Bab IV Pengembangan Sistem Pakar Untuk Perencanaan Jaringan Irigasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Pengembangan Sistem Pakar Untuk Perencanaan Jaringan Irigasi"

Transkripsi

1 Bab IV Pengembangan Sistem Pakar Untuk Perencanaan Jaringan Irigasi IV.1 Pendahuluan Pembahasan tentang pengembangan sistem pakar untuk perencanaan jaringan irigasi yang akan dibahas dalam bab ini, menjelaskan tentang spesifikasi sistem pakar dalam perencanaan irigasi, yang terdiri dari bagian awal perencanaan, bagian login dalam perencanaan, dan bagian utama perencanaan. IV.2 Basis Data Basis data yang digunakan di dalam pengembangan model sistem pakar ini adalah seperti terdapat dalam tabel IV.1 sampai dengan tabel IV.22 di bawah ini. 114

2 Tabel IV.1. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur No Nama Karakteristik Bangunan Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Bangunan 1.Bangunan di Untuk Utk Ambang lebar Pengukur sederhana gunakan pengukuran debit dgn mulut dan bentuk hanya untuk di saluran, Ambang pemasukan yg hidrolisnya mengukur lebar luwes. saja. pengukur ini dibulatkan : dengan sangat Q = Cd Cv mulut 2.Bangunan 2.Aliran tidak dibutuhkan dan 1,50 2/3 2 / 3g bc h 1 pemasukan memiliki boleh dimana Konstruksi tenggelam kehilangan... (4.1) yang yang agar energi dibulatkan. sederhana, pengukuran merupakan hal (lihat kuat, dan dapat utama yang gambar II.7) biaya tidak mahal. dilakukan dengan telita. menjadi bahan pertimbangan. 1.Apabila kehilangan energi pada pengukur meme nuhi dan dapat menciptakan aliran kritis, maka dalam perhitungan tabel debit dengan kesalahan kurang dari 2 %. 2.Besar energi yang hilang untuk dihasilkan aliran moduler (yang merupakan hubungan khusus antara besar energi hulu terhadap mercu dengan debit sebagai acuan) lebih rendah apabila dibandingkan terhadap besar energi yang hilang pada lainnya. 3.Formula hidrolika digunakan untuk menghitung besar energi yang hilang pada pengukur dan saluran 4.Bangunan pengukur ini memiliki masalah terhadap benda hanyut, apabila ini megalami peralihan penyepipitan yang bertahap (gradual). 5.Pada kondisi dilapangan pembacaan debit mudah dilakukan, dengan hal khusus apabila pada papan duga dilengkapi dengan satuan debit (misal m 3 /dt). 6.Dalam pengamatan dilapangan maupun laboratorium mengatakan, bahwa pengukur ini mengangkut sedimen, bahkan pada saluran dengan aliran subkritis. 7.Bangunan pengukur memungkinkan perbaikan bila perlu apabila mercu datar searah dengan aliran, maka dengan demikian pada dimensi purnalaksana (as-built dimensions ) tabel debit dapat dibuat, bahkan apabila terdapat kesalahan pada dimensi selama rencana pelaksanaan sekalipun Kalibrasi purnalaksana. 8.Kekuatan cukup kokoh dan tidak mudah rusak. 9.Berpedoman pasa kondisi hidrolis dengan batas yang serupa, merupakan hal yang ekonomis dibandingkan lain dalan hal pegukuran debit yang dilakukan secara tepat. 3.Bangunan ini untuk benda hanyut bisa dilewatkan. 4.Bangunan di dalam proses eksploitasi dilakukan dengan mudah. Pada bagian awal saluran primer, ini ditempatkan, dan juga pada bagian cabang dari saluran besar dan berada tepat di hilir pintu sorong pada bagian yang masuk petak tersier. Dimana : Q = debit (m 3 /dt) Cd=koefisien debit Cd=0,93+0,10 H 1 /L, utk 0,1<H 1 /L<1,0 H 1 =tinggi energi hulu(m) L=panjang mercu(m) Cv=koefisien kecepatan datang g=percepatan gravitasi(m/dt 2 ) bc=lebar mercu (m) 115

3 Tabel IV.2. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur (lanjutan 1) No Nama Karakteristik Bangunan Kelebihan Bangunan Kekurangan Bangunan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Bangunan 1.Bangunan di Pengukur sederhana dan gunakan bentuk hanya untuk Ambang hidrolisnya mengukur lebar luwes. saja. dengan pemasukan 2.Bangunan 2.Aliran tidak bermuka memiliki boleh Konstruksi tenggelam Datar dan yang sederhana, agar peralihan kuat, dan biaya pengukuran penyepitan. tidak mahal. dapat (lihat dilakukan gambar dengan telita. II.8) 1.Apabila kehilangan energi pada pengukur memenuhi dan dapat menciptakan aliran kritis, maka dalam perhitungan tabel debit dengan kesalahan kurang dari 2 %. 2.Besar energi yang hilang untuk dihasilkan aliran moduler (yang merupakan hubungan khusus antara besar energi hulu terhadap mercu dengan debit sebagai acuan) lebih rendah apabila dibandingkan terhadap besar energi yang hilang pada lainnya. 3.Formula hidrolika digunakan untuk menghitung besar energi yang hilang pada pengukur dan saluran 4.Bangunan pengukur ini memiliki masalah terhadap benda hanyut, apabila ini megalami peralihan peralihan penyepitan yang bertahap (gradual). 5.Pada kondisi dilapangan pembacaan debit mudah dilakukan, dengan hal khusus apabila pada papan duga dilengkapi dengan satuan debit (misal m 3 /dt). 6.Dalam pengamatan dilapangan maupun laboratorium mengatakan, bahwa pengukur ini mengangkut sedimen, bahkan pada saluran dengan aliran subkritis. 7.Bangunan pengukur memungkinkan perbaikan bila perlu apabi apabila mercu datar searah dengan aliran, maka dengan demiki kian pada dimensi purnalaksana (as-built dimensions) tabel debit dapat dibuat, bahkan apabila terdapat kesalahan pada di mensi selama rencana pelaksanaan sekalipun kalibrasi purnalaksana. 8.Kekuatan cukup kokoh dan tidak mudah rusak. 9.Berpedoman pasa kondisi hidrolis dengan batas yang serupa, merupakan hal yang ekonomis dibandingkan lain dalan hal pegukuran debit yang dilakukan secara tepat. 3.Bangunan ini untuk benda hanyut bisa dilewatkan. 4.Bangunan di dalam proses eksploitasi dilakukan dengan mudah. Untuk pengukuran debit di saluran, pengukur ini sangat dibutuhkan dan dimana kehilangan energi merupakan hal utama yang menjadi bahan pertimbangan. Pada bagian awal saluran primer, ini ditempatkan, dan juga pada bagian cabang dari saluran besar dan berada tepat di hilir pintu sorong pada bagian yang masuk petak tersier. H 1 =kedalaman air hulu terhadap ambang ukur(m). Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari gambar D.1 yang memberikan harga Cv utk berbagai bentuk bagian pengontrol. Utk Ambang lebar bentuk trapesium : Q=Cd{bc yc +mc 2 }{2g(H 1 - yc) 0,5 }... (4.2) 116

4 Tabel IV.3. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur (lanjutan 2) gan Nama Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Biaya 1.Terjadi Q=Cd Cv 2/3 Pengukur pelaksanaan penumpukan... (4.3) Cipoletti. sedimen dasar (lihat gambar II.9) tidak mahal pada bagian hulu. 1.Bentuk dari sederhana dan konstruksinya mudah dibuat. 2.Dalam pelaksanaan biayanya tidak mahal. 3.Apabila papan duga diberi skala liter, maka oleh para petani pemakai air dapat melakukan pengecekan persediaan air mereka dengan baik. 4.Pada bagian hulu dari terjadi penumpukan sedimen, dengan sendirinya dapat mengganggu berfungsinya pengukur ini, dilain hal benda hanyut tidak bisa lewat dengan mudah, hal ini sangat mudah menyebabkan kerusakan dan sangat mengganggu ketelitian pengukuran debit. 5.Apabila muka air di hulu mengalami kenaikan di atas elevasi ambang pengukur, maka proses pengukuran debit tidak bisa dilakukan. 6.Bangunan ini mengalami kehilangan tinggi energi besar sekali dan lebih khusus lagi apabila pada daerah yang datar, dimana kehilangan tinggi energi yang tersedia kecil sekali, dengan demikian banunan ukur ini tidak dapat digunakan lagi. 2. Bendabenda hanyut tidak mudah dilewatkan. angunan pengukur Cipoletti dapat dikombinasikan dengan pintu sorong, hal ini sering dipakai sebagai sadap tersier. Bangunan ini terletak berjauhuan terhadap pintu sorong, sehingga proses eksploitasi pintu menjadi rumit. Bangunan pengukur ini dalam penggunaannya tidak dianjurkan lagi, hal lain kecuali di dalam laboratorium. 1,5 2g b h 1 Dimana : Q=debit(m 3 /dt) Cd=koefisien debit ( 0,63) Cv=koefisien kecepatan datang (lihat gbr D.1) g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) b=lebar mercu (m) H 1 =tinggi energi hulu (m) Pada tabel A.3.4 (lampiran A) diberikan tabel debit untuk q (m 3 /dt.m) 117

5 Tabel IV.4. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur (lanjutan 3) No Nama Karakteristik Kelebihan Bangunan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan 1.Bangunan memiliki biaya Bangunan ini Disesuaikan dengan Pengukur pengukur pelaksanaannya digunaka untuk tabel A.3.5 Parshal teliti lebih mahal. mengukur Parshal. Karakteristik dan dan andal. saja. (lihat 2.Permukaan air relatif dimensi debit gambar tenang dan aliran pengukur II.10) masuk harus tenang. Parshal 1.Bangunan memiliki kehilangan energi yang relatif kecil. 2.Bangunan ini digunakan untuk mengukur berbagai besaran debit aliran bebas. 3.Bangunan tidak bermasalah dengan benda hanyut. 4.Bangunan tidak dapat diubah oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 3.Bangunan dalam pembuatannya harus Teliti agar berfungsi dengan baik. 118

6 Tabel IV.5. Matriks Basis Data Bangunan Pengatur No Nama Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan Bangunan 1.Bentuk Bangunan ini hanya Q=Cd Cv 2/3 Pengatur konstruksinya digunakan untuk sederhana tetapi mengatur tinggi b h 1, (4.5) Pintu kuat. muka air, selangkah Skot demi selangkah saja Balok 2.Dalam dan setiap langkah (lihat pelaksanaan sama dengan tinggi gambar konstruksi sebuah balok. biayanya kecil. II.11) 1.Konstruksinya menggunakan skot balok. 2.Debit yang masuk dapat diatur dengan menggunakan skot balok. 3.Kemudahan eksploitasi tak memadai. 4.Kemampuan melewatkan sedimen jelek. 5.Kemampuan melewatkan bendabenda hanyut baik. 6.Kemampuan mengatur muka air memadai. 7.Dapat disetel. 1.Proses pemasangan dan pemindahan skot balok membutuhkan tenaga dua orang dan waktu yang dibutuhkan sangat banyak. 2.Kedalaman muka air di hulu diatur selangkah demi selangkah, dan setiap langkah mengacu pada tinggi sebuah skot balok. 3.Skot balok sangat besar kemungkinan untuk di ambil orang. 4.Pengoperasian pintu skot balok dapat terjadi dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5.Bentuk kedalaman aliran yang melewati skot balok belum dapat diketahui secara pasti. 2 / 3g Dimana : Q=debit (m 3 /dt) Cd=koefisien debit Cv=koefisien kecepatan datang g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) b=lebar normal (m) h 1 =kedalaman air di atas skot balok (m) 119

7 Tabel IV.6. Matriks Basis Data Bangunan Pengatur (lanjutan 1) No Nama Bangunan Karakteristik Bangunan Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Kedalaaman 1.Bangunan 1.Bangunan Q=K μ a b Pengatur air di hulu ini tidak digunakan di dapat hulu saluran 2g * h1...(4.6) Pintu dapat di melewatkan primer. Sorong kontrol benda-benda (lihat secara baik. hanyut. gambar II.12) 1.Pintu dapat mengatur saja. 2.Kemudahan eksploitasi baik. 3.Ketepatan pengaturan muka air baik sekali. 4.Kemampuan melewatkan sedimen baik sekali. 5.Pintu dapat disetel. 6.Biaya pembuatan mahal. 2.Bangunan pintu sorong sederhana dan kuat. 3.Bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar maupun redimen layang. 2.Pada aliran moduler baru bisa muka air di hulu dan kecepatannya diatur secara baik. 2.Penggunaannya di bagi, sadap sekunder, apabila debit terlalu besar. Dimana : Q=debit (m 3 /dt) K=koefisien aliran tenggelam (lihat gbr D.5) μ=koefisien debit (lihat gbr D.6) a=tinggi bukaan pintu (m) b=lebar pintu (m) g=percepatan gravitasi m/dt 2 ) h 1 =kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m) 120

8 Tabel IV.7. Matriks Basis Data Bangunan Pengatur (lanjutan 2) No Nama Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan Bangunan Bangunan 1.Pintu dapat 1.Gesekan pada 1.Bangunan ini 1.Bangunan ini Q=K μ a b 2g * h1.. Pengatur mengatur saja. ini tidak dapat digunakan jarang terjadi. melewatkan di hulu Pintu 2.Kemudahan benda-benda saluran Radial eksploitasi baik 2.Bagian alat untuk hanyut. primer. (lihat sekali. mengangkatnya gambar II.13) ringan dan mudah di eksploitasi. 3.Ketepatan pengaturan muka air baik. 4.Kemampuan melewatkan sedimen baik. 5.Pintu dapat disetel. 6.Biaya pembuatan sangat mahal. 3.Bangunan ini Dipasang di saluran yang lebar. 4.Bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar maupun sedimen layang. 2.Biaya pembuatan mahal. 3.Paksi (pivot) pintu memberi tekanan horisontal besar jauh di atas pondasi. 2.Bangunan ini juga digunakan di bagi / sadap sekunder, apabila debit terlalu besar. (4.7) Dimana : Q=debit (m 3 /dt) K=koefisien aliran tenggelam (lihat gbr D.5) μ=koefisien debit (lihat gbr D.6) a=tinggi bukaan pintu (m) b=lebar pintu (m) g=percepatan gravitasi m/dt 2 ) h 1 =kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m) 121

9 Tabel IV.8. Matriks Basis Data Bangunan Pengontrol (lanjutan 3) No Nama Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Konstruksinya bersifat 1.Bangunan ini dapat 1.Bangunan 1,5 Q=Cd 2/3 2 / 3g b H 1 Pengatur tetap. melewatkan sedimen digunakan layang maupun untuk... (4.8) Mercu 2.Kemudahan benda-benda hanyut. mengontrol Tetap eksploitasi tak debit saja. (lihat memadai. 2.Pisik gambar II.14) Kuat dan tidak mudah rusak. 3.Ketetapan pengaturan muka air tidak memadai. 4.Kemampuan melewatkan sedimen jelek. 5.Kemampuan melewatkan bendabenda hanyut baik sekali. 1.Apabila nilai banding H 2 /H 1 melebihi 0.33 menjadi tenggelam, maka aliran pada bendung menjadi tidak moduler. 2.Bagian permukaan hilir kemiringan digunakan 1 : 1 3.Bangunan ini masalah aliran tidak bisa di sesuaikan. 3.Bangunan ini tidak dapat melewatkan sedimen dasar. 2.Bangunan di pasang di hulu atau hilir saluran. Dimana : Q=debit(m 3 /dt) Cd=koefisien debit : - pengukur ambang lebar Cd=1,03 - pengontrol mercu bulat Cd= 1,48 g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) b=lebar mercu (m) H 1 =tinggi air di atas mercu (m) Dalam persamaan ini, dimisalkan bahwa Cv = 1,0 122

10 Tabel IV.9. Matriks Basis Data Bangunan Pengontrol (lanjutan 4) No Nama Bangunan Karakteristik Bangunan Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan Kontrol Celah Trapesium (lihat gambar II.15) 1.Kontruksinya bersifat tetap 2.Kemudahan ekploitasi memadai 3.Ketetapan pengaturan muka air baik 1.Bangunan ini hanya baik untuk aliran tidak tenggelam melalui celah 1.Bangunan ini digunakan untuk mengontrol saja kontrol 4.Kemampuan melewatkan sedimen baik sekali 5.Kemampuan melewatkan bendabenda hanyut baik 6.Tidak dapat disetel 7.Biaya pembuatan Sedang 1.Untuk berbagai besaran debit ini tidak menaikan atau menurunkan muka air di saluran. 2.Bangunan ini kuat dan memberikan panjang ekstra di sebelah hulu terjun dan dapat dengan mudah di lengkapi dengan pelimpah searah saluran 3.Bangunan ini tidak memakai ambang dengan demikian dapat melewatkan sedimen dasar, layang maupun benda hanyut. 2.Banguna ini di pasang di hulu atau hilir saluran Q=Cd {bc yc + m yc 2 }*{2g (H yc)} 0,5... (4.9) Dimana : Q= debit (m 3 /dt) Cd=koefisien debbit (=1,05) b=lebar dasar (m) yc=kedalaman kritis pada pengontrol (m) m=kemiringan dinding samping celah (m) H=kedalaman energi disaluran (m) g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) 123

11 Tabel IV.10. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur dan Pengatur No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit a Bangunan Bangunan ini Q=Cd Cv 2/3 Pengukur merupakan yang biasanya di 2 / 3g bc h 1, Dan Indonesia sebagai (4.11) Pengatur sadap tersier. Romijn, Basngunan ini juga bentuk dapat dipakai sebagai mercu sadap sekunder. datar dua lingkaran (lihat gambar II.16) 1.Jika dibuat berbentuk mercu datar satu lingkaran, maka untuk table debitnya ada dan memiliki kesalahan kurang dari 3 %. 2.Dengan menggunakan Ini, maka debit dapat diukur dan diatur. 3.Bangunan dengan kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler yaitu dibawah 33 % dari tinggi energi hulu, relatif kecil. 4.Bangunan ini di dalam perencana an sudah ada teori hidrolika yang digunakan, dikarenakan ini disebut juga berambang lebar. 5.Bangunan ini juga dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara mengangkat pintu ke atas lebih tinggi lagi. 1.Bangunan ini bisa mengukur dan mengatur debit. 2.Bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar, layang maupun benda hanyut. 3.Bangunan ini memiliki kehilangan tinggi energi yang relatif kecil 4.Bangunan memilki ketelitian yang baik. 5.Bangunan ini masalah eksploitasi mudah. 1.Bangunan ini dalam pembuatan rumit dan mahal 2.Bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi disaluran. 3.Untuk biaya pemeliharaan ini relatif mahal. 4.Bangunan ini bisa disalah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5.Bangunan ini Memiliki kepekaan terhadap fluktuasi muka air. Dimana : Q=debit(m 3 /dt) Cd=koefisien debit = 0,9+0,10 H 1 /L Cv=koefisien kecepatan datang g=percepatan gravitasi(m/dt 2 ) bc=lebar meja(m) H 1 =tinggi energi hulu di atas meja (m) =h 1 +V 1 2 /2g V 1 =kecpatan aliran di hulu (m/dt) 124

12 Tabel IV.11. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur dan Pengatur (lanjutan 1) No Nama Bangunan Karakteristik Bangunan Kelebihan Bangunan Kekurangan Bangunan Penggunaan Persamaan debit b Bangunan Bangunan ini Q=Cd Cv 2/3 Pengukur merupakan 2 / 3g bc h 1, yang Dan biasanya di (4.11) Pengatur Indonesia sebagai Romijn, sadap benttuk tersier. Basngunan mercu ini juga dapat dipakai sebagai miring sadap satu sekunder. lingkaran (lihat gambar II.17) 1.Jika dibuat berbentuk mercu datar satu lingkaran, maka untuk table debitnya ada dan memiliki kesalahan kurang dari 3 %. 2.Dengan menggunakan Ini, maka debit dapat diukur dan diatur. 3.Bangunan dengan kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler yaitu dibawah 33 % dari tinggi energi hulu, relatif kecil. 4.Bangunan ini di dalam perencana an sudah ada teori hidrolika yang digunakan, dikarenakan ini disebut juga berambang lebar. 5.Bangunan ini juga dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara mengangkat pintu ke atas lebih tinggi lagi. 1.Bangunan ini bisa mengukur dan mengatur debit. 2.Bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar, layang maupun benda hanyut. 3.Bangunan ini memiliki kehilangan tinggi energi yang relatif kecil 4.Bangunan memilki ketelitian yang baik. 5.Bangunan ini masalah eksploitasi mudah. 1.Bangunan ini dalam pembuatan rumit dan mahal 2.Bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi disaluran. 3.Untuk biaya pemeliharaan ini relatif mahal. 4.Bangunan ini bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5.Bangunan ini Memiliki kepekaan terhadap fluktuasi muka air. Dimana : Q=debit(m 3 /dt) Cd=koefisien debit = 0,9+0,10 H 1 /L Cv=koefisien kecepatan datang g=percepatan gravitasi(m/dt 2 ) bc=lebar meja(m) H 1 =tinggi energi hulu di atas meja (m) =h 1 +V 1 2 /2g V 1 =kecpatan aliran di hulu (m/dt) 125

13 Tabel IV.12. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur dan Pengatur (lanjutan 2) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit c Bangunan 1.Bangunan ini dalam Bangunan ini merupakan Q=Cd Cv 2/3 Pengukur pembuatan yang biasanya 2 / 3g bc h 1, rumit dan mahal di Indonesia sebagai Dan 2.Bangunan ini sadap tersier. (4.11) Pengatur membutuhkan Basngunan ini juga dapat Romijn, muka air yang dipakai sebagai bentuk tinggi disaluran. sadap mercu sekunder. 3.Untuk biaya datar satu pemeliharaan lingkaran ini (lihat relatif mahal. gambar II.18) 1.Jika dibuat berbentuk mercu datar satu lingkaran, maka untuk table debitnya ada dan memiliki kesalahan kurang dari 3 %. 2.Dengan menggunakan Ini, maka debit dapat diukur dan diatur. 3.Bangunan dengan kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler yaitu dibawah 33 % dari tinggi energi hulu, relatif kecil. 4.Bangunan ini di dalam perencanaan sudah ada teori hidrolika yang digunakan, dikarenakan ini di sebut juga berambang lebar. 5.Bangunan ini juga dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara mengangkat pintu ke atas lebih tinggi lagi. 1.Bangunan ini bisa mengukur dan mengatur debit. 2.Bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar, layang maupun benda hanyut. 3.Bangunan ini memiliki kehilangan tinggi energi yang relatif kecil 4.Bangunan memilki ketelitian yang baik. 5.Bangunan ini masalah eksploitasi mudah. 4.Bangunan ini bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5.Bangunan ini Memiliki Kepekaan terhadap fluktuasi muka air. Dimana : Q=debit(m 3 /dt) Cd=koefisien debit = 0,9+0,10 H 1 /L Cv=koefisien kecepatan datang g=percepatan gravitasi(m/dt 2 ) bc=lebar meja(m) H 1 =tinggi energi hulu di atas meja (m) =h 1 +V 1 2 /2g V 1 =kecpatan aliran di hulu (m/dt) 126

14 Tabel IV.13. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur dan Pengatur (lanjutan 3) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Bangunan 1.Bangunan ini Agar berhasi dalam Q = Cd b w Pengukur dapat dalam penggunaan mengukur pembuatannya ini, maka 2 / 3g( h1 w) dan dan rumit dan muka air disaluran... (4.12) Pengatur mengatur. mahal. selalu mengalami Crump-de 2.Bangunan fluktuasi atau Gruyter dapat 2.Biaya apabila pada orifis (lihat melewatkan pemeliharan harus bekerja pada sedimen mahal. keadaan muka air gambar dasar maupun rendah disaluran. II.19) sedimen 3.Kehilangan Bangunan ini layang. tinggi energi tingkat besar. pemeliharaan mudah dan tidak sulit. 1.Untuk menciptakan aliran kritis di bawah pintu digunakan Δh = h 1 -h 2. Jika terjadi aliran kritis,,maka direncanakan peralihan pelebaran yang sebenarnya tidak akan berpengaruh pada kalibrasi tinggi energy, bukaan, dan debit untuk tersebut. 2.Penggunanaan panjang leher L tidak boleh kurang dari h 1 agar menghindari terjadinya lengkung garis aliran pada pancaran dibawah pintu. 3.Bukaan pintu diusahakan untuk kurang dari 0.63 h 1, sehingga dapat diperoleh aliran kritis dibawah pintu dan sekaligus menghindari terjadinya pusaran air di depan pintu. Agar memperoleh pengukuran yang teliti, maka pintu dibuka melebihi 0,02 m. 4.Aliran harus diarahkan kebukaan pintu agar tidak tejadi pemisahan aliran. 5.Teori hidrolika yang sudah ada digunakan untuk perencanaan orifis lubang yang dapat diatur. Apabila aliran kritis terjadi dibawah pintu, maka table A.3.3 pada lampiran A dapt digunakan dengan factor kesalahan kurang dari 3 %. 6.Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari h 1 w. 7.Pisik kuat dan tidak mudah rusak. 8.Bangunan ini benda-benda hanyut cendrung tersangkut. 3.Pada ini pengukuran teliti dan eksploitasi mudah dilakukan. 4.Bangunan kuat. 4.Bangunan ini tidak dapat melewatkan benda - benda hanyut. Dimana : Q=debit (m 3 /dt) Cd=koefisien debit (= 0,94) b=lebar bukaan (m) w=bukaan pintu (m) (w 0,63 h 1 ) g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) h 1 =tinggi air di atas ambang (m) 127

15 Tabel IV.14. Matriks Basis Data Bangunan Pengukur dan Pengatur (lanjutan 4) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Persamaan debit Bangunan 1.Pada bangunnan ini pengukuran aliran Bangunan ini A = b w Pengukur tidak tepat. dan untuk terjadi kesalahan ditempatkan Q = C A 2 g * Δh... (4.13) bias mencapai 100 %. pada Dan 2.Besar nilai kehilangan tinggi energi sadap terrier. Pengatur yang dibutuhkan untuk menciptakan Karena Orifis aliran moduler, hal ini lebih dari 0.25 m. eksploitasi dan Dengan 3.Tepi bawah yang tajam pada fungsi hidrolis Tinggi pengatur bisa menjadi tumpul dengan ini demikian dapat menyebabkan kesalahan rumit, maka Energi pengukuran. dianjurkan untuk Tetap tidak digunakan (lihat 4.Bangunan ini tidak dapat melewatkan di Indonesia. gambar benda-benda hanyut, disebabkan karena II.20) pada tepi pengatur yang tajam dan pemakaian dua pintu sekaligus. 5.Pada ini untuk mengukur bukaan pintu digunakan stang putar bersekrup yang diberi skala setimeter. Dimana : Q=debit(m3/dt) C=koefisien debit ( 0,66) A=luas bukaan pintu(m 2 ) w=tinggi bukaan pintu (m) bc=lebar pintu (m) g=percepatan gravitasi (m/dt 2 ) Δh=kehilangan tinggi energi di atas pintu (m) (0,06 m atau 0,12 m) Subtitusi harga Cd = 0,06, Δh=0,06 m dan g = 9,8 m/dt 2 ke dalam persamaan , menhasilkan : Q=0,716 bc w... (4.14) 128

16 1 Bilangan Froude, Fru 1,7 Tabel IV.15. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Bangunan peredam Bangunan peredam Ditempatkan energi ditempatkan energi mampu disebelah hilir disebelah hilir mengurangi dan, bergantung, bergantung meredam timbulnya pada energi air yang pada energi air yang olakan (turbulensi) masuk. masuk, yang yang berlebihan agar Untuk meredam dinyatakan dengan sesuai dengan olakan (turbulensi) bilangan Froude, dan kecepatan aliran yang yang berlebihan pada bahan konstruksi diharapkan pada besarnya. peredam saluran irigasi. energi Tidak diperlukan peredam energi. Bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi. Apabila olakan (turbulensi) yang terlalu besar, maka menyebabkan kerusakan pada konstruksi yang ada, dan turut pula mempengaruhi kecepatan aliran pada saluran irigasi. Pada saluran tanah. Pasangan atau beton tidak memerlukan lindungan khusus. 2 Bilangan Froude, 1,7 < Fru 2,5 Diperlukan peredam energi. Untuk penurunan muka air ΔZ < 1,5 m, dapat dipakai terjun tegak. Pada umumnya peredam energi dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik. 129

17 Tabel IV.16. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi (lanjutan 1) No Nama Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Bangunan Bilangan Froude, 2,5 < Fru 4,5 Akan menimbulkan situasi yang sulit dalam menentukan peredam energi. Hal ini disebabkan karena loncatan air yang tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh disaluran. Lebih baik untuk tidak merencanakan peredan energi, tetapi sebaiknya geometri diubah untuk memperbesar atau memperkecil bilangan Froude dan memakai peredam energi katagori lain. Seperti tipe IV dan tipe blok halang. (lihat gambar II.21 dan II.22) 130

18 Tabel IV.17. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi (lanjutan 2) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Bilangan Froude, Fru 4,5 Memiliki peredam energi yang ekonomis, karena kolom ini pendek. Tipenya termasuk peredam energi USBR tipe III yang dilengkapi dengan blok depan dan blok halang. Penggunaan Bangunan ini menggunakan peredam energi tipe III (lihat gambar II.22) 131

19 Tabel IV.18. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi (lanjutan 3) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Bangunan peredam energi Vlugter Dikembangkan untuk terjun disaluran irigasi. Penggunaan Dipakai sampai beda tinggi energi Z tidak lebih dari 4,5 m. Tabel IV.19. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi (lanjutan 4) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Penggunaan Bangunan peredam energi Tegak (lihat gambar II.23) Bangunan ini dilengkapi dengan ambang ujung. 132

20 Tabel IV.20. Matriks Basis Data Bangunan Peredam Energi (lanjutan 5) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Bangunan Suatu keadaan Peredam minimum, energi wajib tipe menghindari Bucket keluar (lihat permukaan gambar lengkungan. II.24) Bangunan ini memiliki kedalaman yang besar, dari kedalaman yang minimum untuk suatu loncatan hidroulic. Ini bucket bentuk USBR. Suatu permukaan air maksimum harus kebentuk daerah lengkungan, menghindari aliran tenggelam. Penggunaan 133

21 Tabel IV.21. Matriks Basis Data Bangunan Terjun No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Bangunan Dengan terjun tegak, Terjun luapan yang jatuh bebas akan Tegak mengenai lantai kolam dan (lihat bergerak kehilir pada potong U. gambar II.25) Bangunan ini lebih besar apabila ketinggiannya ditambahkan. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi ditempat jatuhnya pancaran dilantai kolam jika terjadi perubahan debit. Akibat luapan dan turbulensi (pusaran air) didalam kolam dibawah tirai luapan, sebagian dari energi diredam di depan potongan U, dan energi selebihnya diredam dibelakang potongan U. Bangunan ini sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi di atas melebihi 1,50 m Penggunaan Untuk mengurangi dan meredam kecepatan jatuh agar kecepatan aliran pada saluran sesuai dengan kecepatan yang diharapkan dalam perencanaan. 134

22 Tabel IV.22. Matriks Basis Data Bangunan Terjun (lanjutan 1) No Nama Bangunan Karakteristik Kelebihan Kekurangan Bangunan Terjun Miring (lihat gambar II.26) Permukaan miring yang menghantar air ke dasar kolam olak adalah praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi jauh melebihi 1.5 m. Jika peralihan ujung runcing dipakai diantara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak terlalu curam dari 1 : 2 Pada terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Dengan terjun miring, peredam energi menjadi jauh berkurang akibat gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan yang miring. Penggunaan Bangunan ini digunakan pada daerah yang memiliki beda tinggi yang terlalu besar dan terlalu curam. 135

23 Tabel IV.23 Basis data dan basis pengetahuan Pengukur, Pengatur, Pengontrol, dan Pengukur dan Pengatur Pertanyaan Bangunan 1. Di jenis saluran apa terletak dan terdapat irigasi? 2. Bangunan- irigasi yang ada penggunaannya untuk apa saja? 3. Bagaimana kondisi jenis sedimen pada air irigasi? 4. Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? 5. Jenis-jenis bahan apa saja untuk irigasi? 6. Bagaimana tingkatan proses eksploitasi untuk irigasi? 7. Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? Ambang lebar Cipoletti Parshal Pintu Skot balok Pintu sorong Pintu Radial Pintu Romijn Crump de Gruyter Jawaban Saluran primer Saluran sekunder Saluran tersier Mengukur Mengatur Mengukur dan mengatur Mengontrol Mengandung sedimen dasar dan layang Mengandung sedimen layang, benda hanyut Mengandung sedimen dasar, layang dan benda hanyut Rendah Sedang Mahal Sangat mahal Paling mahal Baja Beton Batu Kayu Sederhana Mudah Sukar Rendah Sedang Mahal Sangat mahal Paling mahal Orifis Mercu tetap Celah trapesium 136

24 Tabel IV.23 Basis data dan basis pengetahuan Pengukur, Pengatur, Pengontrol, dan Pengukur dan Pengatur (lanjutan 1) Pertanyaan Bangunan 8. Bagaimana tenggang waktu pembuatan irigasi? 9. Bagaimana tingkat Pemeliharaan irigasi? 10.Bagaimana kondisi kedalaman muka air dihulu irigasi? Ambang lebar Cipoletti Parshal Pintu skot Pintu sorong Pintu radial Pintu Romijn Crump de Orifis Mercu tetap Celah Trapesium Jawaban balok Gruyter Lama Sebentar Sederhana Mudah Rumit Tinggi Rendah 11.Bagaimana fluktuasi muka air? Peka Tidak peka 12.Bagaimana tingkat penyalahgu Bisa naan irigasi oleh orang Tidak bisa yang tidak bertanggung jawab? 13.Bagaimana kekuatan irigasi? 14.Bagaimana tingkat proses pembuatan irigasi? 15.Bagaimana tingkat kehilangan energi pada irigasi? Kuat Rapuh Rumit Sederhana Besar Kecil 137

25 IV.3 Bagan Alir (Flow Chart) Sistem Pakar Gambar IV.1 Bagan Alir Program Sistem Pakar 138

26 IV.4 Tampilan Program Mengawali program sistem pakar yang akan dieksekusi, maka disini diberikan beberapa tampilan utama program sistem pakar (TUPSP) seperti berikut dibawah ini : Tampilan bagian awal perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.1) Gambar IV.1 Bagian Awal Perencanaan 139

27 Tampilan bagian login dalam perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.2) Gambar IV.2 Bagian Login Dalam Perencanaan Tampilan bagian utama perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.3) Gambar IV.3 Bagian Utama Perencanaan 140

28 Tampilan bentuk data basis pengetahuan perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.4) Gambar IV.4 Bentuk Data Basis Pengetahuan Tampilan disain semua data basis pengetahun perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.5) Gambar IV.5 Disain Semua Data Basis Pegetahuan 141

29 Tampilan bentuk data basis data perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.6) Gambar IV.6 Bentuk Data Basis Data Tampilan disain semua data basis data perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.7) Gambar IV.7 Disain Semua Basis Data 142

30 143

31 Tampilan bentuk topgrafi perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.10) Gambar IV.10 Bentuk Topografi Tampilan bagian bantuan dalam penggunaan sistem pakar perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.11) Gambar IV.11 Bantuan Dalam Penggunaan Sistem Pakar 144

32 Tampilan bagian perihal tentang sistem pakar perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.12) Gambar IV.12 Perihal Tentang Sistem Pakar Tampilan bagian keluar dari sistem pakar perencanaan jaringan irigasi, (gambar IV.13) Gambar IV.13 Keluar Dari Sistem Pakar 145

33 IV.5 Kaidah (Rule) Sistem Pakar IV.5.1 Pohon Utama Sistem Pakar Start Pertanyaan Pilihan Rekomendasi Selesai Gambar IV.14 Pohon Utama Sistem Pakar IV.5.2 Kaidah (Rule) Sistem Pakar RULE 001 Di jenis saluran apa terletak dan terdapat irigasi? IF : Saluran primer : THEN : 1. Ambang lebar 2. Skot balok 3. Pintu sorong 4. Pintu radial 5. Mercu tetap 146

34 RULE 002 Di jenis saluran apa terletak dan terdapat irigasi? IF : Saluran sekunder : THEN : 1. Skot balok 2. Pintu sorong 3. Orifis 4. Celah trapesium RULE 003 Di jenis saluran apa terletak dan terdapat irigasi? IF : Saluran tersier : THEN : 1. Cipoletti 2. Parshal 3. Pintu Romijn 4. Crump-de Gruyter 5. Orifis 6. Celah trapesium RULE 004 Bangunan- irigasi yang ada penggunaannya untuk apa saja? IF : Untuk mengukur debit : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal RULE 005 Bangunan- irigasi yang ada penggunaannya untuk apa saja? IF : Untuk mengatur debit : THEN : 1. Skot balok 2. Pintu sorong 3. Pintu radial 147

35 RULE 006 Bangunan- irigasi yang ada penggunaannya untuk apa saja? IF : Untuk mengukur dan mengatur : THEN : 1. Pintu Romijn 2. Crump-de Gruyter 3. Orifis RULE 007 Bangunan- irigasi yang ada penggunaannya untuk apa saja? IF : Untuk mengontrol : THEN : 1. Mercu tetap 2. Celah trapesium RULE 008 Bagaimana kondisi sedimen pada air irigasi? IF : Mengandung sedimen dasar : THEN : 1. Pintu sorong 2. Pintu radial 3. Pintu Romijn 4. Crump-de Gruyter 5. Orifis 148

36 RULE 009 Bagaimana kondisi sedimen pada air irigasi? IF : Mengandung sedimen layang : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipolett 3. Parshal 4. Skot balok 5. Pintu sorong 6. Pintu radial 7. Pintu Romijn 8. Crump-de Gruyter 9. Orifis 10. Mercu tetap 11. Celah trapesium RULE 010 Bagaimana kondisi sedimen pada air irigasi? IF : Mengandung benda-benda hanyut : THEN : 1. Ambang lebar 2. Parshal 3. Pintu skot balok 4. Pintu radial 5. Pintu Romijn 6. Mercu tetap 7. Celah trapesium RULE 011 Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? IF : Rendah : THEN : 1. Ambang lebar 2. Mercu tetap 149

37 RULE 012 Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? IF : Sedang : THEN : 1. Cipoletti 2. Skot balok 3. Celah trapesium RULE 013 Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? IF : Mahal : THEN : 1. Pintu sorong 2. Pintu Romijn 3. Crump-de Gruyter RULE 014 Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? IF : Sangat mahal : THEN : 1. Parshal 2. Pintu radial RULE 015 Bagaimana tingkatan biaya pembuatan irigasi? IF : Peling mahal : THEN : 1. Orifis 150

38 RULE 016 Jenis-jenis bahan apa saja untuk irigasi? IF : Baja : THEN : 1. Pintu sorong 2. Pintu radial 3. Pintu Romijn 4. Crump-de Gruyter 5. Orifis RULE 017 Jenis-jenis bahan apa saja untuk irigasi? IF : Beton : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal 4. Mercu tetap 5. Celah trapesium RULE 018 Jenis-jenis bahan apa saja untuk irigasi? IF : Batu : THEN : 1. Ambang lebar RULE 019 Jenis-jenis bahan apa saja untuk irigasi? IF : Kayu : THEN : 1. Skot balok RULE 020 Bagaimana tingkatan proses eksploitasi untuk irigasi? IF : Sederhana : THEN : Tidak ada untuk pertanyaan ini 151

39 RULE 021 Bagaimana tingkatan proses eksploitasi untuk bangnan irigasi? IF : Mudah : THEN : 1. Ambang lebar 2. Skot balok 3. Pintu sorong 4. Pintu radial 5. Pintu Romijn 6. Crump-de Gruyter 7. Orifis 8. Celah trapesium RULE 022 Bagaimana tingkatan proses eksploitasi untuk irigasi? IF : Sukar : THEN : 1. Cipoletti 2. Parshal RULE 023 Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? IF : Rendah : THEN : 1. Skot balok RULE 024 Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? IF : Sedang : THEN : 1. Ambang sebar 2. Cipoletti 3. Celah trapesium 152

40 RULE 025 Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? IF : Mahal : THEN : 1. Parshal 2. Pintu sorong 3. Pintu radial 4. Pintu Romijn 4. Crump-de Gruyter 5. Mercu tetap RULE 026 Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? IF : Sangat mahal : THEN : 1. Orifis RULE 027 Bagaimana tingkatan biaya perawatan irigasi? IF : Paling mahal : THEN : Tidak ada untuk pertanyaan ini RULE 028 Bagaimana tenggang waktu pembuatan irigasi? IF : Lama : THEN : 1. Parshal 2. Pintu sorong 3. Pintu radial 4. Pintu Romijn 5. Crump-de Gruyter 6. Orifis 7. Mercu tetap 153

41 RULE 029 Bagaimana tenggang waktu pembuatan irigasi? IF : Sebentar : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Pintu skot balok 4. Celah trapesium RULE 030 Bagaimana tingkat pemeliharaan irigasi? IF : Sedehana : THEN : Tidak ada untuk pertanyaan ini RULE 031 Bagaimana tingkat pemeliharaan irigasi? IF : Mudah : THEN : 1. Cipoletti 2. Skot balok 3. Pintu sorong 4. Pintu radial 5. Crump-de Gruyter 6. Celah trapesiun RULE 032 Bagaimana tingkat pemeliharaan irigasi? IF : Rumit : THEN : 1. Ambang lebar 2. Parshal 3. Pintu Romijn 4. Orifis 5. Mercu tetap 154

42 RULE 033 Bagaimana kondisi kedalaman muka air di hulu irigasi? IF : Tinggi : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal 4. Pintu skot balok 5. Pintu sorong 6. Pintu radial 7. Pintu Romijn 8. Crump-de Gruyter 9. Orifis 10. Mercu tetap 11. Celah trapesium RULE 034 Bagaimana kondisi kedalaman muka air di hulu irigasi? IF : Rendah : THEN : Tidak ada untuk pertanyaan ini RULE 035 Bagaimana fluktuasi muka air? IF : Peka : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal 4. Pintu skot balok 5. Pintu Romijn 7. Crump-de Gruyter 8. Orifis 9. Mercu tetap 10. Celah trapesium 155

43 RULE 036 Bagaimana fluktuasi muka air? IF : Tidak peka : THEN : 1. Pintu sorong 2. Pintu radial RULE 037 Bagaimana tingkat penyalahgunaan irigasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab? IF : Bisa : THEN : 1. Pintu skot balok 2. Pintu Romijn 3. Crump-de Gruyter RULE 038 Bagaimana tingkat penyalahgunaan irigasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab? IF : Tidak bisa : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal 4. Pintu sorong 5. Pintu radial 6. Orifis 7. Mercu tetap 8. Celah trapesium 156

44 RULE 039 Bagaimana kekuatan irigasi? IF : Kuat : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Parshal 4. Pintu skot balok 5. Pintu sorong 6. Pintu radial 7. Pintu Romijn 8. Crump-de Gruyter 9. Orifis 10. Mercu tetap 11. Celah trapesium RULE 040 Bagaimana kekuatan irigasi? IF : Rapuh : THEN : Tidak ada untuk pertanyaan ini RULE 041 Bagaimana tingkat proses pembuatan irigasi? IF : Rumit : THEN : 1. Parshal 2. Pintu radial 3. Pintu Romijn 4. Crump-de Gruyter 5. Orifis 157

45 RULE 042 Bagaimana tingkat proses pembuatan irigasi? IF : Sederhana : THEN : 1. Ambang lebar 2. Cipoletti 3. Pintu skot balok 4. Pintu sorong 5. Mercu tetap 6. Celah trapesium RULE 043 Bagaimana tingkat kehilangan energi pada irigasi? IF : Besar : THEN : 1. Cipoletti 2. Crump-de Gruyter 3. Orifis 4. Mercu tetap RULE 044 Bagaimana tingkat kehilangan energi pada irigasi? IF : Kecil : THEN : 1. Ambang lebar 2. Parshal 3. Pintu skot balok 4. Pintu sorong 5. Pintu radial 6. Pintu Romijn 7. Celah trapesium 158

46 IV.6 Spesifikasi Sistem Pakar Dalam Perencanaan Irigasi IV.6.1 Bagian Awal Perencanaan Bagian awal perencanaan ini menginstruksikan kepada user untuk berhubungan dengan bagian-bagian dari program sistem pakar selanjutnya, yang akan melewati beberapa tombol perintah yang mendapat penekanan secara bergilir dan berurutan mengantarkan user mengakses ke program berikutnya. Bagian awal perencanaan ini memiliki beberapa tombol perintah untuk mengakses ke program berikutnya. Tombol-tombol perintah tersebut yaitu : Tombol yang bertuliskan Sistem, tombol ini apabila mendapat penekanan, maka ia akan berfungsi untuk mengadakan hubungan dengan program selanjutnya, yaitu : akan menampilkan bagian login dalam perencanaan. Tombol yang bertuliskan Perihal, tombol ini apabila ditekan, maka ia akan berfungsi untuk menampilkan form yang berisikan konsep-konsep yang memberikan penjelasan tentang program sistim pakar ini. Dari sisi keingin tahuan mengenai program sistem pakar ini dapat menggunakan tombol perihal ini. Tombol yang bertuliskan Keluar, tombol ini apabila di tekan, maka ia akan memberikan instruksi kepada user untuk memilih dua pilihan, yaitu pilihan yang akan mengakhiri dan menutup program, dengan menekan Tombol yang bertuliskan Ok. Selanjutnya bagian ini juga ada instruksi yang mengara untuk masih tetap berada pada program yang sedang diraning tersebut. Untuk hal seperti ini silahkan menekan tombol Cancel yang terdapat pada tampilan tersebut. Lihat pada gambar 4.1 IV.6.2 Bagian Login Dalam Perencanaan Penekanan tombol sistem yang telah dijelaskan pada bagian awal perencanaan, maka akan menampilkan bagian login dalam perencanaan. Dalam bagian ini user 159

47 diberikan peluang untuk memasukkan password sebagaimana yang diminta dalam bagian login tersebut. Setelah kelengkapan yang diminta dalam bentuk nama dan password yang dimasukan dengan benar dan tercatat pada bagian login, maka perintah ini akan mengakses program dan menampilkan bagian lanjutan dari program tersebut yaitu bagian utama perencanaan. Lebih jelasnya, bagian ini dapat dilihat pada gambar 4.2 IV.6.3 Bagian Utama Perencanaan Pada Bagian utama perencanaan ini memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam meraning program lanjutannya. Karena dalam bagian ini ada subsub bagian yang memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. Sub-sub bagian ini meliputi : sub bagian sistim pakar pada perencanaan, Sub bagian merancang basis pengetahuan untuk perencanaan, sub bagian merancang bentuk basis data untuk perencanaan, sub bagian merancang bahan material untuk perencanaan, sub bagian merancang bagian bentuk topografy, sub bagian kerangka bantuan dalam penggunaan sistem pakar, sub bagian kerangka perihal tentang sistem pakar dalam perencanaan, dan sub bagian yang membahas tentang teknik untuk keluar dari sistem pakar. Sub-sub bagian yang disebutkan di atas akan dibahas secara mendeteil dalam bagian sub-sub bab berikut dibawah ini. Untuk lebih jelasnya, bagian ini dapat dilihat pada gambar 4.3 IV Bagian sistem pakar pada perencanaan Pembahasan dalam bagian sistem pakar pada perencanaan ini menguraikan langkah-langkah meraning program sistem pakar dalam penelusuran perencanaan jaringan irigasi sampai memperoleh hasil akhir perencanaan jaringan irigasi yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya bagian sistem pakar pada perencanaan akan dibahas secara mendeteil penjelasannya terdapat pada bab v implementasi sistem pakar pada perencanaan jaringan irigasi. 160

48 IV Merancang basis pengetahuan untuk perencanaan Pembahasan pada perancangan basis pengetahuan untuk perencanaan, mengungkapkan dan menguraikan bagian-bagian yang merupakan pengetahuan mendasar dalam pemprosesan program. Bagian-bagian yang akan dibahas disini meliputi mendisain bentuk data basis pengetahuan, dan setelah itu menampilkan disain semua data basis pengetahuan untuk perencanaan yang terdapat dan berada di dalam basis pengetahuan. IV Mendisain bentuk data basis pengetahuan Mendisain bentuk data basis pengetahuan, memiliki beberapa komponen perintah yang akan mengakses masing-masing bagian dalam memasukkan data dan menerima data informasi yang sekaligus juga mengakses hasil outputnya untuk masing-masing komponen perintah. Masing-masing bagian ini meliputi komponen perintah cari, baru, edit, simpan, hapus, kosong, dan berakhir pada komponen perintah tutup. Lebih jelasnya, bagian ini dapat dilihat pada gambar 4.4 Komponen perintah cari, merupakan komponen yang berfungsi untuk melacak dan sekaligus mencari data yang di input dan dimasukan melalui jendela yang telah disiapkan untuk menerima data yang di input dan data yang dimasukan. Dalam proses pencarian data input yang telah dimasukan pada jendela yang telah disiapkan untuk menerima data input tersebut, kemudian komponen perintah cari akan mengadakan pencarian dan pelacakan sampai menemukan data yang dimaksud (dicari). Setelah itu perolehan pencarian data tersebut akan ditampilkan dan dimunculkan pada jendela yang telah disediakan, sehingga user dengan sendirinya melihat langsung hasil pencarian dan pelacakan yang dilakukan secara jelas dan benar. Apabila dalam pencarian dan pelacakan, ternyata data yang dicari tidak ditemukan, maka akan ada pesan yang mengatakan bahwa data yang dicari tidak ditemukan dan tidak ada atau data yang dicari salah. Bagian ini dapat dilihat pada gambar

49 Komponen perintah baru, merupakan komponen perintah yang berfungsi untuk menginput dan memasukkan data baru kedalam memori basis pengetahuan dan sekaligus merupakan data yang parmanen melalui jendela input data masukan yang ada. Selanjutnya untuk memasukkan data baru lainnya kedalam memori basis pengetahuan prosesnya sama seperti di atas. Lihat pada gambar 4.4 Komponen perintah edit, pada komponen perintah edit ini merupakan komponen yang berfungsi untuk memperbaiki data-data yang sudah ada dalam basis pengetahuan tetapi data tersebut harus mengalami perubahan atau data tersebut harus mengalami penggantian data. Untuk jelasnya komponen edit ini dapai dilihat pada gambar 4.4 Komponen perintah simpan, bagian komponen perintah simpan ini merupakan komponen yang berfungsi untuk mengkaper dan menyimpan data yang telah diketik melalui jendela input data dan menyimpankanya kememori kerja basis pengetahuan. Dengan demikian data yang sudah dimasukkan ke dalam memori basis pengetahuan menjadi tersimpan dengan rapi dan aman didalam ardis dan memori kerja basis pengetahuan. Dan kemudian data tersebut bisa dilihat lagi apabila dibutuhkan. Bagian komponen ini dapat dilihat pada gambar 4.4 Komponen perintah hapus, komponen ini fungsi untuk menghapus data yang sudah tidak dipakai lagi. Dalam pengetikan data ternyata ada yang salah pengetikannya dapat dihapus melalui komponen perintah ini. Sehingga dalam memperbaiki kesalahan dalam pengolaan data dapat dilakukan secara baik. Komponen perintah hapus lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 Komponen perintah kosong, bagian komponen perintah kosong ini merupakan komponen yang berfungsi untuk membersihkan data-data yang masih tertinggal pada jendela data masukkan atau jendela input data. Dengan demikian memberikan peluang kepada user untuk memasukkan data baru atau menambah data kedalam memori kerja basis pengetahuan. Bagian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

50 Komponen perintah tutup, komponen ini merupakan komponen yang berfungsi untuk menutup keseluruhan tampilan pada bagian data basis pengetahuan yang terdapat pada layar monitor. Dengan demikian memberikan peluang kepada user untuk mengakhiri semua kegiatan dalam bagian ini. Bagian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 IV Menampilkan disain semua data basis pengetahuan Disain semua data basis pengetahuan akan ditampilkan dan dilihat secara menyeluruh melalui bagian ini. Semua data basis pengetahuan memiliki dua konsep pengisian, yaitu konsep pertanyaan dan konsep jawaban. Bagia ini dapat dilihat pada gambar 4.5 IV Merancang bentuk basis data untuk perencanaan Pembahasan pada merancang bentuk basis data untuk perencanaan, meliputi - irigasi yang sangat penting peranannya di dalam suatu jaringan irigasi. Bangunan- irigasi yang terdapat dalam merancang bentuk basis data untuk perencanaan ini terdiri dari pengukur, pengatur, pengukur dan pengatur, pengontrol, terjun, dan peredam energi. Bagian-bagian yang akan dibahas disini meliputi mendisain bentuk data basis data untuk perencanaan, dan setelah itu menampilkan disain semua basis data perencanaan yang terdapat dan berada di dalam Merancang bentuk basis data untuk perencanaan. IV Mendisain bentuk data basis data untuk perencanaan Mendisain bentuk data basis data untuk perencanaan, memiliki beberapa komponen perintah yang akan mengakses masing-masing bagian dalam memasukkan data dan menerima data informasi yang sekaligus juga mengakses hasil outputnya untuk masing-masing komponen perintah. Masing-masing bagian ini meliputi komponen perintah cari, baru, edit, simpan, hapus, kosong, browse, 163

51 simpan tipe, dan berakhir pada komponen perintah tutup. Untuk lebih jelasnya, bagian ini dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah cari, merupakan komponen yang berfungsi untuk melacak dan sekaligus mencari data yang di input dan dimasukan melalui jendela yang telah disiapkan untuk menerima data yang di input dan data yang dimasukan. Dalam proses pencarian data input yang telah dimasukan pada jendela yang telah disiapkan untuk menerima data input tersebut, kemudian komponen perintah cari akan mengadakan pencarian dan pelacakan sampai menemukan data yang dimaksud (dicari). Setelah itu perolehan pencarian data tersebut akan ditampilkan dan dimunculkan pada jendela yang telah disediakan, sehingga user dengan sendirinya melihat langsung hasil pencarian dan pelacakan yang dilakukan secara jelas dan benar. Apabila dalam pencarian dan pelacakan, ternyata data yang dicari tidak ditemukan, maka akan ada pesan yang mengatakan bahwa data yang dicari tidak ditemukan dan tidak ada atau data yang dicari salah. Lihat pada gambar 4.6 Komponen perintah baru, merupakan komponen perintah yang berfungsi untuk menginput dan memasukkan data baru kedalam memori basis data dan sekaligus merupakan data yang parmanen melalui jendela input data masukan yang ada. Selanjutnya untuk memasukkan data baru lainnya kedalam memori basis data prosesnya sama seperti di atas. Bagian ini dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah edit, pada komponen perintah edit ini merupakan komponen yang berfungsi untuk memperbaiki data-data yang sudah ada dalam basis data tetapi data tersebut harus mengalami perubahan atau data tersebut harus mengalami penggantian data. Untuk jelasnya komponen edit ini dapai dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah simpan, bagian komponen perintah simpan ini merupakan komponen yang berfungsi untuk mengkaper dan menyimpan data yang telah diketik melalui jendela input data dan menyimpannya kememori kerja basis data. Dengan demikian data yang sudah dimasukkan ke dalam memori basis data 164

52 menjadi tersimpan dengan rapi dan aman didalam ardis dan memori kerja basis data. Dan kemudian data tersebut bisa dilihat lagi apabila dibutuhkan. Bagian komponen ini dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah hapus, komponen ini fungsi untuk menghapus data yang sudah tidak dipakai lagi. Dalam pengetikan data ternyata ada yang salah pengetikannya dapat dihapus melalui komponen perintah ini. Sehingga dalam memperbaiki kesalahan dalam pengolaan data dapat dilakukan secara baik. Komponen perintah hapus lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah kosong, bagian komponen perintah kosong ini merupakan komponen yang berfungsi untuk membersihkan data-data yang masih tertinggal pada jendela data masukkan atau jendela input data. Dengan demikian memberikan peluang kepada user untuk memasukkan data baru atau menambah data kedalam memori kerja basis data. Bagian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah browse, bagian komponen ini merupakan komponen yang berfungsi untuk memasukkan data berupa gambar yang merupakan input data gambar yang baru. Data gambar baru ini merupakan bagian yang menyatu dengan merancang data basis data untuk perencanaan. Dengan demikian memberikan kemudaan kepada user untuk memasukkan data baru yang berupa gambar atau menambah data gambar kedalam memori kerja data basis data untuk perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah simpan tipe, komponen perintah ini merupakan komponen yang berfungsi untuk mendukumentasikan dan menyimpan data gambar yang telah dimasukkan. Bagian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 Komponen perintah tutup, komponen ini merupakan komponen yang berfungsi untuk menutup keseluruhan tampilan pada bagian data basis data untuk perencanaan yang terdapat pada layar monitor. Dengan demikian memberikan 165

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Ukur Debit Cypoletti Ambang lebar Flume tenggorok panjang BANGUNAN UKUR DEBIT Agar pengelolaan

Lebih terperinci

1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu radial : Q = K μ a b 2gh

1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu radial : Q = K μ a b 2gh 1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu radial : Q = K μ a b 2gh 1 (II.7) Dimana: Q = debit (m 3 /dt) K = faktor aliran tenggelam (lihat gambar D.8 lampiran D ) μ = koefisien debit (lihat gambar

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 Pendahuluan 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Ruang lingkup Kriteria Perencanaan Bangunan ini merupakan bagian dari Standar Perencanaan Irigasi

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN

KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN Risman ¹), Warsiti ¹), Mawardi ¹), Martono ¹), Liliek Satriyadi ¹) ¹) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Jl.

Lebih terperinci

i Kriteria Perencanaan Banguna n Bangunan Pengatur Debit DAFTAR ISI Kriteria Perencanaan - Bangunan

i Kriteria Perencanaan Banguna n Bangunan Pengatur Debit DAFTAR ISI Kriteria Perencanaan - Bangunan i Kriteria Perencanaan Banguna n Bangunan Pengatur Debit DAFTAR ISI Kriteria Perencanaan - Bangunan Bangunan Pengatur- Debit ii DAFTAR ISI Hal 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Ruang Lingkup................. 1 2 BANGUNAN

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan Mengkaji kajian pustaka disini merupakan kelengkapan dasar yang mengantarkan pengetahuan dasar yang merupakan teori-teori dasar yang dapat digunakan di dalam penulisan

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR

KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR Abstrak Risman 1) Warsiti 1) Mawardi 1) Martono 1) Lilik Satriyadi 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Microsoft Excel dan Bendung Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum . Umum Pada saat memilih suatu bangunan air, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, baik dari segi kriteria tujuan, tinjauan hidraulika, adanya sedimentasi, ketersediaan material pembuatnya, maupun

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI K E M E N T E R I A N P E K E R JA A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR D I R E K T O R A T I R I G A S I D A N R A W A STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP-04

Lebih terperinci

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) M. Kabir Ihsan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email: ikhsankb@gmail.com

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Pengatur Overflow Weir Side Weir PERENCANAAN HIDROLIS OVERFLOW WEIR Bangunan dapat digolongkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR (EXPERT SYSTEM) UNTUK PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI DISERTASI JUNUS BOTMIR NIM :

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR (EXPERT SYSTEM) UNTUK PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI DISERTASI JUNUS BOTMIR NIM : PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR (EXPERT SYSTEM) UNTUK PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh : JUNUS BOTMIR

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 2006: 50-59 STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Peredam energi merupakan suatu bagian dari bangunan air yang berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung.

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA Alex Binilang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN ALIRAN MELALUI PELIMPAH AMBANG LEBAR DAN PELIMPAH AMBANG TIPIS

KAJIAN ALIRAN MELALUI PELIMPAH AMBANG LEBAR DAN PELIMPAH AMBANG TIPIS KAJIAN ALIRAN MELALUI PELIMPAH AMBANG LEBAR DAN PELIMPAH AMBANG TIPIS Risman 1), Warsiti 2) 1,2) Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. H. Sudarto, S.H. Tembalang, Semarang 50275 Telp.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A) PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (8A) Agatha Padma L Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaa Yogakarta, Jl. Babarsari 44 Yogakarta Email: padma_laksita@ahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT Farrah Regia Rengganis NRP: 1021005 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa, M.T. ABSTRAK Irigasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bendung atau pelimpah adalah bangunan yang melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air untuk keperluan irigasi, PLTA, dan air bersih dan keperluan

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU Vicky Richard Mangore E. M. Wuisan, L. Kawet, H. Tangkudung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: vicky_mangore@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG LAPORAN PENELITIAN PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER PENELITI / TIM PENELITI Ketua : Ir.Maria Christine Sutandi.,MSc 210010-0419125901 Anggota : Ir.KanjaliaTjandrapuspa T.,MT 21008-0424084901

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Jendrik Sitanggang NRP : 0021092 Pembimbing : ENDANG ARIANI., Ir., Dipl. HE JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KOMPONEN STRUKTUR JARINGAN IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KOMPONEN STRUKTUR JARINGAN IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KOMPONEN STRUKTUR JARINGAN IRIGASI Desember 2015 KATA PENGANTAR Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 34/PRT/M/2015 pada Tahun Anggaran 2015, Balai

Lebih terperinci

3.10 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

3.10 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT 3.0 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT 3.0. Tujuan a. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong. b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi. c. Menentukan gaya-gaya yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SISTEM IRIGASI Irigasi secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang bertalian dengan usaha untuk mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang

Lebih terperinci

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh : PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR BENDUNG DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE SOLID ROLLER BUCKET TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Mulyadi Sastrawinata NRP: 0121037 Pembimbing: Ir. Endang Ariani, Dipl.H.E. FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Rudi M. Nainggolan NRP: 0021008 Pembimbing: Ir. Endang Ariani, Dipl.H.E. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) Evi J.W. Pamungkas Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN R.A Dita Nurjanah Jurusan TeknikSipil, UniversitasSriwijaya (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil percobaan dan pembahasan diatas dibagi dalam 2 bagian yakni kesimpulan khusus yang berhubungan dengan perencanaan Bendung Pamarayan dan kesimpulan umum

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Analisis Kajian

Bab III Metodologi Analisis Kajian Bab III Metodologi Analisis Kajian III.. Analisis Penelusuran Banjir (Flood Routing) III.. Umum Dalam kehidupan, banjir adalah merupakan musibah yang cukup sering menelan kerugian materi dan jiwa. Untuk

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB-2 JARINGAN IRIGASI 1 BAB-2 JARINGAN IRIGASI Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) Nur Fitriana Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl, Raya Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : PERENCANAAN SALURAN Perencanaan Pendahuluan. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : - Trase jalur saluran pada peta tata letak pendahuluan. - Ketinggian tanah pada jalar

Lebih terperinci

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BENDUNG DI SUNGAI INGGE DAERAH IRIGASI BONGGO KABUATEN SARMI PAPUA Stenly Mesak Rumetna NRP : 0721017 Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Daerah Irigasi

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI Pudyono, IGN. Adipa dan Khoirul Azhar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN PENGARUH PELIMPAH BERTANGGA TIPE AKAR TERPOTONG TERHADAP PANJANG LONCAT AIR DAN

Lebih terperinci

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) VII-1 BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) 7.1. Penelusuran Banjir Melalui Saluran Pengelak Penelusuran banjir melalui pengelak bertujuan untuk mendapatkan elevasi bendung pengelak (cofferdam). Pada

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI Pribadi Maulana NRP : 0121113 Pembimbing : Maria Christine S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika 1

PENDAHULUAN. Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika 1 PENDAULUAN Sesuai dengan buku penuntun petunjuk Praktikum idrolika Saluran Terbuka percobaan-percobaan dilakukan di laboratorium. Penyelidikan di laboratorium meliputi: Pengukuran debit air dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP PENGERTIAN LUBANG : bukaan pada dinding atau dasar tangki dimana zat cair mengalir melaluinya. PELUAP : bukaan dimana sisi atas dari bukaan tersebut berada di atas permukaan

Lebih terperinci

Pengukuran debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas

Pengukuran debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas Standar Nasional Indonesia Pengukuran debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA 6.1 UMUM Bendung direncanakan untuk mengairi areal seluas 1.32700 ha direncanakan dalam 1 (satu) sistem jaringan irigasi dengan pintu pengambilan di bagian kiri bendung.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL l HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK jl1 v v111 x xi xu BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY digilib.uns.ac.id ABSTRAK Sad Mei Nuraini, 2012. MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY DENGAN STEPPED CHUTES. Skripsi, Jurusan Tenik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bangunan spillway

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG 5.1 Uraian Umum 5.1.1 Latar Belakang Pembangunan Bendung Kaligending menjadi bendung permanen untuk melayani areal seluas 948 ha, dengan tinggi mercu m dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

(Gambar Parameter desain hidrolis pintu )

(Gambar Parameter desain hidrolis pintu ) 1 (Gambar Parameter desain hidrolis pintu ) Sumber referensi : 1. Kriteria Perencanaan (KP) 3 dan 4 2. Hidrolika saluran terbuka Ven te Chow Diketahui Qmax = 700 l/dt = 0,70 m3/dt Qmin = 20 l/dt = 0,02

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

4.2.4 Pintu. Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) BAB IV KRITERIA PERENCANAAN

4.2.4 Pintu. Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) BAB IV KRITERIA PERENCANAAN Gambar 4. 16 Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) Pintu diujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah pada musim kemarau, pintu pembilas ditutup agar air

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI

KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI Robby Nursam NRP: 0121011 Pembimbing: Ir. Endang Ariani, Dipl. HE. JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh : PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR BENDUNG DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE SOLID ROLLER BUCKET TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN HIDROLIS PELIMPAH SAMPING DAM SAMPEAN LAMA SITUBONDO LAPORAN PROYEK AKHIR

STUDI PERENCANAAN HIDROLIS PELIMPAH SAMPING DAM SAMPEAN LAMA SITUBONDO LAPORAN PROYEK AKHIR STUDI PERENCANAAN HIDROLIS PELIMPAH SAMPING DAM SAMPEAN LAMA SITUBONDO LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : Eko Prasetiyo NIM 001903103045 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

TUGAS AKHIR. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh : PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR SPILLWAY DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE TRAJECTORY BUCKET TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PERENCANAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN KONSTRUKSI 108 BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI 5.1. Tinjauan Umum Perencanaan irigasi tambak didasarkan atas kelayakan teknis di lokasi perencanaan. Selanjutnya perencanaan diarahkan pada efisiensi dan kemudahan operasional

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan

Lebih terperinci

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT Tesis Magister Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA 25099021 PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBER DAYA AIR JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL

Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL Standar Nasional Indonesia Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. BAB II BAB II-Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA.1. Pengertian Bangunan Hidrolis Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai : semua bangunan yang direncakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air

Lebih terperinci

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA Dosen Pengampu : Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng. Disusun oleh : RIZA RIZKIA (5140811023) HERIN AFRILIYANTI (5140811051) MADORA ARUM KAHANI (5140811097)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular. BAB I PENDAHULUAN I. Umum Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Di samping sebagai alat transportasi zat makanan untuk pertumbuhan, air memegang peranan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. DAERAH LAYANAN Daerah Irigasi Cipuspa memiliki area seluas 130 Ha, dengan sumber air irigasi berasal dari Sungai Cibeber yang melalui pintu Intake bendung Cipuspa. Jaringan

Lebih terperinci

EVALUASI PANJANG KOLAM OLAK (Ld) DAN PANJANG LONCATAN (Lj) PADA PEREDAM ENERGI BENDUNG,JL. TERUSAN KECUBUNG, KOTA MALANG. Oleh:

EVALUASI PANJANG KOLAM OLAK (Ld) DAN PANJANG LONCATAN (Lj) PADA PEREDAM ENERGI BENDUNG,JL. TERUSAN KECUBUNG, KOTA MALANG. Oleh: EVALUASI PANJANG KOLAM OLAK (Ld) DAN PANJANG LONCATAN (Lj) PADA PEREDAM ENERGI BENDUNG,JL. TERUSAN KECUBUNG, KOTA MALANG JURNAL Oleh: NELSON PINA MAU NIM. 2012520035 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan

Lebih terperinci

PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT

PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT Civil Engineering Dimension, Vol., No.,, March 00 ISSN 0-0 PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT Indratmo Soekarno Dosen Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi

Lebih terperinci

3.5 Teori kesebangunan Prinsip penskalaan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi awal (studi pustaka) Studi lapangan

3.5 Teori kesebangunan Prinsip penskalaan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi awal (studi pustaka) Studi lapangan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....i HALAMAN PENGESAHAN....ii HALAMAN MOTTO... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAKSI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah salah satu aliran yang mana tidak semua dinding saluran bergesekan dengan fluida yang mengalir, oleh karena itu terdapat ruang bebas dimana

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi Bangunan Bangunan Utama (headworks) merupakan kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci