ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam Vol 1, No 2, Juli Desember 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam Vol 1, No 2, Juli Desember 2016"

Transkripsi

1 ABORSI DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM KAITANNYA DENGAN DIBOLEHKANNYA MENURUT PP NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG REPRODUKSI Nofiardi Fakultas Syari ah IAIN Bukittinggi Diterima: 18 September 2016 Direvisi : 20 Oktober 2016 Diterbitkan: 26 Desember 2016 Abstract Abort this law, there are no texts that directly mention it, either in the Qur'an or hadith. While described in the Qur'an is about the prohibition of killing people without rights, denouncing the act and punish the perpetrators with eternal punishment in Hell. Therefore it is very interesting to discussions about abortion (abortion) in the view of Islamic law in relation to the permissibility of Government Regulation No. 61 Year 2014 About Reproduction, either abortion was performed before blowing the spirit or after blowing. In this paper, the authors also explain the process of human events, both the incidence of indirect land and the events directly from the ground by arguing verses and hadith, while associating it with the MUI fatwa and Government Regulation in particular the Government Regulation No. 61 Year 2014 About the reproduction. This paper also presents the imam schools of dissent against the phenomenon of abortion Keywords: Abortion, Reproduction, Islamic Law Abstrak Hukum menggugurkan kandungan ini, tidak ada nash yang secara langsung menyebutkannya, baik dalam al-qur an maupun hadits. Sedangkan yang dijelaskan dalam al-qur an adalah tentang haramnya membunuh orang tanpa hak, mencela perbuatan itu dan menghukum pelakunya dengan hukuman yang kekal di neraka Jahannam. Oleh karena itu sangat menarik untuk melakukan pembahasan tentang pengguguran kandungan (aborsi) dalam pandangan hukum Islam kaitannya dengan dibolehkannya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Reproduksi, baik pengguguran kandungan itu dilakukan sebelum peniupan ruh atau setelah peniupan. Dalam makalah ini, penulis juga menjelaskan tentang proses kejadian manusia, baik proses kejadian tidak langsung dari tanah dan proses kejadian secara langsung dari tanah dengan mengemukakan ayat-ayat dan hadits, sekaligus mengaitkannya dengan fatwa MUI dan Peraturan Pemerintah khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Reproduksi tersebut. Makalah ini juga menyajikan tentang perbedaan pendapat imam mazhab terhadap fenomena pengguguran kandungan.kata Kunci: Aborsi, Reproduksi, Hukum Islam Pendahuluan Kehidupan janin dalam syariat Islam merupakan kehidupan yang terhormat, karena dia adalah makhluk hidup yang wajib dijaga. Bahkan syariat Islam membolehkan wanita hamil untuk berbuka di bulan Ramadhan. Diwajibkan berbuka bagi wanita hamil Nofiardi 174 Aborsi dalam Pandangan...

2 apabila dia khawatir terhadap kesehatan janin jika berpuasa. Dari sini dapat diketahui, bahwa syariat Islam melarang untuk melakukan penganiayaan terhadap janin, sekalipun hal itu dilakukan oleh orang tua, bahkan sekalipun itu dilakukan oleh ibu yang mengandungnya dalam keadaan berat dan susah. Oleh karena itu sangat menarik untuk melakukan pembahasan tentang pengguguran kandungan (aborsi) dalam pandangan hukum Islam kaitannya dengan dibolehkannya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Reproduksi, baik pengguguran kandungan itu dilakukan sebelum peniupan ruh atau setelah peniupan. Dalam makalah ini, penulis juga menjelaskan tentang proses kejadian manusia, baik proses kejadian tidak langsung dari tanah dan proses kejadian secara langsung dari tanah dengan mengemukakan ayat-ayat dan hadits, sekaligus mengaitkannya dengan fatwa MUI dan Peraturan Pemerintah khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Reproduksi. Aborsi Sebelum Peniupan Ruh Menggugurkan kandungan yang dalam bahasa Arabnya ijhaadh, merupakan bentuk mashdar dari ajhadha, yang artinya wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Mengenai hukum menggugurkan kandungan ini, tidak ada nash yang secara langsung menyebutkannya, baik dalam al-qur an maupun hadits. Sedangkan yang dijelaskan dalam al- Qur an adalah tentang haramnya membunuh orang tanpa hak, mencela perbuatan itu dan menghukum pelakunya dengan hukuman yang kekal di neraka Jahannam, sebagaimana firman Allah dalam surah an-nisa ayat 93: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. Pengguguran kandungan (aborsi) sebelum ditiupkan ruh pada janin (embrio) atau sebelum berumur 4 bulan, para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya melakukan pengguguran tersebut: Nofiardi 175 Aborsi dalam Pandangan...

3 Para fuqaha dari mazhab Hanafi membolehkan pengguguran janin sebelum peniupan ruh jika mendapat izin dari pemilik janin, yaitu kedua orang tuanya. 1 Argumen yang dikemukakan tentang bolehnya menggugurkan janin sebelum peniupan ruh ini, karena sebelum peniupan ruh, belum terjadi penciptaan apapun pada janin, baik sebagian ataupun secara keseluruhan. Ibnu al-hammam berkata, diperbolehkan menggugurkan janin selama belum terbentuk apapun pada janin. Hal itu tidak terjadi kecuali setelah janin berusia seratus dua puluh hari, karena pada saat itu penciptaan telah sempurna dan siap ditiupkan ruh. 2 Ibnu Abidin menyatakan bahwa fuqaha mazhab Hanafi berpendapat, dibolehkan menggugurkan kandungan selama janin masih dalam bentuk segumpal daging atau segumpal darah dan belum terbentuk anggota badannya. Mereka menetapkan bahwa waktu terbentuknya janin setelah berusia seratus dua puluh hari, dan membolehkannya sebelum waktu itu, karena belum menjadi manusia. Pada dasarnya fuqaha dari mazhab Hanafi membolehkan pengguguran kandungan sebelum 1 M. Nu aim Yasin, Fikih Kedokteran, (Jakarta:Pustaka al-kautsar, 2001), cet. ke-1, h Ibid., peniupan ruh baik karena ada halangan maupun tidak. Tetapi mereka mensyaratkan kebolehannya, dengan tidak melanggar hak kedua orang tuanya. Artinya tidak boleh bagi orang lain untuk menggugurkan kandungan isteri kecuali atas izinnya dan izin suaminya, karena bila itu dilakukan berarti telah melakukan penganiayaan kepada sang ibu, sehingga yang bersangkutan bisa dihukum dengan hukuman yang ditetapkan oleh hakim, namun tidak harus menggantinya dengan budak, karena penggantian dengan budak tidak diwajibkan kecuali bila seseorang menggugurkan janin yang sudah ditiupkan ruh. Begitu pula jika isteri menggugurkan janin tidak seizin suaminya, maka ia berdosa dan harus memberi ganti rugi, karena suami juga mempunyai hak terhadap janin tersebut walaupun belum ditiupkan ruh. Pengharaman di sini bukannya karena membunuh janin itu sendiri, melainkan karena melanggar hak orang lain tanpa seizinnya. Menurut Ibnu Abidin yang menukil dari beberapa ahli fiqih mazhab Hanafi, bahwa mereka mengharamkan pengguguran kandungan sebelum peniupan ruh, karena janin pada masa ini merupakan bakal manusia yang nantinya akan menjadi manusia atas kehendak Allah. Seperti seseorang yang sedang ihram, ia tidak boleh memecahkan telur binatang buruan dan Nofiardi 176 Aborsi dalam Pandangan...

4 bila itu dilakukan, maka akan tetap mendapatkan hukuman, karena telur itu menggugurkan janin sebelum berusia empat puluh hari hukumnya boleh dan adalah bakal binatang buruan, begitu tidak harus mengganti apa-apa. juga orang yang merusak bakal Sedangkan sebagian fuqaha Malikiyah manusia. Ia tidak mengatakan bahwa berpendapat, diberi rukhsah untuk seorang ibu yang menggugurkan janin menggugurkan kandungan sebelum sebelum peniupan ruh itu tidak berdosa, tetapi dosa yang diterimanya tidak peniupan ruh jika janin itu hasil dari perbuatan zina dan khususnya jika sebesar dosa yang diakibatkan wanita takut akan dibunuh jika pengguguran janin yang sudah ketahuan bahwa dirinya hamil. ditiupkan ruh. Namun demikian, Dari pendapat para ulama kelompok ini membolehkan mazhab Maliki ini, dapat disimpulkan pengguguran kandungan karena adanya alasan yang diterima. Ulama mazhab Maliki dikenal ulama yang sangat hati-hati dalam bahwa mereka sepakat mengharamkan pengguguran kandungan jika janin telah berusia empat puluh hari. Sedangkan sebelum janin berusia empat puluh hari, menyikapi masalah aborsi. Menurut mayoritas ulama mereka mereka, janin tidak boleh diganggu mengharamkan, ada sebagian yang bahkan sejak pembuahan sekalipun. memakruhkan, al-lakhmi Mereka menganggap masa konsepsi membolehkan, dan sebagian lain sebagai awal kehidupan manusia karena itu aborsi sejak awal tidak dibenarkan. Jumhur ulama Malikiyyah menyepakati memberikan rukhsah jika dilakukan sebelum peniupan ruh jika janin itu merupakan hasil dari hubungan zina. keharaman pengguguran janin dalam a. Ulama-ulama dari mazhab Syafi i bentuk apapun, termasuk pelenyapan berbeda pendapat mengenai aborsi hasil pembuahan kecuali dalam keadaan sebelum peniupan ruh. Pendapat pertama, darurat, misalnya untuk menyelamatkan bahwa menggugurkan kandungan jiwa ibunya. selama janin belum ditiupkan ruh Sebagian fuqaha Malikiyah adalah boleh. Syaikh Qalyubi berkata: memakruhkan pengguguran janin boleh menggugurkannya walaupun setelah janin terbentuk di dalam rahim sebelum berusia empat puluh hari dan mengharamkannya sesudah itu. 3 dengan obat sebelum peniupan ruh pada janin, sebagai sanggahan atas pendapat Imam al-ghazali. Al-Lakhami salah seorang Ar-Ramli memakruhkan ulama Malikiyah berpendapat, bahwa pengguguran janin sebelum peniupan 3 Ibid., h. 205 ruh sampai waktu yang telah mendekati Nofiardi 177 Aborsi dalam Pandangan...

5 peniupan dan mengharamkannya dan kejahatan terkeji adalah melakukan setelah memasuki waktu yang telah pembunuhan terhadap anak yang sudah mendekati peniupan ruh. Karena dilahirkan. sulitnya mengetahui secara pasti waktu b. Menurut mazhab Hanbali, ada beberapa peniupan ruh tersebut, maka pendapat tentang hukum pengguguran diharamkan penggugurannya sebelum kandungan sebelum peniupan ruh. mendekati waktu peniupan ruh untuk berjaga-jaga. 4 Imam Abu Hamid al-ghazali ( H/ M) mengharamkan pengguguran janin pada semua fase Pertama, pendapat mereka secara umum membolehkan pengguguran kandungan pada fase perkembangan pertama sejak terbentuknya janin, yaitu fase zigot, yang usianya maksimal empat puluh perkembangan kehamilan dan hari, dan setelah empat puluh hari tidak mengatakan bahwa janin dengan segala boleh digugurkan. Kedua, Ibnul Jauzi fase perkembangan umurnya sebelum berpendapat mengharamkan peniupan ruh, haram untuk digugurkan. pengguguran kandungan sebelum Argumen Imam al-ghazali di peniupan ruh di semua fase dalam kitab Ihya Ulumuddin, setelah perkembangan janin. Sedangkan membolehkan penumpahan air mani di sebagian ulama mazhab Hanbali luar rahim namun lebih baik tidak melakukannya, ia berkata penumpahan air mani di luar rahim bukan termasuk pengguguran dan pembunuhan, karena pengguguran adalah kejahatan terhadap membolehkan pengguguran kandungan sebelum peniupan ruh secara mutlak tanpa mensyaratkan fase-fase tertentu. Di sisi lain, ulama Hanabilah termasuk ulama yang sangat hati-hati wujud manusia dan wujud ini dalam pemberian fatwa mengenai bertingkat-tingkat. Tingkat terendah aborsi. Mereka bahkan mewajibkan dari wujud ini adalah ketika air mani orang-orang yang bertanggungjawab tumpah ke dalam rahim dan bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan. Merusak wujud ini adalah kejahatan dan jika sudah menjadi segumpal darah dan segumpal daging, maka kejahatan itu lebih keji, apalagi jika telah ditiupkan ruh dan untuk membayar diyat kamilah jika aborsi dilakukan setelah janin lewat enam bulan. Alasan mereka adalah janin pada usia setengah tahun ke atas sudah termasuk sempurna dan diyakini akan mampu bertahan hidup walaupun lahir prematur. Oleh sebab itu siapapun yang telah menjadi ciptaan yang sempurna, merusak dan melakukan jinayah maka kejahatan itu bertambah keji lagi terhadap anak dalam kandungan 4 Ibid., h. 206 Nofiardi 178 Aborsi dalam Pandangan...

6 tersebut dikenai sanksi hukuman yang berat. Ibnu Hazm tidak mempunyai pendapat yang jelas mengenai hukum pengguguran kandungan sebelum peniupan ruh, akan tetapi beliau menegaskan bahwa menggugurkan kandungan sebelum usia janin mencapai empat bulan tidak dianggap pembunuhan, baik disengaja atau tidak disengaja. Karena pembunuhan adalah menghilangkan ruh dari jasad, sementara janin pada saat itu tidak mempunyai ruh. Seperti yang ditegaskan di dalam hadits shahih, bahwa ruh tidak ditiupkan kepada anak Adam kecuali setelah empat bulan dari awal kehamilan. Ibnu Hazm berpendapat wajib membayar diyat atau gurrah walaupun umurnya masih relatif dini, namun tidak wajib kifarat. Siapa yang memukul orang hamil lalu menyebabkan janinnya keguguran, jika usia janin itu belum mencapai empat bulan, maka tidak ada kifarat baginya tetapi hanya wajib membayar gurrah saja. Dia tidak membunuh seseorang tetapi hanya menggugurkan janin saja, karena dia tidak membunuh seseorang, baik disengaja maupun tidak disengaja, maka tidak ada kifarat, karena tidak ada kifarat kecuali dalam pembunuhan yang tidak disengaja dan tidak dibunuh kecuali orang yang sudah punya ruh, sementara janin itu belum ditiupkan ruh. Ibnu Hazm berpendapat bahwa denda gurrah janin yang belum ditiupkan ruh diberikan kepada ibunya bukan kepada ahli warisnya, karena dia dianggap seperti anggota badan ibu dan dia menolak kalau denda itu diberikan kepada ahli warisnya. Beliau berkata, adapun pendapat mereka bahwa ghurrah adalah diyat seperti hukum diyat. Ditetapkan di dalam hadits shahih bahwa diyat diwariskan kepada ahli waris, maka begitu juga dengan ghurrah. Sesungguhnya ini adalah qiyas yang batil, karena janin yang belum ditiupkan ruh tidak terbunuh, sehingga mengqiyaskan diyat orang yang tidak terbunuh dengan orang yang terbunuh adalah batil, walaupun pengqiyasan itu benar, karena mengqiyaskan sesuatu dengan lawannya adalah batal. Dari penjelasan di atas dapat dikelompokkan pendapat para ulama tentang aborsi yang dilakukan sebelum peniupan ruh atau sebelum berumur 4 (empat) bulan, sebagai berikut: 1. Ada ulama yang membolehkan abortus, antara lain Muhammad Ramli dalam kitab al-nihayah (meninggal tahun 1596), dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. 2. Ada ulama yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami Nofiardi 179 Aborsi dalam Pandangan...

7 pertumbuhan, sedangkan Imam al- Ghazali mengharamkannya. 3. Menurut sebagian ulama Hanafiyah dan Syafi iyah mubah karena alasan medis ( uzur), dan makruh jika tanpa alasan medis. 4. Sebagian ulama Malikiyah menyatakan makruh secara mutlak. 5. Haram menurut pendapat yang kuat di kalangan ulama fikih. Pendapat ini juga dipegang oleh ulama Malikiyah, karena telah ada kehidupan pada janin. 5 Menurut Mahmud Syaltut, sejak bertemunya sel sperma dengan ovum, maka pengguguran merupakan tindakan kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin belum diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Semakin jahat dan makin besar dosanya, apabila pengguguran dilakukan setelah janin bernyawa, apalagi kalau sampai dibunuh atau dibuang bayi yang baru lahir. 6 Tetapi apabila pengguguran itu dilakukan karena benar-benar terpaksa demi melindungi/menyelamatkan si ibu, 5 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta:Haji Masagung, 1993), cet. Ke-5, h Ibid., h. 81 maka Islam membolehkan. Dalam hal ini, Islam tidak membenarkan tindakan menyelamatkan janin dengan mengorbankan si calon ibu, karena eksistensi si ibu lebih diutamakan mengingat dia merupakan tiang/sendi keluarga (rumah tangga) dan dia telah mempunyai beberapa hak dan kewajiban, baik terhadap Khalik maupun terhadap sesama makhluk. Berbeda dengan si janin, selama ia belum lahir di dunia dalam keadaan hidup, ia tidak/belum mempunyai hak, seperti hak waris, dan juga belum mempunyai kewajiban apapun. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Para fuqaha sepakat mengatakan, bahwa pengguguran kandungan (aborsi) sesudah ditiupkan ruh adalah haram, tidak boleh dilakukan, karena perbuatan tersebut merupakan kejahatan terhadap nyawa, oleh karena itu diwajibkan kepada pelakunya untuk membayar diyat jika janin keluar dalam keadaan hidup dan membayar gurrah jika ia keluar dalam keadaan meninggal. Gurrah adalah membayar seorang budak laki-laki atau perempuan atau yang dapat menggantikannya. Dalam kehidupan sekarang agak lebih tepat gurrah diartikan separuh dari diyat, karena praktek perbudakan sudah tidak dijumpai lagi, dan hukuman yang dikenakan kepada budak itu biasanya setengah dari hukuman yang dikenakan Nofiardi 180 Aborsi dalam Pandangan...

8 kepada orang merdeka. Oleh karena itu, hukuman pelaku aborsi yang tadinya dikenakan membayar gurrah budak, dapat diganti dengan pembayaran separuh diyat 100 ekor unta atau seharga itu, yaitu 50 ekor unta atau seharga. 7 Ibnu Hazm mengatakan dalam kitabnya al-muhalla tentang pembunuhan janin setelah ditiupkan ruh, atau setelah seratus dua puluh malam, sebagaimana dinyatakan dalam hadits shahih, dan dianggap sebagai pembunuhan sengaja yang pelakunya harus mendapatkan qisas. Sedangkan ulama lain berkata, jika ada yang bertanya kepadamu, apa pendapat anda tentang orang yang sengaja membunuh janinnya, pada saat dia telah berusia lebih dari seratus dua puluh malam dengan yakin, lalu ibunya membunuhnya? atau ada orang lain yang sengaja membunuhnya? Kami jawab, bahwa dalam hal itu semua diwajibkan qisas dan gurrah pada saat itu juga, kecuali apabila orang yang membunuh dimaafkan oleh walinya, maka ia wajib membayar gurrah saja, karena gurrah adalah diyat dan tidak ada kifarat dalam hal itu, karena sengaja. Diwajibkan qisas dengan dibunuh, karena ia telah membunuh jiwa orang mukmin dengan sengaja. 8 Ibnu Hazm menganggap janin yang telah ditiupkan ruh sebagai manusia, sehingga Islam mewajibkan zakat fitrah atas nama janin tersebut. Sedangkan mazhab Hanbali berpendapat bahwa zakat fitrah bagi janin hukumnya sunnah dan bukan wajib. Ada banyak dalil dalam al- Qur an antara lain Surah Al-Isra ayat 33 yang berbunyi: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. 7 Huzaemah T. Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2001), h Amru Abdul Karim Sa dawi, Wanita dalam Fikih al-qaradhawi, (Jakarta:Pustaka al- Kautsar, 2009), h. 164 Nofiardi 181 Aborsi dalam Pandangan...

9 Surah al-israa ayat 31: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Surah al-an am ayat 151: Katakanlah: "marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Kewenangan diberikan kepada ahli waris yang terbunuh atau penguasa untuk menuntut qisas atau menerima diyat. Qisas itu tidak jadi dilakukan, bila yang membunuh dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diyat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diyat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, dengan tidak menangguhnangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diyat, maka ia juga diqisas dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih. Ayat yang pertama memberi isyarat tentang larangan membunuh anak agar tidak jatuh miskin, sedangkan Nofiardi 182 Aborsi dalam Pandangan...

10 ayat kedua lantaran miskin juga dilarang membunuh anak. Ayat yang ketiga larangan membunuh (jiwa) siapapun yang diharamkan darahnya oleh Allah. Nabi Muhammad SAW tidak pernah membolehkan aborsi, bahkan dalam kasus hamil di luar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil di luar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepada Nabi seorang wanita dari Ghamid dan berkata, Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata, Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma is. Demi Allah, aku telah hamil. Nabi berkata, Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata, Inilah anak yang kulahirkan. Hadits ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (di luar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba, bukan dibunuh secara keji. Dari segi ijma ulama, tidak ada perbedaan pendapat di antara mereka mengenai keharaman aborsi setelah peniupan ruh. Apabila ruh telah ditiupkan ke janin, maka hukum aborsi adalah haram, karena merupakan pembunuhan. Seorang ibu yang terancam kehidupannya karena janin yang dikandung, apakah boleh janin tersebut diaborsi, ada yang berpendapat tetap diharamkan aborsi, namun ada pula yang membolehkannya. Alasan yang mengharamkan aborsi karena bahaya bagi ibu itu tidak pasti (hanya hal yang bersifat dugaan saja). Maka tidak boleh menolak bahaya yang masih dugaan saja dengan menghilangkan nyawa anak yang sudah hidup di dalam rahim yang dapat dipastikan kelangsungan hidupnya. Sedangkan alasan ulama yang membolehkan adalah karena ada qaidah fiqhiyyah Dharurah membolehkan larangan. Oleh sebab itu janin yang membahayakan ibu, saat ini sudah bisa dipastikan dengan alat-alat kedokteran yang canggih. Meskipun demikian tidak sepatutnya terburu-buru mengaborsi janin yang telah ditiupkan ruh hanya karena takut. Bahkan aborsi tidak boleh dilakukan kecuali kekhawatiran dan dharurat tertinggi, seperti jika janin tidak diaborsi, maka ibu dan janin akan meninggal bersamaan. Hukum tersebut dapat pula berlaku bagi wanita hamil korban perkosaan yang mengakibatkan stres Nofiardi 183 Aborsi dalam Pandangan...

11 berat, kalau tidak digugurkan kandungannya ia akan sakit jiwa atau gila sedangkan ia sudah dibawa konsultasi dengan ahli psikoterapi dan sudah dinasehati tetapi tidak berhasil, atau kemungkinan wanita korban perkosaan itu sangat tertutup karena malu kalau diketahui orang, sedangkan ia tidak bisa bersabar dan menyerahkan nasibnya kepada Tuhan, meskipun ia tidak berdosa karena tidak ada kesengajaan, akibatnya ia stres berat atau sakit jiwa yang dapat mengakibatkan ia gila, maka dalam hal ini dibolehkan baginya melakukan aborsi begitu ketahuan, bahwa ia positif hamil. 9 Proses Kejadian Manusia Menurut bahasa, haml (kehamilan) berarti raf (mengangkat) dan uluq (kehamilan). Sedangkan menurut istilah, haml berarti membawa, maksudnya membawa benda dan semisalnya, dan berarti uluq (mengandung), maksudnya adalah anak yang dalam perut perempuan. Proses Tidak Langsung dari Tanah Janin dalam rahim seorang perempuan sejak dikandung hingga kelahiran, akan melalui fase-fase yang disebutkan Allah dalam firmannya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. Al-Mukminun 12-14). Dari ayat-ayat di atas, jelas bahwa kehamilan melalui fase-fase pokok sebagai berikut: Nuthfah, adalah sperma laki-laki dan indung telur perempuan apabila bersatu di dalam rahim 9 Huzaemah T. Yanggo, op.cit., h. 56 Nofiardi 184 Aborsi dalam Pandangan...

12 perempuan, dan itulah fase pertama janin. Alaqoh, adalah segumpal darah yang membeku yang tercipta dari campuran sperma laki-laki dan sel telur perempuan. Mudghoh, adalah sepotong daging yang terbentuk dari alaqoh. Tiga fase kehamilan ini masingmasing memakan waktu empat puluh hari sebelum beralih ke fase berikutnya. Apabila janin telah mencapai masa 120 hari, maka ditiupkanlah ruh dan menjadi ciptaan yang baru. Penciptaan janin dimulai pada hari ketujuh sejak awal bertemunya sperma laki-laki dan indung telur perempuan, dan penciptaannya terus menerus hingga ditiupkan ruh di dalamnya pada fase akhir mudhgoh, kemudian terus berkembang hingga kelahirannya. HR. Bukhari dari Abdullah: sesungguhnya kamu ditempatkan dalam rahim ibumu selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah), kemudian menjadi alaqah dalam jumlah hari yang sama, demikian juga mudgah. Kemudian Allah mengutus Malaikat untuk menetapkan empat hal: amal, rezeki, dan ajal serta celaka atau bahagianya, kemudian ditiupkan ruh. Sedangkan Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari hadits Hudzaifah bin Usaid, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus Malaikat, lalu dibuat bentuknya, diciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulangnya. Kemudian Malaikat bertanya, ya Rabbi, laki-laki atau perempuan? lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak- Nya, dan Malaikat menulisnya, kemudian Malaikat bertanya, ya Rabbi bagaimana ajalnya? Lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan yang dihendaki-nya, dan Malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, ya Rabbi, bagaimana rezekinya? Lalu Rabbmu menentukan sesuai dengan yang dikehendakinya, dan Malaikat menuliskannya. Kemudian Malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan itu. Hadits ini menjelaskan diutusnya Malaikat dan dibuatnya bentuk nutfah setelah berusia enam minggu (empat puluh dua hari) bukan setelah berusia seratus dua puluh hari sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas ud. Sebagian ulama mengkompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa Malaikat diutus beberapa kali, pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu berusia empat Nofiardi 185 Aborsi dalam Pandangan...

13 puluh kali tiga hari (120) hari untuk meniupkan ruh. 10 Proses Secara Langsung dari Tanah 1. Penciptaan secara bertahap (QS. Ar-Rahmaan Ayat 14): Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, 2. Manusia tumbuh dari tanah seperti tumbuhan (QS. Nuh ayat 17): Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, 3. Diciptakan dari tanah liat (lazib) QS. Ash-Shaaffat ayat 11: Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. 10 Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta:Gema Insani Press, 1995), jilid 2, h Dari tanah lembab (turab) QS. Ali Imran ayat 59: Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. 5. Dari lumpur hitam (hama in) QS. 15 ayat 28: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, Aborsi, Berbagai Sebab dan Caranya Sebab aborsi sangat beragam, terkadang janin digugurkan karena permintaan dari ibu atau selainnya Nofiardi 186 Aborsi dalam Pandangan...

14 karena beragam sebab. Sebab-sebab tersebut antara lain: a. Tujuan menggugurkan janin karena takut miskin atau penghasilan yang tidak memadai. Aborsi dilarang berdasarkan firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh anakanakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Surah al-isra ayat 31) b. Takut janin tertular penyakit yang diderita ibu atau ayahnya. c. Kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup apabila kehamilan kesehatannya. membahayakan d. Niat menggugurkan janin pada kandungan kehamilan yang tidak disyari atkan akibat perzinaan. e. Terkadang aborsi bukan merupakan tujuan, seperti seandainya ibu meminum obat atau mengangkat beban berat atau mencium bau tidak sedap yang menyebabkan gugurnya janin. Aborsi Akibat Pemerkosaan Kehidupan merupakan suatu anugerah yang harus dihormati oleh setiap manusia. Berbicara mengenai aborsi tentunya berbicara tentang kehidupan manusia, dan sering berdampak pada kasus perkosaan. Jika ditinjau dari hukum Islam, KUHP, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mempunyai pandangan yang berbeda. Menurut hukum Islam praktik aborsi tidak diperbolehkan atau dilarang karena sama saja dengan membunuh manusia, apabila aborsi tersebut merupakan upaya untuk melindungi atau menyelamatkan si ibu, maka sebagian ulama membolehkan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, praktek aborsi diperbolehkan sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa si ibu hamil atau janinnya dalam keadaan darurat sekalipun bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM dan KUHP. Meskipun ada sebagian fatwa ulama yang membolehkan menggugurkan kandungan asal sebelum berumur empat puluh hari. Tidak dapat dipungkiri kondisi sosiologis masyarakat saat ini berkembang pesat, hal itu dipengaruhi oleh pengaruh berkembangnya teknologi informasi yang langsung dapat diterima dan diserap oleh masyarakat, contoh kecil pengaruh Nofiardi 187 Aborsi dalam Pandangan...

15 teknologi saat ini dapat dilihat dari tayangan-tayangan media elektronik ataupun cetak yang dapat langsung diterima oleh masyarakat. Pemahaman terhadap nilai-nilai agama merupakan hal penting yang harus ditekankan kepada masyarakat pada saat ini, karena sangat terang dan jelas bahwa agama melarang hal-hal yang lebih banyak mengandung mudarat dari pada manfaat bagi manusia, dengan adanya pemahaman agama yang ditekankan kepada masyarakat pola pikir terhadap sex bebas dapat diminimalisir. Pola pikir sex bebas berdampak pada kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) khususnya korban perkosaan, meskipun perkosaan merupakan kejahatan seksual, jika ditinjau dari sisi wanitanya perkosaan sama sekali tidak sama dengan perzinaan dan pergaulan seks bebas, karena perkosaan melibatkan pemaksaan dan kekerasan. Di mana salah satu pihak, tidak memiliki kemauan untuk melakukannya. Hal inilah yang membedakan dengan perzinaan ataupun pergaulan bebas yang pada umumnya didorong oleh perasaan mau sama mau, membawa akibat buruk selain korban mengalami trauma yang panjang, dia tidak dapat melanjutkan pendidikan, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Begitu juga jika anaknya lahir, masyarakat tidak siap menerima kehadirannya bahkan mendapat stigma sebagai anak haram yang tidak boleh bergaul dengan anak-anak lain di lingkungannya serta menerima perlakuan negatif lainnya. Sementara jika digugurkan (aborsi), selain tidak ada tempat pelayanan yang aman dan secara hukum dianggap sebagai tindakan kriminal, pelanggaran norma agama, susila dan sosial. Kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) yang berakhir dengan aborsi banyak dijumpai di Indonesia. Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan, pertahun rata-rata terjadi sekitar dua juta kasus aborsi tidak aman. Terlepas dari hukum formal yang mengatur, aborsi merupakan fenomena yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial, budaya serta agama yang hidup dalam masyarakat. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah ayat-ayat dalam al-qur an yang bersaksi terhadap hal tersebut. Islam memberikan landasan hukum yang jelas bahwa kehidupan manusia itu suci sehingga harus dipelihara dan tidak boleh diakhiri kecuali dilakukan untuk suatu sebab atau alasan yang benar, seperti dalam eksekusi hukuman mati atau dalam perang, atau dalam pembelaaan diri yang dibenarkan. Kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) yang berakhir dengan aborsi, selain tidak ada tempat Nofiardi 188 Aborsi dalam Pandangan...

16 pelayanan yang aman dan secara hukum dianggap sebagai tindakan kriminal, pandangan agama (fikih) atau hukum Islam yang berkembang di masyarakatpun cenderung sepakat yaitu melarang aborsi. Praktik aborsi yang terjadi sering kali dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki kompetensi sehingga menimbulkan bahaya bagi ibu yang mengandungnya dan bagi masyarakat umumnya. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan masyarakat tentang hukum melakukan aborsi, apakah haram secara mutlak ataukah boleh dalam kondisi-kondisi tertentu. Pandangan Ulama Fikih Tentang Aborsi akibat kehamilan yang tidak diharapkan. Yusuf Qardhawi mengatakan, bahwa pada umumnya merujuk pada ketentuan hukum Islam, praktik aborsi dilarang dan merupakan kejahatan terhadap makhluk hidup, oleh sebab itu hukuman sangat berat bagi mereka yang melakukannya. Mahluk baru ini harus dihormati, meskipun ia hasil dari hubungan yang haram seperti zina. Rasulullah SAW telah memerintahkan wanita yang mengaku telah melakukan zina dan akan dijatuhi hukuman rajam itu agar menunggu sampai melahirkan anaknya, kemudian setelah disuruh menunggu sampai anaknya sudah tidak menyusui lagi, baru setelah itu dijatuhi hukuman rajam. Menurut Yusuf Qaradhawi, bagi wanita muslimah yang mendapatkan cobaan dengan musibah seperti perkosaan hendaklah memelihara janin tersebut sebab menurut syara ia tidak menanggung dosa, sebagaimana ia tidak dipaksa untuk menggugurkannya. Dengan demikian, apabila janin tersebut tetap dalam kandungannya selama kehamilan hingga ia dilahirkan, maka dia adalah anak muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW: tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah Bahkan anak-anak dan saudarasaudara perempuan tersebut mendapatkan pahala atas musibah yang menimpa mereka, apabila mereka tetap berpegang teguh pada Islam yang karena keislamannyalah mereka ditimpa bencana dan cobaan- dan mengharapkan ridha Allah dalam menghadapi gangguan dan penderitaan akibat perkosaan. 11 Praktik Aborsi Menurut Undang- Undang 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Sebelum keluarnya Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, ketentuan mengenai aborsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun Dalam ketentuan Undang-Undang kesehatan memuat tentang aborsi yang dilakukan atas 11 Ibid., h. 878 Nofiardi 189 Aborsi dalam Pandangan...

17 indikasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir cacat sehinga sulit hidup di luar kandungan. Sebelum terjadinya revisi Undang-Undang Kesehatan masih banyak perdebatan mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan. Hal itu dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi terhadap korban perkosaan. Selama ini banyak pandangan yang menafsirkan bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis sehingga dapat dilakukan karena gangguan psikis terhadap ibu juga dapat mengancam nyawa sang ibu. Pasal 75 menyatakan bahwa: 1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi. 2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan, dan atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut, oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli, dan dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya. Praktik Aborsi Bagi Kehamilan Tidak Diharapkan Menurut Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) Mengenai Praktik Aborsi. Sejauh ini persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan indikasi medis (abortus provokatus medicalis). Nofiardi 190 Aborsi dalam Pandangan...

18 Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai (abortus provokatus criminalis). Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia atau (abortuis provokatus) maupun karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya, dalam arti bukan karena perbuatan manusia (aborsi spontan). Aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia dapat terjadi baik karena didorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka kandungannya harus digugurkan (abortus provokatus therapeutics) atau bisa disebut aborsi (therapeuticus). Di samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak dibenarkan oleh hukum (abortus provokatus criminalis) atau disebut pengguguran janin termasuk kejahatan (aborsi criminalis). Penguguran kandungan itu sendiri ada 3 macam: ME (menstrual Extraction): dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir dengan penyedotan. Tindakan pengguguran kandungan ini sangat sederhana dan secara psikologis juga tidak terlalu berat karena masih dalam gumpalan darah, Di atas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan pengguguran kandungan yang sederhana dan Aborsi (pengguguran kandungan) di atas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit. Solusi di Masyarakat Tentang Aborsi. Dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, dan di samping itu abortus dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Prinsip hormat pada kehidupan mencakup di dalamnya kehidupan ibu dan kehidupan janin. Bagaimana membuat perempuan menginginkan kehamilannya itulah yang harus dicari solusinya. Tentunya, memecahkan persoalan ini tidak bisa hanya ditempuh melalui jalur hukum, tetapi harus diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain di bidang pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan budaya, karena problem di sekitar aborsi bukan hanya problem struktur tetapi juga kultur. Menegaskan hak masingmasing tanpa melakukan perubahan pada bidang-bidang tersebut sama saja bohong dan tidak akan mengurangi angka aborsi. Karena terbukti, aborsi, dengan cara aman sekalipun tetap mengandung resiko, langsung maupun tidak langsung, bagi perempuan yang melakukannya. Ancaman terhadap keselamatan fisik serta ancaman Nofiardi 191 Aborsi dalam Pandangan...

19 psikologis berupa sindrom pasca-aborsi (pasca abortion syndrome) menunjukkan bahwa aborsi bukan solusi terbaik. Meskipun demikian, pintu aborsi tidak harus ditutup rapat-rapat. Ada celahcelah tertentu yang perlu dibuka, misalnya bagi aborsi karena indikasi medis, dalam kasus inilah aborsi boleh dilakukan. Meskipun begitu indikasi medis yang dimaksudkan harus benar-benar bisa dipastikan secara medis, apakah benar kehamilannya mengancam nyawa ibu. Dalam kasus seperti ini nyawa ibulah yang harus diprioritaskan, karena ibu sudah memiliki tanggungjawab dibandingkan janin. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. Peraturan Pemerintah ini di antaranya mengatur masalah aborsi bagi perempuan hamil yang diindikasikan memiliki kedaruratan medis dan atau hamil akibat pemerkosaan, merujuk Pasal 75 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun Menurut pasal tersebut, setiap orang dilarang melakukan aborsi terkecuali berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan yang dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban pemerkosaan. Indikasi kedaruratan medis yang dimaksud meliputi kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu, dan/atau kesehatan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, ataupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. Penentuan indikasi kedaruratan medis dilakukan oleh tim kelayakan aborsi, yang paling sedikit terdiri dari dua tenaga kesehatan, yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan. Adapun kehamilan akibat pemerkosaan merupakan kehamilan akibat hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak perempuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dibuktikan dengan usia kehamilan sesuai dengan kejadian pemerkosaan yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter dan keterangan penyidik, psikolog, atau ahli lain mengenai dugaan adanya pemerkosaan. "Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan harus dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab," demikian bunyi Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Reproduksi. Nofiardi 192 Aborsi dalam Pandangan...

20 Peraturan Pemerintah tersebut mendefinisikan praktik aborsi yang dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab tersebut adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar, dilakukan di fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan, dengan izin suami, kecuali korban pemerkosaan, tidak diskriminatif, dan tidak mengutamakan imbalan materi. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zaenal Abidin menilai, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi perlu dikaji kembali, khususnya untuk praktek aborsi. Ini karena dokter yang melakukan praktek aborsi artinya melakukan kejahatan terhadap nyawa yang bertentangan dengan KUHP. "Peraturan Pemerintah tersebut bertentangan dengan KUHP, khususnya pada BAB Kejahatan Terhadap Nyawa, dan itu juga bertentangan dengan sumpah dokter," ujarnya. Ketika Peraturan Pemerintah tersebut diberlakukan, KUHP tetap berjalan, sehingga meskipun ada payung hukum sekalipun, dokter sangat berisiko untuk dihukum dan dipenjara bila melakukan praktik aborsi. Dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun, maka tentu dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut akan membingungkan tugas dokter. Peraturan Pemerintah tersebut juga menurut Zaenal rentan untuk disalahgunakan. Kendati tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa, namun ada beberapa kondisi yang juga dilonggarkan. Misalnya pada pasal 75 ayat 1 yang menyebutkan setiap orang dilarang melakukan aborsi, terkecuali berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan yang dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban pemerkosaan. Zaenal menilai, alasan tersebut juga bisa dipakai oleh wanita yang stres karena kehamilan yang tidak direncanakan untuk melakukan aborsi. "Tidak usah dibuat-buat karena akan muncul alasan-alasan lain yang didasari hak ibu untuk menggugurkan kandungan karena membuatnya stres," paparnya. Lagipula, lanjut dia, di negaranegara yang memperbolehkan praktek aborsi juga akhirnya tidak berhasil menurunkan angka aborsi. "Angkanya tetap tinggi karena alasannya bukan lagi mengancam jiwa, tetapi karena hak ibu," kata dia. Kalaupun praktik aborsi diperbolehkan untuk kondisi-kondisi tertentu, Zaenal menegaskan supaya dokter tidak terlibat. Ia menambahkan, sumpah Hipokrates yang dibuat Pitagoras sangat mengharamkan aborsi, begitu juga agama Islam dan Katolik. Nofiardi 193 Aborsi dalam Pandangan...

21 Bahkan dalam sumpah itu, sejak awal terjadinya pembuahan, jiwa dan nyawa sudah ada dan memiliki hak untuk hidup. Maka mengakhiri hidup janin dengan paksa sama saja dengan melakukan kejahatan terhadap nyawa. Sejalan dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang menyatakan bahwa semua ulama fikih terkemuka memutuskan menggugurkan kandungan atau aborsi kehamilan akibat pemerkosaan adalah haram. Semua ulama fikih, termasuk Imam Ghazali mengharamkan aborsi akibat pemerkosaan, ujar Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj. KH. Said menambahkan, kendati demikian, sebagian Ulama memperbolehkan aborsi selama usia kandungan belum mencapai 40 hari. Imam al-ghazali melalui kitab Ihya Ulumuddin, menyatakan bahwa hukum aborsi akibat pemerkosaan adalah haram, jika janin sudah berusia 120 hari dan berwujud manusia. Kiai Said menambahkan, empat ulama fikih besar: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hanbali berbeda pendapat mengenai hukum aborsi sebelum usia kandungan mencapai 40 hari. Imam Abu Hanifah memperbolehkan aborsi sebelum 40 hari. Imam Maliki dan Imam Hanbali berpendapat lebih keras dengan mengharamkan aborsi walaupun sebelum 40 hari. Sementara Imam Syafii berpendapat, aborsi yang dilakukan sebelum 40 hari diperbolehkan dengan catatan diizinkan oleh pasangan suami isteri dan tidak membahayakan ibu yang hamil. Dari semua pasal tersebut, PBNU mengambil kesimpulan bahwa hukum aborsi bagi kandungan yang disebabkan pemerkosaan adalah haram hukumnya. Hukum aborsi akibat pemerkosaan adalah haram, seperti yang tertulis di hasil bahthsul masail Musyawarah Nasional Ulama PBNU. Asasriwarni menyatakan bahwa aborsi saat ini adalah fenomena memprihatinkan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia yang menemukan dugaan terjadi kasus aborsi melibatkan sekitar 2 juta kasus. Sementara WHO memperkirakan persen dari kasus aborsi tidak aman yang berujung kematian, ini merupakan kejadian luar biasa. Ditinjau dari hukum Islam aborsi sangat penting dipahami sebab tidak terdapat secara langsung dalam al- Quran dan sunnah Rasullah. Padahal di sisi lain terdapat berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur. Salah satu ketentuan itu, terdapat pada pasal 75 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2006 Tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi. Asasriwarni menyebutkan, berbagai pandangan lain tentang aborsi diantaranya ditemukan dalam Nofiardi 194 Aborsi dalam Pandangan...

22 ensikopedi hukum Islam yang disarikan diantaranya, pertama aborsi yang terjadi karena tidak sengaja tidak dikenakan sanksi hukum. Kedua, aborsi sebelum ditiupkan ruh, setidaknya ada empat pendapat yakni boleh secara mutlak, boleh apabila uzur, makruh tanpa uzur dan haram, setelah ruh ditiupkan maka aborsi haram hukumnya. Secara substansi, munculnya berbagai pandangan itu terkait aborsi secara umum pula maka prinsipnya aborsi tetap haram kecuali boleh dalam kondisi yang dizinkan oleh syara. Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof Hasanudin AF, menjelaskan aslinya hukum aborsi itu haram. Tindakan ini tidak boleh dilakukan semaunya. Wanita yang hamil normal, termasuk didalamnya hamil karena perzinaan, tidak boleh mengaborsi kandungannya. Alasan tersebut tidak menggambarkan dhoruriyyah atau kepentingan atau keterdesakan untuk mengaborsi kandungan,". Hal berbeda berlaku bagi wanita korban pemerkosaan. Bagi mereka, MUI menilai bisa saja dilakukan aborsi. Aborsi ini dilakukan sebelum kandungan mencapai usia 40 hari. "Ini penting, karena kalau sudah masuk 40 hari, janin itu hidup," paparnya. Hal ini dinilainya sangat mendasar, sehingga penting untuk diperhatikan. Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi, menjelaskan tindakan aborsi diperbolehkan jika perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter. Kemudian, dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu. Fatwa itu memaparkan keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama. Aborsi bagi korban pemerkosaan harus diperhatikan betul dan keterangan dari penegak hukum sangat dibutuhkan. Keterangan ini berupa penjelasan bahwa wanita hamil yang akan diaborsi adalah benar korban pemerkosaan. Buktinya, jelas Hasanudin, ada hasil visum et repertum yang menggambarkan robeknya selaput dara misalkan atau adanya luka di kemaluan perempuan yang menggambarkan kondisi hubungan seks dibarengi kekerasan. Selain itu, pihak keluarga juga harus menyetujui tindakan aborsi ini. "Jadi mekanismenya tidak sembarangan," papar Hasanudin. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 mengenai pelegalan aborsi Nofiardi 195 Aborsi dalam Pandangan...

23 bagi perempuan korban pemerkosaan sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai tindakan aborsi. Fatwa MUI mengenai aborsi menjadi tidak dilarang apabila keberadaan si bayi mengancam keselamatan jiwa dan raga ibunya. Sementara jika tindakan itu dilakukan tanpa ada dasar dan alasan jelas, aborsi adalah illegal, melanggar hukum Islam dan hukum negara. Menag menyebutkan, salah satu butir dalam Peraturan Pemerintah itu menyatakan tindakan aborsi menjadi legal dalam kondisi tertentu tetap mengacu pada Undang-Undang Kesehatan. Pasal 75 ayat (1) menyebutkan setiap orang dilarang aborsi kecuali berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan, dalam Undang-Undang Kesehatan, aborsi jelas disebutkan tidak diperbolehkan kecuali ada indikasi kedaruratan medis. Misalnya menjaga keselamatan nyawa ibu dan anaknya. Namun, saat ini ditambahkan dengan kasus perkosaan. Maka Peraturan Pemerintah menegaskan aborsi dapat dilakukan jika terjadi kedaruratan medis dan perempuan akibat perkosaan dengan mekanisme pembuktian standar yang sangat kerat. Nanti harus dibuktikan dengan prosedur yang ditetapkan dan akan dilihat oleh tim yang minimal berisi dua orang, salah satunya mengamati masa 40 hari menstruasi korban," kata Fasli. Menurut dia, pemerintah telah memperhitungkan waktu 40 hari secara seksama. Dalam hal ini usia kandungan belum mencapai tiga atau empat bulan. Selain itu, lanjut Fasli, pemerintah melihat hak asasi perempuan yang diperkosa harus diberikan. Dengan melihat masa depan anaknya, psikologis ibunya ke depan maka hal ini telah menjadi keputusan. "Karena kasus pemerkosaan adalah perbuatan kriminal. Ini adalah keputusan pemerintah dengan menjaga norma agama dan kedokteran sejak pembuahan, karena kasus pemerkosaan adalah tugas aparat keamanan nantinya," tuturnya. Mantan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan, aborsi tetap merupakan praktik terlarang berdasarkan Undang-Undang. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi menurut dia tetap membatasi bahwa aborsi hanya bisa dilakukan dalam kondisi darurat medis dan kasus pemerkosaan. "Jadi (masalah aborsi ini) telah dibahas selama 5 tahun. Baik Undang- Nofiardi 196 Aborsi dalam Pandangan...

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam PIT PDFI, Balikpapan 9-10 September 2015 Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam Budi Sampurna amanat UU 36/2009 Frasa kesehatan reproduksi muncul di pasal 48

Lebih terperinci

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN A. Aborsi Dalam Perspektif Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 1. Dasar-dasar dan Prosedur Penetapan

Lebih terperinci

BAB IV. Berdasarkan Hasil Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam menetapkan. hukum aborsi terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61

BAB IV. Berdasarkan Hasil Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam menetapkan. hukum aborsi terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61 BAB IV ANALISIS TERHADAP HASIL BAHSUL MASAIL MUSYAWARAH NASIONAL NAHDATUL ULAMA TAHUN 2014 TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH Nomor. 61 TAHUN 2014 PASAL 31 TENTANG KE SEHATAN REPRODUKSI A. Hasil Bahtsul Masail

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 26 PENDAHULUAN Pengertian aborsi menurut hukum adalah tindakan menghentian kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dimuka bumi ini dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN RELASINYA DALAM MEMBINA KEUTUHAN RUMAH TANGGA A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i

Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i Sesungguhnya mematahkan tulang seorang mukmin yang sudah meninggal, sama seperti mematahkan tulangnya dikala hidupnya (Riwayat Abu Dawud 2/69, Ibnu Majah 1/492, Ibnu

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA A. Pembantuan Dalam Aturan Hukum Pidana 1. Doktrin Pembantuan dalam Hukum Pidana Dalam pembantuan akan terlibat

Lebih terperinci

BAB III ABORSI BAGI IBU HAMIL PENDERITA HIV/AIDS DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB III ABORSI BAGI IBU HAMIL PENDERITA HIV/AIDS DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB III ABORSI BAGI IBU HAMIL PENDERITA HIV/AIDS DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. ABORSI BAGI PENDERITA HIV/AIDS MENURUT HUKUM ISLAM Pada dasarnya, aborsi telah ditetapkan oleh Fatwa Majelis Ulama

Lebih terperinci

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI A. Hukum Aborsi Akibat Perkosaan Aborsi akibat perkosaan merupakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai moral yang ada di dalam masyarakat kita semakin berkurang. Pergaulan bebas dewasa

Lebih terperinci

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI Oleh : Putu Mas Ayu Cendana Wangi Sagung Putri M.E. Purwani Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF Untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan antara

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ABORSI KARENA KEDARURATAN MEDIS MENURUT PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang pelah diuraikan sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana

Lebih terperinci

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) sebagai Upaya Pemeliharan Keturunan (Hifz} al-nasl) Dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

dari Ibnu Mas ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan

dari Ibnu Mas ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan HADITS KEempat 14 Arti Hadits / : Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42 Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus 2004 11:58:42 Setiap tahun, 307 ibu mati dari 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah itu, 11 persen di antaranya meninggal karena aborsi tidak aman.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami

Lebih terperinci

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM TAFSIR AL QUR AN UL KARIM aku berlindung kepada Allah dari godaan Setan yang terkutuk. Tafsir : I. Makna Kalimat Ta awdudz Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsinya : Al Istiadzah adalah berlindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan. Sebenarnya kekerasan terhadap perempuan sudah lama terjadi, namum sebagian masyarakat belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Aborsi disebut juga dengan istilah Abortus Provocatus. Abortus provocatus adalah pengguguran kandungan yang disengaja, terjadi karena adanya perbuatan

Lebih terperinci

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN 52 BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN A. Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Dalam pembukaan Undang-undang Dasar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama 54 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pernikahan poligami hanya terbatas empat orang isteri karena telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

Lebih terperinci

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam Nama : Wuri Utami Kelas : X IPA 6 No. Absen : 34 SMA NEGERI 3 BANDUNG 2014 1. Menyambung Rambut Mazhab Maliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,

Lebih terperinci

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XX KETENTUAN PIDANA Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Prosedur Pelaksanaan Cuti Bersyarat

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : Angga Indra Nugraha Pembimbing : Ibrahim R. Program Kekhususan: Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract: The rise of

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa www.bersamadakwah.com 1 : Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam sangat memahami bagaimana kondisi manusia karena ia adalah Din yang dipilihkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 190 (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP A. Analisis Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Pasal 49 KUHP Dalam KUHP pasal 49 ayat 1, dikenal

Lebih terperinci

: : :

: : : [ ] : : : : Bagaimana Hukum Aborsi? Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah menjawab: Wahai Muslimah!, ALLAH Ta ala telah menciptakan makhluk di dalam rahimmu melalui kehamilan sebagai amanat

Lebih terperinci

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA Oleh : Yudi Ardianto (411.046) Dosen Pembimbing : Drs.H.Hasymi Dt.R.Panjang, S.H, M.Si JURUSAN TADRIS IPA KOSENTRASI FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi (pengguguran kandungan). Maraknya aborsi dapat diketahui dari berita di surat kabar atau

Lebih terperinci

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

E٤٢ J٣٣ W F : :

E٤٢ J٣٣ W F : : [ ] E٤٢ J٣٣ W F : : Masyarakat yang bersih, yang tidak dipenuhi berbagai berita adalah masyarakat yang selamat serta terjaga, dan yang melakukan maksiat tetap tertutup dengan tutupan Allah atasnya hingga

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan: HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi Pertanyaan: Sebagaimana diketahui, bahwa seorang Muslim tidak boleh malu untuk menanyakan apa saja yang berkaitan dengan hukum agama, baik yang bersifat

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aborsi adalah pembunuhan janin yang di ketahui oleh masyarakat yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Setiap orang berhak atas kehidupan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan bebas sebagai pengaruh efek global telah mempengaruhi perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi. Pergaulan bebas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH Ust. H. Ahmad Yani, MA Kondisi Manusia Menghadapi Musibah Setiap manusia di Dunia ini pasti pernah melewati masa-masa ujian dari Allah SWT. Beragam ujian yang dialami manusia

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

Tahapan Penciptaan Manusia

Tahapan Penciptaan Manusia Tahapan Penciptaan Manusia 1 P a g e : : : "Dari Abi 'Abdirrahman 'Abdillah bin Mas'ud bahwasanya dia berkata;"telah mengkhabarkan kepada kami Rasulullah -dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan-;

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

BAB III LEGALISASI ABORSI KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN. A. Latar Belakang Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun

BAB III LEGALISASI ABORSI KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN. A. Latar Belakang Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun BAB III LEGALISASI ABORSI KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN A. Latar Belakang Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

Lebih terperinci

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Kitab Hudud 1. Hudud pencurian dan nisabnya Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Hadis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada manusia secara alami sejak ia di lahirkan, bahkan jika kepentingannya dikehendaki, walaupun masih dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aborsi saat ini dilakukan bukan hanya untuk menyelamatkan jiwa sang ibu namun dapat dilakukan karna ibu tidak menghendaki kehamilan tersebut. Kehamilan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Hukum Jinayat (Tindak Pidana dalam Islam) A. Pengertian Jinayat Jinayat yaitu suatu hukum terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan pembunuhan, perzinaan, menuduh zina,

Lebih terperinci

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN I. Muqodimah : Prof. Abdul Wahhab Kholaf berkata dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih (hal. 143) : - - " "."." Nash Syar I atau undang-undang wajib untuk diamalkan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri,

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan PENGERTIAN BAYI TABUNG PENGERTIAN BAYI TABUNG In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung adalah proses

Lebih terperinci

Fatwa-Fatwa Ramadhan untuk Wanita. 1. Pertanyaan: Apakah hukumnya menunda qadha puasa hingga setelah Ramadhan tahun depan?

Fatwa-Fatwa Ramadhan untuk Wanita. 1. Pertanyaan: Apakah hukumnya menunda qadha puasa hingga setelah Ramadhan tahun depan? Fatwa-Fatwa Ramadhan untuk Wanita 1. Pertanyaan: Apakah hukumnya menunda qadha puasa hingga setelah Ramadhan tahun depan? Jawaban: Barangsiapa yang berbuka di bulan Ramadhan karena safar atau sakit atau

Lebih terperinci

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini PENYULUHAN HUKUM Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini Ani Yunita, S.H.M.H. Nasrullah, S.H.S.Ag.,M.CL. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Persoalan nikah bukanlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang pasal 55 KUHP terhadap MenyuruhLakukan Tindak Pidana Pembunuhan

Lebih terperinci

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa 53 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG IKRAR TALAK BAGI SUAMI ISTRI PASCA PUTUSAN BERKEKUATAN HUKUM TETAP Ketika tidak ada peraturan yang tegas mengatur

Lebih terperinci

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK Bom bunuh diri yang dilakukan muslim Palestina sejak sekitar satu sasawarsa terakhir yang sekarang mulai merebak kebeberapa negara seprti

Lebih terperinci

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:????????????????????????

Lebih terperinci

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan: Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan Dari: Dani, Sulawesi Selatan (disidangkan pada hari Jum at, 23 Jumadilakhir 1432 H / 27 Mei 2011 M) As-salaamu alaikum wr. wb. Divisi

Lebih terperinci

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Urgensi Menjaga Lisan Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa www.bersamadakwah.com 1 : Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Setiap ibadah dalam Islam memiliki keutamaan masingmasing. Demikian pula dengan puasa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dalam firman-nya

Lebih terperinci

[INDONESIA-L] MEDIKA - Bila 'Mereka. Bila 'Mereka' Memilih Aborsi. From: Date: Wed Nov :09:00 EST

[INDONESIA-L] MEDIKA - Bila 'Mereka. Bila 'Mereka' Memilih Aborsi. From: Date: Wed Nov :09:00 EST [INDONESIA-L] MEDIKA - Bila 'Mereka From: apakabar@access.digex.net Date: Wed Nov 04 1998-14:09:00 EST Edisi 10/XXIV - Oktober 1998 Bahasan Utama Bila 'Mereka' Memilih Aborsi Keputusan untuk menggugurkan

Lebih terperinci

BAB IV KELAHIRAN TANGGAL KHUSUS SEBAGAI ALASAN SECTIO CAESAREA PADA PASIEN TANPA INDIKASI KEDARURATAN MEDIS

BAB IV KELAHIRAN TANGGAL KHUSUS SEBAGAI ALASAN SECTIO CAESAREA PADA PASIEN TANPA INDIKASI KEDARURATAN MEDIS 90 BAB IV KELAHIRAN TANGGAL KHUSUS SEBAGAI ALASAN SECTIO CAESAREA PADA PASIEN TANPA INDIKASI KEDARURATAN MEDIS A. Kriteria Kedaruratan Kebolehan Melakukan Sectio Caesarea Menurut Hukum Islam dan Medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. problematika dan mengontrol perkembangan tersebut.salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. problematika dan mengontrol perkembangan tersebut.salah satu problematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak sekali berbagai permasalahan dan problematika yang sering muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang semakin berkembang dan tidak sedikit

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain.

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain. Menambahkan apa yang disampaikan Pak Baz, intinya seperti apa yang disampaikan Pak Baz. Pertanyaan : 1. Apakah ada hadits yg menyatakan bahwa jika ada keluarga yg meratapi mayit, dosanya akan ditimpakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban pemerkosaan di Indonesia merupakan hal yang sangatlah menarik untuk dibahas karena terdapat dualisme pemahaman

Lebih terperinci

Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi

Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi Didownload dari http://www.vbaitullah.or.id Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr 21 Mei 2004 Allah menclptakan makhluknya agar beribadah serta tunduk kepadanya. Allah menciptakannya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1)

BAB IV PENUTUP. 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1) BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1) Menasihati, Nasihat merupakan upaya persuasif dan langkah edukasi pertama yang harus dilakukan seorang suami

Lebih terperinci

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM BAB I PENDAHULUAN Masalah transplantasi organ tubuh merupakan masalah ijtihadiyah yang terbuka kemungkinan untuk didiskusikan, karena belum pernah

Lebih terperinci