BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pesawat komersial mempunyai kabin bertekanan (cabin pressure) yang biasanya
|
|
- Susanto Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Perjalanan Udara Pesawat komersial mempunyai kabin bertekanan (cabin pressure) yang biasanya telah disesuaikan dengan tekanan barometric pada ketinggian 1500 sampai 2500 meter ( ) dari permukaan laut. Tetapi tekanan kabin pesawat ini bervariasi sesuai dengan tipe pesawat, kondisi cuaca dan adanya gangguan di dalam perjalanan udara. 17 Munculnya gangguan di dalam perjalanan udara, secara umum disebabkan oleh perubahan tekanan, suhu dan kelembaban atmosfir akibat ketinggian. Dimana tekanan udara yang normal sebesar 760 mmhg pada permukaan laut akan menurun menjadi 180 mmhg hingga 120 mmhg, dan penurunan tekanan udara ini akan menurunkan juga tekanan parsial oksigen sekitar 20% dari seluruh tekanan udara. Selain itu, penurunan tekanan udara juga mengakibatkan penurunan suhu udara 2 Celcius untuk setiap kenaikan 1000 kaki, hingga mencapai ketinggian dengan suhu konstan yaitu pada suhu -55 Celcius. Ketinggian juga mengakibatkan semakin keringnya udara sekitar. Kondisi inilah yang akhirnya akan memberikan dampak negatif dan gangguan bagi fungsi fisiologis tubuh 3,8 Diperkirakan lebih kurang 2 miliar orang setiap tahun melakukan perjalanan udara dengan pesawat udara komersial, tetapi sangat sedikit penelitian yang membahas tentang hubungan perjalanan udara dengan gangguan kesehatan. Penelitian yang dilakukan FAA (Federal Aviation Administration) pada tahun 2000 menemukan bahwa, 1132 kejadian medis pada penerbangan domestik di tahun 1996 dan pada tahun 1997 ditemukan 13 kejadian perharinya. Kejadian yang paling sering adalah episode vagal (pingsan, pusing dan hiperventilasi). Gangguan pada sistem syaraf, pernafasan dan kardiovaskuler merupakan kejadian serius dalam suatu penerbangan. Berikut gambaran tentang kejadian medis yang ditemukan pada perjalanan udara yang disajikan dalam bentuk tabel. 17
2 Tabel 1. Kejadian medis yang ditemukan pada perjalanan udara 17 Kejadian Medis Selama Dalam Penerbangan Tipe Kejadian Penelitian dan Tahun Cummins & Schurach, 1989 DeJohn dkk, 2000 Dowdall, 2000 (N-1107) (N-1132) (N-910) Persentase semua insiden Vasovagal Cardiak Neurologi Gastrointestinal Respiratorik Traumatik Ditemukan sekitar 5% penumpang pesawat udara dengan penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dalam satu perjalanan dan jumlah ini terus bertambah dengan meningkatnya jumlah penumpang pesawat udara pertahunnya. Hal ini menjadi sebuah problema karena terjadinya hipoksemia yang berhubungan dengan ketinggian, dan untuk itu para penumpang tersebut membutuhkan oksigen jangka panjang. Sehingga sangat dianjurkan bagi para dokter untuk memberikan advis serta pencegahan mengenai resiko dalam suatu perjalanan udara. 4,18,33,34
3 2.2. Kabin Pesawat Udara Semua pesawat udara rata-rata mempunyai kabin bertekanan yang aman dan sehat bagi penumpang, serta crew pesawat. Ada dua pertimbangan utama mengapa rata-rata pesawat udara diberikan fasilitas pressurized. 19 a. Pengaruh menurunnya tekanan parsial oksigen dan ini sangat berpotensial untuk menimbulkan hipoksia. b. Dampak penurunan tekanan pada tubuh dan pengisian udara ke rongga tubuh. Standard yang digunakan sebagai petunjuk operasional kabin pesawat selama penerbangan adalah dari FAA dan JAA. System pressurization kabin pesawat dari FAA, mengatur ruang kabin berada pada ketinggian kurang dari 8000 kaki ( kaki telah direkomendasikan pada semua jenis penerbangan), walaupun pesawat udara terbang pada ketinggian operasional yang maksimal. Ketinggian kaki ini masih berada dalam zona ketinggian yang aman dan fisiologis, karena masih memiliki kadar oksigen 15,1% pada permukaan laut, sehingga cukup bagi orang sehat untuk bernapas secara fisiologis tanpa bantuan peralatan khusus. Jika kelembaban dalam kabin pesawat rendah berkisar 10-20%, sangat potensial menyebabkan suatu eksaserbasi penyakit saluran napas. 3,4,8,17,19,20 Pada kurva disosiasi oksigen pada ketinggian 8000 kaki dari permukaan laut, tekanan parsial oksigen arterial (PaO 2 ) pada orang sehat menurun menjadi mmhg. Perjalanan udara dengan pesawat udara memungkinkan penumpang akan terpapar dengan kondisi hipoksia hipobarik, akibat turunnya tekanan inspirasi oksigen (PiO 2 ) dan tekanan barometrik (PB). Pada setiap kenaikan ketinggian 1000 kaki, terjadi penurunan PiO 2 sekitar 5 mmhg. Tabel 2 menunjukkan, tekanan kabin dipertahankan sekitar 575 mmhg pada ketinggian di bawah 8000 kaki dan nilai PiO 2 sekitar 110 mmhg. 10,21,22
4 Tabel 2. Tekanan gas pada kondisi hipobarik 21 Ketinggian Tekanan Ambient (Kaki) ATA Psi PB PiO 2 (atm) (Pound/square) MmHg , ,83 12, ,80 11, ,74 10, ,69 10, ,64 9, Dengan mempertimbangkan nilai ambang ketinggian untuk hipoksia dan gejala dekompresi, kabin bertekanan dapat diatur dengan variasi tekanannya tergantung jenis pesawat dan tugasnya. Untuk itu diperlukan struktur yang kuat dari kabin pesawat dalam menahan perbedaan tekanan dari dalam dan luar kabin. Perbedaan tekanan ( P) dapat dirumuskan : P = Pc Pa Pc : Tekanan barometer absolut kabin Pa : Tekanan barometer absolut luar kabin Sehingga untuk mempertahankan tekanan kabin pada ketinggian 8000 kaki pada penerbangan kaki diperlukan tekanan lebih sebesar 8 psi. Pada tabel berikut menunjukkan hubungan tekanan ketinggian dan besarnya perubahan tekanan kabin pesawat. 7,23
5 Tabel 3. Perbedaan tekanan dan ketinggian kabin pada penerbangan komersial di ketinggian kaki 23 Jenis pesawat Perbedaan tekanan (psi) Ketinggian kabin (meter) B-727 8, (1646) B-737 7, (2438) B-757 8, (1646) B-767 8, (1646) B-747 8, (1433) DC-8 8, (1524) DC-9 7, (2225) DC-10 8, (1646) A-300 8, (1859) A-320 8, (1829) L , (1768) BAC-111 7, (2408) Concord 10, (303) Penurunan tekanan barometrik akibat pengaruh ketinggian, menyebabkan ekspansi udara (gas trapped) dalam tubuh, sesuai Hukum Boyle (tekanan berbanding terbalik dengan volume). Ekspansi udara/gas di dalam tubuh dapat terlokalisir di beberapa tempat, seperti : a. Rongga rongga sinus. b. Saluran di dalam telinga. c. Abnormal pocket, di dalam paru (bullae). d. Ruang antara lapisan luar paru dan lapisan dalam dinding dada. e. Organ dalam di kavum abdomen.7
6 2.3. Hipoksia Pada Perjalanan Udara Pada perjalanan dengan pesawat udara dimana semakin bertambahnya ketinggian dari permukaan laut menyebabkan terjadinya penurunan tekanan udara (hipobarik), konsentrasi oksigen dan suhu udara. Juga menyebabkan penurunan tekanan parsial oksigen sehingga awak pesawat dan penumpang dapat terpapar dengan keadaan kekurangan oksigen (hipoksia hipobarik). 7 Perjalanan dengan pesawat udara ini mengakibatkan terjadinya suatu sindrom akibat oksigenasi jaringan yang kurang adekuat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan antara kapiler dan jaringan menurun sehingga pengiriman O 2 ke jaringan dari kapiler kurang efektif. Hipoksia menyebabkan frekuensi napas meningkat (hiperventilasi), CO 2 yang dibuang bertambah sehingga PaCO 2 menurun. Tubuh manusia sangat sensitif dan rentan terhadap efek dari kekurangan oksigen dan hipoksia berat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan fungsi tubuh dengan cepat, bahkan kematian.3,15,21 Terdapat empat jenis hipoksia sebagai berikut3 : 1. Hipoksik Hipoksia Hipoksia yang disebabkan oleh menurunnya tekanan O 2 dalam udara yang dihirup atau yang ada dalam paru-paru, atau oleh kondisi yang menghalangi atau mengganggu penyebaran O 2 menembus membran dari alveoli. Contoh Hipoksik Hipoksia adalah : - Berkurangnya tekanan atmosfir yang menyebabkan penurunan po 2 dalam alveoli yang terjadi karena tingginya altitude. - Gangguan pada pernapasan, seperti pada astma, dimana cartilage dari trakea atau bronkiolus menyempit yang mengakibatkan terhambatnya ventilasi dalam paru-paru. Pada pneumonia terkumpul cairan di dalam alveoli yang menghambat
7 penyebaran oksigen menembus membran kapiler dari alveoli, serta hambatan dalam jalur yang dilalui udara seperti akibat tumor. 2. Hipemik atau Anemik Hipoksia Disebabkan karena turunnya kapasitas darah untuk membawa jumlah oksigen yang mencukupi akibat berkurangnya hemoglobin. 3. Histotoksik Hipoksia Timbul bila penggunaan O 2 oleh jaringan tubuh terhambat. Alkohol, narkotika dan racun-racun tertentu seperti sianida, menghambat kemampuan sel untuk memanfaatkan O 2 yang tersedia baginya, sekalipun jumlahnya normal. 4. Stagnan Hipoksia Disebabkan karena berfungsinya sistem di dalam darah yang kurang baik (gangguan dalam sirkulasinya). Sementara kapasitas darah untuk membawa oksigen mencukupi, tetapi terdapat kekurangan dalam sirkulasi darah. 3 Variabel yang mempengaruhi gejala hipoksia akut : - Ketinggian absolut (absolute altitude) - Tingkat kenaikan (rate of ascent) - Lamanya di ketinggian (duration at altitude) - Temperatur di sekitarnya (ambient temperatur) - Aktivitas fisik (phisical activity) - Faktor-faktor individual, yakni : a. Toleransi yang inheren (inherent tolerance) b. Kesegaran jasmani (Physical fitness) c. Emosionalitas (emotionality) d. Aklimatisasi (acclimatization) Secara umum ada 3 penyebab utama terjadinya hypoxia pada penerbangan, yaitu 15 :
8 1. Terpapar dengan ketinggian pada penerbangan tanpa kabin (non-pressurized cabin) dan tanpa suplemen oksigen. 2. Tidak memadainya peralatan pernapasan pribadi untuk memasok kebutuhan oksigen dengan konsentrasi dan tekanan yang cukup. 3. Dekompresi kabin bertekanan akibat terpapar ketinggian yang ekstrim. CO 2 merupakan stimulasi utama pernapasan pada ketinggian 0 kaki dari permukaan laut, sedangkan pada ketinggian di atas permukaan laut, hipoksia merupakan stimulasi utama pernapasan kecuali jika tekanan inspirasi oksigen kurang dari 13,3 kpa (>3000 meter).21 Jika PiO 2 menurun, organisme berusaha memelihara kebutuhan minimal PO 2 mitokondria dengan meningkatkan ventilasi paru dan curah jantung; barrier kapiler dan volume darah kapiler bertambah; peningkatan waktu difusi sepanjang kapiler; menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke kanan. 24,25 Persamaan yang dipakai untuk memprediksi tingkat hipoksia pada ketinggian 8000 kaki dalam suatu penerbangan adalah : PaO₂Alt = 0,519 x ( PaO₂ sea level ) + 11,855 (FEV1(L)) Rekomendasi pemberian oksigen tambahan selama penerbangan, jika ditemukan penurunan PaO 2 < 6,7 kpa ( < 50 mmhg ), sehingga diperlukan tes skrining untuk evaluasi preflight pada penumpang yang berisiko, antara lain14,26 - VEP 1 < 50% nilai prediksi - TLCO 2 < 50% nilai prediksi - Dispnea memberat jika berjalan 50 meter - KVP < 50% nilai prediksi - SaO 2 < 95%
9 2.4. Faal paru pada ketinggian Test faal paru merupakan alat ukur objektif yang dapat mendeteksi tingkat kerusakan paru pada penyakit cardiopulmonary; monitor evaluasi penyakit dan respons terapi; monitor dampak lingkungan dan occupational terhadap fungsi paru dan memperkirakan risiko operasi. Interpretasi fungsi paru yang ditemukan pada pemeriksaan test faal paru, dikelompokkan dalam kelainan obstruksi dan restriksi. 27 Kelainan obstruksi disebabkan oleh peningkatan tahanan pada saat ekspirasi, ditemukan pada penyakit asma dan PPOK dengan kriteria derajat obstruksi. 25 Tabel 4. Kriteria dari derajat obstruksi 25 Derajat VEP 1 /KVP VEP 1 (ml) Sangat berat Berat Sedang Ringan Sangat ringan < 0,30 0,3 0,4 0,4 0,6 0,6 0,7 > 0,7 < > 3000 Kelainan restriksi merupakan indikasi adanya penurunan volume dan distensibilitas (pengembangan) paru serta elastisitas yang meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah jaringan interstisial di paru. Kompartemen volume yang dipengaruhi adalah penurunan vital capacity (VC), residual volume (VR) dan functional residual capacity (FRC). Penyakit paru yang memberikan gambaran kelainan restriksi adalah penyakit parenkim paru (Fibrosis paru), efusi pleura, fibrosis pleura visceral dan sub jaringan pleura, penyakit neuromuskuler, dll. Derajat kelainan restriksi penyakit paru tampak pada tabel berikut ini. 25,28
10 Tabel 5. Kriteria dari derajat restriksi 25 Derajat VC % prediksi TLC % prediksi Sangat ringan Ringan Sedang Berat > < 30 > < 50 Kapasitas Vital Paksa (KVP) adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dengan kekuatan setelah inspirasi maksimal, biasanya digunakan untuk melihat kemampuan elastisitas jaringan paru. Volume Ekspirasi Paksa-1 (VEP 1 ) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada detik pertama secara paksa setelah inspirasi maksimal dan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi. Penurunan VEP 1 merupakan bentuk kelainan obstruksi akibat dari puncak aliran ekspirasi yang berkurang, yang dikaitkan oleh penurunan kekuatan saluran napas, sehingga aliran ekspirasi menjadi rendah. 28 Gangguan fungsi paru akibat paparan ketinggian dapat memperberat hipoksemia, cadangan ventilasi untuk aktivitas berkurang dan predisposisi terjadinya kesakitan akibat ketinggian. Perubahan fungsi paru pada ketinggian disebabkan oleh 29 : - Edema paru interstisial - Vasokonstriksi arteri pulmonalis - Redistribusi volume darah paru - Perubahan elastisitas recoil paru - Distensi udara pada rongga dada dan perut - Penurunan kekuatan otot pernapasan Gautier dkk, menemukan perubahan volume paru statis pada ketinggian disebabkan oleh penurunan elastisitas recoil paru, khususnya volume paru. Penelitian Sari dkk, pada
11 ruang kabin bertekanan (8000 kaki) menemukan penurunan KVP (-8,7% prediksi), VEP 1 (- 5,7% prediksi) dan peningkatan PEF (+ 7,3% prediksi). 13, Ventilasi Perubahan ketinggian akan menyebabkan penurunan tekanan barometrik dan penurunan dari tekanan oksigen (PaO 2 ), dimana hal ini merupakan kompensasi dari meningkatnya ventilasi yang disebut juga dengan hypoxic ventilatory response (HVR). 30 Basu dkk, melaporkan bahwa ventilasi pada keadaan istirahat pada laki-laki sehat meningkat dari 7,03 ± 0,3 L/menit diatas permukaan laut menjadi 11,8 ± 0,5 L/menit pada ketinggian 3110 meter pada hari pertama. 30 Respon ventilasi merupakan keadaan fisiologis yang terjadi akibat ketinggian. Peningkatan ventilasi ini merupakan akibat perangsangan hipoksia dari badan carotid yang derajatnya berbeda pada tiap individu. Menurunnya tekanan barometer mengakibatkan ventilasi meningkat untuk meminimalkan penurunan PaO 2. Peningkatan ventilasi terjadi bila tekanan oksigen inspirasi menurun sampai kira-kira 13,3 kpa atau pada ketinggian 3000 meter dan tekanan oksigen alveolar kira-kira 8 kpa. 21,30,31
12 Tabel 6. Tekanan barometer sesuai ketinggian 31 Ketinggian Tekanan % O 2 % O 2 barometer PO 2 inspirasi ekuivalen dibutuhkan pd dpl Kaki meter KPa MmHg KPa MmHg , ,9 20, , , ,4 22, , , ,8 24, , , ,6 26, , , ,1 28, , , ,0 31, , , ,8 34, , , ,6 37, , , ,7 40, , ,2 69 9,7 44, , ,4 63 8,8 49, , ,6 57 8,0 54, , ,9 52 7,3 60, , ,3 47 6,6 66, , ,6 42 5,9 74, , ,9 37 5,2 83, , ,7 27 3, , ,7 20 2, , ,8 13 1, ,6 87 1,1 8 1, , Difusi Penurunan tekanan partial oksigen menyebabkan penurunan tekanan oksigen alveolar. Keseimbangan oksigen ke darah tergantung pada lamanya sel darah merah melewati kapiler paru, biasanya dibutuhkan 0,25 detik pada permukaan laut. Keseimbangan oksigen yang adekuat tidak terjadi pada ketinggian walaupun lamanya waktu untuk melewati kapiler paru menjadi 0,75 detik. Peningkatan kapasitas difusi sebagian besar disebabkan peningkatan
13 volume darah kapiler sehingga terjadi pelebaran kapiler dan peningkatan luas permukaan difusi oksigen Kerangka Konsep 2.6. Hipotesis Perjalanan dengan pesawat udara akan mempengaruhi saturasi oksigen dan fungsi paru.
BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir dunia penerbangan di dunia dan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Jumlah pesawat meningkat cepat seiring makin banyaknya masyarakat menggunakan
Lebih terperinciINSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )
1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit
Lebih terperincimekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.
B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi
Lebih terperinciFAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
WORKSHOP PIR 2017 FAAL PERNAPASAN Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta CURICULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas
Lebih terperinciSistem Pernapasan - 2
Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,
Lebih terperinciSPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND
SPIROMETRI Deddy Herman Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND RESPIRASI Ventilasi Difusi Perfusi VENTILASI Peristiwa masuk dan keluar udara ke dalam paru : Inspirasi Ekspirasi Inspirasi :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply
BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu
Lebih terperinciMEMBRAN RESPIRATORIUS
PENDAHULUAN Fungsi utama paru adalah untuk memberikan oksigenasi darah yang memadai dan mengeluarkan karbondioksida (CO 2 ). Proses pertukaran gas melalui tiga tahapan yaitu ventilasi paru yang akan menentukan
Lebih terperinciRESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI
RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran
Lebih terperinciA. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses
Lebih terperinci2. PERFUSI PARU - PARU
terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering
Lebih terperinciRespirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi
Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan ruang paru-paru yang terisi udara), transport gas respirasi
Lebih terperinciANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN
ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah mengenal kehidupan di tempat tinggi sejak ribuan tahun lalu. Secara alami telah terjadi proses adaptasi fisiologis sebagai mekanisme kompensasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah
Lebih terperinciKompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan
SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan fisiologi paru-paru Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa
Lebih terperinciASIDOSIS RESPIRATORIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri
Lebih terperinciUji Fungsi (lung function test) Peak flow meter
Uji Fungsi Paru-paru (lung function test) Peak flow meter Spirometer 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Spirometri 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Peak flow meter PEF = Peak Expiratory
Lebih terperinciEFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Tinjauan Kepustakaan V Selasa 7 Januari 2014 EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI Penyusun: Rina Puspasari S., dr. Pembimbing: Marina Moeliono, dr., SpKFR(K) Penilai: Marietta Shanti P., dr.,
Lebih terperinciAnatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan adanya trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paru Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan lingkungan di luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi paru utama untuk respirasi, yaitu pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Pernafasan Pernafasan mencakup dua proses: pernafasan eksterna, yaitu penyerapan oksigen (O 2 ) dan pengeluaran karbondioksida (CO 2 ) dari tubuh secara keseluruhan;
Lebih terperinciTERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1
TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat
Lebih terperinciPEMERIKSAAN FAAL PARU
PEMERIKSAAN FAAL PARU (AUTO)SPIROMETRY TEST dr.afan Fatkhur A,Sp.P FAAL PARU RESPIRASI Ventilasi FAAL VENTILASI FAAL PARU FAAL DIFUSI Difusi FAAL PERFUSI Perfusi FAAL PARU RESPIRASI FAAL VENTILASI: PERTUKARAN
Lebih terperinciPengaruh Faktor Usia dan Faal Paru Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen di Atas Ketinggian 8000 Kaki di dalam Pesawat Udara
Pengaruh Faktor Usia dan Faal Paru Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen di Atas Ketinggian 8000 Kaki di dalam Alima Sari Sihotang, Pandiaman Pandia, Amira Permatasari, Putri Eyanoer Departemen Pulmonologi
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa
BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang: Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa anak anak karena masa perkembangan dan maturasi fungsi paru dimulai sebelum lahir. Berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL
Lebih terperinciMACAM-MACAM SUARA NAFAS
MACAM-MACAM SUARA NAFAS Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA Diposkan oleh Rizki Kurniadi, Amd.Kep SUARA NAFAS NORMAL Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring
Lebih terperinci5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea
1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL
1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus
Lebih terperinciC. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru merupakan salah satu organ penting, bagian dari sistem pernapasan manusia. Fungsi utama dari sistem pernapasan adalah untuk pertukaran udara yaitu mengambil O
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mempengaruhi 15 juta orang Amerika dan mengakibatkan kematian 160.000 jiwa pertahun, peringkat ke-empat sebagai penyebab kematian
Lebih terperinciMINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES
MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES MINGGU, 7 APRIL 2013 HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT 1 CURICULUM VITAE PEMATERI Nama : dr. Muhammad Ridhwan Wirjahamlana, Sp. BS Tempat/ Tgl
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil
Lebih terperinciFisiologi Respirasi dan Patosisiologi
Bab 19 Fisiologi Respirasi dan Patosisiologi BRIAN P. KAVANAGH GORAN HEDENTIERNA Poin Utama: - Pembuangan CO 2 diatur oleh ventilasi alveolus, bukan oleh jumlah (menit) ventilasi. - Ventilasi ruang rugi
Lebih terperinciPertukaran gas antara sel dengan lingkungannya
Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan
Lebih terperinciSistem Pernafasan Manusia
Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG Pendahuluan asma merupakan proses inflamasi kronik dimana yang berperan adalah sel-sel inflamasi maupun struktural dari bronkus GINA 2010
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi
5 BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi ALI ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi yang luas dan parah dari parenkim paru. 10 ALI/ARDS merupakan kumpulan gejala akibat inflamasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Fisiologi Paru-Paru Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah. Paru-paru kiri memiliki
Lebih terperinciKurnia Eka Wijayanti
Kurnia Eka Wijayanti Pernafasan dibagi menjadi beberapa peristiwa: 1. Ventilasi paru 2. Difusi oksigen dan co2 di alveoli 3. Transpor oksigen dari darah ke dalam sel Udara masuk ke paru-paru karena ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah orang yang mendaki gunung meningkat, baik untuk pekerjaan atau kesenangan. Melakukan perjalanan ke ktinggian memang menimbulkan kebahagiaan, namun berisiko
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Luhur Bantul dengan waktu penelitian antara
Lebih terperinciPembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
STRUKTUR SISTEM RESPIRASI Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN BEBERAPA FAKTOR LAIN TERHADAP WAKTU SADAR EFEKTIF DI KALANGAN CALON DAN AWAK PESAWAT MILITER PADA SIMULASI KETINGGIAN 25000 KAKI TESIS VERONICA GALIH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riwayat penyakit bronkiektasis pertama kali dikemukakan oleh Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada akhir 1800, dan ditetapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan 2.1.1 Paru Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara. Tiap paru memiliki: apeks yang mencapai
Lebih terperinciBAHAN AJAR BAHAYA TEKANAN TINGGI DI BAWAH PERMUKAAN AIR. Dekompresi
BAHAN AJAR 23 BAHAYA TEKANAN TINGGI DI BAWAH PERMUKAAN AIR Dekompresi Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologis Olahraga Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh
Lebih terperinciKERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi
Tinjauan Pustaka KERACUNAN OKSIGEN Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A009052 Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN FK UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN Desember, 2013 PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Polusi Udara 1. Definisi Polusi Udara Udara merupakan salah satu komponen terpenting dalam tubuh manusia untuk menjalankan kehidupanya. Udara berfungsi sebagai bahan pernapasan
Lebih terperinciEFEK TEKANAN UDARA TERHADAP FISIOLOGI TUBUH. Oleh: All Satya Graha Dosen Ju^usan Pendidikan Kesehatan dan Rekrcasi FIK
EFEK TEKANAN UDARA TERHADAP FISIOLOGI TUBUH ATLET Oleh: All Satya Graha Dosen Ju^usan Pendidikan Kesehatan dan Rekrcasi FIK UNY Abstrak Moderenisasi semakin menjanjikan untuk perkembangan para atlet yang
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 1. Bagian paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida adalah... Alveolus
Lebih terperinciRITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI
RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saturasi Oksigen 1. Pengertian Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Dalam
Lebih terperinciBAB IV. TINGKAT KEBOCORAN yang DIIZINKAN PADA KABIN PESAWAT BOEING Bepergian dengan pesawat terbang sudah meningkat sejak beberapa tahun.
BAB IV TINGKAT KEBOCORAN yang DIIZINKAN PADA KABIN PESAWAT BOEING 747-400 Bepergian dengan pesawat terbang sudah meningkat sejak beberapa tahun. Menurut Federal Aviation AdministrationI, sudah mencapai
Lebih terperinci5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan
5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
Lebih terperinciOrgan yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru
Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Respirasi Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk menghirup oksigen dari lingkungan eksternal dan menyediakannya bagi sel- sel tubuh serta membuang karbon dioksida
Lebih terperinciJournal of Physical Education, Sport, Health and Recreations
Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 1 (1) (2012) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr PENGARUH JALAN KAKI
Lebih terperinciRESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC)
RESPIRATORY FAILURE PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC) 1 DEFINIS I Gagal napas adalah ketidakmampuan paru-paru memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan oksigenasi
Lebih terperinciCara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru
Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru Volume dinamik paru dan kerja pernapasan Keterangan mengenai status ventilasi tidak hanya membutuhkan volume statis paru, namun juga pengukuran kecepatan pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran
1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Pada saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Gambaran penurunan AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru
Lebih terperinciOKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN
TINJAUAN PUSTAKA OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN Ikhsanuddin Ahmad Harahap* ABSTRAK Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan
Lebih terperinciKesetimbangan asam basa tubuh
Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan
Lebih terperinciANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya yang memiliki fungsi dan manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5 %. Prevalensi asma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup
Lebih terperinciBAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Sistem pernapasan didasarkan pada keteraturan yang rumit. Udara dingin atau kotor yang kita hirup dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, udara harus
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 1. Pasang yang tepat antara alat ekskresi dan zat yang dikeluarkan adalah... Hati menghasilkan hormon Paru-paru mengeluarkan uap air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU
HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU SKRIPSI INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh: ARI WIBAWA J 110 040 014
Lebih terperinciALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer 2. Manometer tabung U 3. Respivol 4. Corong 5. Zat Cair 6. Mistar
PERCOBAAN 3 SPIROMETER TUJUAN Memperoleh volume paru dan kapasitas pernapasan maksimal serta membandingkan hasil pengukuran spirometer terhadap perangkat sejenis lainnya. ALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer
Lebih terperinciPENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG
PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG Vironica Dwi Permatasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci