BAB I PENDAHULUAN. sebagai sebuah media dalam melakukan suksesi kekuasaan atau pergantian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sebagai sebuah media dalam melakukan suksesi kekuasaan atau pergantian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir di setiap negara demokrasi bahkan komunis menganggap Pemilu sebagai sebuah media dalam melakukan suksesi kekuasaan atau pergantian kekuasaan hal itulah yang menjadi satu rumusan penting yang di pikirkan oleh para teoritisi pada masa lalu maupun masa kini yang menjadikan Pemilu sebuah hal yang sangat signifikan nilainya. Salah satu karakteristik dari pemilu adalah adanya partisipasi dari warga negara dalam kehidupan politik. Partisipasi dapat beraneka ragam bentuknya, mulai dari yang resmi atau mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah (konvensional) sampai bentuk yang tidak resmi (inkonvensional). Partisipasi politik merupakan suatu masalah yang dianggap pada akhir akhir ini, banyak dipelajari orang terutama dalam kaitannya dengan perkembangan negara negara berkembang. Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Secara konseptual, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara lansung atau secara tidak lansung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan tersebut mencakup kegiatan tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan lain sebagainya. 1 1 Budiarjo,miriam.,Partisipasi dan Partai Politik.,Jakarta : Yayasan Obor Indonesia 1998 Hal.1-2

2 Selain bentuk partisipasi politik yang aktif ada juga partisipasi yang bersifat pasif atau apatis. Bentuk apatis politik apati, anomie, sinisme dan alienasi. Secara umum keempatnya didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap orang lain disekitar lingkungannya. 2 Partisipasi politik dapat juga terwujud dalam berbagai bentuk, studi studi tentang partisipasi dapat menggunakan skema klasifikasi yang agak berbeda beda namun kebanyak riset belakangan ini membedakan jenis jenis perilaku yaitu : kegiatan pemilihan yang mencakup pemungutan suara, akan tetapi juga sumbangan sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah jauh lebih luas dibandingkan dengan bentuk bentuk partisipasi politik lainnya dan oleh sebab itu faktor faktor yang berkaitan dengan kejadian itu seringkali membedakannya dari jenis jenis partisipasi lainnya. Seperti halnya Lipset, penulis ingin melakukan penelitian bahwa pendidikan itu mempengaruhi partisipasi politik. Di banyak negara pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, mungkin karena pendidikan tinggi, bisa memberikan informasi tentang politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik. Orang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih meperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses proses politik dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya. 3 2 Michael Rusf dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003, hal Mohtar Mas oed, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Mada Press,,2001, hal.49.

3 Berangkat dari teori diatas dan seiring dengan indikator kemajuan dibidang pendidikan, pembangunan ekonomi, stabilitas politik, ideologi dan keamanan, maka meningkat pula pola pikir dan taraf hidup masyarakat disertai meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat secara kualitas dan kuantitas. Masyarakat juga menjadi semakin kritis dalam setiap langkah, pemikiran, ucapan, tindakan, serta memberikan partisipasinya secara intens. Hal ini harus ditanggapi secara wajar, karena kenyataan ini justru menunjukkan semakin tingginya kesdaran berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat. Meningkatnya rata rata tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat dan berimbang dengan akomodasi yang mendukung terutama pada sarana dan prasarana serta kenyataan yang ada di dunia komunikasi, setiap kesempatan mendatangkan peluang dan peluang haruslah berbuah yang menguntungkan di dalam partisipasi masyarakat. Perencanaan harus berdasarkan fakta yang baru dan aktual. Hal itu berbentuk visi yang mengantarkan tujuan pembangunan berisikan bobot pembinaan partisipasi politik. Sehingga aktivitas pembangunan diwarnai dengan berbagai macam istilah politik seperti pembangunan politik, sosialisasi politik, partisipasi politik, sistem politik, kebijakan publik, dan pendidikan politik. Dalam penelitian ini penulis membahas partisipasi politik dari segi tingkat pendidikan. Tingkat partisipasi politik sangat memiliki hubungan erat pendidikan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang itu dapat mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi masyarakat dibidang politik. Partisipasi berhubungan dengan kepentingan kepentingan masayarakat sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasi politiknya menunjukkan derajat kepentingan mereka.

4 Seperti yang diketahui bahwa yang menjadi calon walikota Medan dan wakil walikota Medan 2010 pada putaran kedua menyisakan dua pasangan calon yakni : 1. Drs. H. Rahudman Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. (pasangan nomor urut 6) 2. Dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. (pasangan nomor urut 10) Dengan sistem Pilkada Langsung yang berlangsung di Kota Medan, maka setiap calon pasangan berjuang untuk mendapatkan suara terbanyak dan dukungan dari masyarakat, Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan Pemilihan Umum Daerah Langsung untuk memilih Calon Walikota Medan dan Wakil Walikota Medan tahun Dari luas geografis dan jumlah penduduk di wilayah kelurahan Titi Papan, di Lingkungan IV terdapat 3 TPS yakni TPS 10, TPS 11 dan TPS 11 perolehan suara yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

5 Tabel 1 Perolehan Suara Pemilih Putaran Kedua Di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan pada Pilkada Kota Medan Tahun No. Data Pemilih Jenis Kelamin TPS Jumlah Pemilih Daftar Pemilih Tetap (DPT) Lk Pr Jml Jumlah Pemilih DPT yang menggunakan Hak Pilih 3. Jumlah Pemilih DPT yang tidak menggunakan Hak Pilih Lk Pr Jml Lk Pr Jml Sumber : rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara kelurahan titi papan Dan rekapitulasi hasil suara untuk kedua belah pihak pada lingkungan IV yaitu TPS 10,11 dan 12 dapat dilihat tabel di bawah ini :

6 Tabel 2 Perolehan Suara putaran kedua Pilkada 2010 kota Medan No. Nama pasangan calon TPS 10 TPS 11 TPS Drs. H. Rahudman 192 suara 192 suara 190 suara Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. (pasangan nomor urut 6) 2 Dr. Sofyan Tan dan Nelly 21 suara 42 suara 27 suara Armayanti, SP, MSP. (pasangan nomor urut 10) Sumber : rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara kelurahan titi papan Dari tabel 1 dan 2 diatas tersebut terlihat bahwa perolehan suara tidak sepenuhnya dipergunakan oleh para pemilih yang memiliki hak untuk memilih dan perbedaan yang jauh hasil suara yang didapat dari kedua pasangan. Dengan jumlah yang hampir setengah dari pengguna hak pilih tidak menggunakan haknya di TPS 10,11 dan 12, dapat dikatakan perolehan suara mengalami efek dari tingkat partisipasi politik masyarakat di wilayah titi papan itu sendiri, tingkat partisipasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari penjabaran yang diatas apakah benar menjadi pengaruh tingkat partisipasi pemilihan kepala daerah di kota medan tahun 2010, oleh karena itu, dengan adanya pilkada ini maka rakyatlah yang menentukan siapa yang akan duduk menduduki jabatan walikota Medan Pemberian suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai : sebuah proses dimana seorang anggota

7 dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil. 4 Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Oleh karena itu mengapa pendidikan penting, pendidikan formal tinggi bisa memberikan informasi tentang politik dan persoalan persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik. Dari uraian tersebut saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik pada pemilihan umum kepala daerah di Kota Medan pada tahun 2010 (studi kasus : pemilihan putaran kedua di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan medan deli) 1.2. Rumusan Masalah Penduduk di Kelurahan Titi Papan mayoritas merupakan tamatan SLTP/Sederajat (4.006 jiwa) dan diikuti dengan tamatan SLTA/Sederajat yakni jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat sekitar didominasi oleh pendidikan yang telah mencapai tingkat menengah pertama yang seharusnya diselesaikan pada tingkat menengah atas. Semakin tinggi tingkat pendidikan mempengaruhi informasi dan pengetahuan yang didapat oleh masing masing orang yang memiliki hak pilih. Keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas politik yang salah satunya adalah pemberian suara dalam pilkada memerlukan 4 Gosnel F Horald Ensyklopedia of the social science, New York : Mc Grew Hill Book Company. Hal 32.

8 pendidikan yang cukup bukan saja itu namun juga informasi yang dapat diambil dan ditelaah secara bijak. Dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk di daerah ini hanya mengeyam pendidikan formal ditaraf rendah atau hanya sampai pendidikan sekolah tingkat menengah pertama dan bagaimana pengaruhnya terhadap partisipasi politiknya terhadap Pilkada Kota Medan Dari latar belakang penelitian tersebut, maka yang jadi rumusan masalah adalah : Seberapa besar faktor tingkat pendidikan formal yang rendah mempengaruhi partisipasi politik dalam pilkada kota Medan tahun 2010 di lingkungan IV kelurahan titi papan, kecamatan Medan Deli di putaran kedua?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi pemilih terhadap pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan 2010 pada putaran kedua. 2. Untuk mengetahui perilaku pemilih diwilayah lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan Medan Deli terhadap partisipasi politik. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi saya sebagai penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam meneliti fenomena politik yang terjadi, sehingga menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

9 2. secara teoritis hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat menambah khazanah kepustakaan politik. 3. sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berminat dalam penelitian yang berkaitan dengan judul ini. 1.5 Kerangka Teori Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini saya mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masrisingarimbun dan sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 5 Seperti halnya Lipset, bahwa pendidikan itu mempengaruhi partisipasi politik. Di banyak negara pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, mungkin karena pendidikan tinggi, bisa memberikan informasi tentang politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik. Orang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih meperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses proses politik dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya 5 Masri Singarimbun da sofian effendi, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES, 1998, hal 37.

10 1.5.1 Perilaku Politik Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan kekuasaan politik. Interaksi anatar pemerintah dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupaka perilaku politik. 6 Sejalan dengan penertian politik, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tersebut. Dalam pelaksanaan pemilu disuatu negara ataupun dalam pelaksanaan pilkada lansung di suatu daerah, perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada tersebut hal ini jugalah yang membuat digunakannya teori perilaku politik dlam proposal penelitian ini. Perilaku politik dapat dibagi dua, yaitu : 7 1. Perilaku politik lembaga lembaga dan para pejabat pemerintah. 2. Perilaku politik warga negara biasa ( baik individu maupun kelompok). Yang pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik, sedangkan yang kedua berhak mempengaruhi pihak yang pertama dalam melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama 6 Sudijono sastroatmodjo,perilaku politik. Semarang : Ikip Semarang Press Hal 2. 7 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Grasindo, 1999 hal 15-16

11 menyangkut kehidupan pihak kedua. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara biasa (individu atau kelompok) disebut partisipasi politik. analisis yaitu : Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga unit 1. Aktor politik (meliputi aktor politik, aktivitas politik, dan individu warga negara biasa). 2. Agregasi politik (yaitu individu aktor politik secara kolektif seperti partai politik, birokrasi, lembaga lembaga pemerintahan). 3. Topologi kepribadian politik (yaitu kepribadian pemimpin, seperti Otoriter, machiavelist, dan demokrat). Ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik (pemimpin, aktivis, dan warga biasa) yaitu : 8 1. Lingkungan Sosial Politik tak langsung seperti sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa. 2. Lingkungan sosial politik langsung yang membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok bergaul. Dari lingkungan ini, seorang aktor politik mengalami proses sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat dan norma kehidupan bernegara. 3. Struktur kepribadian. Hal ini tercermin dalam sikap individu ( yang berbasis kepentingan, penyesuaian diri dan eksternalisasi). 4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan sesuatu 8 Ramlan Surbakti,Ibid.,Hal 132

12 kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya. Perilaku politik merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik. Sejalan dengan pengertian politik, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas yang mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut. Politik senantiasa berkenaan dengan tujuan masyarakat secara umum ( public goal) dan bukan tujuan orang perorang. Upaya yang dilakukan individu/ perorangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari merupakan perilaku politik, yang dalam hal itu adalah perilaku perilaku politik ekonomi. Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya, dalam suatu negara, ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Terhadapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Yang selalu melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan partai politikkarena fungsi mereka dalam bidang politik. Keluarga sebagai suatu kelompok melakukan berbagai kegiatan, termasuk didalamnya adalah kegiatan politik. Dalam hal para anggota suatu keluarga secara bersama memberikan dukungan pada organisasi politik tertentu, memberikan iuran, ikut berkampanye menghadapi pemilu, keluarga yang bersangkutan telah berperan dalam kegiatan politik, disamping kegiatan yang lain. Suatu perbuatan tertentu dapat dikatakan lebih dari satu jenis perilaku, apabila kegiatan tersebut mencakup berbagai aspek sekaligus, misalnya suatu

13 perusahaan memperjuangkan bea masuk yang rendah atas barang barang yang diimpor dari luar negeri. Upaya tersebut dapat termasuk perilaku ekonomi dan sekaligus perilaku politik. Merupakan perilaku ekonomi karena tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi mengandung keterkaitan dengan hal hal yang lain. Perilaku politik yang ditujukan oleh individu merupakan hasil pengaruh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Mengenai faktor faktor yang mempengaruhi perilaku politik tidak akan diuraikan di sini karena akan dikupas secara khusus pada bagian tersendiri. Berkaitan dengan perilaku politik, astu hal yang perlu dibahas adalah apa yang disebut sikap politik. Walaupun antara sikap dan perilaku terdapat kaitan yang sangat erat, keduanya perlu dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi baru merupakan kecendrungan atau predisposisi. Dari suatu sikap tertentu dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek yang dimaksud. Sikap mengandung tiga komponen yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. 9 Kognisi berkenaan dengan ide dan konsep, afeksi menyangkut kehidupan emosional, sedangkan konasi merupakan kecendrungan bertingkah laku. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku politik khususnya masyarakat yang memiliki pluralisme budaya yang tinggi, seringkali terdapat kegiatan yang 9 Sastroatmodjo.,Op Cit hal 4

14 bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal itu berarti bahwa latar belakang dan faktor faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat memberikan pengaruh. Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahaminya diperlukan dukungan konsep dari berbagai disiplin ilmu, konsep sosiologi, psikologi sosial, antropologi sosial, geopolitik, ekonomi dan konsep sejarah digunakan secara integral. Dengan demikian, memahami perilaku politik tidak hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung konsep ilmu ilmu sosial lainnya. Dengan demikian memahami perilaku politik berarti menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan warga negara dalam sistem politik. Dengan presepsi ini terbentuklah pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Dalam pendekatan behavioralis individulah yang dipandang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu. Dibalik tindakan lembaga lembaga politik. Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu yang secara aktual mengendalikan lembaga.. demikian pula kelompok kelompok kekuatan politik diluar pemerintah dan individu individu warga negara lebih ditekankan pada aktifitas sumber daya manusianya, sebagai pelaku politik. Dalam mengkaji perilaku politik seringkali dilakukan dari sudut pandang psikologis disamping pendekatan struktural fungsional dan struktur konflik. Sudut pandang psikologis ini menjelaskan pertimbangan pertimbangan latar belakang

15 secara menyeluruh, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, maupun pertimbangan kepentingan lain. Perilaku politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi dan latar belakang yang merupakan bahan dalam pertimbangan poltiknya. Demikian juga warga negara biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbgai faktor dan latar belakang. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik ada empat yakni : 1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa. 2. lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik seperti, keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan. 3. struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika akan melakukan suatu kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, kehadiran seseorang, keadaan ruang, susunan kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya Partisipasi Politik Digunakannya teori partisipasi politik dalam proposal penelitian ini adalah karena, tingkat partisipasi politik adalah faktor yang menentukan apakah pemilu ataupun Pilkada yang berlangsung berhasil atau tidak, semakin tinggi tingkat 10 Sastroatmodjo.,Op Cit hal 14

16 partisipasi pemilih, maka tingkat keberhasilan Pemilu ataupun Pilkada semakin tinggi. Berikut ini dikekemukakan sejumlah rambu rambu partisipasi politik : Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya. 2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternative kebijakan umum, dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. 3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk konsep partisipasi politik. 4. Kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung yaitu mempengaruhi pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat meyakinkan pemerintah. 5. Mempengaruhi pemerintah memalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan seperti mengikuti Pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, dan menulis surat atau prosedur yang tak wajar seperti kekerasan, demonstrasi,mogok,kudeta,revolusi,dll. Partisipasi sebagai suatu bentuk kegiatan dibedakan atas dua bagian, yaitu: Partisipasi aktif yakni kegiatan yang berorientasi pada output dan input politik. Seperti halnya mengajukan usul kebjakan ke pemerintah, 11 Ramlan Surbakti,Op.cit.,hal Ramlan Surbakti,Ibid.,hal 143

17 mengajukan kritik, dan perbaikan meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. 2. Partisipasi pasif, yakni kegiatan yang hanya berorientasi pada output politik. Pada masyarakat yang termasuk kedalam jenis partisipasi ini hanya menuruti segala kebijakan pemerintah dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemeriuntah. Kemudian terhadap masyarakat yang tidak termasuk kedalam kedua kategori ini, yaitu masyarakat yang menganggap telah terjadinya penyimpangan sistem politik dari apa yang mereka cita citakan. Kelompok ini disebut apatis (golongan putih). Faktor faktor yang memepengaruhi partisipasi politik seseorang adalah : 1. Kesadaran politik, yakni kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negata. 2. Kepercayaan politik, yaitu sikap dan kepercayaan orang tersebut terhadap pemerintahannya. Berdasarkan dua faktor tersebut, terdapat empat tipe partisipasi politik yaitu : Partisipasi politik aktif jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang tinggi. 2. Partisipasi politik apatis jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang rendah. 3. Partisipasi politik pasif jika memiliki kesadaran politik rendah, sedangkan kepercayaan politiknya tinggi. 13 Ramlan Surbakti, Ibid., 144

18 4. Partisipasi politik militan radikal jika memiliki kesadaran politik tinggi, sedangkan kepercayaan politiknya rendah. Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya. 14 Perlu diketahui bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan. Yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah. Namun demikian, warga masyarakat berhak mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan keputusan tersebut Perilaku Pemilih Semua pihak yang menjadi tujuan utama kontestan untuk dipengaruhi dan diyakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang berkaitan pendukungan bisa diartkan bahwa itu adalah pemilih. 15 Pemilih dalam hal ini dapat berbentuk konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen umumnya merupakan masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu panduan hidup bernegara yang tertuang dalam institusi politik seperti partai dan seorang pemimpin. 16 Pemberian suara pada pilkada secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 14 Ibid Firmanzah,Marketing Politik,Jakarta : yayasan obor Indonesia, 2007, Hal Ibid.,hal 105.

19 yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu : Pendekatan Sosiologis Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Contoh : pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya, pengelompokkan sosial seperti umur, jenis kelamin, agam dan semacamnya dianggap memiliki peranan yang cukup menentukan karena kelompok kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dlam membentuk sikap, presepsi dan orientasi seseorang. 2. Pendekatan Psikologis Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. variabel variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. variabel variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku pemilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah yang sebenarnya mempengaruhi dan menentukan perilaku memilih / partisipasi politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis 17 Muhammad Asfar.,Pemilu dan Perilaku Memilih ,Pustaka Eureka.,2006,Hal

20 sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu isu dan orientasi terhadap kandidat. 3. Pendekatan Rasional Dalam perilaku politik, masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya dan menekan kerugian Orientasi Pemilih Orientasi Policy problem Solving Pemilih akan melihat bagaimana kontestan dapat menawarkan kerja dan solusi atas permasalahan yang ada. Kecendrungan ini merupakan sifat objektivitas pemilih terhadap kontestan. 2. Orientasi Ideologi Aspek aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih akan cenderung memilih kontestan tersebut Jenis jenis Pemilih 1. Pemilih Rasional Pemilih mengutamakan kemampuan kontestan terhadap pemecahan permasalahan dan berorientasi rendah terhadap faktor ideologi. 2. Pemilih Kritis Pemilih jenis ini bisa dikategorikan ada dua macam yakni berdasarkan ideologi dan yang satu lagi berdasarka program kerja. 18 Agung Wibawanto. Menangkan Hati dan Pikiran Rakyat. Yogyakarta : Pembaruan. 2005

21 3. Pemilih Tradisional Pemilih jenis ini memiliki orientasi yang tinggi terhadap ideologi kontestan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial budaya, nilai, asal usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kontestan pemilu. 4. Pemilih Skepsis Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi baik ideologi maupun problem solving. Mereka menggangap dan berkeyakinan siapapun yang menjadi pemenang sama saja dan tidak ada perubahan yang berarti. Dan jika mengikuti pemilu mereka memilih secara acak Pemilihan Langsung Kepala Daerah Pemilihan Langsung Kepala Daerah baik itu Gubernur/wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, maupun Walikota/Wakil Walikota, dilaksanakan mulai bulan Juni 2005 dan dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Undang Undang No. 32/2004 tentang pemerintahan Daerah pasal 56 jo Pasal 119 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.6/2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan lahirnya UU No.32/2004 dan PP No. 6/2005 merupakan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asas asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, pilkada langsung layak disebut

22 sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis Parameter Demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung Beberapa Parameter untuk melihat terciptanya demokrasi di pemilihan umum menurut pendapat Bingham Powel (1978). Antara lain : 1. Menggunakan mekanisme Pemilu yang teratur. 2. Adanya rotasi kekuasaan. 3. Pemilihan dilakukan secara terbuka. 4. Akuntabilitas publik. Penjelasannya antara lain : a. Pemilu Rekrutmen yang dilakukan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur dan adil. b. Rotasi Kekuasaan Kekuasaan tidak boleh dipegang dengan waktu lama secara terus menerusjika seperti itu yang terjadi maka lebih dikatakan sistem seperti itu disebut monarkhi. c. Rekrutmen terbuka Terbuka buat semua orang atau kelompok untuk mengisi jabatan politik, jika tidak maka itu bisa disebut dengan otoriter atau totaliter yang merekrut hanya dariseseorang saja. d. Kepercayaan publik 19 Joko J. Prihatmoko.Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar Hal 20.

23 Pemegang jabatan publik harus senantiasa mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang dilakukan secara pribadi maupun menjabat sebagai pejabat publik. 1.6 Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Dalam penelitian ini saya sebagai penulis, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan agar menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati. Penelitian juga berguna untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang diteliti dan berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang apa yang sedang diteliti dan menjadi pokok permasalahan. Seperti yang diungkapkan Nawawi, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain lain ). Adapun ciri ciri pokok metode deskriptif adalah : 1. Memusatkan perhatian pada masalah masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah masalah yang bersifat aktual. 2. Menggambarkan fakta fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya. Tapi penelitian ini juga memadukan data kuatitatif menjadi anilistis deskriptif.

24 1.6.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Deli tepatnya di Kelurahan Titi Papan Lingkungan IV. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena kawasan daerah tersebut dihuni oleh berbagai macam Suku, Agama, Ras, dan Pekerjaan yang pada penelitian dapat memberikan data mengenai Partisipasi Politik di wilayah ini secara keseluruhan melalui keanekaragaman SARA yang cukup mewakili Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, flora dan fauna, gejala, dan peristiwa dan lain sebagainya, sehungga objek objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. 20 Maka, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua warga lingkungan IV kelurahan Titi Papan, Kecamatan Medan Deli karena pada wilayah TPS ini memiliki variasi pendidikan yang beragam dan tidak terdominasi oleh jumlah tingkat pendidikan formal yang mengenyam pendidikan rendah. Dan memiliki hak pilih dalam Pilkada Medan 2010 yaitu sejumlah 1293 orang ( yang terdiri dari 651 laki laki dan 642 perempuan) yang tersebar di 3 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yakni TPS 10, TPS 11, TPS 12. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, saya menggunakan 20 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial.,Surabaya.,Airlangga University Press.,2001.Hal 101.

25 rumus taro yamane 21. Dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90% yakni sebagai berikut : Ket : n = Sampel d 2 = Presisi N = Populasi Dari Rumus Taro Yamane tersebut maka besar sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah : Untuk menentukan jumlah masing masing sampel dilingkungan tersebut maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik stratified random sampling. Tehnik pengambilan sampel ini digunakan apabila populasinya yang heterogen tidak seragam dalam hubungan variabel yang diteliti. Melihat penduduk yang terdaftar seragam dalam hubungan variabel yang diteliti. Melihat jumlah penduduk yang terdaftar sebagai peserta terdiri dari 3 TPS yaitu : 21 Burhan Bungin,Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Prenada Media,2005. Hal 105.

26 1. TPS 10 sebanyak TPS 11 sebanyak TPS 12 sebanyak 438 Maka ditentukan jumlah sampel untuk masing masing TPS, yaitu : TPS 10 : TPS 11 : TPS 12 : Kemudian untuk mengambil sampel yang akan dijadikan sebagai responden sebanyak 93 sampel yang telah ditentukan maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yakni dengan memilih unsur yang paling mudah dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, dipergunakan dua sumber pengumpulan data, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek yang diteliti, hal ini dapat berasal dari masyarakat pemilih di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan Medan Deli pada Pilkada 2010 Kota Medan. Yakni berupa berbentuk 22 M.Husaini., Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal 45.

27 kuesioner, dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Data sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Ini dilakukan dengan cara penelitian pencatatan dokumen (library research) dari sumber mana saja yang relevan dengan masalah yang diteliti Tehnik Analisa Data Metode kualitatif defenitif sebagai prosedur penelitian yang memadukan data kuantitatif namun mendeskripsikan ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati. 1.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian. BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai Partisipasi Pemilih Pada Pilkada Kota Medan 2010 putaran

28 kedua di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisikan kesimpulan analisi dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh.

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 12 Dr. Fakultas PASCASARJANA Perilaku Pemilih Heri Budianto.M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. 1 Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan Kelurahan Titi Papan memiliki 16 Lingkungan yang tersebar diwilayah kelurahan Titi Papan. masing masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahirnya suatu produk hukum didasari perencanaan dan tujuan yang jelas. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya adalah sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang demokratis para pemimpin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang BAB II KAJIAN TEORETIK Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ang akan dilakukan, adalah teori mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kuesioner (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi 1989:4).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kuesioner (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi 1989:4). 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian kali ini menggunakan metode deskriptif dengan tipe penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. 31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pemilihan tipe penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih 1. Perilaku Pemilih Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10 kalinya, yaitu pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden yang didasari dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Peran BAB II LANDASAN TEORI Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : Topan Umboh Abstrak Partsipasi politik politik pemula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Non-Voting Dalam Pemilukada

SKRIPSI. Non-Voting Dalam Pemilukada SKRIPSI Non-Voting Dalam Pemilukada (Suatu Studi Perilaku Tidak Memilih Masyarakat Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Dalam PEMILUKADA Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2013)

Lebih terperinci

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara) PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara) Oleh : Gito Talibo 2, Dra. Marlien T. Lapian Msi 3, Maxi Egeten,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode kuantitatif merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Buku: Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Burhan, Bungin. 2001, Metode Penelitian Sosial. Airlangga University Pers. Surabaya. Dajan, Anto. 1996. Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum mempunyai esensi sebagai sarana demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak rakyat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah PARTAI POLITIK Oleh : Nur Hidayah A. ASAL USUL PARTAI POLITIK 1. Teori Kelembagaan : partai politik dibentuk oleh kalangan legislative (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dimana sistem pemerintahan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode 29 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa menggunakan Partai Politik yang didukung dengan sistim politik suatu Negara, yang tidak akan dapat dilepaskan

Lebih terperinci

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH I. UMUM Sejalan dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Rifka S. Akibu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci