BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar tentang dunia sekitarnya dan belajar berkomunikasi dengan obyek,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar tentang dunia sekitarnya dan belajar berkomunikasi dengan obyek,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bermain Bermain tidak dapat dipisahkan dari dia anak atau dengan kata lain dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan haunl yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui bermain anak akan belajar tentang dunia sekitarnya dan belajar berkomunikasi dengan obyek, waktu, lingkungan yang berhubungan dengan orang lain. Juga dengan bermain anak akan belajar menghadapi berbagai macam stres. Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan komoditas tertentu misalnya keuntungan financial ( uang ). Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira, atau perasaan lainnya, sehingga dengan memberikan kebebasan bermain orang tua mengetahui suasana hati anak. 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konflik ( Miller B F, 1983 ). 6

2 7 Pengertian lain mengenai bermain disampaikan oleh Foster dan Pearden yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari orang tua maupaun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. 2. Teori-teori Tentang Bermain Bermain merupakan sebuah kesatuan yang komplek yang merupakan aktifitas spontan, unik, tidak direncanakan, dan aktif baik kemampuan motorik maupun kognitif. Ada enam macam teori bermain ( Suherman, 1999, hal 56 ) yaitu : a. Teori Rekreasi. Teori ini dikemukakan oleh Schaller pada tahun 1841 dan Lazarus pada tahun 1884 yang menyebutkan bahwa Permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran dan atau untuk beristirahat. Misalnya pada orang sibuk bekerja maka ia perlu bermain untuk mengembalikan energinya yang hilang dan kesegaran badannya b. Teori Kelebihan tenaga / Teori Pelepasan Teori ini dikemukakan oleh Herbert Spencer dari Inggris tahun 1968, bahwa Kegiatan bermain pada anak karena ada kelebihan

3 8 tenaga.dengan adanya tenaga yang berlebihan pada diri anak dapat dilepaskan melalui kegiatan bermain sehingga dalam diri anak tetap terjaga. c. Teori Atavistis Seorang psikolog dari Amerika yang bernama Stanley Hall pada tahun 1970 menyebutkan bahwa Didalam permainan akan timbul bentuk-bentuk perlaku seperti bentuk kehidupan yang pernah dialami oleh nenek moyang.contohnya bermain kelereng yang telah dilakukan sejak jaman Yunani kuno, tatap dilakukan sampai sekarang d. Teori Biolagis Tokoh teori ini Karl Gross dari Jerman pada tahun 1905 yang kemudian dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori pada tahun1907 dari Italia, teori ini mengatakan bahwa Permainan mempunyai tugas-tugas biologis untuk melatih bermacam-macam fungsi jasmani dan rohani. e. Teori Psikologi Dalam Orang yang merupakan tokoh dalam teori ini adalah Sigmund Freud tahun1961 dan Adler pada tahun1967. Menurut Freud Permainan merupakan bentuk pemuasan nafsu seksual di daerah bawah sadar. Sedangkan menurut Adler Permainan

4 9 merupakan nafsu di daerah bawah sadar yang bersumber dari adanya dorongan nafsu untuk berkuasa f. Teori Fenomenologi Teori ini dikemukakan oleh Prof. Kohnstamm dari Belanda pada tahun 1985, bahwa Permainan merupakan suatu fenomena atau gejala nyata, yang mengandung unsur suasana permainan, jadi tujuan bermain adalah permainan itu sendiri. 3. Pinsip-prinsip dalam aktifitas bermain Pada dasarnya aktivitas bermain pada anak tidak hanya dengan menggunakan alat permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya, seperti sentuhan,bercanda, belaian, dan lainnya, merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak, terutama pada tahun pertama kehidupannya.( Soetjiningsih, 1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagaimana berikut ini : a. Perlu ekstra energi Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan ( intake ) yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan

5 10 aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenuh. Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas bermain anak sakit yang bisa dilakukan adalah bermain pasif, misalmya, dengan nonton TV, mendengar musik, dan menggambar. b. Waktu yang cukup Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. c. Alat Permainan Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsur edukatif bagi anak. d. Ruang untuk bermain Aktivitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau

6 11 tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainannya. e. Pengetahuan cara bermain Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bernain dari alat permainan yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat. f. Teman bermain Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau oang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan. 4. Jenis Permainan

7 12 Dalam melaksanakan aktivitas bermain pada anak, usia dan tingkat perkembangan anak selalu harus dipertimbangkan, mengingat bahwa alat permainan yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi perkembanganya. Pada bagian ini, selain menjelaskan mengenai alat permainan akan dijelaskan pula mengenai klasifikasi bermain berdasarkan isi dan karakteristik sosial ( Wong, 1998 ). Isi bermain ditekankan atau diutamakan pada aspek fisik. Meskipun demikian hubungan sosial tidak dapat diabaikan. Bermain diawali dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Berdasarkan isinya, bermain dapat dibedakan menjadi permainan yang berhubungan dengan orang lain ( social effective play ), permainan yang berhubungan dengan kesenangan ( sense pleasure play ), permainan yang hanya memperhatikan saja ( unocupied behavior ), dan permainan ketrampilan ( skill play ). Berdasarkan karakteristik sosial, bermain merupakan interaksi antara anak dan orang dewasa yang dipengaruhi oleh usia anak. Pada tahuntahun pertama, anak lebih suka bermain sendiri. Tipe bermain berdasarkan karakteristik sosial diantaranya adalah permainan dengan mengamati teman-temannya bermain ( onlooker play ), permainan yang dimainkan sendiri ( solitary play ), permainan bersama teman tanpa interaksi ( parallel play ), permainan dengan bermain bersama tanpa tujuan kelompok ( associative play ), dan permainan dengan

8 13 bermain bersama yang diorganisir ( couperative play ). Pada bagian ini akan diberikan contoh mengenai alat-alat permainan sesuai usia, terutama untuk anak yang berusia 0-5 tahun berdasarkan isi dan karakter sosialnya. a. Masa Bayi ( 0-1 Tahun ) Stimulus yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai sejak dalam kandungan, misalnya dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu, gizi ibu yang mencukupi, dan menghindari pemicu stres yang mempengaruhi psikologis ibu. Setelah lahir, stimulus langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun pertama kehidupan, stimulus diberikan untuk perkembangan sensori motor, meskipun pada tahun-tahun berikutnya stimulasi ini tetap harus diberikan. Stimulasi yang diberikan melalui aktivitas bermain bertujuan untuk : 1) Melatih dan mengevaluasi reflek- reflek fisiologis 2) Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga 3) Melatih untuk mencari obyek yang tidak kelihatan 4) Melatih sumber asal suara 5) Melatih kepekaan perabaan

9 14 Contoh alat permaianan yang dianjurkan adalah benda yang aman untuk dimasukan kemulut, boneta orang / binatang yang lunak, mainan yang bersuara, bola dan lain-lain. Karakteristik permainan pada masa bayi berdasarkan isi adalah permainan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan permainan yang memberikan kesenangan pada anak. b. Masa Balita ( 2-3 Tahun ) Pada masa ini, anak cenderung untuk melekat pada satu macam mainan yang dapat diperlakukan sesuda anak tersebut. Tujuan bermain pada masa balita hádala : 1) Mengembangkan ketrampilan bahasa 2) Melatih motorik halus dan kasar 3) Mengembangkan kecerdasan ( mengenal warna, berhitung ) 4) Melatih daya imajinasi 5) Menyalurkan perasaan anak Alat permainan yang dianjurkan bagi anak pada masa ini, misalnya lilin yang dapat dibentuk, alat untuk menggambar, puzzle sederhana, manik-manik, dan alat- alat rumah tangga. Pada masa ini, keakuan anak sangat menonjol ( egosentris ) dan anak belum memahami makna dari memiliki, sehingga anak sering berebut

10 15 mainan karena masing-masing menganggap bahwa mainan itu adalah miliknya. Berdasarkan isi bermain, permainan anak pada masa ini tergolong dalam permainan untuk suatu ketrampilan ( skill play ) karena anak mulai berkembang fase otonomi ( kemandirian ) dan independennya ( kebebasan ). Berdasarkan karakteristik bermain, permainan pada masa ini termasuk permainan dengan bermain bersama teman tanpa interaksi ( parallel play ). Pada masa ini, anak kelihatan ingin berteman tetapi kemampuan sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak bermain secara spontan dan bebas serta dapat berhenti sesukanya. Koordinasi motorik masih kurang sehingga sering merusak mainannya. c. Masa Prasekolah Akhir ( 4-5 Tahun ) Pada masa ini, anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam permainan atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill play ) juga masih berkembang pada masa ini.

11 16 Berdasarkan karakteristik sosial, anak mulai bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan kelompok ( associative play ). Dalam hal ini anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya tujuan kompetisi. Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan permainan dengan kerja sama (cooperative play ). Alat permainan yang dianjurkan, misalnya, buku, majalah, alat tulis, / krayon, balok, dan aktivitas berenang. Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Dan pada masa ini, bermain mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan dan membedakan 2) Merangsang daya imajinasi 3) Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri 4) Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan kompetisi. 5) Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. d. Anak usia Sekolah ( 6-12 Tahun )

12 17 Pada anak usia 6-12 tahun ( sekolah ), anak mulai bermain dengan dimensi baru dimana anak tidak hanya senang dengan permainan fisik saja tetapi juga ketrampilan intelektual, fantasi serta mulai terlibat dengan kelompok. Karakteristik permainannya menjadi cooperative play. Jenis-jenis permainan pada usia 6-8 tahun yaitu puzzle, kartu, buku, alat untuk mencat / melukis, dan bersepeda, sedangkan pada anak yang berusia 8-12 tahun permainan yang dapat dilakukan adalah olah raga, membaca buku, mengumpulkan perangko, dan bermain kartu ( Suherman, 1999 ) 5. Persyaratan Alat Permainan Tidak semua alat permainan dapat digunakan untuk anak-anak sebagai alat untuk bermain, tetapi semua alat permainan harus memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya: a. Aman Alat permainan anak dibawah usia dua tahun tidak boleh terlalu kecil, warna catnya harus terang dan tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam,serta tidak ada bagianbagian yang mudah pecah. Karena pada umur ini anak mengenal benda disekitarnya dengan cara memegang, mencengkeram dan memasukan kedalam mulutnya. b. Ukuran dan berat alat permainan harus sesuai dengan usia anak

13 18 Jika ukuranya terlalu besar akan sukar dijangkau oleh anak, sebaliknya jika terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau alat permainan terlalu berat, anak akan sulit memindahkannya serta akan membahayakan apabila alat permainan itu jatuh dan mengenai anak. c. Disainnya harus jelas Alat permainan harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya. d. Kegunaan / fungsi alat permainan Alat permainan harus mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak. e. Bervariasi Alat permainan dapat dimainkan secara bervariasi ( dapat dibongkar pasang ), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi, dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan. f. Universal Alat permainan sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, alat permainan mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang. g. Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas.karena alat permainan berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan masyarakat, baik

14 19 yang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. Alat permainan bisa didesain sendiri asal memenuhi persyaratan. 6. Fungsi Bermain Pada Anak Telah disinggung diawal bahwa dunia anak tidak bisa dipisahkan dengan dunia bermain. Keduanya bersifat universal disemua bangsa dan budaya. Diharapkan bahwa dengan bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, Wong ( 1995 ) menjelaskan bahwa bermain pada anak hendaknya mempunyai fungsi-fungsi berikut ini : a. Perkembangan sensori motor Aktivitas sensori motor merupakan bagian yang berkembang paling dominan pada masa bayi. Perkembangan sensori motor ini didukung oleh stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil ( sentuhan ), dan stimulasi kinetik. Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan direspons dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya. Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak. Anak akan meningkatkan

15 20 perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya. Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk memberikan mainan berwarna warni pada usia tiga bulan pertama. Stimulasi pendengaran ( stimulasi auditif ) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya ( verbal ), terutama pada tahun kehidupannya. Memberikan sentuhan ( stimulus taktil ) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayang yang diperlukan pada anak. Stimulus semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak seingga anak akan lebih responsif dan berkembang. Stimulasi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang berbeda. b. Perkembangan Kognitif ( intelektual ) Anak belajar mengenal warna, bentuk / ukuran, tekstur dari berbagai macam obyek, angka, dan benda. Anak belajar untuk merangkai kata, berpikir abstrak, dan memahami hubungan ruang seperti naik, turun, di bawah, dan terbuka. Aktivitas bermain juga dapat membantu perkembangan ketrampilan dan mengenal dunia nyata atau fantasi. c. Sosialisasi Sejak awal masa anak-anak, bayi telah menunjukan ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain, terutama terhadap ibu. Dengan bermain, anak akan mengembangkan dan memperluas

16 21 sosialisasi, belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul, mengenal nilai-nilai moral dan etika, belajar mengenai apa yang salah dan benar, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Pada tahun pertama, anak hanya mengamati obyek disekitarnya. Pada usia 2-3 tahun, biasanya anak suka bermain peran sebagai ayah, ibu dan lain-lain. Pada usia prasekolah, anak lebih banyak bergabung dengan kelompok sebayanya dan mempunyai teman fafori. d. Kreativitas Tidak ada situasi yang lebih menguntungkan / menyenangkanuntuk berkreasi daripada bermain. Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya. Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan berbeda, ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.namun demikian, orang tua yang bercerai, orang tua yang sibuk bkerja, atau orang tua tunggal dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk bermain secara spontan dan perkembangan imajinasinya. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkungan yang mendukung. e. Kesadaran Diri Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri. Anak

17 22 belajar untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang lain. Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya. f. Nilai- nilai Moral Anak belajar mengenai perilaku yang benar dan salah dari lingkungan rumah maupun sekolah. Interaksi dengan kelompoknya memberikan makna pada latihan moral mereka. Jika masuk kedalam suatu kelompok, anak harus mentaati aturan, misalnya, kejujuran. g. Nilai Terapeutik Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan. Dengan bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atas situasi sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia nyata. 7. Bermain Di Rumah Sakit Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, masa bermain anak merupakan aktivitas yang sangat diperlukan untuk stimulus tumbuh kembangnya. Bagaimana dengan anak yang berada di rumah sakit? Apakah mereka juga perlu bermain? Jawabannya adalah perlu. Akan tetapi, perlu diperhatikan sejauh mana kemampuan anak dalam melakukan aktivitas.

18 23 Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres. Sering kali terjadi bahwa setelah anak dirawat di rumah sakit, aspek tumbuh kembangnya diabaikan. Petugas hanya memfokuskan pada bagaimana agar penyakitnya sembuh. Setelah pulang, orang tua mengeluh bahwa anaknya menjadi regresi ( kekanak-kanakan ), padahal sebelum sakit lebih mandiri dan tumbuh normal seperti teman sebayanya. Supaya anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu perhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Anak tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan, dan alat- alat permainannya lebih sederhana. Misainya, menyusun balok, membuat kraft ( kerajinan tangan ), dan menonton TV. b. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Orang tua boleh membawamainan dari rumah. Tetapi, mainan harus berada dalam kondisi bersih. c. Sesuai dengan kelompok usia. Untuk rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya waktu bermain perlu dijadwalkan dan dikelompokan sesuai dengan

19 24 usia, karena kebutuhan bermain berbeda antara anak dengan usia yang lebih rendah dengan anak berusia lebih tinggi. d. Tidak bertentangan dengan terapi. Apabila program terapi mengharuskan anak untuk beristirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan di tempat tidur. Anak jangan diperbolehkan turun dari tempat tidur, meskipun ia kelihatannya mampu. e. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga. Anak yang dirawat di rumah sakit sebaiknya jangan dibiarkan sendiri. Aturan rumah sakit yang melarang orang tua menunggui anaknya bertentangan dengan aspek tumbuh kembang anak. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi. Hospitalisasi adalah menempatkan seseorang di rumah sakit untuk dirawat (Gayatri,1990). Pelaksanaan aktivitas bermain di rumah sakit, memerlukan keterlibatan petugas kesehatan, termasuk tenaga perawat yang mungkin bertugas di bagian anak. Untuk itu perlu upaya-upaya sebagai berikut : 1) Menyediakan alat permainan.

20 25 Dalam menyediakan alat permainan, syarat-syarat permainan yang edukatif tetap perlu diperhatikan. Apabila perlu, orang tua diperbolehkan untuk membawa mainan anak dari rumah. 2) Menyediakan tempat bermain Karena anak berada di rumah sakit, hendaknya disediakan ruangan khusus untuk bermain. Apabila tidak memungkinkan, maka bermain bisa dilaksanakan di tempat tidur. Hal tersebut diperlukan untuk menghindari infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit 3) Dalam pelaksanaannya, aktivitas bermain di rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas kesehatan dengan dibantu oleh orang tua. Alat- alat permainan perlu dikelompokan berdasarkan bahannya. Bahan yang beresiko menimbulkan trauma, jangan dicampur dengan bahan yang tidak berbahaya. Selain itu, adanya faktor penghambat atau pendukung perlu diperhatikan agar permasalahan yang timbul dapat dicari solusinya. 4) Pada tahun pertama, anak hanya mengamati obyek disekitarnya. Antara usia 2-3 tahun, umumnya anak bermain peran sebagai ibu, ayi, dokter, pasien, atau pelanggan.

21 Pada usia prasekolah, anak lebih banyak bergabung dengan kelompok sebayanya dan mempunyai teman favorit. 26 B. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut pendapat Hammer dan Organ (1978) bahwa : Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami, dan mengolah segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Manusia dalam mengorganisasikan dan memberi arti pada suatu rangsangan selalu menggunakan inderanya melalui proses mendengar, melihat, meraba, merasakan dan mencium, yang dapat terjadi secara terpisah-pisah atau serentak. Bagaimana segala sesuatu mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan mempengaruhi pula perilaku yang dilihnya.(dikutip oleh Adam,2000). Menurut pendapat Gibson (1990) bahwa Persepsi adalah fungsi dan cara seseorang memandang sesuatu. Seseorang mengamati suatu obyek psikologis seperti : gagasan, kejadian, atau situasi tertentu yang diwarnai oleh kepribadiannya (Gibson, 1990, hal 17) Dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah kemampuan seseorang dalam menggambarkan rangsangan atau obyek psikologis seperti gagasan, kejadian atau situasi tertentu yang ditangkap melalui

22 27 panca indranya ( melihat, mendengar, merasakan, meraba dan mencium ) secara terpisah-pisah atau serentak sehingga didapatkan gambaran yang jelas atau respon seseorang tentang rangsangan yang diterimanya dan menjadi dasar perilaku seseorang. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi perawat tentang bermain. Menurut Mar at (1981) bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala / wawasan dan pengetahuan. Sedangkan menurut David dan Richard (1977) dikatakan bahwa Persepsi dipengaruhi oleh faktor personal, faktor situasional dan perhatian ( dikutip dari Jalaludin, 1986, hal 64 ). a. Faktor personal berasal dari kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Yang menentukan persepsi adalah karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. David dan Harari (1968) mengatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi biasa disebut kerangka rujukan, yang berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami. b. Faktor situasional yang menentukan persepsi berasal dari sifat stimulasi fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan. Menurut teori Gestalt apabila mempersepsi sesuatu harus mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Dalam memahami peristiwa harus dipahami secara keseluruhan bukan fakta-fakta yang terpisah ( Jalaludin, 1986 )

23 28 C. Perawat 1. Pengertian Perawat Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 mendefinisikan bahwa Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Menurut Departemen Kesehatan mendefinisikan bahwa : Perawatan adalah suatu pelayanan esensiil yang diberikan olehperawat berdasarkan cinta kasih kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat dan khususnya yang mempunyai masalah kesehatan dalam usaha mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin meliputi upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan potensi yang ada. ( Depkes RI, 1991 ) Jadi dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan suatu pendidikan keperawatan pada berbagai tingkat pendidikan dari sekolah perawat kesehatan sampai sarjana keperawatan yang telah memenuhi syarat dan diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan cinta kasih kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang mempunyai masalah kesehatan, meliputi upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan potensi yang ada dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

24 29 2. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Hasil lokakarya nasional keperawatan 1983 peran perawat yang utama ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling komplek kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. b. Pengelola dalam bidang pelayanan dan institusi pendidikan keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik didalam masyarakat maupun didalam institusi, dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. c. Pendidikan dalam Ilmu Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan, khususnya pelayanan, pendidikan, dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan dibidang kesehatan dengan cara berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan. Diantara keempat peran perawat tersebut, hanya dua peran yang dilaksanakan oleh perawat di ruang anak yaitu sebagai pelaksana

25 30 pelayanan keperawatan dan pengelola pelayanan keperawatan. Dalam melaksanakan peran sebagai pelaksana keperawatan, perawat berusaha memberi rasa aman dan kenyamanan, menjamin agar hak dan kewajiban pasien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan, menjadi mediator antara pasien dengan anggota tim kesehatan lain, dan mengembalikan fungsi tubuh agar dapat berfungsi normal. Fungsi perawat dalam perawatan kesehatan anak di rumah sakit pada unit rawat inap adalah : 1) Mempersiapkan dan memelihara kebersihan pasien dan lingkungannya. 2) Menerima pasien baru. 3) Menjelaskan kepada anak / orang tua tentang ruang perawatan, lingkungan, peraturan-peraturan yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan pasien. 4) Menciptakan hubungan yang manusiawi baik dengan anak dan keluarga. 5) Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien. d. Karakteristik perawat.

26 31 Manusia sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang bebeda, seperti : umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, maupun pengalamannya. Perawat juga merupakan individu yang memiliki karakteristik berbeda yang mempengaruhi persepsinya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak secara komprehensif. 1) Umur Sejak lahir manusia telah memiliki organ-organ perseptual seperti mata,telinga, mulut, hidung, tangan dan organ perseptual lainnya yangtelah dianugerahkan oleh Tuhan. Organ-oragan perseptual ini berkembang sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Jalaludin ( 1986 ) bahwa Umur sebagai unsur biologis dari seseorang menunjukan tingkat kematangan organ-organ fisik pada manusia terutama organ-organ perseptual sehingga proses persepsi dapat berlangsung Hal ini sesuai dengan pendapat Adam ( 2000 ) yang mengatakan bahwa Proses persepsi ditentukan oleh faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri.

27 32 Konsep diri seseorang mulai timbul sejak manusia dilahirkan dan mencapai tahap kematangan pada usia dewasa. Sedangkan pada usia lanjut akan akan kembali mengalami penurunan. 2) Status dan usia perkawinan Orang mendapatkan pengalaman dari sesuatu yang pernah dilakukan seperti pengalaman dalam hubungan perkawinan. Orang yang telah menikah biasanya memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam menjalin hubungan dengan pasangan dan seluruh keluarga pasangannya bahkan pengalaman dalam hidup bermasyarakat. Dengan bertambahnya usia perkawinan seseorang akan bertambah pula pengalaman seseorang dalam memberikan perawatan pada anak dari hasil perkawinannya dan tentunya akan mempengaruhi juga persepsi seseorang. Status dan usia perkawinan sangat mempengaruhi pengalaman seseorng yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mar at ( 1981 ) yang mengatakan bahwa Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala / wawasan dan pengetahuan ( Jalaludin, 1986 ) 3) Tingkat Pendidikan

28 33 Pendidikan merupakan suatu proses berulang tanpa henti untuk mengatasi berbagai konflik sosial. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi unsur kognitif seperti : persepsi, proses belajar dan pemecahan pesoalan atau pemilihan perilaku tetapi juga merubah nilai-nilai seperti : persepsi, minat, perasaan dan sikap. Pendapat Juster ( 1984 ) mengatakan bahwa Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan seorang pekerja. Melalui pendidikan akan menghasilkan perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang. Pearlin dan Kohn ( 1966 ) mengatakan bahwa : Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi mempunyai keinginan untuk mengembangkan dirinya sedangkan mereka yang berasal dari tingkat pendidikan yang rendah cenderung untuk mempertahankan tradisi yang sudah ada. Oleh karena itu perawat yang mempunyai keinginan mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan yang dimilikinya dapat ditempuh melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan. 4) Pengalaman Kerja Lama kerja biasanya dikaitkan dengan waktu seseorang mulai bekerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak

29 34 pengalaman yang didapatkan selama bekerja. Menurut Adam ( 2000 ) bahwa Pengalaman merupakan salah satu faktor didalam diri manusia yang sangat menentukan tahap penerimaan rangsang pada saat proses persepsi berlangsung Pengalaman bekerja seorng perawat yang berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang didapat selama menjalankan tugas. Orang yang berpengalaman akan memiliki persepsi yang baik tentang pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Priharjo ( 1995 ) bahwa Orang yang berpengalaman selalu akan lebih pandai daripada mereka yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman. Pengalaman seorang perawat dapat diperoleh selama melaksanakan tugas sebagai perawat. Semua tambahan pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tertentu akan membuat perawat memiliki persepsi yang baikdalam melaksanakan peran dan fungsi sebagai perawat di ruang anak.

30 B. KERANGKA TEORITIS 35 Setelah memperhatikan seluruh tinjauan teori maka disusun kerangka teoritis sebagai berikut : Individu Karakteristik - Umur - Status perkawinan - Tingkat pendidikan - Pengalaman kerja Faktor-faktor Situsional - Sifat stimulassi fisik - Efek-efek saraf PERSEPSI PERAWAT BERMAIN Faktor-faktor perhatian - Faktor Biologis - Faktor Sosiopsikologis

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Konsep Bermain 1.1. Defenisi Bermain Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1995). Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1995). Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi (Suherman, 1995). Anak memiliki

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 DENNY ACHSANUL HAK DESI SIAGIAN DESY SELVIA RAHMAWATI DEWA AYU RAHMA W.S. DWI NOVITA SARI ERFANDY HABIBI LENI DAWATI PAULINA I.D RIDHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,

Lebih terperinci

PEDIATRIC NURSING PERMAINAN PADA ANAK USIA PRESCHOOL

PEDIATRIC NURSING PERMAINAN PADA ANAK USIA PRESCHOOL PEDIATRIC NURSING PERMAINAN PADA ANAK USIA PRESCHOOL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 ANGGOTA KELOMPOK : ARDIYAD MYRNANITA (105070209111030) DWI ARI SHANDY W.P (105070209111032) FRANSISKUS SARE (105070209111051)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Bermain a. Pengertian Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK Defenisi Bermain adalah : Cara ilmiah bagi anak untuk Cara ilmiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (Miller.P.F.& Klane,1989)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

BAB II DASAR PEMIKIRAN. BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1. Definisi Anak www.sumberdalem.com Setiap orang pernah merasakan masa anak-anak, dimana pada masa itulah rasa ingin tahu yang tinggi muncul dan berkembang. Untuk menjadi pribadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat BAB V PEMBAHASAN Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara baby spa dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, keluarga bahkan negara. Maka seorang anak sudah seharusnya di jaga dan di asuh dengan baik. Pengasuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik merupakan proses belajar bagaimana tubuh menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik dirasakan sepanjang daur kehidupan

Lebih terperinci

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 KOMPETENSI INTI Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat, dan minat anak usia dini KOMPETENSI

Lebih terperinci

Mengenali Perkembangan Balita

Mengenali Perkembangan Balita Mengenali Perkembangan Balita (sebagai dasar bagi usaha pengembangan bangsa yang berkualitas) Oleh : Sutji Martiningsih Wibowo Pelatihan Deteksi Dini dan Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Tanggal 19 Desember

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan. rasa, dan raba (Notoatmodjo, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan. rasa, dan raba (Notoatmodjo, 1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

FUNGSI BERMAIN 03/02/2016

FUNGSI BERMAIN 03/02/2016 Pengertian Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk memperolehkesenangan dan bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social. (Depdikbud, 1983) 1 FUNGSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran (KBBI, 2011). Budiman (2014) mengatakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Lingkungan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang pendidikan menitikberatkan pada perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak-anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Setiap anak adalah unik yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Anak bukanlah orang dewasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas tentang desain dan jenis penelitian, subyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, fokus studi dan definisi operasional, instrumen penelitian dan langkah-langkah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E. 1211011066 PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 RENCANA PROSES PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN Pada Anak Di Ruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN Pada Anak Di Ruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN Pada Anak Di Ruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak Program Pendidikan Profesi Keperawatan (Ners) PSIK SSG Yogyakarta Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN KAKAT DESA KAKAT PENJALIN KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai gelar sarjana Keperawatan Oleh : SARWI PUJIATI NIM : G2A208032 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI REFERENSI 1. Tumbuh Kembang Anak Soetjiningsih EGC Jakarta, 1995 2. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan ---- Herawati Mansur, Salemba Medika 2009 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pelekatan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

Lebih terperinci

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY A.PENGERTIAN ANAK USIA DINI Dalam Wikipedia Indonesia, Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka atau sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masingmasing anak berbeda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang akan terus terjadi secara berkesinambungan selama kehidupan manusia (Susanto, 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang ASUH ; gizi, perawatan dasar imunisasi, ASIpengobatan bila sakit, kebersihan diri dan lingkungan, sandang, olah tubuh,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH A. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang

Lebih terperinci