PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh. NURMALA DEWI, S.P., M.Si.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh. NURMALA DEWI, S.P., M.Si."

Transkripsi

1 BIDANG ILMU : PERTANIAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh NURMALA DEWI, S.P., M.Si. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BATURAJA BATURAJA 2016

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan petunjuk_nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul Pengaruh Ukuran Belah Bonggol Terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Raja. Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja atas partisipasi dan dukungannya yang diberikan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semuan, Aamiin. Baturaja, Juli 2016 Penulis

3

4 RINGKASAN Penelitian dengan judul Pengaruh Ukuran Belah Bonggol Terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.) tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran belah bonggol terhadap pertumbuhan bibit pisang raja. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja, dimulai pada Bulan Januari 2016 sampai dengan Bulan Juni Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman contoh. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu : B1 = 8 cm x 8 cm x 10 cm, B2 = 10 cm x 10 cm x 10 cm, B3 = 12 cm x 12 cm x 10 cm, dan B4 = 14 cm x 14 cm x 10 cm. Peubah yang diamati adalah waktu tumbuh tunas, tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, jumlah akar, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah akar dan berat kering akar. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa perlakuan ukuran belah bonggol berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit pisang raja, dan perlakuan belah bonggol dengan ukuran 12 cm x 12 cm x 10 cm menunjukkan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit pisang raja.

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Halaman iv RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Tujuan Penelitian... C. Hipotesis... II. TINJUAN PUSTAKA A. Botani dan Sistematika... B. Syarat Tumbuh... C. Perbanyakan tanaman pisang... v vi vii viii III. PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat... B. Bahan dan Alat... C. Metode Penelitian... D. Peubah yang Diamati IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... V. KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 25

6 DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai Rerata Pengaruh Ukuran Belah Bonggol Terhadap Semua Peubah yang Diamati Hasil Analisis Sidik Ragam Uji-F (taraf 5%) Pada Semua Peubah yang Diamati... 20

7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Jadwal Kegiatan Deskripsi Tanaman Pisang Raja Denah Penelitian Dokumentasi... 28

8 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang menduduki tempat pertama di Indonesia diantara jenis buah-buahan lainnya, baik dari segi sebaran, luas pertanamannya maupun segi produksinya (BPTP Lampung, 2008). Pisang merupakan salah satu buah tropis yang kaya karbohidrat dan berbagai vitamin dan mineral untuk kesehatan manusia. Dalam buah pisang banyak terkandung mineral-mineral kalium, magnesium, fosfor, besi, kalsium dan vitamin A, B dan C, serta asam folat yang sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil (Rahmat, 2007). Karbohidrat dalam buah pisang termasuk karbohidrat sederhana sehingga dapat menjadi energi yang mudah tersedia bagi tubuh dalam waktu singkat (Suyanti dan Ahmad, 2008). Di Indonesia, konsumsi pisang terbesar adalah untuk pasar dalam negeri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya tidak signifikan, walaupun permintaannya banyak. Salah satu kendala penyebab rendahnya kualitas buah pisang sehingga tidak memenuhi standar ekspor adalah penerapan teknik budidaya pisang secara intensif kurang diterapkan. Teknologi budidaya pisang cakupannya luas, namun yang paling dasar dan sangat menentukan hasil adalah penyediaan bibit yang bermutu (Pujaratno, 2010). Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.) atau pisang raja bulu rasanya manis dan aromanya kuat. Keunggulan pisang raja adalah pisang ini dapat digunakan sebagai buah meja, dimana pisang dapat dimakan langsung setelah masak, maupun menjadi bahan baku produk olahan, serta sebagai buah segar, pisang memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama di pulaw jawa. Pisang raja juga cocok diolah menjadi sari buah, dodol dan sale (Martiningsih, 2007).

9 Kendala utama dari produksi pisang adalah ketersediaan bibit tanaman yang murah dan unggul. Kebutuhan pisang di pasaran tidak diimbangi dengan produksi yang ada. Perbanyakan pisang biasanya dilakukan dengan menggunakan anakan-anakan pisang yang tumbuh di sekitar induk tanaman. Teknik perbanyakan dengan pembelahan bonggol (corm) lebih praktis untuk diterapkan di kalangan petani sehingga mudah ditiru, khususnya di daerah pedesaan sehingga petani mampu memproduksi bibit pisang sendiri. Salah satu lembaga yang sudah menerapkan perbanyakan pisang dengan teknik pembelahan bonggol adalah Pusat Kajian Buah Tropis. Informasi yang didapat baru sebatas jumlah tunas yang dihasilkan pada setiap bonggol berkisar 15 tunas dan pada umur 3 bulan sudah siap tanam di lahan. Lain halnya dengan bibit dari kultur jaringan, umur 6 bulan sejak aklimatisasi baru siap pindah ke lahan dan masa berbuahnya lebih lambat daripada tunas hasil pembelahan bonggol (Pujaratno, 2010). Untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas pisang antara lain melalui penyediaan bibit yang baik, pemupukan tanaman, dan pengaturan jumlah anakan. Menurut Firmansyah, et.al., (2000), selain dari anakan pisang, bibit juga dapat diperoleh dari bonggol (bit) tanaman pisang. Penggunaan bonggol pisang untuk bibit memiliki keuntungan yaitu; dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dan banyak, mudah dalam pengiriman dan biayanya murah, umur panen lebih cepat dibandingkan dengan jenis bibit lainnya dan produktivitasnya lebih tinggi serta dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan. Menurut Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (2011), bonggol pisang yang telah dipanen dari pohon yang sehat, kemudian dibelah akan kelihatan

10 warnanya putih dan tidak berbau busuk, tidak ada bekas penggerek bonggol, dan bersihkan dari kotoran dan akar yang masih menempel. Bonggol dipotong menurut mata tunas dengan ukuran 12 x 12 x 10 cm. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Ukuran Belah Bonggol Terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.). B. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran belah bonggol terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang raja. C. Hipotesis 1. Diduga ukuran belah bonggol berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang raja. 2. Diduga ukuran belah bonggol 12 cm x 12 cm x 10 cm merupakan ukuran terbaik untuk pertumbuhan bibit tanaman pisang raja.

11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Sistematika berikut : Sistematika tanaman pisang menurut Tjitrosoepomo (2000) adalah sebagai Divisio Sub Divisio Kelas Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Musaceae : Musa Spesies : Musa paradisiaca L. Tanaman pisang termasuk dalam golongan monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada

12 ph 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara 25 C 28 C dengan curah hujan mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan cm. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah sobek, panjang 1,5-3 m, lebar cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir, dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan biji disebut partenokarpi (Rukmana, 1999).

13 Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara cm dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok dengan ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesokarp) tebal dan lunak. Kulit buah (epikarp) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang) berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono, 2002). Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah hari sejak keluarnya jantung pisang. B. Syarat Tumbuh Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. 1. Curah hujan Curah hujan optimal adalah mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.

14 2. Suhu Pisang dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu harian antara 25 C- 38 C, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan adalah sekitar 27 C dan suhu maksimumnya 38 C (Cahyono 2002). Pada sentra produksi tanaman pisang, suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 C dalam jangka waktu yang lama. Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Pengaruh suhu terhadap tumbuhan sangat besar sehingga pertumbuhanya sangat bergantung padanya. Tanaman memerlukan suhu tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan suhu antara 15 C sampai 40 C, jika suhu berada di bawah 15 C atau di atas 40 C maka pertumbuhan tanaman akan menurun secara drastis (Basri, 1992). 3. Cahaya Cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang. Kebanyakan pisang akan tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka, tetapi jika memperoleh penyinaran yang berlebihan maka akan menyebabkannya terbakar oleh sinar matahari (sunburn) (Rukmana, 1999). Tumbuhan membutuhkan cahaya dalam proses fotosintesis. Panjang gelombang cahaya yang digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis berkisar antara 400 μm 760 μm. Besarnya absorbsi tanaman terhadap panjang gelombang cahaya berbeda-beda tergantung pada klorofil yang terdapat dalam tumbuhan tersebut (Basri, 1992).

15 Menurut Dwidjoseputro (1994), berdasarkan pengaruh lamanya penyinaran pada tumbuhan, terutama pada proses pembungaan, maka tumbuhan dapat dibagi dalam tiga kelompok. a) Long day plant, yaitu tumbuhan yang menghasilkan bunga apabila penyinaran lebih dari 12 jam. b) Short day plant, yaitu tumbuhan yang dapat berbunga apabila penyinaran kurang dari 12 jam. c) Neutral day plant, yaitu tumbuhan yang dapat berbunga tanpa dipengaruhi oleh lamanya penyinaran. 4. Angin Angin yang bertiup kencang dapat mengganggu pertumbuhan pisang, karena dapat menyebabkan daun pisang menjadi sobek. Daun pisang yang sobek ini dapat mengganggu proses fotosintesis. Selain itu, angin dengan kecepatan lebih dari 4m/detik dapat merobohkan pohon pisang, terutama pisang yang sedang berbuah sehingga diperlukan penyangga agar tidak roboh dan tanaman pelindung untuk menghindari angin (Cahyono, 2002). 5. Air Pisang membutuhkan cukup banyak air dalam pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan yang dibutuhkan adalah berkisar antara mm/tahun, dan kelembaban tanahnya tidak boleh kurang dari % dari luas lahan. Pada daerah yang kurang air, pisang memperoleh pasokan air

16 dari batangnya, tetapi tingkat produktivitas buahnya menjadi rendah (Satuhu dan Supriyadi, 1990). Menurut Basri (1992), selama siklus hidup tanaman selalu membutuhkan air. Fungsi air bagi tanaman adalah: a) Merupakan unsur penting dari protoplasma, terutama pada jaringan meristematik. b) Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik, seperti perubahan pati menjadi gula. c) Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman. d) Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap panas yang baik. e) Transpor bagi garam-garam, gas dan material lainya dalam tubuh tanaman. Menurut Burstom dalam Basri (1992), bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. 6. Tanah Tanah sangat berperan penting bagi tumbuhan yaitu sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah menyediakan berbagai macam mineral yang digunakan oleh tumbuhan untuk tumbuh. Namun tanah juga dapat menjadi salah satu faktor pembatas bagi tanaman. Hal ini dapat disebabkan karena adanya bermacam kondisi fisik maupun kimiawi tanah yang berbeda-beda dimana setiap tumbuhan

17 memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda-beda pula. Tanah yang subur akan berpengaruh baik pada besar dan panjangnya tandan pisang, sedangkan tanah yang tidak subur akan mengakibatkan tandan pisang kecil dan pendek (Satuhu dan Supriyadi, 2008). Komposisi dalam tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu pada tanah berkapur. Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Pengaruh kapur terhadap sifat fisika tanah ialah dalam hal terbentuknya struktur tanah remah pada tanah, sehingga aerasi dan air tanah berada dalam keadaan optimum. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan ph yang netral. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen

18 dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda. Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi tanah tersebut dan pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah. Selain kondisi kimia tanah, kondisi fisik tanah juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang hidup di tanah tersebut. Beberapa sifat fisik tanah di antaranya adalah struktur tanah, tekstur tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air dalam tanah dan sebagainya, namun yang terpenting adalah struktur dan teksturnya. Tekstur tanah adalah kandungan partikel primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah, sedangkan struktur tanah adalah susunan butir-butir tanah primer dan agregat primer tanah yang secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat (Darmawijaya, 1997). Struktur tanah dan tekstur ini sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dalam hal memperbaiki perdaran air, udara dan panas, aktifitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,

19 perombakan bahan organik, serta mudah tidaknya akar menembus tanah lebih dalam. a) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. b) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diairi dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah cm, di daerah setengah basah cm dan di daerah kering cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah ph tanah. PH larutan tanah sangat penting bagi tumbuhan karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/Kalium (K), dan Fosfor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Pisang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran ph 4,5-7,5, (Rukmana, 1999). Nilai ph suatu tanah berada pada kisaran 1 sampai 14 semakin kecil nilainya maka tanah tersebut semakin asam, sedangkan sebaliknya bila nilai tersebut makin besar, maka tanah tersebut semakin bersifat basa. Kelarutan unsur tertentu di tanah dan laju penyerapannya oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh ph (Salisbury, 1995). Tanah yang terlalu asam maupun terlalu basa tidak baik

20 bagi pertumbuhan tanaman karena akan secara langsung menahan serta mencegah unsur untuk diserap tanaman. 7. Ketinggian tempat Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian dibawah 500 m (Cahyono, 2002). Tanaman pisang umumnya tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah yang memiliki ketinggian antara 400 m- 600 m dpl. Didataran tinggi umur tanaman hingga berubah menjadi lama dan kulitnya tebal. Ketinggian tempat mempengaruhi jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menyebabkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut juga akan semakin berkurang (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Kondisi lain pada daerah yang memiliki elevasi tinggi adalah jumlah konsentrasi CO2 yang relatif lebih kecil bila dibandingkan pada daerah yang lebih rendah. Padahal CO2 adalah bahan baku dalam proses fotosintesis untuk diubah menjadi karbohidrat, sehingga tumbuhan yang tumbuh pada dataran tinggi cenderung memiliki jumlah klorofil yang lebih banyak dari pada tumbuhan yang hidup di dataran rendah, agar dapat menangkap CO2 lebih banyak. Sedangkan tumbuhan daerah dataran rendah, dengan kondisi iklimnya umumnya temperatur

21 tinggi, kelembaban rendah dan intensitas sinar matahari besar, memiliki kepekaan menangkap sinar matahari lebih rendah. C. Perbanyakan Tanaman Pisang (Bit Bonggol) Tanaman pisang pada umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggol induknya. Selain dari anakan pisang, bibit juga bisa diperoleh dari bonggol tanaman pisang yang disebut bit. Dengan cara perbanyakan ini hanya mampu menghasilkan tanaman baru dalam jumlah terbatas dengan waktu relatif lama (Satuhu dan Supriyadi, 2002). Sunarjono (2002) menambahkan, bahwa dengan menggunakan bibit anakan maka penanaman pisang dalam skala besar akan sulit dilakukan karena dibutuhkan bibit dalam jumlah banyak dengan waktu singkat, hal ini disebabkan jumlah anakan setiap rumpun tanaman sangat terbatas hanya sekitar 2-6 anakan. Disamping itu dengan penanaman skala besar ini tentu dibutuhkan bibit yang seragam, baik secara genetik maupun morfologis (fisik) agar dapat diperoleh hasil yang optimum.

22 III. PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja, dimulai pada bulan April 2016 sampai dengan bulan Juli B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan antara lain : bonggol pisang (Pisang Raja) Urea, Tanah PMK, Kompos dan Insektisida Topsin. Sedangkan alat yang digunakan meliputi timbangan digital, mistar pengukur, oven, gunting, polibag, pisau, sabit, parang, cangkul, papan nama, buku catatan harian. C. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial terdiri dari 4 perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman contoh. Adapun faktor perlakuan percobaan ini adalah dengan ukuran bonggol sebagai berikut : B1 : 8 x 8 x 10 cm B2 : 10 x 10 x 10 cm B3 : 12 x 12 x 10 cm B4 : 14 x 14 x 10 cm

23 Data analisis dengan menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila hasil sidik ragam berpengaruh nyata maka pengujian dengan analisis nilai perlakuan dengan uji BNT (Hanafiah, 2008). D. Perubah Yang Diamati 1. Waktu tumbuh tunas (hst) Waktu tumbuh tunas dihitung berdasarkan beberapa hari setelah penanaman sampai tumbuh tunas pada setiap perlakuan. 2. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman dilakukan pengukuran setelah akhir penelitian dari pangkal batang sampai ujung batang tertinggi. Dan jika batang lebih dari dua, maka yang dilakukan pengukuran adalah batang tertinggi. 3. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung dilakukan setelah akhir penelitian yaitu daun yang sudah membuka sempurna. 4. Lingkar Batang (cm) Lingkar batang dihitung setelah akhir penelitia yaitu diukur pada pangkal tunas tanaman dengan ketentuan pengukuran 10 cm dari pangkal tunas. tanaman. 5. Jumlah Akar (helai) Jumlah akar dihitung pada akhir penelitian yaitu banyak seluruh akar per

24 6. Berat Basah Tanaman (g) Berat basah tanaman dilakukan setelah akhir penelitian yaitu menimbang bagian tanaman dari pangkal sampai ujung tanaman. 7. Berat Kering Tanaman (g) Pengukuran berat kering tanaman dilakukan pada akhir penelitian dengan menimbang bagian tanaman yang tumbuh yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 70 0 C selama 2 kali 24 jam. 8. Berat Basah Akar (g) Berat basah akar dilakukan setelah akhir penelitian yaitu menimbang bagian akar tanaman. 9. Berat Kering Akar (g) Pengukuran berat kering akar dilakukan pada akhir penelitian dengan menimbang berat semua akar yang tumbuh setelah dikeringkan dalam oven dengan suhu 70 0 C selama 2 kali 24 jam.

25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil nilai rata-rata pengaruh ukuran belah bonggol terhadap pertumbuhan tanaman pisang pada peubah waktu tumbuh tumbuh tunas (hst), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), lingkar batang (cm), jumlah akar (helai), berat basah tanaman (g), berat kering tanaman (g), berat basah akar (g), berat kering akar (g). Tabel 1. Nilai rerata pengaruh ukuran belah bonggol terhadap semua peubah yang diamati Peubah yang diamati B1 B2 B3 Waktu Tumbuh Tunas (hst) 33,76 34,24 29,37 Tinggi Tanaman (cm) 48,20 46,28 62,00 Jumlah Daun (helai) 4,36 4,42 5,06 Lingkar Batang (cm) 7,79 8,69 9,27 Jumlah Akar (helai) 8,96 8,29 11,53 Berat Basah Tanaman (g) 112,00 98,06 189,72 Berat Kering Tanaman (g) 12,77 9,15 21,56 Berat Basah Akar (g) 23,48 22,51 43,50 Berat Kering Akar (g) 4,15 3,99 9,10 Keterangan. : B1 : 8 x 8 x 10 cm B2 : 10 x 10 x 10 cm B3 : 12 x 12 x 10 cm B4 : 14 x 14 x 10 cm Perlakuan ukuran bonggol B3 (12x12x10) merupakan perlakuan terbaik dengan rata-rata waktu tumbuh tunas 29,37 (hst), tinggi tanaman (cm) 62,00, jumlah daun 5,06 (helai), lingkar batang 9,27(cm), jumlah akar 11,53 (cm), berat basah tanaman 189,72 (g), berat kering tanaman 21,56 (g), berat basah akar 43,50 (g), berat kering akar 9,10 (g).

26 Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat bahwa cara perbanyakan dengan menggunakan belah bonggol sangat baik dilakukan untuk perbanyakan bibit pisang raja. Hal ini dapat dilihat pada semua peubah yang diamati. Perlakuan belah bonggol (B3) dapat mempercepat pertumbuhan bibit pisang raja pada semua peubah yang diamati, dengan kata lain perlakuan B3 merupakan perlakuan terbaik terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini diduga ukuran bonggol yang lebih besar akan menghasilkan tunas yang lebih baik karena semakin besar ukuran bonggol maka semakin banyak kandungan cadangan makanan yang tersedia, selain itu semakin besar ukuran bonggol maka semakin banyak tempat akar tanaman akan tumbuh sehingga semakin banyak akar yang tumbuh maka tanaman akan semakin baik pertumbuhannya. Menurut Susanti (2010), tunas merupakan tempat tumbuhnya daun, semakin banyak daun maka proses fotosintesis akan meningkat. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat, dengan banyaknya karbohidrat yang dihasilkan maka pembentukan akar akan semakin cepat. Sejalan dengan pendapat Pamungkas (2009), yang menyatakan pertumbuhan akar dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor jumlah daun. Faktor genetik berperan dalam mengkoordinasi gen yang membangun sistem perakaran, sedangkan faktor jumlah daun bertanggung jawab dalam meningkatkan perkembangan akar, karena daun merupakan tempat sintesis makanan (fotosintesis), dan selanjutnya makanan akan ditranslokasikan menuju akar untuk perkembangan akar.

27 Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam Uji F (taraf-5%) pada semua peubah yang diamati. BONGGOL PEUBAH KK% F.Tab F.Hit 1. Waktu tumbuh tunas (hst) * Tinggi tanaman (cm) * Jumlah daun (helai) * Lingkar batang (cm) * Jumlah akar (helai) * Berat basah tanaman (g) * Berat kering tanaman (g) * Berat basah akar (g) * Berat kering akar (g) * Keterangan : *nyata, tn tidak nyata Secara umum hasil uji F dapat disimpulkan bahwa ukuran bonggol berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pisang raja. Hal ini diduga perbanyakan dengan menggunakan pembelahan bonggol sangat baik dilakukan untuk perbanyakan bibit pisang raja, dimana pada bonggol tanaman pisang banyak terkandung cadangan makanan yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Hartaman et all. (2002), terbentuknya akar dapat lebih dahulu kemudian tunas, atau sebaliknya. Jika tunas yang terbentuk lebih dahulu, maka kondisi ini menggambarkan bahwa pembentukan akar memerlukan suatu senyawa tumbuh yang mendukung untuk terjadinya pembentukan primordia akar dan tunas. Menurut Andoko (2012), kebutuhan hara makro dan mikro dalam jumlah optimal akan mendorong pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, terutama pada pertumbuhan vegetatif tanaman.

28 . Pertumbuhan akar yang banyak pada bonggol dapat menyerap unsur hara yang terkandung dalam tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Dijelaskan oleh Marliah et. al., (2013) jika ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup dan seimbang, maka hasil metabolismenya akan membentuk protein, enzin, hormon dan karbohidrat yang baik, sehingga pembesaran, perpanjangan dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara baik.

29 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pembelahan bonggol bibit pisang raja pada praktek lapangan ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlakuan ukuran belah bonggol berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang raja. 2. Pembelahan bonggol dengan ukuran 12 cm x 12 cm x 10 cm merupakan perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang raja. B. Saran Berdasakan hasil penelitian pengaruh ukuran belah bonggol terhadap pertumbuhan bibit pisang raja, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit pisang raja dapat dilakukan penanaman menggunakan bonggol dengan ukuran 12 cm x 12 cm x 10 cm. 2. Perlu adanya penelitian tentang kebutuhan pupuk organik maupun pupuk anorganik yang tepat pada media tanam untuk pertumbuhan bibit pisang raja.

30 DAFTAR PUSTAKA Andoko, A Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Teknologi Budidaya Pisang. BPTP Lampung. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Perbanyakan Benih Pisang Konvensional, Direktorat Jenderal Hortikultura, Indonesia. Basri, H Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press. Cahyono, B Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. Darmawijaya, I Klasifikasi Tanah. Yogyakarta; Gajah Mada University Press. Dwidjoseputro Pengantar fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Firmansyah, M. Anang, dan Lestari, I.P Budidaya Pisang. Badan Litbang Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Palangkaraya. Gaur, D. C Present Status of Composting and Agricultural Aspect, in: Hesse, P. R. (ed). Improvig Soil Fertility Through Organic Recycling, Compost Technology. FAO of United Nation. New Delhi. Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta. Hartaman, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R.L. Geneve Pupuk Kandang. (diakses 31 Januari 2010). Marliah, A., Nurhayati dan R. Riana Pengaruh Varietas dan Konsentrasi Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae L.). Agroteknologi FP Univ. Syah Kuala, Banda Aceh. Martinigsih, E Pemanfaatan Kulit Pisang Raja ( Musa paradisiaca L.) Sebagai Substrat Fermentasi Etanol Menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Laporan Skripsi (S1). Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

31 Pujaratno Budidaya Pisang. ang-html. Rukmana, R Jenis-Jenis Ubi Kayu dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta Salisbury FB dan CW Ross Fisiologi Tumbuhan, perkembangan tumbuhan dan fisiologis lingkungan. Jilid tiga. Terj. D.R.Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung. Satuhu, S. dan A. Supriyadi Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Satuhu, S. dan A. Supriyadi Pisang : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya. Sunarjono, H (2002), Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan, Penerbit Swadaya, Jakarta. Suyanti dan Ahmad Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta. Tjitrosoepomo, G Taksonomi Tumbuhan Spermathophyta. Cetakan ke-9, UGM Press, Yogyakarta Widjajanto, D.D Produksi Benih Perkebunan, Benih Sebagai Bahan Tanam. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

32 Lampiran 1. Jadwal Kegiatan NO Kegiatan 1 Persiapan media tanam 2 Persiapan bahan tanam 3 Penanaman 4 Pemeliharaan 5 Pengamatan Minggu ke

33 Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Pisang Raja (Musa paradisiaca L.) Umur batang (populasi) : 7 tahun Tinggi batang : 5 7,5 m Kulit batang : berupa pelepah, permukaan halus berlapis hijau coklat berbintik kekuning kuningan Warna bibir pelepah : Merah kecoklatan Warna batang : Hijau keunguan Lingkar batang 0,5 m - dari bonggol : cm Bentuk daun : Lonjong dengan ujung tumpul, tepi daun menekuk, pinggiran daun bergaris coklat Kedudukan daun : Agak tegak Belahan daun : Simetris Permukaan daun bagian atas : Hijau muda Permukaan daun bagian bawah : Hijau Perabaan daun : bagian atas dan bawah halus Panjang tangkai daun : cm Warna pelepah daun : Kuning kehijauan Ukuran daun : Panjang cm Lebar bagian : - Pangkal daun : cm - Tengah daun : cm - Ujung daun : cm Jumlah daun per pohon : lembar Jantung : Coklat kemerahan bergaris garis Bunga : Lemma bening dan palea krem, tangkai putik putih kekuningan dengan kepala putik krem, benang sari warna putih dan bakal buah hijau Panjang tangkai tandan : cm Jumlah sisir / tandan : 7 12 sisir Jumlah buah / sisir : buah Jumlah buah / tandan : buah Bentuk buah : agak melengkung, bersegi dan ujung meruncing Ukuran buah : Panjang cm, diameter 3 3,5 cm Tebal kulit buah : 3 3,5 mm Warna kulit buah : Hijau kekuningan sampai agak kuning Warna daging buah : Kuning muda (mentah) kuning tua (masak) Berat per buah : 189,32 206,35 gram Rasa daging buah : Cukup manis dan tidak berasa pahit / sepat Kadar gula : 22,36 % Kadar lemak : 0,20 % Kadar serat : Halus (sedikit) Berat buah / tandan : 33,131 kg 61,905 kg Produksi buah per pohon : 7-12 sisir / tandan (50 65 kg / pohon) Umur (dari bentuk rebung s/d : 8 10 bulan Berbunga) Lama buah masak (dari berbunga) : 3 4 bulan

34 Lampiran 3. Denah Penelitian B3. I B1. III B4. II B1. II B2. III B3. III B2. II B4. III B1. I B4. I B3. II B2. I KETERANGAN: B1, B2, B3, B4 : Ukuran Bonggol I, II, III : Ulangan

35 Lampiran 4. Dokumentasi Foto bonggol pisang raja Perendaman bonggol dengan insektisida topsin

36 Penanaman bonggol pisang dalam polybag Penyusunan polybag sesuai perlakuan

37 Pengukuran tinggi tanaman Pengamatan lingkar batang dan jumlah akar

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Taksonomi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Pisang kepok (Musa paradisiaca L.) merupakan jenis pisang olahan yang paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Botani Tanaman Pisang Tanaman pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah yang berbentuk semak dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Pisang Barangan Pisang merupakan tanaman monokotil dan herba perennial dengan tinggi 2-9 m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai pucuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tanaman pisang adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Famili : Musaceae ; Genus : Musa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: Liliales, Genus Allium,SpeciesAllium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang Tanaman bawang sabrang TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bawang sabrang menurut Gerald (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM CABUT (Amaranthus tricolor L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN KRINYU (Chromolaena odorata L.) Puja Kesuma, Zuchrotus Salamah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus. 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Deptan (2010) sistematika tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Leguminales;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim dan tergolong marga Brassica. Tanaman sawi yang dimanfaatkan adalah daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci