Kriteria Taman Kota Sebagai Sistem Rona
|
|
- Teguh Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Kriteria Taman Kota Sebagai Sistem Rona Dosen pada Jur. Ars. Lansekap Fakulatas Arsitektur Lansekap dan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti Abstrak Taman kota sebagai ruang publik dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sosial masyarakat kota. Namun tidak semua taman kota merupakan rona bagi kegiatan publik, hanya taman kota yang memenuhi kriteria tertentu saja yang dapat berperan sebagai rona kegiatan publik, yaitu Taman Ayodya Jakarta Selatan, Taman Menteng, Taman Suropati dan Taman Situ Lembang Jakarta Pusat. Dalam kondisi demikian taman kota dilihat sebagai sistem rona yang terdiri dari sistem kegiatan dan sistem tempat dimana masing-masing sistem terdiri dari berbagai unsur yang membentuknya. Untuk mengetahui kriteria dan manfaat taman kota sebagai rona kegiatan publik digunakan metode skoring dan menyusun kerangka normatif yang berisi kriteria dan indikator untuk mengkaji pemenuhan kriteria dan manfaatnya. Kerangka normatif disusun berdasarkan teori dan praktikpraktik yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil temuan menggambarkan bahwa belum semua kasus memenuhi kriteria dan manfaatnya belum secara optimal dapat dirasakan oleh masyarakat maupun lingkungan di sekitar taman. Kata-kunci : kriteria taman, rona kegiatan publik, taman kota Pendahuluan Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang direncanakan dan disediakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota dalam melakukan berbagai kegiatan sosial di ruang luar. Jakarta dengan luas ± 650 km² dan penduduk yang hampir berjumlah 11 juta jiwa, diperkirakan memiliki sekitar ratusan taman kota yang tersebar di lima wilayah kotanya. Namun tidak semua taman kota direncanakan sebagai rona bagi kegiatan publik. Proses penyediaan, perencanaan maupun pembangunan taman kota seringkali berlandaskan pada kebutuhan ekologis tanpa mempertimbangkan kebutuhan sosial. Pengelolaan taman kota belum efektif, belum semua masyarakat terlibat dan belum adanya sistem penghargaan dari pemerintah terhadap masyarakat yang terlibat dalam mengelola taman kota. Di Indonesia perkembangan taman kota diawali dengan alun-alun yang berperan sebagai pusat kegiatan, pusat perkembangan kota, simbol kekuasaan dan demokrasi, barometer kehidupan serta kemajuan sosial budaya sebuah kota. Dalam perkembangannya makna alun-alun mulai mengalami penyusutan, alun-alun yang dahulunya mempunyai kebebasan akses mulai berpagar dan muncul berbagai jenis miniaturisasi alun-alun pada beberapa kota di Indonesia. Sampai saat ini pengertian taman kota belum ada yang bersifat baku dan universal untuk digunakan sebagai acuan. Taman kota diberi pengertian sesuai dengan sudut pandang dari masing-masing bidang yang mengkaji. Secara normatif taman kota adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat rekreasi, paru-paru kota dan estetika kota (Chiara,1975). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 B_41
2 Kriteria Taman Kota sebagai Sistem Rona Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, taman kota diberi pengertian lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Dari sisi arsitektur kota, taman kota merupakan salah satu bentuk ruang publik yang bersifat eksternal (eksternal publik space) yang diperuntukan bagi berbagai kegiatan penduduk kota di ruang luar (Carmona,2003). Taman kota adalah sebuah pulau bagi kawasan perkotaan, sehingga harus memiliki kejelasan status hukum pengelolaan dan batas-batas peruntukannya (Steiner, 2007). Sebagai tempat, taman kota dapat menjadi vitalitas dan generator kehidupan sebuah kota, dimana di dalamnya terdapat berbagai sub sistem yang saling berhubungan serta mewujudkan keindahan yang fokus pada kaidahkaidah seni sehingga membangun berbagai pengalaman bagi pemakainya (Motloch,1991). Dalam kondisi tersebut taman kota harus dilihat sebagai sebuah sistem rona (systemsetting)yang meliputi sistem kegiatan dan sistem tempat, dimana masing-masing sistem memiliki beberapa unsur sebagai pembentuknya (Urban Living Indicators,2005). Sistem kegiatan adalah rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, sedangkan sistem tempat merupakan jalinan unsur-unsur fisik atau spaial yang mempunyai hubungan tertentu dan saling terkait sehingga membentuk suatu rona yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan (Rapoport dalam Setiawan, 1995; Project for Public Space, 2009). Penyediaan taman kota harus ditujukan untuk kepentingan publik, bukan untuk kepentingan simbolisasi kekuasaan. Realitas di lapangan mengindikasikan bahwa proses perencanaan dan pembangunan taman-taman kota di Jakarta belum ditujukan pada pembentukan sebagai sistem rona, sehingga taman kota hanya berfungsi sebagai ruang hijau dan ornamen kota 42 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 saja. Untuk itu perlu ditelaah terhadap pemenuhan kriteria dan manfaat taman kota sebagai rona bagi kegiatan publik di Jakarta. Metode Untuk melakukan telaah terhadap pemenuhan kriteria dan manfaat taman kota sebagai rona kegiatan publik, maka dilakukan penelitian kasus studi terhadap empat taman kota di Jakarta, yaitu Taman Ayodya Jakarta Selatan, Taman Suropati, Taman Menteng dan Taman Situ Lembang Jakarta Pusat. Pemilihan kasus didasarkan pada kriteria yaitu: 1. Taman rutin digunakan dengan pengunjung minimal 100 orang/hari, 2. Memiliki minimal 3 unit fasilitas dan dilengkapi dengan 1 buah toilet, 3. Cukup dikenal publik dan pernah dimuat atau mejadi berita di media cetak, 4. Dapat diakses oleh publik dengan jam operasional minimal 10 jam/hari serta tidak dipungut biaya, 5. Dikelola oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metoda System for Observing Play and Recreation in Communities (SOPARC) yang digunakan oleh Cohen dkk pada tahun Cohen melakukan observasi selama 7 hari berturut-turut dari pukul Dalam melakukan analisis digunakan metode skoring yang digunakan Dharmawan dkk (2006), Green Flag (2009) dan Ümmügülsüm (2011), dalam melakukan penilaian manfaat dan kriteria ruang terbuka dan ruang terbuka hijau kota, sedangkan secara teori merujuk pada Singarimbun (1988). Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Menyusun kerangka normatif. Kerangka normatif berisi kriteria, indikator dan bobot dari setiap kriteria sebagai dasar untuk menyusun kerangka penilaian terhadap pemenuhan kriteria setiap kasus penelitian, 2. Menyusun kerangka penilaian. Kerangka penilaian merupakan instrumen untuk melakukan penilaian terhadap pemenuhan
3 kriteria taman kota sebagai rona kegiatan publik, 3. Melakukan penilaian pemenuhan kriteria terhadap keempat kasus penelitian, 4. Melakukan analisis komparatif terhadap empat kasus penelitian. Pemenuhan kriteria dan manfaat empat kasus penelitian Dari hasil penilaian pemenuhan kriteria diperoleh gambaran bahwa (Tabel 3): semua kasus secara rata-rata sudah memenuhi kriteria sebagai sistem kegiatan, namun belum maksimal. Taman Menteng merupakan taman yang memiliki skor tertinggi (4.15), meskipun ketiga indikatornya tidak ada yang mencapai maksimal, namun sudah di atas skor rata-rata. Mengindikasikan bahwa meskipun tidak mencapai maksimal namun seluruh kriteria sudah memenuhi sehingga sebagai sistem kegiatan Taman Menteng sudah memenuhi kriteria meskipun belum mencapai maksimal. Taman Suropati, memiliki skor 4,05 lebih rendah dari Taman Menteng, namun memiliki satu indikator yang mencapai maksimal yaitu pengunjung taman. Artinya secara demografis pengunjung Taman Suropati sudah sangat memenuhi kriteria sebagai pelaku kegiatan. Namun pengunjung belum maksimal dalam memanfaatkannya. Hal itu ditunjukkan dengan perolahan skor waktu berlangsung kegiatan tidak mencapai maksimal (3,40) dan jenis kegiatan yang dilakukan juga belum beragam sehingga perolehan skornya belum maksimal dan tidak mencapai skor rata-rata. Taman Situ Lembang meskipun letaknya berada di dalam kawasan hunian yang tidak terhubung dengan sistem transportasi publik, namun sebagai sistem kegiatan mempunyai skor di atas rata-rata, yaitu 3,92, dengan satu indikator mencapai maksimal yaitu jenis kegiatan. Menunjukkan bahwa jenis kegiatan yang dilakukan pengunjung sudah beragam dan akses tidak menjadi kendala bagi pengunjung untuk hadir di Taman Situ Lembang. Taman Ayodya meskipun letaknya sangat strategis, hanya sekitar 3km dari pusat komersial dan transportasi Blok M, namun memperoleh skor di bawah rata-rata dan terendah yaitu Meskipun jumlah pengunjung Taman sudah di atas skor rata-rata, namun jenis kegiatan yang dilakukan belum beragam dan waktu pemanfaatan taman kurang dari 2 jam. Dengan perolehan skor 3,22 (di bawah skor rata-rata) menunjukkan bahwa Taman Ayodya sebagai sistem kegiatan belum dimanfaatkan secra maksimal dan kegiatan pengunjungpun masih bersifat mono aktifitas. Tabel 1. pemenuhan kriteria empat taman sebagai sistem kegiatan Unsur Kriteria maks TA TS TM TSL rata rata PK Pt JK Rk WK Wbk Total skor Keterangan PK JK WK Pt Rk Wbk TA TS TM TSL : Pelaku Kegiatan : Jenis Kegiatan : Waktu Kegiatan : Pengunjung taman : Ragam kegiatan : Waktu berlangsungnya kegiatan : Taman Ayodya : Taman Suropati : Taman Menteng : Taman Situ Lembang Prosiding Temu Ilmiah IPLBI
4 Kriteria Taman Kota sebagai Sistem Rona Dari gambar 5, terlihat bahwa sebagai sistem tempat Taman Suropati memperoleh skor 3,21 dan Taman Menteng 3,24, meskipun belum mencapai maksimal namun sudah di atas skor rata-rata. Menunjukkan bahwa sebagai sistem tempat keduanya sudah memenuhi kriteria meskipun belum mencapai maksimum. Meskipun memiliki skor yang sama, Taman Suropati telah mampu berperan sebagai pusat kegiatan ruang luar dan melting placebagi kawasan formal dan artefak sejarah lingkungan. Sedangkan Taman Menteng yang berada di kawasan komersial belum mampu mewujudkan sebagai pusat kegiatan ruang luar dan aretefak sejarah lingkungan. Gambar 1 Taman Menteng Jakarta Pusat Taman Ayodya memperoleh skor 2,96 dan Taman Situ Lembang 2,80, belum mencapai maksimal dan di bawah skor rata-rata. Mengindikasikan bahwa kedua taman tersebut sebagai sistem tempat cukup memenuhi kriteria namun belum maksimal. Meskipun perolehan skor Taman Ayodya lebih tinggi dibandingkan dengan Taman Situ Lembang, namun Taman Ayodya belum mampu belum mampu menjadi artefak bagi sejarah lingkungannya. Gambar 2 Taman Suropati Jakarta Pusat Gambar 3 Taman Situ Lembang Jakarta Pusat Gambar 5 pemenuhan kriteria empat taman sebagai sistem tempat Keterangan: TA : Taman Ayodya TS : Taman Suropati TM : Taman Menteng TSL : Taman Situ Lembang Gambar 4 Taman Ayodya Jakarta Pusat 44 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 Gambar.6 pemenuhan kriteria empat taman sebagai sistem rona
5 Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh gambaran (gambar 6) bahwa, sebagai sistem rona keempat taman belum memenuhi kriteria secara maksimal, namun secara rata-rata Taman Suropati dan Taman Menteng sudah memenuhi kriteria, Taman Situ Lembang cukup memenuhi dan Taman Ayodya kurang dapat memenuhi sebagai sistem kegiatan. Sebagai sistem tempat hanya Taman Situ Lembang yang kurang memenuhi kriteria. Keempat taman tersebut yang secara kasad mata telah memenuhi kebutuhan publik, namun dengan telah tersusunnya instrumen penilaian terhadap taman kota, diharapkan dapat menjadi stimulus bagi para perancang, penyedia maupun pengelola taman untuk lebih melihat taman kota bukan hanya sebagai ruang hijau tetapi sebagai rona kegiatan publik, sehingga kedudukan taman-taman kota di Jakarta dapat sejajar dengan mall maupun tempat-tempat rekreasi lainnya. Kendala yang dihadapi dalam melakukan penelitian adalah luasan taman yang tidak sesuai dengan standarisasi sebagai taman kota, fasilitas yang minim serta tidak ada keunikan tanaman, sehingga perlu dilakukan jastifikasi agar diperoleh kriteria pemilihan kasus penelitian. akan memiliki taman kota sesuai dengan keunikan dan jati diri dari kotanya masingmasing dan taman kota dapat menjadi mall bagi masyarakat kota. Daftar Pustaka Albert J Rutledge (1971). Anatomy of Park, The essential of recreation area planning and design. Mc Graw Hill Book Company New York Chiara (1975). Urban Planning and Design Criteria. Jhon Wiley & Sons, INC. Hoboken New Jersey. Carmona (2003).Public Places-Urban Spaces. The Dimensions of Urban Design. Architectural Press. An imprint of Elsevier Science Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP 200 Wheeler Road, Burlington MA Cohen et all (2007). Contribution of Pulic Parks to Physical Activity. American Journal of Public Health Frederick R. Steiner (2007). Planning and Urban Design Standards.John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey Canada Haryadi B Setiawan (1995). Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Direktorral Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Project for Public Spaces (2009).Project for Public Spaces, Inc. All Rights Reserved Kerangka penilaian yang digunakan dalam penelitian ini masih bersifat umum, sehingga perlu pendalaman kriteria penilaian dengan berbagai pendekatan yang kelak dapat digunakan sebagai platform untuk menilai berbagai taman kota di Indonesia yang keragaman sosial budayanya cukup tinggi. Selain itu penelitain ini diharapakan dapat menjadi stimulus bagi para peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian taman kota tidak hanya darai aspek ekologis tetapi juga dari berbagai aspek dan dimensi yang pada gilirannya akan dapat melengkapi dan menjadi rekomendasi taman kota yang spesifik sesuai dengan kebutuhan masyarakat di tiap-tiap kota di Indonesia. Diharapkan tidak akan muncul miniaturisasi atau duplikasi taman kota Jakarta di kota-kota lain di Indonesia, sehingga tiap kota Prosiding Temu Ilmiah IPLBI
Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah
Lebih terperinciRUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA): LAYAKKAH SEBAGAI RUANG PUBLIK RAMAH ANAK
RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA): LAYAKKAH SEBAGAI RUANG PUBLIK RAMAH ANAK Rully Besari B. Jurusan Arsitektur Lansekap Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Fenomena pemanasan bumi, penurunan kualitas lingkungan, dan bencana alam menyadarkan pentingnya keberlanjutan kota demi kelangsungan
Lebih terperinciKepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciThreshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi
Lebih terperinciMALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK
MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK Oleh : Teguh Budianto, Edward E. Pandelaki, Edi Purwanto Pusat perbelanjaan merupakan suatu wadah pemenuh kebutuhan gaya hidup masyarakat di kota besar.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang beragam tidak terlepas dari berbagai aktifitas yang membutuhkan tempat untuk mewadahinya. Dalam arsitektur sering dikenal istilah space, atau
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota-kota di Indonesia kini tengah mengalami degradasi lingkungan menuju berkurangnya ekologis, akibat pembangunan kota yang lebih menekankan dimensi ekonomi
Lebih terperinciPenataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer Kasus: Jl. K.H. Agus Salim Kota Gorontalo Zuhriati A. Djailani (1), Heryati (2) (1) KK Rancang Kota, Program Studi Arsitektur,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Carmona, M., Heath, T., Oc, T. & Tiesdell, S Public Places Urban Spaces. The Dimensions of Urban Design, Architectural Press.
DAFTAR PUSTAKA Buku Teks Carmona, M., Heath, T., Oc, T. & Tiesdell, S. 2003. Public Places Urban Spaces. The Dimensions of Urban Design, Architectural Press. Carr, S., Francis, Mark., Rivlin, Leanne G.
Lebih terperinciPertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)
Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438) DOSEN DR. SRI HANDAYANI, MPD. RISKHA MARDIANA, ST. ADI ARDIANSYAH, SPD.MT. STATUS DAN SIFAT 4 SKS SIFAT WAJIB TEORI DAN PRAKTEK PRASYARAT GAMBAR ARSITEKTUR Maksud
Lebih terperinciSTUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK
STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA Yesser Priono 1) Abstraksi Pertumbuhan dan perkembangan Kota Palangka
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH
PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lebih terperinciKoridor Ruang Kota Layak Huni: Budaya Merampas Ruang Publik?
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Koridor Ruang Kota Layak Huni: Budaya Merampas Ruang Publik? Wahyuni Zahrah (1), Dwira Aulia (2), Beny OY Marpaung (3) (1) Lab.Perkotaan dan Permukiman, Urban Regional Planning,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan
Lebih terperinciKAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA
MODEL JALUR PEDESTRIAN KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA Studi Kasus : Kawasan Alun - Alun Bandung ABSTRAK Perkembangan kota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vandalisme Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hampir seluruh kota di indonesia kini bersifat dualistik. Dualistik berarti telah terjadi pertemuan antara dua kondisi atau sifat yang berbeda (Sujarto, 1981). Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat kebutuhan manusia akan wisata kian berkembang dan menjadi lebih mudah orang-orang melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D
ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D 000 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciPOLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244
POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau
Lebih terperinciPola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang
Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,
Lebih terperinciEvaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 6. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pusat pemerintahan, kota Jakarta terus mengalami perkembangan pembangunan, baik dalam bentuk rumah tinggal maupun bangunan komersial. Perkembangan pembangunan
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Perancangan desain interior pada suatu rumah tinggal menjadi hal yang krusial untuk dapat melihat siapakah klien dan apa fungsi sesungguhnya dari suatu ruang atau satu kesatuan
Lebih terperinciMUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang.
BAB 6 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini diperoleh beberapa pola transformasi bentuk yang terjadi pada objek penelitian yaitu industri sepatu dalam hunian, presentase analisa tatanan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA TA 123 PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1993, Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Anonymous, 1993, Peraturan Menteri No. 63/PRT/1993
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibukota di provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan Kota Kembang. Menurut sejarawan Haryanto Kunto dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng
Lebih terperinciKriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal Ardian Hario Wibowo Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),
Lebih terperinciKAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR
KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR Oleh : KIKI RACHMAWATI L2D 098 442 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciSustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai Christy Vidiyanti Mahasiswa Magister Arsitektur Alur Riset 2013/Arsitektur, Sekolah Arsitektur,
Lebih terperinci1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pengguna interior dan fasilitas ruang yang ada di wisma lansia J.Soenarti Nasution Bandung bukan hanya para lansia dengan kondisi fisik sehat maupun menurun yang memang merasakan,
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR
KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPenataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciPersepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.I Yogyakarta Puja Kurniawan Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan
86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna
Lebih terperinciCanopy: Journal of Architecture
Canopy 2 (1) (2013) Canopy: Journal of Architecture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/canopy PUSAT PERAGAAN IPTEK DI SEMARANG Lailum Mujib Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan
Lebih terperinciEVALUASI KEBERHASILAN TAMAN LINGKUNGAN DI PERUMAHAN PADAT SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK STUDI KASUS: TAMAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN GALUR, JAKARTA PUSAT
Aulia Hariz Evaluasi Keberhasilan Taman Lingkungan di Perumahan Padat Sebagai Ruang Terbuka Publik Studi Kasus: Taman Lingkungan di Kelurahan Galur, Jakarta Pusat Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.
Lebih terperinciMATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik Emmelia Tricia Herliana (1) Himasari Hanan (2) (1) Mahasiswa Program Doktor Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang
Lebih terperinciKegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Dicko Quando Armas (1), Tubagus M. Aziz Soelaiman (2) dominoharvard_insert@yahoo.com (1) Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya
Lebih terperinciPERENCANAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN METODE PARTICIPATORY PLANNING
PERENCANAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN METODE PARTICIPATORY PLANNING Maria Christina Endarwati Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Tidak dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota identik dengan adanya bangunan-bangunan yang dibuat manusia. Bangunan perumahan, perkantoran, serta sarana umum dibangun demi kepentingan manusia (Nazaruddin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai
Lebih terperinciREVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Kediri memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis. Terletak di jalur lintas wisata regional kota Blitar, Tulungagung dan Trenggalek, juga
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK Wiwik Dwi Susanti 1, Sri Suryani Y. W. 2 1, 2 Program Studi Arsitektur, FTSP, UPN Veteran
Lebih terperinciPerencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)
Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya yang di angkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
9 BAB II ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN 2.1. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalan perencanaan perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun Sumatera Utara ini adalah: 1. Bagaimana merancang suatu
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciHubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam
Lebih terperinciProsiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November
Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciTugas Akhir BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Perencanaan dan Perancangan Tujuan. Apartemen di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibu kota dari Indonesia Jakarta adalah kota yang sangat berkembang dan memiliki kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang dan sector, mulai dari pemerintahan,
Lebih terperinciPola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu
Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu Shabrina Ghaisani 1, Subhan Ramdlani 2, Jenny Ernawati 2 1Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai
Lebih terperinciIdentifikasi Kualitas Penggunaan Ruang Terbuka Publik pada Perumahan di Kota Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Identifikasi Kualitas Penggunaan Ruang Terbuka Publik pada Perumahan di Kota Bandung Saraswati T. Wardhani, Devi Hanurani, Nurhijrah, Ridwan Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan 6.1.1 Prinsip Secara umum di setiap perancangan pusat perbelanjaan, hal green yang paling ditekankan dan paling masuk akal dalam perancangan pusat perbelanjaan
Lebih terperinciPropinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciMedan Culinary Center Arsitektur Rekreatif
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia kuliner semakin lama semakin berkembang. Banyaknya media cetak, media elektronik yang menyajikan informasi kuliner semakin lama semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciPERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA
PERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR SYLVANI LAURENCIA 1501144856 SCHOOL OF DESIGN DESAIN INTERIOR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana penelitian ini dengan menjabarkan latar belakang,
Lebih terperinciDesy Ratry Maharani PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2017
Kebijakan Pemerintah Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Melalui Revitalisasi Taman Di Kota Malang SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan
Lebih terperinciAnalisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung Hari Hajaruddin Siregar Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah
Lebih terperinciSEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis Diajukan
Lebih terperinciPerencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 203 Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar Umi Kalsum (), Syahriana Syam (2) () Prodi Pengembangan Wilayah
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciJarak Pengamat Lukisan Ukuran Sedang [100cm x 100cm]
LAMPIRAN Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Kecil [50cm x 50cm] sin30 /sin60 =25cm/X X=43,3cm ~ 44cm sin30 /sin60 =((148-110)+25)/X X =109,11 ~ cm 110cm Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Sedang [100cm x 100cm]
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas
114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Taman Tegallega mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada awalnya Taman Tegallega dikenal sebagai lapangan tempat digelarnya event pacuan kuda oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik sebagai salah satu elemen penting perkotaan dapat menjadi petunjuk dan mencerminkan karakter khusus suatu masyarakat. Secara umum ruang publik/public
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik
Lebih terperinci