojonegoro dan Gresik- Sadang-Tuban; jalan propinsi jalan kolektor Babat-Temangkar; Jl Lamongrejo; Jl Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup; Lamongan-Bts. Kab. Mojokerto; Babat-Bts. Kab. Jombang; Jalan Lama Babat; dan Jalan Halte (Dradah,Ngimbang dan Kambangan) dan secara internal telah mencapai ke seluruh wilayah kecamatan dan perdesaan; 3. Peningkatan kegiatan dalam skala besar dan pengembangan perkotaan menjadikan beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan fungsi jalan seperti Jalan Lingkar Selatan Pantura dan Jalan Lingkar Utara Lamongan serta Jalan Lingkar Babat; 4. Terdapat terminal yang berdekatan dengan permukiman dan sarana pendidikan yaitu di Kota Lamongan dan Perkotaan Babat serta di Paciran tepatnya di desa Tunggul berupa Terminal Terpadu yang berfungsi untuk mendukung kegiatan di wilayah pantura. 1. Kabupaten Lamongan memiliki tekstur tanah yang keras dan berkapur sehingga dalam pengembangan jalan memerlukan biaya yang cukup besar; 2. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Lamongan, maka pengembangan jalan mengalami ketidakefektifan karena melayani kegiatan yang intensitasnya rendah; 3. Sulitnya penyediaan tanah untuk pengembangan jalan bebas hambatan ; 4. Pengembangan jalan arteri primer wilayah pantura sebagian besar melewati permukiman padat sehingga mengalami kesulitan dalam pembebasan tanah dan pengembangan sempadan terutama pada kawasan Perkotaan Brondong dimana pada kawasan ini intensitas kegiatan sangat tinggi. 5. Kemacetan yang terjadi di beberapa titik simpul transportasi karena merupakan jalan utama dan kepadatan pemusatan fasilitas, pada umumnya terjadi di sekitar pasar Perkotaan Brondong dan Pasar Agrobis Babat. 1. Perkembangan Kabupaten Lamongan yang tinggi terutama dibagian utara akan mendorong percepatan realisasi jalan bebas hambatan Gresik Lamongan Tuban dan Jalan Lingkar Selatan Pantura; 2. Pengembangan jalan bebas hambatan akan didukung oleh kelengkapan prasarana seperti Gerbang tol serta rest area berupa SPBU dan tempat peristirahatan; 3. Pengembangan Jalan Lingkar Selatan Pantura dan Jalan Lingkar Utara Lamongan dan Jalan Lingkar Selatan Babat mempunyai keterkaitan dengan kawasan unggulan sehingga dapat mendorong pertumbuhan wilayah; serta 4. Pengembangan kawasan pelabuhan dan perindustrian - Perkotaan Paciran akan memacu pengembangan jalan antara Surabaya - Gresik - Lamongan Tuban (Jalur Pantura) sehingga membantu sistem transportasi perwilayaan Gerbangkertasusila; 5. Dengan adanya perkembangan di wilayah selatan merupakan kawasan agropolitan Kabupaten Lamongan, sehingga perlu dikembangkan jalan kolektor yang menghubungkan Gresik Lamongan Bojonegoro; 6. Pengembangan jalan alternative yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan di beberapa titik simpul transportasi Kereta Api 1. Terdapat sistem angkutan kereta api komuter dengan rute Surabaya Lamongan - Babat. Angkutan kereta api mempunyai potensi cukup besar karena kapasitasnya besar, tidak menimbulkan kemacetan, waktu tempuh yang relatif lebih cepat dan harga yang murah; dan 2. Perkembangan perkotaan yang besar khususnya Kabupaten Lamongan yang merupakan Sub Sistem dalam perencanaan jaringan transportasi Gerbangkertosusila (GKS) akan mendorong peningkatan penggunaan angkutan kereta api. 1. Pelayanan angkutan kereta api jangkauannya terbatas; dan 2. Frekuensi penggunaan kereta api hanya jam tertentu dengan frekuensi yang masih rendah. 1. Peningkatan kegiatan di Lamongan akan mendorong pergerakan kereta api regional akan semakin besar; II - 5

