BAB II LANDASAN TEORI. adanya pajak maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. adanya pajak maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan unsur yang sangat penting bagi negara, dengan adanya pajak maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari pajaklah kegiatan pemerintahan dibiayai. Melihat betapa pentingnya pajak bagi pembangunan, banyak ahli berusaha memberikan definisi yang berbeda, meskipun begitu, unsur unsur yang terkandung dalam definisi tersebut hampir sama. Definisi Pajak menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro: pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 2. Menurut P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dijelaskan bahwa: 7

2 pajak ialah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi langsung kembali, yang langsung dapat ditumjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Dengan beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat disimpulkan ciri ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut: 1) Pajak dipungut berdasarakan undang undang serta aturan pelaksanaanya. 2) Sifatnya dapat dipaksakan, hal ini berarti apabila utang pajak tidak dibayar, maka utang tersebut dapat ditagih dengan kekerasan, seperti surat teguran, surat paksa, surat sita, dan sandra. 3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah. 4) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. pemungutan pajak tidak boleh dilakukan pihak swasta yang orientasinya adalah keuntungan. 5) Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum pemerintah. II.1.2 Fungsi Pajak Menurut Erly Suandy (2000) pajak memiliki dua macam fungsi, dua macam fungsi itu adalah: 1) Fungsi penerimaan (budgetair) Pajak berfungsi sebagai sunber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 8

3 2) Fungsi mengatur (regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social, ekonomi, maupun bidang politik dengan tujuan tertentu. II.1.3 Syarat Pemungutan Pajak Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) Adil dalam mengenakan pajak secara umum dan merata sesuai dengan kemampuan masing masing dan adil dalam pemberian hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding. 2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) Pelaksanaan pemungutan pajak di suatu negara atau daerah berdasarkan undang undang. 3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis) Yaitu pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan jangan mengganggu kehidupan ekonomis dari si wajib pajak. selain itu, pemungutan pajak tidak boleh mengganggu atau menghalangi kelancaran produksi maupun perdagangan/ perindustrian. 4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial) Sesuai dengan fungsi penerimaan (budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan, sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5) System pemungutan harus sederhana. Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan warga masyarakat untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus 9

4 diterapkan system pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit. Karena hal ini akan membantu masyarakat dalam membayar pajak. II.1.4 Pengelompokkan Pajak Pajak dikelompokkan berdasarkan golongan, sifat dan lembaga yang berwenang melakukan pungutan, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut sifatnya a. Pajak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi bebabn langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan. b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: pajak pertambahan lain. 2. Menurut sasaran/objeknya a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. contoh: pajak penghasilan. b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa harus memperhatikan keadaan diri wajib pajak. contoh: pajak pertambahan nilai. 3. Menurut pemungutannya a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. 10

5 II.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak Beberapa tata cara pemungutan pajak menurut Gunadi. Dkk (2001): 1) Stelsel pajak a. Stelsel nyata (Riil stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, karena pemungutan pajak dilakukan setelah tutup buku. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui), padahal pemerintah membutuhkan penerimaan pajak ini untuk membiayai pengeluaran sepanjang tahun tidak pada akhir tahun saja. b. Stelsel fiktif (fictive stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya, karena pemungutan pajak dilakukan berdasarkan suatu anggapan bukan penghasilan yang sesungguhnya. c. Stelsel campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan 11

6 yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta kembali. Kelebihannya adalah pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun pajak, dan besarnya pajak yang dipungut sesuai dengan besarnya pajak sesungguhnya terutang karena dilakukan perhitungan kembali pada akhir tahun pajak setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kelemahannya adalah adanya tambahan pekerjaan administrasi karena perhitungan pajak dilakukan dua kali, yaitu pada awal tahun pajak dan akhir tahun pajak. 2) System pemungutan pajak: a. Official assessment system Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri cirinya adalah: Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang pada fiskus. Wajib pajak bersifat pasif. Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak (SKP) oleh fiskus. b. Self assessment system Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri cirinya adalah: Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang pada wajib pajak sendiri. 12

7 Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, melaporkan sendiri pajak yang terhutang Fiskus bertugas mengawasi. c. Withholding system Adalah suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang oleh wajib pajak. 3) Yurisdiksi pemungutan pajak Dalam memungut pajak, negara mempunyai batas kewenangan yang didasarkan atas tempat tinggal, kewarganegaraan atau sumber penghasilan sehingga pemungutan pajak tidak berulang ulang dan memberatkan wajib pajak. terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak, yaitu: a. Asas tempat tinggal Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak tanpa memperhatikan apakah ia seorang warga negaranya atau warga negara asing. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima yang diterima atau diperoleh dari Indonesia atau berasal dari luar negeri. b. Asas kebangsaan Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal. c. Asas sumber Negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan yang bersumber dari suatu negara. Dengan demikian orang atau badan yang 13

8 menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. II.1.6 Tarif Pajak Pajak dibedakan menjadi enam macam tarif, yaitu: 1. Tarif pajak proporsional/ sebanding Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan persentase tetap. Contoh: tarif pajak pertambahan nilai. 2. Tarif progresif Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih Besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Contoh: tarif pajak penghasilan. 3. Tarif degresif Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin Menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin menurun. 4. Tarif tetap Dalam tarif pajak tetap berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) Berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. oleh karena itu pajak yang terutang tetap. Contoh: bea materai. II.1.7 Menurut Lembaga Pemungutannya, Pajak Terdiri Atas: 1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. 14

9 Contoh: PPh, PPN & PPNBM, PBB & Bea Materai. 2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak daerah dibagi menjadi dua jenis yaitu, pajak provinsi dan pajak kabupaten / kota. II.2. Pajak Daerah II.2.1. Pengertian Pajak Daerah Menurut pasal 1 angka 6 undang undang Nomor. 34 Tahun 2000, dijelaskan pengertian pajak daerah sebagai berikut: Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. II.2.2. Ciri Ciri Pajak Daerah Untuk mempertahankan prinsip prinsip perpajakan, maka menurut Tjip Ismail (2007) perpajakan daerah harus memiliki ciri ciri tertentu. Adapun ciri ciri yang dimaksud, khususnya yang terjadi di banyak negara sedang berkembang, adalah sebagai berikut: 1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya. 2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu besar, kadang kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam. 3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan dan kemampuan untuk membayar (ability to pay). 15

10 II.2.3. Pembagian Pajak Daerah Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 dan peraturan pemerintah pendukungnya, yaitu peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah menjelaskan perbedaan jenis pajak daerah yang dipungut oleh provinsi dan jenis pajak yang dipungut oleh kabupaten / kota. Pajak provinsi ditetapkan sebanyak 4 (empat) jenis, yaitu: 1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dengan tarif maksimal 5%. 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dengan tarif maksimal 10%. 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dengan tarif maksimal 5%. 4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dengan tarif maksimal 20%. Sementara itu, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota diberi kewenangan untuk memungut 7 (tujuh) jenis pajak, yaitu: 1) Pajak Hotel dengan tarif maksimal 10%. 2) Pajak Restoran dengan tarif maksimal 10%. 3) Pajak Hiburan dengan tarif maksimal 35%. 4) Pajak Reklame dengan tarif maksimal 25%. 5) Pajak Penerangan Jalan dengan tarif maksimal 10%. 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dengan tarif maksimal 20%. 7) Pajak Parkir dengan tarif maksimal 20%. 16

11 II.2.4. Tolak Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah Prinsip perpajakan yang dikaitkan dengan peraturan daerah menurut Kenneth Davey yang diterjemahkan oleh Tjip Ismail (2007) ada 5 (lima) prinsip, yaitu: 1) Hasil (yield) Meliputi memadai tidaknya suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar hasil itu serta elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk, dan sebagainya, juga perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut. 2) Keadilan (equity) Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal, artinya beban pajak haruslah sama besar antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, harus adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki sumberdaya ekonomi yang lebih besar memberikan sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak memiliki sumberdaya ekonomi dan pajak itu harus adil dari tempat ke tempat. 3) Daya Guna Ekonomi (economic efficiency) Pajak hendaknya mendororng atau setidak tidaknya tidak menghambat penggunaan sumberdaya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi. Juga Mencegah agar tidak timbul keengganan bekerja atau menabung. Selain itu juga memperkecil beban lebih pajak. 4) Kemampuan Melaksanakan (ability to implement) Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemampuan politik dan kemampuan tata usaha. 17

12 5) Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah (suitability as a local revenue source) Haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. pajak tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah jangan mempertajam perbedaan perbedaan antara daerah, dari segi potensi ekonomi masing masing. Dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah. II.3 Pajak Reklame Menurut Tjip Ismail (2007) yang dimaksud dengan pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Agar pajak daerah dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang pajak reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. Dalam pemungutan pajak reklame terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang 18

13 ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. 2. Penyelenggaraan reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. 3. Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak di bidang periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame yang ditetapkan untuk satu atau beberapa buah reklame. 5. Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan pelengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum 6. Izin adalah izin penyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan izin terbatas. 7. Surat permohonan penyelenggaraan reklame yang disingkat SPPR adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk emngajukan permohonan penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas pemilik data reklame sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang. 8. Surat kuasa untuk menyetor yang disingkat SKUM adalah nota perhitungan besarnya pajak reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak yang berfungsi sebagai ketetapan pajak. II.3.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame. Pemungutan pajak reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak 19

14 terkait. Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah. 3. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak reklame, contohnya: peraturan daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2004 tentang pajak reklame 4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak reklame sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak reklame pada kabupaten/kota dimaksud. Sebagai daerah yang memiliki potensi pajak yang besar di Indonesia, DKI Jakarta juga memiliki berbagai peraturan untuk membenahi rumahtangga daerahnya, berikut ini tabel peraturan yang dibuat oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, untuk diketahui oleh instansi terkait dan masyarakat. Tabel 1 Peraturan yang mengatur tentang Pajak Reklame NO I. UNDANG-UNDANG PERIHAL TENTANG 1. UU No. 18 Tahun UU No. 34 Tahun 2000 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Perubahan atas UU RI No. 18 Tahun 1997 tentang PDRD. NO. II PERATURAN DAERAH/SK. GUBERNUR PERIHAL TENTANG Pengenaan uang jaminan untuk 1. SK. Gub No. Ib.3/1/7/1971 Tahun 1980 pembongkaran reklame kepada setiap pemegang izin pemasangan reklame di DKI Jakarta. 20

15 2. SK. Gub. No. 128 Tahun 1980 Penetapan kembali pengenaan uang jaminan untuk biaya pembongkaran reklame kepada pemegang izin pemasangan reklame di DKI Jakarta. 3. Perda No. 8 Tahun 1998 Penyelenggaraan reklame dan pajak reklame 4. SK. Gub No. 37 Tahun 2000 Juklak penyelenggaraan reklame 5. SK. Gub No. 112 Tahun 2000 Tata cara pelelangan reklame 6. SK. Gub No. 132 Tahun 2000 Pola penyebaran peletakan reklame di provinsi DKI Jakarta 7. SK. Gub No. 133 Tahun 2000 Penetapan titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota pemda DKI Jakarta 8. SK. Gub No. 270 Tahun 2000 Pemberian izin penyelenggaraan reklame 9. SK. Gub. No. 128 Tahun In. Gub No. 281 Tahun 2000 Perhitungan sewa titik reklame di dalam dan di luar sarana dan prasarana kota pemda provinsi DKI Jakarta Pemberian pelayanan izin penyelenggaraan reklame di luar sarana dan prasarana kota. Pembangunan ornamen kota/patung Jend. 11. In. Gub No 199 Tahun 2000 Sudirman di jalur Median Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. 12. SE kadipenda DKI Jakarta Tata cara perhitungan Pajak Reklame. 13. SKKdis Tata Kota 68/2000 Juknis Pelayanan RTLBR. 14. Perda. No. 2 Tahun 2004 Tentang pajak reklame. II.3.2. Objek dan Subjek Pajak Reklame. Menurut peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2004 pasal 3 ayat 1, objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek pajak reklame terdiri dari: a. Reklame papan / billboard /megatron / videotron / large electronic display (LED). b. Reklame kain. c. Reklame melekat (stiker). d. Reklame selebaran e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan f. Reklame udara g. Reklame suara h. Reklame film/ slide 21

16 i. Reklame peragaan. Pada pajak reklame, tidak semua penyelenggaraan reklame dikenakan pajak. ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu: a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya. b. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah, misalnya penyelenggaraan reklame yang diadakan khusus untuk kegiatan sosial, pendidikan, keagamaan, dan politik tanpa sponsor. Menurut peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 tahun 2004 tentang pajak reklame, seperti yang tertera pada pasal 4 ayat 1 dan 2, bahwa subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan reklame. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. II.3.3. Dasar pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame. 1. Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame atau disingkat NSR, yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pajak reklame. Nilai sewa reklame dihitung berdasarkan: a. Besarnya biaya pemasangan reklame. b. Besarnya biaya pemeliharaan reklame c. Lama pemasangan reklame. d. Nilai strategis lokasi/lokasi penempatan e. Jenis reklame. Cara perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan peraturan daerah. pada umumnya, peraturan daerah akan menetapkan bahwa nilai sewa reklame ditetapkan oleh bupati / walikota dengan persetujuan DPRD kabupaten / kota yang bersangkutan dengan berpedoman pada keputusan menteri dalam negeri. Hasil 22

17 perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan bupati. Walikota. Nilai sewa reklame dihitung dengan rumus dibawah ini: Nilai Sewa Reklame (NSR) NSR NILAI = Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) + Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) Nilai jual objek reklame adalah keseluruhan pembayaran / pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik atau penyelenggara reklame. Perhitungan Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) didasarkan pada besarnya komponen biaya penyelenggaraan reklame, yang meliputi indikator sebagai berikut: a. Biaya pembuatan/ konstruksi. b. Biaya pemeliharaan. c. Lama pemasangan. d. Jenis reklame. e. Luas bidang reklame. f. Ketinggian reklame. Besarnya NJOR dihitung dengan rumus di bawah ini: NJOR = (ukuran reklame x harga dasar ukuran reklame) + (ketinggian Reklame x harga dasar ketinggian reklame) Nilai strategis pemasangan reklame yang selanjutnya disingkat (NSPR) adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut, berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan di bidang usaha. Perhitungan nilai strategis didasarkan pada besarnya ukuran reklame, dengan indicator: nilai fungsi ruang (NFR) dan nilai sudut pandang (NSP). Besarnya NSPR dihitung dengan rumus dibawah ini: NSPR = ( NFR + NSP + NF ) x h arg a dasar nilai strategis [{ fungsi ruang( = bobot x skor )} + { fungsi jalan ( = bobot x )}]+ { sudut pandang( = bobot x skor) } x harga dasar nilai NSPR = skor [ ] strategis 23

18 Lokasi penempatan reklame adalah lokasi peletakan reklame menurut kelas jalan dirinci sebagai berikut, sesuai dengan peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No.2 Tahun 2004: besaran nilai kelas jalan untuk jenis papan/billboard/videotron/large electronic display (LED) sejenisnya, sebagai berikut: Tabel 2 Besaran nilai kelas jalan untuk jenis reklame papan/billboard/videotron Dan large electronic display, sebagai berikut: Jenis Reklame Papan / Billboard / Videotron / LED Ukuran Jangka Besaran Luas Lokasi penempatan Waktu Nilai Sewa Reklame Pemasangan (Rp) (m2) Protokal A 1 m2 1 hari Protokal B 1 m2 1 hari Protokal C 1 m2 1 hari 8000 Ekonomi kelas 1 1 m2 1 hari 5000 Ekonomi Kelas II 1 m2 1 hari 3000 Ekonomi kelas III 1 m2 1 hari 2000 Lingkungan 1 m2 1 hari 1000 Tabel 3 Besaran nilai kelas jalan untuk jenis reklame kain berupa umbul umbul, spanduk dan sejenisnya, sebagai berikut: Jenis Reklame Reklame Kain berupa umbul umbul, spanduk dan sejenisnya Lokasi Penempatan Ukuran Luas Reklame (m2) Jangka Waktu Pemasangan Besaran Nilai Sewa (Rp) Protokal A 1 m2 1 hari Protokal B 1 m2 1 hari Protokal C 1 m2 1 hari 8000 Ekonomi Kelas I 1 m2 1 hari 5000 Ekonomi Kelas II 1 m2 1 hari 3000 Ekonomi Kelas III 1 m2 1 hari 2000 Lingkungan 1 m2 1 hari

19 Tabel 4 Nilai Sewa untuk Reklame untuk jenis reklame selain reklame billboard/papan/megatron/videotron/large electronic display (LED) dan reklame kain ditetapkan sebagai berikut: Jenis Reklame Reklame melekat (stiker) Reklame selebaran Reklame berjalan/kendaraan Reklame udara Reklame suara Reklame film/slide Reklame peragaan Nilai Sewa Rp. 5/cm2 sekurang-kurangnya Rp setiap kali penyelenggaraan Rp.500/lbr, sekurang-kurangnya Rp setiap penyelanggaraan Rp.5000/m2/hari Rp sekali peragaan, paling lama satu bulan Rp.1000/15 detik, bagian-bagian yang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15 detik Rp.5000/15 detik dengan suara, Rp.2000/15 detik tanpa suara. Bagianbagian yang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15 detik Rp.12000/hari. 2. Tarif Pajak Reklame Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%, dan ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2004, sedangkan untuk reklame rokok dan minuman beralkohol dikenakan tambahan pajak sebesar 25% dari pokok pajak. dan setiap penambahan ketinggian sampai dengan 15 meter dikenakan tambahan pajak sebesar 20% dari pokok pajak pada ketinggian 15 meter pertama. 3. Perhitungan Pajak Reklame Besarnya pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. secara umum perhitungan pajak reklame adalah sesuai dengan rumus berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak X Nilai Sewa Reklame 25

20 II.3.4. Masa Pajak, Tahun Pajak, dan Saat Terutang Pajak Reklame. Masa pajak reklame merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin atau dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh, sedangkan tahun pajak merupakan jangka waktu yang lamanya satu tahun takwin kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin. Pajak terutang merupakan pajak reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak reklame yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat. II.3.5. Pengukuhan, Pendaftaran, Pendataan. 1. Pengukuhan wajib Pajak. Wajib Pajak Reklame wajib mendaftarkan usahanya kepada bupati/ walikota dalam praktik umumnya kepada dinas pendapatan daerah kabupaten/ kota dalam jangka waktu tertentu, misalnya selambat-lambatnya tiga puluh hari sebelum dimulainya kegiatan usaha untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh bupati atau walikota di mana pajak reklame dipungut. Surat Keputusan Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat terutang Pajak Reklame, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugas Dinas Pendapatan Daerah. Apabila pengusaha penyelenggara reklame tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang ditentukan, maka Kepala Dinas Pendapatan Daerah akan mentapkan 26

21 pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan. Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/walikota dengan surat keputusan. 2. Pendaftaran dan Penataan. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, lalu diberikan kepada wajib pajak untuk diisi dan setelah itu dikembalikan lagi kepada petugas pajak untuk dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD. II.3.6. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Wajib Pajak Reklame wajib melaporkan kepada Gubernur, pada umunya adalah kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah provinsi DKI Jakarta, tentang penghitungan dan pembayaran Pajak Reklame terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD dan harus diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota/ bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. II.3.7. Penetapan Pajak Reklame. 1. Cara Pemungutan Pajak Reklame Seluruh proses kegiatan pemungutan Pajak Reklame tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga dengan kata lain tidak dapat diborongkan. 27

22 Walaupun demikian, dimungkinkan adanya keraja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, namun ada kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga yaitu kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak. 2. Penetapan Pajak Reklame. Setelah SPTPD disampaikan oleh wajib pajak maka petugas Dinas Pendapatan Daerah melakukan pendataan sesuai dengan perintah Gubernur DKI Jakarta untuk menetapkan pajak reklame yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh gubernur. Apabila setelah lewat jangka waktu yang ditentukan, wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD, wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan surat tagihan pajak daerah (STPD). 3. Ketetapan Pajak. Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN), Surat Ketatapan Pajak ini diterbitkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak. 4. Surat Tagihan Pajak Daerah. Gubernur Provinsi DKI Jakarta akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) jika Pajak Reklame dalam tahun berjalan tidak atau 28

23 kurang bayar. Bila hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran akibat dari salah tulis atau salah hitung, maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan kepada wajib pajak yang tidak atau kurang membayar pajak yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda dikenakan bagi wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan formal. II.3.8 Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame. 1. Pembayaran Pajak Reklame. Pembayaran dan penyetoran Pajak Reklame ditetapkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, pembayaran dilakukan paling lama 30 hari sejak tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur maka batas waktu pembayaran jatuh pada hari kerja berikutnya. Pembayaran Pajak Reklame yang terutang dilakukan ke kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah atau Bank atau tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). 2. Penagihan Pajak Reklame. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebgai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, bila 29

24 jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan maka akan ditagih dengan Surat Paksa. II.3.9. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi. Gubernur Provinsi DKI Jakarta karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat melakukan: 1. Pembetulan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang undangan perpajakan daerah. 2. Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. 3. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan bukan karena kesalannya. II Keberatan dan Banding. 1. Keberatan. Bila wajib Pajak Reklame tidak puas atas penetapan pajak yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, maka dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang menerbitkan surat ketetapan pajak tersebut. Keberatan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah tentang Pajak Reklame. Setelah melakukan pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu maka Gubernur akan mengeluarkan keputusan atas pengajuan keberatan tersebut. Gubernur harus memberikan keputusan atas keberatan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima. 30

25 2. Banding. Apabila keputusan keberatan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta tidak memuaskan wajib pajak maka, wajib Pajak Reklame berhak mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak. permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak keputusan keberatan diterima dan dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 31

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. PAJAK Masalah Pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan Pajak, oleh karena itu masalah Pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN Pajak Masalah pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo SALINAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); Menimbang : a. PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Sesuai terminologi, pajak berasal dari bahasa Jawa, yaitu ajeg yang berarti pungutan teratur pada waktu tertentu. Pa-ajeg berarti pungutan teratur terhadap hasil bumi sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa pajak reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah terbentuknya Kota Prabumulih melalui

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 P A J A K T E N T A N G R E K L A M E DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia. Masalah pajak merupakan masalah negara dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Pengertian pajak Terdapat banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang Mengingat : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE,

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE, - 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE, Menimbang: Mengingat : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 2 2000 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Dairi Nomor 08 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 10, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa sumber daya berupa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PAJAK REKLAME BUPATI WAJO,

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PAJAK REKLAME BUPATI WAJO, PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya UU Nomor 28

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Bahwa reklame merupakan media promosi yang dapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Umum Pajak Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2003 TAHUN : 2003 NOMOR : 15 S E R I : A PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI 1 PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2011 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK REKLAME

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK REKLAME PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : 1. bahwa Pajak Daerah sebagai salah satu kewajiban masyarakat

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si PENGANTAR PERPAJAKAN 1 DASAR-DASAR PERPAJAKAN Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 25 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Menimbang NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1): Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 20092009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggali sumber Pendapatan Asli

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

1 of 6 02/09/09 11:31

1 of 6 02/09/09 11:31 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN. TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN www.inilah.com I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang melakukan berbagai pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah pemasukan. Warga masyarakat yang memiliki NPWP, yang memiliki kendaraan, yang memiliki usaha wajib

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa di Kabupaten Purworejo

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat

Lebih terperinci

TAHUN NOMOR 04 TENTANG. Daerah. Reklame;

TAHUN NOMOR 04 TENTANG. Daerah. Reklame; PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA, Menimbang : a. bahwaa dengann ditetapkannya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pajak parkir merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak. Oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan semakin berkembangnya perekonomian kabupaten

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor: 1 Tahun: 1999 Seri: A =================================================================

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta digunakan untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah sebagai berikut :

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah sebagai berikut : BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah sebagai berikut : Kontribusi wajib kepada Negara yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, p PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan Reklame di Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013 DAFTAR ISI NO. URAIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam bukunya Mardiasmo (2011),pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2003 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I K

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WA TA ALA BUPATI ACEH SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang -Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori 2.1.1. Pengertian Pajak Para ahli dibidang Perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan pendapat yang berbeda antara lain : Menurut Rochmat Soemitro yang

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang Undang

Lebih terperinci

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Dasar-dasar Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Definisi Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Siahaan (2006) mendefinisikan secara umum Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat

Lebih terperinci