IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK IDENTIFICATION OF RISK FACTORS AT FIRST SEIZURE IN PREDICTING RECURRENT SEIZURE IN CHILDREN Yanuar Saputra Widjaja, Hadia Angriani, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Yanuar Saputra Widjaja Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : ( thomas_yanuar_sw@yahoo.com)

2 Abstrak Kejang merupakan kelainan neurologi yang sering ditemukan pada anak, 4-10% anak menderita setidaknya satu kali bangkitan kejang pada 16 tahun pertama kehidupan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang pada anak. Penelitian menggunakan metode kasus kontrol. Sampel penelitian sebanyak 40 anak dengan kejang berulang dan 40 anak dengan kejang tidak berulang yang diambil secara consecutive sampling dari kuesioner dan juga data rekam medik di BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas dari Januari hingga Juni Dari hasil penelitian terdapat 80 anak dengan kejang, anak berumur < 18 bulan saat kejang pertama lebih berisiko mengalami kejang berulang (p=0,000; OR=2,9). Tidak ada perbedaan bermakna faktorfaktor risiko jenis kelamin, riwayat kejang dalam keluarga, riwayat trauma kepala, suhu, kadar Natrium, dan gula darah sewaktu saat kejang pertama, masing-masing dengan nilai p=0,82; 0,491; 1,0; 0,793; 0,359; dan 1,0. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa anak berumur < 18 bulan saat kejang pertama lebih berisiko mengalami kejang berulang. Jenis kelamin, riwayat kejang dalam keluarga, riwayat trauma kepala, suhu, kadar Natrium, dan gula darah sewaktu saat kejang pertama bukan merupakan faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya KB. Kata kunci. Faktor risiko, kejang pertama, kejang berulang, anak Abstract Seizure is the most neurological abnormality found in children, about 4-10% children have seizure at least once in 16 years of their first live. The research aimed at identificating risk factors at first seizure in predicting recurrent seizure in children. This was case control study. There were 40 children with recurrent seizure and 40 children with non-recurrent seizure who were taken by the consecutive sampling technique from questionnaire and medical record at BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital in the Department of Child Health, Medical Faculty, Hasanuddin University from January to June The results of this study that 80 children with seizure, children aged < 18 months at first seizure have greater risk to have recurrent seizure (p=0,000; OR=2,9). There is no significant difference of risk factors between gender, history of seizure in family, history of head trauma, temperature, level of sodium, and blood glucose at first seizure with p=0,82; 0,491; 1,0; 0,793; 0,359; and 1,0 respectively. Based on the results of the study concluded that children aged < 18 months at first seizure have greater risk to have recurrent seizure. Gender, history of seizure in family, history of head trauma, temperature, level of sodium, and blood glucose at first seizure are not risk factors at first seizure in predicting recurrent seizure. Keywords : Risk factor, first seizure, recurrent seizure, children

3 PENDAHULUAN Kejang merupakan kelainan neurologi yang sering ditemukan pada anak, sekitar 4-10% anak menderita setidaknya satu kali bangkitan kejang pada 16 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada anak kurang dari 3 tahun, dan frekuensi menurun pada anak yang lebih tua. Penelitian epidemiologi menunjukkan diperkirakan anak akan mengalami kejang pertama yang tidak terprovokasi setiap tahun, dan anak tersebut akan berkembang menjadi epilepsi (McAbee, dkk., 2000; Vining, 1994). Kejang menunjukkan suatu gejala klinik yang mendasari suatu proses yang dapat disebabkan oleh berbagai macam. Ketika seorang anak datang dengan keluhan kejang, harus diusahakan mencari penyebabnya. Gambaran yang detail dari seorang saksi mata merupakan faktor yang paling penting untuk mendiagnosis secara tepat. Bila riwayat penyakit tampaknya tidak sesuai dengan kejang, diagnosis alternatif harus dipikirkan (Friedman, dkk., 2006). Anak yang datang dengan keluhan kejang pertama kali, terbersit pertanyaan: Apakah kejangnya akan berulang? Pada penelitian metaanalisis oleh Berg dan Shinnar, risiko terjadinya kejang berulang setelah kejang pertama sebesar 40% akan mengalami kejang kedua (Berg, dkk., 1991; Shinnar, dkk., 1996). Data terakhir menunjukkan bahwa kejang yang ketiga kalinya setelah yang kedua menjadi 80% (Camfield, dkk., 1996). Pemahaman mengenai kejang berulang pada anak masih sangat terbatas bagi tenaga kesehatan kita. Dalam menentukan penyebab dasar timbulnya kejang memerlukan suatu pemeriksaan yang khusus, sehingga terkadang penderita terlambat dalam penanganan. Atas dasar ini, maka penting untuk mengetahui faktor risiko sebagai diagnosis dini kejang berulang pada anak. Penelitian berbagai faktor risiko kejang berulang pada anak, setahu penulis, belum pernah dilakukan, terutama di Sulawesi Selatan. Untuk menekan morbiditas maupun mortalitas pada anak dengan risiko kejang berulang, maka menurut penulis perlu untuk diteliti faktor risiko apa saja yang berperan pada kejang berulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang pada anak.

4 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap anak atau catatan medis Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kasus kontrol mengenai identifikasi faktor-faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang pada anak dengan menentukan kejang berulang sebagai kasus dan kejang tidak berulang sebagai kontrol, kemudian menelusuri faktor risiko umur, jenis kelamin, suhu, riwayat kejang dalam keluarga, riwayat trauma kepala, kadar Natrium, dan gula darah sewaktu saat kejang pertama. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua penderita yang mengalami kejang berulang yang berumur > 1 bulan sampai 15 tahun, sedangkan populasi kontrol adalah semua penderita yang mengalami kejang satu kali sampai umur 15 tahun. Cara pengambilan subyek adalah Consecutive Sampling, yaitu subyek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit. Subyek penelitian adalah Umur > 1 bulan sampai dengan 15 tahun yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi subyek penelitian (mendapat izin dari orang tua) serta menandatangani persetujuan informed consent. Selanjutnya dilakukan penelusuran data rekam medis, dibagi menjadi kelompok kejang berulang dan kejang tidak berulang. Metode Pengumpulan Data Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pencatatan umur, jenis kelamin, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan, tingkat kesadaran), dan gejala klinis sebagai penyebab kejang dari rekam medis. Pengumpulan data riwayat kejang dalam keluarga menggunakan kuesioner. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah awal untuk pemeriksaan kadar Natrium dan gula darah sewaktu. Kemudian dibagi menjadi kelompok anak dengan kejang berulang dan kejang tidak berulang. Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji X 2 (Chi square) dan Uji Fisher s exact untuk hubungan frekuensi kejadian umur, jenis kelamin, suhu, riwayat kejang dalam keluarga,

5 riwayat trauma kepala, kadar Natrium, dan kadar glukosa darah sewaktu saat kejang pertama kali. Selanjutnya menghitung crude odds ratio dengan convidence interval 95 % untuk menentukan besarnya peluang untuk mengalami kejang berulang pada anak. HASIL Karakteristik Sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel penelitian. Dari seluruh sampel yang ada (80) anak, pada kelompok kejang berulang terdapat 23 (57,5%) laki-laki dan 17 (42,5%) perempuan, sedangkan pada kelompok kejang tidak berulang laki-laki 24 (60%) dan perempuan 16 (40%). Pada kelompok kejang berulang terdapat 14 (35%) yang mempunyai riwayat kejang dalam keluarga dan 26 (65%) tidak ada, sedangkan pada kelompok kejang tidak berulang terdapat 17 (42,5%) yang mempunyai riwayat kejang dalam keluarga dan 23 (57,5%) tidak ada. Pada kelompok kejang berulang terdapat 4 (10%) yang mempunyai riwayat trauma kepala saat kejang pertama kali dan 36 (90%) tidak ada, sedangkan pada kelompok kejang tidak berulang terdapat 5 (12,5%) yang mempunyai riwayat trauma kepala saat kejang pertama kali dan 35 (87,5%) tidak ada. Rerata umur saat kejang pertama kali pada kejang berulang 2,9 tahun (rentangan 0,08-14,58) dan rerata pada kejang tidak berulang 11,8 tahun (rentangan 8,41-13,75). Rerata suhu pada kejang berulang 38,45 0 C dengan rentangan 36,5-40,5 0 C dan rerata pada kejang tidak berulang 38,57 0 C dengan rentangan 36, C. Rerata kadar natrium saat kejang pertama kali pada kejang berulang 136,5 mmol/l dengan rentangan mmol/l dan rerata pada kejang tidak berulang 137,35 mmol/l dengan rentangan mmol/l. Rerata kadar glukosa darah sewaktu saat kejang pertama kali pada kejang berulang 86,93 mg/dl dengan rentangan mg/dl dan rerata pada kejang tidak berulang 85,9 mg/dl dengan rentangan mg/dl. Tabel 2 memperlihatkan bahwa frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur < 18 bln saat kejang pertama kali (100%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur 18 bln (34,5%). Analisis statistik memperlihatkan terdapat perbedaan yang sangat bermakna umur

6 saat kejang pertama antara kejang berulang dan kejang tidak berulang, dengan nilai p=0,000 (p<0,01). Nilai crude odds ratio (COR) = 2,905 dengan interval kepercayaan 95% (2,05 4,10) yang berarti bahwa kejadian kejang berulang pada kelompok umur muda lebih tinggi 2,9 kali dibandingkan dengan yang lebih tua. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol tentang identifikasi faktor risiko pada kejang pertama terhadap penderita kejang berulang yang dilaksanakan selama periode Januari sampai Juni 2013, telah diperoleh 80 sampel yang dikelompokkan masing-masing 40 sampel sesuai dengan kriteria inklusi kasus dan kontrol. Frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur < 18 bln saat kejang pertama (100%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur 18 bln (34,5%). Ada perbedaan yang sangat bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,01) antara kelompok kejang berulang dengan kejang tidak berulang. Nilai crude odds ratio (COR) = 2,905 dengan interval kepercayaan 95% (2,05 4,10) yang berarti bahwa kejadian kejang berulang pada kelompok umur muda lebih tinggi 2,9 kali dibandingkan dengan yang lebih tua. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Daoud AS, dkk. (2004) yang memperoleh hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna risiko kejadian kejang berulang terhadap umur saat kejang pertama (p=0,28). Pada dua penelitian random besar, risiko usia saat kejang pertama ditemukan memiliki risiko terhadap terjadinya kejang berulang pada anak (First Seizure Trial Group, 1993). Ini dihubungkan dengan tingkat maturasi otak dengan mielinisasi yang belum sempurna, mekanisme inhibisi yang kurang, permeabilitas dinding sel yang terganggu, dan adanya faktor lain yang dapat mencetuskan timbulnya kejang berulang, seperti jarak antara kejang pertama dengan kejang berulang dan pemberian terapi setelah kejang pertama. Pada penelitian ini sampel penelitian tidak dianalisis faktor jarak kejang pertama dengan kejang berulang dan pemberian terapi setelah kejang pertama tidak dieksklusi.

7 Analisis statististik hubungan jenis kelamin, tidak ada perbedaan bermakna p=0,82 (p>0,05) dalam hal kejadian kejang berulang dan kejang tidak berulang berdasarkan jenis kelamin. Hasil yang sama juga diperoleh penelitian lain yang dilakukan oleh Daoud AS, dkk (2004) yang memperoleh hasil yang tidak berbeda bermakna kejadian kejang berulang menurut jenis kelamin (p=0,51). Hasil penelitian berbeda didapatkan dari India oleh Das CP, dkk (2000). Analisis statistik mengenai hubungan suhu saat kejang pertama menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna p=0,793 (p>0,05) antara kelompok kejang berulang dengan kelompok kejang tidak berulang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Berg AT, dkk (2008). Tsuboi (1985) dan Lumbantobing (2007) menyatakan bahwa suhu yang dapat mencetuskan serangan kejang adalah suhu sebelum terjadinya serangan kejang. Pada penelitian ini, suhu demikian sangat sulit diperoleh sebab pada umumnya orang tua membawa anaknya ke rumah sakit setelah anak mengalami serangan kejang. Mereka mengetahui anaknya demam hanya melalui rabaan saja. Oleh karena itu, nilai rata-rata tinggi suhu tubuh yang diperoleh pada penelitian ini adalah suhu saat masuk rumah sakit, dengan pemikiran bahwa itulah suhu yang maksimal dapat diperoleh segera setelah terjadinya serangan kejang. Analisis statistik hubungan riwayat kejang dalam keluarga, tidak ada perbedaan bermakna p=0,491 (p>0,05) antara kelompok kejang berulang dan kejang tidak berulang berdasarkan riwayat kejang dalam keluarga. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Daoud AS, dkk (2004) yang memperoleh hasil adanya perbedaan yang bermakna kejadian kejang berulang dengan riwayat kejang dalam keluarga (p=0,000). Hal ini dihubungkan dengan adanya keterkaitan genetik pada anak dengan kejang berulang. Penelitian lain (Shinnar dkk.,1996) menunjukkan sedikit atau tidak adanya peningkatan risiko kejang berulang pada anak dengan riwayat kejang dalam keluarga. Perbedaan ini mungkin disebabkan kurang akuratnya informasi yang didapatkan saat memperoleh data akibat ketidaktahuan keluarga akan riwayat kejang dalam keluarga. Analisis statistik hubungan riwayat trauma kepala saat kejang pertama, tidak ada perbedaan yang bermakna p=0,723 (p>0,05) antara kejang berulang dan

8 kejang tidak berulang berdasarkan riwayat trauma kepala saat kejang pertama. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Frey (2003) yang memperoleh hasil adanya perbedaan yang bermakna kejadian kejang berulang dengan riwayat trauma kepala saat kejang pertama. Perbedaan ini disebabkan berbedanya derajat trauma kepala. Semakin berat trauma kepala, risiko terjadinya kejang berulang makin besar. Analisis statistik mengenai hubungan kadar Natrium saat kejang pertama menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kejang berulang dengan kadar Natrium tidak normal 80% dan normal 48%, sedangkan kelompok kejang tidak berulang dengan kadar Natrium tidak normal 20% dan normal 52% dengan p=0,359 (p>0,05). Demikian juga pada kadar gula darah sewaktu saat kejang pertama antara kejang berulang dan kejang tidak berulang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kejang berulang dengan kadar gula darah sewaktu tidak normal 100% dan normal 49,4%, sedangkan pada kejang tidak berulang dengan kadar gula darah sewaktu tidak normal 0% dan normal 50,6% dengan p=1,00 (p>0,05). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Turnbull, dkk. (1990) yang meneliti sebanyak 70% dan 20% gangguan elektrolit dan metabolik Natrium dan glukosa saat kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang. Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan waktu pemeriksaan kadar elektrolit dan gula darah sewaktu dan terapi intravena yang sudah didapatkan oleh pasien sebelum datang ke rumah sakit. Kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya informasi pengobatan yang telah diberikan kepada penderita, sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Kekuatan penelitian ini adalah pengambilan data riwayat kejang dalam keluarga dan trauma kepala saat kejang pertama diambil secara langsung dari orang tua atau pengasuh terdekat. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang yang teridentifikasi adalah umur kurang dari 18 bulan saat mengalami kejang pertama. Jenis kelamin, riwayat kejang dalam

9 keluarga, riwayat trauma kepala, suhu, kadar Natrium, dan gula darah sewaktu saat kejang pertama bukan merupakan faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang. Disarankan untuk penelitian lanjut kejang berulang dihubungkan dengan tipe kejang, interval kejang pertama dan kedua, pemeriksaan EEG, pengaruh pengobatan rumatan, dan aspek genetiknya. Adanya pengaruh faktor umur saat kejang pertama sebagai faktor risiko timbulnya kejang berulang perlu dipertimbangkan pemberian pengobatan antikejang rumatan untuk pencegahan kemungkinan serangan kejang berulang.

10 DAFTAR PUSTAKA Berg, A. T. (2008). Risk of recurrence after a first unprovoked seizure Suplement - Management of a first seizure. Epilepsia 49: Berg, A. T., Shinnar, S. (1991). The Risk of Seizure Recurrence Following a First Unprovoked Seizure: A Meta Analysis. Neurology 41: 965. Camfield, C. S., Camfield, P. R., Gordon, K., dkk. (1996). Does Number of Seizures Before Treatment Influence Ease of Control or Remission of Childhood Epilepsy? Not if the Number is 10 or Less. Neurology 46: 41. Daoud, AS, Ajloni, S, El-Salem, K, Horani, K, Otoom, S, Daradkeh, T. (2004). Risk of seizure recurrence after a first unprovoked seizure: a prospective study among Jordanian children. Seizure 13: Das, CP, Sawhney, IM, Lal, V, Prabhakar, S. (2000). Risk of recurrence of seizures following single unprovoked idiopathic seizure. Neurology India 48: First Seizure Trial Group. (1993). Randomized clinical trial on the efficacy of antiepileptic drugs in reducing the risk of relapse after a first unprovoked tonic-clonic seizure. First Seizure Trial Group (FIR.S.T. Group). Neurology 43(3 Pt 1): Frey, L.C. (2003). Epidemiology of Posttraumatic Epilepsy: A Critical Review. Epilepsia 44: Friedman, M. J., Sharieff, G. Q. (2006). Seizures in Children. Pediatr Clin N Am 53: Lumbantobing. (2007). Kejang demam (febrile convulsions). Balai Penerbit FKUI. Jakarta, McAbee, G. N., Wark, J. E. (2000). A Practical Approach to Uncomplicated Seizures in Children. Am Fam Physician 62(5): Shinnar, S., Berg, A. T., Mosche, S. L, dkk. (1996). The Risk of Seizure Recurrence After a First Unprovoked Afebrile Seizure in Childhood: An Extended Follow-up. Pediatrics 98: 216. Tsuboi T, Okada S. (1985). The genetics of epilepsy. Dalam: Sakai T, Tsuboi T, penyunting. Genetic aspects of human behavious. Tokyo: Igaku-Shoin, Turnbull T.L, Vanden Hoek T.L, Howes D.S, Eisner R.F. (1990). Utility of laboratory studies in the emergency department patient with a new-onset seizure. Ann Emerg Med 19: Vining, E. P. (1994). Pediatric Seizures. Emerg Med Clin North Am 12(4):

11 Tabel 1. Karakteristik Sampel penelitian Kelompok Variabel Kejang Berulang N (%) = 40 (50%) Kejang Tidak Berulang N (%) = 40 (50%) Nilai p 1. Umur Saat Kejang Pertama Kali (tahun) 0,000 Rerata 2,9 11,8 Median 1,83 12 Rentangan 0,08-14,58 8,41-13,75 Standar deviasi 3,26 1,28 2. Jenis Kelamin L : P 23 : 17 (57,5 :42,5) 24 : 16 (60:40) 0, Suhu Saat Kejang Pertama kali ( o C) Rerata 38,45 38,57 Median 38,55 39 Rentangan 36,5-40,5 36,8-40 Standar deviasi 1,12 0,90 4. Riwayat Kejang Dalam Keluarga Ada 14 (35) 17 (42,5) Tidak Ada 26 (65) 23 (57,5) 5. Riwayat Trauma Kepala Saat Kejang Pertama Ada 4 (10) 5 (12,5) Tidak Ada 36 (90) 35 (87,5) 6. Kadar Natrium Saat Kejang Pertama Kali (mmol/l) Rerata 136,5 137,35 Median Rentangan Standar deviasi 6,23 3,84 7. Kadar Glukosa Darah Saat Kejang Pertama (mg/dl) Rerata Median 86, ,9 88 Rentangan Standar deviasi 22,37 14,66 L: Laki-laki P: Perempuan ( ) : Nilai persentase Tabel 2. Hubungan umur saat kejang pertama kali antara KB dan KTB 0,243 0,491 0,723 0,466 0,809 Umur Saat Kelompok Kejang Pertama Kejang Berulang Kejang Tidak Berulang Total < 18 bln 18 bln 19 (100%) 21 (34,5%) 0 (0%) 40 (65,5%) 19 (100%) 61 (100%) Total 40 (50%) 40 (50%) 80 (100%) Chi-square X 2 =24,918 df=1 p=0,000 (p<0,01) COR=2,905 (CI 95%:2,05 4,10)

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3 705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejang demam atau febrile seizure (FS) merupakan kejang yang terjadi pada anak dengan rentang umur 6 sampai dengan 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang cukup banyak dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan dengan begitu

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014

PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014 PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014 1 Rhiza Khasanah 2 Corry N. Mahama 2 Theresia Runtuwene 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Adhar Arifuddin

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Adhar Arifuddin ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin Program studi kesehatan masyarakat, fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas tadulako,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. defisiensi besi sebanyak 25 sebagai kasus dan 37 anak dengan Hb normal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. defisiensi besi sebanyak 25 sebagai kasus dan 37 anak dengan Hb normal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 62 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah anak dengan diagnosis

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB. HULU SUNGAI SELATAN, KALIMANTAN SELATAN Raymond Sebastian Tengguno, 2016

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

EEG AWAL TERAPI SEBAGAI PREDIKTOR KEKAMBUHAN PADA PENDERITA EPILEPSI YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTIEPILEPSI

EEG AWAL TERAPI SEBAGAI PREDIKTOR KEKAMBUHAN PADA PENDERITA EPILEPSI YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTIEPILEPSI EEG AWAL TERAPI SEBAGAI PREDIKTOR KEKAMBUHAN PADA PENDERITA EPILEPSI YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTIEPILEPSI EEG IN FIRST THERAPY AS PREDICTOR RELAPSE AT EPILEPSY PATIENT WITH ANTIEPILEPTIC DRUGS THERAPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2014 Fitriana Andiani, 2015 : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 Ferdinand Dennis Kurniawan, 1210122 Pembimbing I : Dr.Jahja Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam adalah kenaikan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

Angka Kejadian dan Karakteristik Faktor Risiko Pasien Epilepsi. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung

Angka Kejadian dan Karakteristik Faktor Risiko Pasien Epilepsi. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian dan Karakteristik Faktor Risiko Pasien Epilepsi 1 Mochamad Rizki Budiman, 2 Nurdjaman Nurimaba, 3 Rio Dananjaya 1,2,3 Pedidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : YULI MARLINA 080100034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 GAMBARAN FAKTOR RISIKO

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GEMALA RINALDY RAHARDJA G0011100 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak subbidang neurologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Artikel Asli Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Rahmawaty NK, Burhanuddin Iskandar, Husain Albar, Dasril Daud Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah ABSTRAK Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah Dini Nur Muharromah Yuniati Diabetes melitus (DM) merupakan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE 2016 Jones Vita Galuh Syailendra, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Budi Widyarto, dr.,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Yakni efek penyakit atau status kesehatan (karsinoma kolorektal)

Lebih terperinci

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI OLEH : Sharon Paulina Budiharjo NRP: 1523011038 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN E. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional dengan pendekatan Case Control. Case Control merupakan penelitian jenis analitik

Lebih terperinci

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Tingkat kompetensi : 4 Kompetensi dasar : mampu mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara paripurna Sub-kompetensi : Menggali anamnesa untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalahbidang Ilmu Kesahatan Anak divisi Neuorologi. 4.2Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1Tempat Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN Prosiding Seminar Nasional Food Habit and Degenerative Diseases RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN Irna Setyowati 1, Noor Alis Setiyadi2, Ambarwati2

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbedaan Faktor Lingkungan, Perilaku Ibu dan Faktor Sosiodemografi Pasien Diare Anak di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung pada Peserta BPJS dan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian dan Karakteristik Faktor Risiko Pasien Kejang Demam di Ruang Rawat Inap RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Incidence And Risk Factor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2009 sampai Januari 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara sekelompok orang terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU

ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU Mutiara Dewi, 2013, Pembimbing I : dr. Sri Nadya J. Saanin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA Rahayu, Model Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan 47 MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA Sunarsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2007-2009 Oleh: MOHD REDZUAN BIN NORAZLAN 070100305 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN KEBIASAAN

Lebih terperinci

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : 193 200 ISSN 2252-5416 HUBUNGAN KEJANG PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA YANG DIRAWAT DI PERAWATAN INTENSIF ANAK Relationship Between the Seizure

Lebih terperinci

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT THE EVALUATION OF HASANUDDIN UNIVERSITY - MODIFIED WHO DEHYDRATION SCORE IN ACUTE DIARRHEA PATIENTS Pauzin Mupidah,

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup penelitian adalah bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya sub bagian Neurologi. 4.1.2 Ruang lingkup tempat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang terkait dengan demam dan umur serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila suhu tubuh

Lebih terperinci

Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Sari Dewi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unand/RS. DR. M. Djamil

Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Sari Dewi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unand/RS. DR. M. Djamil ARTIKEL PENELITIAN PROFIL GANGGUAN ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM BASA PADA PASIEN DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI BERAT DI RUANG RAWAT INAP BAGIAN ANAK RS DR. M. DJAMIL PADANG Yusri Dianne Jurnalis, Yorva

Lebih terperinci

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA Oleh : Venerabilis Estin Namin 1523013024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Trauma kapitis merupakan salah satu kasus yang paling sering dijumpai

ABSTRAK. Trauma kapitis merupakan salah satu kasus yang paling sering dijumpai ABSTRAK Trauma kapitis merupakan salah satu kasus yang paling sering dijumpai pada kasus kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Distribusi trauma kapitis pada kelompok usia produktif lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 3 71 % pasien critically ill mengalami hiperglikemia (Capes dkk., 2000). Hiperglikemia sendiri merupakan bentuk respon tubuh terhadap stres (perubahan fisiologis)

Lebih terperinci

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA DIFFERENCES IN CLINICAL MANIFESTATION OF FEBRILE SEIZURES IN CHILDREN WITH AND WITHOUT ANEMIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case 64 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control, dimana kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan status

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial, gangguan metabolik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci