ANALISA STUDI PENGGUNAAN AHP PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS SUB STRUKTUR PADA PROYEK KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA STUDI PENGGUNAAN AHP PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS SUB STRUKTUR PADA PROYEK KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISA STUDI PENGGUNAAN AHP PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS SUB STRUKTUR PADA PROYEK KONSTRUKSI Mahendra Cipta A.N 1., Guntur Panji Wijaya 1 Hermawan 2 M. Agung Wibowo 3 1 Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang 2 Staf Edukatif Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang- hmcm9429@yahoo.com 3 Staf Edukatif Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Kampus Tembalang, Semarang ABSTRAK Pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi. Salah satunya adalah dalam pemilihan alternatif jenis pondasi. Metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy process (AHP). AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan metode lain., diantaranya karena pada metode AHP terdapat struktur yang berhierarki dari kriteria sampai subkriteria yang paling dalam, dengan adanya perhitungan tentang validitas sampai batas inkonsistensi. Kriteria adalah salah satu faktor dalam penilaian AHP dengan menilai kriteria yang tiap kriterianya terdiri dari berbagai sub-kriteria. Kriteria tersebut adalah kriteria ekonomis dengan prosentase bobot 6 %, kriteria kondisi tanah dengan prosentase bobot 10 %, kriteria efisiensi waktu dengan prosentase bobot 9 %, kriteria pelaksanaan dengan prosentase bobot 23 %, kriteria teknis pondasi dengan prosentase bobot 15 %, kriteria lingkungan dengan prosentase bobot 3 %, kriteria alat dan bahan dengan prosentase bobot 23 %, kriteria tenaga kerja dengan prosentase bobot 11 %. Tingkatan paling bawah adalah alternatif jenis pondasi yaitu : Mini Pile, Franki Pile, Pc Hole. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan software Expert Choice 2000 didapatkan jenis alternatif pondasi dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini Pile 42,7 %, Franki Pile 26,7 %, Pc Hole 30.6 % sedangkan dengan perhitungan secara manual didapatkan angka kriteria ekonomis dengan prosentase bobot 6.4 %, kriteria kondisi tanah dengan prosentase bobot 9.84 %, kriteria efisiensi waktu dengan prosentase bobot 9.54 %, kriteria pelaksanaan dengan prosentase bobot %, kriteria teknis pondasi dengan prosentase bobot %, kriteria lingkungan dengan prosentase bobot 3.22 %, kriteria alat dan bahan dengan prosentase bobot %, kriteria tenaga kerja dengan prosentase bobot % dari perhitungan secara manual didapatkan jenis alternatif pondasi dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini Pile %, Franki Pile %, Pc Hole %. sehingga pondasi Mini pile merupakan alternatif desain pondasi yang tepat digunakan dan kriteria alat dan bahan merupakan kriteria terpenting yang mendukung dalam proses pemilihan alternatif jenis pondasi dengan menggunakan metode AHP. Kata Kunci : pengambilan keputusan, analytical hierarchy process, validitas, inkonsistensi 1. PENDAHULUAN Dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan. Berhasil tidaknya keputusan tersebut tergantung pada segala aspek dan kemungkinan yang ada. Hal ini juga terjadi pada suatu pekerjaan konstruksi, dimana dalam pengambilan keputusan tersebut pihak perencana harus mengetahui baik buruknya konsekuensi yang akan diterima. Dalam hal pemilihan teknologi pembuatan struktur suatu bangunan perencana harus mengetahui bagaimana baiknya suatu teknologi tersebut. Dengan banyaknya kriteria untuk menentukan pengambilan suatu keputusan maka diperlukan pengambilan keputusan multi kriteria. Pondasi yang berfungsi sebagai penerus beban yang ditopang oleh beratnya sendiri kedalam tanah atau batuan yang ada di bawahnya (Bowles, 1998), tidak pernah lepas dari permasalahan pada suatu proyek konstruksi. Jenis-jenis pondasi yang ada sangatlah banyak sehingga dalam memilih jenis pondasi yang akan digunakan, pihak pengambil keputusan harus mempertimbangkan kriteriakriteria yang ada. Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu metode pangambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki, kemudian memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 17

2 Mahendra Cipta A.N., Guntur Panji Wijaya, Hermawan dan M. Agung Wibowo perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi. AHP merupakan suatu metode dengan pendekatan praktis untuk memecahkan masalah keputusan kompleks yang meliputi perbandingan berbagai macam alternatif. AHP memungkinkan pengambilan keputusan yang menyajikan hubungan hierarki antar faktor, atribut, karakteristik atau alternatif dalam lingkungan pengambilan keputusan multi faktor (Badiru, 1995). Selain itu, menurut Suryadi (2000), metode ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, yaitu: struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria yang paling dalam, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan, memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian bertujuan, antara lain untuk mengetahui dan mendalami langkah-langkah pengambilan keputusan dalam menetukan pekerjaan konstruksi pada suatu proyek, dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan suatu struktur yang tepat dipakai dalam suatu proyek, dan mengetahui penggunaan metode AHP dengan tepat dalam pengambilan keputusan, 3. ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi. Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu: memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisa pengambilan keputusan, memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada, dan memudahkan pengukuran dalam elemen, memungkinkan perencanaan ke depan. Kelebihan metode ini menurut Badiru (1995) adalah: struktur yang berhierarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria paling dalam, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan, dan memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan. Selain mempunyai kelebihan, metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini juga mempunyai banyak keuntungan dalam penggunaannya. Saaty (1993) menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode AHP pada proses pengambilan keputusan multikriteria. Meskipun mempunyai kelebihan, namun metode AHP juga mempunyai kelemahan yaitu: orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih dengan menggunakan metode AHP, dan untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Menurut Saaty (1993), prinsip dasar dalam proses penyusunan model hierarki analitik dalam AHP, meliputi: a. Problem Decomposition (Penyusunan Hierarki Masalah) Dalam penyusunan hierarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur/komponen yang kemudian dari komponen tersebut dibentuk suatu hierarki. Pemecahan unsur ini dilakukan sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan hierarki merupakan langkah penting dalam model analisa hierarki. Adapun langkah-langkah penyusunan hierarki adalah diawali dengan identifikasi tujuan keseluruhan dan subtujuan, mencari kriteria untuk memperoleh subtujuan dari tujuan keseluruhan, menyusun subkriteria dari masing-masing kriteria, dimana setiap kriteria dan subkriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau intensitas verbal, menentukan pelaku yang terlibat, kebijakan dari pelaku, dan penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya. b. Comparative Judgement (Penilaian Perbandingan Berpasangan) Prinsip ini dilakukan dengan membuat peni-laian perbandingan berpasangan tentang kepentingan relatif dari dua elemen pada suatu tingkat hierarki tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya dan memberikan bobot numerik berdasarkan perbandingan tersebut. Hasil penelitian ini disajikan dalam matriks yang disebut pairwise comparison. c. Synthesis of Priority (Penentuan Prioritas) Sintesa adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap elemen hierarki dan elemen alternatif. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat untuk mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan M - 18 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

3 Analisa Studi Penggunaan Ahp Pada Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Sub Struktur Pada Proyek Konstruksi pada setiap local priority. Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk hierarki. Sedangkan pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting. d. Logical Consistensy (Konsistensi Logis) Konsistensi berarti dua makna atau obyek yang serupa. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi () dan indeks random (RI). Metode AHP sudah banyak dilakukan di berbagai Negara bahkan di Indonesia sendiri. Berbagai contoh yang dapat kami sebutkan antara lain : a. penerapan metode AHP oleh Walailak Atthirawong dan Bart MacCarthy dengan permasalahan Pemilihan Negara Terbaik atau Paling Strategis Untuk Lokasi Industri Pabrik, dengan studi kasus pada Proyek di Singapura dan Thailand. b. penerapan metode AHP oleh Connie Susilawati, Jani Rahardjo dan Yeni Yudiyanti dengan permasalahan Pengukuran Kualitas Gedung Perbelanjaan di Surabaya, dengan studi kasus Tunjungan Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya Pemodelan Hierarki Analitycal Hierarchy Process (AHP) Berdasarkan proses identifikasi maka diperoleh model hirarki keputusan sebagai berikut: Level 1: Tujuan Jenis Pondasi yang digunakan Level 2: Pengambil Keputusan Kontraktor Pondasi Level 3: Kriteria A B C D E F G H Level 4: Sub kriteria A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 G1 G2 G3 H1 H2 H3 Level 5: Alternatif Mini Pile Franki Pile Pc Hole Gambar 1. Model Hierarki Keputusan Penelitian Keterangan: A = Ekonomis B = Kondisi tanah C = Efisiensi waktu D = Pelaksanaan E = Teknis pondasi F = Lingkungan G = Alat dan bahan H = Tenaga A1 = Biaya pembuatan pondasi A2 = Biaya pengadaan alat A3 = Biaya galian A4 = Biaya tenaga kerja B1 = Tanah kerikil B2 = Tanah pasir B3 = Tanah lanau pondasi B4 = Tanah Lempung C1 = Biaya pelaksanaan C3 = Waktu Pelaksanaan D1 = Efisiensi waktu D2 = Efisiensi biaya pondasi D3 = Efisiensi Tenaga E1 = Waktu pelaksanaan E2 = Biaya pelaksanaan E3 = Kualitas/hasil pelaksanaan F1 = Waktu pengadaan alat dan bahan F2 = Pekerjaan Proyek F3 = Pencemaran G1 = pengadaan alat dan bahan G3 = Biaya H1 = Kualitas tenaga kerja H2 = Keselamatan kerja H3 = Jumlah tenaga kerja 3.3. Penerapan Metode AHP dalam Pemilihan Jenis Pondasi Secara umum metode AHP digunakan untuk membantu manusia mengambil keputusan yang tepat di tengah berbagai kemungkinan keputusan yang ada. Langkah-langkah penerapan AHP untuk Pemilihan Jenis Pondasi, yaitu: a. Langkah I (Level I) Menentukan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah memilih pondasi yang sesuai. b. Langkah II (Level II) Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 19

4 Mahendra Cipta A.N., Guntur Panji Wijaya, Hermawan dan M. Agung Wibowo Langkah berikut ini terdiri dari pengambil keputusan yang berhak memberi penilaian tentang jenis pondasi yang akan dipakai. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel dari pengelola proyek. c. Langkah III (Level III) Berisikan tentang kriteria-kriteria yang berguna untuk memudahkan para pengambil keputusan untuk memberi nilai. Kriteria tersebut ditinjau dari segi kondisi tanah, teknis pondasi, efisiensi waktu, pelaksanaan, ekonomis, lingkungan, dan biaya. d. Langkah IV (Level IV) Level IV ini membagi kriteria-kriteria (sub-kriteria) yang terdapat di level III. Hal ini dilakukan peneliti agar mendapatkan besaran (nilai) yang sangat sederhana, sehingga memudahkan peneliti untuk memasuki level selanjutnya. e. Langkah V (Level V) Merupakan langkah akhir dan langkah yang terendah dari AHP, berisi hasil dari keseluruhan level di atas Skala Perbandingan Berpasangan Penetapan skala kuantitatif menurut Saaty (1993) digunakan untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1. Skala Perbandingan Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tujuan , 4, 6, 8 Kebalikan Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Pengalaman dan penilaian sediki\t menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat meyokong satu elemen lainnya Satu elemen yang kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya Bukti yang mendukung satu elemen terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan nilai i Sumber : Saaty (1993 : 85-86) 3.5. Perhitungan AHP Saaty (1993) menjelaskan bahwa elemen-elemen pada setiap baris dari matriks persegi merupakan hasil perbandingan berpasangan. Setiap matriks pairwise comparison dicari eigenvektor-nya untuk medapat local priority. Skala perbandingan berpasangan didasarkan pada nilai-nilai fundamental AHP dengan pembobotan dari nilai 1 untuk sama penting, sampai dengan 9 untuk sangat penting sekali. Berdasarkan susunan matriks perbandingan berpasangan dihasilkan sejumlah prioritas, yang merupakan pengaruh relatif sejumlah elemen pada elemen di dalam tingkat yang ada di atasnya. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dalam indeks konsistensi yang didapat dari rumus: λ maks n = (1) n 1 Keterangan: λ maks = eigenvalue maksimum n = ukuran matriks Consistency Index (), matriks random dengan skala penelitian 1 sampai de-ngan 9, beserta kebalikannya sebagai Random Index (RI). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan 500 sampel, jika judgement numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8,, 1, 2,, 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda. Tabel 2. Nilai Indeks Random Ukuran Matriks 1, Indeks Random 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 CR = 0, (2) RI M - 20 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

5 Analisa Studi Penggunaan Ahp Pada Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Sub Struktur Pada Proyek Konstruksi Perbandingan antara dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Consistency Ratio (CR). Untuk model AHP matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama dengan 0, Perhitungan AHP (Analytical Hierarchy Process) Berdasarkan matriks perbandingan tersebut akan mendapatkan apa yang disebut Local dan global priority. Langkahlangkah untuk mendapatkan prioritas tersebut adalah dengan menormalisasi matriks perbandingan yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu taksiran menyeluruh dari prioritas yang memungkinkan perbandingan antar elemen menjadi lebih berbobot. Tabel 3. Matriks yang membandingkan beberapa kriteria KRITERIA E KT EW P TK L AB T E KT EW P TK L AB T Tabel 4. Matriks hasil normalisasi KRITERIA E KT EW P TK L AB T Hasil E KT EW P TK L AB T Keterangan : EKO:ekonomis KT: kondisi tanah EW: efisiensi waktu P: pelaksanaan TK: teknis pondasi L: lingkungan AB: alat dan bahan T: tenaga Tabel 4, kriteria AB mendapatkan hasil yang paling tinggi atau absolut. Hal ini disebabkan karena responden dari kuisoner menilai bahwa kriteria AB (alat dan bahan) merupakan faktor penting yang mempengaruhi dalam pembuatan pondasi. Hal itu tidak significant dengan kriteria KT (kondisi tanah) yang hanya menghasilkan angka Hal ini menurut responden kuisoner, kriteria KT merupakan kriteria yang seharusnya didapat dari hitungan dalam penentuan jenis pondasi sehingga menghasilkan hasil yang tidak absolut. Hasil yang terdapat pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa penentuan alternatif jenis pondasi tidak selalu ditentukan dengan jenis kondisi tanah tetapi ada beberapa hal yang bisa lebih penting daripada kriteria tersebut dengan catatan perencana akan memperhitungkan beberapa aspek seperti kriteria diatas dengan lebih mendetail. Adapun cara untuk menormalisasi yaitu dengan membagi tiap matriks kolom dengan jumlah dari satu kolom. Hasil yang didapat merupakan penjumlahan dari tiap baris. Hasil dibagi dengan jumlah kriteria untuk mendapatkan Local Priority. Tabel 5. Local dan Global Priority Local Global Lambda max Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa nilai dari kriteria AB juga menunjukkan angka yang absolut. Local priority merupakan hasil penjumlahan dari tiap baris kriteria hasil normalisasi kemudian dibagi dengan jumlah kriteria yang ada. Global didapatkan dari hasil perkalian antara local Priority dengan matrik berpasangan, setelah itu dijumlahkan berdasarkan baris. Setelah Local dan Global Priority di dapat maka λmax diketahui dengan cara membagi Global Priority dengan Local Priority kemudian di rata-rata. Setelah itu dapat kita ketahui apakah matrik berpasangan tersebut konsisten atau tidak dengan cara mencari CR, dengan syarat 1. Hal tersebut juga dilakukan untuk matriks yang membandingkan beberapa sub-kriteria. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung matriks tersebut sama dengan yang diatas. Tabel 7. Matriks yang membandingkan Subkriteria Dalam kriteria ekonomi EKO BPP BPA BGP BTK Local Global BPP BPA BGP BTK total λmax Lambda max Tabel 6. λmax, dan CR λmax Tabel 8. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam kriteria kondisi tanah KT TK TP TL Tle Local Global TK TP TL Tle total λmax CR Lambda max Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 21

6 Mahendra Cipta A.N., Guntur Panji Wijaya, Hermawan dan M. Agung Wibowo Keterangan: EKO = Ekonomis BPP = Biaya pembuatan pondasi TK = tanah keras TLe = tanah lempung BPA = Biaya pengadaan alat BGP = Biaya Galian Pondasi TP = tanah pasir BTK = Biaya Tenaga Kerja KT = kondisi tanah TL = tanah lunak Tabel 7. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria Ekonomis. Dapat di lihat dari hasil diatas bahwa global priority dengan nilai paling absolut adalah sub-kriteria BTK (biaya tenaga kerja). Hal ini menurut responden kuisoner dalam segi ekonomis mereka harus memperhitungkan sub-kriteria BTK lebih penting dari pada sub-kriteria yang lain karena biaya tenaga kerja juga berpengaruh pada hasil dari pekerjaan pembuatan pondasi tersebut. Hal ini berlawanan dengan sub-kriteria BPP (biaya pembuatan pondasi) seharusnya sub-kriteria BPP mendapatkan nilai yang paling absolut. Hasil yang berlawanan tersebut dipengaruhi juga dengan hasil perbandingan yang lain, karena pada Tabel 7. dapat di lihat bahwa perbandingan didominasi dengan nilai 1dengan kata lain merupakan nilai netral. Hal tersebut yang membuat nilai antara sub-kriteria BPP dan BTK menjadi tidak berimbang karena pada Tabel 7. dapat di lihat juga bahwa perbandingan antara sub-kriteria BPP dan BTK dimenangkan oleh BTK dengan perbandingan 4 banding 0.25 yang diartikan bahwa sub-kriteria BTK lebih penting dan bernilai 4 jika dibandingkan dengan sub-kriteria BPP. Tabel 8. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria kondisi tanah. Pada tabel diatas hasil yang paling absolut adalah subkriteria TLe (tanah lempung) dengan nilai yang dapat diartikan bahwa jenis pondasi mini pile merupakan pondasi yang cocok dipakai dalam kondisi tanah lempung. Pada tabel diatas dapat di lihat juga perbandingan yang sangat besar antara Tle (tanah lempung) dengan TK (tanah keras) dimana dalam perbandingan itu Tle lebih penting daripada TK dengan nilai 4. Hal ini diperkuat dengan kesimpulan yang ada didalam data tanah yang di terima yaitu pada kedalaman meter sampai meter berupa tanah lempung dan pada kedalaman meter sampai dengan meter terdapat lapisan tanah lempung dengan konsistensi sangat lunak tetapi dengan saran sebaiknya ditumpu oleh lensa pasir minimal meter. Tabel 10. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam kriteria pelaksanaan P EW EB ET Local Global EW EB ET total λmax CR Lambda max 0 0 Keterangan : EW = efisiensi waktu BPP = biaya pelaksanaan pondasi KP = kualitas pekerjaan WP = waktu pekerjaan P = pelaksanaan EW = efisiensi waktu EB = efisiensi biaya ET = efisiensi tenaga Tabel 9. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria efisiensi waktu. Pada tabel diatas dapat di lihat hasil yang significant antar tiga sub-kriteria dan nilai sub-kriteria WP (waktu pelaksanaan) lebih tinggi daripada yang lain dengan terpaut nilai lebih dari 1 point. Hal ini disebabkan kerena menurut responden kuisoner waktu pelaksanaan lebih penting daripada biaya pelaksanaan dan kualitas pekerjaan. Dalam suatu pekerjaan konstruksi sering kali dihadapkan oleh waktu dimana dengan waktu yang semakin berkurang diharapkan untuk memenuhi target pekerjaan. Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan yang paling mencolok adalah perbandingan antara sub-kriteria WP dengan BPP yaitu bernilai 5 untuk kepentingan WP. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa sebenarnya (jika berdasarkan pada nilai yang diatas) WP lebih penting dari pada BPP dan itu juga terjadi pada proyek konstruksi yang sesungguhnya. Tabel 10. diatas merupakan matriks perbandingan antar subkriteria yang berada dalam kriteria pelaksanaan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global priority yang paling tinggi adalah EB (efisiensi biaya) dan ET(efisiensi tenaga) hal ini maksudnya adalah dalam kriteria pelaksanaan kedua sub-kriteria pelaksanaan inilah yang mempunyai pengaruh paling besar. Pengaruh itu dapat di lihat dalam matriks diatas dimana bobot perbandingan antara EB dengan ET sama yaitu bernilai 1 atau nilai netral. Bobot nilai antara EB dengan EW dan ET dengan EB sama yaitu 3 untuk kepentingan EB dan ET. Maksud dari hal tersebut adalah dalam suatu pelaksanaan konstruksi dalam hal ini pembuatan pondasi jika dilihat dari sub-kriteria yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa efisiensi waktu tidak begitu diperhitungkan dengan tidak diperhitungkannya itu maka seringkali suatu proyek konstruksi mengalami suatu kemunduran waktu. Efisiensi biaya dan efisiensi tenaga dalam pelaksanaan proyek konstruksi dalam hal ini pembuatan pondasi juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan untuk mencapai target waktu yang telah ditetapkan terutama efisiensi tenaga, jika bekerja seefisiensi mungkin bukan mustahil jika suatu pekerjaan konstruksi dapat selesai sesuai dengan target yang telah ditentukan. M - 22 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

7 Analisa Studi Penggunaan Ahp Pada Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Sub Struktur Pada Proyek Konstruksi Tabel 11. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam Kriteria Teknis Pondasi TP WP BPP KP Local Global WP BPP KP total λmax CR Keterangan: Lambda max Tabel 12. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam Kriteria Lingkungan Lingk WP PP P Local Global WP PP P total λmax CR Lambda max 0 0 TP = teknis pondasi WP = waktu pelaksanaan BPP = biaya pekerjaan pondasi KP = kualitas pekerjaan Lingk = lingkungan WP = waktu pengadaan alat dan P = pencemaran PP = pekerjaan proyek bahan (untuk tabel 4.9) Tabel 11. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria teknik pondasi. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global priority yang paling besar adalah BPP (biaya pelaksanaan pondasi). Biaya pelaksanaan pondasi dalam hal ini meliputi sewa alat, biaya pengiriman, dan lain-lain. Tabel matriks diatas nilai dari BPP merupakan nilai paling tinggi dari semua nilai dan berselisih 1 nilai. Hal ini disebabkan pada matriks perbandingan berpasangan diatas perbandingan antara BPP dengan WP mencapai angka 5 untuk kepentingan BPP. Menurut responden kuisoner di dalam pelaksanaan proyek konstruksi dalam hal ini pembuatan jenis pondasi BPP memegang peranan penting karena itu berhubungan dengan rencana anggaran biaya yang sudah ditetapkan. Untuk kualitas pekerjaan dan waktu pelaksanaan dapat dilakukan dengan dipantau secara rutin dan untuk berhubungan dengan segi biaya atau ekonomis hanya beberapa persen saja dalam arti tidak begitu berpengaruh. Tabel 12. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria lingkungan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global priority yang paling besar adalah PP (pekerjaan proyek). Pekerjaan proyek dalam hal ini meliputi pekerjaan struktur bawah. Responden kuisoner memberikan penilaian yang sama kepada WP dan P yaitu 1 sedangkan pada perbandingan antara P dengan PP mereka memberi nilai 3 untuk kepentingan PP. Maksudnya dalam suatu proyek konstruksi dalam hal ini pembuatan pondasi mereka lebih mementingkan PP (pekerjaan proyek) daripada P (pencemaran) dan WP (waktu pengadaan alat dan bahan). Dalam suatu proyek konstruksi pekerjaan proyek dalam hal ini secara keseluruhan merupakan faktor yang lebih penting daripada pencemaran dan pengadaan alat dan bahan walaupun dalam pekerjaan proyek seringkali pekerjaan tersebut menimbulkan pencemaran yang berdampak pada lingkungan seperti kemacetan, jalan kotor, bahkan suara. Tabel 13. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam kriteria Alat dan bahan AB PB EW B Local Global Lambda max PB EW B total λmax CR Tabel 14. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam kriteria tenaga T KT KK JTK Local Global Lambda max KT KK JTK total λmax Keterangan: AB = alat dan bahan PB = pengadaan alat dan bahan EW = efisiensi waktu B = biaya T = tenaga KT = kualitas tenaga kerja KK = keselamatan kerja JTK = jumlah tenaga kerja Tabel 13. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria alat dan bahan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global priority yang paling besar adalah EW (efisiensi waktu). Hal ini berhubungan dengan efisiennya waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan atau bahkan mendatangkan materialmaterial yang di butuhkan untuk proyek konstruksi. Tabel matriks diatas menunjukkan bahwa nilai EW lebih besar dan mempunyai selisih nilai 1 lebih dari PB dan B. Hal itu disebabkan responden kuisoner kami merasa bahwa jika semua proyek konstruksi selalu berhubungan dengan waktu dan biaya (yang paling dominan) dan melihat dari subkriteria yang ada maka mereka menetapkan EW sebagai salah satu sub-kriteria yang paling penting dengan memberikan nilai 4 untuk kepentingan EW jika dibandingkan dengan PB dan nilai 3 jika dibandingkan dengan B. Tabel 14. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang berada dalam kriteria tenaga. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global priority yang paling besar adalah KK (keselamatan kerja). Pekerjaan proyek besar memang membutuhkan faktor keselamatan kerja yang tinggi apalagi sudah memasuki dunia persaingan seperti sekarang faktor keselamatan juga merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu proyek. Responden kuisoner memberi nilai 4 (untuk KK) pada perbandingan KT dengan KK dengan maksud kualitas tenaga kerja yang sedikit dapat ditutup dengan jumlah pekerja yang banyak sedang nilai 3 (untuk KK) diberikan pada perbandingan KK dengan JTK dikarenakan dengan jumlah tenaga kerja yang banyak maka akan mendongkrak biaya faktor Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 23

8 Mahendra Cipta A.N., Guntur Panji Wijaya, Hermawan dan M. Agung Wibowo keselamatan yang tinggi oleh karena itu dengan mengedepankan KK maka jumlah tenaga kerja tidak perlu bertambah. Tabel keseluruhan diatas merupakan tabel nilai local priority dari masing-masing matriks, kemudian kelompokkan masing-masing local priority tersebut berdasarkan masing-masing kriteria kemudian kalikan setiap kolom dengan local priority tiap kriteria yang bersangkutan untuk memperoleh vektor prioritas terbobot bagi kriteria tersebut. Tabel 15. Pengelompokan masing-masing local priority EKO KT EW P BPP TK BPP EW BPA TP KP EB BGP TL WP ET BTK Tle TP Lingk AB T WP WP 0.2 PB KT BP PP 0.2 EW KK KP P 0.6 B JTK Tabel 16. Hasil perkalian antara local priority dari masing-masing kriteria EKO KT EW P TP Lingk AB T Langkah selanjutnya ambil nilai tertinggi dari masing-masing local priority sub-kriteria kemudian dikalikan dengan nilai local priority dari kriteria yang ada. Kegunaan dari diambilnya nilai paling tinggi dari sub-kriteria adalah untuk menentukan persentase yang akan diperoleh dalam pemilihan jenis pondasi. Semakin tinggi atau absolut nilai tersebut maka akan semakin menunjukkan hasil yang baik atau significant. Langkah berikutnya jumlahkan semua baris diatas dan bagi setiap entri dengan jumlah itu untuk mendapatkan vektor yang dinormalisasi dari kriteria tersebut. Hasil dari perhitungan itu disebut eigenvector dimana hasil tersebut berguna sebagai pengali untuk tiap sub-kriteria yang akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik karena merupakan hasil dari perkalian antara nilai maksimum. Tabel 17. Vektor prioritas untuk berbagai kriteria dengan nilai tertinggi local priority sub-kriteria EKO KT EW P BPP TK BPP EW BPA TP KP EB BGP TL WP ET BTK Tle TP Lingk AB T WP WP PB KT BP PP EW KK KP P B JTK Tabel 18. Hasil perhitungan pembagian tiap entri dengan jumlah baris EKO KT EW P TP Lingk AB T Langkah selanjutnya mencari local priority dari masing-masing sub-kriteria alternatif yang kemudian dikalikan dengan vektor prioritas yang ada di Tabel 16. hasil yang ada di Tabel 17. diambil yang terbesar dari tiap kriteria hal dimungkinkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tabel 19. Perbandingan matriks Tabel 20. Perbandingan matriks Tabel 21. Perbandingan matriks kriteria kriteria ekonomis dengan Alternatif kriteria kondisi tanah dengan Alternatif efisiensi waktu dengan Alternatif Kriteria Ekonomis ALT ALT ALT Tabel 22. Perbandingan matriks kriteria pelaksanaan dengan Alternatif Kriteria Pelaksanaan ALT ALT ALT Kriteria Kondisi tanah ALT ALT ALT Tabel 23. Perbandingan matriks kriteria teknis pondasi dengan Alternatif Kriteria Teknik Pondasi ALT ALT ALT Kriteria Efisiensi waktu ALT ALT ALT Tabel 24. Perbandingan matriks kriteria lingkungan dengan Alternatif Kriteria Lingkungan ALT ALT ALT M - 24 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

9 Analisa Studi Penggunaan Ahp Pada Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Sub Struktur Pada Proyek Konstruksi Tabel 25. Perbandingan matriks kriteria alat dan bahan dengan Alternatif Tabel 26. Perbandingan matriks kriteria tenaga dengan Alternatif Kriteria Alat dan Bahan ALT ALT ALT Kriteria Tenaga ALT ALT ALT Tabel diatas merupakan tabel perbandingan alternatif jika dilihat berdasarkan nilai yang terdapat pada tabel diatas dapat dilihat bahwa alternatif 1 yaitu pondasi mini pile mempunyai nilai yang paling tinggi secara dominan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa alternatif yang lain juga akan mempunyai nilai tertinggi seperti dalam kriteria alat dan bahan dimana alternatif 2 lebih dominan dan juga kriteria pelaksanaan dan efisiensi waktu dimana alternatif 3 lebih dominan. Hal tersebut lebih dikarenakan data yang diisi oleh responden kuisioner dimana setelah dihitung hitungan tersebut haruslah memenuhi syarat seperti yang telah disebutkan diatas yaitu CR 1. Tabel 27. Local priority dari masing-masing subkriteria alternatif Tabel 28. Hasil perkalian antara vektor prioritas dengan local priorityalternatif Local priority EKO KT EW P TP Lingk AB T ALT ALT ALT Tabel diatas merupakan langkah terakhir dalam perhitungan yang melibatkan eigenvector dimana seluruh alternatif dikelompokkan berdasarkan kriteria kemudian dikalikan dengan eigenvektor yang ada pada Tabel 16. Langkah selanjutnya yaitu menjumlahkan tiap baris alternatif diatas untuk mendapatkan hasil akhir. Tabel 29. Hasil Akhir dari Perhitungan AHP EKO KT EW P TP Lingk AB T ALT ALT ALT Tabel 30. Perbandingan perhitungan hasil akhir ALT ALT ALT Expert choice Manual Alternatif 1 (Mini Pile) 42.70% 36.34% Alternatif 2 (Franki Pile) 26.70% 35.67% Alternatif 3 (Pc Hole) 30.60% 27.99% Hasil akhir diatas maka dapat di simpulkan bahwa jenis pondasi yang sesuai adalah pondasi Mini Pile 36.34%. Alasan memilih pondasi Mini Pile ini jelas Alternatif 1 (mini pile) lebih mendominasi daripada Alternatif 2 (Franki pile 35.67%) dan Alternatif 3 (PC Hole %). Berdasarkan perhitungan secara manual tersebut jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan program Expert choice 2000 maka tidak terjadi perubahan yang berarti hal itu dikarenakan dengan cara perhitungan yang berbeda akan menghasilkan hasil yang sama yaitu Alternatif 1 (Mini Pile) sebagai alternatif yang terbaik. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat diagram berikut. Perhitungan dengan menggunakan Expert Choice 2000 dapat kita lihat bahwa jumlah persentase kriteria adalah sebagai berikut: kriteria ekonomis 6,2 %, kriteria kondisi tanah 10,2 %, kriteria efisiensi waktu 9,2 %, kriteria pelaksanaan 22,7 %, kriteria teknis pondasi 15 %, kriteria lingkungan 3,4 %, kriteria alat dan bahan 22,6 Alat dan Bahan 23% Tenaga 11% Ekonomis 6% Kondisi tanah 10% Efisiensi waktu 9% Lingkungan 3% Teknis Pondasi 15% Pelaksanaan 23% Ekonomis Kondisi tanah Efisiensi waktu Pelaksanaan Teknis Pondasi Lingkungan Alat dan Bahan Tenaga Gambar 2. Diagram perbandingan antar kriteria Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 25

10 Mahendra Cipta A.N., Guntur Panji Wijaya, Hermawan dan M. Agung Wibowo 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. model pengambilan keputusan Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Proyek Pembangunan yang dikerjakan oleh kontraktor X dibuat dengan cara wawancara dan studi literatur. Sedangkan tingkat yang paling atas adalah tujuan dari model keputusan yaitu pemilihan alternatif jenis pondasi yang digunakan. Tingkat selanjutnya adalah tingkat pengambil keputusan yaitu kontraktor yang menangani proses pembuatan pondasi di Proyek Pembangunan yang dikerjakan oleh kontraktor X, 2. urutan prioritas kriteria dari pemilihan alternatif jenis pondasi adalah sebagai berikut: berdasarkan alternatif 1-3 kriteria ekonomis berbobot 6 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria kondisi tanah berbobot 10 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria efisiensi waktu berbobot 9 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria pelaksanaan berbobot 23 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria teknis pondasi berbobot 15 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria lingkungan berbobot 3 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria alat dan bahan berbobot 23 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria tenaga berbobot persentase 11 %. Sedangkan urutan prioritas alternatif jenis pondasi dari tinggi ke rendah adalah sebagai berikut: Alternatif 1 (Mini Pile) 42,7 %, Alternatif 2 (Franki Pile) 26,7 %, alternatif 3 (Pc Hole) 30,6%, 3. alternatif 1 (mini pile) merupakan alternatif dengan bobot tertinggi sehingga jenis pondasi yang sesuai untuk proyek Pembangunan yang dikerjakan oleh kontraktor X adalah Pondasi Mini Pile. DAFTAR PUSTAKA Badiru, Adedeji dan Psimin Pulat Comprehensif Project Management : Integrating Optimation Models. Manajemen Principles and Computer. Prentice Hall. New Jersey. Bowles, J. E. 1998, Foundation Analysis and Design., Singapore: McGraw-Hill, Inc. David, R. A.,Dennis, J. S. and Thomas, A. W. 1997, Pendekatan Kuantitatif untuk Pengambilan Keputusan Manajemen Edisi tujuh Jilid satu. Jakarta. Faisal, S., 1981, Dasar dan Teknik Penyusunan Angket., Surabaya-Indonesia : Usaha Nasional. Gunawan, R., 1993, Pengantar Teknik Pondasi, Yogyakarta-Indonesia : Kanisius. Hadi, S, MA., 2001, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. Hasan, M. I., 2002, Pokok-pokok Materi Pengambilan Keputusan, Jakarta : Ghalia Indonesia. Manullang, M., 1986, Pedoman Praktis Pengambilan Keputusan, Yogyakarta : Erlangga. Ralph, B. Peck., Walter, E. H. and Thomas H. T., 1953, 1974, Teknik Pondasi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. Saaty, T. L. 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Bustaman Binaman Presindo. Jakarta. Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek dari konseptual Sampai Operasional. Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta Subarkah, I., 1979, Teknik Pondasi Suatu Ikhtisar Praktis, Jakarta-Indonesia. M - 26 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

PEMILIHAN ALTERNATIF JENIS PONDASI DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN ALTERNATIF JENIS PONDASI DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMILIHAN ALTERNATIF JENIS PONDASI DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl.Raya Selindung Baru Pangkalpinang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan.

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan. SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PAGELARAN UTARA MENGGUNAKAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCES (AHP) Aan Jaelani Jurusan Sistem Informasi STMIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi perusahaan berada di Jalan Taman Srinindito VII/1 Semarang. Perusahaan ini

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 17 26 Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) Mardlijah,

Lebih terperinci

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Abstract Migunani Program Studi Sistem Informasi STMIK PROVISI, Semarang miguns25@yahoo.com This paper discusses how to choose the method of assessment or evaluation of students in a course of study publication

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp. 49 58 ISSN 1829-667X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN Nur Heri Cahyana Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman) Hasan Sistem Informasi, STMIK Pontianak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP)

Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP) Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP) Penyusunan Hirarki Sebuah bagan alir yang dipergunakan dalam struktur pemecahan sebuah masalah terdiri dari tiga tingkatan yaitu hasil keputusan yang diperoleh

Lebih terperinci

R. Sutjipto T. & Agustina D. R., Pengaruh Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

R. Sutjipto T. & Agustina D. R., Pengaruh Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 77 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS PONDASI (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Royal Plaza Surabaya) R. Sutjipto Tantyonimpuno, Agustina

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PENDIRIAN WARNET DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : PT. Pika Media Komunika) Sri Winiarti 1), Ulfah Yuraida 2) Program

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI PUGUNG, TANGGAMUS) LESDIANA Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS Dita Monita 0811118 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI PUGUNG, TANGGAMUS) Nungsiati Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Jl. Wismarini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan 3.1.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Sistem Pendukung Keputusan 2.. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita singkat dalam draft skripsi ini

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI Mengambil sebuah keputusan tidak pernah lepas dari kehidupan setiap orang, setiap detik dari hidupnya hampir selalu membuat keputusan dari keputusan yang sederhana hingga keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya 2 Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa Irfan Dwi Jaya IMPLEMENTASI METODE AHP DALAM PERANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN

Lebih terperinci

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus Proyek Pembangunan Laboratorium Fakukultas Pertanian UNS Surakarta) Widi Hartono 1), Sugiyarto

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas

Lebih terperinci

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 1 Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjabarkan kerangka penelitian dan hipotesa yang digunakan. Bab ini juga akan membahas metode dan teknik penelitian yang digunakan, serta parameter yang menjadi

Lebih terperinci