BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur yang begitu cepat, terlebih lagi hal tersebut didukung dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur yang begitu cepat, terlebih lagi hal tersebut didukung dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era pembanguan sekarang ini menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkembang di dunia, ini terlihat dari pembangunan sarana dan infrastruktur yang begitu cepat, terlebih lagi hal tersebut didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga hal tersebut menjadikan hubungan antar bangsa bangsa di dunia tanpa batasan wilayah, yang tentunya hal tersebut itu berimbas pula bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan dengan berkembangnya pemodalan pelaku usaha dapat diharapkan akan menimbulkan dampak positif dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam suatu wilayah tertentu di Indonesia yang dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sehubungan dengan pembangunan tersebut, Asuransi mempunyai peranan yang penting, selain memberikan jaminan kepada individu maupun badan hukum yang bertindak sebagai tertanggung atas pengalihan resiko tertentu, asuransi juga merupakan merupakan bagian dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang bertindak sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan perusahaan 1, sebagaimana tercantum dalam pasal 1 angka 4 keputusan 1 Gozali S djoni, Usman Rachmadi, Hukum Perbankan, (Cetakan 1, Jakarta : Sinar PT.Grafika, 2010), hlm 55. 1

2 presiden nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan 38/MK/IV/1972 tentang perubahan dan tambahan surat keputusan menteri keuangan nomor kep. 792/MK/IV/12/1970, 2 sehingga hal tersebut dapat mendukung dalam pembangunan serta menjaga kontinuitas pembangunan itu sendiri. Pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilakukan bangsa Indonesia tentunya berdampak pula pada perkembangan ekonomi yang memberikan iklim positif bagi para pelaku usaha dan dalam upaya mengembangkan usahanya, tentunya membutuhkan tempat untuk melakukan usahanya, oleh karenanya para pelaku usaha untuk membangun bangunan tempat usaha tersebut tentunya tidaklah dengan sedikit nominal uang, dari kisaran puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah bahkan hingga milyaran rupiah. Dalam melakukan usahanya, para pelaku usaha tentunya menghindari apapun bentuk kerugiaan yang diderita dirinya dan sedapat mungkin mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, dan dalam menjalankan usahanya terdapat resiko yang mengancam bangunan sebagai tempat usaha tersebut yakni bahaya kebakaran yang tentunya dapat menimbulkan kerugian harta benda bahkan korban jiwa, yang tentunya hal tersebut itu meupakan akibat negatif yang tidak diharapkan bagi para pelaku usaha. Kejadian kebakaran bersumber dari faktor manusia, alat/bahan dan alam. Namun faktor manusia berupa kesalahan manusia (human error), terutama yang disebabkan oleh kelalaian, kecerobohan, keamanan, sikap mental dan kultur merupakan penyebab kebakaran yang paling dominan. Pada 2 Muhamad Djumhana, Hukum perbankan di Indonesia, (Cetakan ke VI, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2012), Hlm 98. 2

3 beberapa kasus kebakaran terdapat juga unsur kesengajaan (pembakaran / arson) yang mempunyai motifasi persaingan, dendam pribadi, asuransi menghilangkan jejak kejahatan (antara lain korupsi, manipulasi, pembunuhan) dan subervasi. 3 Memang tidak semua usaha yang di lakukan akan mencapai keberhasilan pada puncaknya, adakalanya pembangunan itu memperoleh hasil yang kurang baik atau bahkan yang harus dihadapi adalah kegagalan. Kegagalan itu dapat di sebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya faktor alam yaitu gempa bumi, banjir dan lain sebagainya. Yang tidak dapat dihindari karena adanya keterbatasan manusia, atau faktor-faktor seperti faktor ekonomi, sosial, politik dan lain-lain. Kegagalan itu tentu saja akan menimbulkan kerugian material, yang jumlahnya tidak sedikit. 4 Tata pergaulan masyarakat, khususnya masyarakat modern seperti sekarang ini membutuhkan suatu institusi atau lembaga yang bersedia mengambil alih risiko-risiko masyarakat baik risiko individual ataupun risiko kelompok. Masyarakat modern sampai saat ini mempunyai kandungan risiko yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan waktu-waktu yang lampau karena kemajuan teknologi disegala bidang. Kemajuan teknologi yang sudah sedemikian rupa mempengaruhi kehidupan manusia, dapat menimbulkan risiko yang semakin luas. 3 Skripsi, tanggung jawab perusahaan terhadap polis asuransi kebakaran gedung bertingkat di Indonesia, (Universitas sumatera, Google search hari kamis, 12 juni 2013, pukul WIB), Hlm 3. 4 Ibid. 3

4 Lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih risiko pihak lain ialah lembaga asuransi, dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan asuransi. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, perusahaan asuransi mempunyai peranan dan jangkauan yang sangat luas, karena perusahaan asuransi tersebut mempunyai jangkauan yang menyangkut kepentingan-kepentingan ekonomi maupun kepentingan-kepentingan sosial. Disamping itu ia juga dapat menjangkau baik kepentingan-kepentingan individu maupun kepentingan-kepentingan masyarakat luas, baik risiko individu maupun risiko risiko kolektif. 5 Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Makin Tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan keselamatanya dari ancaman bahaya, karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat. Dengan demikian, usaha perasuransian juga berkembang kini banyak sekali jenis asuransi yang berkembang dalam masyarakat yang meliputi asuransi kerugian, Asuransi jiwa dan asuransi sosial yang diatur dalam berbagai undang-undang. Khusus mengenai asuransi sosial bukan didasarkan pada perjanjian. Melainkan diatur dengan undang-undang sebagai asuransi wajib (compulsory insurance). 6 Dalam perkembangannya, perusahaan asuransi kerugian, kususnya pada asuransi kebakaran itu sendiri tidak hanya berfokus pengalihan resiko atas bangunan tempat usaha saja tetapi bisa juga hunian tempat tinggal, pabrik, 5 6 Abdukadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Cetakan Ke lima, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2011), Hal 5. 4

5 gudang barang, dan lain sebagainya. Yang mana hal tersebut dijalani perusahaan asuransi kebakaran untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dengan cara sedapat mungkin mengakomodir semua kebutuhan masyarakat, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan dalam tata pergaulan masyarakat modern sekarang ini. Namun seiring berkembang pesatnya asuransi kerugian sebagai lembaga keuangan non bank, dalam pelaksanaan usaha perasuransi kebakaran itu sendiri sekarang ini memunculkan banyak permasalahan baru yang kerap kali menimbulkan kerugian bagi pihak tertanggung, yang mana ketika terjadi suatu evenement yang diperjanjikan dalam polis berupa kebakaran dan menimbulkan kerugian, timbul permasalahan dalam proses pengajuan klaim, bahkan klaim yang diajukan tertanggung pada objek yang diasuransikan, terkadang tidak diterima oleh penanggung dengan alasan tidak sesuai standar pengajuan klaim, yang hal tersebut dilakukan itu merupakan upaya perlindungan hukum tertanggung atas pengajuan klaim kepada penanggung. Selain itu pada saat ganti kerugian yang diberikan atas suatu evenement yang sesuai dengan standar polis tersebut, tidak sesuai dengan kerugian yang diderita tertanggung, sehingga manfaat akan adanya asuransi kebakaran sebagai lembaga atau institusi atas pengalihan resiko kerugian yang diderita kurang dirasakan bermanfaat oleh tertanggung yang mana hal tersebut bertentangan dengan Undang undang No.2 Tahun 1992 Tentang usaha perasuransian. 5

6 Berdasarkan pemaparan diatas betapa pentingnya peran asuransi sebagai lembaga atas pengalihan resiko yang terjadi dalam masyarakat apabila terjadi suatu evenement, dan kususnya untuk asuransi kebakaran terkait dengan standarisasi pengajuan klaim yang diterima oleh penanggung, atau ganti kerugian yang diberikan oleh penanggung tidak sesuai dengan kerugian yang diderita tertanggung atas suatu evenement yang diperjanjikan pada polis asuransi kebaaran, maka perlu kiranya penulis melakukan penelitian tentang hal itu, karena hal tersebut bersifat penting yang akan menimbulkan kerugian bagi pihak tertanggung oleh karenanya penulis dalam melakukan penelitian ini diberi judul Analisis Yuridis perlindungan hukum terhadap tertanggung dalam Asuransi kebakaran. (Studi Penelitian PT.Asuransi umum Bumiputera Muda). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, terdapat suatu permasalahan yang dapat diteliti yakni sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada PT.Asuransi umum BUMIDA? 2. Bagaimana cara penyelesaian permasalahan ketika terjadi kesulitan dalam proses pengajuan klaim asuransi kebakaran oleh tertanggung? 6

7 C. Maksud dan Tujuan Penelitian I. Maksud Penelitian Pada uraian permasalaha diatas, penulis dalam melakuakn penelitian ini memiliki tujuan yakni : 1.Mengetahui perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada PT.Asuransi umum BUMIDA. 2.Memahami cara penyelesaian permasalahan ketika terjadi kesulitan dalam proses pengajuan klaim asuransi kebakaran oleh tertanggung. II. Tujuan Penelitian Penelitian yang hendak penulis lakukan memiliki tujuan yakni : 1. Untuk memberikan gambaran dalam upaya perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada PT.Asuransi umum BUMIDA. 2. Menganalisis cara penyelesaian permasalahan ketika terjadi kesulitan dalam proses pengajuan klaim asuransi kebakaran oleh tertanggung yang bertujuan untuk melindungi tertanggung, sehingga menimbulkan kepastian hukum terhadap ganti kerugian yang akan dilakukan oleh penanggung atas suatu evenemen yang diperjanjikan dalam polis pada PT.Asuransi umum BUMIDA. 7

8 D. Kegunaan Penelitian Memperhatikan tujuan penelitian yang ada, maka penelitian ini penulis harapkan terdapat tujuan yang bermanfaat, yakni : 1. Kegunaan Teoretik Penelitian ini harapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan gambaran mengenai kenyataan yang terjadi dalam penerapan hukum asuransi terkait perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada PT.Asuransi umum BUMIDA. Selain itu dapat memberikan informasi kepada para akademisi dan kususnya tertanggung yang dapat memberikan sumbangsih terhadap pengembangan aturan hukum asuransi agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin kompeks dan bersifat dinamis, sehingga apabila terjadi evenement yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung benar benar seutuhnya mengalihkan resiko ada, dan dapat dirasakan manfaat yang pasti dengan hadirnya Asuransi Kebakaran tersebut. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada penanggung berdasarkan polis asuransi, kemudian terkait juga pada saat pemberian ganti kerugian pada objek asuransi ketika terjadi kebakaran (evenemen) pada saat pengajuan klaim oleh tertanggung. Penelitian yang dilakukan ini dapat melatih dan mengasah kemampuan penulis dalam pengkajian dan menganalisa teori- teori hukum positive, kususnya hukum asuransi yang didapatkan selama proses 8

9 perkuliahan yang mana hal tersebut untuk pengembangan pemikiran terhadap objek yang hendak diteliti terhadap realita sebenarnya yang terjadi. E. Kerangka Pemikiran Penghimpunan dana dan penyaluran dana dari serta untuk masyarakat tidak hanya dapat dilakukan oleh bank umum maupun oleh bank perkreditan rakyat, tetapi dapat dilakukan juga oleh lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang dalam hakikat pelaksananya tersebut menghimpun dana dari masyarakat tidak secara langsung, dalam hal penyaluran dana kepada masyarakat, LKB nisa menyalurkan dana secara langsung, sedangkan LKBB berfungsi sebagai perantara antara yang membutuhkan dana dan yang memiliki dana, dengan kata lain LKBB disebut sebagai "turnover - institution", sedangkan LKB sebagai "carry institution" 7, yang hal tersebut berdasarkan Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-792/MK/IV/12/1970 tentang lembaga keuangan pada tanggal 7 Desember 1970 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP- 38/MK/IV/I/1972 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 280/MK.01/1989 yang mengatur mengenai persyaratan dan perizinan lembaga keuangan 8. Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang secara tidak langsung dapat menghimpun dana dari masyarakat, dengan cara pengalihan resiko atas suatu evenement yang diperjanjikan yang kemudian masyarakat yang dalam hal ini adalah tertanggung membayar sejumlah premi 7 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Cetakan 1, Bandung : Refika Aditama, 2010), Hlm 5. 8 Man Suparman Sastrawidjaja, dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransin, (Bandung : PT. Alumni, 2004), Hlm

10 kepada perusahaan asuransi sebagi konsekuensi kontra prestasi dari pengalihan resiko, sehingga jelas asuransi tidak menghimpun dana dari masyarakat secara langsung karena berdasarkan pengalihan resiko atas evenement. Adapun manfaat yang diberikan oleh asuransi bagi tertanggung atau insured, antara lain : a. Memberikan rasa aman dan perlindungan, b. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan lain, c. Merupakan alat penyebar resiko, apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, dan d. Sebagai pendistribusi biaya dan manfaat yang lebih adil. 9 Pelaksanaan dalam perusahaan asuransi kerugian berupa kebakaran itu sendiri mengacu pada prinsip prinsip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi tersebut antara lain: a. Prinsip Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable interest). b. Prinsip itikad baik (Utmost googfaith). c. Prinsip keseimbangan (Idemneteit Princeple). d. Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle). e. Prinsip sebab akibat (Causaliteit Principle). 10 f. Proxima Causa. g. Kontribusi (Contribution). 11 Asuransi kebakaran diatur dalam buku I Bab 10 pasal 287 pasal 298 KUHD. Pengaturan ini sangat sederhana,sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan asuransi sekarang. Karena pengaturannya sangat 9 Sari kartika elsi, Simanunsong Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, (Cetakan kelima (edisi dua), Jakarta : PT.Grasindo, 2008), Hlm Man Suparman Sastrawidjaja, dan Endang, op.cit., Hlm Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Edisi Revisi, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,2008), Hlm

11 sederhana, maka perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung yang dituangkan dalam polis mempunyai fungsi penting dalam praktik asuransi kebakaran. Hal hal mengenai asuransi kebakaran yang diatur dalam KUHD akan diuraikan melalui bahasan bahasan berikut ini : a. Polis asuransi kebakaran. b. Objek asuransi kebakaran. c. Evenemen dan ganti kerugian asuransi kebakaran. d. Asuransi rangkap dan perubahan resiko. e. Janji janji kusus. 12 Dalam Praktik asuransi kebakaran, resiko yang dijamin ditentukan dengan tegas dalam polis. Dalam polis standar auransi kebakaran Indonesia, resiko yang ditanggung ditentukan sebagai berikut: Polis ini menjaminkerugian atau kerusakan pada harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan oleh : a. Kebakaran. b. Petir. c. Ledakan. d. Kejatuhan pesawat terbang. e. Asap. 13 Menurut ketentuan pasal 255 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut dengan polis. Bahwa polis berfungsi sebagi alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti 12 Abdukadir Muhammad, op.cit., Hlm Ibid, Hlm

12 tertulis isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata atau kalimat yang memungkinkan interpretasi sehingga mempersulit tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Kususnya untuk Asuransi kebakaran bentuk polis itu sendiri diatur dalam 287 KUHD yakni : 1. Letak dan perbatasan benda yang disuransikan. 2. Pemakaiannya 3. Sifat pemakainnya gedung yang berbatasan sekedar itu berpengaruh pada asuransi 4. harga benda yang diasuransika 5. Letak dan perbatasan gedung dan tempat diaman terdapat, tersimpan, tertimbun benda bergerak yang diasuransikan. 14 Asuransi kebakaran itu sendiri merupakan suatu perikatan yang lebih dituangkan dalam suatu perjanjian (Kontrak) dan berdasarkan pada pasal 1233 KUHPerdata, bahwa " tiap - tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang - undang " dan kemudian pada pasal 1313 KUHperdata bahwa suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih dan Oleh karenanya dalam mengadakan suatu perjanjian asuransi kebakaran itu harus berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata yakni 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (Consensus). 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (Kewenangan). 14 Ibid, Hlm 59 12

13 3. Suatu hal tertentu. (objek asuransi) 4. Suatu sebab yang halal (Legal cause) 15. Selain itu apabila suatu perjanjian yang dibuat secara sah itu wajib untuk dilaksanakan, yang hal tersebut itu terdapat pada pasal 1338KUHPerdata, oleh karenanya ketika terjadi kesepakatan dalam perjanjian asuransi kebakaran yang dituangkan dalam polis, timbul hak dan kewajiban bagi masing masing pihak, sebagaimana tertuang dalam pasal 1234 KUHPerdata, dan apabila terjadi ingkar janji dalam pemenuhan prestasi bagi masing masing pihak tersebut, maka pemenuhan prestasi dapat dipaksakan bagaikan undang undang, apa yang terdapat dalam pasal 1243 KUHPerdata. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa apabila sesorang berkehendak melakukan pengalihan resiko kepada penanggung atas suatu evenement yang bertindak sebagai tertanggung, yang hal tersbut itu tertuang dalam polis asuransi kebakaran yang dalam essensi dari segi perjanjian itu merupakan standar kontrak, oleh karenanya dalam klausula polis auransi kebakaran itu sendiri harus berdasarkan pada asas - asas perjanjian yakni : a. Asas kebebasan berkontrak. b. Asas Konsesualisme. c. Asas Kepercayaan. d. Asas Kekuatan mengikat. f. Asas keseimbangan. g. Asas Kepastian hukum Abdukadir Muhammad, op.cit.,, Hlm Badruzaman Darus Mariam, Kompilasi Hukum Perikatan, (Cetakan 1, Jakarta : PT.Citra Aditya Bakti, 2001), Hlm

14 F. Metode Penelitian. 1. Metode Pendekatan. Penelitian yang dilakukan penulis ini mengenai perlindungan hukum terhadap pelaksaanaan polis asuransi kebakaran pada saat pengajuan klaim asuransi oleh tertanggung atas suatu evenemen yang terjadi berupa kebakaran, yang menggunakan metode yurisdis normatif yakni dengan membahas secara hukum normatif yang berlaku di Indonesia yakni berdasarkan Undang Undang No.2 Tahun 1992 tentang Perasuransian, Kitab Undang - undang hukum dagang (KUHD), Kitab Undang - undang Hukum Perdata (KUPerdata) dan peraturan lainnya yang terkait dengan pembahasan pada permasalahan yang diteliti, sehingga mendapatkan data sesuai dengan kenyataan empiris. 2. Spesifikasi Penelitian. Spesifikasi penelitian yang penulis gunakan adalah deskripsi - Kualitatif yakni memberikan gambaran terhadap data primer yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan pada PT.Asuransi umum BUMIDA yang mana data tersebut dibahas lebih mendasar secara keilmuan dengan data sekunder atau kepustakaan, sehingga didapatkan suatu pembahasan berdasarkan kajian teoritis terhadap permasalahan yang hendak diteliti. 3. Objek penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis ini meliputi permasalahan yang timbul ketika pelaksaanaan polis asuransi kebakaran pada klaim asuransi yang diajukan oleh tertanggung sebagai bentuk upaya perlindungan hukumnya dan cara penyelesaian permasalahan ketika terjadi ketidakpuasan 14

15 atau kesulitan dalam proses pengajuan klaim asuransi kebakaran oleh tertanggung Pada PT.Asuransi umum BUMIDA terhadap evenement pada objek yang asuransikan. 4. Jenis dan Sumber Data. a. Data Primer. Data primer penulis dapatkan berupa study langsung kelapangan kepada perusahaan asuransi PT.Asuransi umum BUMIDA dengan melakukan wawancara kepada pihak - pihak yang terkait pada permasalahan yang di kaji berdasarkan hukum positive, dan leteratur beberapa document / berkas yang terkait dengan permasalahan yang henadk diteliti penulis tersebut. b. Data Sekunder. Data sekunder diperoleh penulis berasal dari studi kepustakaan berupa literature buku - buku yang mengatur tentang hukum Asuransi Kebakaran yakni : selain itu hasil penelitian terdahulu mengenai asuransi kebakaran, Skripsi, jurnal yang terkait dengan pembahasan permasalahan mengenai hukum asuransi kebakaran, Dan berbagai peraturan lainnya yang terkait dengan pembahasan permasalahan penelitian tersebut. Bahan Hukum primer : Bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari peraturan perundang undangan, dan sumber hukum lainnya. Bahan hukum sekunder : Bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari rancangan undang 15

16 undang, hasil hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya Bahan hukm tertier : Bahan yang membeikan petunjuk atau penjelas mengenai bahan hukum primer atau sekunder ; contohnya adalah ensiklopedia, surat kabar dan seterusnya Teknik pengumpulan data a. Kepustakaan / studi dokument Penelitian Menggunakan cara pengumpulan data dari studi kepustakaan berupa literatur buku yang terkait dengan permasalahan asuransi kebakaran yang sedang diteliti ataupun studi berupa document yang didapatkan pada saat melakukan penelitian di lapangan pada PT.Asuransi umum BUMIDA b. Obervasi Data juga didapatkan dengan cara observasi langsung ke lapangan kepada purusahaan PT.Asuransi umum BUMIDA, instansi - instansi terkait, dan kepada seluruh pihak yang ada hubungan dengan permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini. c. wawancara Selain itu penulis juga melakukan wawancara secara langsung kepada pihak - pihak yang terkait, yakni kepada penanggung dan tertanggung, maupun pihak lainnya, dan dilakukan baik wawancara secara terstruktur maupun tak terstruktur untuk memperoleh data yang pasti. 17 Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Cetakan ketiga, Jakarta : UI-Press, 1986), Hlm 52 16

17 6. Motode analisis data Penelitian penulis lakukan menggunakan metode analisis data Kualitatif yakni dengan menggambarkan data yang sebenarnya/ data yang diperoleh dari lapangan kemudian data tersebut di kaji berdasarkan hukum positife yang berlaku di Indonesia, sehingga mendapatkan suatu jawaban yang kongkrit. G. Lokasi Penelitian. PT.Asuransi umum BUMIDA yang beralamat di Jl.R.A.Kartini No.32 A, kota Cirebon merupakan tempat penelitian yang dilakukan penulis H. Sistematika Penulisan. BAB.I. Terdapat Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Lokasi Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini. BAB.II. Terdiri dari kajian teoretis terhadap Ketentuan Umum Asuransi yang terdiri dari Perjanjian pada umumnya terbagi atas Pengertian perjanjian, Prestasi, Wanprestasi, Aspek hukum Perjanjian Asuransi, dan Perasuransian di Indonesia yang terdiri dari Pengertian Asuransi, Tujuan asuransi, Manfaat Asuransi, Prinsip prinsip Asuransi, Asuransi kebakaran bagian dari asuransi kerugian. 17

18 BAB.III.Gambaran tentang Profile Perusahaan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, yang terbagi atas Sejarah Dan Perkembangan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 terdiri Sejarah Sejarah Singkat PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Budaya Perusahaan, Falsafah Dan Nilai Dasar Perusahaan, Modal Dan Kepemilikan Saham, Dukungan Reasuransi, Struktur Organisasi PT.Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Kantor Cabang Cirebon kemudian Dasar Hukum Asuransi Kebakaran, kemudian Aspek Perlindungan hukum tertanggung terdiri dari Ketentuan dan fungsi polis dalam asuransi kebakaran, Objek asuransi kebakaran, Premi, Evenement dan ganti kerugian, Asuransi rangkap dan perubahan resiko, Janji janji khusus dan Berakhirnya Perjanjian Asuransi Kebakaran. BAB.IV.Menganalisa suatu permasalahan berdasakan yuridis yang berhubungan dengan perlindungan hukum tertanggung atas pengajuaan klaim kepada PT.Asuransi umum BUMIDA dan penyelesaian permasalahan ketika terjadi kesulitan dalam proses pengajuan klaim asuransi kebakaran oleh tertanggung. BAB.V. Terdapat Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian terhadap Analisis Yuridis perlindungan hukum terhadap tertanggung dalam Asuransi kebakaran. (Studi Penelitian PT.Asuransi umum Bumiputera Muda). 18

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 hingga sekarang, banyak hal telah terjadi dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bangsa Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat signifikan dari berbagai aspek bidang kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat signifikan dari berbagai aspek bidang kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan masyarakat dunia dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat signifikan dari berbagai aspek bidang kehidupan yang hal tersebut didukung

Lebih terperinci

DIMAS WILANTORO NIM: C.

DIMAS WILANTORO NIM: C. TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN PADA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Asuransi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangatlah pesat setelah pemerintah mengeluarkan regulasi pada tahun 1980 diperkuat keluarnya Undang-Undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberi pengaruh terhadap perkembangan usaha bidang keasuransian. Perusahaan-perusahaan besar mulai bermunculan seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN Asuransi atau pertanggungan timbul karena adanya kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini manusia selalu dihadapan kepada suatu masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya manusia selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah seiring dengan munculnya pemikiran dalam masyarakat mengenai suatu ketidakpastian mengenai

Lebih terperinci

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI JIWA PENERIMA KREDIT SKRIPSI Diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi 1. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh R Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko,

II. LANDASAN TEORI. Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko, II. LANDASAN TEORI 2.1 Asuransi sebagai Lembaga Peralihan Resiko Asuransi atau pertanggungan, di dalammya selalu mengandung pengertian adanya suatu resiko. Resiko yang dimaksud adalah ketidakpastian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Pembangunan Nasional Indonesia yang dilakukan bangsa Indonesia begitu pesat, hal ini dimaksudkan mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini produk perbankan telah berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi secara harfiah diartikan sebagai aktifitas atau kegiatan penanaman modal, sedangkan investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan asuransi dalam sektor asuransi jiwa di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung. DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, -------------, 2005, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, Abdul Halim Barkatullah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD 17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting untuk menyukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha diikuti dengan perkembangan perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan

Lebih terperinci

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bab 1: Pengantar Asuransi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang berupa perjanjian antara nasabah asuransi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO A. Pengertian Deposito Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan masyarakat ialah Bank. Bank mempunyai peran yang sangat penting. Mengapa demikian, karena perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang mengalami kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia saling membutuhkan dalam memenuhi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia Kata asuransi dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Insurance yang artinya jaminan atau pertanggungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8 MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur penebusan polis asuransi, kajian pustaka

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus MERGER BANK DAN AKIBATNYA TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 1998 1 Oleh : Yosua Manengal 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat

Lebih terperinci

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 3 B. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard contract. Perjanjian baku merupakan perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang cukup besar dalam bidang sosial ekonomi, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang cukup besar dalam bidang sosial ekonomi, antara lain adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan asuransi secara langsung atau tidak langsung mempunyai peranan yang cukup besar dalam bidang sosial ekonomi, antara lain adalah keberadaan perusahaan asuransi

Lebih terperinci