METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2009.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2009."

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober Pelaksanaan kegiatan meliputi kegiatan pengolahan citra dan pengecekan lapangan. Pengecekan lapangan dilaksanakan di areal HPHTI PT TPL Sektor Aek Nauli. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Citra Landsat TM path 128 dan 129 row 58 tahun 2006, Peta administrasi Propinsi Sumatera Utara dan Objek pengamatan di lapangan adalah tegakan Eucalyptus grandis Alat yang digunakan dalam penelitian adalah: Personal Computer (PC) dengan perangkat lunaknya, Tools SIG, Global Positioning System (GPS), Kamera digital, Kompas, Pita ukur, Alat tulis, dan Tali Metode Penelitian Pengumpulan Data Sekunder Data-data sekunder diperoleh dari instansi dan studi literatur, terdiri dari: Citra Landsat TM path 128 dan 129 row 58 tahun 2006, Peta administrasi Propinsi Sumatera Utara dan hasil penelitian sebelumnya

2 Pengolahan Data Citra Teknik kuantitatif dapat diterapkan untuk interpretasi secara otomatis data citra digital. Tiap pengamatan piksel dievaluasi dan ditetapkan pada suatu kelompok informasi. (Lillesand dan Kiefer, 1990). Pada kelompok informasi dilakukan transformasi NDVI memanfaatkan beberapa saluran dari citra Landsat TM antara lain; band 3 (Red (R) yang lebih dikenal dengan saluran merah dan band 4 (Near Infrared (NIR)) yang lebih dikenal dengan saluran inframerah dekat. Kelebihan kedua saluran ini untuk identifikasi vegetasi adalah obyek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi. Menurut Lillesand dan Kiefer, (1990) transformasi NDVI mengikuti persamaan berikut: NDVI = (NIR R) / (NIR + R) Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai 1, dimana nilai NDVI yang rendah (negatif) mengidentifikasikan daerah bebatuan, pasir dan salju. Nilai NDVI yang tinggi (positif) mengidentifikasikan wilayah vegetasi baik berupa padang rumput, semak belukar maupun hutan. Penentuan Plot Contoh (Piksel) di Citra Plot contoh di citra ditentukan berdasarkan tujuan peneliti (purposive) pada blok tanam 2004 dan Pengumpulan Data Lapangan Penentuan Plot Contoh Plot contoh lapangan dibuat berukuran 30 m x 30 m sebanyak 56 plot, dimana peletakannya dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System

3 (GPS). Selanjutnya pohon yang terdapat dalam plot contoh diukur diameter setinggi dada. Perhitungan Biomassa Pendugaan biomassa di lapangan dilakukan menggunakan persamaan alometrik berikut: W n = a x DBH b Tabel 1. Persamaan alometrik penduga biomassa bagian pohon E. grandis No Biomassa Bagian Persamaan Alometrik R 2 (%) 2 (%) Pohon A B 1 Batang 0,0436 2, ,28 98,17 2 Cabang 0,0228 2, ,03 80,90 3 Daun 0,5775 0, ,48 27,47 4 Above Ground 0,0678 2, ,80 98,73 Biomassa Keterangan : Wn = Biomassa (kg), DBH = Diameter setinggi dada (cm). Sumber : Onrizal, Hartono dan Kusmana, 2006 Diameter yang digunakan dalam perhitungan diameter adalah hasil pengurangan diameter saat pengukuran dengan riap diameter. Menurut Tobing, (2007), besarnya riap diameter dihitung dengan persamaan: Riap = D n -D (n-1) Dimana: D = e 3,087 x e 2,301/A D n = diameter pada tahun ke-n e = 2,71828 A = umur pohon

4 Biomassa yang diukur dalam penelitian ini adalah biomassa pohon (Wp) di atas permukaan tanah tegakan E.grandis yang dihitung berdasarkan penjumlahan biomassa batang, cabang dan daun. Biomassa per hektar dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan : W Wpi = Total biomassa (ton/ha) = Biomassa pohon ke-i (ton) A = Luas plot (m 2 ) n = Jumlah pohon Perhitungan Karbon Biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga kandungan karbon dalam vegetasi hutan karena 50% biomassa tersusun dari karbon. Pada tanaman Eucalyptus kandungan karbon rata-rata adalah sebesar 44,92% (45%) dengan kisaran 36,72-54,015 dari biomassa (Onrizal, Hartono dan Kusmana, 2006). Menurut Onrizal, Hartono dan Kusmana, (2006), kandungan karbon tanaman dapat diduga dengan rumus: Y = W x 0,45 Keterangan : Y = Kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan E. grandis (ton/ha) W = Total biomassa per hektar (ton/ha)

5 Analisa Data Penyusunan Model Penyusunan model hubungan antara kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan Eucalyptus grandis dengan digital number (DN) citra Landsat TM menggunakan model matematika sebagai berikut: Model linier Y = b 1 X 1 + b 2 X b 1 X 1 + NDVI Model perpangkatan Y = b0x 1 b1. X 2 b2... X j NDVI Model eksponensial Y b0 + b1x1 + b2x NDVI = e Keterangan : Y = Kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan Eucalyptus grandis (ton/ha) berdasarkan model allometrik. X 1, X 2,, X j = Nilai DN (Digital Number) Pemilihan Model Pemilihan model dilakukan dengan menggunakan metode stepwise, yakni pemilihan variabel X yang signifikan terhadap variabel Y dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Pemilihan model terbaik dilakukan dengan melakukan beberapa pengujian koefisien regresi, yaitu: uji signifikansi, kenormalan data (normalitas), uji keaditifan model (heterokedasitas), dan pengujian keakuratan model (koefisien determinasi).

6 Uji Signifikansi Pengujian signifikansi hasil olahan SPSS diketahui dengan membandingkan besaran taraf signifikasi 95 %. Kriterianya adalah signifikansi (Ho ditolak) bila Sig. Hit < Sig. Kriteria dan tidak signifikan (Ho diterima bila Sig. Hitung > Sig. Kriteria. Uji Kenormalan data (normalitas) Uji kenormalan data digunakan untuk melihat sebaran data sampel, apakah terdistribusi normal atau tidak. Suatu model yang baik apabila memenuhi syarat kenormalan sisaan, yakni apabila tampilan plot menunjukkan penyebaran data di sekitar garis lurus dan mengikuti arah garis lurus (Santoso, 2000). Uji Keaditifan Model (Model Fit) Plot yang ditunjukkan oleh Scatter plot Studentized Delete Residualnya. Jika model regresi layak dipakai untuk prediksi (fit), maka data akan berpencar di sekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan tidak membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Pengujian keakuratan model (koefisien determinasi/r 2 ) Digunakan untuk melihat besaran efek atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin kecil R 2, semakin lemah hubungan kedua variabel.

7 Uji Multikoliniearitas Multikoliniearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas (interkorelasi) dan hubungan yang terjadi cukup besar. Pengujian multikoliniearitas hanya dilakukan pada persamaan regresi linier berganda. Model persamaan yang baik adalah model persamaan yang bebas multikolinieritas. Suatu model persamaan yang bebas multikolinieritas adalah model persamaan yang memiliki nilai Factor Varian of Inflasi (VIF) di sekitar angka 1 (Santoso, 2000). Pembuatan Peta Sebaran Karbon Model terpilih dimasukkan ke dalam model maker pada software Erdas Imagine versi 8.5 untuk menghasilkan data sebaran karbon. Hasil sebaran karbon dari Erdas dioverlay dengan peta administrasi dan peta blok tanam dengan menggunakan software Arcview versi 3.3.

8 Mulai Citra Landsat TM terkoreksi Analisis Vegetasi berdasarkan NDVI Penentuan plot berdasarkan tahun tanam Biomassa bagian pohon berdasarkan model allometrik Pengukuran Lapangan (Diameter/DBH) Biomassa Tegakan Kandungan Karbon (45% Biomassa Tegakan) Permodelan Karbon bagian pohon berdasarkan nilai Digital Number dan karbon dari model Allometrik Pemilihan Model Terbaik dengan metode Stepwise Model Karbon terpilih Pembuatan Peta Kandungan Karbon berdasarkan model terpilih Selesai Gambar 2. Diagram alir pembuatan model penduga karbon tegakan Eucalyptus grandis

9 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tegakan Eucalyptus grandis Pengukuran di lapangan dilakukan dengan memilih 56 plot pengamatan berukuran 30 x 30 m yang mewakili tanaman tahun tanam 2005 (berumur 1 tahun pada saat pengambilan data Citra) dan 2004 (berumur 2 tahun pada saat pengambilan data Citra). Letak plot pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Pemilihan plot pengamatan dengan tahun tanam tersebut didasarkan pada ketersediaan citra yang merupakan Citra Landsat TM 5 tahun Pada seluruh pohon dalam plot dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (diamater at breast height/dbh) untuk memperoleh biomassa pohon berdasarkan model allometrik penduga biomassa yang telah dibangun sebelumnya di lokasi penelitian. Pendugaan biomassa dengan menggunakan model allometrik dilakukan dengan terlebih dahulu mengkonversi data diameter hasil pengukuran di lapangan menjadi diameter pada tahun Konversi dilakukan dengan memperhitungkan riap diameter pohon E. grandis berdasarkan hasil penelitian Tobing (2007). Riap diameter adalah pertambahan diameter pohon setiap tahun. Pengurangan diameter hasil pengukuran diameter dengan riap diameter dilakukan untuk menyesuaikan data diameter pohon dengan citra yang tersedia. Berdasarkan tabel 3 berikut diketahui diameter hasil pengukuran berbeda jauh dengan diameter tahun 2006, yang merupakan hasil pengurangan diameter pengukuran dengan riap diameter. Hal ini sesuai dengan pendapat Dephut (1993), yang menyatakan bahwa untuk hutan tanaman, biasanya pertumbuhan diameter

10 mengikuti grafik berbentuk S (Sigmoid), oleh karena pertumbuhan pada mulanya agak lambat kemudian cepat, lalu menurun. Selengkapnya karakteristik tegakan E. grandis dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyusunan Model Kandungan Karbon Hubungan Kandungan Karbon dengan DN yang disusun pada taraf uji 95 % menghasilkan tiga model yang signifikan pada taraf tersebut, yakni model hubungan linier, logaritma dan ekponensial. Hubungan linier antara Kandungan Karbon dengan DN yang diperoleh dari persamaan regresi adalah Y = 3, ,148 Blue. Model logaritma hubungan kandungan Karbon dengan digital number adalah Y = Log B Model Eksponensial hubungan Kandungan Karbon dengan DN adalah Y = e 1, ,008 NIR. Berdasarkan hasil penyusunan model terpilih pada Tabel 2, menerangkan bahwa penggunaan band Blue dan Near Infra Red (NIR) berperan untuk menjelaskan kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan A. mangium. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), saluran Blue dengan panjang gelombang 0,45 μm 0, 52 μm dirancang untuk mendukung analisis sifat khas vegetasi, sedangkan saluran NIR dengan panjang gelombang 0,76 μm 0,90 μm merupakan saluran citra landsat yang tanggap terhadap seluruh biomassa vegetasi yang terdapat pada suatu daerah kajian. Tabel 2. Model penduga kandungan karbon berdasarkan DN No Model penduga Kandungan Karbon R 2 (%) F hit Sig 1 Model Linier Y = 3, ,148 B 9,3 5,533 0,022 2 Model Logaritma Y = 23,512 Log B 29,167 9,5 5,701 0,02 3 Model Eksponensial Y = e 1, ,008 NIR 7,7 4,446 0,04

11 Pengujian Ketelitian Model Penduga Cadangan Karbon Uji Signifikansi Model hubungan antara Kandungan Karbon dengan DN memberikan indikasi adanya hubungan antara Kandungan Karbon dengan DN, yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,022; 0, 02 dan 0,04. Menurut Algifari (2000), pengujian koefisien regresi dengan probabilitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika probabilitas lebih kecil dari signifikansi yang digunakan, maka variabel independen yang diuji berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Pengujian dilakukan pada taraf nyata 95 % (5 %), (0,022; 0, 02 dan 0,04 < 0,05), maka terdapat hubungan yang nyata antara Kandungan Karbon dengan DN. Uji Kenormalan Data (Normalitas) Gambar 3. Tampilan plot uji kenormalan model linier hubungan kandungan karbon dengan digital number Gambar 4. Tampilan plot uji kenormalan model logaritma hubungan kandungan karbon dengan digital number

12 Gambar 5. Tampilan plot uji kenormalan model eksponensial hubungan kandungan karbon dengan digital number Tampilan plot uji kenormalan data model hubungan Kandungan Karbon dengan DN pada Gambar 3, 4, dan 5 sudah memenuhi syarat model persamaan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing tampilan plot yang terdistribusi normal dimana penyebaran data amatan kumulatif (Observe Cumulative Probability) di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (garis normal) yang merupakan kriteria (Expected Cumulative Probability). Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2000) yang menyatakan jika nilai PP Plots terletak diantara garis diagonal (tidak menyimpang terlalu jauh dari garis diagonal) maka dikatakan data terdistribusi normal.

13 Uji Keaditifan Model (Model Fit/ Heterokedasitas) Gambar 6. Tampilan plot uji heterokedasitas model linier hubungan kandungan karbon dengan digital number Gambar 7. Tampilan plot uji heterokedasitas model linier hubungan kandungan karbon dengan digital number Gambar 8. Tampilan plot uji heterokedasitas model eksponensial hubungan kandungan karbon dengan digital number Asumsi heterokedasitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yg lain. Jika plot terpencar, tidak berpola (acak) maka dikatakan tidak terjadi heterokedasitas. Tampilan plot uji keaditifan model hubungan Kandungan Karbon dengan DN pada Gambar 6,7 dan 8 memenuhi syarat sebagai model persamaan yang baik. Titik-titik menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y.

14 Pengujian Keakuratan Model (koefisien determinasi/r 2 ) Pengujian keakuratan model digunakan untuk melihat besaran efek atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin kecil R 2, semakin lemah hubungan kedua variabel. Koefisien determinasi 9,3 % menyatakan bahwa variasi Kandungan Karbon yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah 9,3 %. sisanya, 91,7 %, variasi kandungan Karbon dipengaruhi oleh faktor lain yang berada di luar model linier tersebut. Koefisien determinasi 7,7 % menyatakan bahwa variasi Kandungan Karbon dapat dijelaskan oleh ln DN dan 92,3 % dipengaruhi oleh faktor lain. Model yang diperoleh menunjukkan hubungan yang rendah antara Kandungan Karbon dengan DN. Algifari (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien determinasi, maka semakin tinggi pula kemampuan model regresi menjelaskan variasi variabel dependen. Estimasi karbon tegakan Acacia mangium Willd menggunakan citra Landsat ETM+ DAN SPOT-5 di BKPH Parung Panjang KPH Bogor menghasilkan model dengan koefisien determinasi seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Model terpilih penduga kandungan karbon tegakan Acacia mangium Willd Model Terbaik R 2 (%) Model Landsat ETM+ : Y = 43,448E+11G -3,69 MIRI -2,88 42,8 Model SPOT-5 : Y= E+13G -4,8 R 0,8 NIR -1,15 MIRI -1,6 44,2 Rendahnya nilai koefisien determinasi model hubungan penduga karbon pada hasil penelitian disebabkan oleh jauhnya rentang waktu antara tahun pengambilan citra dengan waktu pengukuran biomassa di lapangan berdasarkan model allometrik. Selama selisih waktu antara pengambilan data citra dengan

15 pengukuran diameter di lapangan, tegakan E. grandis mengalami pertumbuhan. Pendugaan pertumbuhan dengan menggunakan faktor riap memberikan bias. Faktor riap tidak dapat menggambarkan pertumbuhan tegakan secara pasti, dimana rumus yang digunakan adalah hasil penelitian di Sektor Tele yang meiliki kondisi lingkungan yang berbeda dengan sektor Aek Nauli. Jenis tanah di daerah penelitian adalah Dystropepts, Hydrandepts, Dystrandept dan Humitropepts, sedangkan jenis tanah di Sektor Tele adalah Tropohemists, Dystopepts, hydradepts dan Dystrandept. Menurut Latifah (2004) pertumbuhan dan hasil tegakan sangat bersifat site spesific. Pertumbuhan suatu tegakan merupakan resultante dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah sifat/genotype dari jenis yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal mencakup kualitas tempat tumbuh,kondisi persaingan dan perlakuan silvikultur yang diberikan. Uji Multikoliniearitas Menurut Algifari (2000), multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasi tinggi atau bahkan 1) antara variabel independen dengan variabel dependen. Multikoliniearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas (interkorelasi) dan hubungan yang terjadi cukup besar. Model persamaan yang baik adalah model persamaan yang bebas multikolinieritas. Berdasarkan sidik regresi pada Tabel 4 diperoleh nilai VIF 1,000. Nilai VIF yang diperoleh menunjukkan bahwa model hubungan kandungan karbon dengan DN tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas. Nilai VIF ketiga

16 model tersebut menunjukkan bahwa model memenuhi syarat sebagai model penduga cadangan karbon yang baik. Oleh karena itu, persamaan ini layak digunakan Tabel 4. Nilai varians of inflasi model penduga kandungan karbon No Model Penduga Kandungan Karbon VIF 1 Model Linier Y = 3, ,148 Blue 1,000 2 Model Logaritma Y = 23,512 Log B 29,167 1,000 3 Model Eksponensial Y = e 1, ,008 NIR 1,000. Pemilihan Model Terbaik Berdasarkan hasil pengujian, model yang terbaik untuk menduga kandungan karbon tegakan E. grandis adalah model logaritma. Model tersebut memiliki koefisien regresi yang lebih besar daripada model eksponensial dan model linier, yakni 9,5 % (Tabel 5). Selain itu, model ini juga memiliki nilai signifikansi yang lebih baik dai kedua model lainnya. Penggunaan band Blue berperan untuk menduga kandungan karbon E. grandis. Tabel 5. Model terbaik hubungan digital number dengan kandungan karbon No Model penduga Kandungan Karbon R 2 (%) F hit Sig 1 Model Logaritma Y = 23,512 Log B 29,167 9,5 5,701 0,02 Hubungan antara digital number dengan kandungan karbon baik Landsat ETM+ relatif kecil. Dengan demikian apabila menggunakan satu peubah bebas dalam penyusunan model akan menghasilkan keter-andalan model yang relatif kecil dibandingkan dengan menggunakan lebih dari satu peubah. Model terbaik Y = 23,512 Log B 29,167 digunakan untuk memperlihatkan hubungan kandungan karbon

17 dengan logaritma DN, yakni band 1. Kandungan Karbon di atas permukaan tanah daerah penelitian adalah sebesar 8.188,0 ton dengan luas areal 2.076,02 ha, dengan perincian pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata kandungan karbon berdasarkan model terbaik No Umur Tegakan Luas (ha) Total Kabon (ton) Rata-rata Karbon (Ton/ha) 1 1 tahun 769, ,50 3, tahun 1.306, ,50 4,28 Total 2.076, ,00 3,83 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa tegakan E. grandis mempunyai kandungan karbon di atas permukaan tanah sebesar 8.188,0 ton. Rata-rata kandungan karbon pada tegakan berumur 1 tahun sebesar 3, 38 ton/ha dan 4,28 ton/ha pada tegakan berumur 2 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Onrizal, Hartono, dan Kusmana (2006), tegakan E. grandis yang berumur dua tahun pada areal PT TPL, Tbk Sektor Tele dengan metode allometrik memiliki kandungan karbon sebesar 30,78 ton/ha. Hasil pendugaan kandungan karbon tegakan A. mangium berumur satu tahun dan dua tahun dengan menggunakan citra landsat TM di BKPH Parung Panjang KPH Bogor berturut-turut adalah sebesar 8,36 dan 9,62 ton/ha (Dahlan dan Istomo, 2005). Heriansyah, dkk (2003) di RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor, mendapatkan biomassa tegakan Acacia mangium umur 10 tahun sebanyak 3,78 ton/ha.

18 Gambar 10. Peta Sebaran Kandungan Karbon berdasarkan Model Terbaik

19 Karbon adalah komponen kunci dari berbagai gas rumah kaca, termasuk yang paling umum, karbondioksida. Karbon terestrial adalah karbon yang berada pada sistem terestrial. Pada saat ini emisi karbon terestrial yang berasal dari penggunaan lahan dan yang merupakan sumber terbesar kedua dari emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia secara global telah bertambah sebesar 20%. Sebagian besar emisi gas rumah kaca memang bersumber dari deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut di kawasan tropik negara-negara yang sedang berkembang. Dengan muatan yang melewati batas di atmosfer, kita mempunyai dua pilihan mitigasi perubahan iklim yang saling melengkapi. Kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang terus terjadi ke atmosfer kita. Hutan berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO 2 dimana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO 2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum hutan dengan net growth (terutama dari pohon-pohon yang sedang berada fase pertumbuhan) mampu menyerap lebih banyak CO 2, sedangkan hutan dewasa dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan stock karbon tetapi tidak dapat menyerap CO 2 berlebih/ekstra. Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah karbon (C) yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama. Oleh karena itu, kegiatan penanaman vegetasi pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO 2 di atmosfer.

20 Berkaitan dengan kemampuan hutan dalam menyerap karbon, perdagangan emisi atau perdagangan karbon merupakan sebuah paradigma baru dalam sektor kehutanan dan dapat menjadi peluang bagi Indonesia yang merupakan negara berkembang untuk mendapatkan devisa melalui sektor ini. Melalui CDM ini negara berkembang seperti Indonesia dapat berpartisipasi dalam rangka perdagangan karbon. Perdagangan karbon adalah paradigma baru dimana kita diharuskan menanam dan memelihara hutan tanpa memanen kayunya sampai kurun waktu tertentu dan sebagai imbalannya kita mendapatkan pendanaan. Oleh karena itu kita perlu banyak persiapan, kesiapan ini juga menyangkut teknik, penilaian informasi kandungan karbon yang dimiliki, sosial budaya dan kelembagaan. Hal yang terpenting adalah adanya kepastian lahan, penggunaan lahan, adanya jaminan keamanan hutan dari kebakaran, illegal logging dan sebab lain yang berdampak hilangnya suatu tegakan serta dituntut adanya komitmen sehingga jangan sampai paradigma ini menjadi bumerang dimana kita mendapat sangsi akibat sebelum berakhirnya kesepakatan telah terjadi perubahan penggunaan lahan ataupun penebangan. Perdagangan karbon ini hendaknya melibatkan dan memberikan manfaat pada masyarakat dan jangan sampai terulang kembali fenomena dimana masyarakat sekitar hutan hanya menjadi penonton dan menerima bencana saat hutan dieksploitasi secara besar-besaran.

21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model terbaik hubungan Kandungan Karbon dengan DN tegakan Eucalyptus grandis tahun tanam 2004 dan 2005 di Areal HPHTI PT TPL Sektor Aek Nauli adalah Y = 23,512 Log B 29, Cadangan karbon rata-rata tegakan Eucalyptus grandis yang berumur 1 tahun di areal HPHTI PT TPL Sektor Aek Nauli adalah 3,38 ton/ha, sedangkan pada tanaman berumur 2 tahun adalah sebesar 4,28 ton/ha. Saran 1. Untuk memperoleh model dengan signifikansi yang tinggi sebaiknya menggunakan citra dengan tahun yang sama dengan tahun pengukuran di lapangan. 2. Pemilihan plot contoh untuk penyusunan model hubungan kandungan karbon dengan DN sebaiknya memperhatikan sebaran umur yang mewakili tegakan berumur satu tahun sampai masak tebang.

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas

Lebih terperinci

PENDUGAAN CADANGAN KARBON HUTAN TANAMAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON HUTAN TANAMAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON HUTAN TANAMAN Eucalyptus grandis TAHUN TANAM 2004 DAN 2005 DI AREAL HPHTI PT TPL SEKTOR AEK NAULI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM SKRIPSI Oleh: NORA V. BUTARBUTAR 051201030 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu penting dalam peradaban umat manusia saat ini. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai aktor dalam pengendali lingkungan telah melupakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Nopember 2010. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya, Provinsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia karena hutan memiliki fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan. Fungsi lingkungan dari hutan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, variabel operasional, metode analisis data serta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di petak tebang Q37 Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2011 IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Desa Mamahak Teboq,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian. 3.2 Bahan dan Alat

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian. 3.2 Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang difokuskan pada Taman dan Jalur Hijau di Kotamadya Jakarta Timur. Pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, baik yang berupa manfaat ekonomi secara langsung maupun fungsinya dalam menjaga daya dukung lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK SKRIPSI Tandana Sakono Bintang 071201036/Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2013. Teknik pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang terdapat di Indonesia dan penyebarannya antara lain di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kadar CO 2 di atmosfir yang tidak terkendali jumlahnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut disebabkan oleh adanya gas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan digunakan dalam penelitiannya karena hal tersebut merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada

Lebih terperinci

Kampus USU Medan 20155

Kampus USU Medan 20155 Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Industri Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli (Mapping Potential Carbon Savings of Industrial Forest

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro Lampiran. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro PETA AREAL HUTAN TANAMAN ACACIA MANGIUM PT. SUMATERA RIANG LESTARI SEKTOR SEI KEBARO U T S R Q P O N M L K

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tingkat Lahan. Menurut Hairiah 2001 menyatakan bahwa pada ekosistem daratan,

TINJAUAN PUSTAKA. Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tingkat Lahan. Menurut Hairiah 2001 menyatakan bahwa pada ekosistem daratan, TINJAUAN PUSTAKA Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tingkat Lahan Menurut Hairiah 2001 menyatakan bahwa pada ekosistem daratan, cadangan karbon disimpan dalam 3 komponen pokok, yaitu: 1. Bagian hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian dari ekosistem alam sebagai assosiasi flora fauna yang didominasi oleh tumbuhan berkayu yang menempati areal yang sangat luas sehingga menciptakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA Oleh : AUFA IMILIYANA (1508100020) Dosen Pembimbing: Mukhammad Muryono, S.Si.,M.Si. Drs. Hery Purnobasuki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian pada bulan Januari 2012 di KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga yang berlokasi di Jl.

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terletak pada 101 0 18 sampai 101 0 36 Bujur Timur serta 0 0 25 sampai 0 0 45 Lintang Utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor pertambangan yang

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor pertambangan yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Selain return, variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitan ini yang menjadi populasi oleh penulis adalah Satuan Kerja

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitan ini yang menjadi populasi oleh penulis adalah Satuan Kerja 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Dalam penelitan ini yang menjadi populasi oleh penulis adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dari kuesioner dalam penelitian ini dilakukan sekitar satu bulan dari tanggal 13 Oktober sampai 14 November 2014. Dengan obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena serangkaian observasi (pengukuran)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengolahan data Biomassa Penelitian ini dilakukan di dua bagian hutan yaitu bagian Hutan Balo dan Tuder. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian didasarkan pada penelitian Botanri (2010) di Pulau Seram Maluku. Analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan publikasi Bursa Efek Indonesia berupa data laporan keuangan tahunan perusahaanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. laporan publikasi Bursa Efek Indonesia berupa data laporan keuangan tahunan perusahaanperusahaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang bersumber dari hasil laporan publikasi Bursa Efek Indonesia berupa data laporan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dipilihnya Bursa Efek Indonesia sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Pohon Pemetaan sebaran pohon dengan luas petak 100 ha pada petak Q37 blok tebangan RKT 2011 PT. Ratah Timber ini data sebaran di kelompokkan berdasarkan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya berupa laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian yang berkaitan

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya berupa laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian yang berkaitan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi dari orang lain atau pihak lain, misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menteng Raya No.29, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Menteng Raya No.29, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sepanjang bulan februari sampai dengan juni 2016. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek pada penilitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. B. Jenis Data Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI). S edangkan waktu yang digunakan dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI). S edangkan waktu yang digunakan dalam melakukan 48 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Unilever Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). S edangkan waktu yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kutipan langsung dari berbagai sumber. Data data yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. kutipan langsung dari berbagai sumber. Data data yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi atau kutipan langsung dari berbagai sumber. Data data yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banyumas Barat (Bagian Hutan Dayeuluhur, Majenang dan Lumbir). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan menganalisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden TINJAUAN PUSTAKA A. Eucalyptus grandis Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio Sud Divisio Class Ordo Family Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledone

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN POTENSI KARBON DI KAWASAN HUTAN PENGELOLAAN OLEH MASYARAKAT SECARA LESTARI DAN BERKELANJUTAN

PENGHITUNGAN POTENSI KARBON DI KAWASAN HUTAN PENGELOLAAN OLEH MASYARAKAT SECARA LESTARI DAN BERKELANJUTAN PENGHITUNGAN POTENSI KARBON DI KAWASAN HUTAN PENGELOLAAN OLEH MASYARAKAT SECARA LESTARI DAN BERKELANJUTAN Forest Watch Indonesia, Tahun 009 Forest Watch Indonesia Forest Watch Indonesia Forest Watch Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Hutan berperan penting dalam menjaga kesetabilan iklim global, vegetasi hutan akan memfiksasi CO2 melalui proses fotosintesis. Jika hutan terganggu maka siklus CO2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian Library Research (Riset Kepustakaan). Penelitian ini untuk memperoleh data yang bersifat teoritis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanasan Global Pemanasan bumi disebabkan karena gas-gas tertentu dalam atmosfer bumi seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), nitro oksida (N 2 O) dan uap air membiarkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.bi.go.id dan www.idx.co.id. Sedangkan waktu yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter 20 cm dan pohon layak tebang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan kegiatan penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan data yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat eksplanasi. Menurut Sugiyono (2013), penelitian eksplanasi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODE PENELITIAN.  Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2013. Penulis melakukan pengambilan data dari situs www.djpk.kemenkeu.go.id.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, Hutan adalah suatu

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci