BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH"

Transkripsi

1 BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sastra daerah dalam konteks sastra di Indonesia merupakan kekayaan budaya daerah yang bersangkutan, sebagai sumber yang menyimpan nilai nilai kedaerahan 1, selain itu sastra daerah merupakan salah satu aset daerah yang seharusnya digali lebih dalam lagi, karena sastra menyimpan suatu nilai moral yang luhur untuk digunakan masyarakatnya, bahkan dapat dijadikan landasan dalam pemerintahan. Babad adalah karya sastra sejarah. Sebagai sastra sejarah, babad memang memakai unsur unsur sejarah sebagai bahan penulisannya, namun sastra babad tidak bertujuan untuk menulis sejarah. Sebaliknya, sastra babad ditulis dengan tujuan untuk menjadi pedoman moral bagi masyarakat pendukungnya, hal ini seperti yang dijelaskan Prapto Yuwono (1999 : 236) dalam Penguasaan Teks dan Wawasan Dasar Penelitian Kesusastraan Jawa dalam Kibas Unggas Budaya berikut: Karya sastra (baca: Babad) bukan hanya sebagai wadah dari ide ide, gagasan, norma norma, nila nilai, yang dilandasi oleh orientasi nilai batin semata, akan tetapi sekaligus merupakan alat menyampaikannya kepada masyarakatnya. 2 Dari kutipan tersebut, semakin jelas bahwa penulisan babad merupakan alat untuk menyampaikan moral pada masyarakat pendukungnya, oleh karena itu efek babad adalah sebagai suritauladan pada pembacanya (turunannya) dengan demikian dapat dipastikan penulisan babad bukan merupakan penulisan sejarah melainkan alat menyampaikan moral, atau bahkan sebagai pelambang legitimasi kekuasaan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Peter Carey (1986: 13) dalam bukunya Ekologi Kebudayaan Jawa dan Kitab Kedung Kebo berikut : 1Zaidan. Pedoman Penelitian Sastra Daerah. (Jakarta: 2002). hlm 6. 2Yuwono, Prapto. Penguasaan Teks dan Wawasan Dasar Penelitian Kesusastraan Jawa dalam Kibas Unggas Budaya Jawa. (Depok: 1999). hlm

2 3...Babad itu penting artinya sebagai pelambang legitimasi dan otoritasi kekuasaan, di dalam konteks orang orang Jawa, bagi sebuah dinasti yang sedang berkuasa atau bahkan bagi sesuatu keluarga sekalipun, oleh karena Babad kerap kali mempunyai kedudukan pusaka bagi mereka. 3 Maka menjadi jelas bahwa babad ditulis bertujuan sebagai alat penyampaian moral bahkan alat legitimasi. Pada umumnya masyarakat merasa bangga dengan keberadaan babad daeranya, hal ini disebabkan unsur unsur dalam babad yang membuat masyarakat sangat yakin leluhurnya adalah orang yang sangat sakti dan tidak ada yang mampu menandingi. Dalam babad terdapat unsur fiksi serta unsurunsur yang mampu membangun babad seperti yang dijelaskan Darusuprapta (1985: 82)...unsur unsur mite, legenda, simbolisme, dan sugesti... 4 adalah unsur unsur yang selanjutnya menjadi aspek aspek babad hingga pada akhirnya menjadi dasar penulisan tersebut merupakan hal hal yang menjadikan alur dalam babad seolah nyata dan semakin meyakinkan bagi masyarakatnya. Babad Darmayu (selanjutnya disebut BD) merupakan babad dalam konteks sastra tradisional, yang menceritakan perjalanan Wiralodra dalam mendirikan Darmayu. Darmayu merupakan nama yang diberikan oleh Nyi Indang Darma, seiring berkembannya zaman Darmayu berganti nama menjadi Indramayu. Seperti babad pada umumnya, tujuan penulisan BD untuk menyampaikan moral bagi masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat Indramayu. Alat yang digunakan penulis BD sama dengan aspek aspek babad pada umumnya, seperti yang telah diungkapkan Darusuprapta (1985: 82) di atas bahwa mite, legenda, simbolisme, dan sugesti adalah aspek babad. Namun, tidak keseluruhannya termasuk aspek BD karena mite tidak termasuk aspek BD. Sebab, mite berkisah tentang kegiatan, hubungan keluarga, serta kisah para dewa. 5 Sedangkan, Wiralodra adalah manusia biasa. Sementara aspek mite dihilangkan, menurut penulis dalam BD terdapat satu aspek lagi yang tidak disebutkan oleh Darusuprapta. Adapun aspek tersebut adalah aspek kesaktian. Dengan kata lain, aspek aspek dalam BD adalah legenda, genealogi, sugesti (wisik, suara gaib, mimpi), simbolisme, dan kesaktian. 3Carey, Peter. Ekologi Kebudayaan Jawa dan Kitab Kedung Kebo. (Jakarta: 1986). hlm 13. 4Darusuprata. Arti Nilai Babad dalam Kebudayaan Jawa dalam Citra Pahlawan dalam Kebudayaan Jawa. (1985). hlm 82. 5Sutarto. Legenda kasada dan karo orang Tengger Lumajang; Disertasi. (Depok: 1997). hlm 23. Universitas Indonesia

3 BD sangat dibanggakan oleh masyarakat Indramayu. Oleh karena itu, BD tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di Indramayu. Bahkan dalam penulisan Sejarah Indramayu, BD dijadikan sumber primer. Akan tetapi, seperti yang telah penulis uraikan di atas bahwa sebuah babad tidak bertujuan menuliskan sejarah melainkan alat menyamapaikan moral. Maka, tidak heran jika yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir para sejarawah lokal meragukan kebenaran buku Sejarah Indramayu yang diresmikan pada tahun 1977 itu. Para sejarawan lokal sadar bahwa yang dituliskan dalam Sejarah Indramayu itu bukan sejarah yang semestinya karena tidak memiliki fakta, apalagi setelah diketahui bahwa penulisan Sejarah Indramayu yang dipimpin oleh H.A. Dasuki itu hanya sebuah keterpaksaan untuk kepentingan politik, sehingga ketika itu kebenaran sejarah tidak diperdulikan, yang dipikirkan hanya agar Indramayu memiliki sejarah layaknya daerah daerah yang lain. Kencangnya kecenderungan perkembangan sejarah sosialah yang menyebabkan munculnya penulisan sejarah lokal yang terburu buru, yang menekankan pada topik dan isu, sebuah sejarah yang problem~oriented. Perkembangan dan Perubahan menjadi isu sentral, dengan bandingan yang sama dalam perspektif sejarah. 6 Dari kutipan di atas jelaslah bahwa pemerintah Indramayu pada saat itu terlalu terburu buru membuat sejarah dan menentukan hari jadi dengan tanpa memperdulikan kebenaran sejarah tersebut. Para sejarawan lokal, sangat merisaukan keberadaan sejarah Indramayu yang belum juga menemukan kebenarannya. Oleh karena itu, pada september 2007 telah diadakan seminar yang bertemakan Sejarah Indramayu: Rekonstruksi Pemikiran dan Penafsiran Sejarah Indramayu H.A Dasuki dkk. Pada seminar tersebut beberapa ahli sejarah dengan pendekatan berbagai macam ilmu mencoba mencari jalan keluar dari kebenaran Sejarah Indramayu. Namun, sungguh disayangkan karena suatu hal, hasil seminar itu tidak ditindaklanjuti sehingga hasilnya tetap sama, Sejarah Indramayu masih tetap tidak jelas. Sayang memang, namun itulah yang terjadi walau para sejarawan itu 6Sunarto, Eddy. Tinjauan Historiografi Dekade Kedatangan Wiralodra di Indramayu. Makalah seminar Sejarah Indramayu. (Bandung: 2007). hlm 2.

4 5 berusaha sekuat tenaga untuk merekonstruksi pemikiran dan menafsirkan Sejarah Indramayu. Namun, apabila yang menjadi sumber primer tetap BD, maka rekonstruksi sejarah sampai kapan pun tidak akan terwujud, sebab BD merupakan karya sastra dan bukan sejarah. Maka, jika Indramayu ingin memperbaiki sejarahnya mau tidak mau harus menulis ulang Sejarah Indramayu. Berikut adalah cuplikan wawancara penulis dengan Direktur Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah sekaligus Sejarawan lokal Indramayu, Pak O Ushj Dialambaqa 7 yang menekankan pernyataan di atas: Semua pembuktian sejarah yang ada dianggap gugur karena tidak bisa dibuktikan secara akademis. Indramayu lahir setelah tahun 1950 tapi pada sejarah yang ada, Indramayu lahir 300 tahun yang lalu. Maka dari itu, rekonstruksi benar benar harus ada untuk nafas pemerintah menjalankan visimisi perkembangan. Pemerintah dan sejarawan lokal masih belum mau berfikir secara analistik lebih dalam mengenai sejarahnya, sejarah benarbenar dibangun dari babad. Dari hasil wawancara tersebut, terbukti bahwa Sejarah Indramayu masih simpang siur hingga menjadi perdebatan panjang di antara para sejarawan lokal. Penelitian yang dilakukan selama ini lebih condong pada penelitian penelitian yang bersifat sosial, arkeologi, sejarah, antropologi dan bukan penelitian sastra. Penelitian tersebut tidak mampu mengeluarkan moral yang terkandung dalam BD, melainkan hanya mencoba menafsirkan isi buku Sejarah Indramayu. Berdasarkan uraian di atas menarik bagi penulis untuk mengkaji citra moral Wiralodra dalam BD. Adapun alasannya adalah sebagai berikut: Subjektif: Sebagai masyarakat Indramayu merasa bertanggung jawab atas kesimpangsiuran makna yang terkandung dalam BD. Pragmatis: Belum ada gambaran citra moral Wiralodra untuk menemukan Jati Wiralodra untuk membangun Indramayu. Wiralodra adalah cerminan masyarakat Indramayu, maka jika ingin membangun Indramayu terlebih dahulu harus mengetahui jati diri Wiralodra. Teoritis: Belum ada yang meneliti BD dari sudut pandang sastra yang mengkaji citra moral Wiralodra dan memahami cerita Wiralodra 7 Wawancara dilakukan pada tanggal 20 September 2008, pukul 13:30 s.d WIB. Universitas Indonesia

5 melalui aspek BDnya. Dari alasan alasan di atas, maka penelitian ini melihat BD bukan sebagai sumber sejarah melainkan sebuah karya sastra daerah yang di dalamnya mengandung banyak nilai yang harus digali. Oleh karena itu, penulis berharap penelitian ini dapat membantu memahami moral dalam BD, agar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Indramayu, mengetahui siapa dan bagaimana jati diri leluhurnya serta memahami citra moral Wiralodra yang tersirat dalam BD. 1.2 Pembatasan Masalah Dalam penelitian BD ini, penulis hanya akan memfokuskan pada analisis Citra moral Wiralodra I (Selanjutnya hanya disebut Wiralodra) sebagai cikalbakal masyarakat Indramayu. Sedangkan Wiralodra II VIII tidak dianalisis, sebab aspek aspek moral lebih banyak pada Wiralodra, bahkan penulisan yang membahas Wiralodra dalam BD hampir 60 persennya dari keseluruhan cerita. 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah citra moral Wiralodra yang tersirat dalam BD. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami aspek aspek moral yang membangun citra moral Wiralodra dalam BD. 1.5 Metode Penelitian Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta fakta dengan sabar, hati

6 7 hati dan sistemis untuk mewujudkan kebenaran 8. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah cara untuk memperoleh referensi yang relevan dengan penelitian ini. Dari buku buku bacaan serta makalah makalah hasil seminar Sejarah Indramayu yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu karya ilmiah. Adapun metode penulisan yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tujuan analisis deskriptif adalah mendeskripsikan teks dan apa apa yang terkandung di dalam teks tersebut. Selain mendeskripsikan dibutuhkan pula upaya untuk menganalisis dan menginterpretasikan makna karya sastra. 1.6 Sumber Data Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah BD milik H.R Sutadji. Naskah yang berukuran 27,5 x 19,5cm ini disalin di buku tulis, dengan tebal halaman 220 dan setiap halaman terdiri dari 30 baris. Naskah yang disalin pada tahun 1988 oleh Sutadji ini, berbentuk tembang 9 dan terdiri dari 16 pupuh 10 dan beraksara Latin dalam bahasa Jawa dan sedikit bahasa Sunda. 1.7 Landasan Teori Untuk memahami citra moral Wiralodra dalam BD, maka menggunakan pengertian citra yang diajukan Panuti Sudjiman (1990: 17); Citra diartikan sebagai kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat. Citra merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi 11. Dengan demikian dapat terlihat segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan dan yang dilakukan tokoh karena hal itu merupakan pencitraan 8 Mardalis. Metode Penelitian. (Jakarta: 1990).hlm Tembang adalah susunan titilaras (nada) sebagai perangkat untuk membaca puisi tradisional, terutama macapat. Karsono (2001: 193). 10 Pupuh adalah bagian dari wacana yang berbentuk puisi, dapat disamakan dengan bab untuk wacana prosa. ibid. 11Sudjiman. Kamus Istilah Sastra. (Jakarta: 1990). hlm 17. Universitas Indonesia

7 baginya. Berdasarkan pengertian citra tersebut, penulis merasa bahwa untuk menganalisis citra moral tersebut diperlukan teori moral. Maka, penulis menggunakan teori moral yang dikemukakan Franz Magnis Suseno (1987); yang mengatakan moral adalah tolok ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Dalam memahami citra moral Wiralodra yang tercermin dari aspek BD. Dibutuhkan sebuah pendekatan penafsiran terhadap aspek aspek BD. Maka, peneliti menggunakan pendekatan Interpretasi menurut Jan van luxemburg, Mieke bal dan Willem g. westeijn (1991: 25) ; Interpretasi ialah cara membaca dan menjelaskan teks yang lebih sistematis dan lengkap. 12 Dengan menggunakan pendekatan Interpretasi tersebut peneliti ingin menginterpretasi BD secara makna yang lebih luas lagi, demi menemukan moral yang terkandung dalam aspek BD dengan lebih objektif. Penulis melihat bahwa karya sastra perlu diinterpretasi. Oleh karena analisis ini bertumpu pada aspek aspek BD maka seperti yang telah penulis jelaskan di atas, terdapat lima aspek BD yaitu : 1. Aspek legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh sungguh pernah terjadi Aspek sugesti adalah ramalan atau firasat, suara gaib, tabir mimpi dan pemali Aspek simbolisasi berupa lambang lambang, benda benda keramat, atau kata kata kiasan yang penuh makna Aspek genealogi adalah garis keturunan manusia dalam hubungan keluarga sedarah Aspek kesaktian adalah kepandaian (kemampuan) berbuat sesuatu 12 Luxemburg, Jan van. dkk. Tentang Sastra. (Jakarta: 1991). hlm Dandajaya. Folklore Indonesia. (Jakarta: 2002.) hlm Soedarsono, dkk Citra Pahlawan dalam Kebudayaan Jawa. hlm.83 15Ibid. hlm.83 16KBBI. (Jakarta: 2001.)hlm 353

8 9 yang bersifat gaib (melampaui kodrat alam) Penelitian Terdahulu Cerita Wiralodra yang begitu menarik membuat banyak orang ingin meneliti lebih dalam mengenai perjalanan Wiralodra dalam membangun cikalbakal Indramayu dilihat dari sudut pandang yang beraneka ragam. Penelitian mengenai Wiralodra ada yang sudah berwujud buku buku literatur, makalahmakalah seminar, dan lain lain. Buku buku yang membahas mengenai Wiralodra antara lain adalah H. A Dasuki, dkk (1977) dalam buku yang berjudul Sejarah Indramayu, Cetakan ke 3. Di dalam buku tersebut, dalam salah satu babnya, yaitu bab lima, diceritakan kedatangan Wiralodra ke Sungai Cimanuk, dan cerita itu dikutip langsung dari BD. Buku lain selanjutnya yang juga membahas tentang cerita Wiralodra adalah karya Sutadji (2003) dalam buku yang berjudul Dwitunggal Pendiri Darma Ayu Nagari; Aria Wiralodra (Prabu Indrawijaya) dan Nyi Endang Darma (Ratu Gandasari). Buku ini pun mengutip langsung dari BD. Perbedaanya dengan buku Sejarah Indramayu adalah dalam buku ini terdapat penggabungan antara BD dan Lontar Darmayu, yang menjadikan fakta cerita dalam BD tidak semestinya. Selain buku buku yang telah membahas mengenai Wiralodra, setelah penulis telusuri, penulis menemukan beberapa makalah Seminar Sejarah Indramayu dengan tema: Rekonstruksi Pemikiran dan Penafsiran Indramayu. Adapun beberapa makalah yang berhubungan dengan Wiralodra dan BD adalah sebagai berikut: 1. H.R Sutadji K.S. Meluruskan Benang Kusut Legenda Kesejarahan. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu melalui lampiran lampiran. Adapun lampiran tersebut adalah Indramayu Awal Abad ke 5 Kerajaan Manukrawa, Misi Aria Wiralodra Kerajaan Galuh Kaler Nagari Tahun 1510, 17ibid. hlm 982 Universitas Indonesia

9 Masuknya Agama Islam ke Indramayu, Hari Jadi Indramayu tanggal 7 Oktober 1527 Perlu ditinjau kembali, Buku Sejarah Indramayu terbitan PEMDA patut direvisi, Dwi Tunggal Pendiri Darma Ayu Nagari; Aria Wiralodra dan Nyi Endang Darma antara Legenda dan Sejarah. Lampiran lampiran tersebut sebagian besar menggunakan referensi BD, maka makalah tersebut sama saja tidak akan menemukan kebenaran Sejarah Indramayu sebab yang digunakan adalah BD. 2. Eddy Sunarto. Tinjauan Historiografi Dekade Kedatangan Wiralodra di Indramayu. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu. Eddy menyimpulkan bahwa cerita Sejarah Wiralodra telah membaurkan unsur unsur fiksional dan faktual yang di dalamnya saling terjalin, tetapi di dalamnya mengandung sejumlah informasi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu ilmu sosial untuk menggali isi dan makna dari sebuah karya sastra. Eddy menyadari dalam buku Sejarah Indramayu unsur unsur fiksional dan faktual berbaur namun dia tetap mengatakan dapat dimanfaatkan oleh berbagai disiplin ilmu, terurtama ilmu ilmu sosial. Padahal BD merupakan karya sastra yang tidak ada kaitan sama sekali dengan masalah sosial. 3. Urip Sucipto. Kronologis Penetapan Lahirnya Hari Jadi Indramayu 7 Oktober 1527, antara Hasrat dan Fakta Sejarah. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu. Urip menyimpulkan bahwa penetapan hari jadi Indramayu berdasarkan kesepakatan musyawarah dan bukan kebenaran sejarah. Apa yang telah dilakukan Urip tidak menyinggung BD. 4. Agus Aris Munandar. Indramayu Perspektif Arkeologi Sejarah. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu. Agus menyimpulkan bahwa artefak di Indramayu

10 11 sudah mulai dimusnahkan, mengenai Sejarah Indramayu Agus membenarkan bahwa BD tidak dapat dijadikan sumber sejarah. 5. Raffan S. Hasyim. Sejarah Darmayu Berdasarkan Naskah yang Ditemukan. Makalahnya tidak banyak menyinggung BD, sebab dalam analisisnya hanya menguraikan beberapa naskah naskah yang ditemukan. 6. Supali Kasim. Mencari Indramayu dalam Tanda Tanya Sejarah. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu. Supali menyiratkan banyak pertanyaan yang diajukan untuk kebenaran Sejarah Indramayu. Hal ini sangat wajar karena BD merupakan karya sastra dan bukan penulisan sejarah dan jika memaksakan dijadikan sejarah yang ada hanya membuat bingung pembacanya. 7. R. Bambang Irianto. Catatan Pembanding tentang Penulisan Sejarah Indramayu. Makalah ini menguraikan gagasan dan menunjukkan kebenaran Sejarah Indramayu melalui Sejarah Jawa Barat; Yosef Iskandar, Babad Galuh; Kyai Serengrana, naskah Sunan Rohmat Suci Godog; Deddy Effendie Warjta, dan naskah Mertasinga. Bambang menyimpulkan bahwa penulis Sejarah Indramayu, terlalu berani mengatakan yang ditulisnya adalah Sejarah Indramayu meski tanpa menggunakan bukti primer dan hanya menggunakan BD, ini mengurangi kebenaran buku Sejarah Indramayu. Buku Sejarah Indramayu memang tidak akan pernah cocok dengan sejarah sejarah yang lain sebab menggunakan BD sebagai sumber primer, seperti penulis katakan di atas BD adalah karya sastra yang tidak menuliskan sejarah. Jadi sebagimana usahanya mencari kebenaran Sejarah Indramayu tapi sumber yang digunakan tetap BD tidak akan menemukan kebenarannya. 8. Sobana Hardjasaputra. Buku Sejarah Indramayu Tanggapan dari Segi Universitas Indonesia

11 Metodelogi. Sobana menyimpulkan bahwa penulisan Sejarah Indramayu, khususnya Bab V, cenderung bersifat tulisan popular. Kelemahan utamanya adalah ketidakakuratan fakta, ditambah oleh kacaunya sistematika uraian menyangkut kronologi dan hubungan permasalahan. Demikian telah penulis uraikan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Di sini dapat penulis simpulkan, banyak orang yang mengkaji Wiralodra dilihat dari pendekatan sejarah dan ilmu ilmu lain, sementara pendekatan sastra sendiri belum ada yang melakukannya. Oleh karena itu, untuk mendapat makna yang mengsndung moral penulis mencari Citra Moral Wiralodra dengan melihat BD sebagai karya sastra yang mengandung banyak moral. Dengan kata lain, penulis tidak melakukan seperti penelitian terdahulu, namun lebih memandang BD sebagai sebeuah karya sastra yang mengandung moral untuk masyarakat Indramayu. 1.9 Sistematika Penulisan Bab I Bab II Bab III Bab IV Lampiran :Menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penulisan, sumber data, landasan teori, dan penelitian terdahulu. :Idintifikasi naskah BD, dengan mendeskripsikan naskah dan ringkasan BD. : Menganalisis aspek aspek BD serta citra moral Wiralodra yang tercermin didalamnya. : Berisi Kesimpulan. : Berisi tabel data, diperlukan karena tabel data adalah gambaran proses analis. Sistematika ini didasarkan atas data dan hasil hasil kajan. Diharapkan dengan sistematika seperti ini permasalahan kajian dapat dijawab.

Bab IV Kesimpulan. a. Awal Perjalanan Wiralodra (3 aspek), b. Perjalanan Wiralodra Mencari Sungai Cimanuk (4 aspek),

Bab IV Kesimpulan. a. Awal Perjalanan Wiralodra (3 aspek), b. Perjalanan Wiralodra Mencari Sungai Cimanuk (4 aspek), 79 Bab IV Kesimpulan Aspek moral Wiralodra yang terdapat di dalam naskah BD, mungkin dapat berfungsi sebagai pedoman moral bagi masyarakat Indramayu. Dalam BD terdapat 19 macam aspek moral, aspek moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia I. Penelitian sebagai keterampilan dalam belajar Penelitian merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat bahwa Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan sebuah penelitian, metode sangat dibutuhkan dalam proses sebuah penelitian. Metode yang digunakan oleh seorang peneliti harus sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH MAKALAH disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penelitian, diselengggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, di Hotel Agusta Jl.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan karya lisan atau berupa tulisan yang memiliki berbagai ciri, keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan dan keindahan dalam isi dan ungkapannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra

Lebih terperinci

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos Gaya dan Stilistika Menurut KBBI gaya adalah ragam (cara, rupa, bentuk, dsb) yang khusus (mengenai tulisan, karangan, pemakain bahasa, bangunan rumah,

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN)

4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN) 4. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN) KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : VI (Enam) / 2 (dua) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logo adalah tanda, lambang, ataupun simbol yang mengandung makna dan digunakan sebagai identitas sebuah organisasi, perusahaan atau individu agar mudah diingat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas. Awuy, Tommy F. 2004. Sisi Indah Kehidupan: Pemikiran Seni dan Kritik Teater.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Legenda bagian dari folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan sebagai alat pendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara teoretis kita dapat melakukan berbagai macam bandingan, di antaranya (a) bandingan intratekstual, seperti studi filologi, yang menitikberatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 42 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode penelitian berisi tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Metode penelitian yang akan dilakukan, yaitu metode penelitian kualitatif. A. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya

Lebih terperinci

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh)

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Pengertian Teks Sejarah Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK 3. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci