BAB II DASAR TEORI. 2.1 Optical Character Recognition (OCR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. 2.1 Optical Character Recognition (OCR)"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang mendasari pembuatan tugas akhir. Teori-teori ini meliputi pembahasan mengenai konsep mengenai OCR, image preprocessing, serta pattern recognition, dan teori mengenai jaringan saraf tiruan dan algoritma genetik. Konsep mengenai OCR yang akan dibahas di bab ini meliputi definisi OCR, langkahlangkah OCR, dan keuntungan dari penggunaan OCR. Teori mengenai jaringan saraf tiruan yang akan dibahas di bab ini meliputi definisi jaringan saraf tiruan serta prosesproses dalam jaringan saraf tiruan. Teori mengenai algoritma genetik yang akan dibahas di bab ini meliputi definisi algoritma genetik, kelebihan algoritma genetik, proses-proses dalam algoritma genetik, dan operator-operator dalam algoritma genetik. 2.1 Optical Character Recognition (OCR) OCR adalah sebuah aplikasi untuk mengubah dokumen dalam bentuk gambar digital ke dalam bentuk dokumen dengan format teks (ASCII) yang dapat dengan mudah diubah isinya. Gambar digital tersebut biasa didapat dengan cara melakukan scanning dengan menggunakan perangkat keras berupa scanner. Gambar digital tersebut dapat berisi tulisan tangan maupun tulisan ketik. Hal pertama yang dilakukan oleh aplikasi OCR moderen adalah membagi halaman ke dalam beberapa elemen dasar seperti teks, tabel, gambar, dan sebagainya. Teks akan dibagi lagi menjadi per baris. Baris teks akan dibagi menjadi kata dan akhirnya menjadi karakter. Kemudian karakter-karakter tersebut akan dibandingkan dengan berbagai pola karakter yang ada. Karakter tersebut akan melalui beberapa hipotesa dan kemungkinan yang pada akhirnya menunjuk kepada karakter tersebut. Pada akhirnya, karakter-karakter yang telah dikenali tersebut akan dirangkaikan kembali ke dalam bentuk teks seperti di awal menjadi sebuah dokumen teks digital hasil OCR. [ABBYY]

2 II-2 Beberapa keuntungan dari penggunaan OCR, yaitu: 1. Dokumen hasil OCR dapat dengan mudah diubah isinya. 2. Pencarian terhadap isi dokumen menjadi sangat mudah. 3. Biaya penyimpanan dokumen menjadi sangat rendah Handwriting Recognition Handwriting recognition adalah kemampuan dari komputer untuk menerima dan mengenali masukan berupa tulisan tangan. Gambar masukan tulisan tangan dapat diterima secara offline, yaitu melalui proses scanning pada kertas, ataupun secara online, yaitu melalui gerakan pena pada komputer berbasis layar sentuh Digit Recognition Digit recognition adalah sebuah aplikasi OCR yang terbatas pada pengenalan karakter angka saja. Angka yang dimaksud adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Salah satu contoh penggunaan pengenalan angka adalah pada sistem pengenalan ZIP code surat di Amerika untuk memudahkan proses sorting surat. 2.2 Image Preprocessing and Enhancement Image preprocessing adalah sekumpulan operasi citra pada level abstraksi terendah [SON99]. Image preprocessing bertujuan memperbaiki kualitas citra sehingga distorsi pada citra dapat dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin. Noise serta informasi yang tidak dibutuhkan oleh proses selanjutnya akan dihilangkan dalam proses ini. Hal ini akan mempermudah pemrosesan citra selanjutnya. Operasi-operasi pada image preprocessing meliputi image brightening, contrast stretching, image smoothing, gamma correction, histogram equalization, retinex, dan lain-lain. Operasi-operasi tersebut merupakan operasi yang biasanya digunakan untuk meningkatkan kualitas citra. Pada Tugas Akhir ini, citra akan melalui beberapa operasi terlebih dahulu, yakni binerisasi dan penipisan.

3 II Binerisasi Binerisasi adalah proses mengubah citra fullcolor atau grayscale menjadi citra biner. Citra biner hanya memiliki dua derajat nilai warna untuk setiap pixelnya, yaitu putih (0) dan hitam (1) sehingga sering disebut juga black-and-white atau monochrome image. 0 berarti pixel tersebut merupakan background, sedangkan 1 berarti pixel tersebut merupakan bagian dari objek. Salah satu cara melakukan binerisasi yaitu dengan menggunakan nilai threshold. Nilai threshold akan menentukan apakah pixel merupakan bagian dari objek atau hanya merupakan background. Misalnya, sebuah gambar grayscale dalam RGB melalui proses binerisasi dengan nilai threshold 128 berarti semua pixel dengan nilai intensitas warna di atas 128 akan dinaikkan menjadi 255 dalam RGB atau 0 dalam biner merupakan background (putih), sedangkan pixel dengan nilai intensitas warna 128 ke bawah akan diturunkan menjadi 0 dalam RGB atau 1 dalam biner merupakan bagian dari objek (hitam) Penipisan Penipisan adalah pengurangan sebagian tepi objek melalui operasi beda himpunan [SON99]. Penipisan merupakan sebuah proses iterasi di mana tepi objek dikikis pada tiap iterasi hingga citra hanya memiliki ketebalan satu pixel, tanpa menghilangkan keterhubungan antar pixel pembentuk citra. Citra hasil penipisan disebut dengan rangka (skeleton). Contoh penipisan dapat dilihat pada Gambar II.1. Gambar II.1 Penipisan

4 II-4 Salah satu algoritma penipisan yang cukup populer dan baik kinerjanya adalah algoritma penipisan Zhang-Suen. Kelebihan dari algoritma ini adalah topologi objek akan dipertahankan, waktu proses yang cepat, dan cukup mudah untuk diimplementasikan. Algoritma ini menggunakan metode paralel dalam arti nilai yang baru dapat dihasilkan dengan hanya menggunakan nilai-nilai pada iterasi sebelumnya. Gambar II.2 Matriks penipisan Zhang-Suen Algoritma penipisan Zhang-Suen dibagi menjadi dua sub iterasi. Algoritma ini mengacu pada matriks pixel seperti pada Gambar II.2. Pada sub iterasi pertama pixel P 1 akan dihapus jika memenuhi kondisi berikut: Di mana A(P 1 ) adalah jumlah pola transisi 0-1 dalam urutan P 2, P 3,..., P 8, P 9. B(P 1 ) adalah jumlah tetangga P 1 yang tidak bernilai 0, yaitu B(P 1 ) = P 2 + P P 8 + P 9. Sedangkan pada sub iterasi kedua, kondisi (iii) dan (iv) di atas diubah menjadi: Jika kondisi-kondisi tersebut terpenuhi pada sub iterasi pertama maupun kedua, pixel yang sedang diproses akan dihapus. Algoritma ini akan berhenti jika sudah tidak ada pixel yang dihapus pada sub iterasi pertama atau kedua.

5 II Pattern Recognition Pattern recognition adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan pengklasifikasian atau pengenalan hasil pengukuran terhadap suatu objek. Pengklasifikasian adalah penempatan objek dengan pola tertentu ke dalam satu atau beberapa kelas pola yang sudah dispesifikasikan sebelumnya berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kemampuan untuk mengklasifikasikan tersebut adalah pengenalan. Berdasarkan bentuk alamiah objek, pengenalan pola dapat dibedakan menjadi pengenalan objek konkrit atau pengenalan sensorik dan pengenalan objek abstrak atau pengenalan konseptual. Pengenalan pola karakter digital termasuk pengenalan sensorik, sedangkan pengenalan solusi suatu masalah merupakan pengenalan konseptual. Yang akan dibahas di sini adalah pengenalan sensorik. Dalam sistem pengenalan pola, ada tiga pendekatan yang sering dipakai yaitu pendekatan statistik, sintaktik, dan metode jaringan saraf tiruan. Setiap pendekatan memberikan bentuk aplikasi pengenalan pola yang berbeda. Pendekatan statistik dan sintaktik akan membentuk klasifikator pola, sedangkan pendekatan jaringan saraf tiruan akan membentuk asosiator pola. 2.4 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan Syaraf Biologis Aktivitas berpikir dan bertingkah laku diyakini dikendalikan oleh otak dan seluruh sistem syaraf. Kemampuan untuk belajar dan bereaksi terhadap suatu perubahan di dalam lingkungan, tentunya memerlukan sesuatu yang dinamakan kecerdasan. Sebagai contoh adalah jalur optik pada sistem penglihatan manusia. Stimulus eksternal ditransformasikan melalui sel kerucut dan sel batang ke dalam sinyal yang memetakan fitur dari Gambar visual menjadi memori internal. Kecerdasan manusia kemudian digunakan untuk memahami bermacam-macam fitur visual yang diserap dan disimpan di dalam memori. Contoh jaringan syaraf biologis dapat dilihat pada Gambar II.3.

6 II-6 Gambar II.3 Biological Neuron Networks Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan adalah sebuah model yang menyamai atau mengimitasi suatu jaringan syaraf biologis (Biological Neural Network). Node dalam JST didasari oleh representasi matematis yang disederhanakan dari neuron yang sebenarnya. Sekarang komputasi neural menggunakan konsep dari sistem syaraf biologis untuk mengimplementasikan simulasi software dari proses paralel yang besar, yang melibatkan elemen-elemen proses (disebut neurons atau neurodes) yang terhubung satu sama lain dalam arsitektur jaringan. Neurode adalah analogi dari neuron biologis, menerima input yang merepresentasikan impuls-impuls elektris, yang diterima oleh neuron biologis dari neuron-neuron lainnya. Output dari neurode dapat disamakan dengan sinyal yang dikirim oleh dari neuron biologis melalui axon. Axon pada neuron biologis bercabang menuju dendrite neuron lain, dan impuls-impuls ditransmisikan melalui synaps. Sebuah synaps dapat meningkatkan atau menurunkan kekuatannya, dengan demikian, mempengaruhi perambatan level sinyal. Hal tersebut mengakibatkan pembangkitan sinyal (excitation) atau penghalangan sinyal (inhibition) ke neuron berikutnya. Kemampuan untuk belajar berdasarkan adaptasi adalah faktor utama yang membedakan sistem syaraf tiruan dari aplikasi sistem pakar. Sistem pakar diprogram untuk membuat kesimpulan (inference) berdasarkan data yang menjelaskan lingkungan. Permasalahan sistem syaraf tiruan, dipihak lain, dapat menyesuaikan bobot node sebagai tanggapan input dan mungkin pada output yang diinginkan.

7 II-7 Kemajuan dalam komputasi neural sekarang, terinspirasi oleh pemahaman tentang jaringan syaraf biologis. Tapi, walaupun penelitian yang cukup banyak dalam neurobiology dan psikologi, pertanyaan penting tentang bagaimana otak dan pikiran bekerja, tetap tidak terjawab. Hal tersebut adalah salah satu alasan, mengapa model komputasi neural tidak begitu dekat atau sama dengan pemahaman tentang sistem biologis. Penelitian dan pengembangan JST menghasilkan sistem yang menarik dan bermanfaat yang menggunakan beberapa fitur dari sistem biologis, meskipun sebenarnya kita masih jauh dari pembuatan mesin seperti otak (brain-like machine). Bidang penerapan komputasi neural terus berkembang, dengan lebih banyak penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk meniru otak manusia. Tetapi walaupun demikian, banyak teknikteknik yang bermanfaat, yang terinspirasi dari sistem biologis, yang digunakan dalam aplikasi-aplikasi nyata. Tabel II.1 menunjukan perbandingan antara BNN dan JST. Sedangkan Gambar II.4 merupakan diagram dari JST. Tabel II.1 Biological Neural Network vs Jaringan Saraf Tiruan Fakta-fakta tentang Neuron BNN JST Soma Node Dendrit Input Axon Output Synaps Weight Kecepatan rendah Kecepatan tinggi Neuron banyak (109) Neuron beberapa (100)

8 II-8 Gambar II.4 Typical Set Up Jaringan Saraf Tiruan Dasar-dasar Komputasi Neural Neurode Sebuah JST terdiri dari unit-unit dasar yang disebut artificial neurons atau neurodes, yang merupakan elemen pemroses dalam sebuah jaringan. Setiap neurode menerima input data, memprosesnya, kemudian mengeluarkan sebuah output tunggal. Input bisa berasal dari data mentah maupun dari output neuron lainnya. Output bisa merupakan produk final, ataupun menjadi input bagi neuron lainnya Jaringan Sebuah JST terdiri dari kumpulan neuron-neuron yang terhubung, yang sering dikelompokan dalam lapisan-lapisan (layers). Pada umumnya tidak ada asumsi yang spesifik mengenai arsitektur jaringannya. Bermacam-macam topologi jaringan syaraf merupakan pokok persoalan dari penelitian dan pengembangan JST. Dalam hal arsitektur berlapis, ada dua struktur dasar. Dua struktur dasar tersebut adalah: Struktur dua lapisan: input dan output Struktur tiga lapisan: input, intermediate (disebut juga hidden) dan output

9 II-9 Lapisan input (input layer) menerima data dari luar dan mengirimkan sinyal ke lapisan berikutnya. Lapisan terluar mengintepretasikan sinyal dari lapisan sebelumnya, untuk kemudian menghasilkan hasil yang ditransmisikan ke luar sebagai pemahaman jaringan terhadap input data yang diterimanya Input Sebuah input dapat disamakan dengan sebuah atribut tunggal dari suatu pola atau data lainnya dari dunia luar. Jaringan dapat dirancang untuk menerima sekumpulan nilai input yang berupa nilai biner atau kontinu. Perlu dicatat, bahwa dalam komputasi neural, input hanya dapat berupa bilangan. Jadi apabila terdapat masalah yang bersifat kualitatif atau berupa grafik, maka informasi tersebut harus diproses terlebih dahulu untuk menghasilkan suatu nilai numerik yang ekivalen sebelum dapat diintepretasikan oleh JST Output Output dari sebuah jaringan adalah solusi dari masalah. Tujuan dari sebuah jaringan adalah untuk menghitung nilai output. Dalam tipe JST supervised, output awal dari jaringan biasanya tidak tepat, dan jaringan harus disesuaikan sampai didapatkan output yang benar Hidden Layer Dalam arsitektur banyak lapisan (multi-layered), hidden layers tidak berinteraksi secara langsung dengan dunia luar, tetapi menambah tingkat kompleksitas agar JST dapat beroperasi dalam masalah yang lebih kompleks. Hidden layer menambah sebuah representasi internal dari suatu masalah, yang dapat menjadikan jaringan memiliki kemampuan untuk berurusan secara robust dengan masalah yang bersifat kompleks dan non linear.

10 II Bobot (weight) Weight atau bobot dalam JST mengungkapkan kekuatan relatif (atau nilai matematis) dari berbagai koneksi yang mentransfer data dari layer ke layer. Dengan kata lain, bobot mengungkapkan kepentingan relatif dari setiap input ke dalam elemen proses (neuron). Bobot sangat penting untuk JST, karena dengan bobot ini jaringa disesuaikan secara berulang untuk menghaasilkan output yang diinginkan, dengan bobot demikian juga membuat jaringan untuk belajar. Tujuan dari melatih JST adalah untuk menemukan himpunan bobot yang akan dapat mengintepretasikan data input dari suatu masalah dengan tepat Fungsi Penjumlahan (Summation Function) Summation function menghitung rata-rata bobot dari semua elemen input. Sebuah summation function sederhana akan mengalikan setiap nilai input dengan bobotnya dan menjumlahkannya untuk weighted sum. Dengan demikian neurodes dalam dalam sebuah JST memiliki kebutuhan pemrosesan yang sangat sederhana. Intinya, mereka harus memantau sinyal yang datang dari neurodes lain, menghitung weighted sum, dan kemudian menentukan sinyal yang cocok untuk dikirimkan ke neurodes yang lainnya Fungsi Transfer / Aktivasi Fungsi transfer yang dipakai dalam metode belajar backpropagation harus memiliki sifat kontinu dan dapat diturunkan. Terdapat banyak fungsi transfer yang digunakan, pemakaiannya tergantung dari aplikasi yang dirancang, yang penting fungsi transfer tersebut turunannya mudah dihitung untuk dapat mengimplementasikan algoritma backpropagation ini. Fungsi transfer yang biasa dipakai oleh metode belajar backpropagation adalah fungsi sigmoid biner. Sistem kerja fungsi aktivasi ditujukan melalui Gambar II.5.

11 II-11 Gambar II.5 Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi / transfer sigmoid bipolar (-1 1): g(x) = 1 e -x 1 + e -x Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Model jaringan syaraf yang telah dipelajari dan diimplementasikan banyak sekali ragamnya. Tiga arsitektur representatif adalah sebagai berikut: a. Associative Memory Systems Sistem ini mengkorelasi data input dengan informasi yang disimpan di dalam memori. Informasi ini dapat dipanggil kembali dari input yang tidak lengkap atau input yang terganggu. Associative memory systems ini dapat mendeteksi kesamaan (similarity) antara input baru dan pola yang telah disimpan. Sebagian besar arsitektur jaringan syaraf dapat digunakan sebagai associative memory, dan contoh utamanya adalah jaringan Hopfield (Medsker dkk, 1994). b. Multiple Layer Structure Associative memory systems dapat memiliki satu atau lebih lapisan tengah (hidden layers). Algoritma belajar yang paling lazim dipakai untuk arsitektur ini adalah backpropagation, dimana pendekatannya adalah dengan mengkoreksi jaringan ketika disesuaikan dengan data yang diberikan padanya. Tipe lain dari supervised learning adalah competitive filter associative memory. Tipe ini dapat belajar dengan cara

12 II-12 mengubah bobotnya dalam pengenalan kategori data input, tanpa disediakan contoh oleh external trainer. Contoh utama dari tipe ini adalah jaringan Kohonen. c. Double Layer Structure Struktur ini dicontohkan oleh pendekatan Adaptive Resonance Theory, tidak memerlukan pengetahuan tentang banyaknya kelas dalam training data, tapi menggunakan feed forward dan feedback untuk menyesuaikan parameter. Pada tipe ini data dianalisis utuk membangun banyaknya kategori yang dapat berubah-ubah, yang merepresentasikan input data yang diberikan Paradigma Belajar Pertimbangan yang penting dalam JST adalah penggunaan algritma yang sesuai untuk belajar. JST telah didesain untuk tipe belajar yang berbeda. Tipe-tipe belajar tersebut adalah: a. Heteroassociation Memetakan satu set data ke data yang lainnya. Tipe ini akan menghasilkan output yang pada umumnya berbeda dengan pola inputnya. Tipe ini digunakan, sebagai contoh, dalam aplikasi prediksi stock market. b. Autoassociation Menyimpan pola untuk toleransi error. Tipe ini menghasilkan pola output yang mirip atau tepat sama dengan pola inputnya. Contoh penggunaan tipe ini adalah dalam sistem pengenalan karakter secara optik. c. Regularly detection Mencari fitur yang berguna dalam data (feature extraction). Tipe ini digunakan dalam sistem identifikasi sinyal sonar.

13 II-13 d. Reinforce learning Beraksi terhadap feedback. Tipe ini digunakan pada pengendali dalam pesawat luar angkasa. Ada dua pendekatan dasar belajar dalam JST, yaitu supervised learning dan unsupervised learning Supervised Learning Dalam pendekatan supervised learning, kita menggunakan sekumpulan input dimana output yang sesuai telah diketahui. Perbedaan antar output aktual dan output yang diinginkan digunakan untuk mengkalkulasi koreksi pada bobot jaringan syaraf (disebut learning with a teacher) Unsupervised Learning Dalam unsupervised learning, JST mengorganisasikan dirinya untuk menghasilkan kategori dimana kumpulan input akan termasuk ke dalamnya. Tidak ada pengetahuan tentang apakah klasifikasi yang dibuat benar atau tidak, dan darimana jaringan berasal bisa berarti atau tidak untuk orang yang menggunakan jaringan. Tetapi, banyaknya kategori dapat dikontrol dengan cara mengubah-ubah parameter tertentu dalam model. Dalam kasus unsupervised learning ini, harus ada pemeriksaan manusia dalam kategori final untuk memberikan arti dan menentukan kegunaan dari output yang dihasilkan. Contoh dari tipe belajar ini adalah ART dan Kohonen self-organizing feature maps.

14 II Perbedaan Kemampuan Jaringan Syaraf Tabel II.2 Kemampuan Jaringan Syaraf Paradigma Metode Training Waktu Training Waktu Eksekusi Backpropagation Supervised Lambat Cepat ART2 Unsupervised Cepat Cepat Kohonen Unsupervised Medium Cepat Hopfield Supervised Cepat Medium Boltzmann Supervised Lambat Lambat Pertimbangan yang penting pada tahap ini adalah banyaknya neuron dan layer yang digunakan. Aplikasi yang akan dibangun harus dianalisis terlebih dahulu mengenai banyaknya nodes yang digunakan untuk merepresentasikan input dan untuk menghasilkan output. Jumlah nodes ini harus sesuai dengan teknologi yang tersedia. Untuk teknik yang ada sekarang, jaringan dikatakan besar jika mencapai kira-kira 1000 nodes. Tipe output yang dihasilkan JST bermacam-macam yaitu: a. Klasifikasi. Aplikasi ini umumnya memerlukan output diskrit yang menentukan ke kategori mana input termasuk. b. Pengenalan pola. Penggunaan JST terbanyak adalah untuk fungsi pengenalan pola ini. Jenis aplikasi JST ini memerlukan beberapa node. Dalam aplikasinya node output dapat aktif secara keseluruhan atau beberapa node saja. Contoh terbanyak penggunaan pola adalah pada aplikasi pengidentifikasian tanda tangan nasabah di bank. c. Bilangan riil. Outputnya berupa bilangan riil. Area aplikasinya termasuk perencanaan financial dan robotics. d. Optimasi. Output berupa matriks yang merepresentasikan sesuatu, misalnya sumber daya yang harus dialokasikan.

15 II Backpropagation Metode backpropagation sering juga disebut dengan generalized delta rule. Backpropagation adalah metode turunan gradien (gradient descent method) untuk meminimalkan total squared error dari output yang dikeluarkan oleh jaringan. Karakteristik dari jaringan backpropagation (jaringan multilayer dan feedforward yang dilatih oleh backpropagation) ini adalah dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam bermacam-macam area. Aplikasi yang menggunakan jaringan backpropagation dapat ditemukan dalam banyak bidang yang menggunakan jaringan syaraf untuk maslah yang melibatkan pemetaan suatu input tertentu terhadap output yang tertentu pula (supervised learning). Tujuan dari jaringan syaraf tersebut adalah keseimbangan antara kemampuan untuk merespon secara tepat pola input yang digunakan untuk training (memorization) dan kemampuan untuk memberikan respon yang baik terhadap nput yang mirip, tapi tidak identik, yang digunakan dalam training (generalization). Proses training jaringan dengan backpropagation melibatkan 3 tahap, yaitu tahap feedforward dari pola input training, penghitungan dan propagasi balik error, dan penyesuaian bobot. Berikut merupakan algoritma dari back propagation: function BACK-PROP-LEARNING(examples, network) returns a neural network inputs: examples, a set of examples, each with input vector x and ouput vector y network, a multilayer network with L layers, weights W j,i, activation fuction g repeat for each e in examples do for each node i in the input layer do a j x j [e] for l = 2 to M do in i j W j,i a j a i g(in i ) for each node i in the output layer do i g (in i ) x (y i [e] - a i ) for l = M 1 to 1 do

16 II-16 for each node j in layer l do j g (in j ) i W j,i i for each node i in layer l + 1 do until some stopping criterion is satisfied return NEURAL-NET-HYPOTHESIS(network) W j,i W j,i + α x a j x i 2.5 Algoritma Genetik Algoritma genetik menurut Mitchell [MIT97] adalah metode pencarian solusi untuk masalah optimasi berdasarkan analogi terhadap teori seleksi alam Darwin dan teori mutasi dalam reproduksi biologi. Ide untuk menggunakan prinsip dari proses evolusi alam sebagai metoda pencarian nilai optimum telah muncul dua dekade yang lalu. Pendekatan untuk meniru operasi genetik dan pemprosesan informasi, seperti reproduksi dan seleksi dari populasi dipakai untuk mendapatkan algoritma yang efisien [GEN97] Prinsip yang mendasari algoritma genetik pertama kali dipublikasikan oleh John Holland dari Universitas Michigan pada tahun Kerangka matematika yang dikembangkan pada akhir tahun 1960 dalam adaptation in natural and artificial system dipublikasikan pada tahun Dalam buku tersebut, Holland menuliskan bahwa algoritma genetik memiliki kemampuan untuk melakukan optimasi parameter. Daya tarik algoritma genetik terletak pada kesederhanaan dan pada kemampuan untuk mencari solusi yang baik dengan cepat untuk masalah yang kompleks [GEN97]. Algoritma genetik sangat cocok dan efisien dipakai apabila: 1. Ruang pencarian luas, kompleks, dan sulit dipahami. 2. Domain pengetahuan jarang atau pengetahuan ahli susah diterapkan untuk mempersempit ruang pencarian. 3. Tidak adanya analisis matematis. 4. Metode tradisional sebelumnya gagal dalam mencari solusi.

17 II-17 Algoritma genetik disebut pula algoritma evolusioner karena cara kerjanya mirip dengan prinsip-prinsip evolusi makhluk hidup. Langkah pertama dalam algoritma genetik adalah menciptakan solusi awal yang mungkin untuk sebuah masalah. Solusi ini kemudian diuji kelayakannya (atau seberapa baik solusi yang ditawarkan). Semua solusi yang mungkin diseleksi untuk mendapatkan himpunan solusi yang baik. Proses evolusi dilakukan pada solusi-solusi yang terpilih untuk menghasilkan generasi-generasi baru (yang diharapkan lebih baik dari generasi sebelumnya). Keuntungan teknik ini adalah mampu mencari sebuah solusi yang baik dari sekian banyak solusi yang mungkin dengan kemungkinan keberhasilan yang lebih besar daripada memakai metode lain yang membatasi pencarian pada domain yang sempit di mana hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Algoritma genetik berbeda dengan metode-metode optimasi dan prosedur pencarian konvensional dalam beberapa hal yang sangat fundamental. Goldberg [GOL89] menyimpulkan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut: 1. Algoritma genetik bekerja dengan sekumpulan kode solusi, bukan solusi itu sendiri. 2. Algoritma genetik mencari dari populasi solusi, bukan solusi tunggal. 3. Algoritma genetik menggunakan fungsi fitness, bukan turunan atau pengetahuan bantu lain. 4. Algoritma genetik menggunakan aturan transisi probabilistik Proses-proses dalam Algoritma Genetik Proses pertama yang dilakukan oleh algoritma genetik adalah membangkitkan populasi awal secara acak. Kemudian dari populasi awal tersebut dihasilkan populasi-populasi baru melalui operator-operator genetik seperti produksi, mutasi, dan persilangan. Proses pembangkitan populasi tersebut akan dilakukan secara berulang-ulang sampai tercapai tercapainya batas nilai iterasi atau tujuan akhir.

18 II-18 Berikut merupakan algoritma dari GA: function GENETIC-ALGORITHM(population, FITNESS-FN) returns an individual inputs: population, a set of individuals FITNESS-FN, a function that measures the fitness of an individual repeat new_population empty set loop for i from 1 to SIZE(population) do x RANDOM-SELECTION(population, FITNESS-FN) y RANDOM-SELECTION(population, FITNESS-FN) child REPRODUCE(x,y) if (small random probability) then child MUTATE(child) add child to new_population population new_population until some individual is fit enough, or enough time has elapsed return the best individual in population, according to FITNESS-FN function REPRODUCE(x,y) returns an individual input: x, y, parent individuals n LENGHT(x) c random number from 1 to n return APPEND(SUBSTRING(x, 1, c), SUBSTRING(y, c + 1, n)) Komponen dan Operator-operator Algoritma Genetik Algoritma genetik menurut Mitchell [MIT97] mempunyai beberapa komponen penting seperti populasi dan fungsi fitness. Selain komponen tersebut, algoritma mempunyai beberapa operator seperti operator reproduksi, persilangan, mutasi, dan operator khusus lainnya. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap komponen dan setiap operator tersebut Populasi Populasi menurut Mitchell [MIT97] adalah kumpulan dari hipotesa dalam bentuk kromosom. Kromosom-kromosom ini dibangkitkan secara acak dan terdiri atas fungsi dan terminal yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi. Jumlah individu yang

19 II-19 dibangkitkan sesuai dengan jumlah maksimal individu dalam suatu populasi. Proses pembangkitan populasi ini sendiri merupakan proses pertama yang akan dilakukan oleh algoritma genetik Kromosom Kromosom merupakan unsur dari pembentuk populasi. Kromosom ini merupakan kumpulan dari gen dengan aturan-aturan tertentu. Pada populasi, kromosom akan dikenakan mutasi dan persilangan sebanyak parameter yang diberikan pada sistem. Tiap kromosom dapat dinilai kelayakan hidupnya dalam populasi dengan menggunakan sebuah parameter bernama fungsi fitness Fungsi Fitness (Fitness Function) Fungsi fitness menurut Mitchell [MIT97] adalah kriteria dalam membuat peringkat dari setiap hipotesis dan secara probabilistik menentukan kelayakan hipotesis tersebut untuk disertakan ke generasi berikutnya dari populasi. Fungsi fitness yang akan dipakai dapat dilihat di rumus (II - 1). F it (i j ) =- (O t T t ) 2 (II - 1) Fungsi fitness ini dipakai untuk menghilangkan efek seasonal. Penjelasan tentang besaran O dan T adalah sebagai berikut ini: O : adalah nilai keluaran yang dihasilkan kromosom T : adalah nilai target. Semakin besar nilai fitness, semakin baik fungsi tersebut Operator Reproduksi/Seleksi Operator reproduksi menurut Mitchell [MIT97] bersifat aseksual yaitu hanya beroperasi pada satu individu dan menghasilkan hanya satu anak pada setiap kesempatan operator tersebut diterapkan. Operasi reproduksi terdiri dari dua langkah. Pertama, satu individu

20 II-20 dalam populasi dipilih menurut metode seleksi berdasarkan nilai fitness tertentu. Kedua, individu yang dipilih pada langkah pertama disalin dari populasi yang lama ke populasi yang baru. Ada banyak metode seleksi berdasarkan nilai fitness. Yang paling populer adalah seleksi nilai kesesuaian fitness (fitness-proportionate selection). Jika f it (i j ) adalah nilai fitness individu i j dalam populasi P dengan p individu, maka probabilitas individu tersebut akan disalin ke populasi hasil operasi reproduksi dapat dilihat dalam rumus (II - 2). fit ( i ) j P r (i j ) = p (II - 2) fit ( i j = 1 j ) Dua metode seleksi yang lain adalah seleksi turnamen dan seleksi peringkat. Pada seleksi peringkat, seleksi dilakukan berdasarkan peringkat dari nilai fitness individu-individu dalam populasi. Sedangkan pada seleksi turnamen satu grup yang terdiri dari beberapa individu (biasanya dua individu) dipilih secara acak dari populasi dan individu yang memiliki nilai fitness terbaiklah yang akan dipilih. Selain fitness-proportionate selection, seleksi turnamen dan seleksi peringkat, terdapat metode seleksi lain yang bernama roulette wheel selection. Langkah-langkah seleksi dengan roulette wheel selection adalah sebagai berikut: 1. Hitung nilai fitness untuk tiap kromosom v 2. Hitung total fitness untuk populasi: F = ukuran _ populasi k = 1 k f ( x) (II - 3) 3. Hitung probabilitas seleksi (selection probability) untuk tiap kromosom: P k f ( x) =, k = 1,2,... ukuran populasi (II - 4) F 4. Hitung probabilitas kumulatif (cumulative probability) untuk tiap kromosom: Q k k p j j= 1 =,k = 1,2,... ukuran populasi (II - 5)

21 II-21 Proses seleksi dimulai dengan melakukan iterasi sebanyak ukuran populasi. Pada setiap iterasi dipilih sebuah kromosom dengan cara sebagai berikut: Langkah 1. Bangkitkan bilangan acak r dengan rentang [0,1] Langkah 2. Jika r q 1 maka pilih kromosom pertama v 1 ; jika tidak, pilih kromosom kek dimana 2 k ukuran populasi sedemikian hingga q k-1 r q k Operator Persilangan Persilangan menurut Mitchell [MIT97] menciptakan variasi dalam populasi dengan menghasilkan keturunan baru dengan komponen-komponen yang diambil dari setiap induk. Induk pertama dipilih dari populasi dengan metode seleksi dan induk kedua dapat juga dipilih dengan metode seleksi yang sama. Operasi dimulai dengan memilih titik persilangan pada setiap individu induk secara acak. Keturunan diperoleh melalui kombinasi komponen-komponen yang berasal dari kedua induk berdasarkan titik-titik persilangan yang dipilih. Inti dari operator ini adalah pemilihan kedua induk dan titik persilangan yang acak. Dalam operator ini tidak ada jaminan bahwa turunan yang dihasilkan oleh persilangan lebih baik dari orang tuanya [GEN97] Terdapat tiga metode dalam operator persilangan. Metode pertama adalah single-point crossover. Metode kedua dalam operator persilangan adalah two-point crossover. Metode ketiga dalam operator persilangan adalah Uniform crossover. Gambar II.6 merupakan contoh dari single-point crossover. Gambar II.6 Single-point Crossover

22 II Operator Mutasi Mutasi menurut Mitchell [MIT97] adalah operator yang melakukan perubahan struktur secara acak dalam populasi. Dalam algoritma genetik, operasi mutasi berperan dalam membangkitkan keragaman dalam populasi sehingga memiliki kecenderungan mengarah ke solusi dengan lebih cepat. Operasi mutasi menjadi penting karena proses reproduksi dan persilangan hanya akan memunculkan banyak string baru tetapi gen-gen hanya dapat melakukan reproduksi atau mati. Hal ini akan mengakibatkan jika pada posisi tertentu seluruh gen mempunyai harga yang sama, maka tidak ada jalan yang membuat persilangan dan reproduksi dapat memperoleh kembali gen-gen yang hilang. Mutasi diperlukan sebagai sumber gen-gen baru[ras02]. Operator mutasi bekerja pada satu individu induk. Hasil dari operasi ini adalah satu individu keturunan. Mutasi rate didefinisikan sebagai jumlah gen total dalam populasi. Mutasi rate mengendalikan rate kemunculan gen-gen baru dalam populasi. Jika nilainya terlalu rendah, maka akan rendah kemungkinan munculnya mutasi. Tetapi jika nilainya terlalu tinggi, akan terjadi banyak gangguan acak. Kromosom-kromosom keturunan akan mulai kehilangan unsur dari kromosom induknya. Algoritmanya sendiri akan kehilangan kemampuan untuk belajar dari pengalaman pencarian. Dalam kode biner, operator mutasi secara sederhana membalik state bit dari 0 ke satu ataupun sebaliknya. Gambar II.7 merupakan contoh dari one point mutation. Gambar II.7 One point mutation

23 II Database MNIST Database MNIST adalah kumpulan data angka tulisan tangan yang dibuat oleh Yann LeCun dan Corrina Cortes. Database ini gratis dan bisa didapatkan di Database MNIST berisi gambar angka sebagai training set dan gambar angka sebagai test set. Database ini merupakan subset dari database yang lebih besar yaitu database NIST. Gambar angka pada database MNIST merupakan gambar angka grayscale yang telah dinormalisasi ukurannya dan telah diketengahkan dalam ukuran 28x28 pixel dengan menggunakan titik pusat massa angka. Database MNIST dibangun dari database NIST SD-3 dan SD-1 yang berisi gambar biner angka tulisan tangan. Pada database NIST awalnya SD-3 digunakan sebagai training set, sedangkan SD-1 sebagai test set. SD-3 merupakan tulisan tangan dari para pegawai sensus di pemerintahan sedangkan SD-1 merupakan tulisan tangan dari siswa SMU, sehingga SD-3 lebih rapi dan lebih mudah dikenali daripada SD-1. Cara ini kurang baik sehingga perlu dibuat sebuah database baru dengan mencampur SD-3 dan SD-1, yang menghasilkan database MNIST. Gambar angka pada training set database MNIST terdiri atas angka tulisan tangan dari SD-3 dan angka tulisan tangan dari SD-1. Sedangkan, test set database MNIST terdiri atas 5000 angka tulisan tangan dari SD-3 dan 5000 angka tulisan tangan dari SD angka pada training set database MNIST merupakan tulisan tangan dari kurang lebih 250 orang. Penulis dari angka pada training set tidak beririsan dengan penulis dari angka test set. Gambar II.8 merupakan contoh dari tulisan tangan pada database MNIST.

24 II-24 Gambar II.8 Label Database MNIST terdiri dari empat buah file: Berikut ini adalah format untuk file label: Nilai label adalah 0 sampai 9. Gambar II.9 merupakan contoh isi file label jika dibuka dengan menggunakan aplikasi hex editor. Gambar II.9 Label

25 II-25 Berikut ini adalah format untuk file gambar: Gambar II.10 merupakan contoh isi file image jika dibuka dengan menggunakan aplikasi hex editor. Gambar II.10 Image 2.7 Normalisasi Data Normalisasi data merupakan suatu proses pemetaan data yang akan menghasilkan data pada nilai jangkauan tertentu sehingga dapat diproses lebih lanjut. Salah satu contoh normalisasi data adalah normalisasi data sigmoid. Sigmoid berarti data hasil normalisasi berada pada jangkauan -1 sampai 1.

26 II Root Mean Square Error (RMSE) RMSE adalah salah satu metode perhitungan nilai kesalahan yang sering digunakan. Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur perbedaan suatu nilai yang diprediksi oleh suatu model pemecahan masalah. RMSE sangat baik untuk digunakan untuk mengukur tingkat akurasi suatu model. RMSE(O 1,O 2 ) = MSE(O 1,O 2 ) = E((O 1 O 2 ) 2 )

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

OPTIMASI JARINGAN SARAF TIRUAN PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PREPROCESSING DAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI JARINGAN SARAF TIRUAN PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PREPROCESSING DAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI JARINGAN SARAF TIRUAN PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PREPROCESSING DAN ALGORITMA GENETIK LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana Oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Genetic Algorithm Genetic algorithm adalah suatu algoritma yang biasanya digunakan untuk mencari solusi-solusi yang optimal untuk berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube

Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube Abigael Angela Pardede 1, Shanny Avelina Halim 2, Denny Nugrahadi 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Algoritma genetik merupakan salah satu algoritma yang biasanya digunakan dalam optimalisasi data. Namun penggunaan algoritma genetik dalam melakukan peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

APLIKASI ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR APLIKASI ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Ivan Nugraha - 13506073 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA (Agustinus N., et al. STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA Agustinus Noertjahyana

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan (fakta),at berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol, atau gabungan dari ketiganya. Dalam perkembangan selanjutnya,

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 8.1 Komponen Jaringan Syaraf JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 10 11 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini komputer memiliki peran yang cukup besar dalam membantu menyelesaikan pekerjaan manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN

JARINGAN SARAF TIRUAN MAKALAH KECERDASAN BUATAN JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Disusun Oleh: KELOMPOK VI Hery Munazar (100411068) Rizky Ramadhan(100411066) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

TAHUN AKADEMIK 2016/2017. : PENGANTAR INTELEGENSI BUATAN : Betha Nurina Sari, M.Kom. : Open Book via Google Form (90 Menit)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017. : PENGANTAR INTELEGENSI BUATAN : Betha Nurina Sari, M.Kom. : Open Book via Google Form (90 Menit) IFT 501 PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Telp. (0267) 641177 Ex 307 Fax (0267) 641367 Karawang 41361 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR)

OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR) LAPORAN JARINGAN SYARAF TIRUAN OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR) DISUSUN OLEH: DIJAS SCHWARTZ. S (524) FIRNAS NADIRMAN (481) INDAH HERAWATI (520) NORA SISKA PUTRI (511) OKTI RAHMAWATI (522) EKSTENSI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION ABSTRAK Juventus Suharta (0722026) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen David Novyanto Candra/0322003 Email: dave_christnc@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

KI Kecerdasan Buatan Materi 5: Pencarian dengan Optimasi (Local Search & Optimization )

KI Kecerdasan Buatan Materi 5: Pencarian dengan Optimasi (Local Search & Optimization ) [AIMA] Russel, Stuart J., Peter Norvig, "Artificial Intelligence, A Modern Approach" 3rd Ed., Prentice Hall, New Jersey, 2010 KI091322 Kecerdasan Buatan Materi 5: Pencarian dengan Optimasi (Local Search

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial intelligence), merupakan metode untuk mengoptimalkan performa dari sistem dengan mempelajari data

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

NEURAL NETWORK BAB II

NEURAL NETWORK BAB II BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION Disusun oleh: Togu Pangaribuan 0722087 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg. Suria Sumantri, MPH No. 65, Bandung

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan ( )

PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan ( ) PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan (1022056) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Pola Pengenalan pola (pattern recognition) adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur atau sifat

Lebih terperinci