PEMAHAMAN TERHADAP MUSEUM TRANSPORTASI DARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMAHAMAN TERHADAP MUSEUM TRANSPORTASI DARAT"

Transkripsi

1 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP MUSEUM TRANSPORTASI DARAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa pemahaman yang berkaitan dengan Museum Transportasi Darat, kajian terhadap proyek sejenis, serta spesifikasi umum tentang Museum Transportasi Darat di Bali. 2.1 Pemahaman Terhadap Museum Pengertian Museum Secara etimologi kata Museum diambil dari Bahasa Yunani Klasik yaitu Muze yang berarti kumpulan Sembilan Dewi sebagai lambang ilmu dan kesenian (Wikipedia Indonesia). Saat ini, pengertian museum memiliki arti yang luas berdasarkan pemikiran setiap individu maupun lembaga. Berikut beberapa pengertian museum menurut beberapa para ahli dan lembaga. ( Museum Transportasi Darat di Bali 6

2 1. Menurut A. C. Parker (Ahli Permuseuman Amerika), Museum adalah sebuah lembaga yang secara aktif melakukan tugas menjelaskan dunia, manusia, dan alam. 2. Menurut International Council of Museum, Museum adalah lembaga non profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah manusia yang berwujud benda dan tidak benda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan. 3. Menurut Amir Sutaarga, Museum adalah tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasi bukti materil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya. 4. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat (1), Museum adalah lembaga sebagai tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya untuk menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian museum adalah suatu lembaga yang bersifat tetap dengan tujuan memamerkan, merawat, menyimpan, mengumpulkan, mengamankan, meneliti dan mengkomunikasikan benda benda sejarah hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang berfungsi sebagai sarana edukasi, rekreasi dan budaya Fungsi, Peranan dan Tugas Museum Adapun fungsi, peranan dan tugas museum menurut Amir Sutaarga dalam bukunya yang berjudul Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum yaitu : 1. Fungsi Museum Sebagai sarana dokumentasi, sebagai sarana peragaan, sebagai sarana edukasi, sebagai sarana penelitian dan kajian, sebagai sarana rekreasi dan konservasi. 2. Peranan Museum Pembinaan pelestarian kebudayaan, media pendidikan non formal, menunjang kegiatan pendidikan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, museum sebagai lembaga yang melayani kepentingan masyarakat. Museum Transportasi Darat di Bali 7

3 3. Tugas Museum Memberikan pelayanan edukatif, penyampaian sumber informasi kepada pengunjung, melakukan pengumpulan, preservasi, dan konservasi, menyelenggarakan pameran yang atraktif dan informatif, menyelenggarakan kegiatan yang bersifat mendidik bagi pengunjung, melaksanakan penelitian terhadap koleksi yang dimiliki Klasifikasi Museum Jenis museum diklasifikasikan menurut status hukum, ruang lingkup wilayah, dan disiplin ilmu seperti pada tabel 2.1. (Sutaarga, 1983) Berdasarkan Status Hukum Museum Pemerintah Museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Museum Swasta Museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pihak swasta baik itu perseorangan maupun yayasan. Sumber : Sutaarga, Persyaratan Museum Tabel 2.1 : Klasifikasi Museum Berdasarkan Ruang Berdasarkan Disiplin Ilmu Lingkup Wilayah Museum Nasional Museum Umum Museum yang koleksinya Museum yang koleksinya terdiri berasal, mewakili, dan dari kumpulan bukti materil berkaitan dengan seluruh manusia dan lingkungannya wilayah Indonesia yang yang berkaitan dengan berbagai bernilai nasional. cabang seni, disiplin ilmu dan Museum Provinsi Museum yang koleksinya berasal, mewakili, dan berkaitan dengan wilayah provinsi tertentu. Museum Lokal Museum yang koleksinya berasal, mewakili, dan berkaitan dengan wilayah kabupaten / kotamadya tertentu. teknologi. Museum Khusus Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti materil manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Menurut Amir Sutaarga dalam bukunya yang berjudul Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, terdapat persyaratan persyaratan berdirinya sebuah museum yang meliputi : 1. Persyaratan Lokasi a. Lokasi strategis yaitu mudah dijangkau oleh jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan. b. Lokasi tidak berada di daerah industri yang banyak terdapat polusi udara. Museum Transportasi Darat di Bali 8

4 c. Lokasi tidak berada dekat dengan daerah pantai untuk menghindari proses penggaraman yang dapat menimbulkan kerusakan pada koleksi. d. Lokasi tidak berada di daerah yang rawan gempa dan tidak dekat dengan getaran seperti jalan raya yang dilalui oleh kendaraan angkutan berat yang dapat menimbulkan kerusakan pada koleksi. 2. Persyaratan Bangunan a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai fungsi dan aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanannya. b. Pintu masuk utama diperuntukan bagi pengunjung dan pintu masuk khusus diperuntukan bagi pengelola museum. c. Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi yaitu perpustakaan dan ruang rapat. d. Area privat terdiri dari laboratorium konservasi, studio preparasi, dan storage. e. Area publik terdiri dari ruang pameran, auditorium, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby, dan tempat parkir. f. Bangunan utama sebagai kegiatan pameran harus memuat benda benda koleksi yang dipamerkan, mudah dalam pencapaian baik dari luar maupun dalam, memiliki daya tarik sebagai bangunan utama, dan memiliki sistem keamanan yang baik. g. Bangunan auditorium harus mudah dicapai oleh umum, dan dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi serta ceramah. h. Bangunan khusus terletak di tempat yang kering, mempunyai pintu masuk khusus, memiliki sistem keamanan yang baik. i. Bangunan administrasi terletak pada lokasi yang strategis baik dalam pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya. 3. Persyaratan Ruang a. Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan penghawaan di dalam museum harus diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Kelembaban pada ruangan adalah 50% dengan suhu 21 0 C C dan intensitas cahaya sebesar 50 lux. Gambar pencahayaan alami pada museum dapat dilihat pada gambar 2.1. Museum Transportasi Darat di Bali 9

5 b. Ergonomi dan Tata Letak Gambar 2.1 : Penggunaan Cahaya Alami pada Museum Sumber : Sutaarga, 1983 Perletakan koleksi pada ruang pameran museum harus diperhatikan untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati dan mengapresiasi koleksi yang dipamerkan seperti pada gambar 2.2. Gambar 2.2 : Perletakan Panel Koleksi pada Museum Sumber : Sutaarga, 1983 Koleksi dua dimensi mempunyai arah pandang satu arah, dan koleksi tiga dimensi mempunyai arah pandang dari segala arah. Oleh karena itu, sistem penyajian yang dinikmati dari satu arah pandang ditata dalam satu bidang, sistem penyajian yang dinikmati dari dua arah pandang ditata berderet, dan sistem penyajian yang dinikmati dari segala arah pandang ditata secara berkelompok atau tunggal. Display koleksi 2D dan 3D dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 : Display Koleksi 2D dan 3D Sumber : Neufert, 2002 Museum Transportasi Darat di Bali 10

6 c. Jalur Sirkulasi di dalam Ruang Pameran Jalur sirkulasi di dalam ruang pameran harus dapat menyampaikan informasi kepada pengunjung dan membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran seperti pada gambar Koleksi Museum Gambar 2.4 : Sirkulasi Ruang Pameran Sumber : Sutaarga, 1983 Koleksi merupakan sesuatu yang akan dipamerkan di museum yang disajikan di ruang pameran, disimpan di gudang, dan dilestarikan di ruang konservasi atau dikaji di ruang peneliti. 1. Prinsip dan Persyaratan Sebuah Koleksi (Rapini, 1994) a. Memiliki nilai sejarah, nilai ilmiah dan nilai estetika. b. Dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, fungsi, makna dan asal secara historis. 2. Jenis Benda Koleksi ( a. Benda asli yaitu benda yang mempunyai nilai sejarah, ilmiah dan estetika serta dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, fungsi dan sebagainya. b. Benda reproduksi yaitu benda buatan baru dengan cara meniru benda asli. Macam macam benda reproduksi antara lain, Replika (benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki sifat sifat benda yang ditiru), Miniatur (benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentuk dan warna yang sama dengan benda asli), dan Referensi (diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku mengenai sejarah dan lainnya. c. Benda penunjang yaitu benda yang dapat dijadikan pelengkap pameran untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan seperti lukisan, dan foto. Museum Transportasi Darat di Bali 11

7 3. Penataan Koleksi Museum (Direktorat Museum, 2010) a. Tematik yaitu menyajikan koleksi dengan tema dan sub tema. b. Taksonomik yaitu menyajikan koleksi museum dalam suatu kelompok atau sistem klasifikasi. c. Kronologis yaitu menyajikan koleksi menurut jamannya yaitu dari jaman dulu hingga sekarang. 4. Penyajian Koleksi Museum a. Metode Penyajian (Depdiknas, 2000) Terdapat tiga macam metode penyajian koleksi museum yaitu Metode Intelektual adalah cara penyajian koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti, dan fungsi koleksi museum. Metode Romantik adalah cara penyajian koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan koleksi yang dipamerkan. Sedangkan Metode Estetik adalah cara penyajian koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada koleksi museum. b. Standar Metode Penyajian (Depdikbud Dirjen Kebudayaan, 1993/1994) 1) Ukuran Vitrin dan Panil Standar ukuran vitrin dan panil menyesuaikan dengan tinggi rata rata orang Indonesia, dengan tinggi vitrin 210 cm, alas terendah cm, dan tebal 50 cm. 2) Tata Cahaya Benda koleksi anorganik bebas dari ukuran cahaya. Benda koleksi organik yang peka terhadap cahaya seperti lukisan, tekstil tidak boleh melebihi 50 lux, sedangkan benda koleksi organik yang kurang peka terhadap cahaya seperti kayu, bambu dapat mencapai 150 lux. Pencahayaan pada ruang pameran dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 : Pencahayaan pada Ruang Pameran Sumber : Neufert, 2002 Museum Transportasi Darat di Bali 12

8 3) Tata Warna Untuk ruang pameran menggunakan warna netral seperti warna krem, abu abu, dan warna pastel. 4) Tata Letak Untuk membuat tata letak yang baik harus memperhatikan proporsi, keseimbangan, kesatuan, kontras, harmonis, ritme dan klimaks seperti pada gambar ) Tata Pengamanan Gambar 2.6 : Tata Letak Berdasarkan Sudut Pandang dan Jarak Pandang Manusia Sumber : Neufert, 2002 Pengamanan pada koleksi museum menggunakan kaca vitrin agar tahan terhadap benturan, dan menahan debu / kotoran yang masuk ke dalam koleksi serta mencegah dari bahaya pencurian. Selain penggunaan vitrin pada koleksi, di ruang pameran dipasang peralatan pengamanan seperti kamera JE 7542 Vidichip CCD, TV Monitor, Passive Infra Red, dan Flush Mound Door Contact. 6) Labelling / Penamaan Label merupakan sarana komunikasi untuk memberikan informasi mengenai koleksi museum kepada pengunjung. Label untuk pameran dibedakan menjadi label judul, subjudul, pengantar, kelompok dan individu. 7) Foto Penunjang Foto foto penunjang diletakkan dekat dengan koleksi museum dengan ukuran standar yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. 5. Perawatan Koleksi Museum Beberapa faktor yang dapat merubah kondisi koleksi museum. (Sutaarga, 1983) Museum Transportasi Darat di Bali 13

9 a. Iklim dan Lingkungan Iklim di Indonesia umumnya lembab dengan curah hujan yang cukup tinggi. Iklim yang terlalu lembab menyebabkan berkembangnya jamur dan bakteri pada koleksi. Kelembaban relatif pada ruang pameran adalah 50% dengan suhu 21 0 C C. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh udara di kota yang tercemar dengan polusi. Salah satu cara mengurangi dampak polusi yaitu dengan memanfaatkan fungsi taman lindung. b. Cahaya Cahaya sangat mempengaruhi koleksi yang dipamerkan pada museum. Jenis koleksi anorganik umumnya tidak peka terhadap cahaya tetapi jenis koleksi organik sangat peka terhadap cahaya. Lampu pijar paling banyak mengeluarkan ultra violet / radiasi yang dapat menimbulkan perubahan bahan dan warna pada koleksi, sedangkan lampu fluorescent paling rendah mengeluarkan radiasi. Jenis lampu halogen dan fluorescent dapat dilihat pada gambar 2.7. c. Serangga dan Mikroorganisme Gambar 2.7 : Jenis Lampu Halogen dan Fluorescent Sumber : Neufert, 2002 Cara mencegah kerusakan benda koleksi akibat serangga ataupun mikroorganisme yaitu dengan cara fumigasi berupa jenis zat kimia yang menguap pada suhu biasa, misalnya paradichiro benzene, carbon disulphine, carbon tetrachloride. Selain itu dapat dilakukan penyemprotan insektisida yang berupa larutan mengandung DDT, gammexane, mercuric chloride, dan lain lain Jenis Pameran Museum Berdasarkan pengertian, jangka waktu pelaksanaan, serta jenis dan sifatnya, pameran museum dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : (Akram, 1993) Museum Transportasi Darat di Bali 14

10 1. Pameran Tetap Pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun dengan tema pameran sesuai dengan jenis, visi, dan misi museum. 2. Pameran Khusus atau Temporer Pameran yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat antara mingguan hingga bulanan yang bertujuan untuk menunjang pameran tetap. 3. Pameran Keliling Pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik koleksi dalam jangka waktu tertentu dan dikelilingkan dari suatu tempat ke tempat lainnya Struktur Organisasi Museum Berdasarkan kepemilikannya museum dibedakan menjadi dua yaitu museum pemerintah dan museum swasta. Kedua museum tersebut mempunyai struktur organisasi dan cara kerjanya masing masing. Adapun contoh bagan struktur organisasi museum pemerintah, swasta dan pengelolaan museum secara umum. (Sutaarga, 1983) 1. Struktur Organisasi Museum Pemerintah (lihat gambar 2.8) Badan Pemerintah Unit Pembinaan Teknis Permuseuman Museum Museum Museum Museum Gambar 2.8 : Struktur Organisasi Museum Pemerintah Sumber : Sutaarga, Struktur Organisasi Museum Swasta (lihat gambar 2.9) Badan Pendiri Badan Penasehat Badan Pengawas Badan Pengurus Museum Gambar 2.9 : Struktur Organisasi Museum Swasta Sumber : Sutaarga, 1983 Museum Transportasi Darat di Bali 15

11 3. Struktur Organisasi Pengelolaan Museum (lihat gambar 2.10) Kepala Museum Sub Bagian Tata Usaha Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi Kelompok Tenaga Fungsional Preparasi / Konservasi Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan / Edukatif Pengelola museum terdiri dari : Gambar 2.10 : Struktur Organisasi Pengelolaan Museum Sumber : Sutaarga, 1983 a. Kepala Museum, penanggung jawab museum. b. Tenaga Tata Usaha, menangani bidang kearsipan, kepegawaian, keuangan, dan registrasi koleksi. c. Tenaga Pengelola Koleksi, menangani koleksi museum. d. Tenaga Konservasi, merawat koleksi museum. e. Tenaga Preparasi, mengatur penyajian pameran. f. Tenaga Bimbingan, mempublikasikan koleksi museum kepada publik Pengunjung Museum 1. Kategori pengunjung yang datang ke museum dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (Sutaarga, 1991/1992) a. Pengunjung pelaku studi yang menguasai bidang ilmu tertentu yang berkaitan dengan koleksi museum untuk menambah wawasan mereka. b. Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, yang tertarik akan suatu hal berkaitan dengan koleksi museum. c. Pengunjung yang bertujuan rekreasi untuk mencari kesenangan. 2. Motivasi pengunjung yang datang ke museum dibedakan berdasarkan kepentingannya yaitu : (Direktorat Museum, 2010) a. Pengunjung yang ingin melihat lihat koleksi museum (estetis). b. Pengunjung yang ingin melihat pameran museum yang dapat membawa ke alam lain dari lingkungan mereka sehari hari (romantik). c. Pengunjung yang datang ke museum untuk kepentingan ilmiah atau studi. Museum Transportasi Darat di Bali 16

12 d. Pengunjung yang datang hanya sekedar untuk rekreasi dan menambah wawasan kebudayaan. 2.2 Pemahaman Terhadap Transportasi Darat Pengertian Transportasi Darat Menurut (Kadir, 2006), transportasi berasal dari Bahasa latin yaitu transportare, trans yang berarti seberang, dan portare berarti mengangkut dan membawa. Jadi transportasi adalah suatu kegiatan yang mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian transportasi menurut (Steenbrink, 1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari tempat yang terpisah ( Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan transportasi merupakan suatu kegiatan memindahkan barang atau penumpang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan dengan sarana maupun tanpa sarana. Menurut (Warpani, 1990), transportasi darat merupakan alat transportasi yang beroperasi di darat. Transportasi darat sering dianggap dengan transportasi jalan raya ( Jadi transportasi darat adalah perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan dengan menggunakan kendaraan yang berlangsung di darat atau di jalan raya Sejarah Penemuan Alat Transportasi Darat Transportasi darat yang ada saat ini telah mengalami banyak perkembangan, baik dalam segi bentuk / model, teknologi, dan kemampuannya. Dari masa ke masa, alat alat transportasi darat terus mengalami penyempurnaan. (Wismulyani, 2008) 1. Penemuan Roda Sebelum ditemukannya roda, manusia hanya mengandalkan kakinya untuk bepergian. Jangkauan perjalanan manusia dalam sehari pulang balik, paling banyak hanyalah 24 hingga 32 km. Selanjutnya, kendaraan darat yang pertama adalah batang pohon yang dilubangi dan digunakan oleh pemburu zaman batu untuk membawa bangkai binatang ke tempat tinggalnya. Sekitar 5000 tahun sebelum masehi, alat angkutan darat ini berkembang menjadi eretan yaitu papan datar di atas tandu yang digunakan oleh orang Mesir seperti pada gambar Museum Transportasi Darat di Bali 17

13 Gambar 2.11 : Penggunaan Eretan oleh Bangsa Mesir Sumber : Wismulyani, 2008 Penemuan roda pertama kali ditemukan di Sungai Tigris dan Eufrat sekitar 3500 SM oleh bangsa Sumeria. Mereka membuat sebuah kereta jenazah dengan menggunakan dua buah roda berdiameter 60 cm. Roda tersebut terbuat dari papan yang disambung dengan kayu melintang lalu dibulatkan dengan perkakas tembaga primitif jaman dulu. Kereta tersebut tidak bisa dibelokkan ke kiri dan ke kanan, jika dibelokkan kereta tersebut harus diangkat dan digeser. (lihat gambar 2.12) 2. Perkembangan Roda Gambar 2.12 : Roda Kayu Bangsa Sumeria Sumber : Wismulyani, 2008 Seiring perkembangan jaman, manusia mulai menyempurnakan bentuk roda yang ditemukan oleh bangsa Sumeria. Roda pada jaman kuno, mencapai puncak teknologinya pada masa kekaisaran Romawi. Pada masa itu ditemukannya kereta kuda untuk kegiatan berperang seperti pada gambar Penemuan Kendaraan Bermesin Gambar 2.13 : Kereta Perang Bangsa Romawi Sumber : Kendaraan bermesin pertama kali ditemukan pada saat Revolusi Industri. Perkembangan roda pun ditunjang dengan penemuan mesin uap yang ditemukan Museum Transportasi Darat di Bali 18

14 oleh James Watt. Adanya roda dan mesin uap mengubah sejarah perkembangan transportasi, dengan ditandai adanya penemuan kereta api yang bertenaga uap. Sejak saat itu, manusia mulai menggunakan mesin untuk menjalankan kendaraan mereka Perkembangan Transportasi Darat di Indonesia Perkembangan transportasi darat di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari masa ke masa. Berikut dijelaskan beberapa alat transportasi darat di Indonesia dari masa ke masa menurut Endar Wismulyani dalam bukunya yang berjudul Transportasi di Indonesia dari Masa ke Masa. 1. Kereta dengan Tenaga Binatang Awalnya bangsa Indonesia menggunakan kereta kuda sebagai alat transportasi yang digunakan oleh kaum bangsawan pada masa itu. Penggunaan transportasi kereta kuda dan sapi saat ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat. Tetapi di beberapa wilayah Indonesia masih ditemukan alat transportasi ini seperti di Jawa yang disebut dengan Andong dan di Bali disebut dengan Dokar. (lihat gambar 2.14) 2. Sepeda Gambar 2.14 : Transportasi Dokar dan Pedati Sumber : Wismulyani, 2008 Di Indonesia perkembangan sepeda dibawa oleh kolonial Belanda pada saat itu mereka menggunakan sepeda sebagai alat transportasi di Indonesia. Perkembangan sepeda saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat untuk kegiatan olahraga yang mengalami perubahan bentuk / model sepeda yang berbeda dari sepeda jaman dulu. Sepeda klasik / kuno yang diproduksi oleh Eropa dari tahun keluaran dikenal di Indonesia dengan berbagai sebutan seperti sepeda onthel, jengki, kumbang dan sundung. (lihat gambar 2.15) Gambar 2.15 : Perubahan Bentuk Sepeda dari Masa ke Masa Sumber : Wismulyani, 2008 Museum Transportasi Darat di Bali 19

15 Variasi sepeda onthel diklasifikasikan berdasarkan gender, alat angkut, dan desain rangka. ( a. Gender, sepeda onthel dibedakan menjadi sepeda pria / opa fiets (lihat gambar 2.16), dan sepeda wanita / oma fiets (lihat gambar 2.17). Gambar 2.16 : Sepeda Pria / Opa Fiets Sumber : Gambar 2.17 : Sepeda Wanita / Oma Fiets Sumber : b. Alat angkut, sepeda onthel dibedakan menjadi sepeda angkut ringan / transport fiets (lihat gambar 2.18), dan sepeda angkut berat / bak fiets (lihat gambar 2.19). Gambar 2.18 : Sepeda Angkut Ringan Sumber : Gambar 2.19 : Sepeda Angkut Berat Sumber : c. Desain rangka, sepeda onthel dibedakan menjadi sepeda rangka silang / kruisframe fiets (lihat gambar 2.20), dan sepeda rangka angsa / swan fiets (lihat gambar 2.21). Gambar 2.20 : Sepeda Rangka Silang Sumber : Gambar 2.21 : Sepeda Rangka Angsa Sumber : Museum Transportasi Darat di Bali 20

16 3. Mobil Mobil merupakan kendaraan beroda empat yang sudah menggunakan mesin. Sejarah mobil dimulai ketika ditemukan kendaraan tenaga uap pada abad XVIII. Mobil pertama kali ada di Indonesia dimiliki oleh Sunan Solo dan Sultan Bone dengan jenis Mobil Benz Phaeton dari Jerman yang dibuat pada tahun 1894 seperti pada gambar Seiring perkembangan waktu, berbagai jenis mobil masuk ke Indonesia dengan model dan beragam merek. 4. Kereta Api Gambar 2.22 : Mobil Benz Phaeton dari Jerman Sumber : Wismulyani, 2008 Sejarah perkeretaapian dimulai saat ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap yang disebut dengan kuda besi. Kemudian Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkai dengan kereta. Selanjutnya George Stephenson melakukan penyempurnaan pada lokomotif sehingga lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak. (lihat gambar 2.23 dan 2.24) Gambar 2.23 : Lokomotif Karya Richard Trevithic dan George Stephenson Sumber : Wismulyani, 2008 Gambar 2.24 : Kereta Api Pertama di Indonesia Sumber : Museum Transportasi Darat di Bali 21

17 5. Becak Becak merupakan alat transportasi beroda tiga yang berada di Indonesia. Kapasitas transportasi ini adalah dua orang penumpang dan satu orang pengemudi. Di Indonesia terdapat dua jenis becak yang digunakan yaitu becak dengan pengemudi di belakang yang biasanya ada di Jawa seperti Yogyakarta, Surakarta, Bandung dan kota di Jawa lainnya. Selain itu terdapat becak dengan pengemudi di samping atau di depan yang biasanya ditemukan di Sumatra. Becak ini biasanya menggunakan sepeda sebagai kemudi ataupun sepeda motor. (lihat gambar 2.25 dan 2.26) Gambar 2.25 : Becak dengan Pengemudi di Belakang dan di Samping Sumber : Wismulyani, Bemo Gambar 2.26 : Becak dengan Pengemudi di Depan Sumber : Wismulyani, 2008 Bemo merupakan salah satu jenis becak motor yang ada di Indonesia. Bemo mulai beroperasi sejak tahun 1961 hingga sampai saat ini. Bemo dapat ditemukan di beberapa daerah di Jakarta dan Bandung. Kapasitas bemo sekitar 7 orang. Gambar transportasi bemo dapat dilihat pada gambar Gambar 2.27 : Transportasi Bemo Sumber : Wismulyani, 2008 Museum Transportasi Darat di Bali 22

18 7. Bajaj Bajaj merupakan kendaraan beroda tiga yang banyak ditemui di Jakarta. Sebenarnya bajaj berasal dari India, dan nama bajaj sendiri merupakan merek salah satu perusahaan otomotif di India yaitu Bajaj Auto. Kapasitas penumpang bajaj adalah dua orang. (lihat gambar 2.28) 8. Kancil Gambar 2.28 : Transportasi Bajaj Sumber : Wismulyani, 2008 Kancil merupakan singkatan dari Kendaraan Angkutan Niaga Cilik Irit Lincah. Kancil adalah sebuah kendaraan bermotor beroda empat yang merupakan hasil modifikasi atau gabungan dari bemo dan bajaj. Karena bemo dan bajaj tidak diizinkan lagi beroperasi di Jakarta, maka terciptalah mobil kancil. Kapasitas penumpang mobil kancil yaitu tiga orang. Transportasi ini dapat digunakan dalam jangkauan jarak yang dekat. (lihat gambar 2.29) 9. Trem Gambar 2.29 : Transportasi Kancil Sumber : Wismulyani, 2008 Transportasi ini mulai beroperasi di Jakarta pada masih Jakarta dikenal dengan nama Batavia. Awalnya trem menggunakan tenaga kuda, selanjutnya menggunakan tenaga uap, dan kemudian diganti menggunakan tenaga listrik yang dikenal dengan trem listrik. Pada tahun 1960, presiden Soekarno menghentikan operasi trem karena Museum Transportasi Darat di Bali 23

19 dianggap tidak cocok berada di Jakarta ( Gambar trem dapat dilihat pada gambar Helicak Gambar 2.30 : Transportasi Trem Sumber : Helicak merupakan singkatan dari helicopter dan becak. Transportasi ini mulai beroperasi di Jakarta pada tahun Kapasitas transportasi ini yaitu dua orang penumpang dengan pengemudi dibagian belakang. Helicak dilarang beroperasi lagi pada tahun 1987 karena kecelakaan lebih rentan dialami oleh penumpang ( Gambar helicak dapat dilihat pada gambar Oplet Gambar 2.31 : Transportasi Helicak Sumber : Oplet sudah ada sejak tahun 1950an. Transportasi ini mempunyai dua bagian yaitu bagian untuk supir dengan pintu samping dan bagian belakang untuk penumpang. Lantai dan jendela oplet terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari seng. Ijin operasi transportasi ini sudah dicabut sejak tahun 1979 ( Gambar oplet dapat dilihat pada gambar Gambar 2.32 : Transportasi Oplet Sumber : Museum Transportasi Darat di Bali 24

20 12. Bus Tingkat Transportasi ini sudah ada sejak tahun 1980an dan berhenti beroperasi tahun Hal tersebut dikarenakan tingkat keamanan yang kurang maksimal dan tidak stabil karena posisi titik beratnya yang tinggi, sehingga hanya bisa beroperasi di jalan yang datar ( Gambar bus tingkat dapat dilihat pada gambar Jenis Mobil Klasik di Indonesia Gambar 2.33 : Transportasi Bus Tingkat Sumber : Berikut akan dipaparkan beberapa jenis mobil klasik yang sempat beroperasi di Indonesia yang memiliki nilai sejarah seperti pada tabel 2.2. ( Tabel 2.2 : Jenis Mobil Klasik di Indonesia No Nama Mobil Tahun Keterangan Gambar 1 Buick Mobil Kepresidenan pertama RI 2 Chrysler Imperial 1938 Mobil keluarga Presiden Soekarno yang digunakan untuk menjemput anak anaknya yang bersekolah di Perguruan Cikini 3 Cadillac Mobil koleksi Presiden Soekarno 4 Chaika Gaz Mobil yang digunakan oleh Soekarno Museum Transportasi Darat di Bali 25

21 5 Chrysler Crown Imperial 1962 Mobil koleksi Presiden Soekarno 6 Chrysler Windsor 1961 Mobil koleksi Presiden Soekarno 7 De Soto Mobil yang digunakan oleh Wakil Presiden RI Moh. Hatta 8 Mercedes Benz Mobil Presiden Soekarno yang digunakan dalam mengemban tugas kenegaraan 9 Morris Mini Cooper 1959 Mobil koleksi Presiden Soekarno 10 Oldsmobile Mobil koleksi Presiden Soekarno 11 Lincoln Cosmopolitan 1948 Mobil koleksi Presiden Soekarno 12 Zil Mobil koleksi Presiden Soekarno 13 Ford Thunderbird 1950 Mobil milik Soekarno yang diberikan kepada istrinya Dewi Soekarno Sumber : Jenis Sepeda Motor Klasik di Indonesia Berikut akan dipaparkan beberapa jenis sepeda motor klasik yang sempat beroperasi di Indonesia sebelum tahun 1965 seperti pada tabel 2.3. ( Museum Transportasi Darat di Bali 26

22 Tabel 2.3 : Jenis Sepeda Motor Klasik di Indonesia No Nama Motor Tahun Negara Produksi Gambar 1 Ducati 1956 Italia 2 HMW 1949 Austria 3 Zundapp 1951 Jerman 4 Norton 1952 Inggris 5 Ariel 1944 Inggris 6 Jawa (Janecek & Wanderer) 1929 Ceko 7 Puch 1953 Austria 8 Triumph 1951 Inggris 9 BMW 1950 Jerman Museum Transportasi Darat di Bali 27

23 10 Harley Davidson 1951 Amerika Serikat 11 Vespa 1954 Italia Sumber : Tinjauan Proyek Sejenis Museum Subak Sanggulan 1. Lokasi Museum Subak Sanggulan Museum Subak Sanggulan terletak di Jalan Gatot Subroto, Desa Sanggulan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. 2. Jam Operasional Museum Subak Sanggulan Museum Subak Sanggulan buka setiap hari yaitu dari hari senin sampai minggu dari pukul wita, sedangkan khusus untuk hari jumat buka sampai pukul wita. 3. Jumlah Kunjungan Museum Subak Sanggulan Jumlah kunjungan teramai biasanya pada bulan Mei Juni saat para siswa liburan semester. Sedangkan pada bulan Januari April, kunjungan wisatawan ke Museum Subak Sanggulan tidak terlalu ramai seperti pada tabel 2.4. Tabel 2.4 : Jumlah Kunjungan Museum Subak Sanggulan Tahun 2015 No Bulan Mancanegara Domestik Jumlah 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Total Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 28

24 4. Koleksi Museum Subak Sanggulan Koleksi Museum Subak berjumlah 250 buah yang terdiri dari alat pertanian tradisional Bali seperti alat pemotong, penumbuk padi, dan pembajak sawah. Selain itu terdapat miniatur rumah petani tradisional Bali. 5. Fasilitas Museum Subak Sanggulan a. Museum Terbuka menampilkan Miniatur Sistem Irigasi Subak. (lihat gambar 2.34) Gambar 2.34 : Miniatur Sistem Irigasi Subak Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 b. Ruang Pameran menampilkan benda benda pertanian yang digunakan oleh petani tradisional Bali dulu hingga saat ini. (lihat gambar 2.35 dan 2.36) Gambar 2.35 : Gedung Ruang Pameran Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Gambar 2.36 : Ruang Pameran Museum Subak Sanggulan Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 c. Ruang Audio Visual menampilkan film Subak yang menceritakan aktivitas Subak di Bali. (lihat gambar 2.37) Museum Transportasi Darat di Bali 29

25 Gambar 2.37 : Ruang Audio Visual Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 d. Rumah Petani Tradisional Bali yang menampilkan miniatur rumah tradisional Bali yang merupakan fungsi penunjang museum ini. e. Ruang Tata Usaha dan Perpustakaan (lihat gambar 2.38) Gambar 2.38 : Ruang Tata Usaha dan Perpustakaan Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Gambar 2.39 : Denah Ruang Pameran Museum Subak Sanggulan Sumber : Museum Subak Sanggulan 6. Suasana Museum Subak Sanggulan Tampilan bangunan Museum Subak Sanggulan masih menerapkan langgam Arsitektur Tradisional Bali baik dari segi konsep, ornamen dan material. Museum Transportasi Darat di Bali 30

26 Suasana pada ruang pameran terkesan natural dengan permainan warna cokelat dan putih pada elemen lantai, dinding dan plafon. Untuk sirkulasi ruang pameran menggunakan pola menyebar, yaitu pengunjung yang datang langsung bebas berkeliling melihat koleksi, jadi tidak diarahkan untuk melihat koleksi yang satu dengan koleksi yang lainnya. 7. Struktur Organisasi Museum Subak Sanggulan (lihat gambar 2.40) KA. UPTD Kelompok Jabatan Fungsional KA. TU Staf Staf Staf Staf Museum Bali 1. Lokasi Museum Bali Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar tepatnya di Jalan Let.Kol Wisnu, Denpasar, Bali. 2. Jam Operasional Museum Bali Museum Bali buka dari hari Senin Minggu yaitu dari pukul wita. Sedangkan khusus untuk hari Jumat museum ini buka dari pukul wita. 3. Jumlah Kunjungan Museum Bali Jumlah kunjungan teramai Museum Bali pada saat liburan semester yaitu sekitar bulan juni. Sedangkan setiap harinya pengunjung yang datang ke museum, selain berkunjung ke museum untuk melihat koleksi, pengunjung yang datang ke museum ini untuk keperluan foto prawedding. 4. Koleksi Museum Bali Koleksi yang terdapat dalam Museum Bali berupa koleksi pra sejarah, sejarah, peralatan senjata, rumah tangga dan upacara, seni rupa, tari dan tabuh, naskah kuno dan uang bolong. Gambar 2.40 : Struktur Organisasi Museum Subak Sanggulan Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 31

27 5. Fasilitas Museum Bali a. Ruang Informasi dan Tiket (lihat gambar 2.41) Gambar 2.41 : Ruang Informasi dan Tiket Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 b. Ruang Gedung Timur Atas dan Bawah (lihat gambar 2.42) Gambar 2.42 : Ruang Gedung Timur Atas dan Bawah & Ruang Pameran Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 c. Ruang Gedung Buleleng (lihat gambar 2.43) Gambar 2.43 : Ruang Gedung Buleleng & Ruang Pameran Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 d. Ruang Gedung Karangasem (lihat gambar 2.44) Gambar 2.44 : Ruang Gedung Karangasem & Ruang Pameran Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 32

28 e. Ruang Gedung Tabanan (lihat gambar 2.45) Gambar 2.45 : Ruang Gedung Tabanan & Ruang Pameran Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober Suasana Museum Bali Gambar 2.46 : Denah Museum Bali Sumber : Seraya, 1984 Tampilan dan bentuk bangunan Museum Bali masih mencirikan Arsitektur Tradisional Bali dengan adanya saka / tiang sebagai struktur bangunan dan juga material yang digunakan yaitu material lokal. Suasana ruang pameran masih sangat terasa unsur tradisinya. Elemen ruang menggunakan bahan dan warna yang memberikan kesan tradisional seperti pada elemen lantai menggunakan terakota berwarna cokelat kemerahan dan juga ukiran ukiran kayu pada area vitrin. Untuk sirkulasi ruang pameran bersifat linier, jadi pengunjung diarahkan untuk melihat koleksi seperti pada ruang Gedung Karangasem. 7. Struktur Organisasi Museum Bali (lihat gambar 2.47) Kepala Sub. Bag. TU Seksi Koleksi dan Konservasi Seksi Edukasi dan Preparasi Gambar 2.47 : Struktur Organisasi Museum Bali Sumber : Observasi Lapangan, 8 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 33

29 2.3.3 Museum Becak Indonesia 1. Lokasi Museum Becak Indonesia Museum Becak Indonesia terletak di Jalan Mertanadi Kompleks Pertokoan Sunset Paradise No. 169 Kuta, Badung, Bali. 2. Jam Operasional Museum Becak Indonesia Museum Becak Indonesia buka dari hari Senin Sabtu. Pada hari Senin Jumat, museum ini buka dari pukul wita. Sedangkan untuk hari Sabtu, buka dari pukul wita. 3. Jumlah Kunjungan Museum Becak Indonesia Pengunjung yang datang ke Museum Becak adalah orang orang yang menginap di Hotel Losari. Karena museum ini berada dalam satu gedung dengan Hotel Losari. Tetapi masyarakat umum juga dapat berkunjung ke museum ini untuk melihat koleksi becak yang ada di Indonesia. 4. Koleksi Museum Becak Indonesia Koleksi yang dipamerkan di dalam museum ini yaitu berbagai jenis becak yang ada di Indonesia, antara lain : Becak Makassar, Becak Surabaya, Becak Pekalongan, Becak Ambon, Becak Semarang, Becak Yogyakarta, Becak SMK Yogyakarta, dan Becak Anak anak. 5. Fasilitas Museum Becak Indonesia a. Lobby Hotel yang Dijadikan Ruang Pameran Indoor (lihat gambar 2.48 & 2.49) Gambar 2.48 : Museum Becak Indonesia Sumber : Observasi Lapangan, 11 Oktober 2015 Gambar 2.49 : Ruang Pameran Indoor Sumber : Observasi Lapangan, 11 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 34

30 b. Swimming Pool yang Dijadikan Ruang Pameran Outdoor (lihat gambar 2.50) c. Restoran d. Ruang Rapat Gambar 2.50 : Ruang Pameran Outdoor Sumber : Observasi Lapangan, 11 Oktober Suasana Museum Becak Indonesia Gambar 2.51 : Denah Museum Becak Indonesia Sumber : Observasi Lapangan, 11 Oktober 2015 Tampilan bangunan Museum Becak Indonesia terkesan modern karena museum ini merupakan satu gedung dengan area hotel. Suasana pada ruang pameran juga berkesan mewah dan penggunaan dominan berwarna putih sehingga memberikan kesan bersih dan elegan. Untuk sirkulasi ruang pameran menggunakan pola linier yang mengarahkan pengunjung untuk melihat koleksi dari ruang pameran indoor ke ruang pameran outdoor Museum Angkut 1. Lokasi Museum Angkut Museum Angkut terletak di Jalan Terusan Sultan Agung No. 2, Kota Batu, Jalan Sultan Agung, Kecamatan Batu, Jawa Timur. Museum ini dibangun di atas lahan seluas 3,7 Hektar. Museum Transportasi Darat di Bali 35

31 2. Jam Operasional Museum Angkut Museum Angkut buka setiap hari Senin Minggu dari pukul waktu setempat. 3. Jumlah Kunjungan Museum Angkut Jumlah kunjungan teramai yang datang ke Museum Angkut biasanya pada saat hari raya Lebaran Idul Fitri. Kunjungan wisatawan yang datang ke museum ini mengalami peningkatan dua kali lipat dari hari biasanya yaitu mencapai lebih dari 2500 orang. 4. Koleksi Museum Angkut Koleksi yang dipamerkan di dalam Museum Angkut ini adalah berbagai alat transportasi tradisional dan modern di seluruh penjuru dunia baik itu alat transportasi darat, laut dan udara. Koleksi Museum Angkut meliputi sarana transportasi lokal asli Indonesia baik itu bermesin maupun tidak bermesin, sarana transportasi import, sarana transportasi original, sarana transportasi replika maupun modifikasi, sarana transportasi miniatur, foto foto transportasi lama atau baru, dan suku cadang kendaraan lama. 5. Fasilitas Museum Angkut a. Zona Museum Zona zona yang terdapat di dalam Museum Angkut seperti Zona Hall Utama, Zona Edukasi, Zona Pecinaan Batavia, Zona Gudang Batavia, Zona Gangster Town, Zona Paris, Zona Jerman, Zona Italia, Zona Istana Buckingham, Zona London, Zona Las Vegas, dan Zona Hollywood. (lihat gambar ) Gambar 2.52 : Zona Hall Utama dan Zona Edukasi Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Gambar 2.53 : Zona Pecinaan Batavia dan Gudang Batavia Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 36

32 Gambar 2.54 : Zona Gangster Town dan Zona Italia Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 b. Pasar Apung Gambar 2.55 : Zona London dan Zona Hollywood Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Pasar Apung menjual berbagai souvenir dan merchandise Museum Angkut, serta berbagai kerajinan dan lukisan Kota Batu. Selain itu pasar ini juga menjual berbagai makanan khas nusantara. (lihat gambar 2.56) c. Fasilitas Pendukung Gambar 2.56 : Pasar Apung Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Fasilitas pendukung yang terdapat di dalam Museum Angkut seperti loket tiket, informasi, museum gift shop, cafetaria, tempat istirahat & area merokok, toilet umum, ATM Centre, dan mobil pengantar gratis. (lihat gambar 2.57) Gambar 2.57 : ATM Centre dan Mobil Pengantar Gratis Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Museum Transportasi Darat di Bali 37

33 6. Suasana Museum Angkut Gambar 2.58 : Denah Museum Angkut Sumber : Observasi Lapangan, 24 Oktober 2015 Tampilan bangunan Museum Angkut terkesan modern. Suasana ruang pameran sesuai dengan tema pada masing masing zona, seperti Zona Italia yang mencerminkan suasana pada kota Italia dengan gaya arsitekturnya, begitu juga dengan zona lainnya. Untuk sirkulasi ruang pameran menggunakan pola linier yang mengarahkan pengunjung untuk melihat koleksi dari zona satu ke zona lainnya hingga keluar dan menuju Pasar Apung LeMay America s Car Museum 1. Lokasi LeMay America s Car Museum LeMay America s Car Museum berlokasi di 2702 E D St, Tacoma, Washington, Amerika Serikat. Museum ini memiliki luas lahan sekitar 3,5 Hektar. 2. Jam Operasional LeMay America s Car Museum LeMay America s Car Museum buka setiap hari Senin Minggu dari pukul waktu setempat. ( 3. Koleksi LeMay America s Car Museum Koleksi museum ini menampilkan 350 jenis mobil klasik seperti Cadillac 1906, Regal , Oakland , Ford Deluxe 1942, Duesenberg Model J tahun 1930, Buick Riviera 1963, hingga Chevrolet Corvette Sting Ray ( Museum Transportasi Darat di Bali 38

34 4. Fasilitas LeMay America s Car Museum a. Ruang Pameran (Lantai 4) (lihat gambar 2.59 dan 2.60) Gambar 2.59 : LeMay America s Car Museum Sumber : b. Area Teater (Lantai 3) c. Speed Zone (Lantai 2) d. Ruang Auto Club (Lantai 1) e. Ruang Perjamuan f. Ruang Pertemuan g. Ruang Penyimpanan Mobil h. Café / Restoran i. Ruang Keluarga Gambar 2.60 : Ruang Pameran LeMay America s Car Museum Sumber : Gambar 2.61 : Denah LeMay America s Car Museum Sumber : Museum Transportasi Darat di Bali 39

35 5. Suasana LeMay America s Car Museum Tampilan bangunan LeMay America s Car Museum terkesan modern dengan bentuknya yang setengah lingkaran. Suasana ruang pameran terkesan natural dengan penggunaan kayu pada dinding dan plafon, juga elemen lantai yang menggunakan material berwarna cokelat. Untuk sirkulasi ruang pameran menggunakan pola linier dengan penataan koleksi yang sejajar Simpulan Tinjauan Proyek Sejenis Setelah melakukan tinjauan terhadap 5 proyek sejenis, maka dapat disimpulkan mengenai aspek aspek dari masing masing museum yang akan dijabarkan pada tabel 2.5. Aspek Museum Subak Sanggulan Tabel 2.5 : Simpulan Tinjauan Proyek Sejenis Proyek Sejenis Museum Bali Museum Becak Museum Angkut Indonesia LeMay America s Car Museum Washington, AS Lokasi Museum Kabupaten Tabanan Kota Denpasar Kabupaten Badung Malang, Jawa Timur Status Museum Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta Swasta Tingkat Tingkat Provinsi Tingkat Nasional Tingkat Nasional Tingkat Nasional Tingkat Museum Nasional Kategori Khusus Subak di Umum Khusus Becak Umum Khusus Mobil Museum Bali Klasik Koleksi Alat Pertanian Becak Khas Mobil Klasik di Museum Tradisional Bali Indonesia Dunia Fasilitas Museum Suasana Museum Museum Terbuka R. Pameran R. Audio Visual R. Rumah Petani Tradisional Bali R. Tata Usaha Tampilan dan suasana ruang yang masih tradisional Koleksi Pra Sejarah, sejarah, peralatan senjata, upacara, kesenian Ruang Tiket Gedung Timur Gedung Buleleng Gedung Karangasem Gedung Tabanan Kantor Pengelola Tampilan dan suasana ruang yang masih tradisional Ruang Pameran Indoor Ruang Pameran Outdoor Restoran Hotel Swimming Pool Lobby Ruang Rapat Tampilan dan suasana ruang yang terkesan modern Alat Transportasi Tradisional dan Modern Zona Museum Pasar Apung Fasilitas Pendukung Tampilan modern dengan suasana ruang yang menyesuaikan dengan tema R. Pameran Area Teater Speed Zone R. Auto Club R. Perjamuan R. Pertemuan R. Penyimpanan Mobil Café / Restoran R. Keluarga Tampilan modern dengan suasana ruang yang terkesan natural 2.4 Spesifikasi Umum Museum Transportasi Darat di Bali Berdasarkan data data mengenai teori teori tentang museum dan alat transportasi darat serta tinjauan proyek sejenis, maka diperoleh beberapa spesifikasi umum proyek mengenai Museum Transportasi Darat di Bali yang menguraikan tentang Museum Transportasi Darat di Bali 40

36 pengertian, tujuan, karakteristik pelaku dan kegiatan, klasifikasi Museum Transportasi Darat, koleksi museum, dan fasilitas museum Pengertian Museum Transportasi Darat Museum Transportasi Darat merupakan sebuah lembaga yang mengumpulkan, menjaga, merawat, memamerkan dan memberikan informasi tentang perkembangan alat transportasi darat di Indonesia dari masa ke masa baik itu transportasi tradisional dan modern yang sempat beroperasi di Indonesia Tujuan Museum Transportasi Darat Secara umum tujuan pengadaan Museum Transportasi Darat antara lain : 1. Memberikan informasi kepada pengunjung mengenai perkembangan alat transportasi darat di Indonesia dari masa ke masa. 2. Melestarikan alat alat transportasi darat di Indonesia yang memiliki nilai sejarah agar tidak hilang karena perkembangan jaman. 3. Melakukan pengumpulan, preservasi, dan konservasi mengenai koleksi alat transportasi darat di Indonesia Karakteristik Pelaku / Civitas dan Kegiatan Karakteristik pelaku / civitas dan kegiatan secara umum dalam perancangan Museum Transportasi Darat sapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Wisatawan Para wisatawan mancanegara dan domestik yang datang ke Museum Transportasi Darat ini hanya sekedar rekreasi dan mencari informasi mengenai transportasi darat di Indonesia. 2. Pelajar / Mahasiswa Para pelajar / mahasiswa yang berkunjung ke Museum Transportasi Darat untuk mencari informasi yang berkaitan tentang perkembangan alat transportasi darat di Indonesia sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. 3. Komunitas Komunitas yang datang ke Museum Transportasi Darat merupakan komunitas pencinta dan penggemar alat transportasi dengan kegiatan berkumpul dan mengadakan seminar / workshop. Museum Transportasi Darat di Bali 41

37 4. Pengelola Pengelola merupakan pihak yang mengelola dan mengatur Museum Transportasi Darat. Pengelola terdiri dari kepala museum, kepala bagian, kepala bidang dan staf staf museum Klasifikasi Museum Transportasi Darat Museum Transportasi Darat diklasifikasikan berdasarkan status hukum, ruang lingkup wilayah, dan disiplin ilmu. 1. Berdasarkan status hukum, Museum Transportasi Darat ini termasuk Museum Swasta yang dikelola oleh pihak swasta. 2. Berdasarkan ruang lingkup wilayah, Museum Transportasi Darat ini termasuk Museum Nasional yang koleksi museum yaitu alat transportasi darat berasal dari seluruh wilayah Indonesia. 3. Berdasarkan disiplin ilmu, Museum Transportasi Darat termasuk Museum Umum yang berkaitan dengan berbagai cabang disiplin ilmu Koleksi Museum Transportasi Darat Koleksi Museum Transportasi Darat terdiri dari berbagai jenis alat transportasi darat dari yang masih menggunakan tenaga hewan sampai yang sudah menggunakan tenaga mesin, yang sempat beroperasi di Indonesia. Jenis koleksi museum termasuk benda replika yang meniru agar mirip seperti benda aslinya Jam Operasional Museum Transportasi Darat Museum Transportasi Darat buka setiap hari Senin Minggu dari pukul wita. Museum ini termasuk museum swasta yang dikenakan biaya masuk museum sebesar Rp untuk hari Senin Jumat dan untuk hari Sabtu Minggu dan hari libur lainnya dikenakan biaya sebesar Rp Fasilitas Museum Transportasi Darat Fasilitas yang disediakan pada Museum Transportasi Darat ini meliputi : 1. Ruang Pameran 6. Cafetaria 2. Ruang Audio Visual 7. Ruang Informasi & Tiket 3. Auditorium 8. Perpustakaan 4. Club Area 9. Toilet Pengunjung 5. Museum Gift Shop 10. Kantor Pengelola Museum Transportasi Darat di Bali 42

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang

Lebih terperinci

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BALI

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BALI LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 MUSEUM TRANSPORTASI DARAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM ABSTRAK Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Saat ini sepeda motor telah berkembang dalam berbagai jenis dan merek. Kegunaannya pun bukan hanya untuk transportasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki banyak potensi positif yang terkandung di dalamnya. Potensi yang dapat terus dikembangkan sehingga dapat menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG Oleh : Anisa Yuanita Damayanti, Djoko Indrosaptono, Dhanoe Iswanto Kota Semarang yang merupakan sebuah ibukota Provinsi di Jawa Tengah adalah sebuah kota yang tengah tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama BAB IV ANALISIS 4. Analisis Kegiatan 4.. Kegiatan Utama Kegiatan ini antara lain berupa penyelenggaraan pameran, penerangan dan peragaan. a. Jenis pameran museum ini dapat dibagi: ) Berdasarkan gerak,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK 1.1.1 Objek Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut: BAB 4 Analisa 4.1 Analisa Fungsional Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seti berikut: 1. Fungsi pameran Yaitu fungsi kegiatan yang memtunjukan/memlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam buku Penghargaan Konservasi Bangunan Cagar Budaya karya Dr.Dibyo Hartono tahun 2104, sejarah sebuah kota adalah sejarah kehidupan manusia yang tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis. BAB IV ANALISA DESAIN A. ANALISA EKSISTING 1. Asumsi Lokasi Dasar pertimbangan penentuan siteplan Museum Film Horor mengambil lokasi di daerah Jakarta Pusat lebih tepatnya di JL. Cikini Raya (kawasan TIM).

Lebih terperinci

KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG

KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG KEGIATAN UTAMA / PAMERAN 1 Ruang studi koleksi 1 unit 60 2 Ruang Kurator Ruang Kurator 1 unit 60 Ruang Asisten 1 unit 4 Ruang Staf 4 unit 16 3 Ruang Konservasi

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI AIR DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN REKREASI AIR DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI. 1. Konsep Peruangan VI. 1. 1. Kebutuhan dan Besaran Ruang Berdasarkan analisis pelaku dan kegiatan didapatkan tabel kebutuhan ruang seperti dibawah ini: Zona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA DI BANDUNG 3.1. Konsep Perancangan Museum Etnobotani Indonesia merupakan tempat untuk memamerkan benda koleksi berupa hasil pemanfaatan tumbuhan yang ada

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta hiburan bagi masyarakat untuk memperoleh segala informasi mengenai sejarah

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut

Lebih terperinci

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda

Lebih terperinci

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada 190 BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada bangunan, terbagi menjadi tiga wujud nilai yaitu Hablumminal alam, Hablumminannas, dan Hablumminallah,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede atau moge, jumlahnya semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Musik sebagai gaya hidup dan profesi Musik diperkirakan telah lahir sejak kehadiran manusia modern homo sapien yaitu sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Benda Cagar Budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar (Tema) 4.1.1. Pengertian Arsitektur Kontemporer Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur memiliki dua pengertian yaitu: seni dan ilmu merancang serta

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan kain khas masyarakat Indonesia. Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 yang juga ditetapkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa PENGENALAN OBJEK LATAR BELAKANG PEMILIHAN OBJEK Perkembangan dunia mode yang begitu pesat, kompetitif dan selalu berubah Mode menjadi salah satu gaya hidup (lifestyle) Antusiasme masyarakat terhadap mode

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta Administratif Provinsi Jawa Tengah Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/jawa_tengah, diunduh pada tanggal 4 September 2016

Gambar 3.1 Peta Administratif Provinsi Jawa Tengah Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/jawa_tengah, diunduh pada tanggal 4 September 2016 BAB III TINJAUAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA 3.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang terletak di Jawa bagian tengah dengan luas wilayah 32.548 km². Ibu kota dari Provinsi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman)

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) PERTEMUAN 10 Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) A. Pendahuluan Mengelola atau penanganan museum adalah tugas pokok seorang kepala museum. Dari uraian modul-modul terdahulu, kita sudah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN BAB III STUDI LAPANGAN A. Perpustakaan Grhatama Pustaka Berlokasi di Jl. Janti, Banguntapan Bantul, D.I. Yogyakarta. Jam layanan untuk hari Senin-Jumat : 08.00 s.d. 22.00 WIB, hari Sabtu : 08.00 s.d. 16.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Landasan dasar program perencanaan dan perancangan ini merupakan suatu kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA Oleh : Theresiana Ani Larasati Objek wisata budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ketika datang di Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita pada kegigihan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pembangunan saat ini, maka sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Transportasi misalnya memegang peranan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Jakarta Timur 3.1.1.1. Letak Geografis Kotamadya Jakarta Timur Kotamadya Jakarta Timur merupakan salah satu Kotamadya yang berada

Lebih terperinci

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci