INTERVENSI RUSIA DI OSSETIA SELATAN 2008: ANALISA PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM KONFLIK GEORGIA - RUSIA
|
|
- Glenna Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INTERVENSI RUSIA DI OSSETIA SELATAN 2008: ANALISA PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM KONFLIK GEORGIA - RUSIA JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Hubungan Internasional Oleh Ramadhana Wulandiani PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA,
2 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Federasi Rusia atau Rusia adalah sebuah negara yang membentang luas di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah seluas km², Rusia adalah negara terbesar di dunia. Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah Republik Rakyat Cina (RRC), Kanada, atau Amerika Serikat (AS). Penduduknya menduduki peringkat ketujuh terbanyak di dunia setelah RRC, India, AS, Indonesia, Brasil, dan Pakistan. Negara ini pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet (US). Rusia adalah ahli waris utama dari US yaitu mewarisi 50% jumlah penduduk, 2/3 luas wilayah, dan ± 50% aset-aset ekonomi dan persenjataan. 1 Georgia terletak di wilayah Kaukasus di Eurasia yaitu di persimpangan Eropa Timur dengan Asia Barat dan berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah barat, dari utara Rusia, Turki dan Armenia dari selatan, dan Azerbaijan dari timur. Georgia meliputi area seluas 69,700 km2 dan jumlah penduduk orang. 2 Georgia bergabung dalam US pada tahun Salah satu pemimpin US yang terkenal adalah Stalin. Pada masa itu, Eduard Shevardnadze menempati posisi sebagai menteri kebijakan luar negeri US di era Perestroika zaman mantan Presiden US Mikhail Gorbachev. Pada bulan April 1989, terjadi kerusuhan di Tbilisi, ibukota Georgia antara pasukan US dan demonstran yang mengakibatkan beberapa orang dibunuh. Kejadian itu dianggap sebagai perubahan pertama dalam hubungan antara Moskow dan Georgia. Revolusi itu dimimpin oleh Zviad Gamsakhurdia dimana dideklarasikannya kemerdekaan Georgia pada tahun 1990, satu tahun sebelum keruntuhan US. Pada saat yang bersamaan, perang sipil terjadi di Georgia sebagai akibat dari keputusan pemerintah Georgia mengenai pembatalan otonomi di Abkhazia dan Ossetia Selatan dan Adjara. Wilayah tersebut memisahkan diri dari Georgia. Tbilisi menuduh Moskow mendukung pemisahan ini. Dengan demikian pada Desember 1991, Georgia menolak untuk bergabung dengan Persemakmuran yang mengumpulkan semua Republik mantan US (kecuali tiga republik Baltik). Pada tahun 1994, Eduard Shevardnadze kembali dari Moskow dan terpilih sebagai presiden Georgia setelah jatuhnya Gamsakhur yang melarikan diri ke Chechnya. Setelah itu, 1 Rusia, diakses pada tanggal 14 November 2010, pukul WIB. 2 Georgia, diakses pada tanggal 16 November 2010, pukul WIB. 1
3 Shevardnadze dan Presiden Rusia Boris Yeltsin membuat perjanjian "Dagmez" yang mensyaratkan perlunya komitmen dari dua pihak yang bertikai untuk meninggalkan penggunaan kekuatan untuk menyelesaikan konflik di republik separatis. Secara efektif hal ini berarti mempertahankan status quo tanpa solusi. Terdapat perbedaan antara dua pihak yaitu Eduard Shevardnadze memerlukan akses dari Georgia ke Persemakmuran Republik mantan US untuk dapat mencapai Perjanjian yang sebelumnya tidak dapat dicapai dengan menggunakan kekuatan. Ketika Ia menyadari betapa sulitnya Ia mencari sekutu baru di Barat dan mengumumkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, hal tersebut ditolak oleh Rusia. Periode ini dianggap sebagai akhir hubungan antara Rusia dan Georgia. Pada saat pecahnya Rose Revolusi pada tahun 2001 yang merupakan pendahuluan untuk sawal dari sejumlah revolusi yang berwarna di negara-negara mantan US. Presiden Saakashvili memimpin revolusi baru untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Sejak Ia menjadi presiden, Saakashvili mengumumkan keinginannya untuk menyatukan kembali Georgia dan mengontrol daerah Abkhazia dan Ossetia Selatan, serta mengadopsi kebijakan melawan Rusia. Ia juga berusaha untuk memobilisasi semua kekuatan konfrontasi dengan Rusia dan membentuk aliansi yang disebut sebagai negara (GUAM), yang meliputi (Georgia, Ukraina, Azerbaijan, Moldova) serta aliansi dengan Polandia dan negara-negara Baltik yang mempunyai hubungan regang dengan Rusia 3 Runtuhnya US pada tahun 1991 merupakan waktu yang tepat bagi masing-masing negara untuk membangun pemerintahannya yang baik dan memiliki hubungan yang harmonis. Namun, pasca runtuhnya US, hubungan Rusia dan Georgia justru mengalami masalah karena adanya pertikaian dan ketegangan konflik bersenjata. Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Georgia adalah masalah Ossetia Selatan yang merupakan daerah yang berada di perbatasan antara Georgia dan Rusia. Ossetia Selatan merupakan wilayah teritorial Georgia namun penduduknya yang terdiri dari etnis Rusia menginginkan kedekatan dengan etnis Rusia yang memang berada di wilayah Rusia. 3 Hubungan Rusia-Georgia masa lalu dan sekarang, diakses pada 16 November 2010, pukul WIB. 2
4 Identifikasi Masalah Ossetia Selatan terletak di pusat Georgia dari utara dan punya perbatasan dengan Republik Ossetia Utara. Mayoritas penduduknya beragama Kristen. Luas wilayahnya diperkirakan (3900) km². Pertanian merupakan sumber ekonomi utama. Ibukotanya yaitu Tskhinvali dan 90% dari populasinya yang jumlahnya 70,000 orang memakai paspor Rusia, karena Ossetia sebuah republik merdeka tidak diakui kecuali Rusia, Nikaragua, Venezuela and Nauru. 4 Pada era Tsar Rusia Ossetia bernama kabupaten (okrug). Pada periode dari tahun ( ) Ossetia Selatan menjadi bagian dari Republik Demokratik Georgia. Pada tahun 1920 Ossetia Selatan menjadi salah satu Republik Soviet. Pada tahun 1922, nama Ossetia diganti untuk menjadi Oblast (pembagian administratif untuk daerah otonomi yang mengikuti Republik Sosialis), setelah Tentara Merah Rusia menyerbu Georgia pada tahun Pada tahun 1936, Ossetia menjadi bagian dari wilayah Republik Georgia. Saat ini, 23% orang-orang yang berasal dari Rusia berada di Ossetia Utara, terletak dalam batas-batas politik formal Federasi Rusia sekitar dan di Ossetia Selatan kurang dari 5%. 5 Pada tahun 1878 Rusia menduduki semua wilayah Ossetia dan membagi wilayahnya setelah revolusi Bolshevik untuk menjadi dua entitas, yang utara menjadi bagian dari Federasi Rusia dan yang Selatan menjadi bagian dari Georgia. Amerika Serikat di Asia Tengah Meskipun akhir Perang Dingin antara Timur dan Barat ditandai dengan runtuhnya US dan Pakta Warsawa, tetapi AS masih menganggap Federasi Rusia sebagai pengganti US dan dianggap sebagai musuh utama Washington, khususnya dalam bidang militer dan keamanan karena Rusia masih memiliki gudang senjata nuklir yang terbesar di dunia yang merupakan 4 South Ossetia, diakses pada 16 November 2010, pukul WIB. 5 Obaidi,Qais. Conflik Rusia Georgia di Ossetia Selatan, diakses pada 15 November 2010, pukul WIB. 3
5 ancaman bagi keamanan nasional AS. Setelah runtuhnya US, AS mengidentifikasi prioritas strategis dalam dokumen Pentagon pada tahun 1992 yang bertujuan untuk mencegah kembali munculnya pesaing baru di wilayah US atau di tempat lain di dunia dan memperlemah Rusia dalam bidang militer 6. Pada era Yeltsin AS mampu untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Tengah dan di beberapa republik mantan US dalam rangka mencapai tujuan berikut, yaitu: 1. Pengendalian sumber energi dan menyediakan kesempatan bagi perusahaanperusahaan AS untuk memonopoli ekstraksi minyak dan pemasaran minyak dan gas. 2. Pengepungan Rusia dan berusaha untuk merusak stabilitas melalui promosi minoritas di dalamnya untuk memisahkan diri (model Chechnya), dan memprovokasi kerusuhan dan masalah dengan republik-republik mantan US, serta untuk menyibukkan Rusia dalam konflik. Sehingga Rusia tidak akan mendapatkan kembali posisi internasional sebagai negara kuat dan besar di masa depan. 3. Mencegah komunikasi antara republik-republik mantan US dengan Rusia, Iran, Cina dan India untuk mencegah munculnya pusat internasional yang dapat mengakhiri monopoli AS. Sesuai dengan tujuan tersebut, pada tahun 1997 AS menciptakan inisiatif untuk membentuk Majelis negara oposisi Rusia yang disebut dengan GUMA (Georgia, Ukraina, Azerbaijan dan Moldova. Pada tahun 2002, AS menempatkan penasihat militer di Georgia, yang telah menjadi jembatan untuk transfer minyak dan energi lainnya dari Laut Kaspia ke Barat. Rusia mengetahui sisi kelemahannya dan menyadari kebijakan AS di daerah Asia Tengah, sehingga Rusia mengakhiri era Yeltsin dan memulai era baru yang dianggap dapat mengembalikan keseimbangan internal Rusia dan meningkatkan perannya di tingkat regional dan internasional. Dalam konteks ini, munculnya Putin yang mengikuti kebijakan didasarkan pada tiga pilar, yaitu mengakhiri kelompok oligarki dan pengaruh mereka di Kremlin dan media, minyak dan uang 7, keseimbangan kembali ekonomi dan mendistribusikan kekayaan supaya mengurangi kesenjangan sosial dan mengembalikan wilayah Rusia sebagai negara adidaya. 6 Hardan, Hasan. Latar belakang krisis Rusia-Georgia tanda kembalinya Perang Dingin, diakses pada 15 November 2010, pukul WIB. 7 Richard Sakwa, Putin: Russia's choice, USA,Canada:routledge, 2004, hlm
6 Pemerintahan Putin menghasilkan tiga keuntungan, yaitu memperoleh keseimbangan kembali ekonomi melalui pembayaran utang yang diakumulasi oleh Yeltsin, yang diuntungkan dari kenaikan harga minyak dan gas, Rusia kembali menjual senjata baru kepada banyak negara dan menjaga peran tentara Rusia dan keperluannya. Putin juga melakukan langkah besar dengan memulihkan hubungan US dengan Suriah, Aljazair, Kuba, Korea Utara, Iran dan Venezuela serta membangun hubungan strategis dengan Cina dan bekerjasama dalam Organisasi kerjasama Shanghai, yang diantaranya beranggotakan India dan republik-republik mantan US seperti Uzbekistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Tajikistan, Iran. Organisasi ini mulai membentuk polar ekonomi dan politik Asia yang bertujuan untuk membersihkan Asia Tengah dari pengaruh AS dan menciptakan jaringan kerjasama ekonomi, minyak dan kerjasama teknologi antara anggotanya. Rusia memperingatkan pemerintah AS dan menolak perluasan NATO, termasuk Georgia dan Ukraina, yang mengeksploitasi kelemahan Rusia setelah runtuhnya US untuk mengubah peta geopolitik daerah Asia Tengah, sehingga mereka berada di luar pengaruh Rusia. Melalui penjelasan tersebut LBM, dapat lihat bahwa hubungan antara pihak-pihak yang muncul dari Perang Dingin akibat situasi di daerah Asia Tengah menjadi daerah rawan konflik. Khususnya dengan kebijakan AS yang ditujukan untuk melemahkan Rusia dalam segala hal, di sinilah muncul pentingnya Georgia dalam kebijakan luar negeri AS. Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah dalam makalah ini, maka akan difokuskan pada masalah: Bagaimana peran intervensi Rusia dan pengaruh AS dalam ketegangan antara Georgia dan Ossetia Selatan? (periode 2008) Kerangka Pemikiran Dalam menganalisa perumusan masalah, topik makalah ini akan mengacu pada perspektif neo-realis (struktural realis). Tokoh dari perspektif ini adalah Kenneth Waltz. Bahwa penyelesaian konflik antara Georgia dan Rusia dapat diselesaikan dengan adanya peran dominan negara. Kemudian terjadinya konflik ini tidak dapat dipisahkan dari kausalitas dimana intervensi Rusia di Ossetia Selatan dapat terjadi karena adanya keinginan masyarakat 5
7 Rusia yang berada di Ossetia Selatan menginginkan bergabung ke Rusia dan 90% dari mereka memiliki paspor Rusia. 8 Perubahan struktur internasional membawa dampak kepada perubahan interaksi antar negara, dan setelah itu menimbulkan dampak baru dari interaksi yang baru terbentuk. Hal ini, tercermin dalam perubahan sistem internasional pasca runtuhnya Uni Soviet yang secara otomatis muncul aktor-aktor baru di dalam politik internasional. Sehingga menimbulkan pola interaksi baru. Konsep intervensi militer. Bentuk akhir dari intervensi militer adalah tindakan pengiriman tentara dalam jumlah besar yang dilakukan untuk menjaga stabilitas rezim yang berkuasa terhadap protes kelompok pemberontak atau dilakukan untuk membantu kelompok pemberontak dalam menggulingkan pemerintah yang berkuasa. Intervensi juga dapat dilakukan sebagai sarana untuk mendukung sekutu terhadap ancaman pemberontakan. 9 Untuk menilik legalitas intervensi Rusia di Ossetia Selatan dari segi hukum, sebaiknya dikembalikan kepada konsep intervensi humaniter yang terdapat dalam Hukum Humaniter Internasional. Dukungan politis bagi intervensi humaniter hanya sah dalam beberapa kriteria, seperti disebutkan dalam tulisan Viotti dan Kauppi (2010). Ada beberapa pertimbangan yang dipikirkan oleh para pengambil kebijakan terkait dengan kepentingan nasional mereka dalam keterlibatannya terhadap intervensi militer di suatu negara 10. Beberapa kriteria tersebut antara lain : 1. Kedaulatan. Di bawah Piagam PBB, intervensi sah dilakukan, asalkan dilancarkan dengan motif collective security 11 dan berada di bawah otorisasi PBB. Hal ini dikarenakan aksi intervensi akan melanggar kedaulatan negara, yang paling sederhana adalah kedaulatan teritorialnya. 2. Kepentingan Nasional. Intervensi boleh dilakukan hanya bila terdapat kepentingan nasional yang sangat vital untuk segera dicapai. Misalnya untuk pertahanan dalam negeri secara kolektif maupun invividual seperti disebutkan dalam Piagam PBB pasal Kenneth Waltz, Journal of International Affairs, Realist thought and NeoRealist theory. Hlm K.J.Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, USA: Binacipta, 1977, hlm Dalam bab Normative IR Theory, Ethics and Morality. Halaman Suatu persekutuan yang didasarkan pada adanya kepentingan bersama antarnegara baik di bidang kerja sama keamanan maupun bidang lainnya. 6
8 3. Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan basis Universal Declaration of Human Rights, segala agresi militer yang melanggar HAM wajib untuk ditumpas, baik dalam segi sipil, politik, sosial ekonomi; maupun untuk mencegah genosida dan tipe-tipe kejahatan perang lainnya. 4. Perkiraan Efek Akhirnya pada Kondisi Kemanusiaan. Intervensi bersenjata tentu saja menghabiskan sumber daya yang banyak, maka pihak-pihak partisipan berusaha meminimalisir kerugian. Kelemahannya, kerugian non-fisik sulit untuk diidentifikasi apalagi direkonstruksi, misalnya kebencian dan sentimen-sentimen yang muncul pasca-konflik, serta rusaknya tatanan sosial budaya. 5. Tingkatan Multilateralism. Para pengambil kebijakan luar negeri cenderung untuk mencari dukungan multilateral dalam melancarkan intervensi militer. Misalnya AS yang mencari dukungan dari Dewan Keamanan PBB untuk melakukan agresi militer ke Irak demi mencari senjata pemusnah massal. Jika melihat dari kriteria tersebut nampaknya keabsahan intervensi Rusia terhadap konflik Georgia-Ossetia Selatan menjadi lebih teryakinkan. Namun dalam menganalia kepentingan nasional yang tercakup dalam keputusan Rusia untuk mengintervensi perlu dipertimbangkan kembali. Rusia memiliki kepentingan nasional yang jelas karena adanya konflik tersebut, baik dari segi teritorial maupun humanitarian. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui mengenai latar belakang terjadinya intervensi militer oleh Rusia terhadap Georgia dan sejauh mana intervensi Rusia terhadap Georgia. Georgia terlibat dalam konflik dengan wilayah otonom Ossetia Selatan yang ingin bergabung dengan Rusia. Rusia melakukan intervensi sebagai respon atas upaya Georgia untuk menyelesaikan konflik tersebut. Pembaca diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk intervensi yang terjadi terhadap Georgia dan mengetahui konflik yang terjadi antara Rusia dan Georgia yang dimulai pada tahun Pembahasan 7
9 Awal Konflik di Ossetia Selatan 2008 Pasukan Georgia yang didukung oleh tank, pesawat tempur dan artileri berat menyerang Ossetia Selatan pada Agustus 7-8 Agustus 2008 malam. Pada 8 Agustus 2008, pasukan Georgia menyerbu beberapa desa di Ossetia Selatan dan memasuki wilayah ibukota, Tskhinvali yang penduduknya berjumlah warga. Menurut komandan militer Georgia di kawasan itu, Georgia terpaksa pindah untuk mendirikan tatanan konstitusional di wilayah tersebut. Saakashvili, Presiden Georgia, telah lama berjanji untuk merebut kembali Ossetia Selatan dan Abkhazia, dua provinsi separatis yang memisahkan diri dari Georgia setelah konflik bersenjata berdarah di awal Tindakan Rusia Sebagai reaksi Rusia menyiapkan tank dan pasukan ke Ossetia selatan untuk melindungi warga negaranya dan menjaga perdamaian setelah pasukan Georgia mulai melakukan serangan militer terhadap wilayahnya yang memisahkan diri tersebut. Madvedev, Presiden Rusia, mengutuk serangan Georgia sebagai tindakan agresi dan bersumpah untuk membela warga Rusia di Ossetia Selatan. Mayoritas penduduk Georgia sebesar di kawasan itu memegang paspor Rusia. Pasukan Rusia pun menghentikan serangan besarbesaran Georgia terhadap Ossetia Selatan. Mereka mengambil kendali penuh atas ibukota Tskhinvali dan mengusir pasukan Georgia di luar zona konflik pada 9 Agustus. Pada tanggal 10 Agustus 2008, penyebaran konflik menyebar ke wilayah lain yang memiliki keinginan untuk memisahkan diri dari Georgia, Abkhazia, dengan melancarkan operasi militer untuk mengusir pasukan Georgia dari Kodori Gorge, zona demiliterisasi dimana telah dikerahkan pasukan Georgia yang melanggar perjanjian gencatan senjata Pasukan Rusia juga menyerbu kota strategis Georgia Gori pada 11 Agustus 2008 (tempat kelahiran Stalin), yang resmi disebut sebagai "serangan total". 12 Alasan dan motif yang menyebabkan perang di Ossetia Selatan: Kemerdekaan Kosovo: Pada tahun 2006 AS berusaha untuk mencapai kemerdekaan Kosovo dari Serbia sekutu Rusia di Balkan dan mendiskusikan kemungkinan pengakuan kemerdekaan dari 12 Georgia-Russia conflict: Russia signs peace Accord, jurnal Pratiyogita Darpan. 8
10 Washington dan Uni Eropa, serta akan menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Kosovo karena kemerdekaan tersebut akan membawa perdamaian ke Balkan. Tindakan itu dianggap sebagai tujuan pemerintah AS untuk mencegah kembalinya dominasi Rusia di daerah Balkan. 13 Di sisi lain, Rusia menganggap tindakan ini sebagai tantangan yang jelas terhadap kepentingannya di Balkan. Posisi Rusia yang menolak kemerdekaan Kosovo didasarkan pada kebutuhan untuk menghormati aturan hukum internasional yang memerlukan penghargaan perbatasan antara negara dan pentingnya integritas wilayah semua negara. Rusia menganggap pemberian kemerdekaan Kosovo dan pengakuan dari AS dan Negara Barat lainnya merupakan tindakan yang berbahaya karena Kosovo akan mendukung terjadinya separatisme dimana-mana. Kosovo adalah daerah otonomi, jika negaranya menginginkankan kemerdekaan, hal ini dapat terjadi melalui koordinasi dengan otoritas pusat atau melalui persetujuan Dewan Keamanan PBB. Tanpa legitimasi, kemerdekaan Kosovo dianggap sebagai pemberontakan dan ketidaktaatan serta tidak boleh ada pihak luar yang melakukan campur tangan dalam urusan internal kecuali untuk transaksi yang diizinkan oleh undang-undang dan peraturan internasional 14. Rusia juga memperingatkan Negara Barat dan AS bahwa Rusia akan mengakui kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhazia jika pengakuan kemerdekaan terjadi. 15 Perisai rudal AS: Sejak kedatangan Vladimir Putin, keregangan antara Moskow dan Washington terus meningkat. Ketika AS memutuskan untuk membuat peraturan untuk rudal di perbatasan Rusia di Republik Ceko dan Polandia sebagai sekutu Moskow sebelumnya, muncul ancaman dari Rusia untuk mengembangkan sistem anti-rudal untuk mengatasi serangan rudal. Penolakan Rusia karena menganggap tindakan itu sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan Rusia. Namun, Rusia tetap diam mengetahui keamanan strategisnya yang 13 Salah, Hani. tantangan pasca kemerdekaan, Jurnal Politik Internasional, nomor:, 172 April 2008, Volume: 43, Dahir, Faris. Pergeseran dalam hubungan Rusia-AS setelah perang di Kaukasus, diakses pada 17 November 2010, pukul WIB. 15 Cornell, Svante E. & Starr, S. Frederick The guns of August 2008: Russia's war in Georgia. New York:M.E. Sharpe
11 terancam. Situasi menjadi rumit karena negara Eropa Timur tidak mau kembali lagi ke kekuasaan Rusia. 16 Masalah perisai rudal menyebabkan ketegangan antara AS dan Rusia, melalui penguatan AS untuk posisinya di wilayah ini, terutama setelah persetujuan Polandia untuk meletakan perisai rudal di wilayahnya pada tahun Rusia menolak pembangunan perisai rudal milik AS dan stasiun radar di Polandia dan Republik Ceko yang dianggap ancaman terhadap keamanan nasional Rusia, dan ditujukan terhadap Rusia, bukan Iran. Saat Washington mengklaim bahwa pembangunan pertahanan rudal akan melindunginya dari rudal balistik nuklir Iran. Rusia menentang proyek ini dan menyatakan telah siap untuk menghadapi posisi AS dan siap untuk menerima kemungkinan konfrontasi militer sebagai respon terhadap pembangunan sistem pertahanan rudal AS di Eropa. Provokasi Georgia terhadap Rusia: Georgia memprovokasi Rusia secara militer dan Rusia bereaksi berlebihan secara militer yang pada akhirnya mengherankan Georgia, AS dan Uni Eropa, terutama ketika Rusia meluncurkan pasukannya di Georgia. Sementara Rusia menuduh Georgia menggunakan kekerasan yang berlebihan di wilayah Ossetia Selatan dan memperingatkan eskalasi krisis disana, dan menyerukan aksi militer di kawasan itu yang melancarkan perang untuk menyatakan pemisahan diri Ossetia Selatan dan Abkhazia dan pengakuan atas keduanya sebagai negara independen. Reaksi Rusia membuat marah AS yang menganggap tindakan Rusia sebagai eskalasi tidak dibenarkan, karena Georgia, sekutu dan pijakan di kawasan itu, yang menyebabkan pertukaran tuduhan antara Moskow dan Washington. Rusia melihat perang sebagai suatu tindakan yang sah untuk melindungi warga negaranya dan pelaksanaan hak ini adalah suatu yang wajar. Rusia dalam tindakan ini mengirim pesan untuk NATO dan AS bahwa Rusia memiliki pilihan terbuka untuk menghadapi apa yang akan dilakukan dalam adanya ancaman keutuhan wilayahnya, termasuk konfrontasi bersenjata untuk mempertahankan stabilitas situasi saat ini dalam lingkungannya yang strategis dan keamanannya yang berdekatan. 16 Perisai rudal AS dan krisis AS-Rusia, diakses pada tanggal 17 November 2010, pukul WIB. 10
12 Intervensi Bersenjata Rusia di Ossetia Selatan sebagai Bentuk Eskalasi Konflik ke Ranah Regional Rusia berdalih bahwa campur tangannya di Ossetia Selatan adalah untuk melindungi warga di sana yang berkewarganegaraan Rusia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun merasa bahwa tindakan Rusia adalah ilegal, karena negara tersebut tidak mendapat mandat PBB dan pada akhirnya memperkeruh konflik antara Ossetia Selatan dan Georgia sendiri. Georgia secara sepihak memohon pada AS untuk menekan Rusia untuk menghentikan agresi militer bersenjata di Ossetia Selatan 17. Nampaknya Georgia berusaha mengimbangi langkah Rusia untuk melibatkan diri dalam konflik internalnya. Sungguhpun demikian, untuk mendapatkan dukungan dari AS nampaknya cukup sulit, karena Georgia juga menarik pasukannya dari Irak untuk berkonsentrasi menangani konflik ini. Di sisi lain, para pengungsi dari Ossetia Selatan banyak yang merangsek masuk ke wilayah Rusia dan semakin memanaskan perseteruan tersebut. Rusia juga telah memberi bantuan medis dan suaka bagi mereka sekaligus meneguhkan keikutsertaannya yang lebih dalam lagi. Eskalasi konflik domestik ke ranah internasional rasanya tidak mungkin dihindari. Pasalnya, para pengungsi yang hijrah ke Rusia dari Ossetia Selatan tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Terlebih lagi, perseteruan ini telah mengganggu stabilitas kawasan negara-negara sekitarnya. Namun Rusia sebagai aktor besar dalam konflik ini telah membuat posisi Georgia terdesak sehingga perlu melakukan langkah balancing dengan mencari dukungan AS dan negara lain yang dianggap memiliki power. Sebagai gambaran, beberapa pihak yang memiliki kepentingan dalam konflik ini antara lain : Georgia, Rusia, Northern Atlantic Treaty Organization (NATO) yang cenderung menolak bergabungnya Georgia dalam lembaga itu, AS dan Israel yang dituduh Iran berusaha membantu Georgia dalam upayanya mengamankan wilayah udara Georgia untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Rusia maupun Georgia, masing-masing memiliki peacekeeping force atau pasukan perdamaian sendiri untuk menurunkan tensi ketegangan antara pihak-pihak yang bertikai. Namun bukan berarti mereka memiliki netralitas, mereka sempat terlibat kontak bersenjata 17 Menurut pemberitaan yang diakses pada Selasa, 16 November Time line : Georgia- South Ossetia Armed Conflict, August 8. 11
13 yang belum diketahui bagaimana clash tersebut menyulut ke permukaan hingga melibatkan penggunaan artileri dan tank 18. Padahal dalam Hukum Humaniter Internasional, pasukan perdamaian hanya dapat melakukan inisiasi bersenjata demi tujuan membela diri dan melindungi kepentingan sipil. Kepentingan Rusia dalam intrusi ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Komplikasi kepentingan tersebut dapat dirangkum dalam beberapa pilar utama, yang pertama antara lain banyaknya warga Ossetia Selatan yang memiliki paspor Rusia sebesar 90% seperti dikatakan presiden Rusia Dimitry Medvedev. Selain itu perusahaan minyak Rusia, Gazprom, juga memiliki basis infrastruktur dan pipa gas dan minyak di Ossetia Selatan yang berarti kepentingan ekonominya di sana semakin krusial. Ossetia Selatan dan Georgia juga merupakan lokasi persilangan strategis antara Timur Tengah dan Eropa, di mana lalu lintas perdagangan sumber daya minyak menjadi cukup ramai. Sedangkan Ossetia Selatan sendiri cukup tergantung pada Rusia, walaupun berada dalam teritori. Cukup banyak penduduknya yang bermata pencaharian di Rusia. Beberapa hal yang dapat dipetik dari peristiwa ini dapat dilihat dari kacamata interaksi dalam hubungan internasional, terutama secara makro dapat ditinjau sebagai berikut : 1. Menurut teori ciri struktur politik dari Kenneth M. Waltz (1979) terdapat dua level analisa yaitu domestik dan internasional. Dalam segi ordering principles atau tata urutan pengaruhnya, dalam level domestik Ossetia Selatan berada dalam subordinasi Georgia, yang berarti hubungan memerintah dan diperintah, sementara Georgia menuntut kemerdekaan penuh. 2. Aspek-aspek untuk alat analisa dinamika eskalasi konflik ini menurut Holsti (1977) ditentukan dari beberapa faktor, antara lain boundaries, karakteristik unit politik, struktur yang defineable, bentuk-bentuk interaksi dan seperangkat peraturan dan norma-norma yang membentuknya. a. Dari segi boundaries, wilayah Ossetia Selatan yang dekat secara budaya dengan Rusia ternyata memiliki determinasi politik sendiri, selain juga secara georgrafis sangat dekat dengan Ossetia Utara yang merupakan daerah yang dikuasai Rusia. 18 South Ossetia Claims Hundreds of Loss of The Bloodshed, diakses pada tanggal 17 November 2010, pukul WIB. 12
14 b. Rusia sempat dituduh akan melakukan aneksasi atau pencaplokan teritorial sehingga menyebabkan terbentuknya unit atau faksi yang berlomba-lomba masuk dalam konflik yang telah keruh tersebut dengan berbagai dalih. Presiden Georgia Mikhail Saakashvilli telah memberi opsi bagi tatanan negara Georgia yang baru dengan menempatkan Georgia sebagai daerah otonomi khusus, yang secara langsung berarti mengubah unit politik dalam Georgia sendiri. Dalam tawar menawar ini rakyat Georgia tidak tertarik, sehingga peran rata-rata warga negara sangat besar dalam terbentuknya unit politik informal ini. c. Dalam konfigurasi struktur yang defineable, power dan influence sangat berpengaruh dalam pembentukan hubungan dominan-subordinat. Dalam kawasan Georgia dan sekitarnya, Rusia masih menjadi kekuatan yang dominan sebagai pemberi pengaruh dan penyokong aktivitas politik dan ekonomi. Dengan adanya intervensi dari banyak pihak, dapat diasumsikan Rusia maupun Georgia sangat khawatir jika nantinya akan ada dominasi dalam penyelesaian konflik yang akan menguntungkan pihak lawannya. d. Bentuk interaksi politik internasional seperti ini dapat disimpulkan sebagai bentuk rivalitas antara Rusia-Georgia untuk mendapatkan legitimasi atas pengelolaan wilayah Ossetia Selatan, sekaligus menyangkal upaya deklarasi kemerdekaan Ossetia Selatan secara sepihak. Ossetia Selatan bahkan mengklaim telah terjadi usaha genosida dari pihak Georgia dan mendapat dukungan dari pejuang Abkhazia, wilayah Georgia yang juga menuntut separatisme dari Georgia 19. e. Sementara dari segi norma dan nilai-nilai, serta teknik-teknik dan institusi yang digunakan untuk mengatasi konflik utama dalam unit politiknya, konflik berdarah ini menyisakan minimnya kontrol terhadap masuknya kepentingan yang mungkin mengacaukan upaya resolusi konflik. Rusia bertindak secara sepihak namun Georgia memohon payung keamanan dan NATO juga ikut campur dalam pengamanan kawasan. Georgia menggunakan metode kekerasan untuk meredam pemberontakan Ossetia Selatan namun Rusia 19 Time line : Georgia-South Ossetia Armed Conflict, diakses pada tanggal 17 November 2010, pukul WIB. 13
15 mengklaim ini sebagai upaya pembersihan etnis. Benturan kepentingan ini ternyata mampu menggoyahkan integritas teritori Ossetia Selatan yang telah sah menurut hukum. Akibat Intervensi Rusia di Ossetia Selatan - Akibat di tingkat politik Krisis di Ossetia menunjukkan restorasi Rusia sebagai kekuatan mayor yang mampu membela kepentingannya dan memaksakan keinginannya, dan mencerminkan perubahan dalam politik Rusia dan keseimbangan kekuasaan internasional. Selain itu, pimpinan Rusia ingin menegaskan peran Rusia sebagai pemain internasional yang tidak dapat diabaikan atau melanggar keamanan nasionalnya dalam upaya untuk mengembalikan beberapa posisi yang hilang sejatuhnya US, serta memperbaiki ketidakseimbangan dalam keseimbangan kekuatan dengan AS. Hal itu dilakukan untuk menjadikan hubungan yang lebih setara antara mitra sejajar dalam sistem multipolar dan untuk mengakhiri monopoli AS dalam sistem internasional. - Akibat di tingkat ekonomi Keamanan energi untuk Rusia dan kebutuhan untuk mengendalikan jalur transmisi minyak dan gas dari Asia Tengah da Laut Kaspia melalui pelabuhan Georgia di Laut Hitam ke Eropa, dan untuk menjamin kelangsungan dibawah pengaruh Rusia. Konflik lokal di masa depan adalah perjuangan Rusia untuk sumber-sumber energi dan minyak meningkat di pasar Eropa seperti yang terlihat untuk membuktikan agar Rusia dipertimbangkan untuk pembentukan proyek-proyek masa depan untuk transfer energi melalui wilayahnya. Mengenai prinsip-prinsip yang terkandung dalam rencana perdamaian yang ditandatangani antara Georgia dan Rusia membuktikan bahwa Moskow dapat memaksakan kehendaknya pada Georgia yang tidak dapat melakukan sesuatu terhadap dominasi Rusia dalam manajemen krisis Ossetia. - Akibat di tingkat Keamanan dan Militer Rusia telah dapat memulihkan posisinya sebagai negara terbesar secara militer di kawasan Kaukasus dan memulihkan prestise militer Rusia dan disiplinnya. Selain itu, Rusia mampu mengembangkan militer dan memulihkan kembali posisinya sebagai eksportir senjata terbesar, juga Rusia dapat memunculkan kembali dirinya sebagai kekuatan Eropa yang memiliki pengaruh di Asia, seperti yang terjadi di era Tsaris. Reaksi Rusia untuk menyerang Georgia di Ossetia Selatan mengherankan seluruh 14
16 pihak karena Rusia untuk pertama kalinya sejak 1970-an berdiri mengkonfrontasi langsung AS dalam penentuan un Kesimpulan Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Georgia didasarkan pada adanya masalah Ossetia Selatan yang merupakan daerah yang berada di perbatasan antara Georgia dan Rusia. Ossetia Selatan merupakan wilayah teritorial Georgia namun penduduknya yang terdiri dari etnis Rusia menginginkan kedekatan dengan etnis Rusia yang memang berada di wilayah Rusia. Konflik ini telah terjadi sejak 1991, namun kembali memanas sejak Agustus 2008 ketika Georgia menyerang beberapa desa Ossetia Selatan dan memasuki wilayah ibukota Tskhinvali. Latar belakang terjadinya perang di Ossetia Selatan adalah kemerdekaan Kosovo, perisai rudal ketegangan AS dan Rusia dan provokasi Georgia terhadap Rusia. Dengan adanya intervensi Rusia di Ossetia Selatan, konflik domestik yang telah ada tampaknya menjadi lebih keruh. Namun tanpa adanya intervensi Rusia, korban yang jatuh di Ossetia Selatan mungkin akan lebih besar, karena pemerintah Georgia sangat opresif dalam menumpas pemberontakan masyarakat Ossetia Selatan. Pemerintah Georgia diklaim telah melakukan tekanan bersenjata terhadap Abkhazia dan Ossetia Selatan, padahal kedua wilayah tersebut tidak memiliki kapabilitas senjata yang memadai namun diserang dengan kekuatan yang tidak proporsional. Rusia telah mengirim tank dan pasukan akibat adanya serangan militer dari Georgia yang dianggap sebagai ancaman stabilitas rezim yang ada. Rusia menganggap tindakannya sebagai bentuk perlindungan terhadap warganya yang berada di Ossetia. Dalam menghadapi Rusia, Georgia dibantu oleh AS dalam menambah kekuatannya untuk mempertahankan Ossetia dalam PBB. Ossetia Selatan dianggap sebagai daerah yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan jalur minyak dan gas. Adanya kepentingan dari negara-negara yang ikut dalam konflik ini, mendukung Ossetia untuk bersikap otonom. Intervensi Rusia dianggap sah dalam hukum humaniter internasional seperti yang dikemukakan dalam Viotti&Kauppi terkait dengan motif collective security, mempertahankan kepentingan nasional, membela HAM, penghentian destruksi, dan kebijakan yang mendapat dukungan multilateral 15
17 DAFTAR PUSTAKA Buku Cornell, Svante E. & Starr, S. Frederick The guns of August 2008: Russia's war in Georgia. New York:M.E. Sharpe K.J.Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, USA: Binacipta, 1977 Richard Sakwa, Putin: Russia's choice, USA,Canada:routledge, 2004 Jurnal Website Georgia-Russia conflict: Russia signs peace Accord, jurnal Pratiyogita Darpan. Salah, Hani. tantangan pasca kemerdekaan, Jurnal Politik Internasional, nomor:, 172 April 2008, Volume: 43 Dahir, Faris. Pergeseran dalam hubungan Rusia-AS setelah perang di Kaukasus, diakses pada 17 November 2010, pukul WIB. Georgia, diakses pada tanggal 16 November 2010, pukul WIB. Hardan, Hasan. Latar belakang krisis Rusia-Georgia tanda kembalinya Perang Dingin, diakses pada 15 November 2010, pukul WIB Hubungan Rusia-Georgia masa lalu dan sekarang, diakses pada 16 November 2010, pukul WIB. Obaidi,Qais. Conflik Rusia Georgia di Ossetia Selatan, diakses pada 15 November 2010, pukul WIB. Perisai rudal AS dan krisis AS-Rusia, diakses pada tanggal 17 November 2010, pukul WIB. Rusia, diakses pada tanggal 14 November 2010, pukul WIB. South Ossetia, diakses pada 16 November 2010, pukul WIB. South Ossetia Claims Hundreds of Loss of The Bloodshed, diakses pada tanggal 17 November 2010, pukul WIB 16
BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB III POLITIK DALAM NEGERI RUSIA TERKAIT KONFLIK DI GEORGIA. Dalam bab III ini akan dipaparkan mengenai alasan Ossetia Selatan dan Abkhazia
35 BAB III POLITIK DALAM NEGERI RUSIA TERKAIT KONFLIK DI GEORGIA Dalam bab III ini akan dipaparkan mengenai alasan Ossetia Selatan dan Abkhazia memisahkan diri dari Georgia, dan berkeinginan untuk bersatu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25
Lebih terperinciLampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja
Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah sementara di bawah Pangeran Lynov dan Alexander Kerensky sampai 25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah salah satu negera yang paling berpengaruh di dunia. Karena memiliki sistem politik dan militer yang kuat. Pada bulan Februari 1917 dibentuk Pemerintah
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan
Lebih terperinciHubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia
Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008
BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 Dalam bab IV penulis akan membahas tentang beberapa hal yang menjadi alasan organisasi internasional Uni Eropa untuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciUni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan
Mikhail Gorbachev: Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan 15 Desember 2016 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38311912 Image captionmikhail Gorbachev, 85 tahun, kini jarang tampil untuk wawancara. Mantan
Lebih terperinciEropa Pasca Perang Dingin.
Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TATA HUBUNGAN INTERNASIONAL DI EROPA PASCA PERANG DINGIN
Sejarah Dunia Modern PERKEMBANGAN TATA HUBUNGAN INTERNASIONAL DI EROPA PASCA PERANG DINGIN Dengan berakhirnya perang dingin, membuat banyak perubahanperubahan dalam perpolitikan maupun perekonomian di
Lebih terperinciSerikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.
BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar
Lebih terperinciBAB II SEJARAH NEGARA NEGARA BEKAS KESATUAN UNI SOVIET. Pada bab ini akan memaparkan sejarah mengenai negara-negara yang terlibat dalam
BAB II SEJARAH NEGARA NEGARA BEKAS KESATUAN UNI SOVIET Pada bab ini akan memaparkan sejarah mengenai negara-negara yang terlibat dalam konflik pemisahan daerah Ossetia Selatan dan Abkhazia. Agar mampu
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung. Kedua negara ini dulunya adalah bagian dari Union of Soviet Socialist
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusia dan Georgia merupakan dua negara yang berbatasan darat secara langsung. Kedua negara ini dulunya adalah bagian dari Union of Soviet Socialist Republic (USSR)
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan negara di bagian Timur Eropa dan Asia bagian Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk kerajaan yang bernama kerajaan
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciHUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah satu bagian dari fenomena yang menarik. Karena dalam penggabungan semacam ini menjadi
Lebih terperinciBAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA
BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari
Lebih terperinciTelah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:
LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciyang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi
BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan
Lebih terperinciBAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan
BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciEksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan
Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciMali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing
Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi
Lebih terperinciBAB IV KEPENTINGAN RUSIA DALAM KONFLIK SEPARATIS GEORGIA ATAS WILAYAH OSSETIA SELATAN DAN ABKHAZIA
53 BAB IV KEPENTINGAN RUSIA DALAM KONFLIK SEPARATIS GEORGIA ATAS WILAYAH OSSETIA SELATAN DAN ABKHAZIA Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai alasan dibalik keterlibatan Rusia terhadap konflik separatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.
BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciAncaman Terhadap Ketahanan Nasional
Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciRealitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciKETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN
KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada tahun 1991 Pecahnya Uni Soviet, banyak bagian bagian wilayah darinya membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai kawasan yang
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia internasional memiliki dua negara yang mendominasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia internasional memiliki dua negara yang mendominasi yakni Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara ini seringkali berbeda pendapat dalam menanggapi permasalahan
Lebih terperinciOEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA
OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciDUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME
DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME Disusun oleh Veny Tristiana 151090042 PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinci