BAB I PENDAHULUAN. sangat canggih kemudian membuat begitu mudahnya penduduk berpindah-pindah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sangat canggih kemudian membuat begitu mudahnya penduduk berpindah-pindah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini mempengaruhi perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lainya, karena adanya telekomunikasi dan teknologi yang sangat canggih kemudian membuat begitu mudahnya penduduk berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. secara garis besar dapat disebutkan bahwa globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses transformasi sosial yang akan membawa kondisi umat manusia yang berbeda-beda dan terpencar dibanyak wilayah dunia ini menjadi satu kondisi tunggal yang tidak mengenal lagi batas batas wilayah. 1 Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional tersebut di butuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang di perlukan dalam setiap hubungan yang teratur yang di sebut hukum internasional. 2 Hukum internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara : a) Negara dengan negara b) Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain. 3 1 Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2011, Ketika Hukum Berhadapan Dengan Globalisasi, UB Press, Malang, hal.1. 2 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, Bandung, hal

2 2 dalam hal mengatur hubungan Internasional, negara memiliki kedaulatan dalam hal mengamankan wilayahnya, maka Indonesia dalam rangka mengatur perpindahan penduduk itu lalu membuatlah pengaturan mengenai keimigrasian. Indonesia merupakan negara kepulauan terletak dijalur perlintasan laut internasional dan menghubungkan dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia kemudian diantara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Hal yang nyata bahwa Indonesia dengan kondisi geografisnya yang demikian merupakan jalan silang bagi jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan internasional. Di samping letak geografis yang sangat menguntungkan dalam hal musim jika negara lain mengenal empat musim sedangkan negara Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, hal ini berpengaruh terhadap kesuburan alamnya. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan mempunyai nilai ekonomi serta keindahan panorama menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang. Letak negara Indonesia yang strategis, menjadikan Indonesia banyak di kunjungi orang asing. Dalam hal ini seorang asing yang memasuki wilayah suatu negara menjadi tunduk kepada hukumnya dengan cara yang persis sama seperti para warganegara negara itu sendiri. 4 Salah satu wilayah di negara Indonesia yang menjadi tujuan utama warga negara asing ialah bali yang merupakan pusat destinasi pariwisata di indonesia. 3 Ibid, hal J.G.starke, 1992, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesembilan 2, Aksara Persara Indonesia, Jakarta, hal.33.

3 3 Dimana Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Secara astronomis, Bali terletak di Lintang Selatan dan Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. 5 Selain terkenal dengan keindahan alamnya, terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik. Bali sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap dan terpadu memiliki banyak sekali tempat wisata menarik, apa saja tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi. Beberapa tempat itu antara lain : Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Pantai Padang - Padang, Danau Beratan Bedugul, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Uluwatu, Ubud, Munduk, Kintamani, Amed, Tulamben, Pulau Menjangan dan masih banyak yang lainnya. Sehingga tidak mengherankan apabila Indonesia khususnya Bali merupakan salah satu titik sentral perhatian negara-negara lain baik bidang politik maupun bidang lain seperti sosial, ekonomi dan keamanan. Sehingga banyak warga negara asing yang masuk kedalam wilayah Indonesia dengan berbagai macam tujuan, sekolah, bekerja, wisata bahkan tidak sedikit yang tinggal menetap di Bali. Kenyataan ini semakin lebih mudah bagi orang asing untuk datang ke Indonesia dengan diberikanya berbagai kemudahan prosedur terutama dengan adanya opender policy yaitu politik pintu terbuka yang dilaksanakan oleh 5 di akses pada tanggal 9 April 2015.

4 4 pemerintah Hindia Belanda yaitu membuka pintu selebar-lebarnya kepada orang asing untuk masuk ke indonesia khususnya bali. Akibat banyak orang asing dari berbagai ras yang diwariskan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tinggal di Indonesia diantaranya adalah bangsa china, india, arab, dan lain sebagainya. Semakin lama orang asing tersebut berdiam di Indonesia akan membawa pengaruh terhadap bidang politik, budaya, ekonomi, dan keamanan. Hal inilah yang perlu dipikrikan secara serius tidak sampai menimbulkan dampak yang negatif. Setelah indonesia merdeka, Indonesia tidak menerapkan kebijaksanaan yang dulu yaitu kebijaksanaan opendoor policy yang dianggap sudah tidak sesuai lagi. 6 Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijaksanaan baru yaitu selective policy bahwa masuknya orang asing hanya dimungkinkan sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat bagi pembangunan negara dan pemerintah republik indonesia. Dewasa ini, banyak kasus yang terjadi di Bali terkait dengan warga negara asing yang datang bahkan menetap di Bali menggunakan visa Kunjungan Overstay. Mengingat semakin maraknya warga negara asing yang menetap di bali menggunakan visa kunjungan Overstay, maka di rasa perlunya suatu pengawasan dari pemerintah Indonesia khususnya pemerintah Bali. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai visa. Dalam Pasal 1 angka 18 Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyebutkan Visa Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang 6 M.Imam Santoso, 2004, Perpektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Jakarta : UI Press, hal.24.

5 5 berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal. Selain itu, dalam Pasal 38 Undang-undang No.6 Tahun 2011 menyebutkan Visa kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. Dari bunyi Pasal tersebut sudah jelas diketahui bahwa visa kunjungan hanya dapat digunakan untuk hal-hal tertentu salah satunya untuk melakukan kegiatan pariwisata dan bukan untuk tinggal. Mengantisipasi dari semakin banyak dan lamanya orang asing tersebut berdiam di Indonesia, kiranya diperlukan tata cara pengawasan keimigrasian sebagai salah satu cara untuk mengawasi orang asing datang dan keluar wilayah Indonesia, sebab pada hakikatnya tidak semua orang asing dapat masuk dan melakukan kegiatan diwilayah Indonesia. Pada Pasal 1 angka 9 Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 No. 52/ tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216) orang asing adalah orang bukan warga negara indonesia. Sesuai dengan prinsip keimigrasian selective Policy (kebijakan selektif) bahwa hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Indonesia, tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak

6 6 bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7 Pemerintah Indonesia memberikan wewenang kepada direktorat Jendral Imigrasi sebagai salah satu unit pelaksana teknis departemen hukum dan hak asasi manusia (HAM) mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatur lalu lintas orang asing antar negara dan mengawasi kedatangan, keberadaan serta kegiatan orang asing sampai meninggalkan wilayah Republik Indonesia sebagai acuan dalam mengatur masalah lalu lintas orang asing yang singgah maupun tinggal dalam waktu tertentu maka pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan dalam bentuk Undang-undang yang kemudian disebut Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang selanjutnya disebut dengan Undangundang Keimigrasian sebagai dasar yang kokoh dalam melaksanakan tugas Keimigrasian. Melalui Undang-undang Keimgrasian, pemerintah membuktikan kepada dunia luar bahwa pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia di Indonesia betul-betul dihargai dan dihormati, sehingga bagi mereka yang berlalu lintas antara negara dan orang asing berada di Indonesia merasa terlindungi. Namun tidak jarang terdapat beberapa orang asing yang masuk tanpa melalui prosedur imigrasi yang benar, hal ini umumnya ditemukan pada warga negara asing yang masuk dalam wilayah Indonesia dengan tujuan bisnis/kerja. Penyalahgunaan terhadap izin keimigrasian tidak saja dapat merugikan negara Indonesia namun sudah pasti merugikan hak-hak dari orang asing tersebut. Hal ini dikarenakan dengan memasuki wilayah negara Indonesia tanpa melalui 7 Muhammad Arief, 1997, Komentar UU No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, Jakarta,hal.20.

7 7 menggunakan dokumen keimigrasian yang sah maka secara tidak langsung warga negara asing tersebut telah mencabut hak-hak yang sebelumnya dilindungi oleh Undang-undang Keimigrasian. Sebagai aparat penegak hukum maka pelaksanaan tugas harus konsisten dan konsekuen dengan Undang-undang Keimigrasian sebagai sarana pokok bagi pengendalian dan pengawasan orang asing di Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 66 Undang-undang Keimigrasian bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan menteri dengan koordinasi bersama badan atau instansi pemerintah terkait. Namun dalam pelaksanaanya banyak terjadi kelemahan dalam bidang pengawasan orang asing sehingga keadaan tersebut memberi peluang terhadap penyalahgunaan dokumen keimigrasian. Mengingat banyaknya penyalahgunaan yang dilakukan warga negara asing khususnya dalam penyalahgunaan visa kunjungan Overstay di Provinsi Bali, maka di rasa perlu perhatian khusus terkait dengan permasalahan ini agar dapat segera di antisipasi dan di atasi. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi kita semua untuk mampu menghadapi perubahan atau dinamika modernisasi persaingan pasar bebas yang sangat cepat ini, sehingga kita sebagai orang penghuni tidak tersingkirkan dalam persaingan lapangan kerja di Indonesia. Hal inilah yang melatar belakangi penulis membuat skripsi dengan judul BENTUK PENGAWASAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OVER STAY OLEH WARGA NEGARA ASING DI PROVINSI BALI

8 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1. Bagaimana efektivitas pengawasan terhadap warga negara asing yang menggunakan visa kunjungan? 2. Faktor-faktor apakah yang menghambat pengawasan visa kunjungan warga negara asing di Provinsi Bali? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Ruang Lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian, yang menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi areal penelitian. 8 Untuk mencegah agar isi dan uraian tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka perlu diberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup dalam penulisan ini yaitu pada permasalah pertama akan dibahas mengenai skema pengawasan terhadap warga negara asing yang menggunakan visa kunjungan Overstay di provinsi bali, dan permasalahan kedua akan dibahas mengenai faktor penghambat dalam pengawasan visa kunjungan warga negara asing di Provinsi Bali. 8 Bambang Sugono, 2005, Metodelogi Penelitian Hukum, Cet.7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,hal.111.

9 9 1.4 Orisinalitas Skripsi ini merupakan karya tulis asli sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk memperlihatkan orisinalitas skripsi ini maka dapat dilihat perbedannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis, yaitu skripsi yang berjudul Akibat Hukum Terhadap Penyalahgunaan Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) oleh Warga Negara Asing di Bali dengan penulis bernama I Gusti Ngurah Lanang Satria di Fakultas Hukum Universitas Udayana, dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Tindakan apakah yang dapat digolongkan sebagai penyalahgunaan kartu ijin tinggal terbatas (KITAS) oleh warga negara asing di Bali? 2. Sanksi hukum apa yang dapat dan telah diterapkan terhadap penyalahgunaan kartu ijin tinggal terbatas (KITAS) oleh warga negara asing di Bali? Adapun skripsi lain berjudul Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian di Fakultas Hukum Universitas Jember, dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal di Provinsi Bali menurut UU No. 6 Tahun Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh Kantor Imigrasi dalam rangka penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal di Provinsi Bali 3. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi dalam rangka penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal di Provins Bali

10 10 Penulis dapat memastikan bahwa penelitian yang dilakukan dapat terjamin keorisinalitasannya dan berbeda dengan skripsi yang telah di sebutkan di atas. Karena dalam penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada Bentuk Pengawasan terhadap Penyalahgunaan Visa Kunjungan Overstay oleh warga negara asing di Provinsi Bali. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu : a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh pemahaman mengenai bentuk pengawasan terhadap penyalahgunaan visa kunjungan Overstay di Provinsi Bali. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin di capai dalam penelitian ini, antara lain : 1) Untuk mengetahui dan menganalisis proses pengawasan terhadap penyalahgunaan visa kunjungan Overstay di Provinsi Bali 2) Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pengawasan visa kunjungan warga negara asing di Provinsi Bali.

11 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan terutama untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum imigrasi mengenai bentuk pengawasan terhadap penyalahgunaan Visa Kunjungan Overstay oleh warga negara asing di Provinsi Bali. b. Manfaat Praktis 1. Bagi penulis, penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan informasi dalam menganalisa serta sebagai suatu pemecahan masalah-masalah terhadap permasalahan-permasalahan yang penulis hadapi, khususnya mengenai penyalahgunaan Visa Kunjungan Overstay oleh warga negara asing di Provinsi Bali. 2. Bagi Petugas Keimigrasian hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam hal mengawasi warga negara asing yang masuk ke Bali 3. Indonesia khususnya Bali menggunakan visa kunjungan berlandaskan Undang-undang No. 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian 4. Bagi pembuat kebijakan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan sebagai bahan dalam mengambil dan membuat kebijakan yang akan dilaksanakan dalam upaya pengawasan terhadap penyalahgunaan visa kunjungan Overstay oleh warga negara asing.

12 Landasan Teoritis Negara Indonesia adalah negara hukum. Hukum menurut Sudikno Mertokusumo adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaanya dengan suatu sanksi 9. Istilah imigrasi adalah terjemahan dari bahasa belanda immgrate, yang berasal dari bahasa latin immgratio. Kata imigrasi terdiri dari dua suku kata yaitu in yang artinya dalam dan migrasi yang artinya pindah, datang, masuk atau boyong 10. Menurut kamus bahasa Indonesia praktis oleh Balkiah S.Farida, Imigrasi adalah hal pindah masuk ke negeri lain untuk menetap disana. 11 Jadi secara lengkap arti imigrasi adalah pemboyongan orang-orang masuk ke suatu negeri atau dengan kata lain imigrasi adalah pemindahan orang atau penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk menetap. 12 Kantor wilayah departemen hukum dan hak asasi manusia bali khususnya divisi imigrasi memiliki wewenang dalam mengatur lalu lintas orang asing yang singgah maupun tinggal dalam waktu tertentu. Adapun yang menjadi tiga fungsi imigrasi yang disebut dengan Tri Fungsi Imigrasi, yaitu : 1. Imigrasi sebagai aparatur pelayanan masyarakat 9 Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum,Sebuah Pengatar,Liberty,Yogyakarta,hal Abdullah Sjahriful (James), 1993, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Cet I, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal Balkiah S.Farida, Kamus Bahasa Indonesia Praktis, Anugrah, Surabaya, hal Anonim, 1989, Ensklopedia Nasional Indonesia, Jilid VII, PT Cipta Adi Pustaka, Cet I, Jakarta, hal.24.

13 13 2. Imigrasi sebagai aparatur sekuriti 3. Imigarasi sebagai aparatur penegak hukum 13 Menurut Undang-undang Keimigrasian dalam Pasal 1 angka 1, keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap warga negara asing di wilayah negara republik Indonesia. Dalam BAB III Undang-undang Keimigrasian yang mengatur tentang masuk dan keluar wilayah indonesia, dimana setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-undang Keimigrasian. Surat perjalanan atau yang lebih dikenal dengan paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Pasal 38 Undang-undang No.6 Tahun 2011 menyebutkan visa kunjungan diberikan kepada orang asing yang akan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain adapun Jenis-jenis Visa Kunjungan, antara lain : 1. Visa kunjungan saat kedatangan : Diberikan selama 30 (tiga puluh) hari dan dapat diperpanjang untuk 30 hari namun tidak dapat dialih statuskan. 13 Jhon Sarodja Saleh, 2008, Sekuriti Dan Intelejen Keimigrasian, Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, hal.13.

14 14 2. Bebas Visa Kunjungan Singkat : Jenis visa ini diberikan selama 30 (tiga puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang maupun dialihstatuskan. 3. Visa Kunjungan Beberapa Kali Perjalanan : Jenis visa ini tidak dapat diperpanjang maupun dialihstatuskan. Diberikan kepada orang asing yang akan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia berlaku untuk 1 (satu) tahun dengan setiap kali kunjungan tidak boleh lebih dari 60 (enam puluh) hari. Pelanggaran mengenai visa kunjungan yang tentunya harus disikapi oleh pemerintah khususya divisi keimigrasian kanwil Hukum dan HAM Bali. Berdasarkan Undang undang Keimigrasian divisi keimigrasian memiliki kewenang untuk menangani pelanggaran keimigrasian tersebut. Bahwa akibat hukum terhadap penyalahgunaan visa kunjungan bagi warga negara asing yang bekerja di Bali dapat dikenakan tindakan keimigrasian sesuai dengan Pasal 75 ayat (1) Undang undang Keimigrasian dimana pejabat imigrasi berwenang melakukan tindakan administratif keimigrasian terhadap orang asing yang berada diwilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau tidak menaati Peraturan Perundang-undangan. Adapun beberapa macam tindakan administratif keimigrasian yang dapat ditempuh oleh deivisi keimigrasian sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2) Undang undang Keimigrasian, tindakan administratif, keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

15 15 a. Pencatuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan; b. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal; c. Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia; d. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia; e. Pengguanaan biaya beban; dan/atau f. Deportasi dari wilayah Indonesia Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori pengawasan. Pengawasan menurut Lyndal F.Unwick adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan dan intruksi yang dikeluarkan. Fungsi pengawasan dilakukan terhadap perencanaan dan kegiatan pengawasan pelaksanaannya. Kegiatan pengawasan sebagai fungsi manajemen bermaksud untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan dilaksanakan. Keberhasilan perlu dipertahankan dan jika mungkin ditingkatkan dalam perwujudan manajeme/adminitrasi berikutnya dilingkunga suatu organisasi atau unit kerja tertentu. Sebaliknya, setiap kegagalan harus diperbaiki dengan menghindari penyebab baik dalam menyusun perencanaan maupun pelaksanaannya diakses pada pada tanggal 14 April

16 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian mengenai penyalahgunaan dokumen keimigrasian yang dilakukan berdasarkan atas pendekatan yang bersifat yuridis empiris. Istilah pendekatan adalah suatu hal mendekati atau mendekatkan. 15 Pendekatan secara yuridis empiris yaitu pendekatan melalui kajian-kajian permasalahan atau dasar hukum yang berlaku serta dikaitkan dengan praktek dimasyarakat. b. Jenis Pendekatan Pembahasan dalam penelitian ini akan di kaji dengan pendekatan Perundang-undangan ( the statue approach ), pendekatan analisis konseptual (analitycal and conceptual approach), dan pendekatan Fakta (The Fact Approach). Pendekatan Perundang-undangan dilakukan dengan menelaah peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini, kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang akan di bahas. Pendekatan konseptual, yaitu penelitian terhadap konsep-konsep hukum.seperti sumber hukum, fungsi hukum, lembaga hukum, dan sebagainya.pendekatan fakta dalam hal ini penulis juga melihat fakta fakta yang ada dilapangan kantor keimigrasian berkaitan dengan bentuk pengawasan terhadap penyalahgunaan visa kunjungan Overstay oleh warga negara asing di Bali. 15 Hillman Hadikusuma, 1995, Metode Pemberatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, cet I, Mandar Maju, Bandung,hal.60

17 17 c. Sifat Penelitian Sifat penelitian yaitu deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula didalamnya ilmu hukum yang bertujuan menggambarkan secara komferhensif gejala-gejala dalam masyarakat. Serta, menghubungkan antara gejala satu dengan gejala lainnya. 16 d. Bahan Hukum 1. Data primer adalah data yang bersumber dari suatu penelitian lapangan, yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancana langsung di kantor imigrasi provinsi Bali.. 2. Data sekunder, yaitu suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan. e. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi dokumen dan teknik wawancana (interview). mengenai teknik studi dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian yaitu UU No.6/2011, PP No.31/2013 serta bahan bacaan yang berkaitan dengan visa kunjungan. Sedangkan teknik wawancara menurut 16 Zainudin Ali, 2009, Merode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,hal.25.

18 18 Norman K.Densim dapatlah diartikan sebagai any face to conversational excange where one person elicits information from another 17 yang dimaksud dengan hal ini adalah segala bentuk percakapanan, dimana seseorang mendapatkan informasi dari orang lain. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden maupun informan yang dirancang atau telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dan dari jawaban ini diadakan pencatatan sederhana yang kemudian diolah dan dianalisa. f. Teknik Penenetuan Sampel Penelitian Teknik penentuan sampel penelitian dalam penelitian ini adalah dengan teknik non probability sampling khususnya dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ditentukan sendiri oleh si peneliti dengan mencari key information (informasi kunci) ataupun responden kecil yang dianggap mengetahui tentang penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. g. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan analisa kualitatif. Data yang diperoleh tersebut diolah menjadi rangkaian kata-kata yang bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus tidak di susun kedalam struktur klasifikasi, sehingga sampel lebih kepada non probabilitis. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancana dan observasi ke lapangan. 17 Sri mamuji, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 47.

19 19 Daftar Pustaka Buku Ali Zainudin, 2009, Merode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Anonim, 1989, Ensklopedia Nasional Indonesia, Jilid VII, PT Cipta Adi Pustaka, Cet I, Jakarta. Arie Muhammad, 1997, Komentar UU No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2011, Ketika Hukum Berhadapan Dengan Globalisasi, UB Press, Malang. Farida Balkiah S, Kamus Bahasa Indonesia Praktis, Anugrah, Surabaya. Hadikusuma Hillman, 1995, Metode Pemberatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, cet I, Mandar Maju, Bandung. Kusumaatmadja, Mochtar & Etty R. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, Bandung. Mertokusumo Sudikno, 1999, Mengenal Hukum, Sebuah Pengatar, Liberty, Yogyakarta. Saleh Jhon Sarodja, 2008, Sekuriti Dan Intelejen Keimigrasian, Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Jakarta. Santoso Imam, 2004, Perpektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Jakarta : UI Press. Sjahriful Abdullah (James), 1993, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Cet I, Ghalia Indonesia, Jakarta. Starke, J.G. 1992, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesembilan 2, Aksara Persara Indonesia, Jakarta. Sugono Bambang, 2005, Metodelogi Penelitian Hukum, Cet.7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

20 20 Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2013 tentang Keimigrasian Internet di akses pada tanggal 9 April pada pada tanggal 14 April 2015.

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering terjadi di dalam tindak pidana keimigrasian. Izin tinggal yang diberikan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan, baik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi setiap manusia di dalam melangsungkan kebutuhan hidupnya. Tanah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sri Sutarwati 1) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta Abstrak Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan luas perairan laut mencapai 5,8 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara

Lebih terperinci

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR oleh Pattun Nababan I Gusti Ngurah Wairocana Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal Warga Negara Asing di Wilayah RI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara serta kehidupan trans-nasional, gerak dinamis manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara serta kehidupan trans-nasional, gerak dinamis manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Menghadapi era globalisasi yang makin mengemuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan trans-nasional, gerak dinamis manusia dari suatu negara ke negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta diapit oleh dua benua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta diapit oleh dua benua yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan, dimana sifat wilayah Indonesia yang memiliki banyak pulau mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa negara

Lebih terperinci

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi Deportasi suatu istilah pinjaman berasal dari bahasa Inggris deportation

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu-lintas atau hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI. A. Warga Negara Asing Warga negara asing merupakan seseorang yang tinggal dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara. Sebagai sebuah subsistem

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau ke luar wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan hubungan Negara Republik Indonesia dengan

Lebih terperinci

Oleh. Roberta Kristine. Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi. Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Oleh. Roberta Kristine. Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi. Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK KEWENANGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PROVINSI BALI DALAM PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI WARGA NEGARA ASING SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL Oleh Roberta Kristine Anak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 31 TAHUN 1994 (31/1994) Tanggal: 14 OKTOBER 1994 (JAKARTA) Sumber: LN 1994/54; TLN NO. 3562 Tentang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

SKRIPSI BENTUK PENGAWASAN BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT (BVKS) OLEH KANTOR KEIMIGRASIAN KEPADA WARGA NEGARA ASING YANG TINGGAL DI INDONESIA

SKRIPSI BENTUK PENGAWASAN BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT (BVKS) OLEH KANTOR KEIMIGRASIAN KEPADA WARGA NEGARA ASING YANG TINGGAL DI INDONESIA SKRIPSI BENTUK PENGAWASAN BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT (BVKS) OLEH KANTOR KEIMIGRASIAN KEPADA WARGA NEGARA ASING YANG TINGGAL DI INDONESIA SUPERVISION OF VISA FREE SHORT VISIT BY IMMIGRATION DEPARTMENT

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA Oleh Ni Nyoman Ulan Yuktatma Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI

TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI Oleh : Ni Ketut Yuni Andayani Ni Nyoman Sukerti Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017 KAJIAN HUKUM TERHADAP AKTIVITAS WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN 1 Oleh : Natalia Lisa Maringka 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengawasan 2. 1. 1 Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan manajemen. Pengawasan merupakan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukan bumi sebagai dari bumi disebut tanah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran dalam pelaksanaan pencegahan dan penangkalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai sendi-sendi kehidupan di penjuru dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1697, 2014 KEMENKUMHAM. Izin Tinggal. Pemberian. Perpanjangan. Penolakan. Pembatalan. Prosedur Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATACARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN, PENOLAKAN DAN GUGURNYA IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN a. Maksud dan Tujuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/pariwisata)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/pariwisata) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

Keywords: Surveillance,Visa visit, Abuse, Overstayed ABSTRAK

Keywords: Surveillance,Visa visit, Abuse, Overstayed ABSTRAK BENTUK PENGAWASAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI PROVINSI BALI (STUDI KASUS DI KANTOR IMIGRASI KLAS I KHUSUS NGURAH RAI) Oleh Akbar Nugraha Putu Tuni CakabawaLandra Ida

Lebih terperinci

2017, No kekosongan hukum dalam hal penerapan sanksi yang efektif; d. bahwa terdapat organisasi kemasyarakatan tertentu yang dalam kegiatannya

2017, No kekosongan hukum dalam hal penerapan sanksi yang efektif; d. bahwa terdapat organisasi kemasyarakatan tertentu yang dalam kegiatannya No.138, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6084)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Hal ini berarti bahwa Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara maritim yang terdiri dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara maritim yang terdiri dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara maritim yang terdiri dari banyak pulau.. Hal ini sudah diketahui semua orang bahwa Indonesia merupakan negara persinggahan. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga

Lebih terperinci

BAB II SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR MENDAPATKAN IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DI INDONESIA

BAB II SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR MENDAPATKAN IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DI INDONESIA BAB II SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR MENDAPATKAN IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DI INDONESIA A. Imigran dan Imigran Illegal Negara Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan terletak dijalur perlintasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah mendukung atau penyandang kepentingan, kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Manusia dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Calling Visa. Penetapan Negara. Pemberian Visa. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMORM.HH-01.GR.01.06

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum dimana penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Negara hukum dalam kekuasaan pemerintahan berdasarkan kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 9/1992, KEIMIGRASIAN *7973 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 9 TAHUN 1992 (9/1992) Tanggal: 31 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/33; TLN NO.

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA Mira Novana Ardani miranovana@yahoo.com ABSTRAK Orang asing yang berkedudukan di Indonesia memerlukan tanah yang akan dijadikan tempat tinggal mereka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.hukumonline.com PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 Latar Belakang Pasal 1 angka 1 pada UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yaitu Keimigrasian

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya kendala-kendala yang menyebabkan terjadinya

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya kendala-kendala yang menyebabkan terjadinya BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan terhadap pokok permasalahan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya kendala-kendala yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474] UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 48 Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh Pejabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi di seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi di seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki milenium ketiga, yang ditandai dengan bergulirnya globalisasi di seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia dan berkembangnya teknologi dibidang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS. Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Menurut

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG DIBERIKAN FASILITAS BEBAS VISA KUNJUNGAN WISATA KANTOR IMIGRASI KELAS I PADANG

PROSEDUR PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG DIBERIKAN FASILITAS BEBAS VISA KUNJUNGAN WISATA KANTOR IMIGRASI KELAS I PADANG PROSEDUR PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG DIBERIKAN FASILITAS BEBAS VISA KUNJUNGAN WISATA KANTOR IMIGRASI KELAS I PADANG Muharmonth Pembimbing : Andi M Rifiyan Arief, SST. MM. Par

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA No.1833, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan. Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Oleh :Ria Elviana NPM : PembimbingI : I Putu Gede Seputra, SH. PembimbingII :Luh Putu Suryani, SH., MH.

Oleh :Ria Elviana NPM : PembimbingI : I Putu Gede Seputra, SH. PembimbingII :Luh Putu Suryani, SH., MH. PENEGAKAN HUKUM TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELANGGAR IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2011 Oleh :Ria Elviana NPM : 1310121169 PembimbingI : I Putu Gede Seputra, SH. PembimbingII :Luh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah Serangkaian tindakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu negara hukum setiap kegiatan kenegaraan atau pemerintahan wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak warganya, baik di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini dapat dilihat bahwa mata kuliah Hukum Islam telah menjadi mata kuliah dalam perguruan tinggi umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam peta dunia, maka akan tampak jelas wilayah negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam peta dunia, maka akan tampak jelas wilayah negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apabila kita melihat letak geografis wilayah negara Indonesia di dalam peta dunia, maka akan tampak jelas wilayah negara Indonesia merupakan suatu kesatuan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berusaha untuk benar-benar menjunjung tinggi hak asasi manusia, negara akan menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut ketentuan Pasal

Lebih terperinci