6 2. Pengembangan jaringan transportasi Gerbangkertasusila akan mendorong pengembangan perkeretapian lintas tengah Surabaya Gresik Lamongan - Babat; 3. Peningkatan penggunaan angkutan kereta api untuk angkutan barang. 3. Peningkatan infrastruktur khususnya Jalan Arteri Pantura, Jalan Lingkar Selatan Pantura dan Jalan bebas hambatan Pantura akan mendorong percepatan perwujudan Brondong- Paciran menjadi Pelabuhan ASDP Angkutan Laut 1. Di Pantai Utara Lamongan berkembang beberapa prasarana transportasi laut guna meningkatkan pelayanan dalam sistem transportasi laut secara regional dan nasional meliputi Pelabuhan Sedayu Lawas yang merupakan pelabuhan khusus barang, Industri Galangan Kapal dan Pelabuhan ASDP. 2. Sudah terdapat kegiatan pelabuhan perikanan yang berskala besar yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mendorong berkembangnya perekonomian di Kabupaten Lamongan; 3. Wilayah pantura yang letaknya berbatasan langsung dengan laut jawa, mendukung pengembangan pelabuhan skala regional dan nasional terutama jalur penyeberangan di Pulau Kalimantan bagian selatan. 4. Beberapa bagian ekosistemnya masih terpelihara, hal ini terbukti dari warna air laut yang masih biru; serta 5. Pengembangan jalan khususnya Jalur Pantura akan mendorong lalu lintas barang dan orang yang memberi peluang pengembangan kawasan Pelabuhan Brondong dan Pelabuhan Paciran. 1. Pada saat musim barat ombak dan arus sangat besar; 2. Sebagian besar untuk kegiatan nelayan sehingga memerlukan lokasi khusus untuk pelabuhan laut; 3. Potensi pendukung kegiatan eksport masih terbatas; serta 4. Pengembangan Jalan Lingkar Selatan Pantura belum berjalan sesuai kebutuhan dan diperkirakan masih lama untuk dapat direalisasikan. 1. Dengan dukungan pengembangan skala besar Kawasan Paciran - Brondong memiliki kemampuan untuk dikembangkan sebagai pelabuhan laut penumpang (ASDP); 2. Letaknya di tepi laut jawa, Kawasan Brondong dan Kawasan Paciran dapat didorong menjadi pelabuhan berskala Nasional dan Internasional; serta Telekomunikasi 1. Telekomunikasi memiliki perkembangan yang sangat tinggi karena pada dasarnya sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Kabupaten Lamongan terutama pada wilayah pantura dimana tingginya tingkat mobilitas penduduk; dan 2. Beberapa prasarana telekomukasi telah menjangkau ke berbagai pelosok. 1. Perkembangan prasarana telekomunikasi kurang terintegrasi sehingga terkesan semrawut dengan perkembangan yang tinggi; dan 2. Penggunaan lebih terkonsentrasi di perkotaan sehingga masih terdapat area yang belum terlayani. C. Prospek 1. Pengembangan prasarana telekomunikasi akan terus dikembangkan dengan persaingan pasar yang kuat sehingga akan mampu menjangkau segenap pelosok; 2. Penggunaan dan pengembangan telekomunikasi akan semakin mendorong pengetahuan masyarakat dan kegiatan bisnis; serta 3. Terdapat peluang yang besar untuk memanfaatkan prasarana secara bersama Prasarana Lingkungan Sampah dan Limbah 1. Pada kawasan perdesaan pengelolaan prasarana lingkungan khususnya sampah banyak dilakukan secara mandiri; 2. Tersedianya TPA di empat lokasi yaitu di Kecamatan Tikung, Kecamatan Babat, Kecamatan Solokuro dan Kecamatan Paciran, hal ini sangat mendukung untuk pengolahan sampah dimasa yang akan datang mengingat perkembangan di Kabupaten Lamongan akan semakin meningkat sehingga produksi sampah juga akan semakin meningkat. 3. Limbah padat dan cair di Kabupaten Lamongan tidak terlalu besar karena sebagian besar wilayah merupakan kawasan agraris; II - 6

7 4. Pada kawasan perkotaan umumnya limbah dan sampah telah dikelola secara bersama oleh pemerintah; serta 5. Adanya pengelolaan sampah secara mandiri (lokal) telah dilakukan oleh masyarakat, yang terlihat pada beberapa wilayah perdesaan, seperti pengelolaan untuk dijadikan kompos. 1. Pada beberapa kawasan perkotaan terdapat kesulitan mencari dan mengelola TPA dan TPS khususnya dibagian yang banyak menghasilkan sampah seperti di Pasar Agrobis Babat; 2. Lokasi TPA yang berada di Kecamatan Tikung belum mampu menampung seluruh sampah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan di Kota Lamongan; 3. Pengembangan Industri di Ngimbang dan Tikung serta industri-industri di Paciran dan Brondong akan meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan oleh Kabupaten Lamongan sementara TPA hanya terdapat di Kota Lamongan; 4. Limbah dari industri mulai mengganggu masyarakat sekitar; serta 5. Sampah Perkotaan Lamongan juga memerlukan penanganan tersendiri secara komunal yang dilakukan bersama, yaitu dengan pengumpulan dari TPS ke TPA. 1. Penanganan sampah terutama di kawasan perdesaan dapat dilakukan secara mandiri dan diolah menjadi bahan kompos; 2. Memperbanyak pengadaan TPS di titik-titik yang dianggap membutuhkan pengelolaan sampah seperti di Pasar Agrobis Babat, Di Ngimbang, di Paciran dan Brondong; 3. Melalui peningkatan kesadaran lingkungan dan pemanfaatan daur ulang sampah, maka volume sampah dapat direduksi sejak lebih awal; 4. Terdapat peluang mengelola sampah secara modern dengan skala besar melalui industri kompos dan pupuk organik; 5. Adanya perencanaan penambahan TPA baru; serta 6. Melakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah regional Lamongan. Air Bersih 1. Banyaknya sumber-sumber perairan yang terdapat di Kabupaten Lamongan seperti Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang, waduk Prijetan, Kali Lamong dan beberapa sumber mata air; 2. Kebutuhan masyarakat yang cukup besar terhadap pemenuhan air bersih untuk air minun dan perairan sawah; 3. Kabupaten Lamongan dibagian tengah dilalui oleh sistem perpipaan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Petro Gresik, dengan mengambil sumber dari Babat, hal ini dapat dilakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Lamongan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan Khususnya Bagian Tengah; 4. Pengelolaan sumber-sumber air sudah mulai dilakukan oleh beberapa masyarakat pedesaan seperti sumur bor, pengelolaan mata air melalui Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) di Kabupaten Lamongan. 1. Belum terpenuhinya air bersih terutama air minum secara merata di Kabupaten Lamongan seperti di wilayah pantura dengan intensitas kegiatan yang tinggi kebutuhan air minum dipenuhi dengan membeli air galon dan wilayah selatan yang jauh dari jangkauan juga belum terpenuhi air bersih; 2. Kondisi air bersih yang selama ini digunakan di sebagian wilayah Kabupaten Lamongan terutama bagian utara merupakan air payau sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk air minum; 3. Sumber-sumber air yang ada baik dari sungai maupun mata air belum mendapat pengelolaan secara terpadu terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum; 4. Kurangnya pengelolaan air bersih dan pendistribusiannya kepada masyarakat; serta 5. Peraturan yang menyangkut kelestarian sumber daya air yang ada di Kabuparen Lamongan masih kurang di berlakukan. 1. Agar dilakukan pelestarian dan pengembangan terhadap sumber/mata air; 2. Pendistribusian air bersih baik untuk pengairan sawah atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari perlu adanya pengawasan agar dapar dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat; serta 3. Penetapan peraturan yang lebih tegas dan pemberlakuan yang di mulai dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk pemberitahuan sebelumnya. Prasarana Irigasi 1. Banyaknya sumber perairan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan irigasi meliputi Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang dan Waduk Prijetan. II - 7

8 2. Terdapatnya pengelolaan DAS Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan yaitu Babat Barrage dan Sudetan Bengawan Solo sebagai pemenuhan kebutuhan irigasi terutama untuk kepentingan pertanian 3. Potensi waduk dan sungai yang di gunakan sebagai air bersih. 1. Irigasi untuk kepentingan pertanian terutama bagian selatan masih sangat sulit, hanya bersumber dari Kali Lamong sedangkan dari waduk waduk yang ada di wilayah selatan belum dirasakan masyarakat Lamongan bagian selatan secara maksimal. 2. Sering terjadi banjir pada wilayah yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. C. Prospek 1. Pengelolaan DAS Bengawan Solo yang berkelanjutan dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Lamongan. 2. Pengelolaan Waduk Gondang sebagai kawasan wisata dan alternatif kebutuhan irigasi di wilayah selatan dengan didukung oleh Waduk Prijetan Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kawasan Lindung Kawasan Perlindungan Bawahannya Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya saat ini berupa hutan lindung dan kawasan resapan air (hutan produksi yang luasannya mencapai ,40 Ha dan hutan lindung seluas 252,9 Ha, dengan luas hutan secara keseluruhan yaitu ,3 Ha. 1. Pada kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air pada beberapa bagian terdapat perubahan penggunaan lahan dan kondisi; 2. Terdapat kecenderungan rawan terjadinya penggundulan hutan yang akan berpengaruh terhadap kawasan-kawasan dibawahnya seperti : terjadinya kekeringan, banjir dan longsor seperti yang terjadi diwilayah selatan Lamongan. 1. Kawasan hutan lindung mempunyai potensi alam yang menarik dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata (eco tourism), seperti : wisata perairan sungai (arung jeram) dengan tanpa mengubah fungsi lindung yang ditetapkan pada kawasan, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi; 2. Pada kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung tetapi saat ini digunakan untuk budidaya terdapat prospek pengembangan untuk kawasan budidaya tetapi memiliki fungsi lindung seperti perkebunan tegalan tinggi tamanan tahunan yang secara fisik juga memiliki fungsi lindung; 3. Peningkatan nilai manfaat hutan lindung dengan mengambil hasil sampingan non kayu disertai partisipasi masyarakat, pemanfaatan waduk/danau untuk budidaya ikan air tawar, pariwisata dan budidaya lainnya. Dengan adanya kegiatan yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat, maka masyarakat akan berusaha melestarikan keberadaan kawasan lindung yang ada di sekitarnya; serta 4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam program hutan kemasyarakatan melalui berbagai program kerjasama Kawasan Perlindungan Setempat 1. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Lamongan sebagian besar masih terpelihara. Kawasan ini meliputi kawasan sempadan pantai (di wilayah pesisir utara) dan kawasan sempadan sungai (Sungai Bengawan Solo, Kali Lamong dan anak sungai), kawasan sekitar danau/waduk (Waduk Gondang, Waduk Sumengko, Waduk Tuwiri dan Waduk Prijetan); 2. Kawasan perlindungan setempat seperti sungai dan waduk dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku dan perlu dilindungi agar bisa menampung air untuk cadangan air di wilayah Kabupaten Lamongan; 3. Sudah terdapat teknik pengolahan pengairan dari sungai berupa Babat Barrage di Kecamatan Sekaran dan New Sembayat Barrage yang terletak pada 2 (dua) wilayah Kab. Lamongan dan Kab. Gresik. 4. Kelestarian ekosistem disekitar kawasan perlindungan pantai dapat menjaga keseimbangan dengan kegiatan budidaya diatasnya seperti kelestarian hutan mangrove; 5. Kawasan perlindungan setempat dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata alam. 1. Tingginya intensitas pengembangan di wilayah pesisir pantai utara mengakibatkan kemungkinan timbulnya abrasi pantai; 2. Beberapa kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai yang terdapat di wilayah pesisir Utara Kabupaten Lamongan masih belum dikelola dengan baik, misalnya : adanya permukiman di kawasan sempadan pantai; serta pada daerah konservasi Sungai Bengawan Solo terutama pada Kec. Laren dan Sekaran; II - 8

9 3. Terjadi peningkatan penggunaan kawasan terbangun dan penambangan pasir pada kawasan perlindungan sekitar sungai. 1. Peningkatan manfaat kawasan perlindungan setempat berupa sungai dan waduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi secara berkelanjutan. 2. Peningkatan manfaat kawasan perlindungan pantai sebagai kawasan pariwisata dan kegiatan budidaya perikanan laut untuk meningkatkan perekonomian wilayah. 3. Pengolahan sumber pengairan dari kawasan perlindungan setempat berupa Waduk Gondang dan Kali Lamong untuk mengantisipasi kebutuhan air baku di bagian selatan. 4. Pengadaan sumur resapan setiap wilayah kecamatan untuk mengantisipasi intrusi air laut Kawasan Cagar Budaya 1. Kawasan cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Lamongan cukup beragam yakni berupa monumen van Der Wijck, Situs Sunan Drajat, makam Sunan Drajad, makam Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir dan makam Nyai Ratu Andongsari, Desa Balun yang perlu dijaga sebagai aset bersejarah. 2. Kawasan perlindungan cagar budaya dapat dikembangkan sebagai kawasan untuk kegiatan wisata budaya, wisata religi dan wisata pendidikan/penelitian. 1. Masih ada beberapa kawasan Cagar Budaya yang masih belum di kembangkan dan dikelola secara maksimal; 2. Fasilitas penunjang kawasan Cagar Budaya seperti tempat parkir, kios dan fasilitas penunjang lainnya masih sangat kurang ; serta 3. Cagar Budaya yang populer saja di kenal oleh wisatawan regional sedangkan cagar budaya yang kurang populer kurang diminati oleh wisatawan regional. 1. Pengembangan Cagar Budaya dengan membuat rute wisata yang meliputi seluruh cagar budaya yang ada di Kabupaten Lamongan; 2. Pengembangan obyek-obyek yang termasuk cagar budaya dapat dikelompokkan menjadi satu-kesatuan sistem pariwisata sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat seperti Pengembangan wisata pantura (Pendukung wisata WBL), obyek wisata bagian tengah Kabupaten Lamongan dan obyek wisata bagian selatan (pendukung wisata Waduk Gondang); serta 3. Pengadaan fasilitas penunjang yang dapat menambah kenyamanan pengunjung yang mengunjungi cagar budaya yang ada di Kabupaten Lamongan Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Lamongan berada di kawasan yang di lalui oleh Sungai Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. 2. Pengelolaan kawasan yang terkena banjir dapat diantispasi dengan melakukan reboisasi pada sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. 3. Potensi kawasan bencana lainnya dapat terjadi di Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong yang merupakan kawasan pesisir serta Kecamatan Turi dan Kecamatan Deket sebagai kawasan yang terdampak banjir sungai Bengawan Solo. 1. Bencana banjir di sekitar sungai Bengawan Solo diakibatkan oleh terdapatnya penggunaan lahan pada kawasan konservasi yaitu di tepi sungai. 2. Tidak terdapatnya penghijauan di sepanjang tepi sungai. 3. Tingginya tingkat pengembangan wilayah di kawasan pesisir sehingga mengalami benturan dengan kelestarian lingkungan. 4. Mulai hilangnya kawasan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang. 5. Potensi yang besar di kawasan pesisir sehingga mendorong pengembangan kawasan budidaya yang membutuhkan lahan pengembangan yang luas sehingga banyak lahan konservasi yang terpakai. Hal ini memungkinkan terjadinya gelombang pasang jika tidak segera dilakukan penanggulangan dini. 1. Pada kawasan Rawan Banjir dapat ditingkatkan fungsinya menjadi kawasan lindung jika pada kawasan tersebut memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana banjir. 2. Pada kawasan rawan bencana banjir dan gelombang pasang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan lindung bersyarat, seperti kegiatan budidaya pariwisata dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. II - 9

10 Kawasan Budidaya Pertanian 1. Potensi sawah cukup besar yakni seluas ha yang tersebar di kawasan perkotaan maupun perdesaan; 2. Komoditi yang unggulan yaitu padi, palawija dan hortikultura; 3. Komoditi yang potensial dan sudah dikembangkan berupa tanaman jarak pagar yaitu di Kacamatan Paciran, hal ini dapat mendukung peningkatan mutu pertanian di Kabupaten Lamongan; 4. Hortikultura di Kabupaten Lamongan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Potensi ini cukup besar karena hortikultura di Kabupaten Lamongan selain untuk memenuhi kebutuhan penduduk wilayah Kabupaten Lamongan sendiri juga untuk kebutuhan daerah lainnya (seperti ke Surabaya dan Jakarta) dan beberapa komoditas telah di eksport; serta 5. Kawasan perdesaan masih sangat luas dan memiliki berbagai produk pertanian; 1. Banyak terjadi alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan terbangun, yang berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian; 2. Kualitas dan hasil pengolahan belum optimal; serta 3. Banyaknya lahan sawah yang dilanda banjir sehingga sering kali mengakibatkan gagal panen dan hasil panen yang kurang maksimal sehingga berpengaruh terhadap produksi pertanian. 1. Pengembangan produksi pertanian dilakukan dengan mempertahankan luasan sawah yang ada, setidaknya melalui peningkatan sistem irigasi bila terjadi alih fungsi sawah. Hal ini didukung oleh peningkatan pelayanan irigasi di wilayah yang potensial; 2. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan, melalui penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan; 3. Hasil produk hortikultura mempunyai peluang pemasaran yang signifikan baik di dalam negeri maupun luar negeri, sehingga prospek pengembangan kawasan untuk hortikultura di Kabupaten Lamongan sangat diharapkan. Pengembangan kawasan pertanian hortikultura ini dapat diprioritaskan pada kawasan agropolitan di wilayah selatan dan wilayah-wilayah lainnya; 4. Pengembangan pertanian dan hortikultura beserta kegiatan pengolahannya memungkinkan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah selatan; 5. Peningkatan keterampilan masyarakat yang bertujuan untuk menjaga areal persawahan dari ancaman banjir dan hama yang menyerang tanaman Perkebunan 1. Perkebunan di Kabupaten Lamongan tersebar dengan jenis produksinya antara lain : tembakau, kenaf, tebu, cabe jamu, wijen, jarak pagar, kelapa dan siwalan yang mempunyai nilai jual cukup tinggi. Komoditas unggulan ini sebagian besar untuk diolah dan dieksport; 2. Komoditi perkebunan sudah diolah dari daun menjadi rajangan, hal ini merupakan peningkatan produksi dengan merubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. 1. Terjadinya perubahan fungsi lahan perkebunan menjadi tegalan/ladang kering, dan adanya penebangan tanaman perkebunan sehingga mengakibatkan penurunan tingkat produksi; serta 2. Kualitas dan pengolahan hasil perkebunan masih belum optimal. 1. Prospek pengembangan kawasan perkebunan sangat baik terutama untuk jenis-jenis komoditas yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi seperti : tembakau dan tebu. Untuk itu, pengembangan kawasan perkebunan ini dilakukan dengan mengembalikan fungsi perkebunan sesuai dengan jenis tanaman perkebunan; serta 2. Melakukan penelitian dan penyuluhan yang berguna untuk peningkatkan kualitas hasil perkebunan dan pengolahan yang lebih lanjut Kehutanan 1. Kabupaten Lamongan memiliki luas area hutan produksi seluas Ha yang hasilnya diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi; 2. Adanya pengolahan hasil hutan produksi misalnya pengolahan kayu gelondongan menjadi kayu yang siap dipasarkan. 1. Hutan produksi di Kabupaten Lamongan banyak yang mengalami kerusakan dan tidak produktif; 2. Perkembangan kawasan budidaya banyak yang merambah kawasan lindung atau kawasan hutan produksi; serta II - 10

11 3. Kurangnya penanganan yang lebih lanjut dari pemerintah setempat tentang penebangan hutan secara liar maupun perubahan fungsi hutan. 1. Hutan produksi di Kabupaten Lamongan dapat dikembangkan dalam skala luas dan memiliki prospek pengembangan hutan produksi dikelola dengan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM); 2. Pada daerah yang mengalami atau terdapat konflik penggunaan tanah diperlukan adanya penanganan dengan teknik konservasi secara vegetatif atau sipil; Peternakan 1. Peternakan di Kabupaten Lamongan khususnya di bagian tengah hingga bagian selatan cukup besar seperti peternakan besar dan kecil ruminansia, penggemukan (fattening), serta unggas (ayam buras, ayam ras, itik dan puyuh) dikembangkan dengan pola kemitraan dan mandiri; serta 2. Potensi ternak kerbau berada di Kecamatan Glagah. 1. Kurangnya sarana pendukung pengolahan komoditi ternak; 2. Belum tersedia pengelolaan yang layak terhadap limbah ternak; 3. Pengembala kesulitan lahan pengembalaan bersama; serta 4. Belum adanya pengolahan hasil peternakan. 1. Menyediakan lahan yang cukup luas untuk areal peternakan dan pengembala bersama untuk mengatasi permasalahan kekurangan lahan; 2. Memberikan penyuluhan terhadap pengolahan limbah ternak kepada masyarakat; 3. Pengembangan lembaga penelitian kesehatan hewan ternak dan inseminasi buatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk unggulan; serta 4. Pengolahan hasil peternakan yang mampu untuk segera di pasarkan dan berdaya saing tinggi Perikanan 1. Dengan potensi perikanan darat di Kabupaten Lamongan terkonsentrasi di sawah tambak, sungai, perikanan tangkap (laut) di beberapa pusat pendaratan ikan serta terbesar di Perkotaan Brondong dan Perkotaan Paciran, sedangkan untuk perikanan budidaya seperti sawah tambak tersebar di wilayah tengah dan kolam tersebar di seluruh wilayah kecamatan; 2. Dengan adanya wilayah utara Kabupaten Lamongan yang berbatasan dengan laut maka areal perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cukup besar; 3. Potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lamongan cukup besar khususnya pada areal sawah tambak seluas ,73 Ha dengan produksi sebanyak Kg pada tahun 2007; 4. Potensi perikanan tangkap cukup besar di Kabupaten Lamongan, hal ini ditandai dengan hasil tangkapan nelayan sebanyak ton pada tahun 2007;serta 5. Adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) mampu menampung hasil perikanan tangkap dengan jumlah yang besar yaitu TPI Brondong dan Pelabuhan Nusantara Brondong. 1. Kurangnya alternatif pengolahan (diversifikasi) untuk potensi perikanan dan peternakan yang dimiliki Kabupaten Lamongan; 2. Pengembangan kawasan perikanan darat berupa perikanan air tawar di danau/waduk adalah berkurangnya debit air di saat musim kemarau, sehingga menghambat produktivitas; 3. Untuk pengembangan kawasan perikanan tambak permasalahan yang dihadapi adalah menurunnya kualitas lahan untuk tambak akibat adanya pencemaran dari wilayah darat berupa sisa obat hama (pestisida) yang larut bersama air sungai atau air permukaan lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perikanan tambak; 4. Wilayah perairan merupakan daerah akhir pengaliran dari daratan, sehingga tingkat pencemaran di perairan pantai ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan budidaya di wilayah daratan dan mempengaruhi ekosistem wilayah pantai dan perairan yang pada akhirnya berakibat pada potensi lestari perikanan laut; serta 5. Adanya kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan juga menyebabkan rusaknya ekosistem perairan dan pantai yang akan mempengaruhi potensi lestari perikanan tangkap dengan menggunakan cara tradisional. 1. Prospek pengembangan kegiatan perikanan tangkap sangat besar di wilayah pesisir Lamongan, dimana terkait dengan adanya rencana pengembangan pelabuhan perikanan dan pelabuhan umum Nasional di Kawasan Brondong-Paciran; serta 2. Peningkatan kualitas, mutu serta nilai tambah hasil perikanan tangkap maupun hasil perikanan budidaya melalui industri pengalengan ikan, industri pengasapan ikan, serta pengolahan ikan menjadi tepung ikan. II - 11

12 Industri 1. Kegiatan industri di Kabupaten Lamongan memiliki potensi yang cukup besar, diwilayah utara meliputi Lamongan Shorebase (LS) dan Kawasan industri kemaritiman; 2. Di wilayah selatan berkembang agro industri yaitu pengolahan hasil perkebunan meliputi industri pengolahan jagung dan industri pengolahan tembakau; serta 3. Mulai bermunculannya home industri yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan. 1. Industri yang ada tersebar ke beberapa lokasi sehingga kawasan industri kurang berkembang dan penggunaan lahan menjadi kurang efisien; 2. Kawasan industri yang terdapat di Kabupetan Lamongan berada pada jalur utama dan dekat dengan kawasan pemukiman penduduk sehingga akan berpengaruh pada sistem tranportasi dan lingkungan pemukiman; 3. Kawasan industri di pantura berada pada wilayah pantai sehingga mengakibatkan kerusakan pada ekosistem laut dan lingkungan; serta 4. Keterbatasan modal dan keahlian mengakibatkan industri-industri kecil (home industry) tidak mampu bersaing dan akhirnya gulung tikar. 1. Perkembangan kawasan indutri dapat memacu pertumbuhan ekonomi tinggi; 2. Pengembangan industri dengan kegiatan ekspor-impor hasil industri; 3. Pengembangan keahlian masyarakat yang mampu mendorong majunya industri-industri kecil (home industriy) dengan pemberian pelatihan dan peminjaman modal bagi industri yang membutuhkan. 4. Pengembangan Industri kreatif dari warisan budaya seperti kerajinan, kesenian dan kuliner Pertambangan Kabupaten Lamongan memiliki sumber daya potensial mineral dengan potensi pertambangan berupa minyak dan gas bumi di Desa Balongsari Kecamatan Tikung dan bahan mineral bukan logam dan batuan di Kecamatan Paciran, Brondong, Solokuro, Babat, Ngimbang, Sugio, Mantup dan Sambeng. 1. Pada Kecamatan Mantup, Kecamatan Babat, Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang merupakan areal pertambangan mengalami kerusakan akibat penambangan bahan galian mineral batuan; 2. Kawasan pertambangan belum dikelola dengan baik, terutama penanganan lahan pasca penambangan, serta belum teridentifikasinya besaran tambang yang ada. Tanpa adanya reklamasi dan pengembalian pada rona awal, maka eksploitasi penambangan rawan perusakan lingkungan dalam jangka panjang. 1. Nilai ekonomis yang dihasilkan oleh tambang dapat meningkatkan perekonomian wilayah; 2. Pengembangan pertambangan di wilayah pantura menjadi keterpaduan ekonomi dengan kawasan LS di wilayah pantura sebagai pendukung perekonomian regional dalam Gerbangkertosusila Plus; 3. Dalam mengantisipasi kemungkinan akibat habisnya hasil tambang maka masyarakat harus melakukan peningkatan Sumberdaya Manusia di bidang teknologi Pariwisata 1. Potensi pariwisata di Kabupaten Lamongan cukup besar baik wisata alam, wisata budaya, maupun minat khusus. Wisata-wisata alam tersebut meliputi Wisata Bahari Lamongan (WBL), Waduk Gondang, Goa Maharani dan Zoo serta sumber mata air Panas Tepanas. Wisata budaya meliputi Monumen Van Der Wijck, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir, Makam Nyai Ratu Andongsari, Desa Balun. Wisata buatan meliputi TPI di wilayah Pantura dan Sudetan Bengawan Solo. 2. Secara umum lokasi obyek-wisata potensial berada pada jalur regional sehingga memundahkan akses wisatawan dari luar Kabupaten Lamongan. 1. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam skala regional dan nasional dan dengan banyaknya obyek wisata menjadikan sulit untuk mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan; 2. Kurangnya pengembangan keterkaitan obyek wisata sebagai satu kesatuan sistem; 3. Lokasi obyek-obyek wisata yang berjauhan sehingga sulit untuk dijangkau oleh wisatawan. 4. Banyak obyek-obyek yang memiliki prospek pengembangan tetapi karena jauh dari pusat pengembangan sehingga sulit mendapat pengelolaan. II - 12

13 1. Pengembangan kawasan WBL dan Tanjung Kodok sebagai kawasan pariwisata skala nasional; 2. Pengembangan wisata-wisata pendukung obyek wisata utama seperti Sunan Drajad dan TPI Brondong; serta 3. Pengembangan jalur pariwisata internal dan eksternal dengan membuat suatu rute wisata yang mampu mendongkrak popularitas tempat wisata yang masih kurang dikenal Agropolitan dan Minapolitan 1. Potensi Agropolitan di Kabupaten Lamongan yang ada di wilayah selatan yang harus dikembangkan sehingga dapat memberikan dampak strategis pada kawasan tersbeut; 2. Potensi Minapolitan yang ada di kabupaten Lamongan terdiri dari Minapolitan tangkap dan budidaya. 1. Kawasan agropolitan yang ada di wilayah selatan Kabupaten Lamongan perlu adanya dukungan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung perkembangan kawasan agropolitan; 2. Kawasan Minapolitan yang ada di Kabupaten Lamongan perlu mendapatkan dukungan perbaikan sarana penunjang; 3. Perlu adanya penetapan komoditas unggulan pada lokasi agropolitan dan minapolitan. 1. Perlu adanya perbaikan dan pembangunan sarana penunjang pada kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan; Pada kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan perlu adanya pemetaan yang detail tentang komoditas unggulan yang akan dikembangkan Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kawasan Strategis Jenis kawasan strategis di Kabupaten Lamongan dibedakan menjadi beberapa yaitu kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya, kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup dan kawasan strategis pertahanan dan keamanan. 1. Terdapat kawasan strategis ekonomi yaitu Kawasan Brondong dan Paciran dan Perkotaan Babat yang mampu mendorong pengembangan wilayah; 2. Kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi : Monumen van Der Wijck, Situs Sunan Drajat, Situs Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir dan Makam Nyai Putri Andongsari, yang merupakan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan; 3. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi Wisata Bahari Lamongan (WBL), Babat Barrage, Waduk Gondang, Waduk Sumengko, Waduk Prijaten, serta waduk dan rawa lainnya memiliki fungsi lingkungan khusus dan keragaman biota didalamnya yang perlu dipertahankan keberadaannya; serta 4. Kawasan strategis pertahanan dan keamanan 1. Pada kawasan yang mempunyai faktor strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi skala besar seperti : di Kawasan Paciran dan Brondong (untuk pelabuhan dan industri) terdapat kawasan lindung berupa hutan, padang lamun dan terumbu karang, sehingga permasalahan yang mungkin terjadi adalah akan terganggunya fungsi lindung akibat adanya pengembangan kegiatan ekonomi tersebut; 2. Untuk permasalahan pelabuhan di Kabupaten Lamongan adalah lokasi pelabuhan yang berdekatan dengan kawasan hutan dimana perlu adanya pengendalian atau arahan aktivitas pelabuhan pada kawasan sekitarnya; serta 3. Pemanfaatan kawasan hutan tidak sebagaimana fungsi serta peruntukannya. 1. Pelabuhan laut dan kawasan industri di Kawasan Brondong - Paciran dan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Perkotaan Babat dapat memacu perkembangan Kabupaten Lamongan secara Nasional; 2. Kawasan sekitar cagar budaya dan ilmu pengetahuan dapat dikembangkan secara terintegrasi sehingga saling menguntungkan dan kawasan sekitar monumen lebih terkendali; 3. Bangunan peninggalan sejarah dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata dan pendidikan, dengan didukung oleh adanya penataan kawasan dan pengendalian kegiatan di sekitarnya; 4. Pada wilayah yang sebagian besar merupakan fungsi perlindungan kawasan akan tetapi mempunyai potensi pengembangan untuk kegiatan lain, dapat tetap dikembangkan untuk kegiatan yang memberikan nilai ekonomi lebih, yakni dengan cara keterkaitan antar kegiatan, misalnya : pengembangan agrowisata, pengembangan wisata alam (eco tourism), pengembangan perkebunan dengan fungsi lindung; serta II - 13

14 5. Melalui pengembangan sistem perdesaan dan perkotaan serta infrastruktur yang memadai akan dapat mengurangi kawasan tertinggal. 6. Pengendalian ketat terhadap kawasan budidaya pada kawasan sempadan pantai untuk tetap menjaga fungsi lindung hutan mangrove dan ekosistem pantai Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kawasan Pesisir 1. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan ditinjau dari kondisi fisiknya sebagian besar merupakan kawasan dengan fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan di bawahnya, perlindungan setempat, perlindungan sempadan pantai, maupun cagar alam; 2. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan mempunyai potensi ekosistem khas yang sangat menunjang perikanan laut seperti : adanya Pelabuhan Perikanan Brondong dan Pelabuhan Brondong (Pelabuhan Rakyat Sedayulawas); 3. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan memiliki potensi pengembangan kegiatan ekonomi seperti : potensi obyek wisata, potensi perikanan tangkap dan perikanan tambak, potensi pelayaran. Potensi-potensi tersebut sebagian besar masih belum dikelola (kondisi alami); serta 4. Kawasan pesisir Brondong-Paciran juga mempunyai potensi untuk pengembangan pelabuhan skala nasional - internasional serta kawasan industri. 1. Potensi dan kekayaan pesisir/laut tersebut dikawatirkan akan mengalami kerusakan pantai akibat gelombang air laut yang cukup besar, penangkapan ikan dengan peledak yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, penebangan dan pembukaan areal tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya; 2. Kondisi kawasan lindung yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan sebagian beralih fungsi untuk kawasan budidaya seperti : permukiman penduduk, lahan pertanian kering dan perkebunan. Hal ini mengakibatkan timbulnya permasalahan baru seperti : rawan banjir, longsor, kekeringan pada wilayah perlindungan di bawahnya, dan juga berpengaruh terhadap kondisi wilayah pantai antara lain terjadinya sedimentasi; 3. Banyaknya kegiatan-kegiatan eksploitasi sumber daya yang tersedia di kawasan pesisir dan perairan Kabupaten Lamongan yang tidak ramah lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti : berkurangnya hasil tangkapan perikanan akibat penangkapan ikan dengan peledak yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, penebangan dan pembukaan areal tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya; 4. Kurangnya pengelolaan kawasan dan pemeliharaan sarana-prasarana yang ada misalnya : kondisi pantai dan lingkungan sekitarnya yang terlihat masih kotor dan kurang terurus, sarana-prasarana obyek wisata yang kurang berkembang dan sarana-prasarana perikanan yang kurang memadai. 1. Pemanfaatan kawasan lindung di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan untuk kegiatan lain dengan tidak merusak/mengganggu keseimbangan kelestarian lingkungan, yakni seperti : pengembangan kegiatan wisata alam, untuk kegiatan penelitian dan wisata pendidikan, sehingga selain memberikan manfaat ekonomi juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama di kawasan pesisir yang cenderung rentan terhadap perubahan di wilayah darat maupun perairan; 2. Peningkatan pemanfaatan potensi yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan khususnya perikanan tangkap secara ramah lingkungan akan mendorong keberlanjutan dalam jangka panjang; 3. Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan pengembangan kegiatan potensial (wisata dan pelabuhan) di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan ini dapat dioptimalkan apabila dikembangkan akses menuju kawasan maupun akses yang menghubungkan antar kawasan di wilayah pesisir; 4. Untuk pengembangan dan pengelolaannya diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat; 5. Perlu adanya peraturan daerah yang tegas yang mengatur tentang kelestarian ekosistem pantai; serta 6. Kawasan Paciran sangat potensial untuk pengembangan pelabuhan dan kawasan industri dalam skala besar. II - 14

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN Kawasan strategis merupakan kawasan potensial yang sangat penting dalam lingkup Kabupaten karena mempunyai pengaruh terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian fungsi wilayah

Lebih terperinci

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN A. Gambaran Wilayah A.1 Kondisi Geografis Secara geografis Wilayah Kabupaten Lamongan terletak anatara 6º 51 54 sampai dengan 7º23 6 lintang selatan dan antara 112º 4 41 sampai dengan 112º 33 12 bujur

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN Komoditi : Padi Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember No Panen Rerata 1 Sukorame 1.928 67,30 12.975 1.512 63,14

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta kebijakan terkait yang akan digunakan untuk menyusun kebijakan, strategi pengembangan

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 7.1. Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tata ruang yang telah disusun

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KLHS KABUPATEN TUBAN

KLHS KABUPATEN TUBAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 KLHS KABUPATEN TUBAN NO ISU STRATEGIS RTRW KAB. PENGARUH POSITIF NEGATIF

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80

Lebih terperinci

Kabupaten Lamongan Tahun

Kabupaten Lamongan Tahun BAB III ISU ISU STRATEGIS Keberadaan Sarana dan Prasarana Infrastruktur yang baik mutlak sangat diperlukan dalam pembangunan daerah, sehingga akses informasi dan komunikasi serta distribusi barang dan

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 KESESUAIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 3.1. TUJUAN PENATAAN RUANG Luas wilayah kabupaten yang merupakan kawasan pertanian seluas 44.361,6 ha ( 34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi), dan 47,15% penduduk merupakan petani, maka potensi terbesar Kabupaten

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL Bab ini dibahas tentang kondisi umum daerah penelitian, meliputi daerah asal (perdesaan) dan daerah tujuan. Aspek-aspek yang dibahas adalah:

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Kabupaten Lamongan merupakan kabupaten yang banyak memiliki potensi, khususnya sektor industri, perikanan, pertanian dan pariwisata, tetapi keberadaan potensi tersebut belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah diatur dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah RI

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan Berdasarkan gambaran kondisi umum daerah yang telah disajikan pada Bab sebelumnya, maka dapat diketahui beberapa permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci