BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sucianty Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman sayuran kubis Kubis (Brassica oleracea var capitata) yang dimaksud disini adalah kubis yang membentuk telur yang bentuknya seperti kepala. Umumnya semai kubis yang baru tumbuh mempunyai hipokotil yang berwarna merah, panjang beberapa sentimeter, dua keping, akar tunggang, dan akar serabut. Daun pertama mempunyai tungkai yang panjang dan tungkai-tungkai daun selanjutnya makin memendek, kemudian daun membentuk roset, apabila titik tumbuh mati dimakan ulat atau patah karena sesuatu sebab akan tumbuh banyak tunas. 4) Tanaman kubis yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual) ataupun dwi musim (biennual) yang berbentuk urdu, sistem perakaran yakni menembus pada kedalaman tanah antara cm. Batang tanaman kubis umumnya pendek dan banyak mengandung air (herbaceus). 4) Di indonesia pada umumnya kubis banyak ditanam di dataran tinngi meter di atas permukaan laut (dpl). Tetapi setelah ditemukan kultivar atau varietas yang tahan panas, tanaman kubis dapat diusahakan di dataran rendah m dpl, walau hasilnya tidak sebaik yang di tanam di dataran tinggi. 4) Keadaan iklim yang cocok untuk tanaman kubis adalah daerah yang relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80% - 90%, dengan suhu berkisar antara 15 o C 20 o C, serta cukup mendapatkan sinar matahari. Kubis yang ditanam di daerah yang bersuhu 25 o terutama varietas-varietas untuk dataran tinggi akan gagal membentuk krop. Demikian pula tempat penanaman yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan tanaman kubis kurang baik dan mudah terserang penyakit dan pada waktu masih kecil sering terjadi pertumbuhan terhenti (stagnasi, etiolasi). 4) B. Taxonomi sayuran kubis Diviso Spermatophyta Sub diviso Angiospermae
2 Kelas Dicotyledonae Ordo Papavarales Famili Cruciferae (Brassicaceae) Genus Brassica Spesies Brassica oleracea. L. var. capitata. 4) Gambar 2.1 perkebunan kubis C. Kandungan Gizi Gambar 2.2 Brassica oleracea. L. var. capitata Kandungan gizi kubis menurut Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dan Food Nutrition Research Center, Manila (1964) adalah sebagai berikut: 4) Komposisi gizi Kubis putih/kubis merah Kubis krop (umum) Kalori (kal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Kalsium (gr) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A Vitamin B1(mg) Vitamin C (mg) Air (gr) 25,0 1,4 0,2 5,3 46,0 31,0 1,5 80,0 0, ,4 25,0 1,7 0,2 5,3 64,0 0,7 26,0 75,0 0,2 62,0 - D. Pencemaran Sayuran Kubis oleh Parasit Pada saat penanaman kubis biasanya dipersiapkan dahulu segala yang berhubungan dengan penanaman diantaranya yaitu: Pencangkulan, pembuatan bedeng-bedeng, penentuan jarak tanam, pemberian pupuk dasar, dan baru kemudian tanaman kubis ditanam di tempat yang telah dipersiapkan.
3 Kecenderungan terjadinya pencemaran pangan oleh parasit pada tanaman musiman menjadi sangat tinggi, karena memang udara yang hangat dan lembab yang terus-menerus terjadi sepanjang tahun merupakan kondisi yang sangat mendukung pertumbuhan parasit. Mikroorganisme telah berada pada bahan pangan sejak bahan ini dibudidayakan di lahan pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sayuran kubis oleh parasit diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pupuk dasar Tanaman kubis memerlukan pupuk yang cukup banyak karena tanaman tersebut banyak menghisap zat makanan terutama unsur Nitrogen dan Kalium diantaranya jenis kompos atau pupuk kandang, pupuk pospor TSP, mikroorganisme yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apabila mengingat intensitas pemakaian yang bisa mencapai kali tiap musim tanam di daerah sentra produksi. 6) Saat kubis tersebut dikonsumsi, maka residu dari kompos akan terakumulasi di tubuh konsumen. 7) Dalam Pertanian organik teknik yang paling praktis untuk dapat dilaksanakan oleh petani dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Selama ini petani sering mengeksploitasi lahan pertanian untuk keperluan produksi tanaman tanpa memperhatikan rekomendasi pemupukan dan kaidah lingkungan, sehingga pada gilirannya tidak mampu meningkatkan produksi itu sendiri. Pemberian pupuk buatan dan pestisida yang jauh di atas ambang batas dapat memberikan kontribusi negatif terhadap kelestarian lingkungan. sehingga berdampak buruk terhadap mutu produksi, makhluk hidup, dan pencemaran lingkungan. 7) 2. Pengairan Tanaman kubis sangat membutuhkan air yang cukup sehingga kegiatan pengairan sangat penting karena merupakan faktor yang kritis apabila terjadi kekurangan. Pada saat kemarau, pengairan dapat dilakukan dengan cara di leb dua kali seminggu sampai krop terbentuk yaitu pada umur ± 60 hari, pada saat proses tersebut berlangsung kemungkinan terjadinya kontaminasi karena residu pencemaran air tersebut 6)
4 E. Cacing usus Cacing usus di Indonesia lebih sering disebut dengan cacing perut. Sebagian besar penularannya melalui tanah, maka mereka digolongkan dalam kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah atau soil transmitted helminths. 8) Species cacing perut di Indonesia terdapat lima spesies cacing yang termasuk cacing perut yang penularannya terjadi melalui tanah yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercolaris. Empat spesies yang terdahulu merupakan parasit cacing yang endemik di seluruh wilayah Indonesia. Penelitian-penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 60-80% dari penduduk menderita infeksi dengan satu atau lebih dari satu jenis cacing perut. Nematoda usus lainnya adalah Enterobius vermicularis dan Trichinella spirallis yang ditularkan melalui tanah. 9) Spesies nematoda intestinalis yang penting yaitu: a) Ascaris lumbriocoides Di Indonesia dikenal sebagai cacing gelang, parasit ini tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropik yang kelembabanya cukup tinggi penyakitnya disebut Ascariasis. 9) Habitat. Cacing dewasa terdapat didalam usus halus tetap kadang-kadang dijumpai mengembara dibagian usus lainya selain di usus manusia juga terdapat di usus babi. 9) Morfologi. Cacing dewasa bentuknya mirip cacing tanah, cacing yang merupakan nematoda usus terbesar apda manusia ini yang betina lebih besar ukurannya dibandingkan dengan yang jantan, panjang cacing betina antara 22 cm sampai 35 cm sedangkan yang jantan antara 10 cm sampai 31 cm. 9) Telur. Berbentuk lonjong berwarna kecoklatan tanpa operculum, permukaannya tidak teratur, lapisan albumoid berkembang tidak tidak teratur dan mempunyai kulit yang lebih tipis daripada telur yang dibuahi. 8) Siklus hidup. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitive Ascaris Lumbricoides, pada waktu telur yang telah dibuahi keluar bersama tinja penderita telur belum infektif jika telur jatuh ditanah, dan didalam tanah telur
5 akan tumbuh dan berkembang, ovum yang berada didalam telur akan berkembang menjadi larva rabditiform sehingga telur kini menjadi infektif. 9) Cara infeksi. Penularan Ascaris dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif kedalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, atau tertelan melalui tangan yang kotor atau telur infektif terhirup debu udara. Pada keadaan terakhir ini larva menetas di mucosa jalan napas bagian atas untuk kemudian langsung menembus darah dan memasuki aliran darah. 9) b) Trichuris Trichiura Biasa disebut cacing cambuk penyakitya disebut Trikuriasis. Cacing ini tersebar luas di daerah tropik yang panas dan lembab. Habitat. Cacing dewasa hidup di dalam usus besar manusia terutama di daerah sekum dengan membenamkan kepalanya di dalam dinding usus kadang-kadang cacing didapatkan hidup di apendiks dan ileum bagian distal. 9) Morfologi. Cacing dewasa berbentuk seperrti cambuk bagian anterior yang merupakan tiga perlima tubuh berbentuk langsing seperti rambut, sedangkan dua perlima bagian tubuh yang posterior lebih tebal. Telur. Bentuk telur Trichuris trichuira sangat khas, mirip tempayan kayu atau biji melon, warna coklat, mempunyai dua kutub yang jernih dan menonjol yang disebut dengan mucoid plug, mempunyai ukuran 50X25 mikron. 8) Siklus hidup. Manusia merupakan sumber penularan trikuriasis untuk manusia lainya. Telur yang keluar bersama tinja penderita belum mengandung larva jika telur jatuh ditanah yang sesuai dalam waktu 3 sampai 4 minggu telur berkembang menjadi infektif bila telur yang infektif termakan manusia didalam usus halus dinding telur pecah dan larva cacing keluar menuju sekum intik selanjutnya tumbuh menjadi dewasa. 9) c) Enterobius vermicularis Biasa disebut cacing kremi penyakitnya disebut Oksiuruasis atau enterobiasis, cacing ini tersebar luas di seluruh dunia baik di daerah tropik maupun subtropik.
6 Habitat. Cacing dewasa terutama hidup di dalam sekum dan sekitar apendiks manusia, untuk bertelur cacing betina seringkali mengadakan migrasi ke daerah sekitar anus. 9) Morfologi. Cacing dewasa berukuran kecil berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada cacing jantan, ukuran cacing betina sampai 13 mm sedangkan yang jantan sampai sepanjang 5 mm. Telur seekor cacing betina memproduksi sebanyak butir setiap harinya selama 2 sampai 3 hari minggu, sesudah itu cacing betina itu akan mati. Telur bentuk sentrimetrik ini tidak berwarna mempunyai dinding yang tembus sinar dan berisi larva yang hidup ukuran telur lebih kurang 30 mikron kali mikron. 9) Siklus hidup. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Enterobius vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Telur yang oleh cacing betina diletakkan di daerah sekitar perianal dan perineal, dalam waktu 6 jam telah merupakan telur yang infektif untuk manusia lain. Telur yang, masuk ke mulut atau juga bisa melalui jalan nafas di dalam duodenum akan menetas, larva rabditiform kemudian akan tumbuh menjadi cacing dewasa di jejunum dan bagian atas dari ileum unutk melengkapi siklus hidupnya dibutuhkan waktu antara 2 samapi 8 minggu lamanya. 9) d) Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus Nama penyakit infeksi telur cacing tambang oleh Ancylostoma duodenale disebut Ankilostomiasis sedangkan Necator americanus menimbulkan Nekatoriasis. Habitat. Cacing dewasa hidup di dalam usus halus terutama di jejunum dan duodenum manusia kedua spesies cacing ini melekatkan diri pada membran mukosa usus dengan menggunkan gigi-gigi kitin dan gigi pemotongnya dan mengisap darah yang keluar dari luka gigitan. 9) Morfologi. Cacing mempunyai bentuk badan silindrik dengan mulut yang besar dan kulit berwarna putih keabuan. Cacing betina mempunyai ukuran panjang antara 9 sampai 10 mm, sedangkan yang jantan mempunyai ukuran 5 sampai 11 mm. Di bawah mikroskop morfologi telur kedua jenis cacing
7 tambang ini sukar dibedakan satu dengan yang lainnya telur berbentuk lonjong atau seperti elips dengan ukuran sekitai 65 X 40 mikron. 9) Telur. Berbentuk lonjong atau elips dengan ukuran sekitar 65X40 mikron mempunyai dinding yang tipis yang tembus sinar dan mengandung embrio dengan empat blastomer. 8) Siklus hidup. Untuk Ancylostoma duodenale dan Necator americanus manusia merupakan hospes definitif telur yang berisi embrio yang bersegmen ke luar bersama tinja penderita di dalam tanah dalam waktu 2 hari telur menetas menjadi larva rabditiform yang tidak infektif. 9) e) Strongyloides stercoralis Nama umum cacing benang nama penyakit stronguloides cacing ini tersebar luas di daerah tropik dengan kelembaban tinggi. Habitat. Cacing dewasa hidu pada membrana mukosa usus halus terutama duodenum dan jejunum manusia dan beberapa jenis hewan. 9) Morfologi. Pada umumnya hanya cacing betina yang hidup parasit pada manusia cacing betina berbentuk benang halus tidak berwarna dengan panjang badan sekitar 2,2 mm. Telur berbentuk lonjong mirip telur cacing tambang berukuran 55 X 30 mikron. 9) Telur. Berbentuk lonjong berukuran 55X30 mikron, mempunyai dinding tipis yang tembus sinar, yang dikeluarkan di dalam membrana mukosa dan langsung menjadi larva. 8) Siklus hidup. Dalam siklus hidup cacing ini tidak memerlukan hospes perantara sebagai hospes definitif adalah manusia akan tetapi berbagai jenis hewan dapat menjadi reservoi host. 9) 1. Faktor-faktor tingginya infeksi Berbagai faktor mendukung tingginya angka kesakitan infeksi cacing perut di Indonesia, letak geografis Indonesia di daerah tropis yang mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab memungkinkan cacing perut dapat berkembangbiak dengan baik. Banyak penduduk Indonesia yang masih berpendidikan rendah sehingga pengetahuan tentang cara untuk hidup sehat, cara
8 untuk menjaga kebersihan perseorangan bagi dirinya dan kebersihan makanan dan minuman serta cara makannya belum dipahami dengan baik. Selain itu banyak keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga sehingga mereka membuang kotoran (buang air besar) di halaman rumah, di kebun atau di selokan yang terbuka sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan hidup oleh kotoran manusia yang mengandung stadium infeksi cacing perut. Penduduk yang sangat padat lebih mudah penyebaran infeksi cacing perut ini. 9) 2. Penularan Infeksi cacing perut dapat terjadi melalui dua jalan yaitu masuknya telur yang infektif ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yaitu pada infeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, dan cara yang lain adalah masuknya larva infektif (larva filariform) ke dalam tubuh dengan menembus kulit yang sehat pada infeksi dengan cacing tambang dan Strongyloides stercoralis. Pada cacing Enterobius vermicularis penularan terjadi dengan masuknya telur yang infektif ke dalam mulut melalui makanan dan minuman yang tercemar, melalui udara yang tercemar atau cara langsung melalui tangan yang tercemar, telur cacing yang infektif. Infeksi dengan cacing Trichinella spirallis terjadi melalui mulut dengan masuknya larva infektif yang terdapat di dalam daging-daging atau hewan lain yang menderita Trikinosis, yang tidak dimasak dengan baik. 9) 3. Patogenesis infeksi cacing usus Kelainan patologik akibat infeksi cacing usus dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa maupun oleh larvanya tergantung pada siklus hidup cacing dan dipengaruhi oleh lokasi stadium cacing usus di dalam tubuh manusia. Cacing dewasa dapat menimbulkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi, obstruksi usus, iritasi usus dan perforasi usus tergantung cara hidup cacing dewasa. Sedangkan larvanya dapat menimbulkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. 9)
9 F. Nematoda pada tanaman Nematoda meskipun termasuk hewan tapi biasa kita golongkan sebagai penyebab penyakit karena gejala dan cara penyerangannya mirip dengan patogen lainnya. Nematoda boleh diartikan sebagai cacing silindris yang tidak bersegmen (unsegmented roundworm) meskipun sebenarnya nematoda berarti menyerupai benang (threadlike). Namun demikian nematoda ini sangat berbeda dengan cacing yang lain. Nematoda mempunyai sejumlah spesies yang sangat banyak. Nematoda ada yang bersifat saprofitis dan ada yang bersifat parasitis pada berbagai organisme lain seperti serangga, ikan, burung, manusia, tumbuhan termasuk jamur dan bakteri bahkan juga terhadap nematoda yang lain. 18) Daur hidup nematoda pada umumnya sebagai berikut : 1. nematoda betina meletakkan telurnya dalam tanah atau di dalam tanaman inangnya, 2. telur yang menetas menghasilkan larva, 3. larva ini berkembang melalui empat tingkatan, 4. setelah larva terakhir terbentuklah nematoda dewasa yang dapat dibedakan menjadi jantan dan betina. 18) Namun demikian banyak nematoda yang hermaprodit, bahkan ada jenis yang jantannya tidak pernah dijumpai. Nematoda yang menyerang tanaman adalah parasit obligat, oleh karena itu telurnya harus diletakkan di dalam atau di dekat tanaman inangnya hingga segera setelah menetas langsung mendapatkan makanannya. Di samping itu banyak telur nematoda yang untuk penetasan telurnya memerlukan rangsangan dari tanaman inangnya, dengan demikian sangat membantu kelangsungan hidupnya. Larva nematoda tidak mampu bergerak lebih dari 1-2 kali dari telurnya setelah menetas. 18) Nematoda parasit pada tanaman dapat dibedakan menjadi ectoparasit dan endoparasit. Nematoda ectoparasit misalnya genus Xiphinema. Ketiga nematoda ini selain menjadi patogen pada tumbuhan juga menjadi vektor virus yang menyerang tumbuhan. 18)
10 Nematoda endoparasit ada dua golongan yaitu yang dapat berpindah tempat dan yang menetap. Keduanya dapat dibedakan menjadi yang sebagian tubuhnya tenggelam ke dalam jaringan tanaman inang dan yang seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tumbuhan inangnya. Nematoda endoparasit yang dapat berpindah dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman, misalnya genus Radopholus, Ditylenchus dan Aphilenchus sedang yang hanya sebagian tubuhnya yang tenggelam dalam tanaman, misalnya genus Hoplolainus, Hellicotylenchus dan Rotylenchus. 18) Nematoda endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman inangnya misalnya Trichuris trichuira, Ascaris lumbricoides, Meloidogyne dan Heterodera sedang yang hanya tenggelam sebagian tubuhnya ke dalam tanaman inangnya misalnya Rotylenchus dan Tylenchulus. 18) Penyebab penyakit atau patogen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Biotik (parasit) dan Abiotik (fisiopat). Kelompok biotik terdiri dari Tumbuhan tinggi parasitik, yang dapat bersifat parasit sejati dan setengah parasit. 18) G. Perkembangan penyakit pada tanaman A. Konsep Segitiga Penyakit Berkembangnya suatu penyaklit pada suatu tanaman terjadi dari interaksi tiga faktor yang terkenal dengan Konsep Segitiga Penyakit. Interaksi tiga faktor itu adalah : 18) I I = inang P = pathogen P L L = lingkungan Faktor tanaman inang dipengaruhi oleh : 1. Jenis atau varietas tanaman yang menjadi inang suatu penyakit 2. Stadia rentan tanaman inang tersebut serhadap suatu penyakit. Faktor pathogen dipengaruhi oleh : 1. Jumlah inokulum/propagul. 2. Ras virulensi
11 3. Stadia pathogen Sedangkan lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan penyakit meliputi : - Abiotik yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari, ph (keasaman) - Biotik misalnya adanya mikro organisme antagonis atau organisme yang mungkin mengeluarkan racun yang dapat menghambat pertumbuhan pathogen 18) Terjadinya penyakit pada suatu tanaman apabila tiga faktor tersebut dalam keadaan : - Inang yang rentan. - Pathogen yang virulen. - Lingkungan yang cocok 18) H. Tinjauan Tentang Pencucian Sayuran Buah dan sayur dipercaya sebagai sumber vitamin dan serat alami yang berguna bagi tubuh. Orang dapat mengkonsumsinya dalam bentuk segar maupun dalam bentuk produk olahan seperti sari buah, selai, jus, maupun sayuran kering. Namun seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi bahan pangan yang dikonsumsi, di masyarakat telah terjadi perubahan pola konsumsi buah dan sayur. Dewasa ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi buah dan sayur segar (atau mentah), dalam bentuk salad, ataupun diolah dengan proses yang minimal untuk mencegah kehilangan nutrisi selama pengolahan. Namun amankah mengkonsumsi buah dan sayur dalam keadaan mentah. 10) Buah dan sayur mentah sesungguhnya dapat menjadi sumber bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah bakteri patogen berhasil diisolasi dari sayur dan buah mentah, seperti bakteri Campylobacter jejuni, Clostridium botulinum dan Listeria monocytogenes dapat ditemukan di mushrooms, Escherichia coli, Salmonella dan Vibrio cholerae didapatkan di kol, sementara di selada ditemukan bakteri Listeria monocytogenes, Salmonella, Staphylococcus, Yersinia enterocolitica dan Vibrio cholerae, sedangkan di sayuran salad diketahui dapat terkontaminasi oleh Staphylococcus, Listeria monocytogenes dan Yersinia enterocolitica.
12 Sedangkan Salmonella dan Yersinia enterocolitica dapat mengkontaminasi buah-buahan seperti jeruk, semangka, strawberry dan tomat. Selain itu sejumlah virus (Hepatitis A, Calicivirus, serta Norwalk) dan protozoa (Cyclospora, Cryptosporodium dan Giardia) juga ditemukan di beberapa jenis buah dan sayur. 11) Mikroba patogen pada buah dan sayur dapat terjadi karena kontaminasi dari manusia, hewan, dan air yang terjadi selama pemanenan, penanganan pasca panen, proses pengolahan sampai dengan persiapan terakhir sebelum dikonsumsi. Penanganan yang tidak higienis akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang selama proses pengolahan dan penyimpanan. Bila mengkonsumsi buah atau sayur dalam keadaan mentah, pencucian dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada permukaan buah dan sayur. Mengingat bahwa air sendiri dapat menjadi sumber kontaminasi mikroorganisme. Seorang peneliti dari UC Davis, Amerika mengatakan bahwa pencucian dengan larutan klorin 50 ppm selama 1 menit dapat menurunkan jumlah mikrooraganisme hingga lebih dari 80%, sedangkan pencucian dengan air biasa selama 1 menit hanya mengurangi sekitar 3% dari total mikroorganisme pada permukaan buah. Proses pendinginan, misalnya penyimpanan di kulkas dapat mempertahankan kesegaran buah dan sayur. Namun perlu diketahui bahwa pendinginan tidak dapat menghilangkan atau membunuh mikroorganisme patogen. Penyimpanan di kulkas hanya efektif untuk menghambat aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme patogen, sehingga sebelum buah dan sayur disimpan dalam kulkas, proses pencucian sangat diperlukan. Kontaminasi silang dapat terjadi selama proses penyimpanan dingin, terutama bila mencampur buah atau sayur yang masih segar dengan yang sudah mulai rusak. Oleh karena itu pemisahan antara buah atau sayur yang segar dengan yang mulai layu atau busuk dalam refrigerator hendaknya diperhatikan. Buah yang mulai busuk jangan dibiarkan terlalu lama di kulkas. 11) I. Meminimalisasi dengan pencucian
13 Buah-buahan dan sayuran segar juga tidak terbebas dari cemaran. Di pasar tradisional sayuran seperti selada yang dijual di dekat bahan hewani ternyata berpotensi pula membawa bakteri patogen. Dari hasil survei diketahui bahwa selada yang dijual di pasar tradisional berpotensi tercemar dengan patogen salmonella yang diduga berasal dari bahan hewani. Pada saat sayuran ini dipakai sebagai alas atau hiasan untuk menyajikan makanan matang dan siap santap ataupun untuk bahan salad, patogen yang mencemari selada dapat segera berpindah ke masakan. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka dapat berkembang biak sampai pada dosis yang membahayakan ataupun menghasilkan toksin. 11) Pada kondisi yang cocok, setiap 20 menit setiap sel bakteri dapat membelah menjadi dua, dan akan berkembang terus menjadi lebih dari dua juta sel setelah tujuh jam. Padahal jumlah mikroorganisme pada bahan mentah dapat mencapai lebih dari sel bakteri, termasuk patogen (yang menimbulkan penyakit), maka dengan sel ini akan berkembang dengan cepat di seluruh bagian pangan dan menjadikannya tidak aman untuk dikonsumsi. Sayuran umumnya dikonsumsi dalam bentuk sudah dimasak, namun banyak pula yang dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan. Penyajian lalapan mentah relatif mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Lalapan mentah juga mempunyai cita rasa khas yang mungkin tidak tertandingi oleh lalapan masak. Suku Sunda di Jawa Barat bisa dikatakan penggemar lalapan mentah nomor satu, sehingga restoran-restoran Sunda selalu menyediakan lalapan mentah sebagai menunya. 11) Bahan-bahan mentah yang akan disajikan bersama-sama dengan bahan matang harus dicuci. Penanganan pascapanen pada bahan pertanian, seperti halnya serealia dan kacang-kacangan, juga perlu dilakukan dengan baik. 11) Pada sayuran komersial saat ini sering disemprot pestisida untuk mencegah gangguan hama, kalau penyemprotannya dilakukannya menjelang panen tentu akan membahayakan konsumen lalapan mentah, oleh karena itu mencuci lalapan mentah
14 dengan air mengalir sebelum dikonsumsi mutlak diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakamanan pangan 11) Lalapan mentah mempunyai risiko besar untuk terkontaminasi jasad renik, misalnya telur cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk dll. Kontaminasi ini dapat membawa dampak kesehatan yang kurang menguntungkan. 12) Pencucian dapat mengurangi atau bahkan menambah jasad renik (telur cacing gelang, cacing tambang dll) tergantung pada cara pencuciannya, jenis sayuran dan mutu air pencucian. 12) Pada sayuran daun mempunyai permukaan yang berlekuk daripada sayuran buah sehingga telur cacing yang menempel pada sayuran daun lebih0 sulit dibersihkan. Contohnya kubis ternyata lebih banyak yang terkontaminasi telur cacing gelang dibandingakan pada ketimun sehingga kecendrungan bahwa kubis mengandung kontaminan telur cacing gelang lebih banyak. 12) Pemeriksaan parasitologi terhadap cacing usus dilakukan dengan cara pengendapan menggunakan larutan NaOH 0,2% Hal ini dilakukan pada sayuran maupun air yang dipakai. 12) J. Pengukuran Jumlah Telur Cacing Untuk menentukan diagnosis pasti infeksi telur cacing diperlukan pemeriksaan laboratorik untuk menentukan parasit cacing baik yang dewasa, telur maupun stadium larvanya. Agar usaha tersebut berhasil memuaskan maka selain kemampuan untuk mengenal morfologi cacing dengan benar, bahan-bahan untuk pemeriksaan hendaknya diupayakan tersedia dalam keadaan yang baik, dan parasit dapat diperoleh dengan utuh, tidak rusak dalam jumlah yang cukup sehingga mudah ditemukan dalam pemeriksaan. 8) Pemeriksaan parasitologi terhadap cacing usus dilakukan dengan cara pengendapan menggunakan larutan NaOH 0,2% Hal ini dilakukan pada sayuran maupun air yang dipakai. 13) Alat-alat pemeriksaan mikroskopik : Mikroskop
15 Setiap mikroskop hendaknya dilengkapi dengan lensa untuk pembesaran kecil, untuk memeiksa cacing dewasa dengan baik diperlukan juga satu mikroskop khusus (dissecting microscope) 9) Alat-alat gelas yaitu untuk tempat pencucian daun kubis, tempat pelarutan NaCl dan sebagai tempat untuk pencampuran dalam proses pengapungan Kaca benda dan kaca penutup diperlukan untuk memriksa bahan-bahan pemeriksaan dibawah mikroskop, alat-alat gelas lainnya diperlukan sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan lainnya Garam dapur sebagai bahan pelarut 9) Untuk pengukuran yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode pengapungan secara tidak langsung dengan larutan NaCl dengan pertimbangan biaya lebih murah dan hasil dapat langsung diketahui. 9) K. Kerangka Teori Sayuran kubis: - Pupuk - Tanah - Pengairan - Udara Kontaminan telur cacing (Soil transmitted helminth) meminimalisasi dengan pencucian Pemeriksaan Laboratorium
16 Sumber: Jenis dan Jumlah telur cacing usus Pracaya Kol Alias Kubis. Cet 9. Penebar Swadaya; Jakarta Soedarto Helmintologi Kedokteran. EGC; Jakarta L. Kerangka Konsep Vaiabel bebas Frekuensi pencucian Variabel terikat Jenis dan Jumlah telur cacing usus M. Hipotesa Ada pengaruh frekuensi pencucian pada daun kubis terhadap jenis dan jumlah telur cacing usus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG
ABSTRAK IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG Rahayu Astuti*, Siti Aminah** Prevalensi infeksi cacing usus di beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths 2.1.1 Definisi Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah sekelompok cacing parasit (kelas Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Soil Transmitted Helminhs Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik. Panjang cacing ini mulai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)
BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) (Freeman et al, 2015).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Lebih terperinciMAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI
MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
Lebih terperinciCONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
Lebih terperinciPada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing kelas nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing yang termasuk STH antara lain cacing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths (STH) Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan (Rusmartini, 2009). Cacing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, air, protein, lemak, serat, dan asam amino yang paling mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Mengkonsumsi sayuran hijau
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda
Lebih terperinciCACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)
CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Yang Siklus Hidupnya Melalui Tanah 1. klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes dan mempunyai kelas Nematoda, sedangkan superfamili
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya
Lebih terperincixvii Universitas Sumatera Utara
xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor meningkatnya kejadian infeksi adalah kebiasaan hidup yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang higinis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Ascaris lumbricoides a. Morfologi telur Ascaris lumbricoides Secara morfologi dapat dibedakan menjadi 4 macam bentuk: fertil, infertil, dekortikasi, dan embrio.telur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichuira, cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya parasit berupa cacing di dalam tubuh manusia. Kecacingan merupakan penyakit dengan insiden
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun
20 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminthiasis Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun yang tersering penyebarannya di seluruh dunia adalah cacing gelang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit parasit baik yang disebabkan oleh cacing, protozoa, maupun serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang dan beriklim tropis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobius vermicularis Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut tubuh melalui makanan, udara, tanah yang akan bersarang di usus besar pada waktu malam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang 70 80%. Air sangat penting bagi kehidupan jasad renik ataupun kehidupan pada umumnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan permasalahan yang banyak ditemukan di masyarakat namun kurang mendapat perhatian. Di dunia lebih dari 2 milyar orang terinfeksi berbagai jenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang
Lebih terperinciPREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciBAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum. Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminth 1. Klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies mempunyai
Lebih terperinci2. Strongyloides stercoralis
NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis cacing Sebagian besar infeksi cacing terjadi di daerah tropis yaitu di negaranegara dengan kelembaban tinggi dan terutama menginfeksi kelompok masyarakat dengan higiene
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi, terutama yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *
i zt=r- (ttrt u1 la l b T'b ', */'i '"/ * I. JENIS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK SEKOLAH DASAR-) Oleh : Dr. Bambang Heru Budianto, MS.**) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan (Ascariasis dan Trichuriasis) 1. Definisi Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides dalam tubuh manusia. Spesies cacing yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik karena dengan perlakuan berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam pemeriksaan metode
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan. Kecacingan oleh STH ini ditularkan
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan 1. Definisi Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciPARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS
PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing tularan tanah merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia, biasanya hidup di dalam saluran pencernaan manusia (WHO, 2011). Spesies cacing tularan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing golongan nematoda usus yang penularannya melalui tanah. Dalam siklus hidupnya, cacing ini membutuhkan tanah untuk proses
Lebih terperinciPELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI
PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang, terutama di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia,
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Nematoda Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral
Lebih terperinciUJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI
UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths (STH) Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Sekolah Dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan maupun daerah perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman
Lebih terperinci