BAB III PEMBAHASAN. A. Fenomena Trafficking in persons di Kalimantan Barat. Trafficking in persons menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. A. Fenomena Trafficking in persons di Kalimantan Barat. Trafficking in persons menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN A. Fenomena Trafficking in persons di Kalimantan Barat Trafficking in persons menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan dengan fakta bahwa adanya eksploitasi terhadap manusia yang diperdagangkan dan peningkatan jumlah kasus yang terus terjadi. Tindak kejahatan trafficking in persons memiliki keuntungan yang sangat menguntungkan dengan tingkat kemungkinan untuk tertangkap yang sangat kecil. Trafficking in persons dilakukan oleh jaringan kejahatan yang terorganisir dengan melibatkan calo atau agen di perdalaman hingga kelompok internasional yang memiliki kekuasaan yang besar. Modus kejahatan trafficking in persons dilakukan secara rapih dan terorganisir, hal tersebut menyebabkan sulitnya mengungkap tindak kejahatan ini. Perkembangan pun terjadi pada tindak kejahatan trafficking in persons, awalnya tindak kejahatan ini dilakukan di dalam suatu negara dalam lingkup domestik dan kemudian mengalami perkembangan menjadi suatu tindak kejahatan lintas batas negara atau yang dikenal sebagai transnational crime. Perkembangan ini terjadi seiring dengan fenomena globalisasi dan berbagai faktor pendukung yang ada. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki bentuk negara dengan banyak pulau menjadi salah satu negara 79

2 supplier korban trafficking in persons, bukan hanya di dalam negara (domestik) namun juga lintas batas negara (transnational). Berdasarkan data Bareskrim diketahui bahwa pada tahun 2005 hingga 2010 tercatat data korban trafficking in persons berjumlah korban. 1 Sedangkan sejak tahun 2005 sampai 2014, korban trafficking in persons di Indonesia yang telah terdata dan mendapatkan bantuan dari International Organization on Migration (IOM) adalah sebanyak korban. 2 Jumlah kasus trafficking in persons yang terjadi dapat melebihi jumlah kasus yang terdata, sebab trafficking in persons merupakan kejahatan yang sulit untuk diungkap dan banyaknya korban yang tidak melapor ke pihak berwenang karena berbagai alasan, layaknya ketakutan karena ancaman, rasa malu, dan karena alasan keluarga. Fenomena trafficking in persons yang terjadi di berbagai negara memiliki bentuk yang berbeda-beda, hal tersebut juga terjadi di Indonesia dimana bentuk-bentuk trafficking yang terjadi di setiap daerah berbeda-beda. Bentuk-bentuk trafficking in persons di Indonesia adalah pelacuran, dipekerjakan di jermal (penangkapan ikan di tengah laut), sebagai pengemis, pembantu rumah tangga dengan jam kerja panjang dan tanpa digaji, adopsi, pernikahan dengan laki-laki asing dengan tujuan eksploitasi, pornografi, pengedar obat-obatan terlarang, pengemis dan menjadi korban pedofilia. 3 Kasus trafficking in persons yang dialami warga Negara Indonesia sebanyak 81,55% ditujukan untuk crossborder ke negara lain, mayoritas dari korban dikirim ke Malaysia sebanyak 92,84% dari total korban yang dikirim ke 80

3 negara lain. 4 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Malaysia masih menjadi destination country utama dari kasus trafficking in persons dari Indonesia, terutama Kalimantan Barat yang memiliki satu-satunya pos lintas batas darat resmi. Banyaknya jumlah kasus trafficking in persons disebabkan karena Indonesia berbatasan langsung dengan berbagai negara tetangga, baik melalui jalur laut maupun jalur darat. Salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia adalah Malaysia, kedua negara ini berbatasan secara langsung pada jalur darat yaitu di Pulau Borneo. Kalimantan Barat (Indonesia) berbatasan darat langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur). Jalur perbatasan darat antara Indonesia dan Malaysia sangat rawan terhadap tindak kejahatan transnasional, layaknya kasus penyelundupan dan trafficking in persons. Diketahui bahwa Kalimantan Barat menjadi provinsi kedua di Indonesia dengan jumlah mencapai 19,33%, setelah Jawa Barat sebagai provinsi yang paling rawan terhadap tindak kejahatan trafficking in persons dengan jumlah mencapai 22,76%. 5 Kalimantan Barat menjadi daerah rekrut, transit dan penampungan bagi korban dari trafficking in persons dengan melibatkan berbagai daerah di Kalimantan Barat itu sendiri. Kota Pontianak dan Entikong merupakan rute trafficking in persons untuk rute internasional dari Indonesia ke Malaysia, baik sebagai tempat rekrut, transit, penampungan dan tempat pembuatan suratsurat perizinan. Kota Pontianak menjadi daerah rekrutmen dan transit bagi 81

4 korban sebelum pada akhirnya dibawa ke Entikong untuk kemudian dikirim ke Malaysia. 6 Selain Kota Pontianak, ada juga Kecamatan Entikong yang menjadi daerah rekrut, transit, penampungan dan pembuatan surat izin untuk dapat masuk ke Malaysia. 7 Kasus tindak kejahatan trafficking in persons merupakan tindak kejahatan yang sangat sulit untuk diungkap karena bersifat terorganisir dengan melibatkan banyak aktor di dalamnya. Hal tersebut menyebabkan sulitnya mendapatkan data jumlah korban dari trafficking in persons, karena banyaknya korban yang tidak melaporkan ke pihak berwenang karena berbagai alasan yang ada. Berdasarkan data dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) diketahui bahwa kasus trafficking in persons di Kalimantan Barat dari tahun 2008 sampai Agustus 2010 sebanyak 131 korban 8, dengan rincian 37 kasus pada tahun 2008, 60 kasus pada tahun 2009 dan 4o kasus pada januari-agustus Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus trafficking in persons di Kalimantan Barat, dimana sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 39 kasus. 10 Kalimantan Barat merupakan rute darat yang sangat popular bagi pelaku perdagangan, dimana sebagai gudang trafficking kedua di Indonesia dan letak geografis Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia yang merupakan tujuan utama rute internasional trafficking in persons dari Indonesia. Menurut Kantor Imigrasi Entikong pada tahun 2014, 82

5 1996 orang penduduk Indonesia yang menyeberang melalui jalur Entikong- Tebedu, 11 dimana untuk melintasi Entikong di Kalimantan Barat menuju Sarawak dan Sabah di Malaysia dapat dilakukan dengan menggunakan bus umum atau kendaraan lainnya dengan waktu yang singkat. Bentuk-bentuk trafficking in persons di Kalimantan Barat terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu buruh migran sebagai pembantu rumah tangga dan perkebunan di Malaysia, pekerja seks komersial, pengantin pesanan dengan tujuan eksploitasi, perdagangan bayi dan ibu hamil, dan pengungsi internal. 12 Dimana mayoritas dari korban merupakan perempuan yang berada diposisi rentan untuk menjadi korban dari trafficking in persons. Trafficking in persons merupakan suatu tindak kejahatan yang terorganisir dan tidak terjadi dalam waktu yang singkat, sehingga adanya beberapa tahap dalam alur terjadinya trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia. 83

6 Bagan 1. Alur Kasus Trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia Sumber: Analisis dari Berbagai Sumber Berdasarkan bagan 1, diketahui alur kasus trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia terjadi dalam tiga tahap dan melibatkan berbagai pihak dalam proses terjadinya. Dalam kasus trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia, terlibatnya trafficker sebagai aktor dalam tindak kejahatan ini. Tindak kejahatan trafficking in persons melibatkan trafficker yang berada di Indonesia dan trafficker yang berada di Malaysia, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa trafficking in persons merupakan suatu transnational crime yang melibatkan dua negara dalam proses terjadinya. Alur kasus trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia 84

7 terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap rekrutmen, transport and entry, dan penerimaan di negara tujuan. Tahap pertama adalah tahap rekrutmen. Pada tahap ini, trafficker akan berusaha untuk merekrut korban dengan berbagai cara yang ada dengan memanfaatkan kondisi rentan dari korban. Untuk rute Kalimantan Barat ke Malaysia Timur, korban banyak berasal dari daerah Jawa Barat layaknya Sukabumi, Cianjur, Subang, Indramayu, dan Cirebon, kemudian Jakarta, Lampung, Pontianak, Sangau, Sambas, Madura, Sulawesi dan Sumbawa. Korban banyak berasal dari daerah di Jawa Barat karena Jawa Barat menjadi daerah pemasok korban trafficking in persons terbesar di Indonesia. Pontianak dan Sangau (Entikong) juga menjadi wilayah rekrut korban trafficking yang akan dikirim ke Malaysia. Rekrutmen dilakukan oleh calo ataupun agen dari PJTKI ilegal dengan berbagai modus operasi dalam upaya untuk merekrut korban. Modus operasi dilakukan dengan cara memberikan berbagai janji kepada korban untuk dapat bekerja di Malaysia sebagai pegawai restoran, pembantu rumah tangga dan sebagainya dengan memberikan iming-iming gaji yang besar dan kehidupan yang lebih baik di Malaysia. Perekrutan ini sendiri banyak dilakukan oleh orang yang telah dikenal dan dipercaya oleh korban, layaknya keluarga ataupun tetangga. 13 Korban pun ditipu dengan berbagai janji-janji, sebelum pada akhirnya dikirim ke agen yang telah menanti korban. Walaupun modus operasi ini berdasarkan izin ataupun permintaan dari korban pada awalnya, namun 85

8 akhirnya membuat munculnya korban karena kejadian tidak sesuai dengan harapan. Walaupun sebagian besar rekrutmen dilakukan dengan menggunakan janji-janji dan bujukan dari trafficker, namun pergeseran cara rekrutmen mulai terjadi. Dimana tidak adanya janji-janji yang diberikan, namun korban diculik oleh trafficker dan kemudian diserahkan kepada agen untuk kemudian dikirimkan ke Pontianak dan Entikong, sebelum pada akhirnya dikirim ke Malaysia untuk masuk ke dunia pelacuran ataupun perbudakan. Selama tahap rekrutmen ini, korban telah mengalami berbagai bentuk eksploitasi yaitu pembohongan jenis pekerjaan, penjeratan utang dengan meminta biaya perjalanan, penipuan, kekerasan melalui penculikkan dan sebagainya. Rekrutmen yang berbeda pun dapat ditemukan di Entikong, sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) dan sebagai salah satu perbatasan resmi Indonesia, praktek rekrutmen masih dapat terjadi. Agen atau calo akan menunggu calon buruh migran di kantor imigrasi atau bea cukai Entikong untuk dapat memanipulasi calon buruh migran dengan janji untuk membantu calon buruh migran menyeberangi perbatasan dan memberikan pekerjaan bagi mereka di Malaysia. Agen atau calo tersebut dengan kekuasaan yang dimilikinya akan berusaha untuk memanfaatkan keadaan rentan dari calon buruh migran tersebut, calon buruh migran berada dalam kondisi putus asa tanpa pekerjaan, kebingungan, ketakutan dan tanpa arah tujuan. Kondisi rentan tersebut menjadi keuntungan 86

9 bagi agen atau calo untuk memaksa calon migran ikut bersama mereka ke penampungan. Calon buruh migran biasanya adalah warga Indonesia yang dideportasi dari Malaysia, baik karena tidak memiliki surat izin atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI), maupun dengan surat izin yang sudah mati ataupun pekerja bermasalah lainnya. Perbatasan darat Entikong sendiri menjadi satu-satunya entry point jalan darat pemulangan TKI bermasalah dari Malaysia, dimana pada tahun 2014 sendiri Kantor Imigrasi Entikong mendeportasi 1996 orang TKI bermasalah yang terbagi menjadi 1690 laki-laki dan 356 perempuan dari Malaysia. 14 Banyak dari TKI bermasalah yang yang dideportasi tersebut merupakan korban dari praktek-praktek trafficking in persons, dimana kondisi di Negara Malaysia tidak sesuai dengan janji-janji yang diberikan. 15 Tahap kedua adalah transport dan entry, pada tahap ini korban akan dikirimkan menuju negara destination hingga sampai di negara destination dan diserahkan kepada trafficker yang berada di negara destination. Pada kasus trafficking in persons dari Kalimantan Barat menuju Malaysia, diketahui bahwa dalam proses transport korban dikirim dari berbagai daerah asal rekrutmen untuk menuju Jakarta. Korban membuat surat izin layaknya paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Timur, namun mayoritas korban membuat kartu tanda pengenal dan paspor di Entikong. Kemudian dari Jakarta, korban dibawa 87

10 dengan menggunakan kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok ataupun dengan menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Pontianak. Pontianak dijadikan sebagai tempat transit bagi korban setelah dari Jakarta karena Bandara Supadio di Pontianak merupakan bandara terbesar dengan adanya penerbangan harian antara Pontianak dan Jakarta, serta adanya Pelabuhan Pontianak yang menjadikan posisi Pontianak sangat strategis. Pontianak pun menjadi kota yang strategis untuk transit sebelum menuju Entikong, sebab Pontianak merupakan kota terbesar yang dekat dari Entikong yang memiliki bandara dan pelabuhan serta adanya jalan Pontianak- Entikong-Tebedu yang dapat diakses dengan menggunakan mobil dan bus. Selama di Pontianak, korban akan ditempatkan di penampungan sementara untuk menunggu kondisi aman sebelum korban dikirim ke Entikong. Setelah kondisi aman, korban dikirimkan ke Entikong dengan menggunakan mobil atau bus dengan menempuh jarak 317 km seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel II.5. Selama proses perjalanan menuju penampungan di Entikong, korban akan mengalami berbagai tindakan eksploitasi layaknya kendaraan yang berdesak-desakkan, makanan yang tidak memadai selama perjalanan, atau bahkan kekerasan selama perjalanan. Sesampainya di Entikong, korban akan ditempatkan di penampungan yang jauh dari kata layak. Korban akan ditempatkan di penampungan hingga surat-surat perizinan yang diperlukan untuk dapat melintasi batas negara Indonesia dan masuk ke Malaysia didapatkan. Selama berada di Entikong, 88

11 agen atau calo tersebut akan membuatkan KTP setempat dan paspor bagi korban dengan memanfaatkan surat kelahiran yang aspal (asli tapi palsu). Kemudahan untuk dapat memalsukan dokumen tersebut membuat Entikong menjadi rute pilihan bagi trafficker dalam menjalankan proses trafficker in persons. Ekploitasi yang terjadi selama penampungan ini dapat berupa pembohongan bahwa paspor dan KTP akan diberikan setelah sampai di Malaysia, makanan yang tidak memadai, tempat penampungan yang tidak layak dan bahkan pelecehan seksual. Kemudian calon migran akan dikirimkan menuju Malaysia dengan berbagai cara yang ada, salah satunya dengan menggunakan bus atau mobil dan menggunakan paspor perjalanan ke Malaysia selama 30 hari. Agen atau calo memanfaatkan kebijakan bebas visa kunjungan atau wisata antar negara ASEAN untuk dapat menyeberang dari Indonesia ke Malaysia. Banyak juga Warga Negara Indonesia (WNI) yang masuk ke Malaysia dengan cara ilegal, bersembunyi-bunyi dan tanpa dokumen melalui jalan tikus yang tersebar disepanjang jalan darat perbatasan Kalimantan Barat dan Malaysia. Setelah pembuatan surat-surat yang diperlukan selesai maka setelah keadaan aman, korban pun dikirim untuk melintasi batas Negara Indonesia dan masuk ke Malaysia melalui jalan darat Pontianak-Entikong-Tebedu. Tahap ketiga adalah penerimaan di negara tujuan, dimana setelah berhasil melintasi batas Negara Indonesia dan masuk ke Malaysia maka akan adanya agen Malaysia yang akan membawa korban ke majikan (user), baik di 89

12 Kuching atau pun Kuala Lumpur dengan menggunakan bus atau mobil. Setelah itu, agen Malaysia tersebut akan memberikan paspor korban kepada majikan untuk dapat disimpan langsung agar majikan (user) dapat memastikan bahwa korban tidak dapat pulang atau pun pergi tanpa seizin majikan. Pada akhirnya korban akan mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan janjijanji yang diberikan dan berakhir sebagai korban tindak kejahatan trafficking in person sebagai bentuk perbudakan dalam era kontemporer dengan tujuan eksploitasi. Bentuk-bentuk eksploitasi yang dialami pada proses penerimaan di negara tujuan adalah penggelembungan harga jasa atas biaya transport yang pada akhirnya menyebabkan jeratan utang bagi korban, pemalsuan dokumen untuk mendapatkan izin masuk ke Malaysia yang pada akhirnya surat tersebut disimpan oleh majikan (user) dan membuat korban terikat tanpa memiliki surat identitas, pembohongan jenis pekerjaan, pembayaran gaji yang rendah karena korban yang tidak memiliki nilai tawar, jam kerja yang tidak sesuai, pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh trafficker sehingga tidak jarang banyak korban trafficking in persons yang hamil atau pun terkena HIV. Alur tersebutlah yang digunakan oleh trafficker dalam menjalankan tindak kejahatan trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia, jalur tersebut diambil karena menjadi jalur darat yang aman untuk menjalankan tindak kejahatan tersebut. Melihat berbagai eksploitasi yang dapat terjadi dalam kasus trafficking in persons tersebut, maka dapat diketahui bahwa kasus 90

13 trafficking in persons merupakan bentuk perbudakan di era kontemporer ini. Perbudakan ini mengancam stabilitas suatu negara dengan menyentuh dan mengancam hak asasi sesorang, bahkan bukan hanya berdampak pada satu negara namun pada semua negara yang terlibat. Hal ini disebabkan karena trafficking in persons merupakan sebuah tindak kejahatan lintas negara (transnational organized crimes) yang akan berdampak bagi keamanan dan stabilitas kedua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. B. Faktor Penyebab Trafficking in persons di Kalimantan Barat Trafficking in persons merupakan suatu tindak kejahatan lintas batas yang terorganisir dengan rapih dan sulit untuk diungkapkan. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi masih terus terjadinya tindak kejahatan trafficking in persons di Kalimantan Barat. Faktor-faktor tersebut menyebabkan seseorang berada pada posisi rentan dan pada akhirnya dimanfaatkan oleh trafficker untuk memperkaya diri. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonomi, faktor sosial budaya dan faktor politik yang menyebabkan munculnya konflik kelas antara trafficker dan korban yang dieksploitasi. Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap peningkatan kasus trafficking in persons dari Kalimantan Barat ke Malaysia. 1. Faktor Ekonomi Keadaan perekonomian memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor lainnya, permasalahan ekonomi telah menjadi penyebab utama dari kasus trafficking in persons. Tanggung jawab untuk dapat memenuhi kebutuhan 91

14 hidup keluarga telah menyebabkan rentannya seseorang menjadi korban perdagangan manusia. Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan manusia yang dilatarbelakangi karena adanya kemiskinan, kesempatan kerja yang rendah dan upah tinggi yang ditawarkan di Malaysia. Ketiga hal tersebut lah yang menyebabkan seseorang memilih untuk mencari pekerjaan di negara lain dan keluar dari negara asalnya. 1) Kemiskinan Kemiskinan merupakan faktor yang paling utama dari terjadinya trafficking in persons, dimana himpitan keadaan ekonomi keluarga menjadi dorongan yang kuat bagi seseorang untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Himpitan keadaan ekonomi inilah yang menjadikan seseorang berada pada posisi rentan dan pasrah pada keadaan yang akhirnya mendorong seseorang untuk mengambil kesempatan yang ada dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Keinginan untuk mencari penghasilan lebih ke Negara Malaysia terjadi karena mereka merasa bahwa keadaan perekonomian keluarga mereka terancam dan jauh dari kata berkecukupan. Ketika seseorang mengalami kemiskinan, maka adanya hak-hak manusia yang terancam layaknya hak-hak atas kebutuhan dasar dan hak-hak ekonomi. Alasan tersebut membuat sebagian orang berusaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara destination layaknya Malaysia. Kondisi finansial tersebut pada akhirnya membuat 92

15 mereka tergiur untuk bekerja di Malaysia tanpa mengetahui dengan jelas keadaan pekerjaan yang dijanjikan. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen per tahun dirasa masih belum cukup untuk menciptakan pembangunan inklusif yang membutuhkan laju pertumbuhan ekonomi diatas 6,5 persen. 16 Keadaan perekonomian daerah asal korban trafficking in persons menjadi faktor yang menyebabkan seseorang rentan menjadi korban trafficking. Hal ini dapat dilihat pada kasus Provinsi Jawa Barat, provinsi ini menjadi daerah pengirim utama korban trafficking in persons ke Malaysia yang melalui jalur perbatasan Kalimantan Barat. Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan Maret 2015 sebanyak orang atau sekitar 9,53%, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. 17 Garis kemiskinan di Jawa Barat, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskinan pun mengalami peningkatan pada tahun 2015, hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin di Jawa Barat semakin di bawah garis kemiskinan dan menyebabkan penduduk miskin semakin meningkat. Keadaan perekonomian di Jawa Barat dan kesempatan kerja yang rendah telah menyebabkan banyaknya masyarakat Jawa Barat mencari pekerjaan di negara lain, salah satunya Malaysia. 93

16 Keadaan perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat sebagai daerah asal dan jalur trafficking ke Malaysia juga menjadi faktor utama terjadinya trafficking in persons. Pada tahun 2010, Kalimantan Barat masih memiliki laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,23 persen dengan persebaran yang tidak merata. 18 Keadaan perekonomian tersebut pada akhirnya menyebabkan masyarakat mengalami kemiskinan, sehingga menyebabkan masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan yang tinggi dan pada akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memperbaiki keadaan finansial keluarga. Tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat pada tahun 2014 masih tergolong tinggi yaitu sebanyak jiwa atau sekitar 8,07 persen, 19 dimana mayoritas penduduk miskin berada di desa dengan persentase 79,4 persen penduduk miskin tinggal di desa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perekonomian di Kalimantan Barat tidak terjadi secara merata. Mayoritas penduduk miskin di Kalimantan Barat berada di desadesa, salah satunya di Kecamatan Entikong yang memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi. Berdasarkan tabel II.6 diketahui bahwa jumlah total keluarga di Kecamatan Entikong adalah sebanyak kepala keluarga, dimana kepala keluarga merupakan keluarga miskin yang hidup dibawah rata-rata. Sehingga dapat diketahui bahwa 37,2% penduduk Kecamatan Entikong merupakan keluarga miskin. 94

17 Kemiskinan yang terjadi di Entikong pun telah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Entikong menjadi tempat rekrutmen, transit, dan penampungan korban trafficking in persons. Sebagai upaya mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan finansial keluarga, maka adanya penduduk yang berupaya mencari pekerja di Malaysia dan pada akhirnya menjadi korban trafficking in persons, sedangkan ada juga penduduk yang menjadi agen, calo dan pihak yang memalsukan surat demi mendapatkan penghasilan bagi kebutuhan finansial. Baik secara sadar maupun tidak sadar, pihak-pihak tersebut pada akhirnya menjadi trafficker yang terlibat dalam kasus trafficking in persons yang terjadi di Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah telah membuat mereka mudah tergiur untuk melakukan kejahatan tersebut. Keadaan perekonomian yang menyebabkan kemiskinan, serta lapangan pekerjaan dan faktor lainnya yang saling mempengaruhi pun telah menjadi faktor pendorong bagi masyarakat Indonesia untuk mencari cara agar dapat bekerja menghidupi keluarga dan memperbaiki keadaan perekonomian. Namun pada akhirnya mereka menjadi korban dari tindak kejahatan trafficking in persons di Kalimantan Barat, sehingga kemiskinan menjadi salah satu faktor pendorongyang menyebabkan terjadinya trafficking in persons. 95

18 2) Kesempatan Kerja Lapangan pekerjaan yang terbatas di Indonesia telah membuat masih banyaknya penduduk Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan. Sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia pun membuat penduduk Indonesia berusahaa untuk mencari pekerjaan di negara lain terutama negara tetangga, seperti Malaysia. Kedekatan geografis, kesamaan kultur, dan syarat pekerjaan yang tidak menyulitkan pun mempengaruhi pilihan masyarakat untuk bekerja di Malaysia. Beberapa orang memilih bekerja di Malaysia karena masih adanya keluarga di Malaysia, hal ini disebabkan karena di Malaysia Timur yaitu Sarawak dan Sabah berada di pulau yang sama yaitu Borneo. Pembagian wilayah masa penjajahan telah menyebabkan banyaknya masyarakat yang terpisah dengan keluarganya, sehingga banyaknya ikatan keluarga antara Malaysia Timur dan Indonesia terutama Kalimantan Barat. Sulitnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia menyebabkan banyaknya penduduk Indonesia terutama yang berpendidikan rendah berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bekerja di Malaysia. Keberhasilan orang terdekat yang telah bekerja terlebih dahulu di Malaysia pun menjadi salah satu pendorong untuk melakukan hal yang sama. Namun pada akhirnya banyak yang menjadi korban trafficking in persons karena tidak mengerti jalur legal untuk 96

19 menjadi TKI dan bujuk rayu dari agen atau calo pun menjadi suatu harapan ketika mereka berada diposisi rentan. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sering menggalami kenaikan dan penurunan, sejak tahun 2002 hingga 2005 terus mengalami peningkatan dari menjadi orang. 20 Setelah itu jumlah pengangguran di Indonesia terus mengalami penurunan hingga orang pada tahun 2009, namun penurunan jumlah pengangguran ini masih tidak merata di setiap daerahnya. 21 Diketahui bahwa kesempatan kerja yang rendah di daerah asal menjadi alasan seseorang untuk bekerja di negara lain, sebagai contohnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran yang dialami masyarakat Jawa Barat pada tahun 2001 telah menyebabkan Jawa Barat menjadi provinsi asal utama korban trafficking in persons dari Indonesia. Sedangkan Malaysia sebagai sebuah negara yang sedang mengalami kemajuan dalam sektor industri dan didukung dengan wilayah yang kaya sumber daya alam sehingga cocok untuk sektor pertanian. Sarawak yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat pun menjadi salah satu wilayah yang memberikan sumbangan ekspor terbesar bagi Malaysia terutama untuk komoditas kayu. Perkembangan sektor industri Malaysia telah membuat pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tingkat kesejahteraan yang cukup baik. 97

20 Kesejahteraan Malaysia pun pada akhirnya telah menjadi faktor penarik bagi penduduk negara lain untuk mencari pekerjaan di Malaysia. Malaysia dalam upaya peningkatan perekonomiannya pun membutuhkan tenaga kerja sebagai aktor utama berjalannya roda perekonomian, namun hampir tidak adanya penduduk Melayu Malaysia yang bekerja di sektor non formal yang menggunakan fisik. Hal ini disebabkan karena etnis melayu mendapatkan hak istimewa, negara memberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan sehingga mereka memiliki pekerjaan yang baik. Sehingga tidak adanya etnis Melayu yang bekerja di sektor non formal dengan menggunakan fisik, dan menyebabkan dibutuhkannya pekerja dari negara lain. Kebutuhan akan pekerja pada sektor non-formal di Malaysia menyebabkan kesempatan kerja di Malaysia menjadi tinggi terutama untuk pekerjaan kasar dan kerja rendahan seperti pembantu rumah tangga, pekerja kapal, buruh kelapa sawit dan buruh kontruksi. Dengan adanya kesempatan kerja dan sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia dengan pendidikan yang rendah, maka banyak penduduk Indonesia yang memilih untuk mencari pekerjaan di Malaysia walaupun hanya di sektor non-formal karena TKI tidak memiliki nilai jual. Malaysia masih menjadi negara pilihan bagi penduduk Indonesia untuk bekerja mencari kehidupan yang lebih baik, dimana diketahui bahwa komposisi pekerja luar negeri di Malaysia berasal dari Indonesia 98

21 yaitu sebanyak jiwa pada tahun 2014, 22 jumlah tersebut tentunya belum ditambah dengan jumlah TKI yang bekerja di Malaysia secara ilegal. Tenaga Kerja Indonesia pun berlomba-lomba mencari peluang untuk dapat bekerja di Malaysia dalam sektor 3D (dirty, difficult, and dangerous) terutama setelah mendengar cerita tentang TKI yang sukses di Malaysia. Kesempatan kerja di Malaysia dan tidak adanya kesempatan di negara host telah menyebabkan calon migran mudah terpengaruh pada bujuk rayu dari agen atau calo, dan pada akhirnya mereka menjadi korban trafficking in persons. Permintaan dan kesempatan kerja yang ada di Malaysia telah menjadai salah satu faktor penarik (pull factors) terjadinya trafficking in persons. Dengan adanya permintaan tersebut maka adanya kesempatan kerja bagi para migran dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya. 3) Upah dan Kurs Mata Uang Tujuan utama seseorang untuk bekerja adalah mendapatkan penghidupan yang lebih baik dengan upah yang besar. Upah merupakan salah satu faktor dan tujuan utama seseorang untuk mencari pekerjaan. Rayuan gaji besar yang diberikan oleh agen atau calo dalam proses merekrut korban menjadi salah satu faktor penarik yang menyebabkan terjadinya trafficking in persons yang terjadi. 99

22 Pemerintah Malaysia telah menetapkan upah minimum untuk sektor asisten rumah tangga, security guard, dan buruh untuk perusahaan kecil di Sabah dan Sarawak sebesar RM Sedangkan upah minimum di Jakarta sebagai Ibukota Indonesia hanya sebesar Rp atau sebesar RM Upah minimum ini sendiri ditetapkan karena ketiga sektor ini memiliki upah yang sangat rendah, sehingga menyebabkan masyarakat Malaysia memilih untuk bekerja di pusat Kota Malaysia dengan upah yang lebih besar. Hal ini pun menyebabkan beberapa perusahaan berusaha mencari pegawai dari negara lain yang mau bekerja di daerah Sabah dan Sarawak dengan upah yang rendah. Sebagai akibat dari peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Malaysia terkait upah minimum di Sabah dan Sarawak, maka banyaknya perusahaan yang mempekerjakan pekerja ilegal tanpa dokumen. Alasan utama mempekerjakan pekerja tanpa dokumen ialah jumlah upah yang dibayarkan lebih murah dibawah upah minimum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Malaysia. Dengan mempekerjakan pekerja tanpa dokumen, maka majikan tidak perlu membayar biaya asuransi, upah yang tinggi, biaya lembur, dan bahkan hingga tidak membayar upah pekerja. Hal ini dapat terjadi karena pekerja tidak memiliki posisi tawar, tidak adanya surat kontrak kerja, bahkan dokumen yang diperlukan. Namun iming-iming gaji yang tinggi telah membuat banyaknya penduduk Indonesia yang berlomba untuk 100

23 dapat bekerja di Malaysia, walaupun mereka tidak mengerti bagaimana cara menjadi TKI di Malaysia dan bahaya yang ditimbulkan jika menjadi TKI ilegal dan menjadi korban trafficking in persons. Stabilitas politik dan ekonomi suatu daerah atau negara berpengaruh pada pemilihan negara tujuan karena para korban ingin mendapatkan rasa keamanan yang tidak didapatkan di negara asal. Malaysia merupakan salah satu negara dengan keadaan negara yang sudah cukup baik dengan keadaan perekonomian yang cukup stabil, hal ini dapat dilihat dari kurs mata uang Malaysia yang cukup stabil. Kurs mata uang Ringgit Malaysia saat ini sebesar RM4,4187 terhadap 1 USD, sedangkan kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp terhadap 1 USD. Kurs mata uang tersebut menunjukkan bahwa nilai mata uang Ringgit Malaysia lebih tinggi dan lebih stabil dibanding dengan nilai mata uang Rupiah Indonesia. Kurs mata uang Malaysia yang tinggi telah menjadi faktor penarik sendiri bagi seseorang untuk memilih bekerja di Malaysia, dimana kurs mata uang yang tinggi akan sangat berpengaruh ketika gaji dibawa ke negara asal yaitu Indonesia karena akan memberikan jumlah rupiah yang lebih banyak. Sehingga kurs mata uang yang tinggi menjadi faktor penarik tersendiri untuk mencari pekerjaan ke Malaysia. 101

24 2. Faktor Sosial Budaya Keadaan sosial budaya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya trafficking in persons. Keragaman budaya yang terdapat di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi negara yang heterogen, yaitu terdiri dari berbagai suku dan budaya. Kondisi sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia sebagian besar masih bersifat patriarki, dimana perempuan dan anak-anak masih ditempatkan pada posisi dibawah kekuasaan laki-laki. Hal ini menyebabkan perempuan dan anak-anak menjadi sasaran rentan korban perdagangan manusia. Dalam kehidupan di masyarakat, hubungan patriarki juga dirasakan oleh setiap orang yang memiliki keadaan perekonomian yang rendah. Kemiskinan telah menyebabkan seseorang terkucilkan dan tersisihkan dari masyarakat, karena adanya tekanan yang berasal dari struktur sosial dalam masyarakat yaitu adanya derajat tinggi dan rendah. Ketika seseorang tersisihkan dari masyarakat telah menyebabkan mereka memegang kekuasaan sosial yang lebih kecil. Sebagai upaya untuk mencapai kepentingannya yaitu memenuhi hakhak yang dimilikinya, maka munculnya dorongan untuk mencari pekerjaan di negera Malaysia. Keberhasilan orang sekitar dalam mencari kehidupan yang lebih baik di Malaysia telah menjadi faktor pendorong dalam upaya mendapatkan hak-hak yang tidak terpenuhi. Ketika adanya orang 102

25 terdekat yang berhasil memperbaiki keadaan perekonomiannya dengan cara bekerja di Malaysia, maka akan menjadi dorongan bagi korban untuk ikut bekerja di Malaysia sebagai upaya memperbaiki keadaan perekonomian dan strata sosial dalam masyarakat. Faktor sosial budaya lainnya ialah kebudayaan dan kebiasaan di daerah asal, sebagai contohnya Jawa Barat. Adanya stereotip di Indramayu bahwa orang tua memiliki kebanggaan jika anak perempuan asal Indramayu dapat menjadi pekerja seks komersial yang berhasil. Stereotip ini disebabkan karena praktik ini telah berlangsung sejak masa kesultanan dulu, ketika orang tua dapat mengirimkan anak perempuan untuk menjadi anggota harem milik sultan merupakan suatu kehormatan bagi orang tua. 25 Praktik tersebut akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan kebudayaan di Indramayu, sehingga orang tua akan lebih menjaga keadaan fisik anaknya sejak kecil karena anggapan bahwa keadaan fisik lebih penting dibanding pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat melek huruf perempuan dan tingkat bersekolah di Indramayu terendah dari seluruh kabupaten di Indonesia. 26 Faktor sosial budaya tersebutlah yang menyebabkan banyak ditemui pekerja seks yang berasal dari Indramayu. Salah satu sektor yang sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial budaya ialah pendidikan. Keadaan pendidikan seseorang sangat berpengaruh kepada keadaan sosial maupun keadaan perekonomian seseorang, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kesempatan 103

26 bekerja yang ada. Pendidikan sendiri memiliki kaitan yang erat dengan sektor ekonomi, dimana kesulitan untuk membayar biaya pendidikan menyebabkan seseorang tidak bisa mengenyam pendidikan yang tinggi dan pada akhirnya menyebabkan sedikitnya kesempatan kerja yang dimiliki. Kesempatan kerja yang kecil di daerah asal pada akhirnya mendorong seseorang untuk dapat bekerja di negara tujuan yang membutuhkan keterampilan yang tidak banyak untuk bekerja. Namun calon migran yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tingkat melek huruf yang rendah menyebabkan rentannya calon migran menjadi korban trafficking in persons. Keadaan pendidikan di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, namun permasalahan yang dihadapi adalah persebaran yang tidak merata dari pendidikan tersebut. Diketahui bahwa mayoritas korban trafficking in persons hanya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 29,40% dari total korban trafficking in persons. 27 Kalimantan Barat sendiri mayoritas penduduk masih berpendidikan rendah, dimana hal ini menyebabkan Kalimantan barat masih didominasi pekerja dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 79,67% yang dominan bekerja di sektor pertanian. 28 Hingga saat ini pun tingkat melek huruf Kalimantan Barat adalah yang terkecil jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan yaitu hanya sebesar 90,46%, sedangkan Kalimantan Tengah sebesar 96,81%, 104

27 Kalimantan Selatan 96,74% dan Kalimantan Timur sebesar 96,74%. 29 Sehingga diketahui bahwa Kalimantan Barat belum menunjukkan kinerja yang bagus dalam sektor pendidikan. Pendidikan yang randah ini lah yang pada akhirnya menyebabkan mayoritas penduduk Malaysia bekerja di sektor pertanian. Kota Pontianak sendiri memiliki tingkat pendidikan paling baik dibanding dengan daerah lainnya di Kalimantan Barat, dengan mayoritas penduduk mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA sebanyak 32,4% seperti dalam tabel II.3. Namun jumlah penduduk yang tidak tamat Sekolah Dasar pun masih tergolong tinggi pada peringkat kedua. Sedangkan di Kecamatan Entikong, tingkat pendidikan mayoritas penduduk masih tamat Sekolah Dasar seperti yang telah diuraikan pada tabel II.8. Perbedaan keadaan pendidikan dan sarana prasarana pendidikan di Kota Pontianak dan Kecamatan Entikong sendiri telah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kalimantan Barat tidak merata, adanya perbedaan antara di kota dan desa. Hal ini disebabkan karena penduduk perbatasan masih mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas pendidikan akibat dari persebaran penduduk di perbatasan dan tingkat kepadatan yang masih sangat jarang. Pendidikan yang rendah tersebut membuat sedikitnya kesempatan bekerja yang dimiliki di negara asal, hal tersebut pun menyebabkan keputusan untuk mencari pekerjaan di negara lain layaknya Malaysia. Banyaknya kesempatan bekerja di Malaysia 105

28 terutama pada sektor informal yang hanya membutuhkan sedikit keterampilan. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari Rika Rante Randan, seorang TKI yang bekerja di perkebunan Malayasia, Kalau di Indonesia susah cari kerja sebab dicari ijazah kalau di sini hanya dicari paspornya. Kemudahan tersebutlah yang pada akhirnya membuat banyaknya penduduk Indonesia yang memilih untuk bekerja di Malaysia. Pendidikan yang rendah, tingkat melek huruf yang rendah dan keterampilan yang rendah pun pada akhirnya menyebabkan seseorang semakin rentan menjadi korban dari trafficking in persons. Pada tahap rekrutmen, calon migran biasanya mendapatkan janji-janji untuk bekerja di Malaysia secara lisan oleh agen dan calo, kontrak kerja yang ditanda tangani pun kadang kala tidak dimengerti atau bahkan tidak dibaca oleh calon migran yang tidak dapat membaca. Hal tersebut membuat agen atau calo dapat menuliskan ketentuan-ketentuan serta kompensasi yang berbeda dengan janji-janji yang diberikan sebelumnya. Calon migran ini pun pada akhirnya menjadi korban dari ekploitasi yang terjadi, calon migran yang tidak memiliki nilai tawar ini pun pada akhirnya menghadapi kasus eksploitasi layaknya pekerjaan yang tidak sesuai dan gaji yang tidak pernah dibayar. Bahkan ketika korban berusaha untuk melarikan diri, pendidikan tetap menjadi kendala yang dihadapi. Dimana korban tidak bisa membaca iklan, brosur atau tulisan apapun yang dapat membantu korban untuk mencari bantuan. Sehingga dapat diketahui bahwa 106

29 pendidikan menjadi salah satu faktor pendorong yang menyebabkan masih terjadinya trafficking in persons, dimana pendidikan yang rendah menyebabkan korban mudah ditipu, tidak mengetahui hak-haknya, tidak memiliki nilai tawar, dan bahkan tidak dapat mencari bantuan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Faktor sosial budaya lainnya ialah kebiasaan aktivitas lintas batas di Kalimantan Barat. Keadaan perbatasan Kalimantan Barat yang sangat berbeda dari keadaan di Malaysia telah membuat masyarakat perbatasan khususnya masyarakat Entikong lebih memusatkan orientasi kegiatan sosial ekonomi ke Sarawak Malaysia. Ketersediaan infrastruktur di daerah perbatasan layaknya jalan yang masih minim telah menyebabkan aksesbilitas masyarakat perbatasan menjadi semakin terbatas. Hal ini semakin dipersulit dengan jarak tempuh Entikong ke Kota Pontianak yang memerlukan waktu tempuh selama sekitar 7,5 jam, sedangkan dari Kecamatan Entikong ke Kuching dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dengan infrastruktur jalan yang lebih baik. Pada akhirnya, masyarakat perbatasan memusatkan kegiatan sosial ekonomi di Malaysia dan hal ini membuat aktivitas lintas batas menuju Sarawak pun menjadi kegiatan sehari-hari. Terbiasanya aktivitas lintas batas di Entikong setiap harinya telah membuat penjagaan dan pemeriksaan terhadap pelintas pun menjadi tidak ketat, namun korupsi pun dapat menjadi salah satu penyebab dari tidak ketatnya penjagaan di Pos Lintas Batas Entikong. 107

30 Salah satu faktor yang turut mengancam keamanan perbatasan Entikong ialah banyaknya calo atau agen yang berkeliaran di sekitar pos perbatasan, dimana para calo tersebut akan berusaha untuk menawarkan jasanya dan menarik TKI yang dideportasi untuk kembali bekerja di Malaysia dengan janji-janji dan paksaan yang diberikan. Keamanan perbatasan di Kalimantan barat, khususnya Entikong sendiri belum mendapatkan perhatian dan penjagaan yang cukup. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ketatnya penjagaan Pos Lintas Batas, aktivitas lalu lintas batas yang dilakukan oleh masyarakat, korupsi yang terjadi dan keadaan perbatasan yang sangat timpang dengan negara tetangga Malaysia 3. Faktor Politik Fenomena trafficking in persons dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor politik. Faktor politik yang berpengaruh terhadap fenomena trafficking in persons dapat berasal dari dalam Negara Indonesia, maupun dari Negara Malaysia. Faktor politik yang berasal dari dalam Negara Indonesia adalah korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum di lembaga pemerintah. Sebagai upaya untuk mengirim calon migran melewati Pos Pemeriksaan Lintas Batas Entikong menuju Sarawak Malaysia, dibutuhkannya surat-surat perizinan yaitu KTP dan paspor. Namun 108

31 mayoritas calon migran tidak memiliki miliki surat-surat, sehingga banyaknya calo atau agen yang membuatkan surat-surat yang diperlukan di Entikong karena kemudahan proses pembuatan surat tersebut. Korupsi telah menjadi salah satu faktor yang membuka jalan bagi agen atau calo perekrut tenaga kerja untuk memalsukan dokumen, identitas, paspor dan visa. Korupsi dapat diartikan sebagai penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi. Tindak pidana korupsi dapat dibagi menjadi 7 kelompok yaitu kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. 30 Tindak pidana korupsi yang terlibat dalam kasus trafficking in persons adalah suap 31, dimana untuk dapat memalsukan dokumen, identitas, paspor dan visa dilakukan dengan cara membayar sejumlah uang secara ilegal agar mendapatkan dokumen dalam waktu yang singkat dan dapat membuat surat aspal (asli tapi palsu). Mayoritas dari calon migran membuat dokumen-dokumen yang diperlukan di Entikong karena agen atau calo yang akan mengurus keperluan mereka, Entikong menjadi tempat yang mudah untuk membuat dokumen aspal. Untuk membuat sebuah KTP dan paspor dalam waktu yang relatif singkat yaitu tidak sampai seminggu dapat dilakukan dengan membayar sejumlah uang sekitar Rp hingga 109

32 Rp Padahal untuk membuat paspor sebenarnya hanya membutuhkan biaya sebesar Rp untuk 24 lembar dan Rp untuk 48 lembar. Biaya pembuatan dokumen aspal tersebut pun akan dibagi-bagi kepada petugas yang terlibat dalam pembuatan dokumen-dokumen aspal tersebut yaitu petugas dari kepala desa, kantor kabupaten dan kantor imigrasi. Agen atau calo akan memanfaatkan Kantor Imigrasi Entikong untuk dapat memalsukan paspor bagi calon migran yang masih berada dibawah umur. Pemalsuan dokumen ini sendiri melibatkan berbagai pihak, mulai dari stakeholder di bawah hingga ke stakeholder di level atas. Agen atau calo biasanya akan membuatkan dokumen di Entikong karena kemudahan untuk memalsukan surat. Agen atau calo akan memalsukan dokumen-dokumen aspal bagi calon migran terutama untuk yang masih berada di bawah umur. Pada awalnya agen akan membuatkan akta kelahiran dengan tanggal kelahiran palsu agar membantu calon migran untuk bermigrasi. Pembuatan akta kelahiran ini diakibatkan karena masih banyaknya penduduk yang tidak memiliki akta kelahiran karena masyarakat masih belum mengerti pentingnya akta kelahiran dan biaya pembuatan akta yang dianggap mahal bagi sebagian masyarakat. 110

33 Setelah melakukan pembuatan akta kelahiran palsu, kemudian agen akan membuatkan KTP untuk calon migran di kantor kabupaten sebagai salah satu syarat untuk membuat paspor. Kantor kabupaten akan mengeluarkan KTP jika calon migran tersebut telah memiliki akta kelahiran dari kepala desa, walaupun penampilan calon migran tidak tampak sesuai dengan umur yang tertera di akta kelahiran namun kantor kabupaten tidak dapat menolak pembuatan KTP jika orang tersebut dapat menunjukkan akta kelahirannya. Setelah agen atau calo berhasil mendapatkan KTP, maka agen akan membuatkan paspor untuk calon migran agar dapat bermigrasi melintasi batas Negara Indonesia dan menuju Negara Malaysia. Pembuatan berbagai dokumen tersebut melibatkan berbagai aktor yang terlibat dalam pembuatan akta kelahiran, KTP, dan Paspor dalam waktu yang singkat dengan birokrasi yang mudah. Baik disadari maupun tidak disadari, aktor-aktor tersebut pada akhirnya terlibat dan menjadi trafficker dalam kasus trafficking in persons. Kantor imigrasi menjadi salah satu institusi publik yang rentan dengan aktivitas suap menyuap, dimana imigrasi menempati peringkat ketiga sebagai institusi publik yang memiliki indeks suap yang tinggi yaitu sebesar 34% setelah polisi dan bea cukai pada urutan pertama dan kedua. 33 Praktek pembuatan dokumen-dokumen aspal ini termasuk ke dalam kejahatan mengenai pemalsuan, pemalsuan akta kelahiran 111

34 termasuk dalam akta-akta otentik yang tergolong dalam pemalsuan surat yang diperberat. Sesuai dengan pasal 266 ayat 1 yang berbunyi: Barangsiapa menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran, dipidana, jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. 34 Sehingga berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, diketahui bahwa menerima suap untuk memalsukan dokumen merupakan kejahatan mengenai pemalsuan dan korupsi. Kejahatan inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu push factors yang menyebabkan masih terjadinya trafficking in persons di Kalimantan Barat. Pemalsuan dokumen ini pun berkaitan dengan faktor lainnya yaitu keadaan ekonomi, dimana keadaan perekonomian di Entikong yang masih banyaknya warga miskin telah menyebabkan banyaknya pihak yang mencari penghasilan tambahan sebagai agen atau calo dan juga membantu mengurus KTP dan paspor dengan bantuan sejumlah biaya. Korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum lembaga pemerintahan tersebut telah menunjukkan bahwa masih adanya moral pemerintah yang korup, sehingga dapat diketahui bahwa politik di dalam negeri masih belum stabil. Sebagai upaya untuk mencegah dan 112

35 melawan kasus trafficking in persons dibutuhkannya dukungan dan kerjasama dari pemerintahan yang stabil dan kondisi politik yang kondusif. Faktor politik lainnya adalah kebijakan upah minimum Negara Malaysia yang dikeluarkan pada tahun Pemerintah Malaysia telah menetapkan kebijakan upah minimum untuk sektor asisten rumah tangga, security guard, dan buruh untuk perusahaan kecil di Sabah dan Sarawak sebesar RM Kebijakan upah minimum tersebut telah menjadi faktor politik yang mendorong terjadinya fenomena trafficking in person dari Indonesia ke Malaysia. Fenomena trafficking in persons telah dimanfaatkan oleh traffickers sebagai kebijakan harga murah, yaitu sebagai upaya untuk mendapatkan pekerja dengan harga yang murah dan tidak sesuai dengan kebijakan upah minimum yang telah ditetapkan Pemerintah Malaysia. Dengan mempekerjakan korban trafficking, maka user tidak harus memenuhi hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh seorang pekerja, seperti asuransi, upah minimal, biaya lembur, dan membayar gaji tepat waktu. Berdasarkan penjelasan yang telah dipamparkan, maka peneliti berusaha membuat bagan untuk menyederhanakan penjelasan dari teori-teori yang digunakan agar dapat memberikan pemahaman terkait penelitian ini. Bagan tersebut digambarkan seperti berikut ini: 113

36 Bagan 2. Penyebab Trafficking in Persons Sumber: Analisis Pribadi C. Respon Pemerintah Indonesia Terhadap Fenomena Trafficking in persons Sebagai upaya untuk mencegah terus bertambahnya korban dari trafficking in persons, maka peran serta seluruh instansi yang terlibat sangat diperlukan. Salah satunya Pemerintah Indonesia sebagai negara host dari fenomena trafficking in persons yang terjadi. Pemerintah sendiri memiliki peran dan kewajiban yang harus dilakukan untuk dapat mencegah peningkatan fenomena trafficking in persons yang terjadi. Peran pemerintah 114

37 ialah membuat kebijakan, program dan mengalokasikan dana, pemerintah juga harus membentuk gugus tugas dengan anggota yang berasal dari pemerintahan, dan pemerintah pun harus melaksanakan kerjasama internasional sebagai upaya mencegah trafficking in persons terjadi karena telah menjadi sebuah tindak kejahatan lintas batas. Berdasarkan peran dan kewajiban yang dimiliki Pemerintah Indonesia untuk mencegah peningkatan kasus trafficking in persons, maka adanya beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dan telah dilaksanakan. Sebagai upaya untuk menjalankan tugasnya yang pertama yaitu membuat kebijakan terkait trafficking in persons, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Undang-Undang ini terbagi dalam 9 bab dan 67 pasal yang mengatur perlindungan saksi dan korban sebagai aspek penting dalam penegakan hukum untuk memberikan perlindungan bagi korban dan saksi. Penyusunan Undang-Undang ini merupakan perwujudan komitmen Indonesia untuk melaksanakan Protokol PBB tahun 2000 tentang Mencegah, Memberantas, dan Menghukum Tindak Pidana Perdagangan Orang, khususnya Perempuan dan Anak (Protokol Palermo) yang sebelumnya telah ditandatangani Pemerintah Indonesia. Larangan perdagangan orang juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 297 dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 pasal

38 Sebagai upaya mencegah peningkatan dari tindak kejahatan trafficking in persons, Pemerintah Indonesia membentuk gugus tugas dengan anggota dari pemerintahan. Gugus tugas tersebut adalah Gugus Tugas RAN yang dikenal dengan sebutan tim kecil. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN) menjadi landasan dan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak yang disusun dibawah pimpinan Kementerian Pemberdayan Perempuan (KPP) dan gugus tugas (Tim Kecil). 36 Dalam RAN sendiri tercantum daftar kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya menghapuskan trafficking in persons baik ditingkat nasional, provinsi, hingga lokal daerah. Kerjasama Internasional pun menjadi salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk dapat mengatasi masalah trafficking in persons yang terjadi di Indonesia. Pemerintah Indonesia menandatangani dan meratifikasi Protokol PBB tahun 2000 tentang Mencegah, Memberantas, dan Menghukum Tindak Pidana Perdagangan Orang, khususnya Perempuan dan Anak (Protokol Palermo) sebagai upaya untuk menyatukan diri dengan PBB sebagai salah satu negara yang menolak dengan keras dan berupaya untuk menyelesaikan masalah trafficking in persons. Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama dengan beberapa negara dalam upaya penanganan kasus ini, salah satunya dengan Amerika Serikat yang memberikan bantuan dana sebesar US$ 9 juta dalam rangka memerangi perdagangan lintas batas 116

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdagangan Manusia untuk tenaga kerja (Trafficking in persons for labor) merupakan masalah yang sangat besar. Data Perdagangan Manusia di Indonesia sejak 1993-2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia 0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh

Lebih terperinci

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI KALIMANTAN BARAT JL. SULTAN ABDURRACHMAN NO.

Lebih terperinci

KEJAHATAN LINTAS BATAS INDONESIA-MALAYSIA

KEJAHATAN LINTAS BATAS INDONESIA-MALAYSIA KEJAHATAN LINTAS BATAS INDONESIA-MALAYSIA Studi tentang Trafficking In Persons Di Kalimantan Barat Dina Oktarina * ABSTRAK Penelitian ini diilhami oleh banyaknya kasus trafficking in persons yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan beberapa peraturan, khususnya tentang hukum hak asasi manusia dan meratifikasi beberapa konvensi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan tingkat kelahiran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian serta penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling mulia yang mempunyai harkat dan martabat yang melekat didalam diri setiap manusia yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafiking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1. TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1 Abstraksi Perdagangan manusia di Indonesia merupakan suatu fenomena yang luar biasa

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Deskripsi UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 1. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apa itu migrasi? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apakah Migrasi Tenaga Kerja? 1 Manfaat Bekerja ke Luar Negeri Membantu ekonomi keluarga.

Lebih terperinci

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, menyebutkan bahwa : Perdagangan

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Disusun oleh : NAMA : ELI JOY AMANDOW NRS : 084 MATA KULIAH : HAM PENDIDIKAN KHUSUS KEIMIGRASIAN ANGKATAN II 2013

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia ini, dan merupakan tindakan yang bertentangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan human trafficking yang terjadi di Indonesia kini kondisinya sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak dalam wujudnya

Lebih terperinci

Bab XII : Pemalsuan Surat

Bab XII : Pemalsuan Surat Bab XII : Pemalsuan Surat Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek perdagangan orang di Indonesia, sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan tersebut, serta belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah kejahatan yang sangat sulit diberantas dan disebut oleh masyarakat Internasional sebagai bentuk perbudakan

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1370, 2015 BNP2TKI. Calon TKI. Daerah Perbatasan. Kabupaten Nunukan. Penempatan. Pelayanan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Defenisi Human Trafficking Protokol Palermo Tahun 2000 : Perdagangan orang haruslah berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, menyembunyikan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP Di dalam kitab undang-undang pidana (KUHP) sebelum lahirnya undangundang no.21

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang masalah Negara mempunyai tugas untuk melindungi segenap warga negaranya, hal itu tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ditambah dengan isi Pancasila pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 5 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Apa perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style LATAR BELAKANG Perdagangan anak ( trafficking ) kurang lebih dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan dan percobaan tindakan yang melibatkan rekruitmen,transportasi, baik di dalam maupun antar negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa :

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 61 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 1. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam telah berperan dalam rangka mencegah terjadinya perdagangan orang ke luar negeri.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) NAMA : HARLO PONGMERRANTE BIANTONG NRS : 094 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan

Lebih terperinci

UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA

UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM PASCA SARJANA -ILMU HUKUM USU MEDAN Pendahuluan Perdagangan Manusia untuk tenaga kerja

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara berpopulasi tertinggi ke empat di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17,600

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang itu sendiri merupakan fenomena kejahatan terorganisir Internasional yang memiliki daya

I. PENDAHULUAN. orang itu sendiri merupakan fenomena kejahatan terorganisir Internasional yang memiliki daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana perdagangan orang (TPPO) khususnya perempuan dan anak, serta eksploitasi seksual anak dan remaja merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia. Tindak pidana perdagangan orang, khususnya perempuan dan

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 9/Desember/2014

Lex et Societatis, Vol. II/No. 9/Desember/2014 KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) REGIONAL AUTHORITY IN COMBATING TRAFFICKING IN PERSONS 1 Oleh : Jurista C. I. Oroh 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan jenis

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal ILO dan ILS Memahami prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia diawali dan pergerakan kaum perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin berkembangnya peradaban masyarakat.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.984, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pencegahan. Penanganan. Perdagangan Orang. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN RUU PPILN Harus Sejalan dengan Agenda Pembangunan Nasional: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON MUTUAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS) PERJANJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang berkepanjangan mempengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupnn di perdesaan khususnya di pedesaan sangat dirasakan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut:

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut: Apakah Anda Datang Ke Amerika untuk Bekerja Sementara atau Belajar? Kami percaya bahwa Anda akan mendapatkan pengalaman yang berharga. Tetapi, apabila Anda mendapatkan masalah, Anda memiliki hak dan Anda

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM No. 7, 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1 Hal ini harus selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan

Lebih terperinci

KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN

KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN oleh: Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Juli, 2003 KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN: oleh Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Jakarta, Juli 2003 Paper prepared for World

Lebih terperinci

BAB II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SUMATERA UTARA (DPRD-SUMUT) DAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

BAB II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SUMATERA UTARA (DPRD-SUMUT) DAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK BAB II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SUMATERA UTARA (DPRD-SUMUT) DAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK 2.1. Fenomena Trafficking di Sumatera Utara Praktik trafficking di Sumatera Utara banyak terjadi. Setiap

Lebih terperinci

KERJASAMA THAILAND DAN KAMBOJA DALAM PENANGANAN MIGRASI TENAGA KERJA DARI KAMBOJA KE THAILAND

KERJASAMA THAILAND DAN KAMBOJA DALAM PENANGANAN MIGRASI TENAGA KERJA DARI KAMBOJA KE THAILAND KERJASAMA THAILAND DAN KAMBOJA DALAM PENANGANAN MIGRASI TENAGA KERJA DARI KAMBOJA KE THAILAND RESUME SKRIPSI Oleh: YULIA MARGARET YATUHIDIKA 151090297 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (PTPPO) DAN EKSPLOITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan atau kaedah dalam suatu kehidupan bersama, yaitu keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak Belum ada rumusan yang memadai tentang Human Trafficking, penggunaan yang paling mungkin untuk

Lebih terperinci

Mewaspadai Modus Operandi Human Trafficking (Perdagangan Orang) Dan Strategi Penanggulangannya

Mewaspadai Modus Operandi Human Trafficking (Perdagangan Orang) Dan Strategi Penanggulangannya http://ceklipratiwi.staff.umm.ac.id/2012/02/18/mewaspadai-modus-operandi-human-trafficking-perd a Mewaspadai Modus Operandi Human Trafficking n Strategi Penanggulangannya (Materi ini adalah rangkuman dari

Lebih terperinci

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang 1 Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Novelina MS Hutapea Dosen Fakultas Hukum USI Ringkasan Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, berakal budi, berakhal dan bermartabat. Oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFIKING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR PERATURAN DESA TANJUNG LUAR NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBINAAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL DESA TANJUNG LUAR YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia merupakan negara pengirim tenaga kerja luar negeri sektor informal terbesar di asia, sebagian besar tenaga kerja Indonesia dibekerja di negara-negara timur-tengah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak kembali ramai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak kembali ramai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak kembali ramai dibicarakan masyarakat. Keprihatinan kita menjadi sangat besar karena korban perdagangan orang mayoritas

Lebih terperinci

BAB II PENYAJIAN DATA. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dari empat provinsi

BAB II PENYAJIAN DATA. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dari empat provinsi BAB II PENYAJIAN DATA A. Keadaan Umum Kalimantan Barat Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dari empat provinsi yang ada di Pulau Kalimantan, keempat provinsi tersebut adalah Kalimantan Timur,

Lebih terperinci

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011

Lebih terperinci

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Globalisasi itu seperti dua sisi koin yang berbeda. Bukan hanya memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah :

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah : BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling hakiki karena didalam diri setiap manusia melekat hak-hak asasi sesuai dengan kemulian, harkat dan martabat yang harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya kasus trafiking yang tidak dipungkiri sering terjadi di Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya kasus trafiking yang tidak dipungkiri sering terjadi di Indonesia sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trafiking in person perdagangan manusia mungkin bagi banyak kalangan merupakan hal yang sudah sering biasa untuk di dengar oleh karena tingkat terjadinya kasus

Lebih terperinci