DAUN ALPUKAT ASARI HEWAN FAKULTAS BOGOR 20100

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAUN ALPUKAT ASARI HEWAN FAKULTAS BOGOR 20100"

Transkripsi

1 AKTIVITAS DIURETIK FRAKSI HEKSAN DAN ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill..) PADAA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY ARDLINAA RENI PUSPITA ASARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR BOGOR 20100

2 ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, September 2010 Ardlina Reni Puspitasari NIM B

3 iii ABSTRAK ARDLINA RENI PUSPITASARI. Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley. Dibimbing oleh BAYU FEBRAM PRASETYO dan RINI MADYASTUTI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat pada tikus Sprague-Dawley. Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat daun alpukat menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan tanin. Sebanyak 30 ekor tikus digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu aquades sebagai kontrol negatif (A), furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif (B), fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (C) dan 300 mg/kg bb (D), serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (E) dan 300 mg/kg bb (F) sebagai bahan yang akan diteliti. Metode Lipschitsz digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mencekokan setiap bahan dengan dosis 1 ml/100 gram bb. Aktivitas diuretik dievaluasi dengan mengukur volume, warna dan ph urin. Pengukuran volume urin dilakukan dengan melihat banyaknya urin yang dikeluarkan selama 24 jam. Fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 300 mg/kg bb menunjukkan hasil paling optimum dengan volume 24.7 ml yang didukung dengan warna urin yang paling muda. Kata kunci: fraksi, heksan, etil asetat, daun alpukat, aktivitas diuretik

4 iv ABSTRACT ARDLINA RENI PUSPITASARI. Diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction from avocado leaves ethanol extract on Sparague-Dawley Rats. Under direction of BAYU FEBRAM PRASETYO and RINI MADYASTUTI. The aim of this study is to determine diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves in Sprague-Dawley rats. The result of phytochemical screening on hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves showed the existing of flavonoid and tannin. Thirty rats were used in this study, divided into six groups: aquadest as normal control (A), furosemid 1.8 mg/kg bw as positive control (B), ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (C) and 300 mg/kg bw (D), and hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (E) and 300 mg/kg bw (F) as treatments which were studied. Lipschitsz method was applied in this study by taking each treatment material with doses 1 ml/100gram bw to the rats by orally. Diuretic activity was evaluated by measuring volume and ph of urine and observing urine s color. Urine s volume measured in 24 hours. Hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 300 mg/kg bw showed the most optimum result with 24.7 ml urine s volume and supported by urine s color which was the brightest one. Keywords: fraction, hexane, ethyl acetate, avocado leaves, diuretic activity

5 v Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atatu seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atatu seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

6 vi AKTIVITAS DIURETIK FRAKSI HEKSAN DAN ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY ARDLINA RENI PUSPITASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

7 vii Judul Skripsi Nama NIM : Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley : Ardlina Reni Puspitasari : B Menyetujui, Bayu Febram Prasetyo. S.Si, Apt, M.Si Dosen Pembimbing I Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si Dosen Pembimbing II Mengetahui, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Dr. Nastiti Kusumorini NIP Tanggal lulus:

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga tugas akhir dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea amerciana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley. Penyelesaian penelitian dan penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Suhadji dan Ibu Sri Warsiti, Mbak Fitri, Mbak Dini, Mas Anto, Mas Ferry, dan Mas Indra yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si dan Ibu Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 2. Bapak Prof.drh.Arif Boediono, Ph.D dan ibu Dr.Ir.Etih Sudarnika, M.Si selaku dosen penguji pada Ujian Akhir Sarjana Kedokteran Hewan. 3. Bapak Dr. Bambang Kiranadi selaku dosen pembimbing akademik 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bagian Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB, 6. Haris Prayitno dan Dian Firnanda selaku teman penelitian saya yang telah membantu dalam proses penelitian dan skripsi. Teman-teman 43SCULAPIUS (Ical, Rista, Vivit, Isnia, Dana, Nirna, dll), Wisma Melati (Titis, Rias, Tina, Mbak Irma, Mbak Shelly, Noe, dll), serta teman-teman lain yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi pihakpihak yang membutuhkan. Bogor, September 2010 Ardlina Reni Puspitasari

9 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 6 Juni Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Suhadji dan Ibu Sri Warsiti. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN 3 Wonogiri kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTPN 3 Wonogiri. Penulis melanjutkan studi di SMAN 1 Wonogiri dan lulus tahun Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Setahun kemudian penulis masuk ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB setelah melalui seleksi Tingkat Persiapan Bersama. Tahun penulis bergabung pada Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Ruminansia dan Dewan Keluarga Mushola (DKM) An Nahl.

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN...1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Alpukat (Persea americana Mill.)... 3 Hewan Percobaan... 5 Ginjal... 6 Diuretik... 8 Ekstraksi Fraksinasi Pelarut METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Metode Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia Aktivitas Diuretik SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 28

11 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat dan heksan ekstrak etanol daun alpukat Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam Tabel 3 ph urin awal perlakuan... 21

12 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Tanaman alpukat... 3 Gambar 2 Tikus putih galur Sprague-Dawley... 5 Gambar 3 Struktur nefron... 7 Gambar 4 Aktivitas diuretik selama 6 jam pertama Gambar 5 Warna urin pada tiap perlakuan... 20

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Uji Statistik One Way ANOVA Lampiran 2 Uji Duncan (P<0.05) Lampiran 3 Hasil determinasi tumbuhan..34

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber kekayaan hayati, sekitar jenis tumbuh-tumbuhan terdapat di Indonesia, dan lebih kurang termasuk tanaman berkhasiat obat. Jumlah yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional baru sekitar 300 spesies (Depkes 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tanaman, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005). Tanaman obat sudah dikenal masyarakat secara turun temurun sejak dahulu. Penggunaan obat herbal mempunyai efek samping yang minimum jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Sari 2006). Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanaman obat tidak lagi sesuai apabila digunakan dalam bentuk utuh, tetapi dimanfaatkan dalam bentuk ekstrak, yaitu sari yang dibuat dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Berdasarkan informasi empiris terdapat beberapa tanaman obat yang memiliki aktivitas diuretik antara lain alang-alang, tempuyung, alpukat, mengkudu, pepaya dan lain-lain (Ceppy 2002). Penggunaan diuretik mampu mengatasi penyakit gagal jantung kongesti, sindrom nefritis, sirosis, gagal ginjal, hipertensi, toksemia kebuntingan (Agunu et al. 2005), edema, diabetes insipidus, batu ginjal, dan hiperkalsemia (Ceppy 2002). Alpukat merupakan salah satu tanaman yang secara empiris dapat digunakan sebagai diuretikum. Bagian tanaman alpukat yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk peluruh batu ginjal dan rematik adalah bagian

15 2 daunnya (Prihatman 2000). Fungsi lain dari daun alpukat menurut penelitian adalah antimikroba (Flores et al. 2009), menurunkan glukosa darah, mempengaruhi metabolisme lipid saat hiperkolesterolemia (Brai et al. 2007), diuretik (Wientarsih et al. 2008), vasorelaksan (Owolabi et al. 2005), dan menurunkan tekanan darah (Ojewole et al. 2007). Biji buah alpukat juga dapat digunakan menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kolesterol (Imafidon et al. 2010; Anaka et al. 2009), meningkatkan glukosa darah, antihiperglikemik (Edem 2009), dan antihiperlipidemia (Asaolu et al. 2010). Bagian tanaman alpukat yang digunakan sebagai diuretik adalah daun. Menurut Adha (2009), kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun alpukat adalah flavonoid, tanin, dan kuinon. Penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus Sprague-Dawley. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik dari fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus galur Sprague-Dawley, melalui parameter volume, ph, dan warna urin, serta melihat pada dosis fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat berapa yang mampu memberikan aktivitas diuretik terbaik. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengobatan alterrnatif untuk diuretik dibidang kedokteran hewan dan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang khasiat daun alpukat sebagai obat diuretik.

16 3 TINJJAUAN PUSTAKA P A Alpukat (Persea ( ameericana Milll.) Tanaaman alpukkat merupakkan tanamaan yang berrasal dari A Amerika Tengah, yaitu Mekksiko, Peru,, hingga Veenezuela. Tanaman T inii telah mennyebar di seeluruh dunia, terrmasuk Indoonesia. Terrdapat tiga tipe alpukaat yang dikkenal, yaitu u tipe Meksiko (Persea dryymifolia), tipe t Guatem mala (Perseea guatelam mensis), dan n tipe a ) (Sunarjono o 2008). Alppukat dikennal dengan istilah i Indian barrat (Persea americana) apokat (Jaawa), alpukeet (Sunda), avocado peear (Inggris)), poire d avvocat (Peraancis), abate (Porrtugal), dann aguacate palta p (Spany yol) (Dalim martha 2008)). Adaapun taksonoomi alpukatt dalam Prih hatman (20000) adalah ssebagai beriikut: K Kingdom : Plantae P K Kelas : Dicotyledon D ne O Ordo : Laurales L F Famili : Lauraceae L G Genus : Persea P S Spesies : Persea P amerricana Milll. Gambbar 1 Tanam man alpukatt.

17 4 Alpukat merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Pohonnya berkayu dan sosoknya seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Kayunya keras dan tidak bergetah. Daunnya panjang (lonjong) tersusun seperti pilin, terpusat pada ujung ranting (Sunarjono 2008). Menurut Dalimartha (2008), daunnya tunggal, tebal seperti kulit, bertangkai dengan panjang cm, dan terletak berdekatan dengan ujung ranting. Helaian daun berbentuk bulat lonjong sampai bulat telur memanjang, mempunyai ujung dan pangkal daun runcing, bagian tepi rata tetapi kadang-kadang menggulung ke atas. Daun bertulang menyirip dengan panjang cm dan lebar 3-10 cm. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua berwarna hijau dan tidak berambut. Umumnya percabangannya jarang dan arahnya horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Bunganya sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari), tetapi tidak serempak. Bunga berwarna putih (Sunarjono 2008). Kandungan kimia yang terdapat dalam buah adalah saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, asam folat, asam pantotenat, niasin, vitamin, dan mineral. Kandungan serat dan asam lemak tak jenuh tunggal dalam buah dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol tinggi dalam darah. Bersama dengan vitamin C, vitamin E dan glutation, asam lemak tak jenuh tunggal dapat melindungi pembuluh darah arteri dari kerusakan oleh adanya timbunan LDL. Niasin bekerja mempengaruhi aktivitas enzim lipoprotein lipase yang mengakibatkan penurunan produksi VLDL di hati yang berakibat penurunan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. Selain itu, niasin ini juga dapat meningkatkan HDL. Kandungan yang terdapat dalam daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, senyawa sterin, gula d-persit, dan gula alkohol (Dalimartha 2008). Senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun alpukat dapat digunakan sebagai diuretik, mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, dan pembengkakan saluran nafas (Anonim 2008). Daun alpukat juga mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus strain A dan B, Staphylococcus albus, Pseudomonas sp., Proteus sp., Escherichia coli, dan Bacillus subtilis (Dalimartha 2008).

18 5 Hewan Percobaan Menurut Malole et al. (1989), hewan percobaan adalah hewan yang dipeliharaa atau sengaja diternakkan sebagai hewan model untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Beberapaa hewan coba yang digunakan untuk penelitian adalah kelinci, mencit, tikus, marmot, hamster, dan primata. Gambar 2 Tikus putih galur Sprague-Dawley. Tikus (Rattus norvegicus) ) telah diketahui sifat-sifatnyrelatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur tikus yang umum digunakan yaitu dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang galur Sprague-Dawley, Wistar, Long-Evans. Ciri-ciri dari tikus Sprague-Dawley adalah berwarna albino putih, kepala kecil, dan mempunyai ekor yang lebih panjang dari badannya. Ciri-cirii dari tikus Wistar adalah ditandai dengan kepala besar dan ekor lebih pendek. Ciri-ciri dari tikus Long-Evans adalah lebih kecil dari tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Malole et al. 1989).

19 6 Ginjal Ginjal mempunyai fungsi utama untuk mengekskresikan produk sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan seperti urea, asam urat, dan kreatinin. Ginjal juga berperan dalam proses homeostasis (pengaturan garam dan kandungan elektrolit serta volume cairan ekstraselular) dan juga keseimbangan asam basa (Rang et al. 1995). Proses homeostasis dapat dipertahankan dengan menyeimbangkan asupan yang masuk dalam tubuh dengan air dan elektrolit yang diekskresikan. Ginjal dapat juga berperan menyeimbangkan asam basa, bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh akan mengekskresikan asam seperti asam sulfur dan asam fosfat serta mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007). Menurut strukturnya ginjal terdiri dari kortek, medula, dan pelvis yang kosong sampai ureter. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron (Gambar 3), berjumlah sekitar 1.3 x Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul (Rang et al. 1995). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu saat terjadi trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Glomerulus Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mm Hg) bila dibandingkan dengan kapiler lain. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel. Secara keseluruhan, glomerulus dibungkus oleh kapsula Bowman. Arteri renalis masuk ke dalam ginjal melalui hilum, kemudian bercabang menjadi arteri interlobularis, arteri arkuata, dan arteriol aferen. Ketiga arteri ini menuju ke kapiler glomerulus. Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus begabung membentuk arteriol eferen, yang menuju ke kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus ginjal (Guyton et al. 2007).

20 7 Gambar 3 Struktur nefron (Davey 2010). Pembentukan urin dimulai dengann filtrasi sejumlah cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Sebagian besar zat yang terdapat dalam plasma, kecuali protein, difiltrasi secaraa bebas sehingga konsentrasi zat pada filtrat glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengann plasma. Cairan akan mengalami perubahan ketika keluar dari kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus. Hal ini disebabkan karena terjadinya reabsorpsi air dan zat larut spesifik kembali ke darah atau sekresi zat-za lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus (Guyton et al. 2007). Tubulus Proksimalis Tubulus proksimalis merupakan tempat reabsorpsi zat terlarut dan air yang mengalir dari glomerulus. Zat terlarut dan air direabsorpsi dalam jumlah yang sama, sehingga hanya sedikit terjadi perubahan osmolaritas, yaitu cairan tubulus tetap isoosmotik terhadap plasma. Ketika cairan melewati segmen descenden dari ansa Henle, air direabsorpsi melalui proses osmosis dan cairan di tubulus mencapai keseimbangan dengan cairan interstisialis medula yang sangat hipertonik (sekitar dua sampai empat kali osmolaritas filtrat ginjal semula) (Guyton et al. 2007) ). Segmen Ascenden Ansa Henle Bagian ascenden dari ansa Henle merupakan lanjutan dari tubulus proksimalis yang banyak mereabsorpsi natrium, kalium, dan klorida, namun

21 8 impermeabel terhadap air walaupun terdapat banyak ADH (anti diuretik hormon). Hal ini menyebabkan cairan menjadi lebih encer (hipoosmotik) ketika memasuki awal tubulus distal (Guyton et al. 2007). Tubulus Distal Ketika cairan pada bagian awal tubulus distal melewati bagian akhir tubulus kontortus distal, duktus koligentes kortikolis, dan duktus koligentes mengalami proses reabsorpsi terhadap natrium klorida. Bagian tubulus ini impermeabel terhadap air karena tidak ada ADH. Selain itu, zat-zat terlarut direabsorpsi sehingga cairan tubulus menjadi lebih encer (Guyton et al. 2007). Duktus koligentes Duktus koligentes terdiri dari dua bagian yaitu, bagian kortikal dan bagian medulla yang akan mengalirkan cairan filtrat dari kortek menuju pelvis renalis. Di duktus koligentes ini akan terjadi perubahan osmolalitas dan volume yang bergantung pada banyaknya vasopresin yang bekerja di duktus ini. Hormon antidiuretik ini berasal dari kelenjar hipofisis yang akan meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air melalui pembentukan cepat kanal air aquoporin-2 di membran luminal sel prinsipal (Ganong 2002). Diuretik Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Diuretik dapat meningkatkan penyaringan natrium (natriuresis) yang diikuti ion (biasanya Cl - ) pada penggunaan secara klinik. Natrium klorida yang berada dalam tubuh menentukan volume cairan ekstraseluler dan pada pengaplikasian klinis, secara langsung mengurangi volume cairan ekstraseluler dengan menurunkan kandungan NaCl dalam tubuh (Parial et al. 2009). Secara normal, reabsorpsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Umumnya diuretik bekerja dengan menurunkan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus proksimal. Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik biasanya digunakan untuk

22 9 mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatitis (Neal 2005). Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi ion-ion Na +, Cl -, atau HCO - 3, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan ekstrasel. Diuretik juga menurunkan reabsorpsi elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif (Siswandono et al. 1995). Menurut Sunaryo (2003), fungsi utama diuretik adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan elektrolit sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal. Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan dapat diekskresikan oleh ginjal (Sunaryo 2003), sedangkan menurut Siswandono et al. (1995) diuretik osmotik merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa (menghambat reabsorpsi air dan zat elektrolit). Diuretik osmotik mempunyai efek samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit, pandangan kabur, dehidrasi, takikardia, dan nyeri kepala (Siswandono et al. 1995). Beberapa jenis obat yang menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal dalam Sunaryo (2003) terdiri dari: a) Penghambat karbonik anhidrase Kabonik anhidrase adalah enzim yang mengatalisis reaksi antara karbondioksida dan uap air ( CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 ). Enzim ini terdapat dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit, dan sistem saraf pusat, namun tidak terdapat di dalam plasma. Enzim ini dapat dihambat aktivitasnya oleh sianida, azida, dan sulfida, serta derivat sulfonamide seperti asetazolamid dan diklorofenamid (Sunaryo 2003). Kerugian dari inhibitor karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis akibat hilangnya ion-ion bikarbonat yang keluar bersama urin secara berlebihan (Guyton et al. 2007). b) Benzotiadiazid Senyawa benzotiazid atau tiazid dapat berfungsi untuk meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan sejumlah air. Peningkatan natrium dan klorida

23 10 dalam urin disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada tubuli distal (Sunaryo 2003). c) Diuretik hemat kalium Diuretik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada tubulus distal. Aldosteron menstimulsi reabsorpsi Na + yang mengarahkan ion K + dan H + ke dalam lumen. Diuretik menurunkan reabsropsi Na + dengan mengantagonis aldostreron atau memblok kanal Na +. Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun sehingga eksresi K + berkurang (Neal 2005). Diuretik hemat kalium mempunyai beberapa kelompok, diantaranya antagonis aldosteron, triamteren, dan amilorid (Sunaryo 2003). Kerugian dari diuretik ini dapat menyebabkan hiperkalemia akut, terutama pada pasien gangguan gagal ginjal (Neal 2005). d) Diuretik kuat Diuretik kuat mempunyai daya kerja yang sangat kuat daripada diuretik lainnya. Diuretik kuat disebut juga sebagai loop diuretik, karena bekerja di segmen epitel tebal ansa Henle ascenden. Beberapa contoh kelompok ini diantaranya adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanin. Secara umum diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat reabsropsi elektrolit di ansa Henle ascendens segmen epitel tebal (Sunaryo 2003). Ekstraksi Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi dapat memindahkan dua atau lebih zat berdasar perbedaan koefisian distribusi. Bila zat yang satu memiliki koefisien distribusi yang jauh lebih besar dari yang satu, sedangkan yang lainnya jauh lebih kecil dari yang satu, pemisahan yang hampir sempurna sudah dapat dicapai hanya dengan ekstraksi tunggal (Nur et al. 1989). Fraksinasi Fraksinasi adalah proses pemisahan komponen dalam suatu ekstrak menjadi kelompok-kelompok senyawa yang memiliki kemiripan karakteristik secara kimia. Beberapa metode yang digunakan untuk fraksinasi yaitu presipitasi, ekstraksi pelarut, destilasi, dialisis, elektroforesis, dan kromatografi. Penentuan

24 11 metode fraksinasi tergantung beberapa faktor diantaranya, adanya substansi alami yang terdapat dalam ekstrak, pemisahan fraksi seketika, manfaat, harga peralatan dan bahan yang diperlukan, serta keamanan (Houghton et al. 1998). Pelarut Pelarut adalah cairan yang digunakan dalam proses pemecahan ikatan suatu persenyawaan untuk selanjutnya membentuk suatu larutan. Energi yang dibutuhkan untuk memecahkan ikatan ini diambil dari energi yang dilepaskan karena terbentuknya ikatan antara partikel yang dilarutkan dengan pelarut. Pemecahan ikatan persenyawaan membutuhkan energi yang cukup besar karena persenyawaan yang berikatan ion hanya larut di dalam air atau pelarut yang sangat polar lainnya. Hal itu juga terjadi pada persenyawaan kovalen polar yang hanya larut dalam pelarut polar dan persenyawaan kovalen non polar hanya larut dalam persenyawaan non polar (Winarno et al. 1973). Etil asetat Etil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus kimia CH 3 COOC 2 H 5. Etil asetat dihasilkan dari reaksi antara etanol (etil alkohol) dengan asam asetat. Pelarut ini digunakan sebagai pelarut dan obat-obatan (Basri 2005) dengan berat jenis 0.90 pada suhu 27 0 C (Patil et al. 2009). Menurut Wilson et al. (1982), etil asetat, ester asetat, nafta vinegar, di dapat secara destilasi lambat campuran etil alkohol, asam asetat, dan asam sulfat. Cairan tidak berwarna, transparan, bau harum, segar dan sedikit seperti aseton dan rasa aneh, seperti aseton dan membakar. Etil asetat dapat bercampur dengan eter, alkohol dan minyak lemak dan atsiri. Etil asetat sekarang digunakan secara luas dalam industri sebagai pelarut. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel (Harborne 1987). Heksan Heksan merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan rumus kimia CH 3 (CH 2 ) 4 CH 3. Termasuk dalam alkana, berbentuk cairan beruap, tidak berwarna, mudah terbakar, larut dalam alkohol, eter, dan aseton namun tidak larut dalam air. Heksana didapat dari penyulingan bertingkat petroleum. Heksana digunakan sebagai pelarut dan pengencer cat (Basri 2005). Heksan

25 12 termasuk dalam senyawa non polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Heksan memiliki berat yang lebih ringan dari air dan titik didihnya adalah 69 0 C (Brieger 1969). Berat jenis pelarut heksan adalah pada suhu 20 0 C (Cheremisinoff et al. 2003). Pelarut heksan dapat melarutkan senyawa non polar seperti lilin, lemak, dan terpenoid (Nurmillah 2009).

26 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2009, bertempat di Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, dan Laboratorium Metabolit, Departemen Anantomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Metode Penelitian Pengumpulan Bahan Daun alpukat yang sudah tua diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor yang sudah dilakukan determinasi. Pembuatan Simplisia Daun alpukat dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan. Daun alpukat dikeringkan dengan oven pada suhu 40 0 C, setelah kering daun dibersihkan, bila masih terdapat kotoran yang mungkin tertinggal saat pencucian. Daun yang telah kering kemudian digiling dan diayak kemudian disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat Pembuatan ekstrak etanol daun alpukat dilakukan dengan cara maserasi, yaitu menambahkan etanol 70% dalam simplisia kering daun alpukat. Sebanyak 500 gram simplisia dimasukkan ke dalam maserator lalu direndam dengan lima liter etanol 70%. Perbandingan banyaknya alkohol dengan daun alpukat sebanyak 10:1. Kemudian direndam dan diaduk selama 2x24 jam dan ditampung. Meserat dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Pencampuran dan penguapan filtrat etanol dengan menggunakan rotary evaporator sampai terbentuk ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan di atas penangas air dengan suhu 40 0 C C sampai larutan penyari hilang atau jumlahnya berkurang.

27 14 Pembuatan Fraksi Heksan Ekstrak Etanol Daun Alpukat Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan menggunakan corong pisah dengan pelarut heksan (1:1) sampai diperoleh dua lapisan terpisah (lapisan air dan heksan). Lapisan heksan dipisahkan dan ditampung. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan menggunakan corong pisah dengan pelarut etil asetat (1:1) sampai diperoleh dua lapisan terpisah (lapisan air dan etil asetat). Lapisan etil asetat dipisahkan dan ditampung. Rancangan Penelitian Desain penelitian aktivitas diuretik dilakukan dengan metode Lipschitz (1943) dalam Adha (2009). Perlakuan dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang ditempatkan dalam kandang metabolit yang terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 1. Kelompok 1 merupakan kontrol normal (A) yang diberi aquades, 2. Kelompok 2 merupakan kontrol positif (B) yang diberi furosemid, 3. Kelompok 3 (C) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, 4. Kelompok 4 (D) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat dosis 300 mg/kg bb, 5. Kelompok 5 (E) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, 6. Kelompok 6 (F) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis 300 mg/kg bb. Sebelum perlakuan, tikus dipuasakan minimal selama 18 jam. Pengujian metode ini dengan memberikan loading dose pada tikus berupa air hangat dengan dosis 50 ml/kg bb. Kemudian tikus dicekok dengan dosis 1 ml/100gram bb pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan sonde lambung. Pengamatan dilakukan setiap jam selama 6 jam dan pada jam ke-24. Variable yang diukur adalah volume dan warna pada tiap jamnya, serta ph urin pada jam pertama. Kemudian dilakukan penampungan urin dengan menggunakan gelas piala.

28 15 Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan metode ANOVA Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis ini dihitung dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat adanya perbedaan volume urin antara setiap perlakuan.

29 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan dengan mengocok larutan ekstrak etanol daun alpukat ditambah pelarut dengan perbandingan 1:1 yang kemudian terbentuk dua fase yang berbeda warna. Penelitian ini menggunakan fraksinasi cair-cair, yaitu menggunakan ekstrak etanol daun alpukat dan pelarut heksan serta etil asetat. Hasil yang diperoleh pada Tabel 1 dengan menggunakan pelarut etil asetat dan heksan menunjukkan bahwa kandungan daun alpukat dengan dua pelarut mengandung flavonoid dan tanin. Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat Jenis pelarut Heksan Etil asetat Metabolit sekunder Flavonoid, Tanin Flavonoid, Tanin Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Golongan flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan akan tetap berada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang akan berubah warna bila ditambah basa atau amonia, sehingga mudah dideteksi pada kromatografi atau dalam larutan (Harborne 1987). Flavonoid mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau gula yang cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dan lain-lain. Sebaliknya aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, dan flavonol cenderung lebih mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform (Markham 1988). Flavonoid berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat reseptor adrenergik (Koffi et al. 2009), hipoglikemik (Chandrika et al. 2006), dan bekerja sebagai stimulan pada jantung dalam dosis kecil, diuretik dan antioksidan pada lemak apabila flavon terhidrolisis (Sirait 2007; Ebrahimzadeh et al. 2008). Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air (Harborne 1987). Berdasarkan stuktur molekulnya, tanin

30 17 dibedakan menjadi tanin terkondensasi dan terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat memetabolisis senyawa lebih lanjut seperti pirogalol yang beracun bagi ruminansia. Tanin terkondensasi dapat membantu mengontrol parasit dalam gastrointestinal dan mampu mengikat protein serta molekul lain pada ph mendekati normal (Min et al. 2003). Tanin memperlihatkan aktivitas antivirus, antibakterial, dan antitumor. Tanin juga dilaporkan mampu menghambat replikasi HIV secara selektif dan sebagai diuretik (Aiyelaagbe et al. 2009). Menurut Jouad et al. (2001) dan Zeggwagh et al. (2007), pemberian flavonoid menunjukan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus yang dapat meningkatkan eliminasi elektrolit melalui urinasi. Peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus bersamaan dengan peningkatan diuresis. Peningkatan pengeluaran urin timbul secara sekunder akibat inhibisi reabsorpsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa bekerja secara osmotik untuk menurunkan reabsorpsi air (Guyton et al. 2007). Laju filtrasi ditentukan oleh daya hidrostatik membran glomerulus dan koefisien filtrasi kapiler glomerulus. Koefisien filtrasi kapiler glomerulus merupakan hasil konduktivitas hidrolik dan area permukaan kapiler tubulus. Peningkatan koefisien filtrasi akan meningkatkan GFR dan penurunan koefisien filtrasi akan menurunkan GFR. Perubahan tekanan hidrostatik glomerulus merupakan alat pengatur GFR secara fisiologis. Tekanan hidrostatik glomerulus ditentukan oleh tiga variabel, yaitu tekanan arteri, tahanan arteriol aferen, dan tahanan arteriol eferen (Guyton et al. 2007). Flavonoid yang berfungsi sebagai vasodilatator bekerja pada tahanan arteriol aferen yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR. Diduga aktivitas diuretik pada fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat karena adanya flavonoid dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Aktivitas Diuretik Pengujian aktivitas diuretik dilakukan dengan menggunakan metode Lipschitz (1943) dalam Adha (2009) yaitu tikus dipuasakan selama lebih kurang 18 jam sebelum perlakuan. Setiap kelompok perlakuan tikus diberikan loading dose berupa air hangat sebanyak 50 ml/kg bb secara peroral. Penelitian ini menggunakan enam kelompok perlakuan, yaitu aquades sebagai kontrol normal,

31 18 furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif, fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb, serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb sebagai bahan yang akan diteliti. Setiap kelompok terdiri dari lima tikus. Pemberian bahan coba pada kelompok perlakuan dilakukan secara peroral menggunakan sonde lambung termasuk saat pemberian loading dose. Selain volume urin, variabel yang di ukur adalah ph dan warna. Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam Volume urin (ml) Jam ke- Aquadest (A) Furosemid (B) EA dosis 100mg/kg bb (C) EA dosis 300mg/kg bb (D) Heksan dosis 100mg/kg bb (E) Heksan dosis 300mg/kg bb (F) ±0.74 a 1.04±0.71 ab 5.94±0.97 c 6.52±1.46 c 3.32±2.75 b 6.66±3.24 c ±1.13 a 5.14±1.40 a 9.40±0.78 a 10.36±1.23 a 7.48±1.75 a 10.68±1.19 a ±0.20 a 8.46±0.59 a 12.26±1.04 a 13.74±0.88 a 9.50±0.95 a 15.56±1.64 b ±0.73 a 9.50±1.13 ab 14.42±0.64 bc 16.02±0.72 c 10.50±1.14 ab 18.66±0.70 c ±0.21 a 10.08±0.39 ab 15.70±0.82 bc 17.36±0.48 bc 11.64±0.99 bc 20.48±0.71 c ±0.17 a 10.60±0.38 ab 17.14±0.54 cd 18.46±0.58 bcd 12.38±0.68 abc 22.14±0.84 d ±0.44 a 12.10±0.28 ab 20.36±1.33 c 20.52±1.45 a 13.82±0.21 ab 24.70±1.60 bc Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan dari pengeluaran urin pada tiap perlakuan (P<0.05). Hasil analisis aktivitas diuretik selama 24 jam ditunjukkan pada Tabel 2. Aktivitas diuretik pada jam ke-1 menunjukkan kelompok C, D dan F terjadi perbedaan yang nyata terhadap perlakuan A. Ketiga kelompok ini memiliki onset untuk mempengaruhi pengeluaran urin (diuretik) pada jam pertama. Kelompok F menunjukkan perbedaaan yang nyata terhadap semua kelompok termasuk kelompok A sebagai kontrol normal perlakuan pada jam ke-3 (p<0.05). Hal ini memperlihatkan bahwa dengan pemberian heksan 300 mg/kg bb mampu meningkatkan aktivitas diuretik. Aktivitas diuretik kemungkinan dipengaruhi oleh rangsangan traktus urinarius, dan dihubungkan dengan aktivasi mekanisme neurohormon, mediator perangsang pada glomerulus, dan sifat asam pada gerakan pyelo-uretral. Efek tersebut disebabkan karena jumlah elektrolit, yang terdapat dalam tanaman, menekan epitel ginjal (Galati et al. 2002). Menurut Gowda et al. (2009), peningkatan konsentrasi elektrolit saat urinasi berarti meningkatkan pengeluaran urin. Perlakuan pada kelompok A, B, dan E baru menunjukkan peningkatan pada jam ke-2.

32 19 Furosemid digunakan sebagai diuretik pada praktek klinikk sebagai standar obat pembanding dalam respon famakologi. Obat ini meningkatkan produksi urin dan mengekskresikan Na + dengan menghambat Na +, K +, dan Cl - pada segmen ascenden ansa Henle (Nalwaya et al. 2009) ), serta menurunkan urinasi K + (Lahlou et al. 2007). Tabel 2 menunjukkan furosemid mengalami aktivitas diuretik tertinggi pada jam ke-2. Menurut Siswandono et al. (1995), furosemid mulai bekerja dalam 0.5 sampai 2 jam setelah pemberian oral, dengann masa kerja 6-8 jam. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 aktivitas urinasi optimal dari tikus hanya sampai jam ke-2, hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan yang tidak nyata untuk setiap perlakuan (P>0.05). Jam ke-3 sampai jam ke-24 volume urin masih menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kelompok A tetapi masih saling berinteraksi antar setiap perlakuan. Aktivitas urinasi dari jam ke-3 sampai jam ke-24 sudah mengalami penurunan jumlah urin. Hal ini disebabkan karena berkurangnya cairan yang telah difiltrasi atau dengann kata lain efek dari ekstrak etanol fraksi etil asetat daun alpukat sudah menurun. Diuresis yang timbul oleh cairan hipotonik yang diminumm akan terjadi pada 15 menit setelah masuknya beban air (Ganong 2002) volume (ml) aquadest ( A) furosemid (B) EA 100 (C) EA 300 (D) 5 Heksan 1000 (E) Heksan 3000 (F) waktu (jam) Gambar 4 Aktivitas diuretik selama 6 jam awal.

33 20 Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan menunjukkan adanya peningkatan volume urin. Perlakuan pada A lebih rendah dari semua perlakuan karena A sebagai kontrol normal. Furosemid yang digunakan sebagai kontrol positif menunjukkan peningkatan yang signifikan. Keempat perlakuan menunjukkan kenaikan volume urin sejajar dengann kontrol positif. Aktivitas diuretik tertinggi terdapat pada heksan 300 mg/kg bb. Menurut Rathi et al. (2006), dosis pada suatu fraksi mempengaruhi peningkatan volume urin dan elektrolit pada tikus sehat. Selain volume urin, variabel lain yang diukur adalah warna dan ph urin. Tikus yang diberi aquades, furosemid, etil asetat 1000 mg/kg bb, etil asetat 300 mg/kg bb, heksan 100 mg/kg bb, dan heksan 300 mg/ /kg bb memiliki warnaa urin secara berturut-turut adalah coklat tua, kuning, kuning, kuning pucat, kuning, dan kuning pucat. Aquades (A) Furosemid (B) EA 100 Etil Asetat 100mg/ /kg bb (C) Etil Asetat 300mg/kg bb (D) Heksan 100mg/kg bb (E) Heksan 300mg/kg bb (F) Gambar 5 Warna urin pada tiap perlakuan. Warna urin normal adalah kuning-kekuningan. Setiap warna yang dihasilkan tergantungg konsentrasi pigmen urokrom (zat empedu hasil pemecahan hemoglobin). Urin yang tidak berwarna cenderung sangat cair (Schrier 2007).

34 21 Banyaknya volume urin yang dikeluarkan (diuresis) akan mempengaruhi warna urin yang terbentuk yaitu semakin banyak urin yang diekskresikan dalam satu waktu akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih. Ginjal yang berfungsi mengatur keseimbangan asam-basa berperan penting dalam mengoreksi abnormalitas konsentrasi H + cairan ekstrasel dengan mengekskresikan asam atau basa pada kecepatan yang bervariasi. Ginjal mengatur asam-basa bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh dengan cara mengatur pengaturan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007). Pegaturan asam-basa oleh ginjal dengan cara mengeksresikan urin yang asam atau basa. Apabila sejumlah HCO - 3 difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus dan bila HCO - 3 dieksresikan kedala urin, maka akan menghilangan basa dari darah. Sebaliknya, bila sejumlah H + dieksresikan kedalam urin, maka akan menghilangan asam dari darah (Guyton et al. 2007). Urin tikus mempunyai ph normal antara 7.3 sampai 8 (Nor et al. 2009). Tabel 3 ph urin awal perlakuan Perlakuan ph Aquades 7 Furosemid 6 Etil asetat 100 mg/kg bb 6.8 Etil asetat 300 mg/kg bb 6.6 Heksan 100 mg/kg bb 7 Heksan 300 mg/kg bb 6.8 Tabel 3 menunjukkan ukuran ph dari semua perlakuan. Tingkat keasaman pada masing-masing perlakuan seperti aquades sebesar 7; furosemid 6; etil asetat 100 mg/kg bb sebesar 6.8; etil asetat 300 mg/kg bb sebesar 6.6; heksan 100 mg/kg bb sebesar 7; dan heksan 300 mg/kg bb sebesar 6.8. Berdasarkan data tersebut setiap perlakuan mempunyai ph yang hampir sama. Rendahnya ph urin yang dihasilkan dapat disebabkan peningkatan ekskresi asam, lemahnya bufer urin, atau keduanya (Maalouf et al. 2007). Pemberian diuretikum akan meningkatkan aliran cairan disepanjang tubulus distal dan tubulus koligentes. Keadaan ini menimbulkan peningkatan reabsorpsi Na + dari bagian nefron ini. Reabsorbsi Na + yang berpasangan dengan sekresi H + pada pompa Na-K ATPase menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na + juga

35 22 menimbulkan peningkatan sekresi H + serta reabsorbsi bikarbonat. Perubahan ini menyebabkan terjadinya alkalosis (Guyton et al. 2007). Daun alpukat selain memiliki flavonoid yang mempengaruhi aktivitas diuretik juga memliki kandungan kalium (Adha 2009). Penumpukan kalium yang berlebih dalam darah merangsang kerja Na-K ATPase untuk menurunkan sekresi H + dan reabsorsi HCO - 3 yang cenderung menyebabkan asidosis (Guyton et al. 2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari masing-masing variabel dapat diketahui bahwa dengan adanya peningkatan volume urin akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih dan ph yang cenderung basa. Namun, dengan adanya kalium yang terdapat pada daun alpukat menyebabkan terjadi perubahan pada pompa Na-K ATPase yang menimbulkan ph menjadi asam.

36 23 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat diperoleh daun alpukat mengandung flavonoid dan tanin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan fraksi heksan dengan dosis 300 mg/kg bb mempunyai tingkat diuretik tertinggi daripada perlakuan yang lain. Peningkatan dosis pada setiap perlakuan berbanding lurus terhadap aktivitas diuretik hewan, hal ini menunjukkan bahwa fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat mampu digunakan sebagai diuretik. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme kerja dari senyawa utama fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat yang menyebabkan diuresis, selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis maksimum dari masing-masing fraksi pada pelarut yang berbeda.

37 24 DAFTAR PUSTAKA Adha AC Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague- Dawley [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhammed Z Diuretic activity of the Stem-Bark Extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. Journal of Ethnopharmacol 96: Aiyelaagbe OO, Osamudiamen Phytochemical Screening for Active Compounds in Mangifera indica Leaves from Ibadan, Oyo State. Plant Sciences Research 2(1): Anaka ON, Ozolua RI, Okpo SO Effect of the Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague- Dawley Rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology 3(10): Anonim Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Asaolu MF, Asaolu SS, Olugbenga OA, Aluko BT Hypolipemic Effects of Methanolic Extract of Persea americana Seeds in Hypercholestrolemic Rats. Journal of Medicine and Medical Sciences 1(4): Badan POM Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. [ 26 April 2010]. Basri S Kamus Kimia. Ed ke-3. Jakarta: PT Rineka Cipta. Brai BIC, Odetola AA, Agomo PU Hypoglycemic and Hypocholesterolemic Potential of Persea americana Leaf Extracts. Journal of Medicinal Food 10(2): Brieger G A Laboratorium Manual for Modern Organic Chemistry. New York: Oakland. Ceppy S Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe SMDN, Fernando WS Hipoglycaemic Action of The Flavonoid Fraction of Artocarpus heterophyllus leaf. Afr. J. Traditional CAM 3(2): Cheremisinoff NP, Archer WL Industrial Solvents Handbook. 2 nd ed. New York: Marcel Dekker. Dalimartha S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda.

38 25 [Depkes] Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ebrahimzadeh MA, Pourmorad F, Bekhradnia AR Iron Chelating Activity, Phenol and Flavonoid Content of Some Medicinal Plants from Iran. African Journal of Biotechnology 7(18): Edem DO Hypoglycemic Effect of Ethanolic Extracts of Alligator Pear Seed (Persea americana Mill.) in Rats. Europan Journal of Scientific Research 4: Flores RG, Quintana CA, Licea RQ, Guerra PT, Guerra RT, Cuevas EM, Padillah CR Antimicrobial Activity of Persea americana Mill. (Lauraceae) (Avocado) and Gymnosperma glutinosum (Spreng.) Less (Asteraceae) Leaf Extracts and Active Fractions Against Mycobacterium tuberculosis. American-Eurasian Journal of Scientific Research 3(2): Galati EM, Tripodo MM, Trovato A, Miceli N, Monforte MT Biological Effect of Opuntia ficus indica (L.) Mill. (Cactaceae) Waste Matter Note 1: Diuretic Activity. Jounal of Ethnopharmacology 79: Ganong WF Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Brahm UP, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan: Review of Medical Physiology. 20 th ed. Gowda S, Satish, Mahesh, Kumar V Study on the Diuretic Activity of Cynodon dactylon Root Stalk Extract in Albino Rats. Research J. Pharm. and Tech 2(2): Guyton AC, Hall JE Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Irawati dkk, penerjemah. Jakarta: ECG. Terjemahan: Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Harborne JB Metode Fitokimia. Kosasih P & Iwan S, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Phytochemical Methods. Houghton PJ, Raman A Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London: Chapman & Hall. Imafidon KE, Amaechina FC Effects of Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Avocado) on Blood Pressure and Lipid Profile in Hypertensive Rats. Advances in Biological Research 4(2): Jouad H, Lacaille-Duboisb MA, Lyoussic B, Eddouks M Effects of The Flavonoids Extracted from Spergularia purpurea Pers. on Arterial Blood Pressure and Renal Function in Normal and Hypertensive Rats [Abstract]. Journal of Ethnopharmacology 76: /science/journal/ [1 Juli 2010]. Koffi N, Solange TM, Emma AA, Noël SG Ethnobotanical Study of Plants Used to Treat Arterial Hypertension, in Traditional Medicine, by Abbey and

39 26 Krobou Populations of Agboville (Côte-d Ivoire). European Journal of Scientific Research 35(1): Lahlou S, Tahraoui A, Israili Z, Lyouss B Diuretic Activity of The Aqueous Extracts of Carum carvi and Tanacetum vulgare in Normal Rats. Journal of Ethnopharmacology 110: Maalouf NM, Cameron MA, Moe OW, Adams-Huet B, Sakhaee K Low Urine ph: A Novel Feature of The Metabolic Syndrome. Clinical Journal of The American Society of Nephrology 2: Malole MBM, Pramono CSU Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Markham KR Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih P, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Techniques of Flavonoid Identification. Min BR, Hart SP Tannins for Suppression of Internal Parasites. Journal of Animal Science 81(E. Suppl. 2): Nalwaya N, Jarald EE, Asghar S, Ahmad S Diuretic Activity of a Herbal product UNEX. International Journal of Green Pharmacy Neal MJ Farmakologi Medis. Surapsari J, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan: Medical Pharmacology at a Glance. Nor NMD, Yatim AM, Said M Blood and Urine Profiles of Spontaneous Hypertensive Rats Supplemented with Pink Guava (Psidium guajava) Puree. Sains Malaysiana 38(6): Nur MA, Adijuwana H Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologis. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Nurmillah OY Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ojewole J, Kamadyaapa DR, Gondwe MM, Moodley K, Musabayane CT Cardiovascular Effects of Persea americana Mill (Lauraceae) (Avocado) Aqueous Leaf Extract in Experimental Animals. Cardiovascular Journal of South Africa 18(2): Owolabi MA, Jaja SI, Coker HA Vasorelaxant Action of Aqueous Extract of the Leaves of Persea americana on Isolated Thoracic Rat Aorta. Fitoterapia 76: Parial S, Jain DC, Joshi SB Diuretic Activity of The Extracts of Limonia acidissima in Rats. Rasāyan Journal of Chemistry 2:

40 27 Patil UK, Muskan K Essential of Biotechnology. New Delhi: International Publishing House. Prihatman K Alpukat. [ 17 Desember 2009]. Rang, Ritter, Dale Pharmacology. London: Tottenham Court Road. Rathi BS, Baheti AM, Khandelwal KR, Parakh SR, Bodhankar SL Diuretic Activity of Coconut Husk Mashi-an Ayurvedic Formulation. Indian Journal of Traditional Knowledge 5(4): Sari LORK Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1): 1-7. Schrier RW Disease of The Kindey and Urinary Tract. 8 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Sirait M Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB. Siswandono, Soekardjo B Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Sunarjono HH Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunaryo Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Elektrolit dan Konsentrasi Air. Di dalam: Ganiswara, editor. Farmokologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Sudheesh S, Vijayalakshmi NR Flavonoids from Punica granatum Potential Antiperoxidative Agents. Fitoterapia 76: Wientarsih I, Iskandar, Prasetyo BF, Purwono RM Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea gratissima Gaertn.) terhadap Batu Kandung Kemih Buatan dan Diuretik pada Tikus Putih serta Pengembangannya menjadi Sediaan Sirup Elixir dan Tablet Salut Enterik. [22 Juni 2010]. Winarno FG, Fardiaz D, Ansori R, Ketaren S Kimia Organik I. Departemen Teknik Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB. Wilson, Gisvold s Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Achmad Mustofa Fatah, penerjemah. Air Langga Univercity Press. Terjemahan: Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry. Zeggwagh NA, Michel JB, Eddouks M Acute Hypotensive and Diuretic Activities of Chamaemelum nobile Aqueous Extract in Normal Rats. American Journal of Pharmacology and Toxicology 2(3):

41 LAMPIRAN 28

42 29 Lampiran 1 Uji Statistik One Way ANOVA ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Jam 1 Between Groups Within Groups Total Jam 2 Between Groups Within Groups Total Jam 3 Between Groups Within Groups Total Jam 4 Between Groups Within Groups Total Jam 5 Between Groups Within Groups Total Jam 6 Between Groups Within Groups Total Jam 24 Between Groups Within Groups Total

43 30 Lampiran 2 Uji Duncan (P<0.05) Jam1 Duncan a Perlakua Subset for alpha = 0.05 n N Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Duncan a Perlakua n Jam2 N Subset for alpha = Sig..454 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

44 31 Duncan a Perlakua n N Jam Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Duncan a Perlakua n N Jam Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

45 32 Duncan a Perlakua n N Jam Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Duncan a Perlakua n N Jam Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

46 33 Duncan a Perlakua n N Jam Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

47 Lampiran 3 Hasil determinasi tumbuhan 34

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan

Lebih terperinci

u tipe mensis), dan n tipe ) (Sunarjono martha 2008)). yol) (Dalim : Plantae K ne O : Dicotyledon : Laurales F : Lauraceae G : Persea S

u tipe mensis), dan n tipe ) (Sunarjono martha 2008)). yol) (Dalim : Plantae K ne O : Dicotyledon : Laurales F : Lauraceae G : Persea S 3 TINJJAUAN PUSTAKA P A Alpukat (Persea ( ameericana Milll.) Tanaaman alpukkat merupakkan tanamaan yang berrasal dari A Amerika Tengah, yaitu Mekksiko, Peru,, hingga Veenezuela. Tanaman T inii telah mennyebar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber kekayaan hayati, sekitar 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan terdapat di Indonesia, dan lebih kurang 9.600 termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA i PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin 3 TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diuretik merupakan zat yang dapat meningkatkan pengeluaran urin. Mekanisme kerja diuretik dengan meningkatkan laju ekskresi urin dan laju ekskresi Na + yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

AKTIVITAS DIURETIK EKSTRAK ETANOLIK FRAKSI ETIL ASETAT HERBA SAMBILOTO PADA MENCIT PUTIH JANTAN

AKTIVITAS DIURETIK EKSTRAK ETANOLIK FRAKSI ETIL ASETAT HERBA SAMBILOTO PADA MENCIT PUTIH JANTAN AKTIVITAS DIURETIK EKSTRAK ETANOLIK FRAKSI ETIL ASETAT HERBA SAMBILOTO PADA MENCIT PUTIH JANTAN Eka Siswanto Syamsul Akademi Farmasi Samarinda Jl. AW Sjahranie No.226 Samarinda Kaltim Email: eka8382@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja FARMAKOLOGI Pengertian Diuretik Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja langsung terhadap ginjal.

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus)

Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus) Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus) 1) Aryo Hadi Yuda 2) Dra.Moerfiah,M.Si dan 1) Dra.Ike Yulia Wiendarlina,M.Farm.,Apt.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi BAB V PEMBAHASAN A. Uji Tekanan Darah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi larutan NaCl 8%, didapatkan hasil berupa penurunan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR 30 DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR Jatmiko Susilo, Sikni Retno K, Ni Wayan Rusmiati retnoyas@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS Ayu Ulfa Sari* Nurul Annisa, Arsyik Ibrahim, Laode Rijai Laboratorium penelitian

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus).

UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus). UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus). Aprillia Carolina Jayadi 1), Widdhi Bodhi 1), Nancy Pelealu 1) Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU 2443012090 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Herba Ruku-Ruku (Ocimum Tenuiflorum L.) Terhadap Tikus Wistar Jantan 1 Dhika royvita sari, 2 Lanny mulqie, 3 Siti

Lebih terperinci

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK & ANTI DIURETIK Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK VOLUME URINE ANTI DIURETIK DIURETIK OSMOTIK PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE DIURETIK DIURETIK

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SUCI TRIWIJAYANTI 2443005086 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK UJI EFEK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta 1 SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta Proses pengeluaran zat 2 1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran zat sisa hasil pencernaan makanan. 2. Sekresi : yaitu proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN I. PENDAHULUAN Bambu merupakan tanaman serbaguna. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah batang. Pemanfaatan bagian daun belum maksimal, hanya sebagai pembungkus makana tradisional. Di Cina (1998), daun

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. tablet dan eliksir tikusputih serta pengembangannya menjadisediaan sirup elixir dan tablet salut enteric

LAPORAN PENELITIAN. tablet dan eliksir tikusputih serta pengembangannya menjadisediaan sirup elixir dan tablet salut enteric LAPORAN PENELITIAN Aktivitas ekstrak dan LAPORAN fraksi PENELITIAN etanol daun Alpukat (Persea americana Aktivitas Mill.) ekstrak terhadap etanolbatu daunginjal Alpukat buatan (Persea dan gratissima diuretiknya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT i PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP GAMBARAN UREUM DAN KREATININ PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI ETILEN GLIKOL AKHMAD FUADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) Zuhelmi Aziz*, Ratna Djamil Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta 12640 email : emi.ffup@yahoo.com

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul:

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul: PERSETUJUAN PEMBIMBING Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul: IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID EKSTRAK METANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill) ASAL BOLAANG MONGONDOW UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp.

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp.) Irene Sondang Lingga 1), Gayatri Citraningtyas 1), dan Widya Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dengan berbagai jenis tumbuhan yang tersebar merata di seluruh daerah. Tuhan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan masalah dunia dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 lebih dari 600 juta penduduk dunia mengalami obesitas dan 13% remaja berusia 18

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI Oleh : FITRI YULIANI K 100040229 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) Ayu Indah Cahyani*, Mukti Priastomo, Adam M. Ramadhan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

Lebih terperinci

EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY)

EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY) EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY) Pertamawati*, Nuralih dan Fahri Fahrudin Pusat Teknologi Farmasi dan Medika LAPTIAB BPPT Serpong *Corresponding

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diuretik didefinisikan sebagai obat yang dapat meningkatkan jumlah ekskresi urin oleh ginjal. Diuretik juga meningkatkan ekskresi Na + dan beberapa kation lain

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA

PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman 16-20 ISSN : 1410-0177 PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA Siska 1, Hadi Sunaryo 1, Jamaliah

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN DIURETICS EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF BIT LEAVES (Beta vulgaris L.) IN MALE WHITE RAT Rahayu 1), Wiwin Herdwiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada tempat-tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Uji Efek Diuretik Infusa Kulit Akar dan Daun Senggugu (Rotheca Serrata (L.) R. Steane & Mabb) Serta Kombinasi Keduanya terhadap Tikus Wistar Jantan

Uji Efek Diuretik Infusa Kulit Akar dan Daun Senggugu (Rotheca Serrata (L.) R. Steane & Mabb) Serta Kombinasi Keduanya terhadap Tikus Wistar Jantan Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Efek Diuretik Infusa Kulit Akar dan Daun Senggugu (Rotheca Serrata (L.) R. Steane & Mabb) Serta Kombinasi Keduanya terhadap Tikus Wistar Jantan

Lebih terperinci

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP KEMAMPUAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP KEMAMPUAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP KEMAMPUAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.) DALAM MENGHAMBAT OKSIDASI GULA DENGAN METODE DNS (asam 3,5-dinitrosalisilat) SKRIPSI OLEH: RIBKA STEFANIE WONGSO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA Oleh : MARIANNE DEFINISI Senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urine yang lebih banyak. Senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urine dan garam-garam Indikasi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat kematian akibat berbagai macam penyakit seperti serangan jantung, angina, gagal jantung, stroke, penuaan, kerusakan otak, penyakit ginjal, katarak,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill.

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. 3 TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur dan Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), dan pookat

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia : 60 % ( sebagian besar ) terdiri

Lebih terperinci