PERAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MODERNISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MODERNISASI"

Transkripsi

1 PERAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MODERNISASI Irwanto Akom BSI Jakarta Jl. Kayu Jati V No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur irwanto.iwo@bsi.ac.id Abstract Modernization is a process of change in society and culture in all its aspects, from traditional society to a modern society. Modernization that is being waged in developing countries require mass communication media provide an analysis of the political processes and social objective, impartial and neutral and forward the construction of information. It is inevitable however small a mass media was able to move individuals into social elements to carry out the process of modernization. Surely the media as typical with multiplier capable of reaching remote areas with a high level of accuracy of the information. Keywords: mass communication, modernization Abstraksi Modernisasi merupakan proses perubahan masyarakat dan kebudayaan dalam seluruh aspeknya, dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Modernisasi yang sedang dilancarkan di negara-negara berkembang memerlukan media komunikasi massa yang memberikan analisis proses-proses politik dan sosial yang objektif, tidak memihak dan netral serta meneruskan informasi-informasi pembangunan. Tidak dapat dipungkiri betapapun kecilnya suatu media massa ternyata mampu menggerakkan individu yang menjadi elemen masyarakat untuk menjalankan proses modernisasi. Tentunya dengan kekuatan khas media sebagai pengganda ajaib yang mampu menjangkau daerah-daerah terpencil dengan tingkat keakuratan informasi yang tinggi. Kata kunci : komunikasi massa, modernisasi I. Pendahuluan Sadarkah kita bahwa proses modernisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ekonomi, politik serta transformasi budaya merupakan salah satu hasil dari encoding serta decoding pesan yang diorganisir? Bayangkan bila Guttenberg penemu mesin press (cetak) hanya menaruh blue print dan prototipe mesin cetaknya di rumah tanpa mesosialisasikannya, tentunya tidak akan pernah ada suratkabar. Tidak pernah terpikirkan oleh kita bila Thomas Alfa Edison tidak mengkomunikasikan hasil temuannya yang salah satunya berupa lampu pijar, pastinya suasana malam tidak akan seterang seperti sekarang. Bagaimana pula bila Graham Bell tidak menyampaikan (mengkomunikasikan) kepada orang lain mengenai pesawat telepon yang baru dibuatnya. Pastinya tugas tukang pos akan sebegitu berat karena telepon tidak pernah ada. Kehidupan sosial kita boleh jadi tidak akan pernah seperti sekarang. Begitu pula proses modernisasi dengan perspektif yang luas (Soekanto, 1990). 92 Pasti akan terus ditransformasikan pada khalayak dengan proses komunikasi yang simultan (dibaca komunikasi massa). Modernisasi menjadi mode setelah Perang Dunia II. Setiap negara saat itu berlomba-lomba untuk menjadi negara yang termodern dibanding dengan yang lain. Meskipun modern menurut penafsiran mereka masing-masing. Menurut Belling dan Totten (1980), modernisasi merupakan suatu jenis perubahan sosial sejak abad ke-18 yang terdiri dari kemajuan suatu masyarakat perintis di bidang ekonomi dan politik, serta perubahan-perubahan kemudian yang terjadi di masyarakat-masyarakat pengikut. Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi merupakan hal menarik untuk dibicarakan, karena masyarakat di dunia dewasa ini terkait dengan jaringan modernisasi. Menurut Soekanto (1990), secara historis modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada sistem-sistem sosial, ekonomi dan politik. Menurut para ahli dari Amerika Serikat (Soewarsono

2 1991), modernisasi lahir sebagai produk sejarah dengan tiga peristiwa penting didunia II. Pertama, munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, di era 1950-an negara ini mulai mengambil peran sebagai pengendali percaturan dunia. Kedua, hampir bersamaan dengan peristiwa pertama, terjadinya perluasan pemahaman dan gerakan komunis di belahan dunia dan yang terakhir manakala merdekanya negara-negara di Asia, Afrika dan amerika Latin dari cengkraman penjajah-penjajah Eropa. Saat masa sebelum Perang Dunia II para ilmuwan Amerika sangat sedikit sekali menaruh perhatian mengenai persoalan pembangunan di negara-negara dunia ketiga, namun hal ini berubah sebaliknya usai Perang Dunia II. Selain itu, sejak abad ke-12 suasana jurang perbedaan antara negara maju dengan negara berkembang jelas sekali perbedaannya. Tidak lain karena pesatnya industrialisasi di Inggris sementara demokratisasi di Prancis. Hal inilah yang menjadi hambatan dan tantangan bagi modernisasi Setelah Perang Dunia II, para ilmuwan terutama ilmuwan Amerika Serikat mulai merintis menjembatani jurang tersebut. Mereka menggunakan saluran komunikasi, yaitu media massa guna menjembataninya. Media massa di Amerika Serikat mulai menyebarkan informasi tentang kegiatan pembangunan yang dapat dijadikan pedoman bagi kemajuan negara-negara berkembang. Peranan media massa sebagai media komunikasi di negara-negara berkembang dioptimalkan. Dengan demikian komunikasi memegang peran utama dalam proses modernisasi. Tanpa komunikasi, dalam hal ini peran media massa, proses modernisasi sulit dicapai bahkan mungkin tidak dapat dicapai sama sekali sesuai dengan keinginan masyarakat dan rencana penyelenggara negara. Tulisan ini akan menguraikan teori modernisasi, syarat-syarat modernisasi, hambatan dan akibatnya serta peranan dan fungsi komunikasi massa dalam modernisasi tersebut. II. PEMBAHASAN 2.1.Teori Modernisasi Proses modernisasi mencakup proses sangat luas, namun secara umum modernisasi diartikan sebagai proses perubahan masyarakat dan kebudayaan dalam seluruh aspeknya, dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Menurut Soekanto (1990), modernisasi mencakup transformasi total kehidupan bersama yang tradisional maupun modern dalam arti tekhnologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri-ciri negara barat yang stabil. Karakteristik umum modernisasi menyangkut aspek sosial ekonomis dan psikologis masyarakat peluang-peluang ke arah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku yang terwujud pada aspek kehidupan modern.lebih jauh Soekanto (1990) mengemukakan, modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang terarah (direct change) yang didasarkan pada perencanan (planed change) yang biasa dinamakan social planning. Sudah sejak lama para ahli berpikir mencoba merumuskan modernisasi dalam suatu bentuk teori. Dalam usahanya tersebut perspektif modernisasi dalam negara-negara berkembang banyak menyerap warisan pemikiran teori evolusi dan fungsional. Karena modernisasi menyangkut metamorforsis secara evolusi serta yang tidak kalah pentingnya kegunaan dari hasil proses evolusi tadi. Berbekal pada warisan pemikiran tersebut, maka perlu disimak pemikir-pemikir klasik teori modernisasi dalam membahas persoalan pembangunan di negara-negara sedang berkembang melalui tiga hal penting, yaitu : sosiologi, ekonomi dan politik Tinjauan Sosiologi Sebagai makhluk yang selalu berinteraksi dengan manusia lain, tentunya proses modernisasi tidak terlepas dari aspek yang satu ini. Hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antar individu yang ada pada struktur sosial masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya menjadi menjadi sorotan utama pada tinjauan ini. Salah satu ahlinya ialah Smelser. Dengan latar belakang sosiolog yang dimilikinya, ia melihat modernisasi lebih pada diferensiasi struktural (Soewarsono, 1991). Ia beranggapan struktur yang ada pada masyarakat tidak mampu menjalankan fungsinya sekaligus dalam proses modernisasi. Untuk itu dibutuhkan substruktur guna menjalankan fungsi lebih khusus. Sehingga dalam masyarakat modern akan jauh lebih produktif dibanding dengan masyrakat tradisional. Sebagai gambaran klasik diferensiasi struktural, contoh yang paling mudah dipahami adalah keluarga. Pada masa lalu lembaga keluarga memiliki struktur tidak teratur dan rumit. Dalam satu keluarga terdiri dari berbagai generasi dan biasanya jumlahnya banyak. Lembaga keluarga ini mempunyai tanggung jawab yang sangat luas, bahkan diluar kemampuannya. Keluarga tidak hanya bertanggung jawab masalah kekeluargaan. sehingga dipahami masuk pada tatanan masalah keturunan dan ekonomi saja. 93

3 Namun lebih luas dari itu, termasuk diantaranya pendidikan formal dan pekerjaan. Sementara pada masyarakat modern lembaga keluarga mengalami diferensiasi struktural. Keluarga hanya memiliki struktur yang anggotanya hanya keluarga inti saja (nuclear familiy). Dalam keluarga modern tidak lagi mengalami fungsi seperti yang dijalankan keluarga tradisional. Berbagai lembaga telah menyerap tenaga-tenaga kerja yang tadinya ditanggung oleh keluarga. Institusi-institusi pendidikan menyediakan jasa pengajaran yang dalam keluarga tradisional masih dipegang oleh orang tua dalam hal pendidikan formal. Masih menurut pendekatan ini, pada alam modernisasi pemerintah bertanggung jawab melaksanakan tugas tertentu, yang pastinya akan lebih masyarakat tradisional. Namun perlu diperhatikan, meningkatnya kapasitas kelembagaan oleh diferensiasi struktural akan menimbulkan masalah integrasi dan pengkoordinasian dari lembaga yang telah ter sub-struktur itu. Peran lembaga penghubung untuk menjembatani sekaligus mengkoordinir kegiatan masyarakat yang telah terdeferensiasi tadi. 2.3.Tinjauan Ekonomi Dalam karya klasiknya yang dikenal dengan The Stages of Economic Growth, ekonom Rostow merumuskan pemikiran pokoknya. Ia menetapkan lima struktur tingkatan tradisional, yaitu : a. Tingkat tradisional. b. Syarat untuk tinggal landas. c. Tinggal landas. d. Dorongam menuju kematangan. e. Tingkat konsumsi massal. Di antara tingkatan-tingkatan itu, Rostow beranggapan tinggal landas merupakan tahapan yang dianggap kritis, sebab pada tingkat itulah tahapan terpenting pembangunan ekonomi, tentunya pergeseran dari tradisional ke modernisasi sudah di mulai pada tingkatan ini. Lebih jauh ia menjabarkan, jika suatu negara ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang otonom dan kontinuitas, maka negara itu harus memiliki secara angka maka negara yang dimaksud harus mampu mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10 % dari pendapatan nasionalnya. Jika tidak pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai tidak akan mampu mengimbangi pertambahan penduduk. Menurut Coleman, modernisasi politik merujuk pada diferensiasi struktur politik (Soewarsono, 1991). Ia menggunakan pendekatan yang sama seperti Smelser saat menjabarkan teorinya mengenai modernisasi pada sosiologis. Coleman juga menuangkan idenya tentang sekulerisasi budaya politik yang mengarah pada etos keadilan. Hal ini bertujuan untuk menguatkan pada kapasitas sistem politik. Lebih lanjut dikatakannya modernisasi politik diukur dengan seberapa jauh kapasitas sistem politik berkembang untuk mampu menghadapi dan mengatasi krisis-krisis dalam proses perkembangan negara yang bersangkutan. Dari ketiga pendekatan tersebut kita sudah bisa mengkonkritkan apa yang dimaksud dengan modernisasi itu. Dua hal yang bisa kita cermati mengenai ketiga pendekatan tersebut. Pertama, konsep teori evolusi bermetafora dan membuat turunan. Hasilnya menjadi satu perangkat teori modernisasi. Pada dasarnya teori evolusi ini menjelaskan bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah, linear,progresif dan secara gradual membawa masyarakat berubah dari tahapan primitif ketahapan lebih maju. Selain itu juga membuat berbagai masyarakat memiliki bentuk dan struktur serupa. Dari hal-hal ini maka, modernisasi dibangun dengan ciri-ciri pokok : Modernisasi merupakan proses bertahap. Hal ini dapat dilihat dari teori Rostow yang membedakan berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang dilalui masyarakat. Diawali dari masyarakat yang primitif dan sederhana menuju ke tatanan yang maju dan semakin kompleks. Melalui modernisasi juga akan terbentuk masyarakat dengan tendensi dan struktur yang sama. Jadi dengan kata lain modernisasi dapat disebut dengan istilah homogenisasi. Modernisasi tidak pernah bergerak mundur (never step back). Artinya bila terjadi kontak antara negara berkembang dengan negara-negara barat, maka dengan sendirinya negara tersebut tidak akan mampu menolak untuk melakukan upaya modernisa- Modernisasi merupakan perubahan progresif. Sebagai gambaran, menurut Coleman sistem politik modernisasi memiliki kapasitas lebih besar dan lebih dibanding dengan sistem politik tradisional. Modernisasi memerlukan proses waktu yang tidak sebentar. Prosesnya lebih pada evolusioner bukan revolusioner. Kedua, modernisasi berasal dari teori fungsionalisme. Teori ini memberikan tekanan pada beberapa hal, seperti keterkaitan dan ketergantungan. 94

4 lembaga sosial, pentingnya, variabel kebakuan dan pengukur dalam sistem budaya serta adanya kepastian keseimbangan dinamis dan perubahan sosial. Dari fungsinalisme ini, modernisasi ternyata mengandung beberapa asumsi yang diantaranya : Proses ke arah modernisasi adalah hal yang sistematik. Perubahan ke arah modernisasi mau tidak mau akan mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku sosial di masyarakat. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Artinya bila proses modernisasi sedang berlangsung, apapun yang dikatakan sebagai tradisional tidak memiliki peran berarti lagi. Bahkan dalam banyak hal sudah tidak berguna sama sekali. Sebab itulah pandangan atau prinsip tradisional harus ditransformasikan. Oleh sebab modernisasi sistematik dan transformatik maka proses modernisasi melibatkan perubahan sosial terus menerus dalam sistem sosial. Proses modernisasi yang berlangsung di Indonesia menganut asumsi-asumsi tersebut. Modernisasi berlangsung secara sistematik sebagai proses tranforsmatik dan berlangsung secara simultan. Menurut Rostow (dalam Jahi,1988), evolusi perkembangan ekonomi dianalogikan sebagai pesawat udara yang akan terbang. Pada suatu fase tertentu, pembangunan akan melalui proses tinggal landas (take off). Bagi Indonesia sendiri, upaya pembangunan untuk mengarah pada modernisasi pemerintah orde baru pernah menggunakan konsep pembangunan jangka panjang (kurun 25 tahunan) dan pembangunan jangka pendek (lima tahunan) yang dikenal dengan istilah PELITA Syarat Modernisasi Menurut Soekanto (1990), terjadinya proses perubahan masyarakat dari tradisional ke modern diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni: cara berpikir Ilmiah ( ) yaitu membutuhkan suatu sistem pendidikan dan pengajaran terencana yang baik. Selanjutnya, sistem adaministrasi negara yang baik. Dengan adanya sistem ini diharapkan birokrasi yang berbelit-belit dapat dieleminasi. Lalu sistem pengumpulan data yang baik dan teratur. Semua data terpusat pada suatu lembaga tertentu. Untuk mewujudkan hal ini tentunya memerlukan analisa yang baik dan menciptakan iklim yang kondusif di masyarakat guna mendukung dan berpartisipasi pada proses modernisasi. Dalam hal ini pastinya tidak lain komunikasi massa yang berperan aktif sebagai fasilitatornya. Bahkan mungkin sebagai konseptor ide-ide pengemasan pesan pembangunan. Syarat selanjutnya tingkat organisasi yang tinggi. Disatu pihak pasti membutuhkan kedisiplinan serta etos kerja sementara di pihak lain otomatis mengurangi kemerdekaan. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. Jika hal ini tidak di- lakukan perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin merubah perencanaan tersebut untuk kepentingan golongannya saja. Jika kita tinjau negara Indonesia ini, syaratsyarat proses modernisasi tersebut telah dipenuhi jadi idealnya proses menuju modernisasi berjalan dengan lancar. Namun terlalu banyak faktor X yang masih terjadi diantaranya mental korupsi, intervensi hukum oleh invisible hand serta terlalu cepat puas dengan apa yang telah dicapai Hambatan Modernisasi Salah satu faktor psikologis penting bagi modernisasi (Laurer 1989) adalah komitmen masyarakat itu sendiri untuk menjadi modern. Diantaranya : Kebiasaan masyarakat tradisional yang sulit untuk diubah. Perubahan dianggap barang aneh. Bahkan harus dilawan. Hal ini terjadi pada penolakan ilmuilmu baru, konsep serta ide-ide yang akan mengubah kehidupan mereka ke arah yang lebih baik. Mereka cenderung statis. Karena ada anggapan perubahan belum tentu bisa menjamin kehidupan mereka akan lebih baik. Dalam modernisasi ritme orang bekerja sangat tinggi sekali. Tekanan psikologis begitu besar menerpa mereka yang menjalankan tugasnya. Akan tetapi ada sebagian besar orang yang tidak mau bersusah payah untuk menerima tekanan psikis demi kemajuan dirinya sendiri. Modernisasi identik dengan negara-negara barat yang cendrung individualistis. Anggapan tersebut tidak mutlak benar karena jika ingin maju bersama meraih kesuksesan dalam menuju modernisasi para pemimpin harus menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bersama tadi. Jadi rasa saling membantu harus tetap ada dalam modernisasi Akibat Modernisasi Suatu proses atau tindakan pastinya akan membawa akibat, begitu juga dengan proses modernisasi. Akibat modernisasi bisa dipahami sebagai perubahan yang menyertai saat atau setelah terjadinya proses modernisasi. Menurut Laurer (1989), mengajukan pendapatnya bahwa modernisasi mengakibatkan perubahan yang meliputi enam bidang besar yang mencakup : de- 95

5 sistem keluarga, nilai dan sikap serta kepribadian. upaya modernisasi yaitu pertumbuhan penduduk, tingkat kematian menurun dan urbanisasi. b. Menurut Tumim (dalam Laurer 1989), pe- - di manakala masyarakat bergerak menuju industrialisasi. Perubahan itu berupa : Pemberian status seseorang cenderung pada prestasi bukan lagi pada asal-usul atau keturunan. 3. Mengukur pelaksanaan pekerjaan dari orang yang terlibat produksi menjadi perhatian utama. 4. Peranan pekerjan mulai bergeser dari kegiatan yang memberikan kepuasan yang hakiki menuju ke alat untuk meningkatkan kebutuhan dan kesejahteraan. 5. Kompensasi hasil kerja (ganjaran) yang didistribusikan semakin meningkat dan didistribusikannya atas dasar yang adil sesuai dengan pekerjaan dan keahliannya. 6. Pergeseran yang terjadi pada peluang hidup di berbagai strata sosial. Dalam hal ini persaingan hidup semakin ketat. 7. Pergeseran pada distribusi kekuasaan. Selain itu gengsi sosial akan turut mengalami mengalami pergeseran. Hal-hal yang tadinya bisa dijadikan sesuatu yang patut mendapat penghargaan pada masyarakat tradisional bisa menjadi hal biasa pada alam modern. 8. Modernisasi juga dapat menimbulkan perubahan pada pemerintahan. Kepentingan dan loyalitas kedaerahan pada taraf tertentu digantikan oleh kepentingan dan loyalitas nasional. 9. Aspek pendidikan juga turut berubah secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif terjadi pertambahan organisasi pendidikan yang menonjol dan peningkatan pendaftaran di sekolah-sekolah. Sementara dari segi kualitatif dunia pendidikan sudah semakin terspesialisasi terkait dalam masyarakat. Peristiwa ini tentunya akan memodernisasi seseorang. Sehingga diperlukan sistem pendidikan formal untuk menyiapkan orang yang akan memegang jabatan tertentu. 10. Pemindahan sebagian besar fungsi keluarga kepada unit sosial lain seperti sekolah, pemerintahan, badan usaha. Perubahan kehidupan keluarga. 11. Perubahan nilai sikap dan kepribadian sebagaian besar terhimpun dalam konsep manuhsia modern. kan kebijaksanaan pembangunan yang perlu dijadikan petunjuk pelaksanaan bagi negara berkembang atau negara dunia ketiga dalam usaha memodernisasi dirinya. Petunjuk tersebut : a. Teori modernisasi mampu memberikan secara implisit pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisonal dan modern. Eropa Barat dan Amerika Serikat dianggap sebagai negara-negara maju yang modern. Sementara negara dunia ketiga masih dikatakan sebagai negara tradisional, sehingga perlu dilihat negara Eropa Barat dan Amerika Serikat sebagai model dan panutan. b. Ideologi komunis dinilai oleh toeri ini sebagai ancaman pembangunan negara-negra dunia ketiga, apabila negara yang bersangkutan akan melakukan modernisasi. Demi mencapai tujuan ini teori modernisasi menyarankan agar negara dunia ketiga melakukan pembangunan ekonomi, mengganti nilai-nilai tradisional serta melembagakan demokrasi politik. c. Teori modernissi memberikan legitimasi perlunya bantuan asing khususnya dari negara-negara Amerika Serikat dan Eropa Barat. Seperti kebutuhan akan tenaga ahli. Bila dikaitkan dengan keadaaan di Indonesia maka, penjelasan mengenai modernisasi di atas sesuai dengan realitas kondisi di Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara lain yang sedang berkembang. Masyarakat Indonesia secara permisif menerima tata cara hidup negaranegara barat yang dianggap lebih dulu modern. Masyarakat Indonesia melihat kemampuan emsituasi orang lain (negara yang dianggap modern) serta tingkat penggunaan media massa yang tinggi, sebagai karakteristik individu modern. Terkait dengan ideologi negara, Indonesia yang menganut demokrasi pancasila tidak menerima adanya paham komunis untuk berkembang. Pastinya proses modernisasi di Indonesia berjalan dengan melaksanakan pembangunan ekonomi yang berazaskan ideologi demokrasi Pancasila, termasuk sistem politik Komunikasi dalam Perspektif Modernisasi Modernisasi yang sedang dilancarkan di negara-negara berkembang memerlukan media komunikasi massa yang memberikan analisis proses-proses politik dan sosial yang objektif, tidak memihak dan netral. Pendapat ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pembangunan merupakan upaya-upaya guna

6 mengindustrialisasikan dan sekaligus memodernisasikan masyarakat. Menurut Schramm dalam (Kusumaningrat 2005) Sebuah negara berkembang tidak dapat memilih sisi tekno mekanis kultur barat dan bersamaan dengan itu berharap untuk tetap mempertahankan tradisi dan institusi-institusi kulturalnya sendiri). Bersamaan dengan alih teknologi komunikasi, sebenarnya terdapat keharusan adanya pengalihan model-model profesional barat. Dalam hal ini para pekerja profesional media komunikasi massa (surat kabar, stasiun tv, radio dan production house) seperti bekerja dalam suatu institusi yang sedang mengalami modernisasi. Tugas mereka adalah menulari individu-individu tradisional dengan virus modernisasi (Kusumaningrat, 2005) dan dengan begitu mencapai modernisasi masyarakat secara keseluruhan. Dengan menciptakan personalitas-personalitas modern, suatu modernisasi masyarakat pun dilancarkan. Jadi media komunikasi massa diberi peran aktif dalam mencapai tujuan-tujuan kebijakan pembangunan untuk menjalankan proses modernisasi. Dengan cara merangsang masyarakat untuk mencapai fase standar hidup yang lebih tinggi. Norma-norma yang berlaku untuk masyarakat modern disebarluaskan oleh media massa dalam kampanye-kampanye ideologis. Teori-teori modernisasi, yang dikaitkan dengan paham barat tentang kebebasan mengungkapkan pendapat atau kreativitas melalui media komunikasi massa, dapat diambil sebagai landasan teoritis. Namun perlu diingat, bahwa para ahli teori modernisasi telah memperingatkan sejak pertengahan era 1960-an (Kusumaningrat, 2005). Mengenai komunikasi massa tidak boleh membangkitkan keinginan-keinginan yang berlebihan dari masyarakat atau tidak boleh menawarkan pola-pola perilaku yang konsumeristik. Penyebaran informasi harus benar-benar tepat bagi proses modernisasi. Jangan sampai nantinya modernisasi semu saja yang bisa diadopsi oleh masyarakat dari media masa. Sebab media massa seperti pisau bermata dua, akan selalu ada pesan yang diterima dalam bentuk positif maupun negatif. Selain hal positif disisi lain ia juga menyebarkan pesan-pesan konsumerisme dan budaya-budaya asing yang sebenarnya bukan modern, namun salah kaprah penerimaannya oleh khalayak. Modernisasi bukanlah perubahan berpakaian model pola berpakaian, yang tadinya tradisonal seperti menggunakan kebaya saat ini sudah berubah. Para insan muda lebih suka menggunakan hipster dan tank top. Modernisasi bukanlah makan junk food dan meninggalkan masakan nusantara. Modernisasi bukanlah asik mengeksploitasi gaya hidup bebas dari pada megang nilai- nilai adat ketimuran yang lebih bermoral. dikaitkan dengan motivasi media massa dalam menggerakkan masyarakat agar berperan aktif dalam pembangunan. Ahli-ahli komunikasi pada era tahun an begitu besar menaruh perhatian pada potensi media komunikasi massa untuk menimbulkan pembangunan sosial ekonomi di daerah pedesaan. Dengan kemampuannya, menyebar pesan pembangunan kepada masyarakat dengan cepat di daerah-daerah terpisah dan terpencil dengan keakuratan yang cukup tinggi. Maka media komunikasi massa disebut sebgai pengganda ajaib oleh Rogers (Jadi 1988). Lebih lanjut Rogers mengungkapkan, bahwa pada Era 60-an keterdedahan media komunikasi massa dianggap perlu bagi khalayak di negara dunia ketiga. Sebab menjadi faktor kunci bagi modernisasi individu dan pembangunan nasional. Dalam kaitan ini ia berpendapat, media komunikasi massa dapat menyediakan informasi pada khalayak dan memotivasi mereka agar mengadopsi inovasi pertanian, kesehatan, keluarga berencana, melanjutkan sekolah anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi, dan lebih mengetahui mengenai berita nasioanal dan internasioanal. Selain Rogers, Lerner (dalam Frey 1978) juga mengemukakan kaitan komunikasi dengan modernisasi. Ia menyatakan bahwa terdapat hubungan antara urbanisasi yang merupakan bagian modernisasi dengan literasi, keterdedahan media massa dan partisipasi. Ahli lain yang memperkuat keterkaitan komunikasi dengan modernisasi ialah Stephens dalam Media Exposure and Modernization among the Applachian Poor (1972). Dipenelitian itu ia menyimpulkan proses modernisasi sangat membutuhkan peran komunikasi. Inkeles dan Smith ( Rogers 1989) dalam penelitiannya yang dilakukan di enam negara menyimpulkan, untuk menjadikan warga mayarakat yang modern diperlukan sosialisasi. Cara komunikasi yang penting dalam hal ini tidak lain melalui komunikasi massa, pendidikan massa dan industrialisasi. III. PENUTUP Modernisasi merupakan suatu proses yang berjalan sistematik, transformatik dan simultan. Ketiga proses ini bisa berlangsung bersamaan dalam realisasinya dikehidupan nyata. Supaya tetap berlangsung, modernisasi juga membutuhkan persyaratan tertentu, diantaranya berpikir ilmiah, sistem administrasi yang baik, database yang teratur, kondisi iklim usaha yang baik bagi perkembangan investasi. 97

7 Adanya modernissasi mengakibatkan perubahan yang - tahan, pendidikan, kehidupan keluarga serta perubahan nilai sikap dan kepribadian. Satu hal yang memegang peran begitu penting dalam modernisasi yaitu komunikasi massa. Dengan ciri khasnya yaitu mampu menyampaikan pesan akurat dalam tempo yang relatif singkat ke seluruh penjuru tempat. Maka tidak dapat dipungkiri virus moderenisasi mampu ditularkan oleh media ini. Dengan keanekaragaman model pesan yang mampu dikemasnya bisa jadi khalayak tidak mampu me-ngontrol dirinya lagi, apakah ia terjangkit virus modernisasi yang sesungguhnya atau hanya modernisasi semu saja. Perlu dipahami setiap pesan dalam media massa akan diterima khalayak dalam bentuk nilai positif dan negatif. Demikianlah peran media masa dalam modernisasi DAFTAR PUSTAKA Belling, Wilard A. dan Toten George O, 1980, Masalah Model dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Penyunting Bur Rasuanto, Jakarta, Rajawali. Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat Purnama, 2005, Jurnalistik Teori & Praktik, Bandung, Rosda. Jahi, Amri (Pen), Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara dunia Ketiga, 1988, Jakarta, Gramedia. Laurer, R, Perspektif Tentang Perubahan Sosial Edisi II, 1989, Jakarta, Bina Aksara. Rogers Everet (Pen), Komunikasi dan Pembangunan : Perspektif Kritis, 1989, Jakarta, LP3ES. Sorjono, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, 1990, Jakarta, Rajawali Pers. Soewarsono, 1991, Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta, LP3ES. 98

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Pertemuan ke-9 (01) Sejarah Lahirnya Teori Modernisasi lahir sebagai produk sejarah 3 peristiwa penting setelah masa perang dunia II, yaitu:

Lebih terperinci

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial BAB II KERANGKA TEORI II.1. Teori Modernisasi Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir,

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Pengantar o Manusia adalah mahluk dinamis yang setiap saat selalu mengalami perubahan o Perubahan nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku,

Lebih terperinci

Teori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan.

Teori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan. Semua Ilmu akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian tanpa teori. Teori merupakan alat bantu utama. Teori mempertajam proses berpikir, menggelar kerangka analisa, membantu merumuskan hipotesa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat merupakan sistem

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FELIX PRASTYO NIM : 11.12.6219 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Perubahan Sosial

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. Pertemuan 8 MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Komunikasi dan Perubahan Sosial DESKRIPSI Pokok bahasan komunikasi dan perubahan sosial menjelaskan mengenai pengertian

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Pertemuan ke-10 (02) Berdasarkan keragka teori dan metode pengkajiannya, teori modernisasi mampu menurunkan berbagai impliaksi kembijakan pembangunan

Lebih terperinci

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan Perubahan social Menurut Gillin dan Gillin perubahan social adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena peeubahan-perubahan kondisi geografis, kebuadayaan

Lebih terperinci

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara

Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan Masyarakat informasi ditandai

Lebih terperinci

Mekanisme Perubahan Sosial.

Mekanisme Perubahan Sosial. Mekanisme Perubahan Sosial Model tradisional Pandangan terhadap perubahan? Lebih menginginkan status quo Upaya untuk menjaganya 2 cara: Mengurangi tantangan dan menyerapnya ke dalam sistem Membuangnya

Lebih terperinci

TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KE-3 DALAM TEORI MODERNISASI SUB TEORI HARROD-DOMAR

TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KE-3 DALAM TEORI MODERNISASI SUB TEORI HARROD-DOMAR TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KE-3 DALAM TEORI MODERNISASI SUB TEORI HARROD-DOMAR (TABUNGAN DAN INVESTASI) Oleh : Teguh Imam Rahayu*) Abstraksi Dewasa ini hampir semua negara di dunia tengah bekerja keras untuk

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Teori Pembangunan Ekonomi Macam-Macam Teori Pembangunan Ekonomi Teori Pembangunan Ekonomi (Keynesian) Teori Pembangunan Ekonomi (Rostow) Tahapan - Tahapan Pembangunan Ekonomi Oleh: Hendry Wijaya, SE.,

Lebih terperinci

Konsep Perubahan Sosial

Konsep Perubahan Sosial Konsep Perubahan Sosial TUGAS Baca buku WTO Ambil satu topik yang menarik tentang perubahan sosial dan diulas (WILBERT MOORE) TRANSFORMASI TOTAL MASYARAKAT TRADISIONAL ATAU PRA-MODERN KE TIPE MASYARAKAT

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Talk Show dan Kompetisi Debat UNTIRTA 2010 Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2

Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Komunikasi Pembangunan Dalam Arti Luas dan Terbatas Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan

Lebih terperinci

Kegagalan Modernisasi Pembangunan di Indonesia (Sebuah Prespektif) Sofjan Alizar Sam 1 Abstrak

Kegagalan Modernisasi Pembangunan di Indonesia (Sebuah Prespektif) Sofjan Alizar Sam 1 Abstrak Kegagalan Modernisasi Pembangunan di Indonesia (Sebuah Prespektif) Sofjan Alizar Sam 1 Sofjan_alizar@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI MASSA

TEORI KOMUNIKASI MASSA BAB 6 Modul 9 TEORI KOMUNIKASI MASSA Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan model dasar komunikasi massa, menjelaskan teori dan model tentang pengaruh komunikasi massa terhadap

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa bukanlah ranah yang netral di mana berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan seimbang. Media menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menuju masyarakat industri, sangatlah banyak lahan pertanian yang akhirnya berubah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menuju masyarakat industri, sangatlah banyak lahan pertanian yang akhirnya berubah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modernisasi Sebagaimana telah disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang terdiri dari lahan pertanian yang luas, baik organik maupun non organik sehingga banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan

Lebih terperinci

SEJARAH KOMUNIKASI MASSA

SEJARAH KOMUNIKASI MASSA Pengajar : Nuria Astagini SEJARAH KOMUNIKASI MASSA SESI-3 KOMUNIKASI MASSA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2014 Era Komunikasi Lisan Informasi dan Ilmu pengetahuan disebar luaskan melalui ucapan lisan oleh

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM.

IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM. IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM. Introduction Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi. Artikel Walt Whitman Rostow yang dimuat dalam

Lebih terperinci

Administrasi bagi Pembangunan: Pembangunan di Berbagai Bidang

Administrasi bagi Pembangunan: Pembangunan di Berbagai Bidang Administrasi bagi Pembangunan: Pembangunan di Berbagai Bidang Pembangunan nasional bersifat multifaset dan multidimensional Pembangunan setidaknya terdiri dari beberapa bidang, yaitu politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering

Lebih terperinci

Hakikat Sosialisasi Politik

Hakikat Sosialisasi Politik Perilaku dan Sikap Politik SOSIALISASI POLITIK 1. Alexis S. Tan dalam Mass Communication; Theories and Research, mengatakan sosialisasi politik merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 08 Komunikasi dan Perubahan Sosial Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Studi PUBLIK RELATIONS http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Perubahan Sosial Gillin

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke-

BAB VII KESIMPULAN. Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke- BAB VII KESIMPULAN Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke- 21, ketika usaha batik nasional berada dalam kondisi fluktuatif dan di daerah lain mengalami kemunduran, usaha batik di

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI A. MASALAH-MASALAH KEPEMUDAAN Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami

Lebih terperinci

Kontribusi Komunikasi pada Teori Pembangunan

Kontribusi Komunikasi pada Teori Pembangunan Kontribusi Komunikasi pada Teori Pembangunan Andy Corry Wardhani ABSTRAK Kontribusi komunikasi pada teori penyadaran telah melahirkan model komunikasi interaktif yang berpedoman pada konsep pembangunan

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena. dengan adanya pendidikan manusia dapat belajar memahami dan mengerti segala

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena. dengan adanya pendidikan manusia dapat belajar memahami dan mengerti segala BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan manusia dapat belajar memahami dan mengerti segala sesuatu yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI Ponirah ABSTRAK Implementasi pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com Dalam sebuah ayat Allah SWT Menegaskan, bahwasannya: Artinya: (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Menurut Veithzal Rivai (2011:839), motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk BAB VI KESIMPULAN Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk pedesaan merupakan prioritas utama pemerintah yang dijalankan melalui berbagai cara. Perekonomian Indonesia yang sangat

Lebih terperinci

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Modul ke: Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. Pertemuan 13 & 14 MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Komunikasi dan Pembangunan DESKRIPSI Pokok bahasan sosialisasi dan media massa membahas mengenai barometer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION Modul ke: Sosiologi Komunikasi Aktivitas Komunikasi Massa Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Komunikasi Massa Sebagai Aktivitas Sosial

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori pembangunan ekonomi versi Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapat kritikan dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan

Lebih terperinci

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang By Dewi Triwahyuni Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan negara2 maju/industri sebagai model pembangunan, sebaliknya teori dependensia

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW A. TEORI ROSTOW Teori pembangunan ekonomi Rostow pada mulanya dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956), kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic

Lebih terperinci

TEORI MODERNISASI. Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang. By Dewi Triwahyuni

TEORI MODERNISASI. Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang. By Dewi Triwahyuni TEORI MODERNISASI Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang By Dewi Triwahyuni SEJARAH LAHIRNYA Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan dominan dunia pasca PD II. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya.

Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya. Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya B A G A N -Pengertian -Bentuk perubahan -Ciri, syarat dan sikap Mental manusia modern -Gejala modernisasi -Pengertian -Teori globalisasi -Proses globalisasi -Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab tantangan tersebut, maka tantangan yang muncul merupakan. ancaman serius yang harus diupayakan metode penyelesainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menjawab tantangan tersebut, maka tantangan yang muncul merupakan. ancaman serius yang harus diupayakan metode penyelesainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini persaingan di segala bidang semakin ketat, karena era globalisasi merupakan masa yang penuh dengan tantangan, sehingga untuk dapat mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang

Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang Apakah kalian bagian dari perubahan??? Apa yg dimaksud perubahan? Perbandingan masa lalu - masa sekarang Masy statis, tidak maju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU PANCASILA Modul ke: Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pancasila dalam Kajian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi masa depan yang harus dikembangkan secara optimal. Tanpa adanya stimulus yang tepat dari orang tua, potensi yang dibawa anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada masa awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media komunikasi antar penduduk dunia juga semakin mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media komunikasi antar penduduk dunia juga semakin mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan transformasi sistem informasi yang semakin canggih, sehingga media komunikasi antar penduduk dunia juga semakin mengikuti perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG MASYARAKAT (DESA), Bahan Kuliah Ravik Karsidi (2007)

PEMAHAMAN TENTANG MASYARAKAT (DESA), Bahan Kuliah Ravik Karsidi (2007) PEMAHAMAN TENTANG MASYARAKAT (DESA) Bahan Kuliah: Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat RAVIK KARSIDI (2007) 1 1 4 2 3 B A C THE WHOLE (A) ADALAH BATASAN- BATASAN ABSTRAK DAN ARBITRER YANG MELINGKUPI SEBUAH

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

Kuliah 6. Paradigma Pentahapan. 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1

Kuliah 6. Paradigma Pentahapan. 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1 Kuliah 6 Paradigma Pentahapan 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1 Paradigma Pentahapan Dipopulerkan oleh W.W. Rostow dalam bukunya The Stages Economic Growth. Merupakan pandangan seorang economic historian ttg

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi

Lebih terperinci