BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biji Ganitri Ganitri yang memiliki nama latin Elaeocarpus ganitrus merupakan tanaman yang menghasilkan buah berbentuk bulat diameter ± 1,5-2 cm dan berwarna biru tua dengan biji yang bergerigi dan keras seperti terlihat pada gambar 2.1 dan 2.2 dengan komposisi kimia terdapat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Ganitri No. Unsur Persentasi (%) 1 Karbon (C) 50,02 2 Hidrogen (H) 17,80 3 Nitrogen (N) 0,95 4 Oksigen (O 2 ) 30,45 5 Minyak (oil) yang mengandung glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid <1 Sumber :staff.blog.ui Gambar 2.1. Buah ganitri Sumber : Gambar 2.2. Biji ganitri 2.2 Minyak atsiri Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, tetapi mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas (Wikipedia/Minyak atsiri. 2012). Aroma yang dihasilkan oleh setiap minyak atsiri akan berbeda-beda tergantung sumber minyak yang diekstrak. Contohnya minyak atsiri dari bunga 5

2 Bab II Tinjauan Pustaka 6 mawar memiliki bau khas mawar, begitu pula minyak atsiri dari biji ganitri memiliki bau khas. Bau khas dari minyak biji ganitri berbau mint. Karakteristik dari minyak biji ganitri terdapat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Karakteristik Minyak Biji Ganitri Kelembaban 8,87 Minyak (%) 0,68 Warna minyak Kuning pucat Bentuk Cair Indeks bias 1,4650 Specific gravity 0,9300 Angka penyabunan (KOH gr/gr minyak) 176,30 IV (Intrinsic Viscosity dalam dl/gr) 72,28 Sumber: Aroma khas yang ditimbulkan oleh minyak atsiri berasal dari ester yang terkandung di dalamnya. Salah satu contoh ester pada minyak atsiri adalah squalene dan beta-sitosterol acetat Squalene Squalene adalah senyawa organik alami yang terkandung dalam minyak hewan seperti hati ikan hiu dan tanaman seperti padi, gandum dan buah zaitun. Semua tumbuhan dan hewan menghasilkan squalene. Squalene dengan rumus kimia C 30 H 50 merupakan senyawa hidrokarbon alifatik unsaturated dengan 6 ikatan rangkap (Hawled, 2003). Tabel 2.3 Struktur Kimia dan Sifat Fisik Squalene Squalene Properties Molecular formula C 30 H 50 Molar mass g mol 1 Appearance Pale yellow, translucent liquid Density g cm -3 Melting point -75 C, 198 K, -103 F Boiling point 285 C, 558 K, 545 F (at 3.3 kpa) log P Viscosity 12 cp (at 20 C) Flash point 110 C Sumber : Wikipedia, 2012.

3 Bab II Tinjauan Pustaka 7 Struktur kimia dan sifat fisik squalene ditunjukkan pada tabel 2.3. Salah satu manfaat dari squalene adalah sebagai zat chemopreventative atau pencegah kanker (Wikipedia, 2012) beta-sitosterol Acetate Salah satu kandungan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri yaitu beta-sitosterol Acetate. Manfaat dari beta-sitosterol Acetate yaitu untuk mengobati luka terpukul, tulang patah, rematik, sakit kuning, beri-beri, disentri, bronchitis, dan lain-lain (AgroMedia, 2008). Selain itu, beta-sitosterol Acetate juga berfungsi untuk mengurangi kolesterol dalam darah (Wikipedia, 2012). Struktur kimia dari beta-sitosterol Acetate ditunjukkan pada gambar 2.3. Adapun karakteristik dari beta-sitosterol Acetate dapat dilihat pada tabel 2.4. Gambar 2.3 Struktur Kimia beta-sitosterol Acetate Sumber : Tabel 2.4 Karakteristik beta-sitosterol Acetate Properties Molecular Formula C 31 H 52 O 2 Molecular Weight gr/mol Melting point C Physical Description Off white powder Solubility Soluble in chloroform Sumber : Pelarut Pelarut adalah zat cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan

4 Bab II Tinjauan Pustaka 8 polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu pelarut polar, pelarut semipolar, dan pelarut nonpolar Pelarut polar Pelarut polar memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat mengekstraksi senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah metanol dan etanol Metanol Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol lain, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit larut dalam lemak dan minyak. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus terhadap karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Titik didih metanol berada pada 64,7 o C dengan panas pembentukan (cairan) 239,03 kj/mol pada suhu 25 o C. Metanol mempunyai panas fusi 103 J/g dan panas pembakaran pada 25 o C sebesar 22,662 J/g. Tegangan permukaan metanol adalah 22,1 dyne/cm, sedangkan panas jenis uapnya pada 25 o C sebesar 1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu yang sama adalah 2,533 J/(gK) (Wikipedia, 2012). Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH 3 OH. Sebagai alkohol alifatik yang paling sederhana, reaktifitas metanol ditentukan oleh kelompok hidroksil fungsional. Metanol bereaksi melalui pemutusan ikatan C-O atau O-H yang dikarakterisasi dengan penggantian gugus H atau OH. Pada suhu ruang metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri Etanol Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak

5 Bab II Tinjauan Pustaka 9 berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C 2 H 5 OH dan rumus empiris C 2 H 6 O. Etanol merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (-C 2 H 5 ). Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Etanol terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Etanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida. Indeks refraksi etanol adalah 1,36242 (pada λ=589,3 nm dan 18,35 C) (Wikipedia, 2012) Pelarut semipolar Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawasenyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform Pelarut nonpolar Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: n-heksana.

6 Bab II Tinjauan Pustaka n-heksana Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C 6 H 14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH 3 (CH 2 ) 4 CH 3 ). Awalan heksmerujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. n-heksana diproduksi oleh kilang minyak mentah (crude oil). Komposisi dari fraksi yang mengandung heksana amat bergantung kepada sumber minyak, maupun keadaan kilang. Produk industri biasanya memiliki 50% berat isomer rantai lurus, dan merupakan fraksi yang mendidih pada C (Wikipedia, 2012). berikut. Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi adalah sebagai 1. Tidak toksik dan ramah lingkungan. 2. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia. 3. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak. 4. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak. 5. Murah/ ekonomis. Pelarut biasanya memiliki titik didih relatif rendah dan relatif lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Pada tabel 2.2 ditunjukkan beberapa jenis pelarut (Wikipedia, 2012). Tabel 2.5 Sifat-Sifat Pelarut Umum Solvent Rumus kimia Titik didih Konstanta Dielektrik Massa jenis Pelarut Non-Polar Heksana CH 3 -CH 2 -CH 2 -CH 2 -CH 2 -CH 3 69 C 2,0 0,655 g/ml Benzena C 6 H 6 80 C 2,3 0,879 g/ml Toluena C 6 H 5 -CH C 2,4 0,867 g/ml Dietil eter CH 3 CH 2 -O-CH 2 -CH 3 35 C 4,3 0,713 g/ml Kloroform CHCl 3 61 C 4,8 1,498 g/ml

7 Bab II Tinjauan Pustaka 11 Etil asetat CH 3 -C(=O)-O-CH 2 -CH 3 77 C 6,0 0,894 g/ml Pelarut PolarAprotic 1,4-Dioksana /-CH 2 -CH 2 -O-CH 2 -CH 2 -O-\ 101 C 2,3 1,033 g/ml Tetrahidrofuran (THF) /-CH 2 -CH 2 -O-CH 2 -CH 2 -\ 66 C 7,5 0,886 g/ml Diklorometana (DCM) CH 2 Cl 2 40 C 9,1 1,326 g/ml Asetona CH 3 -C(=O)-CH 3 56 C 21 0,786 g/ml Asetonitril (MeCN) CH 3 -C N 82 C 37 0,786 g/ml Dimetilformamida (DMF) H-C(=O)N(CH 3 ) C 38 0,944 g/ml Dimetil sulfoksida CH 3 -S(=O)-CH C 47 1,092 g/ml Pelarut Polar Protic Asam asetat CH 3 -C(=O)OH 118 C 6,2 1,049 g/ml n-butanol CH 3 -CH 2 -CH 2 -CH 2 -OH 118 C 18 0,810 g/ml Isopropanol (IPA) CH 3 -CH(-OH)-CH 3 82 C 18 0,785 g/ml n-propanol CH 3 -CH 2 -CH 2 -OH 97 C 20 0,803 g/ml Etanol CH 3 -CH 2 -OH 79 C 30 0,789 g/ml Metanol CH 3 -OH 65 C 33 0,791 g/ml Asam format H-C(=O)OH 100 C 58 1,21 g/ml Air H-O-H 100 C 80 1,000 g/ml Sumber : Wikipedia 2011 Minyak atsiri yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu pengempaan (expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction) dan distilasi (distillation) (Santoso, 1992). 2.4 Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi (Howard JL, David P. 1949). Menurut Ahmed & Rahman (2012), ekstraksi padat-cair (SLE) adalah penghilangan komponen terlarut (solute) (A) dari suatu padatan (C) melalui kontak dengan pelarut (solvent) (B). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju ekstraksi Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi laju ekstraksi, diantaranya adalah sebagai berikut.

8 Bab II Tinjauan Pustaka Ukuran partikel Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan kontak antara padatan dan cairan. Oleh karena itu, semakin tinggi laju perpindahan bahan dan semakin kecil jarak solute yang harus berdifusi dalam padatan (Coulson & Richardson, 2002). Untuk leaching pada produk farmasi dari daun, batang dan akar, pengeringan bahan sebelum ekstraksi akan membantu memecahkan dinding sel sehingga pelarut dapat langsung melarutkan solute. Sebagian besar dinding sel dari kedelai dan beberapa biji akan pecah ketika ukuran bahan diperkecil sekitar 0,1 sampai 0,5 mm dengan penggilingan atau pengelupasan. Ukuran sel yang lebih kecil menyebabkan solvent dapat dengan mudah mencapai minyak dan melarutkannya (Geankoplis, 2003). 2. Pelarut Cairan yang dipilih harus pelarut yang selektif dengan viskositas yang cukup rendah agar dapat menyebar secara bebas. Pada awalnya, pelarut yang digunakan relatif murni. Selama proses ekstraksi, konsentrasi solute akan meningkat di dalam pelarut dan laju ekstraksi akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena gradien konsentrasi yang semakin berkurang dan larutan yang semakin viscous (mengental). 3. Suhu Dalam kebanyakan kasus, kelarutan dari bahan yang sedang diekstrak dan koefisien difusi diharapkan akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu sehingga memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. 4. Agitasi cairan Agitasi pelarut ini penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan difusi eddy dan perpindahan bahan dari permukaan partikel ke larutan. Selain itu, agitasi suspensi partikel halus ini dapat mencegah terjadinya sedimentasi (Coulson & Richardson, 2002).

9 Bab II Tinjauan Pustaka 13 Jika solute tersebar merata dalam padatan, maka yang lebih dekat dengan permukaan akan lebih dulu terlarut meninggalkan struktur berpori dalam residu padatan (rafinat). Pelarut selanjutnya akan menembus lapisan terluar sebelum mencapai solute berikutnya dan tingkat kesulitan pada proses ekstraksi selanjutnya akan meningkat karena kandungan solute dari sebelumnya atau laju pelarutan/ekstraksi/peluruhan akan menurun. Secara umum proses dapat diasumsikan dalam tiga bagian. Pertama, solute terlarut ke dalam pelarut dan berpindah ke fasa pelarut. Kedua, solute mendifusi menembus pelarut dalam poripori padatan ke permukaan partikel. Ketiga, perpindahan solute dari larutan/pelarut dalam kontak dengan partikel ke larutan utama keseluruhan/curah (Coulson & Richardson, 2002). lain: Ada beberapa ekstraksi senyawa bahan alam yang umum digunakan antara a. Maserasi (perendaman) Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Teknik maserasi digunakan terutama jika senyawa organik metabolit sekunder ada dalam bahan tersebut cukup banyak persentasenya dan ditemukan suatu pelarut yang dapat melarutkan senyawa tersebut tanpa dilakukan pemanasan. Biasanya cara ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan sulit mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa organik dalam bahan tersebut. Akan tetapi, jika struktur senyawa yang akan diisolasi sudah diketahui, maka metode perendaman ini metode praktis. Maserasi biasanya dilakukan untuk bagian tumbuhan yang teksturnya lunak, seperti bunga dan daun. Senyawa organik metabolit sekunder yang ada dalam bahan alam tersebut umumnya dalam persentase yang cukup banyak, perendaman tidak dilakukan dengan pemanasan. Hasil perendaman kemudian disaring dan filtrat yang didapat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental tumbuhan.

10 Bab II Tinjauan Pustaka 14 b. Perkolasi Pada prinsipnya perkolasi menggunakan suatu pelarut dimana pelarut tersebut dilewatkan secara perlahan (tetes demi tetes) pada bahan alam yang mengandung senyawa organik tersebut. Pada teknik ini juga digunakan pelarut yang tidak mudah menguap, tetapi melarutkan senyawa organik yang terkandung dalam bahan alam tersebut cukup besar. Perkolasi biasanya digunakan untuk bagian tumbuhan yang keras seperti akar, biji dan batang. Cara perkolasi digunakan apabila kandungan kimianya sedikit. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya dengan alat rotary evaporator. c. Sokletasi Sokletasi merupakan teknik ekstraksi yang digunakan terhadap bahan alam padat yang senyawa kimianya tahan panas. Prinsipnya yaitu menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap secara berulang-ulang dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan alam tersebut. Metode sokletasi mempunyai keunggulan dari metode lainnya, karena melalui metode ini ekstraksi dapat dilakukan beberapa kali dan pelarut yang digunakan tidak banyak (Fadhli, Haiyul. 2011). d. Distilasi uap Distilasi uap adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri, dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or seuperheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel distilasi. Dengan distilasi ini akan dipisahkan zat bertitik didih tinggi dari zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain, distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut. Cara distilasi minyak atsiri, pertama-tama bahan baku dari tanaman yang mengandung minyak dimasukkan ke dalam ketel pendidih, atau dimasukkan ke dalam ketel distilasi dan dialiri uap. Adanya panas air dan uap tentu akan

11 Bab II Tinjauan Pustaka 15 mempengaruhi bahan tersebut sehingga di dalam ketel terdapat dua cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan-lahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin, dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Distilasi itu sendiri masih dapat dibagi menjadi tiga cara, yaitu distilasi dengan air, distilasi dengan air dan uap, dan distilasi langsung dengan uap. Distilasi (menyuling) dengan air Menyuling minyak atsiri dengan air merupakan cara yang tradisional. Prinsip kerja distilasi dengan air ditunjukkan pada gambar 2.4. Ketel distilasi diisi air sampai volumenya hampir separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan ke dalam ketel distilasi. Pada kondisi kesetimbangan, penguapan air dan minyak atsiri berlangsung secara bersamaan. Cara distilasi seperti ini disebut distilasi langsung (direct distillation). Bahan baku yang digunakan biasanya bunga atau daun yang mudah bergerak di dalam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air. Gambar 2.4 Alat Distilasi dengan Air Sumber : Santoso, 1992.

12 Bab II Tinjauan Pustaka 16 Distilasi secara sederhana ini relatif mudah dilakukan. Namun, kualitas minyak atsiri yang dihasilkan relatif rendah, kadar minyaknya relatif sedikit, terkadang terjadi hidrolisis ester, dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan. Distilasi dengan air dan uap Distilasi minyak atsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatif lebih baik. Prinsip kerja distilasi ini adalah sebagai berikut. Ketel distilasi diisi air sampai pada batas saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri akan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dari air seperti terlihat pada gambar 2.5. Distilasi dengan Uap Gambar 2.5 Alat Distilasi dengan Air dan Uap Sumber : Santoso, Distilasi minyak atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya yang relatif besar, karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian

13 Bab II Tinjauan Pustaka 17 peralatan terbuat dari stainless steel (SS) atau mild steel (MS). Walaupun memerlukan biaya yang besar, tetapi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh lebih sempurna. Prinsip kerja distilasi seperti ini hampir sama dengan cara menyuling dengan air dan uap (indirect distillation). Namun, antara ketel uap dan ketel distilasi harus terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel distilasi yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi proses pengembunan sehingga uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali, selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air seperti terlihat pada gambar 2.6 (Santoso, 1992). Sumber : Santoso, Gambar 2.6 Alat Distilasi dengan Uap 2.5 Pemurnian Proses pemurnian merupakan proses untuk mengurangi kadar pelarut atau pengotor yang terdapat pada produk yang dihasilkan. Metode pemurnian yang dilakukan adalah distilasi dan degumming.

14 Bab II Tinjauan Pustaka Distilasi Distilasi adalah suatu metoda untuk memisahkan beberapa komponen dari suatu larutan cair yang tergantung pada distribusi komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Fasa uap terbentuk dari penguapan fasa cair pada titik didihnya. Kebutuhan dasar untuk pemisahan komponen dengan distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dalam kesetimbangan pada titik didih cairan. Distilasi dapat dilakukan apabila larutan tersebut mengandung komponenkomponen yang mudah menguap, seperti larutan amoniak-air atau etanol-air, dimana kedua komponen tersebut akan berada pada fasa uap (Geankoplis, 2003). Gambar 2.7. Alat distilasi sederhana Sumber : Acep & Anida Distilasi atau menyuling merupakan suatu proses pengubahan suatu zat dari keadaan cair menjadi keadaan uap dengan pemanasan, kemudian diembunkan (dikondensasikan) menjadi cair kembali dan ditampung dalam bejana yang terpisah. Proses distilasi biasanya digunakan untuk memurnikan suatu zat, memisahkan bagian-bagian yang bercampur dalam suatu zat yang memiliki titik didih yang berbeda. Misalnya pada pemurnian air; air yang tidak murni dipanaskan hingga mendidih; uap air yang terjadi dialirkan melalui pipa-pipa pendingin (kondensor), tempat uap itu mengembun menjadi cairan lagi yang disebut distilat, ialah air suling. Zat-zat lain yang semula terkandung dalam air itu,

15 Bab II Tinjauan Pustaka 19 yang mempunyai titik didih lebih tinggi, tertinggal dalam bejana semula (Shadilly, 1973). Menurut Mutjaba (2004), distilasi memisahkan dua atau lebih komponen dalam suatu campuran dengan menggunakan prinsip volatilitas relatif atau titik didih. Semakin besar pebendaan volatilitas relatifnya, semakin mudah untuk memisahkan campuran dengan menggunakan distilasi. Proses ini melibatkan pembentukan uap dengan pendidihan campuran cairan dalam suatu bejana dan menghilangkan uap tersebut dari bejana dengan kondensasi. Karena perbedaan titik didih, komponen yang ringan (light) kaya akan uap, sedangkan komponen yang berat kaya akan cairan. Ukuran numerik untuk pemisahan ini yaitu volatilitas relatif α AB. Volatilitas relatif didefinisikan sebagai rasio konsentrasi A dalam vapor ke konsentrasi A dalam liquid yang dibagi dengan rasio konsentrasi B dalam vapor ke konsentrasi B dalam liquid: α AB = / / = / (2.5-1) Jika sistem menggunakan hukum Raoult, seperti pada sistem benzenetoluen, maka diperoleh persamaan y A = y B = (2.5-2) dengan: P A = tekanan uap komponen A murni (Pascal, Pa) P B = tekanan uap komponen B murni (Pascal, Pa) Dengan mensubstitusi persamaan (2.5-2) ke persamaan (2.5-1) untuk suatu sistem ideal, α AB = (2.5-3)

16 Bab II Tinjauan Pustaka 20 persamaan (2.5-1) dapat disusun kembali menjadi y A = (2.5-4) denganα = α AB. Nilai α harus di atas 1, jika α 1, maka pemisahakan tidak dapat dilakukan. Nilai α kemungkinan berubah seiring dengan konsentrasi yang berubah pula (Geankoplis, 2003) Degumming Pada minyak tumbuhan terdapat bagian pengotor yang dapat menimbulkan kerak pada mesin, yaitu gum. Untuk menghilangkan gum dilakukan proses degumming (Pasha & Pebtiadi, 2008). Proses degumming dimaksudkan untuk menghilangkan getah atau lendir yang terdiri atas fostatida, protein, residu, karbohidrat dan air tetapi tidak dapat mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Atmanegara, 2007). Menurut Brien (2003) dan SBP Board of Consultant and Engineer (1998) degumming dapat dibagi menjadi empat jenis utama yaitu water degumming, acid degumming, dry degumming dan enzymatic degumming. Degumming dengan asam bisa dilakukan dengan penambahan asam fosfat. Asam fosfat akan membuat gum terhidrasi (mengendap) (Daintith, 1994). Asam fosfat merupakan asam yang tidak beracun, anorganik, berbentuk padat pada suhu kamar ketika berada dalam keadaan murni. Asam ini termasuk sangat polar sehingga sangat larut dalam air. Selain asam fosfat, terdapat zat/bahan lain yang dapat digunakan pada proses degumming, yaitu asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO 3 ), asam oksalat (COOH) 2 dan asam sitrat (H 8 C 6 O 7 ). Mekanisme degumming asam yaitu dilakukan penambahan asam fosfat 0,6 % sebanyak 2,5 % dari volume bahan baku dengan proses pengadukan selama 15 menit setelah minyak dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 40 C (Manurung, 2012).

Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar

Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu: Pelarut polar Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut

Lebih terperinci

MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA. Kelompok 3 Fitokimia. Farmasi A JURUSAN FARMASI

MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA. Kelompok 3 Fitokimia. Farmasi A JURUSAN FARMASI MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA Kelompok 3 Fitokimia Farmasi A 1. Abdallah Hamad El-maqboul 2. Amiruddin 3. Pratiwi Ningsi 4. Fathanah Arief 5. Yasjudani

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI EKTRAKSI Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 IV. Tujuan Percobaan: 1. Memilih peralatan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Sawit Mentah / Crude Palm Oil (CPO) Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan

Lebih terperinci

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4 Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan

I. TINJAUAN PUSTAKA. nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Serat Buah Sawit 1. Definisi Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

Hasil-hasil distilasi minyak bumi berupa campuran beberapa alkana dan mungkin beberapa jenis hidrokarbon lain.

Hasil-hasil distilasi minyak bumi berupa campuran beberapa alkana dan mungkin beberapa jenis hidrokarbon lain. PENGGOLONGAN SOLVENT Solvent biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik fisikanya. Penggolongan solvent berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut: 1. HIDROKARBON Sesuai namanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi

Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi Nur Hidayat Pengantar Teknologi Pertanian Minggu 9 Teori Produk hasil pertanian merupakan bahan komplek campuran dari berbagai komponen. Pemisahan atau ekstraksi diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI MINYAK ATSIRI (2) TEKNOLOGI PROSESING 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI A. Expression

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

FRAKSINASI BERTINGKAT

FRAKSINASI BERTINGKAT Metode Ekstraksi Maserasi Proses maserasi (macerare= mengairi, melunakkan) merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut yang digunakan pada temperatur ruangan. Pada psoses maserasi, bahan kandungan

Lebih terperinci

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam Maserasi Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

Sifat-sifat Fisis Larutan

Sifat-sifat Fisis Larutan Chapter 7a Sifat-sifat Fisis Larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. 13.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN HIDROKARBON (BAGIAN II) Gugus fungsional adalah sekelompok atom dalam suatu molekul yang memiliki karakteristik khusus. Gugus fungsional adalah bagian

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB 4. SEDIAAN GALENIK

BAB 4. SEDIAAN GALENIK BAB 4. SEDIAAN GALENIK Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu : a. Menjelaskan definisi sediaan galenik b. Menjelaskan jenis jenis sediaan galenik c. Menjelaskan teknologi ekstraksi

Lebih terperinci

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya

Lebih terperinci

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1 ALKANA Rumus umum alkana: C n H 2n + 2 R (alkil) = C n H 2n + 1 Alkana Adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh) A. Alkana 1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin).

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH

IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH I. TUJUAN Mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon alifatis dan aromatis. Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu (Aziz, dkk, 2009). Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

Senyawa Hidrokarbon. Linda Windia Sundarti

Senyawa Hidrokarbon. Linda Windia Sundarti Senyawa Hidrokarbon Senyawa Hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung hanya karbon dan hidrogen C + H Carbon sebagai unsur pokok memiliki keistimewaan sbb : 1. Dengan ev = 4 membentuk 4 ikatan kovalen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018-1. Sebuah unsur X memiliki no massa 52 dan jumlah neutron sebesar 28. Kongurasi elektron dari ion X + adalah...

Lebih terperinci

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Tumbuhan labu dideterminasi untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tumbuhan yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang diteliti adalah Cucubita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INDUSTRI KIMIA DAN PERKEMBANGANNYA Saat ini, perhatian terhadap industri kimia semakin meningkat karena berkurangnya pasokan bahan baku dan sumber energi serta meningkatnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

HIDROKARBON (C dan H)

HIDROKARBON (C dan H) BAB 8 IDROKARBON ( dan ) Keunikan atom Mampu berikatan dengan atom karbon lain membentuk rantai yang panjang terdiri dari berjuta atom Katenasi, Bercabang, Melingkar ALKANA : idrokarbon jenuh Ikatan tunggal

Lebih terperinci

Kromatografi tambahan. Imam S

Kromatografi tambahan. Imam S Kromatografi tambahan Imam S Kromatografi serapan Bentuk alat : mirip buret, didalamnya berisi, glass wool/kapas untuk penyangga, penyaring dari gelas yang dilapisi kertas saring, bahan isian kolom yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TANAMAN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) merupakan tanaman yang tumbuh subur di Indonesia, diketahui mengandung senyawa aktif yang memiliki

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

SINTESIS KLOROFORM. I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk.

SINTESIS KLOROFORM. I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk. SINTESIS KLOROFORM I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk. II. TEORI Kloroform merupakan senyawa turunan dari alkana yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemangi Kemangi merupakan salah satu tumbuhan berbau yang terkenal [15], termasuk dalam famili Lamiaceae, subfamili Nepetoideae genus Ocimum yang terdiri dari 65 spesies [4,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat Oleh: Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014 Fakultas

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

Keunikan atom C?? Atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener

Keunikan atom C?? Atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener Keunikan atom C?? Atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener Jenis ikatan karbon edakan : Propena (tak jenuh) Propuna (tak jenuh) Propana (jenuh) Rantai Atom Karbon Bedakan : 2-metil butana siklobutana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Disusun Oleh : Nama : Veryna Septiany NPM : E1G014054 Kelompok : 3 Hari, Jam : Kamis, 14.00 15.40 WIB Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung Lestari Nike Situngkir Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci