PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 STUDI DESKRIPTIF : KEBAHAGIAAN BIARAWATI YANG SUDAH MENERIMA KAUL KEKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: FRANSISCA FEBRIANI PUTRI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 ii

3 iii

4 Saya hanya bekerja dan bekerja Tak peduli penilaian orang, mau jelek, mau gagal, mau berhasil, yang penting saya bekerja (Jokowi) Jangan pernah meminta beban kita diperkecil, mintalah agar pundak kita diperkuat (Anonim) Lakukan yang terbaik dan lihat bagaimana tangan Tuhan menyelesaikannya (Throwinside) Percaya saja, Tuhan menggenggam semua doa Lalu dilepaskannya satu persatu di saat yang tepat (None) iv

5 Karya ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, St. Fransisca yang selalu setia mendampingiku dalam mengerjakan skripsi ini Teristimewa untuk Papa dan Mama, serta semua orang yang kusayangi Terima kasih atas segala doa dan dukungan tiada henti yang kalian berikan kepadaku selama mengerjakan skripsi ini May God bless us and keep us in His loving care v

6 vi

7 STUDI DESKRIPTIF : KEBAHAGIAAN BIARAWATI YANG SUDAH MENERIMA KAUL KEKAL Fransisca Febriani Putri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan biarawati yang sudah menerima kaul kekal. Subjek dalam penelitian ini adalah biarawati yang sudah menerima kaul kekal minimal 2 tahun dan berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 96 biarawati dari beberapa kongregasi yang ada di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah biarawati merasakan kebahagiaan dalam hidup membiara setelah menerima kaul kekal. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan satu skala Likert, yaitu skala kebahagiaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis one sample t-test, dan kategorisasi. Reliabilitas skala kebahagiaan adalah 0,943. Reliabilitas ini diperoleh dengan menggunakan korelasi Cronbach s Alpha. Setelah melakukan kategorisasi diperoleh hasil bahwa biarawati memiliki kebahagiaan yang tinggi setelah menerima kaul kekal di dalam hidup membiara, yaitu sebesar 44,79 % atau 43 subjek. Kata kunci : kebahagiaan, biara, biarawati, kaul kekal vii

8 DESCRIPTIVE STUDIES: THE HAPPINESS OF NUNS WHO HAVE RECEIVED THE PERPETUAL VOWS Fransisca Febriani Putri ABSTRACT This study aims to determine the happiness of nuns who have received the perpetual vows. The subject in this study were nuns who had received at least 2 years of perpetual vows and was in Yogyakarta. The total number of subjects in this study were 96 nuns from several congregations in Yogyakarta. The hypothesis in this study is that the nuns feel the happiness in religious life after receiving perpetual vows. The study s data is collected by using a Likert scale, which is the happiness scale. Data analysis in this study by using descriptive analysis, analysis one sample t-test, and categorization. The reliability of happiness scale is 0,943. This reliability is obtained by using the Cronbach s Alpha correlation. After doing categorization result that nuns have a high happiness after receiving perpetual vows in religious life, which amounted to 44,97% or 43 subjects. Key word : happiness, monastery, nuns, perpetual vows viii

9 ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Cinta, karena atas penyertaanmu dan kesempatan yang selalu Kau berikan kepada penulis, akhirnya penelitian ini dapat selesai pada waktu yang Kau tentukan. Banyak hal yang penulis dapatkan dalam proses pengerjaan penelitian ini, yaitu bagaimana penulis menghargai kesempatan dan waktu, keuletan dalam mencari berbagai referensi, dan kerja keras dalam menghadapi banyak tantangan untuk menuju suatu keberhasilan. Penulis sadar penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan besar hati penulis menerima segala kritik dan saran terkait penelitian ini sehingga akan menjadi sempurna. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan inspirasi terutama kepada biarawati yang telah memilih jalan hidupnya untuk menjadi pelayan Tuhan dan Gereja. Semoga semangat kaulnya dalam melayani Tuhan dan Gereja semakin besar. Selama penelitian ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses penelitian ini. Beberapa pihak tersebut adalah: 1. Bapak Ignatius Joko Suyono yang selalu menjadi alasan dan semangat penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih sudah menjadi insipirasi dalam setiap pilihan yang penulis pilih. Terimakasih sudah menjadi financial support terbaik untuk penulis. x

11 2. Ibu Christiana Sri Winarti yang selalu menjadi arah dan tujuan hidup penulis. Terimakasih atas segala doa, dukungan, dan pelukan yang selalu diberikan pada penulis tanpa henti. Yeayy.. Akhirnya jadi sarjana kebanggaan untukmu, mama. 3. Dio yang selalu jadi jawaban dalam setiap doa penulis. Terimakasih sudah menjadi kakak dan adik terhebat untuk penulis. 4. Ibu Silvya Carolina MYM, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas segala kesempatan yang ibu berikan pada penulis. Terimakasih selalu membukakan pintu bagi penulis ketika semua mencoba menutup pintu. Berkat melimpah dari Tuhan akan selalu bersamamu, Bu.. 5. Ganda Verdinan untuk doa dan semangat yang selalu diberikan. 6. Wahyu, Indra, Plentonk, Yoha, Akeng, yang telah membantu penulis ketika kehilangan arah. Terimakasih sudah membantu proses dari awal hingga akhir. 7. Suster-suster Carolus Borromeus (CB), Suster-suster Sang Timur (PIJ), Suster-suster PBHK, Suster-suster FSE, Suster-suster KYM, Suster-suster ADM, Suster-suster OSF, Suster-suster PPYK yang sudah mau membantu untuk menjadi subjek penelitian penulis. Terimakasih banyak untuk kerelaan meluangkan waktunya dan kesempatan yang diberikan kepada penulis. 8. Suster Carolina, CB., Suster Fransis, CB., Suster Yesina, CB., Suster Safiria, PIJ., Suster Helena, FSE., Suster Rafaela, PIJ., Suster Angela, xi

12 PBHK., yang sudah membantu penulis untuk menyebarkan skala penelitian. 9. Suster Trisiani, CB., Suster Adelberte, CB., dan Suster Laurentina, CB yang selalu menginspirasi penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini. 10. Romo Heri Kartono, OSC atas pengalaman hidup Romo yang selalu menjadi pembelajaran dan semangat hidup bagi penulis. 11. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 12. Ibu Ratri Sunar Astuti., M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 13. Ibu (Almh) Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si., selaku Dosen pembimbing Akademik. 14. Mas Gandung dan Mbak Nanik atas kesabaran dan bantuan kesekretariatan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 15. Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji atas bantuan, keramahan, dan canda tawa selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 16. Bapak dan ibu di perpustakaan kolosani kotabaru yang sudah membantu mencarikan berbagai referensi untuk penelitian ini. 17. Bapak parkir yang bertugas di puskat kotabaru. Terimakasih sudah menjaga motor penulis dari pagi hingga sore hari. xii

13 18. Tomi, Ikhsan, Bagas, Mario, Ari, Dewi, dan Aditya yang selalu menjadi tim hore bagi penulis. Terimakasih sudah mau ikut penulis pergi pagi pulang pagi. 19. Teman-teman Psikologi 2008 yang sudah memberi warna-warni dalam mengikuti perkuliahan selama ini. Sukses dan jaya di kehidupan masingmasing. 20. Yuni, Ibu Anna, dan bapak-bapak di St. Anna Panti Rapih yang sudah membantu penulis meminta ijin untuk pengambilan data. 21. Bu Mini dan Pak Yanto yang selalu menyemangati penulis dan membantu penulis dalam hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan. Akhirnya, penulis haturkan puji syukur kepada alam dan semesta untuk semua kesempatan, pengalaman, suka duka, waktu, dan pembelajaran yang akhirnya terjawab sudah doa dari banyak orang bahwa penulis SAH menjadi Sarjana Psikologi. Yogyakarta, 10 Juni 2015 Penulis, Fransisca Febriani Putri xiii

14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN MOTTO...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi ABSTRAK...vii ABSTRAK...viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xvi DAFTAR TABEL...xvii DAFTAR LAMPIRAN...xviii BAB I: PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...9 C. Tujuan Penelitian...9 D. Manfaat Penelitian...9 BAB II: LANDASAN TEORI...11 A. Kebahagiaan Pengertian Kebahagiaan Komponen Pembentuk Kebahagiaan...12 xiv

15 BAB III: 3. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kebahagiaan Faktor Internal yang Mempengaruhi Kebahagiaan Cara Untuk Bahagia Karakteristik Orang yang Bahagia 20 B. Biara...21 Pengertian Biara...21 C. Biarawati Pengertian Biarawati 2. Tahapan Menjadi Biarawati Cara Mengatasi Tantangan dalam Hidup Membiara 24 D. Kaul Kekal Pengertian Kaul Jenis-jenis Kaul 25 E. Dinamika Kebahagiaan Biarawati Dalam Penghayatan Kaul Kekal...28 F. Kerangka Berpikir...30 METODOLOGI PENELITIAN...31 A. Jenis Penelitian...31 B. Identifikasi Variabel...31 C. Definisi Operasional Emosi Positif Terhadap Masa Lalu Emosi Positif Terhadap Masa Sekarang Emosi Positif Terhadap Masa Lalu 34 D. Subjek Penelitian...35 E. Teknik Pengambilan Sampel.35 F. Metode dan Alat Pengumpul Data...36 G. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur Validitas Skala Seleksi Item Realibilitas 41 xv

16 H. Analisi Data...43 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...44 A. Pelaksanaan Penelitian...44 B. Deskripsi Subjek...46 C. Deskripsi Data Penelitian...47 D. Kategorisasi...48 E. Pembahasan...50 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN...55 A. Kesimpulan...55 B. Saran...56 DAFTAR PUSTAKA...57 LAMPIRAN...61 xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel 3.1.Blue Print Skala Kebahagiaan...38 Tabel 3.2.Pemberian Skor pada Kebahagiaan..39 Tabel 3.3.Komponen dan Distribusi item Skala Kebahagiaan.42 Tabel 4.1.Kongregasi Subjek Penelitian...45 Tabel 4.2.Deskripsi Subjek Penelitian...46 Tabel 4.3.Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif...48 Tabel 4.4.Hasil Kategorisasi Kebahagiaan pada Subjek Penelitian...49 xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Kebahagiaan...62 Lampiran 2 Reliabilitas Skala Penelitian...74 Lampiran 3 Statistik Deskriptif Kebahagiaan...83 xviii

19 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah suatu yang penting dalam kehidupan seseorang. Kebahagiaan menjadi tujuan hidup seseorang. Kebahagiaan datang kepada siapa saja tanpa melihat status seseorang. Seseorang hidup mengejar kebahagiaan dan berusaha untuk hidup bahagia. Kebahagiaan menjadi hal yang sangat subjektif. Setiap orang memiliki pengertian mengukur kebahagiaan yang berbeda-beda. Kebahagiaan antara yang satu dengan yang lain tidaklah sama (Eny, 1994). Setiap orang memiliki cara berbeda untuk meraih kebahagiaan. Perasaan seseorang pada saat tertentu memberikan pengertian kebahagiaan yang berbeda pula. Seseorang dapat berubah pandangannya mengenai kebahagiaan dari waktu ke waktu sesuai keadaan mereka. Batasan seseorang dikatakan bahagia sangat sulit dijelaskan karena bahagia adalah masalah hati (Eny, 1994). Para ahli juga memiliki cara pandang dan pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan kebahagiaan karena kebahagiaan bersifat subjektif. Kebahagiaan adalah lebih dari sebuah pencapaian tujuan karena pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang baik, kreativitas yang lebih tinggi,

20 2 pendapatan yang lebih tinggi, serta tempat kerja yang lebih baik (Biswas et al., 2007). Banyak orang memahami kebahagiaan dari bagaimana seseorang menyukai kehidupannya atau sejauh mana seseorang menilai hidupnya secara positif. Kebahagiaan adalah evaluasi subjektif atau keinginan untuk hidup, dapat juga disebut sebagai kepuasan atas hidup yang diterimanya. Kebahagiaan juga merupakan kualitas hidup atau kesejahteraan (Veenhoven, 2006). Kebahagiaan juga merupakan sebuah perasaan yang dapat dirasakan setiap orang berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki rasa damai; tidak adanya penderitaan (Rusydi, 2007). Menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007), orang yang bahagia adalah yang memiliki good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money and goodness. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah sebuah perasaan positif yang berasal dari pengalaman hidup seseorang yang menyenangkan. Seseorang merasa puas akan hidupnya sehingga menimbulkan rasa nyaman, senang, dan damai. Kebahagiaan ini yang akan menjadi cara pandang positif bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya.

21 3 Menurut Seligman (2005), kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap orang mempunyai tolak ukur kebahagiaan yang berbeda-beda, yaitu uang, prestasi, status perkawinan, dan lainlain. Hal tersebut sama seperti dalam Mustofa (2008) bahwa sumber kebahagiaan diperoleh dari kekayaan, jabatan, prestasi, dan penerimaan positif dari lingkungan. Menurut Adi Nugroho (2014) ada tiga aspek yang memiliki kontribusi tinggi dalam mengukur tingkat bahagia seseorang yaitu pendapatan rumah tangga, kondisi rumah, serta pekerjaan. Warner Wilson (dalam Goleman, 2002) melakukan penelitian yang serius tentang kebahagiaan pada tahun Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik orang yang bahagia adalah orang yang memiliki penghasilan besar, menikah, muda, memiliki kesehatan yang baik, berpendidikan, dan bersikap religius. Kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkat kecerdasan seseorang. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menguatkan pendapat para ahli mengenai makna kebahagiaan dan sumber kebahagiaan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gallup (dalam JoJo Raharjo, 2013) pada mahasiswa Amerika. Penelitian tersebut menyatakan bahwa 73% partisipan setuju bahwa uang merupakan salah satu aspek yang membuat seseorang bahagia. Pendapatan yang

22 4 semakin tinggi maka semakin tinggi pula kebahagiaan yang dirasakan seseorang (Badan Pusat Statistik, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ed Diener dan Martin Seligman (dalam Myers, 2004) menyatakan bahwa kebahagiaan individu tidak hanya dari uang tetapi juga kepuasan dalam hubungan kekerabatan. Selain uang dan adanya hubungan kekerabatan, kebahagiaan juga dipengaruhi oleh kebebasan seseorang untuk memilih jalan hidupnya. Kebebasan ini termasuk untuk memilih tindakan yang akan kita lakukan berdasarkan prinsip yang kita yakini (Kant, 2009). Myers (2004) melalukan penelitian terhadap partisipan Amerika. Hasilnya adalah orang yang memiliki pasangan hidup lebih bahagia daripada yang tidak memiliki pasangan hidup karena adanya social support dari pasangannya. Selain social support dari pasangannya, dukungan dari orang terdekat juga bisa membuat seseorang menjadi lebih bahagia. Seligman (2002) mengatakan bahwa pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada uang. Seseorang yang menikah cenderung lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah. Pernikahan memberikan keintiman psikologis dan fisik, memberikan harapan untuk memiliki keturunan, dan membangun rumah tangga (Carr, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dari uang,

23 5 adanya pasangan hidup atau kerabat, pernikahan, serta kebebasan dalam memilih. Pasangan hidup dapat meningkatkan kebahagiaan karena memiliki hubungan yang erat, seseorang dapat merasakan cinta kasih, rasa aman, dan dapat mengurangi rasa kesepian. Seorang wanita ingin selalu terlihat menawan dalam setiap penampilannya. Seorang wanita ingin menjadi ibu bagi anak-anaknya. Seorang wanita juga ingin tetap dapat berkarir disamping mengurus kebutuhan rumah tangga. Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih kuat dibandingkan pria. Wanita mengalami emosi positif lebih tinggi daripada pria. Wanita lebih banyak menggunakan perasaan (afeksi) dalam menanggapi sesuatu hal daripada pria yang lebih menggunakan sisi kognitifnya (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga mengatakan bahwa kebahagiaan wanita terletak pada pengalaman positif yang dirasakannya. Pengalaman positif tersebut memunculkan kepuasan hidup yang menyenangkan. Salah satu pengalaman positif yang membuat wanita menjadi bahagia adalah pengalaman menjadi seorang ibu. Wanita merasa sempurna seutuhnya menjadi seorang wanita ketika mereka mampu memiliki keturunan dan keluarga yang bahagia. Oleh karena itu, tidak salah jika setiap wanita berusaha untuk meraih kebahagiaannya (Heymans, 2006).

24 6 Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada wanita yang memilih hidup selibat atau tidak menikah demi mengabdikan hidupnya untuk Tuhan, seperti biarawati. Biarawati harus mengesampingkan kekayaan, jabatan, pasangan hidup, dan kebebasan dalam memilih untuk mencapai kebahagiaannya. Biarawati akan menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan, sehingga biarawati rela untuk diutus kemanapun Tuhan menghendaki lewat kongregasi yang telah mereka pilih (Paul, 1996). Biarawati adalah perempuan yang tinggal di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan fokus pada hidup serta dirinya untuk kehidupan agama di suatu biara. Tidak semua orang mau dan dapat bertahan pada jalan hidup seperti itu. Tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Banyak dari masyarakat mengagumi sosok biarawati sebagai panutan hidup dan penggerak hati untuk berbuat kebaikan (Patrisia, 2003). Keberanian dan kesetiaan biarawati ternyata tidak sekedar menimbulkan kekaguman saja namun, memberikan dampak positif bagi kehidupan banyak orang. Ini terjadi karena dengan pola hidupnya, biarawati dapat lebih memanfaatkan hidupnya. Setidaknya mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengabdikan diri bagi orang lain, yaitu melalui pelayanannya.

25 7 Pelayanan yang dilakukan tanpa pamrih itulah yang membuat biarawati dapat lebih mengaktualisasikan diri. Mengaktualisasikan diri dengan segenap kemampuan dan kesempatan yang dimilikinya tidak hanya demi kepentingan pribadi, tetapi lebih demi kebahagiaan orang lain (Patrisia, 2003). Walaupun banyak hal yang dapat dibanggakan dari biarawati, ada juga sisi lain kehidupan biarawati yang tidak sepadan dengan kaulnya. Tidak jarang apa yang biarawati jalani menyimpang jauh dari kaul kekal bahkan ada yang berlebihan. Hal inilah yang sering membuat masyarakat khawatir mengingat banyaknya pola hidup biarawati yang berubah (Adelbert, 2015). Banyaknya kasus biarawati yang keluar dari biara dengan berbagai permasalahan seperti penyelewengan, pola hidup yang berubah dimana ada penyalahgunaan fasilitas, persaingan intern antar biarawati dan kongregasi, serta kepentingan pribadi yang lebih dominan. Hal tersebut menjadi keprihatinan masyarakat dan juga gereja padahal kehidupan biarawati diikat oleh janji suci yang harus dipatuhinya seumur hidup. Janji suci lebih dikenal dengan kaul. Janji suci atau kaul terdiri dari kaul kemiskinan, kaul kemurnian, dan kaul ketaatan (Aleksander, 2007).

26 8 Kaul merupakan dasar hidup membiara yang disahkan oleh Gereja dimana para anggota yang terhimpun dalam suatu komunitas religius memutuskan untuk memperjuangkan kesempurnaan lewat ketiga kaul religius yakni kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan yang diamalkan sesuai dengan peraturan (Yoseph, 2009). Kaul kemiskinan adalah melepaskan secara sukarela hak miliknya untuk menyenangkan Tuhan. Semua harta milik menjadi milik kongregasi yang dipilihnya. Biarawati tidak lagi memiliki hak atas apa saja yang diberikan kepadanya melainkan menjadi hak kongregasi sebagai ungkapan terimakasihnya. Kaul kemurnian mewajibkan biarawati melepaskan perkawinan. Biarawati rela untuk tidak menikah dan hidup selibat. Sedangkan kaul ketaatan adalah membangun dan menjiwai tubuh religius. Kaul Ketaatan lebih tinggi daripada dua kaul yang pertama. Dengan kaul ini biarawati bergantung pada keputusan pimpinan kongregasi. Biarawati harus taat pada perintah pimpinan (Veronica, 1996). Lalu bagaimana biarawati tetap merasakan emosi kebahagiaan hidup pada mereka yang memilih untuk hidup selibat. Biarawati harus taat pada janji suci atau kaul yang sudah mereka sepakati. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis ingin meneliti bagaimana biarawati yang sudah menerima kaul kekal tetap merasa bahagia dalam hidup membiara ditengah berkembangnya kemajuan teknologi yang kapan saja mampu mematahkan semangat biarawati dalam pelayanannya.

27 9 Kebahagiaan yang diterima biarawati berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang memilih tidak hidup selibat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: apakah biarawati yang sudah menerima kaul kekal merasa bahagia dalam hidup membiara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan biarawati yang sudah menerima kaul kekal dalam hidup membiara. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dan data tambahan bagi bidang psikologi dan bidang keagamaan mengenai kehidupan biarawati sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur penulis lain untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.

28 10 2. Manfaat Praktis a. Bagi Gereja Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kehidupan emosi biarawati. Biarawati memberikan peranan penting dalam kelangsungan sebuah gereja. Dengan adanya penelitian ini semoga gereja dan biarawati semakin bersatu dalam menumbuhkembangkan semangat umat dalam pelayanan gereja. b. Bagi Kongregasi Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kongregasi dalam mendampingi biarawati menjalani kaul kekalnya. Selain itu, dapat semakin menumbuhkan rasa cintanya pada Tuhan, kongregasi yang dipilihnya, dan dirinya sendiri agar semakin tercipta kebahagiaan dalam menjalani kaul kekalnya. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi masyarakat mengenai kehidupan biarawati. Masyarakat juga dapat menerima keberadaan biarawati dan memberikan dukungan secara moril bagi biarawati agar tetap setia pada kaul kekalnya.

29 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Aristoteles (dalam Adler, 2003), kebahagiaan berasal dari kata happy atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau suatu pengalaman yang menyenangkan. Kebahagiaan adalah sebuah proses pengalaman hidup yang mengarahkan seseorang untuk memaknai pengalaman tersebut (Joan, 2011). Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan seseorang serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai oleh orang tersebut. Kebahagiaan adalah proses pengalaman atau aktivitas yang positif atau disukai oleh seseorang sehingga menimbulkan emosi positif. Emosi positif tersebut akan membantu seseorang untuk memaknai hidupnya.

30 12 2. Komponen yang Membentuk Kebahagiaaan Seligman (2002) menjelaskan tentang kebahagiaan autentik dimana kebahagiaan didapatkan seseorang setelah mengalami emosi positif tentang masa lalu dan masa sekarang serta memiliki emosi positif di masa depan. Emosi positif yang dirasakan individu dapat membantu individu tersebut untuk memaknai kehidupannya. Menurut Seligman (2005), ada beberapa komponen yang membentuk kebahagiaan (happiness), yaitu: a. Emosi positif terhadap masa lalu Emosi positif pada masa lalu adalah perasaan positif seseorang terhadap masa lalu yang sepenuhnya bergantung pada ingatan, pemikiran dan penafsiran setiap individu. Emosi positif terhadap masa lalu dapat membantu seseorang memaknai hidupnya. Pemahaman dan penghayatan yang tidak baik terhadap masa lalu serta menekankan pada peristiwa buruk adalah hal yang membuat seseorang tidak memiliki emosi positif pada masa lalu. Untuk dapat meningkatkan emosi positif pada masa lalu, seseorang dapat menumbuhkan rasa bersyukur, memaafkan hal yang lalu, dan melupakan hal-hal yang tidak baik di masa lalu. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur emosi positif terhadap masa lalu didasarkan pada komponen

31 13 pembentuk yang mendukung emosi positif terhadap masa lalu, yaitu: 1) Melepaskan pandangan masa lalu Melepaskan pandangan masa lalu merupakan cara agar seseorang dapat melangkah maju ke depan dan menentukan masa depan yang baik bagi dirinya. 2) Gratitude Seseorang bersyukur terhadap hal-hal baik dalam hidupnya dan meningkatkan pengalaman-pengalaman yang positif. 3) Forgiving dan forgetting Seseorang harus bisa memaafkan masa lalunya. Memaafkan adalah memutuskan untuk tidak memihak siapa yang benar dan yang salah. Memaafkan dapat menurunkan stress dan meningkatkan kemungkinan terciptanya kepuasan hidup. b. Emosi positif terhadap masa sekarang Emosi positif pada masa sekarang adalah perasaan positif seseorang terhadap masa sekarang, saat ini, atau yang sedang dijalani seseorang. Emosi positif masa sekarang terdiri atas berbagai keadaan yang sangat berbeda dengan masa lalu

32 14 dan masa depan. Seseorang yang memiliki emosi positif pada masa sekarang akan menikmati segala sesuatu yang dijalaninnya. Emosi positif pada masa sekarang bersumber dari diri sendiri. Diri sendirilah yang paling memahami apa yang membuat dirinya bahagia atau terpuaskan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur emosi positif terhadap masa sekarang didasarkan pada komponen pembentuk yang mendukung emosi positif terhadap masa sekarang, yaitu: 1) Kenikmatan (pleasure) Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen sensorik dan emosional yang kuat, bersifat sementara, dan sedikit melibatkan kognitif. Kesenangan ini mudah didapatkan seseorang, melalui indera, dan bersifat sementara. Organ-organ pengindera menjadi terkait secara langsung dengan emosi positif, seperti meraba, mengecap, membaui, menggerakkan tubuh, melihat, dan mendengar secara langsung. Hal-hal tersebut secara langsung dapat menimbulkan kenikmatan. 2) Gratifikasi (gratification) Gratifikasi adalah kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun tidak selalu melibatkan perasaan tertentu, dan memiliki durasi waktu yang lama dibandingkan

33 15 kenikmatan. Gratifikasi membuat seseorang terlibat sepenuhnya dalam kegiatan tersebut sehingga membuat seseorang kadang lupa waktu. Kegiatan yang memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan keterampilan dan konsentrasi, bertujuan, adanya umpan balik langsung, seseorang tenggelam dalam kegiatan tersebut, dan memakan waktu yang lebih lama. Seligman (2005) menekankan bahwa gratifikasi tidak muncul setelah melakukan aktivitas yang menyenangkan, tetapi pada saat seseorang melakukan aktivitas tersebut. c. Emosi positif terhadap masa depan Emosi positif terhadap masa depan adalah perasaan positif seseorang terhadap masa depannya. Perasaan positif tersebut antara lain keyakinan, kepercayaan, kepastian, harapan, dan optimisme. Harapan dan sikap optimis memberikan kekuatan yang lebih baik dalam menghadapi tekanan ketika musibah terjadi di masa depan. Harapan dan sikap optimis juga meningkatkan kinerja di tempat kerja terutama saat mengerjakan tugas-tugas yang berat. Seseorang akan memiliki kesehatan yang baik pula jika seseorang memiliki harapan dan sikap optimis. Orang yang memiliki sikap optimis akan berpikir bahwa hal baik akan lebih banyak terjadi daripada hal buruk di masa depan.

34 16 Alat ukur yang digunakan untuk mengukur emosi positif terhadap masa depan didasarkan pada komponen pembentuk yang mendukung emosi positif terhadap masa depan, yaitu: 1) Keyakinan (faith) Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi dalam hidupnya akan mudah dalam memikirkan masa depan serta rencana-rencana yang lebih baik. 2) Kepercayaan (trust) Seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi bahwa segala tantangan dan hambatan dalam hidupnya mampu diatasi dengan baik. 3) Kepastian (confidence) Seseorang yang memiliki emosi positif terhadap masa depan yang baik akan memiliki kesehatan fisik yang baik pula. 4) Harapan Seseorang yang memiliki harapan dapat menghadapi depresi ketika sebuah musibah terjadi dalam hidupnya. 5) Optimis Optimis dapat meningkatkan kualitas kinerja di tempat kerja terutama ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang menantang.

35 17 3. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kebahagiaan Seligman (2002) mengatakan bahwa ada faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Hal ini diperkuat oleh Carr (2004) yang juga berpendapat bahwa ada faktor yang berkontribusi, yaitu: a. Uang Keadaan uang atau seberapa banyak uang yang kita miliki mengakibatkan adanya peningkatan kekayaan. Hal ini akan menempatkan uang di atas segalanya sehingga timbul rasa bahagia. b. Pernikahan Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada uang. Dengan adanya pernikahan akan tercipta keintiman psikologis, memiliki seorang anak, berfungsinya peran ibu, dan sebagainya. Orang yang menikah jauh lebih bahagia daripada orang yang tidak menikah (Seligman, 2002). c. Pekerjaan Orang yang bekerja lebih bahagia dibandingkan orang yang tidak bekerja (Carr, 2004). Hal ini dikarenakan adanya stimulus menyenangkan, terpuaskannya rasa ingin tahu, pengembangan ketrampilan, komunikasi relasi, social support, serta identitas diri yang jelas.

36 18 4. Faktor Internal yang Mempengaruhi Kebahagiaan a. Religiusitas Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas akan hidupnya dibandingkan orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Orang yang memiliki tingkat religiusitas yang baik akan selalu setia kepada kebenaran, Tuhan, dan ajarannya. b. Bersyukur Seseorang yang mampu bersyukur akan selalu bahagia. Bersyukur adalah keadaan dimana seseorang mampu menerima hidupnya dan selalu berpikir positif serta memaafkan kekurangan yang ada pada dirinya (Seligman, 2005). Seseorang yang bersyukur memiliki emosi positif dan kegiatan positif yang lebih tinggi, merasa lebih baik mengenai kehidupan, lebih optimis, dan memiliki tekad. c. Kehidupan Sosial Orang yang bahagia biasanya memiliki efek yang positif berkenaan dengan kehidupan sosial, seperti halnya memiliki banyak teman, memiliki dukungan sosial yang kuat, dan memiliki kemampuan berinteraksi yang baik.

37 19 d. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi setiap orang. Ketika seseorang sakit terkadang kebahagiaan terasa sedikit berkurang. Orang yang bahagia memiliki kesadaran yang lebih baik mengenai kesehatan (Seligman, 2005). 5. Cara Untuk Bahagia Menurut Seligman ada tiga cara seseorang dapat meraih kebahagiaan, yaitu: a. Have a Pleasant Life (Life of Enjoyment) Seseorang diharapkan memiliki hidup yang menyenangkan yang sesuai pada porsinya (kebutuhannya). Jika kebahagiaan yang diperoleh berlebihan maka seseorang akan dihadapkan pada situasi yang membosankan. Semakin seseorang mencari kenikmatan, maka seseorang akan sulit terpuaskan. b. Have a Good Life (Life of Engagement) Seseorang diharapkan terlibat dalam pekerjaan, hubungan, dan kegiatan yang membuat diri mengalami flow. Menurut Mihaly, ciri-ciri seseorang mengalami flow, yaitu: 1) Terlibat sepenuhnya dalam kegiatan yang dilakukan sehingga seseorang dapat fokus dan berkonsentrasi penuh. 2) Memahami dengan sungguh apa yang sedang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

38 20 3) Menyadari bahwa tantangan pekerjaan yang sedang dihadapi dapat diatasi dengan mudah. Seseorang memiliki kemampuan yang memadai untuk mengerjakan tugas tersebut. c. Have a Meaningful Life (Life of Contribution) Seseorang memiliki semangat untuk melayani, berkontribusi, dan bermanfaat untuk orang lain. Seseorang merasa menjadi bagian dari sebuah organisasi, kelompok, atau suatu komunitas. Seseorang merasa hidupnya memiliki makna penting bagi orang lain. 6. Karakteristik Orang yang Bahagia Myers (2004) membagi empat karakteristik pada orang yang merasa hidupnya bahagia, yaitu: a. Menghargai dirinya sendiri bahwa orang menyukai dirinya dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang cukup tinggi. b. Optimis berarti bahwa orang mempercayai bahwa ada peristiwa hidup yang baik dan yang buruk sehingga orang akan memaksimalkan kesempatan yang datang padanya agar peristiwa baiklah yang mereka dapatkan. c. Sikap terbuka berarti bahwa orang mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.

39 21 d. Mampu mengendalikan diri yang berarti bahwa orang memiliki kontrol diri yang cukup baik. B. Biara Pengertian Biara Biara dalam bahasa sanskerta (vihara), dalam arti luas adalah rumah atau tempat tinggal komunitas yang menjalankan hidup membiara. Biara harus didirikan dengan sah, dihuni suatu komunitas, dikepalai seorang pemimpin yang diangkat menurut hukum gerejani yang berlaku, dan mempunyai tempat ibadah untuk perayaan ekaristi serta penyimpanan sakramen mahakudus. Setiap biara harus berguna untuk umat setempat dan cocok untuk melakukan kerasulan menurut tujuan tarekat religius yang bersangkutan. Sedangkan, dalam arti sempit, biara adalah klausura, yaitu tempat kediaman biarawan atau biarawati yang tidak terbuka untuk umum (Adolf, 2004). Kata biara juga dapat dikenal dengan wihara atau monastery yang merupakan sebuah bangunan tunggal, setengah terbuka sisi-sisi sampingnya, dengan tiang raksasa, gagah perkasa menyangga atap yang lebar membahana. Selain itu, dapat dikatakan sebagai rumah dimana biarawati mempersembahkan diri dalam kehidupan religius (Koendjono, 1986).

40 22 C. Biarawati 1. Pengertian Biarawati Biarawati adalah anggota lembaga religius yang artinya suatu persekutuan yang anggota-anggotanya mengucapkan kaul kekal atau sementara yang diterima oleh pembesar yang berwenang atas nama gereja, dan bersama-sama melaksanakan hidup persaudaraan. Biarawati adalah anggota ordo atau kongregasi religius (mengikat diri dengan kaul / ikrar). Heuken (1995) berpendapat bahwa biarawati adalah anggota lembaga religius yang mengikat diri dengan kaul. Biarawati juga merupakan pelayan Tuhan yang mengabdikan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan (Hardawiryana, 1993). 2. Tahapan Menjadi Biarawati Dalam hidup membiara, ada tahapan atau proses yang harus dijalankan oleh seorang calon biarawati. Menurut Pujaharsana (1986), seseorang yang ingin menjadi biarawati harus melewati empat tahapan sebelum akhirnya menerima kaul kekal dan menjadi biarawati seutuhnya, yaitu: a. Masa pra-novisiat Masa dimana biarawati menjalani masa seleksi pertama dan postulat. Biarawati akan diberi pertanyaan tentang alasan biarawati

41 23 ingin hidup membiara dan dilihat kemampuannya. Kemampuan yang dimaksud di sini adalah terpenuhinya syarat ijazah dan tingkat kematangan biarawati melalui pengalaman hidupnya. b. Masa novisiat Masa dimana biarawati menghayati semangat pemahaman hidup orang katolik dalam pergaulannya dengan Tuhan. c. Masa yuniorat Dalam masa yuniorat perlu pembinaan formal melalui pendalaman dan pengarahan yang terus menerus terhadap pengalaman hidup religius. Pemimpin resmi dalam komunitas dan praktek karya sangat dibutuhkan dalam masa ini sehingga tercipta sikap saling terbuka antara pembimbing dan terbimbing. d. Pembinaan terus menerus (on going formation) Dalam masa ini diperlukan penyegaran iman melalui rekoleksi bulanan, retret tahunan, sharing hidup doa, pengalaman karya, kursus atau penataran, pekan studi, pekan refleksi, seminar, dan evaluasi. Kegiatan tersebut untuk mendalami kharisma, spiritualitas, dan konstitusi tarekat serta kebutuhan gereja saat ini.

42 24 3. Cara Mengatasi Tantangan dalam Hidup Membiara a. Menjalin relasi persaudaraan dengan teman di novisiat atau ditempat yang baru. Semakin biarawati mempunyai sahabat dekat dan semakin merasa tidak terasing, biarawati akan mudah menghilangkan rasa sepi. b. Memulai dengan mengenal daerahnya, mulai mempunyai teman, dan menikmati sunyinya tempat yang baru. Orang yang memiliki banyak kesibukan juga akan mudah melupakan kesepiannya. c. Membangun kembali hidup rohani, menguatkan hidup doa, dan melakukan laku tapa. D. Kaul Kekal 1. Pengertian Kaul Kaul atau prasetia adalah suatu janji untuk memuliakan Tuhan. Orang berjanji secara sadar dan rela untuk berbuat sesuatu (yang pada umumnya tidak dituntut darinya) yang lebih berkenan kepada Tuhan daripada yang sebaliknya. Kaul adalah suatu perjanjian untuk memuliakan Tuhan. Seorang biarawati melepaskan kepunyaannya dan mengabdikan diri hanya pada Tuhan (Adolf, 1975). Kaul kekal diikrarkan seorang anggota lembaga religius dan menyangkut hidup adalah kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan

43 25 seumur hidup. Kaul mengenai hal lain semisal berkarya dalam misi, merawat orang sakit, dll boleh ditambahkan, sesuai dengan aturan lembaga yang bersangkutan. Kaul kekal disebut juga kaul terakhir, karena didahului kaul sementara meskipun ada anggota lembaga tertentu yang mengucapkan kaul kekal langsung selesai novisiat. Dalam lembaga lain kaul kekal tidak pernah diikrarkan, tetapi kaul sementara diperbaharui secara berkala. Lembaga ini harus menetapkan batas waktu seseorang diterima menjadi anggota penuh atau tidak. Di lembaga dengan kaul kekal, masa yang mengikat anggota dengan kaul sementara tidak melebihi 9 tahun (Adolf, 2004). 2. Jenis-jenis Kaul a. Kaul Kemiskinan Pengertian Kaul Kemiskinan Pada kaul ini biarawati harus siap hidup miskin dalam kenyataan dan dalam semangat, hidup kerja dalam kesederhanaan dan jauh dari kekayaan duniawi (Kitab Hukum Kanonik Kanon. 600). Kaul kemiskinan yang diajarkan Tuhan adalah supaya biarawati secara total dapat menyerahkan diri kepada Tuhan dan tidak tergoda pada kekayaan duniawi (Christina,1991).

44 26 Biarawati yang mengikrarkan kaul kemiskinan tidak boleh mengurus barang berharga yang dimiliki tanpa izin pimpinan kongregasi atau dapat dikatakan kehilangan hak atas milik apapun. Kemiskinan yang rela merupakan wujud dan tanda iman akan kekayaan sebenarnya yang bukan duniawi sifatnya (Adolf, 2004). Menurut Paul (2006), dalam kaul kemiskinan biarawati diharapkan untuk melepaskan diri dari barang atau harta di dunia ini. Makna yang tersimpan dalam kaul kemiskinan sendiri adalah biarawati harus mampu mendahulukan mereka yang menderita dan miskin, bermurah hati kepada orang lain, mementingkan kepentingan umum, dan memperjuangkan kehidupan orang kecil supaya mendapat kehidupan yang layak. b. Kaul Kemurnian Pengertian Kaul Kemurnian Pada kaul ini biarawati memilih hidup selibat dan tidak menikah (Kitab Hukum Kanonik Kanon. 599). Menurut Christina (1991), kaul kemurnian adalah sikap terbuka dan kesediaan diri secara total bagi karya Tuhan. Biarawati juga diharuskan meninggalkan keluarganya agar secara penuh menghayati hidup membiara

45 27 bersama Tuhan. Bukti nyata biarawati yang secara total menyerahkan diri untuk Tuhan adalah dengan tidak menikah. Dalam arti umum, kaul kemurnian adalah keadaan bebas dari sesuatu yang melemahkan, menodai, atau mencemarkan manusia atau kegiatannya. Dalam arti khusus, kaul kemurnian adalah sikap yang wajar terhadap seksualitas sesuai dengan status yang bersangkutan. Biarawati yang dengan setia menjalani semangat panggilan, tidak akan menikah dan mengabdikan diri untuk sesama tanpa mencari kompensasi (Adolf, 2004). c. Kaul Ketaatan Pengertian Kaul Ketaatan Pada kaul ini biarawati harus tunduk pada otoritas yang ada di dalam gereja (Kitab Hukum Kanonik Kanon. 601). Kaul ketaatan juga berarti kesetiaan pada himpunan, kepada cita-cita tarekat, kepada tujuan bersama yang hendak dicapai (Christina, 1991). Kaul ketaatan adalah kehendak Tuhan, melakukan kehendak Tuhan. Pertama-tama yang ditaati adalah kehendak Tuhan bukan kehendak pemimpin (Paul,2007). Dengan mengikrarkan kaul ketaatan, biarawati mempersembahkan

46 28 hidupnya kepada Tuhan bagaikan persembahan diri (Adolf, 2004). Kaul ketaatan untuk perutusan, yaitu membantu jiwa-jiwa, bukan demi yang lain. Penghayatan ketaatan itu sendiri kadang dirasa berat karena ada salib di dalamnya. Namun, pada akhirnya hasil akhir yang dinanti adalah kebahagiaan karena menaati kehendak Tuhan (Paul,2007). Dalam kaul ketaatan, biarawati diharapkan menunjukkan kerendahan hati dan ketaatannya pada Tuhan. Biarawati yang selalu mendahulukan kehendak Tuhan, maka dapat bebas dari kecenderungan menindas orang. E. Dinamika Kebahagiaan Biarawati dalam Penghayatan Kaul Kekal Kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan meliputi penilaian seseorang terhadap dirinya (Jalaluddin, 2004). Kebahagiaan adalah pengalaman hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan yang bahagia dan kepuasan hidup (Myers, 2007). Begitu banyak hal yang mendukung terjadinya kebahagiaan, baik eksternal maupun internal. Uang, pernikahan, dan kekayaan merupakan faktor eksternal dari kebahagiaan. Sedangkan, religiusitas, bersyukur, kehidupan sosial, dan kesehatan merupakan faktor internal dari kebahagiaan (Seligman, 2005).

47 29 Bagi sebagian banyak orang, uang dan pernikahan adalah hal penting untuk hidup bahagia. Namun, hal itu berbeda dengan biarawati, dimana terdapat banyak peraturan yang mungkin berat diakui oleh orang lain. Biarawati harus melepas kenikmatan duniawi dan berserah diri kepada Tuhan untuk melayani Tuhan dan sesama seumur hidupnya. Seorang biarawati juga dituntut untuk terus menghayati dan meneguhkan hati agar jalan biarawati terpenuhi dengan baik (Astina, 2012). Pilihan untuk menjadi seorang biarawati memiliki konsekuensi yaitu hidup selibat, taat, dan siap hidup miskin. Padahal banyak orang menginginkan hidup yang bebas, dapat menyalurkan kebutuhan biologis melalui pernikahan, dan ingin menjadi orang kaya (Charlys, 2007). Keputusan seseorang menjadi biarawati adalah tanpa paksaan dan memang menjadi keputusan personal biarawati. Oleh karena itu, tidak mudah memang menjadi biarawati kalau memang tidak terpanggil. Panggilan adalah bukan sesuatu yang dipaksakan melainkan dasar untuk menghayati, memperlihatkan, serta mewartakan karya Tuhan bagi sesama (Christina, 1991). Semua orang ingin hidup bahagia. Dari beberapa pengertian kebahagiaan menurut para ahli, kebahagiaan dilihat dari seberapa besar kekayaan, ada atau tidaknya pasangan hidup, dan kebebasan dalam

48 30 memilih. Bagi biarawati kebahagiaan tidak mengacu pada tiga hal tersebut melainkan kebahagiaan didapatkan ketika biarawati memiliki kesehatan yang baik, tingkat religiusitas yang tinggi, mampu mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Tuhan, dan memiliki relasi yang baik dengan orang sekitar (Adelbert, 2015). Hal inilah yang akan dilihat oleh peneliti bahwa bagaimana biarawati yang memilih untuk hidup membiara tetap merasakan emosi kebahagiaan. F. Kerangka Berpikir RELIGIUSITAS BIARAWATI KAUL KEKAL BERSYUKUR KEBAHAGIAAN KEHIDUPAN SOSIAL KESEHATAN

49 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik, akurat, dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang diperoleh bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, atau membuat prediksi (Azwar, 2000). B. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel, yaitu kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan adalah emosi positif tentang kepuasan akan masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis akan masa depan (Seligman, 2002). C. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, kebahagiaan akan dilihat dari skor total alat ukur kebahagiaan. Skor total tersebut didapat dari komponen pembentuk kebahagiaan, yaitu: 1. Emosi Positif Terhadap Masa Lalu Emosi positif terhadap masa lalu dapat membantu seseorang memaknai hidupnya. Emosi positif terhadap masa lalu

50 32 sepenuhnya ditentukan oleh pemikiran dan penafsiran seseorang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur emosi positif terhadap masa lalu didasarkan pada komponen pembentuk yang mendukung emosi positif terhadap masa lalu, yaitu: a) Melepaskan Pandangan Masa Lalu 1) Kemampuan seseorang untuk melupakan masa lalu yang kurang baik 2) Kemampuan seseorang untuk berdamai dengan masa lalu yang kurang baik 3) Kemampuan seseorang untuk bangkit dari kegagalan 4) Menjadikan kegagalan sebagai pengalaman berharga b) Gratitude 1) Bersyukur atas pengalaman hidupnya 2) Ketercukupan kebutuhan hidup dengan uang atau barang diterimanya 3) Kemampuan seseorang untuk meningkatkan pengalaman yang positif c) Forgiving dan Forgetting 1) Kemampuan seseorang untuk memaafkan masa lalunya

51 33 2) Mampu memutuskan untuk tidak memihak siapa yang benar dan yang salah Perolehan skor yang tinggi pada skala emosi positif terhadap masa lalu menunjukkan seseorang memiliki emosi positif terhadap masa lalu yang tinggi, sedangkan jika skornya rendah maka seseorang memiliki emosi positif terhadap masa lalu yang rendah. 2. Emosi Positif Terhadap Masa Sekarang a) Kenikmatan (Pleasure) 1) Ekstase, gairah, orgasme, rasa senang, riang, ceria, dan nyaman 2) Rasa puas yang berkaitan dengan panca indera atau anggota tubuh b) Gratifikasi (Gratification) 1) Kegiatan yang disukai seseorang 2) Terlibat sepenuhnya dalam suatu kegiatan yang kadang membuat seseorang kehilangan kesadaran diri (waktu) 3) Gratifikasi bertahan lebih lama dibandingkan kenikmatan karena melibatkan banyak pemikiran dan interpretasi Perolehan skor yang tinggi pada skala emosi positif terhadap masa sekarang menunjukkan seseorang memiliki emosi positif terhadap masa sekarang yang tinggi, sedangkan jika skornya

52 34 rendah maka seseorang memiliki emosi positif terhadap masa sekarang yang rendah. 3. Emosi Positif Terhadap Masa Depan a) Keyakinan (Faith) 1) Seseorang memiliki rencana yang lebih baik 2) Rasa yakin akan pilihan jalan hidup yang telah dipilih 3) Kemampuan seseorang untuk tampil percaya diri b) Kepercayaan (Trust) 1) Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah atau konsekuensi yang diterimanya c) Kepastian (Confidence) 1) Memiliki kesehatan yang baik d) Harapan 1) Mampu menghadapi segala macam rintangan atau musibah 2) Kemampuan seseorang untuk berpikir positif e) Optimis 1) Memiliki kualitas kinerja yang baik di tempat kerja terutama ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang menantang 2) Memiliki rencana masa depan yang matang 3) Seseorang merasa puas dengan hidupnya Perolehan skor yang tinggi pada skala emosi positif terhadap masa depan menunjukkan seseorang memiliki emosi positif terhadap masa depan yang tinggi, sedangkan jika skornya rendah

53 35 maka seseorang memiliki emosi positif terhadap masa depan yang rendah. D. Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 1. Biarawati Biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya serta hidupnya hanya untuk kehendak Tuhan dan kehidupan agama di suatu biara. Dalam hidup membiara, biarawati diikat oleh peraturan yang sangat ketat, yaitu kaul atau janji suci (Aleksander, 2007). 2. Telah Menerima Kaul Kekal Penelitian hanya mengambil data pada biarawati yang sudah menerima kaul kekal atau janji suci minimal dua tahun. Biarawati yang sudah menerima kaul kekal memiliki tanggung jawab dan komitmen lebih besar dibandingkan biarawati yang belum menerima kaul kekal. Setelah biarawati menerima kaul kekal, totalitas pelayanan dan kesetiaan pada Tuhan, gereja, dan kongregasi sangatlah besar. E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih satuan sampling.

54 36 Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai subjek (Fajri, 2013). Dalam penelitian ini, kriteria yang dipilih adalah biarawati yang sudah menerima kaul kekal. F. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Setuju (SS), nilai 3 untuk Setuju (S), nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan untuk masing-masing item unfavorable adalah nilai 1 untuk Sangat Setuju (SS), nilai 2 untuk Setuju (S), nilai 3 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan dalam skala penelitian ini terbagi dalam dua pernyataan, yaitu item favorable dan item unfavorable. Item favorable berisi pernyataan yang mendukung indikator. Item unfavorable berisi pernyataan yang tidak mendukung indikator. Tujuan penentuan nilai skala tersebut adalah memberikan bobot tertinggi bagi jawaban yang paling favorable. Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon tidak setuju terhadap pernyataan yang unfavorable. Jawaban unfavorable adalah respon setuju terhadap

55 37 pernyataan yang unfavorable dan respon tidak setuju terhadap pernyataan favorable. Skala yang digunakan ini digunakan untuk mengukur tingkat kebahagiaan pada subjek penelitian adalah skala kebahagiaan. Itemitem pada skala penelitian ini dibuat dalam dua macam, yaitu favorable dan unfavorable. Item favorable berisikan pernyataanpernyataan yang mendukung terbentuknya kebahagiaan yang terdiri dari komponen emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa sekarang, dan emosi positif terhadap masa depan. Item unfavorable berisikan pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung terbentuknya kebahagiaan yang terdiri dari komponen emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa sekarang, dan emosi positif terhadap masa depan. Skala ini dibuat dengan memberikan empat alternatif jawaban yang diberikan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah item dalam penelitian ini adalah 100 item yang terdiri atas 50 item favorable dan 50 item unfavorable. Dibawah ini merupakan rincian dari skala penelitian tersebut yaitu,

56 38 Table 3.1 Blue Print Skala Kebahagiaan No Aspek Sub-Aspek Item Total Favorable Unfavorable 1 Emosi Terhadap Melupakan 1, 7, 13, 19, 25, 4, 10, 16, 22, Masa Lalu Pandangan Masa 31 28, 34 Lalu Grattitude 5, 11, 17, 23, 29, 35 2, 8, 14, 20, 26, (35%) Forgiving Forgetting dan 3, 9, 15, 21, 27 6, 12, 18, 24, 30, 33 2 Emosi Terhadap Kenikmatan 36, 40, 44, 48, 38, 42, 46, 50, Masa Sekarang 52, 56, 60 54, Gratifikasi 39, 43, 47, 51, 55, 59 37, 41, 45, 49, 53, 57 (25%) 3 Emosi Terhadap Masa Lalu Keyakinan 61, 71, 81, 91 66, 76, 86, 96 Kepercayaan 67, 77, 87, 97 62, 72, 82, 92 Kepastian 63, 73, 83, 93 68, 78, 88, 98 Harapan 69, 79, 89, 99 64, 74, 84, (40%) Optimis 65, 75, 85, 95 70, 80, 90, 100 Skor Total 100%

57 39 Table 3.2 Pemberian Skor pada Skala Kebahagiaan Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable Sangat Setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4 G. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur 1. Validitas Skala Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah proses pengujian isi alat ukur dilakukan oleh professional judgment (Azwar, 2009) dalam hal ini dosen pembimbing. Pada prosesnya, setiap item dari skala kebahagiaan di periksa oleh dosen pembimbing untuk mengetahui apakah item tersebut sudah benar-benar mengukur aspek-aspek kebahagiaan atau belum. 2. Seleksi Item Peneliti menggunakan bantuan SPSS for Windows untuk melakukan seleksi item. Seleksi item dilakukan dengan tujuan untuk melihat item mana yang memiliki skor tertinggi dan skor terendah. Seleksi item didasarkan pada data empiris, yaitu data hasil coba item pada kelompok subjek yang memiliki karakteristik setara dengan subjek yang akan diberikan skala.

58 40 Kualitas dari item akan diukur menggunakan daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara subjek yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999). Uji daya diskriminasi item akan menghasilkan koefisiensi korelasi item total (rix) atau yang biasa disebut juga dengan daya beda item (Azwar, 1999). Koefisiensi korelasi item total merupakan korelasi antara skor item dengan skor item total. Syarat yang digunakan untuk seleksi item, yaitu apabila item-item menghasilkan korelasi positif dan signifikan, yang berarti bahwa fungsi item sejalan dengan fungsi skala. Dengan demikian itemitem yang memiliki korelasi positif dan signifikan dengan skor total dipandang memiliki daya beda yang memuaskan. Batasan yang digunakan dalam pemilihan item ini adalah 0,300. Hal ini didasarkan atas pertimbangan agar jumlah item yang diinginkan dapat dicapai. Pada skala ini terdapat tiga komponen pembentuk kebahagiaan yaitu komponen emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa sekarang, dan emosi positif terhadap masa depan. Pada komponen emosi positif terhadap masa lalu, ada 35 item yang terdiri atas 17 item favorable dan 18 item unfavorable. Dari hasil pengujian data pada komponen emosi positif terhadap masa lalu terdapat 22 item yang memiliki rix

59 41 0,300, sedangkan item yang memiliki nilai rix 0,300 ada 13 item, yaitu 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 21, 32, dan 35. Kemudian, pada komponen emosi positif terhadap masa sekarang ada 25 item yang terdiri dari 13 item favorable dan 12 item unfavorable. Dari hasil pengujian data pada komponen emosi positif terhadap masa sekarang terdapat 12 item yang memiliki rix 0,300, sedangkan item yang memiliki nilai rix 0,300 ada 13 item, yaitu 36, 37, 40, 48, 49, 50, 51, 52, 56, 57, 58, 59, dan 60. Sedangkan untuk komponen emosi positif dari masa depan ada 40 item yang terdiri dari 20 item favorable dan 20 item unfavorable. Dari hasil pengujian data pada komponen emosi positif terhadap masa depan terdapat 25 item yang memiliki rix 0,300, sedangkan item yang memiliki nilai rix 0,300 ada 15 item, yaitu 66, 67, 68, 69, 71, 76, 77, 79, 83, 86, 88, 91, 97, 98, dan Reliabilitas Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran, yaitu keajegan hasil pengukuran skala (Azwar, 1999). Pengukuran skala yang memiliki reliabilitas yang tinggi berarti pengukuran tersebut reliabel, dan pengukuran skala yang memiliki reliabilitas yang rendah berarti pengukuran tersebut tidak reliabel. Skala kebahagiaan diuji dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dan didapatkan hasil (r) = 0,921, dan koefisiensi Alpha Cronbach setelah seleksi item adalah (r) = 0,943. Nilai Alpha

60 42 Cronbach menjadi naik dikarenakan adanya 41 item yang gugur sehingga meningkatkan koefisiensi Alpha Cronbach. Tabel 3.3 Komponen dan Distribusi Item Skala Kebahagiaan No Aspek Sub-Aspek Item Total Favorable Unfavorable 1 Emosi Terhadap Masa Lalu Melupakan Pandangan Masa Lalu 1, 13, 19, 25, 31 4, 16, 22, 28, 34 Grattitude 17, 23, 29 14, 20, Forgiving dan 9 6, 18, 24, 30, (37,29%) Forgetting 33 2 Emosi Terhadap Masa Sekarang Kenikmatan 44 38, 42, 46, 54 Gratifikasi 39, 43, 47, 55 41, 45, (20,34%) 3 Emosi Terhadap Masa Lalu Keyakinan 61, Kepercayaan 87 62, 72, 82, 92 Kepastian 63, 73, Harapan 89 64, 74, 84, (42,37%) Optimis 65, 75, 85, 95 70, 80, 90, 100 Skor Total 100%

61 43 H. Analisis data Analisis data menggunakan kategorisasi. Subjek akan dikategorikan berdasarkan tingkat kebahagiaan. Luas interval setiap kategori diperoleh melalui beberapa tahapan perhitungan, diantaranya adalah : a) Menentukan skor minimum : nilai terendah tiap item x jumlah terpakai b) Menentukan skor maksimum : nilai tertinggi tiap item x jumlah terpakai c) Menghitung mean teoritik : skor maksimum + skor minimum 2 d) Standar deviasi : skor maksimum skor minimum adalah: 6 Norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini X (Mean (1,8.σ)) kategori sangat rendah (Mean (1,8.σ)) < X (Mean (0,6.σ)) kategori rendah (Mean (0,6.σ)) < X (Mean + (0,6.σ)) kategori sedang (Mean + (0,6.σ)) < X (Mean + (1,8.σ)) kategori tinggi (Mean + (1,8.σ)) < X kategori sangat tinggi

62 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur skala kebahagiaan kepada biarawati diberbagai kongregasi yang ada di Yogyakarta seperti Kongregasi CB, Kongregasi PBHK, Kongregasi ADM, Kongregasi FSE, Kongregasi KYM, Kongregasi OSF, Kongregasi PPYK, Kongregasi SPM dan Kongregasi PIJ. Pengambilan data dilakukan dengan meminta bantuan kepada suster untuk mengisi skala. Peneliti juga datang secara langsung ke biara-biara untuk meminta ijin membagikan skala. Ada beberapa kepala komunitas biara yang membantu peneliti menyebarkan skala ke teman-teman suster lainnya. Biarawati yang dipilih adalah yang sudah menerima kaul kekal minimal dua tahun. Biarawati berusia tahun. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 20 Mei Mei Jumlah subjek yang terlibat dalam uji coba ini adalah 103 subjek, namun terdapat 7 subjek yang gugur karena ada 4 subjek tidak mengisi skala dengan lengkap dan 3 skala tidak kembali. Dengan demikian, jumlah subjek yang terlibat dalam uji coba menjadi 96 subjek.

63 45 Tabel 4.1 Kongregasi Subjek Penelitian No Nama Ordo / Kongregasi Jumlah 1 Carolus Borromeus 40 2 PBHK 7 3 ADM 8 4 FSE (Fransiskan Santa Elisabeth) 6 5 KYM 6 6 OSF 8 7 PIJ (Sang Timur) 20 8 SPM (Santa Perawan Maria) 4 9 PPYK (Putri-Putri Yesus Kristus) 4 Total 103 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji coba terpakai. Alasan yang mendasari peneliti memilih uji coba terpakai adalah minimnya waktu yang dimiliki peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Selain itu juga karena sulitnya mencari subjek. Tidak semua kongregasi bersedia untuk menjadi subjek penelitian dengan berbagai alasan. Kemudian, juga dengan alasan cukup lamanya mengurus perijinan penelitian di biara. Peneliti harus menunggu adanya persetujuan dari Suster Propinsial tiap kongregasi untuk melakukan penelitian. Tidak semua Suster Propinsial ada di

64 46 Yogyakarta sehingga akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, peneliti menggunakan uji coba terpakai dalam penelitian ini agar meminimalkan kurangnya subjek penelitian. B. Deskripsi Subjek Subjek penelitian adalah biarawati yang menetap di Yogyakarta dan sudah menerima kaul kekal minimal dua tahun. Subjek berjumlah 103 namun setelah skala penelitian dikembalikan hanya ada 96 subjek saja karena sebagian belum terisi lengkap dan identitas yang tidak terisi. Berikut ini adalah deskripsi subjek: Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Penelitian Kongregasi Rentang Usia Rentang Lama Kaul Kekal Karya Jumlah CB tahun 5-50 tahun Asrama 12 Rumah Sakit 13 Novisiat 3 Sekolah 8 PBHK tahun 2-28 tahun Studi 5 Rumah Komunitas 2 ADM tahun 3-17 tahun Studi 4 Rumah Komunitas 2 FSE tahun 2-14 tahun Studi 5

65 47 Rumah Komunitas 1 KYM tahun 4-24 tahun Studi 5 Rumah Komunitas 1 OSF tahun 5-25 tahun Sekolah 7 PIJ tahun 5-35 tahun Studi 5 Sekolah 6 Rumah Komunitas 9 SPM tahun 4-19 tahun Biara 4 PPYK tahun 5-24 tahun Rumah Komunitas 4 Total 96 C. Deskripsi Data Penelitian One-Sample T-Test adalah suatu tes yang digunakan untuk menguji apakah suatu nilai tertentu berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel atau mean empirik (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, rata-rata mean empirik akan dibandingkan dengan mean teoritik. Mean teoritik didapat dengan menggunakan rumus, (Xmin + Xmax) : 2. Sedangkan mean empirik diperoleh dari rata-rata skor subjek. Berikut adalah tabel deskripsi data penelitian :

66 48 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif Skala Skor Empirik Skor Teoritik Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD Kebahagiaan ,69 16, ,5 Berdasarkan hasil pengukuran statistik deskriptif pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa mean empirik memiliki skor lebih tinggi daripada mean teoritik. Dimana skor mean empirik sebesar 176,69 dan skor mean teoritik sebesar 147,5 dengan sig 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi dari standar (mean teoritik). D. Kategorisasi Peneliti akan menggolongkan subjek ke dalam kategorisasi kelompok berdasarkan kriteria yang sudah dibuat dengan berdasar pada norma. Norma tersebut adalah: X (Mean (1,8.σ)) kategori sangat rendah (Mean (1,8.σ)) < X (Mean (0,6.σ)) kategori rendah (Mean (0,6.σ)) < X (Mean + (0,6.σ)) kategori sedang

67 49 (Mean + (0,6.σ)) < X (Mean + (1,8.σ)) kategori tinggi (Mean + (1,8.σ)) < X kategori sangat tinggi Berdasarkan norma diatas, maka peneliti dapat membuat kategorisasi subjek berdasarkan skala kebahagiaan sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Kategorisasi Kebahagiaan pada Subjek Penelitian Skala Rentang Nilai Jumlah Presentase (%) Kategorisasi Kebahagiaan X ,13 % Sangat rendah 146 < X ,04 % Rendah 166 < X , 79 % Sedang 187 < X ,96 % Tinggi 207 < X 2 2, 08 % Sangat tinggi Total % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 3 subjek atau 3,13 % subjek memiliki kebahagiaan yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Subjek yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 25 subjek atau 26,04 % subjek. Untuk kategori sedang ada 43 subjek atau 44,79 % subjek. Sedangkan untuk kategori tinggi ada 23 subjek atau 23,96 % subjek. Kategori sangat tinggi hanya ada 2 subjek atau 2,08 % subjek.

68 50 E. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah biarawati yang sudah menerima kaul kekal merasakan kebahagiaan dalam hidup membiara. Penelitian ini menggunakan kategorisasi untuk mengelompokkan subjek berdasarkan tingkat kebahagiaannya. Berdasarkan skor total item dari seluruh biarawati yang menjadi subjek penelitian didapatkan sebanyak tiga subjek atau 3,13 % subjek memiliki kebahagiaan yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Kemudian, subjek yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 25 subjek atau 26,04 % subjek. Untuk kategori sedang ada 43 subjek atau 44,79 % subjek. Sedangkan untuk kategori tinggi ada 23 subjek atau 23,96 % subjek. Kategori sangat tinggi hanya ada dua subjek atau 2,08 % subjek. Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa biarawati memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Biarawati tetap merasakan kebahagiaan setelah menerima kaul kekal dalam hidup membiara. Biarawati yang dikatakan sudah menerima kaul kekal adalah biarawati yang sudah melewati empat tahapan dalam hidup membiara. Tahapan pertama atau yang disebut dengan masa pra-novisiat adalah masa seleksi pertama dimana akan ada sesi wawancara tentang alasan seseorang tertarik menjadi biarawati, pengumpulan berkas-berkas yang dibutuhkan sebuah kongregasi meliputi biodata diri dan keluarga, ijasah, dan surat ijin dari orang tua. Dalam tahap pra-

69 51 novisiat seorang calon biarawati akan menjalani masa uji coba dalam hidup membiara selama kurang lebih satu tahun. Tujuannya untuk membantu calon biarawati beradaptasi dalam hidup membiara. Tahap kedua yaitu masa novisiat. Masa novisiat adalah tahapan yang semakin mendalam dimana calon biarawati akan semakin mendalami perannya sebagai seorang biarawati dan memahami betul tugas dalam kongregasi. Dalam tahapan ini biasanya biarawati akan dibekali ilmu selama dua tahun atau lebih tergantung pada kemampuan adaptasi calon biarawati. Tahap ketiga yaitu masa yuniorat. Masa dimana calon biarawati akan mulai mempraktekkan ilmu yang didapat atau dikaryakan di luar biara. Karya setiap kongregasi berbeda-beda. Beberapa contoh karya seperti di bidang kesehatan (rumah sakit), di bidang pendidikan (sekolah), di bidang pelayanan sosial (panti asuhan), di bidang pastoral (gereja), dan sebagainya. Tahap keempat yaitu masa pembinaan terus-menerus dan diakhiri dengan penerimaan kaul kekal. Dalam tahapan ini biarawati akan melakukan banyak kegiatan seperti rekoleksi, retret, sharing, kursus, pekan studi, seminar, dan evaluasi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk semakin memantapkan hati calon biarawati sebelum calon biarawati mengucapkan kaul kekal. Biarawati yang sudah menerima kaul kekal memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Hidup dan karya biarawati sepenuhnya

70 52 menjadi milik Tuhan, gereja, dan kongregasi. Jika biarawati sudah menerima kaul kekal, akan sulit bagi mereka untuk keluar dari kongregasi. Totalitas dalam hidup membiara setelah menerima kaul kekal membawa kebahagiaan bagi hidup biarawati karena biarawati menikmati kehidupan menbiara yang sedang dijalani. Biarawati juga mampu untuk berdamai dengan pengalaman masa lalu yang kurang baik. Biarawati dapat selalu bersyukur atas apa yang biarawati dapatkan selama hidup membiara bahwa kasih Tuhan sungguh besar. Relasi yang baik dan komunikasi yang terbuka membantu kelangsungan hidup biarawati. Hal ini membuat biarawati merasa nyaman tinggal di biara karena tidak merasa kesepian. Akan selalu ada teman biarawati yang siap membantu dalam keadaan apapun. Dalam hidup membiara, biarawati juga memiliki banyak kegiatan atau karya yang akhirnya membuat biarawati tidak jenuh. Dengan banyaknya karya pelayanan yang diberikan pimpinan Kongregasi, biarawati menjadi semangat dalam melayani sesamanya. Biarawati juga merasakan kebahagiaan seutuhnya ketika biarawati mendapatkan pengalaman hidup yang sangat berharga. Dimana biarawati merasa hidup religiusitas semakin tinggi. Di dalam hidup membiara setiap hari akan selalu rutin kegiatan rohani seperti berdoa bersama pagi hingga malam, adanya evaluasi akan pengalaman hidup selama satu hari penuh, dan bermadah syukur puji-pujian

71 53 sebelum biarawati istirahat malam. Dengan hidup membiara, biarawati memiliki tingkat religiusitas yang baik dimana biarawati akan selalu setia kepada kebenaran, Tuhan, dan ajarannya. Biarawati juga merasa semakin mampu bersyukur atas nikmat Tuhan yang diberikan. Biarawati dituntut untuk hidup apa adanya seperti Tuhan. Hal ini biarawati rasakan sejak awal pertama menjadi novisiat. Orang yang mampu bersyukur akan selalu bahagia dalam hidupnya dan selalu berpikir positif serta memaafkan kekurangan yang ada pada dirinya (Seligman, 2005). Biarawati semakin memiliki emosi positif dan kegiatan positif yang lebih tinggi. Dalam suatu biara, kesehatan biarawati menjadi prioritas utama. Sebuah kongregasi sangatlah bertanggung jawab untuk kebutuhan akan kesehatan biarawati. Hal ini dirasakan oleh semua biarawati. Menu makan setiap hari bervariasi. Bagi biarawati yang memiliki pantangan dalam makanan terkait kesehatannya, akan diatur oleh pengurus kongregasi. Oleh karena itu, biarawati merasa jauh lebih sehat ketika mereka menjadi biarawati sebab segala sesuatunya sudah diatur dengan baik. Seseorang yang memiliki kesehatan yang baik juga akan memiliki kehidupan sosial yang baik pula. Orang yang bahagia biasanya memiliki efek yang positif berkenaan dengan kehidupan sosial, seperti halnya memiliki banyak teman, memiliki dukungan sosial yang kuat, dan memiliki kemampuan berinteraksi yang baik.

72 54 Hal ini jelas dirasakan biarawati ketika biarawati dipercayakan sebuah karya pelayanan oleh kongregasi. Dalam sebuah karya pelayanan, biarawati akan sering berinteraksi dengan banyak orang, akan banyak pengalaman yang biarawati dapatkan, relasi yang baik dari berbagai pihak, dan lain sebagainya.

73 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kebahagiaan biarawati yang sudah menerima kaul kekal termasuk dalam kategori tinggi. Dalam hal ini berarti bahwa biarawati tetap merasakan kebahagiaaan setelah menerima kaul kekal di dalam hidup membiara. Biarawati juga memiliki emosi positif terhadap masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Biarawati mampu berdamai dengan masa lalu yang kurang baik. Selain itu biarawati juga menikmati hidupnya saat ini atau yang sedang dijalani. Biarawati juga mampu memandang masa depan dengan optimis bahwa keputusan untuk menjadi biarawati mampu membahagiakan hidupnya.

74 56 B. Saran 1. Bagi Kongregasi Bagi Kongregasi diharapkan dapat terus meningkatkan kebahagiaan biarawati sehingga semakin nyaman tinggal di biara. Selain itu, juga dapat membantu biarawati untuk semakin menumbuhkan rasa cintanya pada Tuhan, kongregasi yang dipilihnya, dan dirinya sendiri agar semakin tercipta kebahagiaan dalam menjalani kaul kekalnya. 2. Bagi Biarawati Bagi biarawati diharapkan dapat terus menjaga komunikasi yang baik dengan Tuhan, pimpinan kongregasi, teman, dan orang sekitar sehingga tercipta rasa nyaman dan damai. Biarawati juga dapat melakukan sharing dan bertukar pikiran dengan teman biarawati lain agar komunikasi lancar dan saling terbuka. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Berkaitan dengan keterbatasan pada penelitian kuantitatif yaitu besarnya kemungkinan subjek memilih respon yang baik secara sosial (social desirability), untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam mengungkap kebahagiaan menjadi biarawati. Peneliti juga menyarankan untuk menambah jumlah subjek dan membagi rata subjek di tiap kongregasi sehingga mewakili gambaran kebahagiaan biarawati tiap kongregasi.

75 57 DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Bastaman. (1996). Meraih hidup bermakna. Jakarta : Penerbit Paramadina Charlys. (1984). Makna hidup biarawan. Jakarta : Universitas Gunadarma Christina FMM, Sr. (1991). Eskaton dan ketiga kaul kebiaraan. Yogyakarta : Percetakan Andi Offset Dhammananda, S. (2004). Be happy. Indonesia : Pustaka Karaniya Elu, Stefanus P. (2014). Tinggalkan segalanya demi rumah Tuhan. Jakarta : Majalah Hidup Fasto Buono, A. (2013). Kebahagiaan dalam ranah sosial. Surakarta : Skripsi, Universitas Muhammadiyah Hardawiryana SJ, R. (1993). Dokumen konsili vatikan II. Jakarta : Penerbit Obor Heuken SJ, P.A., dkk. (1975). Ensiklopedi populer tentang gereja. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka Heuken SJ, A. (2005). Ensiklopedi gereja jilid IV K-KI. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka Khalid, A. M. (2003). Sabar dan bahagia. Jakarta : Serambi

76 58 Koendjono SJ, TH. (1986). Hidup membiara di bumi Indonesia. Yogyakarta : Majalah Rohani Kanisius KWI. (2006). Kitab hukum kanonik: edisi resmi bahasa Indonesia. Bogor : Percetakan Grafika Mardi Yuana Lama, D. (2000). The art of happiness. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Maman Suharman, Th. (2012). Menggali makna, imamat, doa, dan selibat kristiani. Bandung : Melintas Prihastuti, E. (1994). Kebahagiaan menurut aristoteles. Yogyakarta : Skripsi, IAIN Sunan Kalijaga Puja Suharna SJ, A. (1986). Pendidikan dan pembinaan para religius di Indonesia. Yogyakarta : Majalah Rohani Kanisius Raharjo, W. (2007). Kebahagiaan sebagai suatu dasar pembelajaran. Jurnal penelitian psikologi no. 2 volume 12. Jakarta : Universitas Gunadarma Romauli, A., dkk. (2012). Prioritas tipe motivasional pada biarawati (berdasarkan teori Schwartz). Jakarta : Universitas Gunadarma Seligman, M.E.P. (2002). Authentic happiness: using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York : Free Press Sudiarja SJ, A., dkk. (2003). Berenang di arus zaman: tantangan hidup religius di Indonesia kini. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

77 59 Suparno SJ, P. (1996). Relevankah hidup membiara di zaman ini. Yogyakarta : Majalah Rohani Kanisius Suparno SJ, P. (1996). Tahap dan tantangan dalam hidup selibat. Yogyakarta : Percetakan Kanisius Suparno SJ, P. (1996). Takut terbuka dengan orang lain dalam biara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Tarminta SJ, J. (1975). Hidup berkaul. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Veenhoven, R. (2006). How do we assess how happy we are. USA : University of Norre Dame

78 LAMPIRAN

79 LAMPIRAN 1 SKALA KEBAHAGIAAN

80 SKALA PENELITIAN Disusun Oleh : Fransisca Febriani Putri PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2015

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. KEBAHAGIAAN II.A.1. Definisi Kebahagiaan Aristoteles (dalam Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata happy atau bahagia yang berarti feeling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Setiap manusia akan selalu dihadapkan pada suatu pilihan atau keputusan yang harus diambil dalam mencari makna hidupnya. Beberapa perempuan telah mengambil

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat sekuler), serikat hidup kerasulan, serta berbagai

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Awal September adalah awal para biarawan-biarawati yang bertugas untuk studi memulai perutusannya. Pada awal-awal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa memang ada beberapa individu yang memfokuskan diri pada aspek sipiritual yang juga sekaligus kaya akan emosi positif dalam

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI ASIH MURNIATI UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI ASIH MURNIATI UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI ASIH MURNIATI 2010 60 043 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS PSIKOLOGI 2014 i HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia. Didalam masyarakat, masa lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan, diskusi, dan saran mengenai penelitian ini. 5.1. Kesimpulan Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang pada dasarnya berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan sebuah kebutuhan dan telah menjadi sebuah kewajiban moral. Biasanya

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN. Oleh: Sisilia Priyantiningsih

PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN. Oleh: Sisilia Priyantiningsih PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN Oleh: Sisilia Priyantiningsih 13.92.0001 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI Oleh: Kevin Jonathan Susilo NRP: 7103013025 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. STUDI TENTANG KEAKTIFAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH DASAR AKUNTANSI KEUANGAN 2 MELALUI MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI) PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI) SKRIPSI HENRETHA LEONTI LUMINGAS 11.40.0031 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016 i

Lebih terperinci

GAMBARAN STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. Oleh MERRY CHRISTINE SITORUS

GAMBARAN STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. Oleh MERRY CHRISTINE SITORUS GAMBARAN STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh MERRY CHRISTINE SITORUS 111301054 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

MENJADI TUA DAN BAHAGIA 1 MENJADI TUA DAN BAHAGIA Rohani, November 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Hepiana sudah berumur 80 tahun. Ia tinggal di rumah orang tua. Ia dikenal sebagai suster lansia yang gembira dan bahagia.

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN GENDER, INOVASI FASHION DAN OPINION LEADERSHIP, DAN NEED FOR TOUCH PADA PREFERENSI TOUCH / NON-TOUCH CHANNEL DALAM BELANJA PAKAIAN

PENGARUH PERBEDAAN GENDER, INOVASI FASHION DAN OPINION LEADERSHIP, DAN NEED FOR TOUCH PADA PREFERENSI TOUCH / NON-TOUCH CHANNEL DALAM BELANJA PAKAIAN PENGARUH PERBEDAAN GENDER, INOVASI FASHION DAN OPINION LEADERSHIP, DAN NEED FOR TOUCH PADA PREFERENSI TOUCH / NON-TOUCH CHANNEL DALAM BELANJA PAKAIAN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI Oleh: Deny Setya Budi 2010-60-044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014 HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA UNIKA SOEGIJAPRANATA ANGKATAN 2008 SKRIPSI MAYA TUNJUNG SARI 05.40.0022 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI 10.40.0160 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Suatu Analisis Kebutuhan Berdasarkan Teori Murray Skripsi Servasius Samuel 08.40.0122 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

STUDENT WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA PADA SISWA KELAS IV-VI SD KATOLIK SANTA CLARA SURABAYA SKRIPSI

STUDENT WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA PADA SISWA KELAS IV-VI SD KATOLIK SANTA CLARA SURABAYA SKRIPSI STUDENT WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA PADA SISWA KELAS IV-VI SD KATOLIK SANTA CLARA SURABAYA SKRIPSI OLEH: Silviany Chezia S NRP: 7103013035 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Lemahnia sering mengeluh dan sedih karena kerap kali mengikuti kelemahannya. Ia sudah tahu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 me 2.1.1 Pengertian me Seligman (1991) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II ) 100 101 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II ) 102 IDENTITAS DIRI Nama (inisial) : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI

PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menempuh Derajat Sarjana (S - 1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

KEBUTUHAN-KEBUTUHAN (need) PSIKOLOGIS DAN. TEKANAN (press) LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PELKRIS PENGAYOMAN SEMARANG

KEBUTUHAN-KEBUTUHAN (need) PSIKOLOGIS DAN. TEKANAN (press) LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PELKRIS PENGAYOMAN SEMARANG KEBUTUHAN-KEBUTUHAN (need) PSIKOLOGIS DAN TEKANAN (press) LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PELKRIS PENGAYOMAN SEMARANG SKRIPSI Inneke Happy Kusumaningtyas 03.40.0125 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI TERUTAMA MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPS

SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI TERUTAMA MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPS SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI TERUTAMA MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPS (Studi empiris pada mahasiswa jurusan akuntansi angkatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.I.Kom) Oleh KEZIA DEVIANI SAGITA PUTRI / KOM

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.I.Kom) Oleh KEZIA DEVIANI SAGITA PUTRI / KOM HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PIMPINAN DENGAN KEPUASAN RELASI KARYAWAN PT ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG SURAKARTA YANG DIPANDANG DENGAN PERSPEKTIF SOCIAL EXCHANGE THEORY SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Rahmi Fadhillah Hayati F 100 060 148

Lebih terperinci

Matematika Pernikahan

Matematika Pernikahan Matematika Pernikahan Pernikahan adalah karunia terpenting yang diberikan kepada umat manusia selama seminggu masa Penciptaan. Setelah menciptakan dunia yang sempurna, dilengkapi dengan segala yang diperlukan

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PEREMPUAN DEWASA MADYA YANG MELAJANG SKRIPSI PILIA HAMESYA NUTONG

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PEREMPUAN DEWASA MADYA YANG MELAJANG SKRIPSI PILIA HAMESYA NUTONG DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PEREMPUAN DEWASA MADYA YANG MELAJANG SKRIPSI PILIA HAMESYA NUTONG 10.40.0166 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 i ii DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PEREMPUAN

Lebih terperinci

MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal Paul Suparno, S.J.

MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Givana bekerja sebagai pamong di asrama anak-anak SMA. Suster dikenal oleh anak-anak sebagai suster

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI DI TAMAN PINTAR YOGYAKARTA. Disusun oleh : Afrildus Antonius Hoere / Sosiologi

KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI DI TAMAN PINTAR YOGYAKARTA. Disusun oleh : Afrildus Antonius Hoere / Sosiologi KARYA TULIS ILMIAH. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI DI TAMAN PINTAR YOGYAKARTA Disusun oleh : Afrildus Antonius Hoere 07 10 03347 / Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, h.13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

DINAMIKA MOTIVASI IBU ASUH DI SOS DESA TARUNA SEMARANG SKRIPSI. Rr. MARIA KARTIKA SUMANTO

DINAMIKA MOTIVASI IBU ASUH DI SOS DESA TARUNA SEMARANG SKRIPSI. Rr. MARIA KARTIKA SUMANTO DINAMIKA MOTIVASI IBU ASUH DI SOS DESA TARUNA SEMARANG SKRIPSI Rr. MARIA KARTIKA SUMANTO 04.40.0016 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008 i Dipertahankan di Depan Penguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KRISIS PSIKOLOGIS PADA WANITA KARIR YANG HAMIL DI LUAR RENCANA SKRIPSI

KRISIS PSIKOLOGIS PADA WANITA KARIR YANG HAMIL DI LUAR RENCANA SKRIPSI 1 KRISIS PSIKOLOGIS PADA WANITA KARIR YANG HAMIL DI LUAR RENCANA SKRIPSI Oleh : RISTI AGAPENI 05.40.0093 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 2 KRISIS PSIKOLOGIS PADA WANITA

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP PADA BIARAWAN. Charlys 1 Ni Made Taganing Kurniati 2. Abstrak

MAKNA HIDUP PADA BIARAWAN. Charlys 1 Ni Made Taganing Kurniati 2. Abstrak MAKNA HIDUP PADA BIARAWAN Charlys 1 Ni Made Taganing Kurniati 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat 2 taganing@yhaoo.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

MOTIVASI KESEMBUHAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN

MOTIVASI KESEMBUHAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN MOTIVASI KESEMBUHAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN SKRIPSI RADEN RORO VIRA PUSPARANI 11.40.0108 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 MOTIVASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DI INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI. Pada Program Studi Akuntansi

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DI INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI. Pada Program Studi Akuntansi PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DI INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAH LAKU MENOLONG SISWA KELAS REGULER DENGAN SISWA KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI MONA APRILIA

PERBEDAAN TINGKAH LAKU MENOLONG SISWA KELAS REGULER DENGAN SISWA KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI MONA APRILIA PERBEDAAN TINGKAH LAKU MENOLONG SISWA KELAS REGULER DENGAN SISWA KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI MONA APRILIA 09.40.0142 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA 2014 PERBEDAAN

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PADA MAHASISWA BEKERJA DITINJAU DARI PENGATURAN DIRI

MANAJEMEN WAKTU PADA MAHASISWA BEKERJA DITINJAU DARI PENGATURAN DIRI MANAJEMEN WAKTU PADA MAHASISWA BEKERJA DITINJAU DARI PENGATURAN DIRI SKRIPSI KUMALA ANATANIA DHARMAWAN 07.40.0038 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2011 i MANAJEMEN WAKTU PADA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN SANGUINITAS DENGAN KEPUASAN KERJA PADA SALESMAN PT. SUN MOTOR SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN SANGUINITAS DENGAN KEPUASAN KERJA PADA SALESMAN PT. SUN MOTOR SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN SANGUINITAS DENGAN KEPUASAN KERJA PADA SALESMAN PT. SUN MOTOR SEMARANG SKRIPSI SULASTRI 02.40.0167 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 HALAMAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Oleh : ALDRICH RUKMANA HIDAYAT 07.40.0126 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2014 i HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI WAKTU MENUNGGU DENGAN KEPUASAN PELAYANAN PELANGGAN SKRIPSI CHRISTINE ANGGRAINI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI WAKTU MENUNGGU DENGAN KEPUASAN PELAYANAN PELANGGAN SKRIPSI CHRISTINE ANGGRAINI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI WAKTU MENUNGGU DENGAN KEPUASAN PELAYANAN PELANGGAN SKRIPSI CHRISTINE ANGGRAINI 11.40.0171 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 i HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Biarawati adalah perempuaan yang sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR SKRIPSI. Disusun oleh: DESY ANITASARI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR SKRIPSI. Disusun oleh: DESY ANITASARI HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR SKRIPSI Disusun oleh: DESY ANITASARI 08.40.0104 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

Lebih terperinci

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI. derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi

PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI. derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian peryaratan guna memperoleh derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP SKRIPSI

HUBUNGAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP SKRIPSI HUBUNGAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan analisis data, yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi keempat partisipan, pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NARSISTIK DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI

HUBUNGAN ANTARA NARSISTIK DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI HUBUNGAN ANTARA NARSISTIK DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh : MARIA OKTAVIANA YUSVIYANTI 05.40.0055 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS NEGATIF KECANDUAN PERMAINAN ONLINE PADA MAHASISWA S K R I P S I DISUSUN OLEH : CYNTHIA OCTAVIANA SOEBASTIAN

DAMPAK PSIKOLOGIS NEGATIF KECANDUAN PERMAINAN ONLINE PADA MAHASISWA S K R I P S I DISUSUN OLEH : CYNTHIA OCTAVIANA SOEBASTIAN DAMPAK PSIKOLOGIS NEGATIF KECANDUAN PERMAINAN ONLINE PADA MAHASISWA S K R I P S I DISUSUN OLEH : CYNTHIA OCTAVIANA SOEBASTIAN 05.40.0066 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

Lebih terperinci