ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK"

Transkripsi

1 Halaman 104 Gustianingsih ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK Gustianingsih Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract In the perspective of systemic Functional Linguistics (LFS). Language is defined as a system of how meaning and expression are realized. This analysis is based on two basis concept of linguistics which can differentiate LFS from other schools of linguistics, they are; (a) Language as social phenomenon which appears as social semiotic, and (b) Language as texts which construe social contexts. The first concept means that language as social semiotic consists of two elements; the meaning and expression Unlike other general semiotic, social semiotic of language has another element called form. Therefore, language as social interaction has three elements, they are; meaning, from and expression. The relationship of these three elements is called meaning (semiotic or discourse semantics) which is realized by lexicogrammar and coded by expressions in phonology or graphology. The second concept means that LFS focuses on text analysis in social context. A text is limited as a functional language unit in the social context; that is, meaning unit or semantic unit. Functional language gives meaning to the language user. Semantic unit can be realized by various language unit. The relationship between language or text and social context is construal. It means that certain social context will reflect one particular text. Situational context (register) consists of what is being talked about (field), who is using the language (tenor), and how something is talked about (mode). Field refers to the language (tenor), and how something is talked about (mode). Field refers to the role of language or topic which is talked about, tenor describes the status of the speaker, like or dislike (affect), the relation (usual or unusual) between the decoder and the encoder (addresser), and mode is the medium of language use either oral or written. Key words: discourse of mass media, semiotic, text and semantic social context 1. PENGANTAR Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, perdagangan, peristiwa-peristiwa keluarga, keagamaan, politik, militer, birokrasi, dan sebagainya. Dengan bahasa, semua kegiatan yang dilaksanakan manusia terpenuhi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan manusia bila tanpa bahas. Peranan bahasa begitu besar dalam kehidupan manusia terutama untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan bahas manusia mampu menyampaikan pesan, tujuan, kehendak, gagasan, informasi, dan sebagainya dari seorang manusia kepada manusia lainnya. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari dalam berkomunikasi merupakan hasil kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan masyarakat bahas. Tentu saja, dalam berkomunikasi itu harus terjadi kesepahaman di antara pemakai bahasa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam struktur bahasa yang dipergunakan. Struktur bahasa (lexico-grammer) ditentukan oleh fungsi apa yang dilakukan bahasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam masyarakat, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai atau mengorganisasikan, pengalaman (Saragih 2001: 25). Halliday menyebutnya dengan metafungsi (Martin 1992: 10). Selanjutnya juga Saragih menjelaskan bahwa pengalaman manusia tentang alam semesta, yakni pengalaman semiotik-linguistik karena hanya merepresentasikan pengalaman semiotiklinguistik yang dapat dipertukarkan dalam konteks sosial dengan mitra interaksi bahasa sebagai lawan komunikasi. Dalam kajian bahasa terdapat keteraturan merealisasikan atau mengodekan pengalaman nyata ke dalam pengalaman (bentuk) linguistik yang kemudian menjadi kebiasaan dalam

2 Gustianingsih menganalisis fenomena bahas. Sebagai contoh, pengalaman material biasanya dinyatakan oleh klausa dengan proses material, atau pengalaman mental dinyatakan dengan proses mental, kebiasaan pemakaian bentuk linguistik seperti ini disebut realisasi yang lazim (congruent) (Thompson 1996: 164). Bahasa Indonesia jurnalistik sebagai bahasa komunitas massa yang digunakan dalam harian dan majalah-majalah (Wojowasito 1994: 7). Selain ini menurutnya hal yang penting dalam bahasa jurnalistik adalah susunan kalimat harus logis dan pilihan katanya umum. Sementara itu Anwar (1984: 15) mengatakan bahwa bahasa jurnalistik itu harus singkat (ekonomis), padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Oleh karena itu, menurut Anwar hal-hal yang bersifat berlebih-lebihan harus dibuang serta kata-kata mubazir dapat dihilangkan dari susunan kalimat tanpa merusak atau mempengaruhi kejelasan makna kalimat. Di samping itu, Anwar juga menjelaskan bahwa bahasa yang dipakai dalam jurnalistik harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang mempunyai pengaruh dan mempunyai wibawa yang luas. Menurut Anwar, bahasa yang seperti itu tidak lain adalah bahasa baku, bahasa yang menaati kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan, dan mengikuti perkembangan kosa kata di masyarakat. Menurut Assegaff (1999: dalam Amrin 2001), berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan karena menarik perhatian pembaca, luas biasa, penting, berakibat, dan mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Adapun unsur-unsur berita itu mencakupi hal-hal berikut: a. Berita itu harus terkini (baru); b. Jarak (dekat jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita; c. Penting atau ternamanya orang yang diberitakan; d. Keluarbiasaan dari berita; e. Akibat yang ditimbulkan oleh berita; f. Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita; g. Pertentangan (conflict) yang terlihat dalam berita; h. Teks yang ada dalam berita; i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan; j. Humor-humor yang ada dalam berita, dan k. Emosi yang ada dalam berita. Menurut Hoed (1994), teks berita surat kabar dapat diabstraksikan suatu sistem dan struktur wacana yang dikenal sebagai piramida terbalik. Jika dilihat dari isinya, teks berita dimulai dari klimaks dan diakhiri dengan rincian. Isi Halaman 105 sebuah wacana berita didasarkan oleh tujuan penulisan berita yang dimulai dengan upaya menarik perhatian yang kemudian semakin mengecil (pembaca ingin segera mengetahui apa yang diberitakan). Berdasarkan beberapa pandangan Hoed (1994) tersebut, klimaks dari isi wacana berita itu biasanya terletak pada bagian awal dan diakhiri dengan suatu rincian. Semakin ke bawah, isi berita akan berkurang dan kurang mendapatkan perhatian pembaca. Secara garis besar, sistem dan struktur wacana berita itu dapat digambarkan seperti berikut ini. Klimaks Skunder Perincian perhatian makin berkurang Dalam konteks masyarakat bangsa, kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya tinggi memiliki kewajiban untuk berbuat sesuatu yang bertujuan untuk mengentaskan kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya masih rendah. Hal itu berarti bahwa mereka yang sudah tergolong pakar, ilmuwan, dan cendekiawan berkewajiban menularkan wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya kepada mereka yang masih tergolong orang awam, salah satu upayanya yang dapat dilakukan ialah melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis berita utama pada media cetak, perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dan representasi semiotiknya. 2. PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK Dalam perspektif linguistik fungsional sistemik (LFS) bahasa adalah sistem arti dan sistem ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Kajian ini berdasar pada dua konsep yang mendasar yang dapat membedakan LFS dari aliran linguistik lain, yaitu (a) bahasa merupakan fenomena sosial yang wujud sebagai semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan teks yang berkonstrual dengan konteks sosial. Konsep pertama memiliki pengertian bahwa sebagai semiotik bahasa terjadi dari dua unsur, arti dan ekspresi. Namun, berbeda dengan semiotik biasa, semiotik sosial terdiri atas tiga unsur yaitu, arti, bentuk, dan ekspresi. Hubungan ketiga unsur ini dikatakan sebagai arti (semantics atau discourse semantic) yang direalisasikan oleh bentuk yaitu tata bahasa (lexicogrammar) dan bentuk ini selanjutnya dikodekan oleh ekspresi yaitu fonologi atau grafologi (phonology/graphology).

3 Halaman 106 Gustianingsih Bahasa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bahasa terstruktur menurut kebutuhan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, bahasa berfungsi menggambarkan atau memaparkan pengalaman. Fungsi eksperensial ini direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses menunjuk kepada kegiatan atau aktivitas yang terjadi dalam klausa yang menurut tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi (Halliday 1994: 107 dalam Saragih 2005: 26). Identifikasi field yang diinterpretasikan dalam makna ideasional meliputi (1) proses, partisipan, dan sirkumstan dengan cara (i) mengidentifikasi bentuk proses, partisipan, dan sirkumstan, (ii) menghintung persentase jenis proses, partisipan, dan sirkumstan, (iii) menyimpulkan hasil analisis dengan merujuk pada persentase pemunculan bentuk, proses, partisipan, dan sirkumstan, dan (iv) menginterpretasikan hasil analisis, dan (2) hubungan logis unit pengalaman yang direpresentasikan dalam dua hal yaitu (i) posisi antarklausa dan (ii) makna yang wujud antarklausa. Posisi antarklausa dianalisis dengan cara mengidentifikasikan taksis yaitu parataksis dan hipotaksis. Makna antarklausa diidentifikasi dengan cara menentukan hubungan logis sematik (logicosemantic relation). Hubungan antarkalusa diuraikan berdasarkan dua kriteria taksis dan hubungan logis semantik. Secara kuantitatif dihitung berapa persentase makna antarklausa yang meliputi parataksis elaborasi (1=2), parataksis ekstensi (1 + 2), parataksis ganda (1x2), parataksis lokusi (1 2), parataksis ide (1 2), hipotataksis elaborasi (α = β), hipotaksis ekstensi (α + β), hipotaksis ganda (α x β), hipotaksis elaborasi (α = β), dan hipotaksis ide (α β). Parataksis adalah hubungan klausa yang setara dan hipotaksis adalah hubungan klausa tidak setara. Parataksis ditandai dengan angka Arab 1,2,3,..n. Klausa pertama ditandai dengan angka 1 dan klausa kedua ditandai dengan angka 2 dan demikian seterusnya. Hipotaksis ditandai dengan α dan β. Klausa lain yang bergantung dengan β ditandai dengan γ dan klausa yang bergantung pada γ ditandai dengan δ, dan demikian seterusnya. Hubungan logis semantik menurunkan dua sifat makna yaitu ekspansi dan proyeksi. Ekspansi menunjukkan bahwa klausa kedua (2 atau β) memperluas makna klausa pertama (1 atau α). Perluasan ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu, elaborasi, ekstensi, dan ganda. Elabirasi adalah bahwa makna klausa kedua sama dengan klausa pertama. Secara teknis hubungan elaborasi ditandai dengan tanda sama dengan (=), misalnya, (1 = 2) atau (α = β). Ekstensi adalah bahwa makna klausa kedua menambah klausa pertama. Secara teknis hubungan ekstensi ditandai dengan tanda tambah (+), misalnya (1+2) atau (α + β). Ganda adalah melipatgandakan hubungan dua klausa maksudnya klausa kedua melipatgandakan klausa pertama. Secara teknis hubungan ini ditandai dengan tanda kali (x), misalnya (1 x 2) atau (α x β). Proyeksi merupakan representasi kembali pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain. Proyeksi disebut juga sebagai aspek kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Proyeksi terdiri atas lokusi dan ide. Lokusi adalah ditandai dengan ( ), misalnya, (1 2) atau (α β). Ide adalah proyeksi makna satu klausa ke dalam klausa lain. Ide ditandai dengan ( ), misalnya (1 2) atau (α β). 3. ANALISIS WACANA BERITA MEDIA CETAK 3.1 Wacana Berita KOMPAS Wacana berita dari harian Kompas ini bertajuk Presiden Pertimbangkan Saran Kenaikan Gaji PNS. Wacana ini terdiri atas 42 klausa. Dalam analisis ini diambil sampel sebanyak 30% atau 14 klausa. Tiap-tiap klausa dianalisis dengan konsep konteks situasi (register) yang meliputi isi (field). Klausa di bawah ini adalah klausa kompleks yang salah satu klausanya disisipkan di antara tema dan rema: PKS [[menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini]] baik di legislatif maupun eksekutif. PKS menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini, baik di legislatif maupun eksekutif. Misalnya, PKS Menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini, baik di legislatif maupun eksekutif PKS Menyatakan Untuk pejabat Baik di legislatif Kenaikan gaji Pada saat ini menolak tinggi negara maupun eksekutif Subjek Predikator Komplemen Partisipan Keterangan Keterangan Pelaku Proses material Gol Gol Sirkumstan waktu Keterangan Pelaku Gol Proses verbal Sirkumstan cara UST/TEMA R E M A R E S I D U

4 Gustianingsih Halaman 107 Klausa kompleks ini kemudian diuraikan menjadi dua klausa dengan subjek yang sama. (1) PKS Menyatakan menolak Kenaikan gaji Untuk pejabat Pada saat ini tinggi negara Subjek Predikator Komplemen Partisipan Keterangan Pelaku Proses material Gol Gol Sirkumstan waktu UST/TEMA R E M A R E S I D U (2) PKS Menyatakan menolak Kenaikan gaji Pejabat legislatif maupun eksekutif Subjek Predikator Komplemen Partisipan Pelaku Proses verbal Gol Gol UST/TEMA R E M A R E S I D U Hasil identifikasi dari wacana di atas merupakan realisasi konsep bahasa konteks situasi yang dianalisis secara kuantitatif dari tiap-tiap unsur field, tenor, dan mode. (Analisis selanjutnya lihat lampiran teks 1) Isi (Field) Isi (field) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna ideasional yaitu menggambarkan pengalaman yang meliputi analisis proses, partisipan, dan sirkumstan, dan hubungan logis. Wacana berita pada harian Kompas ini berisi informasi tentang Kenaikan Gaji PNS yang mendiskripsikan usaha-usaha pemerintah dalam menangani kasus Kenaikan Gaji PNS ini. Penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan proses material. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan partisipan makhluk dan bukan makhluk. Sirkumstan didominasi oleh sirkumstan lokasi. Hubungan logis didominasi oleh tiga tipe yaitu parataksis elaborasi, parataksis ganda, dan hipotaksis elaborasi Proses Proses layaknya terdiri atas enam jenis yaitu material, mental, verbal, relasional, tingkah laku, dan wujud. Namun, dalam wacana berita Kompas hanya memuat lima jenis proses yang didominasi oleh proses material, yaitu 64,29%. Tabel 1 Proses dalam wacana berita Kompas No Proses Jumlah Persentase 1 Material 9 64,29% 2 Mental 2 14,29% 3 Verbal 1 7,14% 4 Relasional 1 7,14% 5 Tingkah Laku 1 7,14% Jumlah % Partisipan Partisipan pada wacana berita Kompas meliputi makhluk hidup dan bukan makhluk hidup yang berjumlah 26 Partisipan. Partisipan yang lebih dominan dalam wacana ini adalah partisipan jenis makhluk yaitu 53,84%. Tabel 2 Partisipan dalam wacana berita Kompas No Proses Jumlah Persentase 1 Mahluk 17 53,84% 2 Bukan Mahluk 7 46,16% Jumlah % Sirkumstan Sirkumstan sebagai realisasi makna ideasional terdiri atas 10 sirkumstan dalam wacana berita Kompas. Sirkumstan jenis lokasi paling dominan dalam wacana ini adalah sirkumstan lokasi yaitu 40% Pelibat (Tenor) Pelibat (tenor) dalam konteks situasi register direpresentasikan dalam bahasa melalui makna antarpesona yaitu mempertukarkan pengalaman. Representasi tenor yang dianalisis di sini adalah fungsi ujar (speech function). Wacana berita pada harian Kompas ini memiliki 14 fungsi ujar, seperti pada tabel berikut ini: Tabel 3 Fungsi Ujar dalam berita Kompas No Fungsi Ujar Jumlah Persentase 1 Pernyataan 13 92,86 % 2 Pertanyaan 1 7,14% Jumlah % Cara (Mode) Cara (mode) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna tekstual yang merangkai pengalaman. Representasi mode yang dianalisis di sini adalah tema simpel yang lazim

5 Halaman 108 Gustianingsih (unmarked simpel theme) tema simpel tidak lazim (marked simpel theme), tema kompleks lazim (unmarked complex theme) dan tema kompleks tidak lazim (marked complex theme). Pada wacana berita Kompas ini terdapat 14 tema yang dirinci tabel di bawah ini. Tema yang paling dominan adalah Unmarked Simple Theme yaitu 50%. Tabel 4. Realisasi cara dalam wacana berita Kompas No. Realisasi Cara Jumlah Persentase 1 Unmarked simple theme (UST) 7 50,00% 2 Marked simple theme (MST) 1 7,14% 3 Unmarked complex theme 4 28,57% (UCT) 4 Marked complex theme (MCT) 2 14,29% Jumlah % Tabel 5. Sirkumstan dalam wacana berita Kompas No. Partisipan Kompas Analisis 1 Lokasi 4 40 % 2 Penyerta 3 30 % 3 Rentang 2 20 % 4 Cara 1 10 % Jumlah 100 % 100 % Hubungan Logis Hubungan logis yang menunjukkan kelogisan makna ideasional dalam wacana berita Kompas terdiri atas parataksis ekstensi, hipotaksis, elaborasi, hipotaksis eksistensi, hipotaksis ganda, dan hipotaksis lokusi. Terdapat 5 hubungan logis dalam wacana ini. Tipe paraktasis ekstensi adalah tipe yang paling dominan yaitu 37,50% dan hipotaksis elaborasi memiliki jumlah persentase, yaitu 25%. Tabel 6. Hubungan logis dalam wacana berita Kompas No. Tipe Hubungan Logis Jumlah Persentase 1 Paraktasis Elaborasi (1 = 2) 0 0 % 2 Paraktasis Ekstensi (1 + 2) 3 30 % 3 Paraktasis Ganda (1 x 2) 0 0 % 4 Paraktasis Lokusi (1 2) 0 0 % 5 Paraktasis Ide (1 2) 0 0 % 6 Hipotaksis Elaborasi (α = β) 2 20 % 7 Hipotaksis Ekstensi (α x β) 5 50 % 8 Hipotaksis Ganda (α x β) 0 0 % 9 Hipotaksis Lokusi (α β) 0 0 % 10 Hipotaksis Ide (α β) 0 0 % Jumlah % 3.2 Wacana Berita Analisa Hasil analisis yang diperoleh merupakan realisasi konsep bahasa dalam konteks situasi yang dikembangkan menjadi suatu interpretasi yang menyeluruh meliputi hasil analisis yang telah dilakukan meliputi isi (field). Wacana berita Analisa ini bertajuk Presiden Pertimbangkan Saran Kenaikan Gaji PNS. Wacana ini terdiri atas 29 klausa. Namun, dalam analisis ini hanya diambil sampel sekitar 40% atau 15 klausa. Klausa di bawah ini adalah klausa kompleks yang salah satu klausanya disisipkan di antara tema dan rema. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan saran dari berbagai pihak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan saran dari berbagai pihak Presiden Susilo Dari berbagai Bambang Menyatakan Saran pihak Yudhoyono Subjek Predikator Komplemen Sirkumstan Pelaku Proses Gol Lokasi Subjek Mempertimbangkan saran Predikator Gol Proses material Gol UST / TEMA REMA RESIDU Dari pihak Sirkumstan Lokasi Klausa ini kemudian diuraikan menjadi dua klausa karena tiap-tiap klausa mempunyai predikator. ( 1 ) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Menyatakan mempertimbangkan Saran Dari berbagai pihak Subjek Predikator Predikator Sirkumstan lokasi Gol Proses Material Goal UST/TEMA R E M A R E S I D U berbagai

6 Gustianingsih Halaman 109 ( 2 ) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Mempertimbangkan Saran Dari berbagai pihak Subjek Predikator Komplemen Sirkumstan lokasi Gol Proses Material Goal UST/TEMA R E M A R E S I D U Hasil identifikasi dari wacana di atas merupakan realisasi konsep bahasa dalam konteks situasi yang dianalisis secara kuantitatif dari tiaptiap unsur field, tenor, dan mode (Analisis selanjutnya lihat lampiran teks 2 ) Isi (Fill) Wacana berita pada harian Analisa ini berisi informasi tentang Kenaikan Gaji Pegawai Negeri yang telah mengkhawatirkan partai, apakah kenaikan gaji dilakukan secara merata kepada seluruh pegawai negeri sipil, atau kepada pegawai rendahlah yang harus diberi kenaikan gaji. Pegawai negeri yang golongannya sudah tinggi seharusnya mengalami kenaikan dalam jumlah yang sedikit saja agar terjadinya pemerataan kesejahteraan rakyat Indonesia. Penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan proses material. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan participan makhluk dan bukan makhluk. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan partisipan makhluk dan bukan makhluk. Sirkumstan didominasi oleh sirkumstan lokasi Proses Wacana berita Analisa terdiri atas 4 proses yaitu proses material, proses verbal, proses relasional. Proses ini didominasi oleh proses material yaitu 80%, sisanya menyebar pada proses verbal, mental, dan relasional. No. Proses Jumlah Persentase 1 Material 12 80,00% 2 Verbal 1 6,67% 3 Mental 1 6,67% 4 Relasional 1 6,67% Jumlah % Partisipan Partisipan pada wacana berita Analisa meliputi partisipan makhluk hidup dan bukan makhluk hidup yang berjumlah 24 partisipan. Kedua partisipan ini porsinya hampir seimbang dalam teks wacana berita Analisa. Partisipan jenis makhluk berjumlah 70,83% No. Peristiwa Jumlah Persentase 1 Makhluk 17 70,83 % 2 Bukan Makhluk 7 29,17 % Jumlah % Sirkumstan Sirkumstan sebagai realisasi makna ideasional terdiri dari atas 10 sirkumnasi dalam wacana berita Analisa. Sirkumstan jenis lokasi paling dominan dalam wacana ini. No. Sirkulasi Jumlah Persentase 1 Lokasi 4 40% 2 Cara 3 30% 3 Masalah 1 10% 4 Sebab 1 10% 5 Pandangan 1 10% Jumlah % Pelibat (Tenor) Pelibat (tenor) dalam konteks situasi (register) dipersentasikan dalam bahasa melalui makna antarpesona yaitu mempertukarkan pengalaman. Respresentasi tenor yang dianalisis di sini adalah fungsi ujar (speech funcition). Wacana pada berita harian Analisa ini memiliki 15 fungsi ujar, seperti pada tabel berikut ini: No. Fungsi Ujar Jumlah Persentase 1 Pernyataan 14 93,34% 2 Saran 1 6,66% Jumlah % Cara (Mode) Cara (mode) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna tekstual yang merangkai pengalaman. Representasi mode yang dianalisis di sini adalah tema simpel yang lazim (unmarked simple thema), tema simpel tidak lazim (market simple thema), tema kompleks lazim (marked complex thema). Dari 53 tema yang terdapat pada wacana berita Analisa ini diambil sampel 15 tema atu 30% yang akan dianalisis, seperti yang dirinci pada tabel di bawah ini. Tema yang paling dominan adalah tema simpel yang lazim (unmarket simple thema) yaitu 53,33%. No. Realisasi Cara Jumlah Persentase 1 Unmarked Simple Thema 8 53,33% (UST) 2 Marked Simple Thema 3 20% (MST) 3 Unmarked Complex 4 26,67% Thema (UCT) 4 Marked Complex Thema 0 0% (MCT) Jumlah %

7 Halaman 110 Gustianingsih Hubungan Logis Hubungan logis yang menunjukkan kelogisan makna ideasional terdiri atas 6 tipe hubungan logis dalam wacana berita Analisa. Hubungan logis tipe parataksi ganda dan hipotaksis elabora adalah tipe yang paling dominan dalam wacana ini masing-masing yaitu 27,27%. No. Tipe Hubungan Jumlah Persentase Logis 1 Parataksis Elaborasi 0 0% (1=2) 2 Parataksis Ekstensi 2 18,18% (1+2) 3 Parataksis Ganda 0 0% (1x2) 4 Parataksis Lokusi 0 0% (1 2) 5 Parataksis Ide (1 2) 0 0% 6 Hipotaksis Elaborasi 0 0% (a=b) 7 Hipotaksis Ekstensi 5 45,45% (a+b) 8 Hipotaksis Ganda 2 18,18% (axb) 9 Hipotaksis Lokusi 0 0% (a b) 10 Hipotaksis Ide (a b) 0 0% Jumlah % 4. PEMBAHASAN KEDUA WACANA BERITA KOMPAS DAN ANALISA Kedua wacana berita dari dua sumber yang berbeda dalam field yang sama dibandingkan untuk melihat perbedaan dan persamaan yang meliputi isi (field), yaitu proses, partisipan, sirkumstan, dan hubungan logis antarklausa (parataksis/hipotaksis). Isi (field) dalam kedua wacana berita di atas merupakan tentang Presiden Mempertimbangkan Sarana Kenaikan Gaji PNS. Pertimbangan presiden/pemerintahan bahan kenaikan gaji itu di lakukan secara merata kepada seluruh PNS dengan jumlah sama pejabat tinggi, kenaikan gajinya tinggi atau yang rendah kenaikan gajinya rendah. Presiden menyatakan bahwa beliau sedang membuat konsep bahwa pegawai negeri sipil yang golongan tinggi, kenaikan gajinya sedikit, dan yang golongan rendah, kenaikan gajinya tinggi, sedangkan presiden sendiri kenaikan gajinya hanya lima persen saja. 4.1 Proses Dalam wacana berita Kompas dan Analisa proses didominasi oleh proses material yaitu 64,29% dan 80%. Dalam harian Kompas terdapat 5 proses yaitu proses material, mental, verbal, relasional, dan tingkah laku, sedangkan dalam Analisa hanya menggunakan empat saja yaitu proses material, mental, verbal, dan rasional. Didominasikannya proses material ini sangat beralasan karena wacana ini memaparkan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mempersiapkan sebuah konsep kenaikan gaji PNS yang seadiladilnya buat kepentingan rakyat banyak. Pemerintah di sini sebagai pelaku kenaikan gaji PNS adalah gol. No. Proses Jumlah Persentase 1 Material 64,29% 80,00% 2 Verbal 14,29% 6,67% 3 Mental 7,14% 6,67% 4 Relasional 7,14% 6,67% 5 Tingkah laku 7,14% Partisipan Partisipan dalam kedua wacana ini terdiri atas subjek dan komplemen. Dari kedua wacana berita yang dibandingkan tampak bahwa partisipasi makhluk lebih dominan dalam harian Kompas, yaitu 71,43%. Begitu juga partisipan makhluk lebih dominan dalam harian Analisa, yaitu 73,34%. Persamaan ini mengindikasikan bahwa pada harian Kompas penonjolan gagasan diutamakan yang mengeluarkan gagasan tersebut. Pelaku yang muncul dalam konstruksi aktif mayoritas diwakili oleh ungkapan kebijaksanaan pemerintahan dan proses dominasikan oleh verbal. Begitu juga dengan harian Analisa adalah penonjolan pelaku yang mengeluarkan gagasan dan sekaligus langsung menonjolkan objek sasaran. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini. Mengapa makhluk yang lebih dominan karena memang pelaku kebijaksanaan dan sasaran kebijaksanaan pemerintah untuk kenaikan gaji PNS sama-sama makhluk. Dianalisis dengan bukan makhluk hanya ada beberapa buah. Yang bentuk saran dan pandangan dari PKS dan Munas PKS penulis nyatakan dengan bukan makhluk. Tabel 7. Partisipan dalam wacana berita Kompas dan Analisa No. Partisipan Kompas Analisa 1 Makhluk 71.34% 73,34% 2 Bukan Makhluk 28,57% 26,66% Sirkumstan Sirkumstan lokasi (40%) mendominasi kedua wacana ini. Gambaran ini mengindikasikan bahwa proses pembuatan kenaikan gaji PNS seperti tampak pada kedua wacana berita di atas dilaksanakan di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Pada wacana Kompas Penonjolan sirkumstasi penyerta (30%) berada sesudah lokasi.

8 Gustianingsih Pernyataan lebih diutamakan dalam harian ini dibandingkan dengan rentang tata cara. Pada sisi lain, dalam harian Analisa penonjolan cara penyampaian (30%) juga ditonjolkan selain lokasi. Ini mengindikasikan bahwa gaya dalam tulisan Analisa memfokuskan waktu dan tempat serta cara yang adil untuk kenaikan gaji PNS. No. Sirkumstan Jumlah Persentase 1 Lokasi 40% 40% 2 Cara 20% 30% 3 Penyerta 30% 10% 4 Rentang 10% 10% 5 Pandangan - 10% Pelibat (Tenor) No. Fungsi Ujar Kompas Analisa 1 Pernyataan 92,86 % 93,34 % 2 Pernyataan 7,14 % - % 3 Saran - 6,66 % Cara (Mode) No. Realisasi Cara Kompas Analisa 1 Unmarked Simple Thema 50,00% 53,33% (UST) 2 Market Simple Thema 7,14% 20% (MSt) 3 Unmarked complex thema 28,57% 26,67% (UCT) 4 Market Complex Thema 14,29% 0% (MCT) Hubungan Logis Hubungan logis yang mendominasi kedua harian ini adalah tipe parataksis eksistensi, paraktasis ganda, dan paraktasis elaborasi. Ini mengindikasikan bahwa dalam menyampaikan isi berita, para wartawan lebih suka merealisasikan dua topik ke dalam satu topik. Topik yang digabungkan ke dalam satu topik asal dihubungkan dengan cara bahwa topik kedua merupakan bagian dari topik pertama. No. Tipe Hubungan Logis Kompas Analisa 1 Parataksis Elaborasi 0% 0% (1=2) 2 Parataksis Ekstensi (1+2) 30% 18,18% 3 Parataksis Ganda (1x2) 0% 18,18% 4 Parataksis Lokusi (1 2) 0% 0% 5 Parataksis Ide (1 2) 0% 0% 6 Hipotaksis Elaborasi 20% 0% (a=b) 7 Hipotaksis Ekstensi (a+b) 50% 45,45% 8 Hipotaksis Ganda (axb) 0% 18,18% 9 Hipotaksis Lokusi (a b) 0% 0% 10 Hipotaksis Ide (a b) 0% 0% Halaman KONTEKS SOSIAL Konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Dalam pandangan LFS arti yang terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteks. Teks terwujud dalam konteks sosial tertentu. Hubungan teks dan konteks dalam hubungan konstrual semiotik artinya konteks dan teks saling menentukan. Konteks menentukan teks dan teks merujuk pada konteks. Konteks terdiri atas tiga unsur yaitu konteks sosial (register), konteks budaya (genre), dan konteks ideologi. Ketiga unsur itu secara bertingkat mendampingi bahasa untuk membentuk hubugan semiotik bertingkat. Dalam bidang ini (field) konteks situasi oleh tiga aspek yaitu arena/kegiatan, ciri partisipan dan ranah semantik. Arena/kegiatan yang mengacu pada lokasi interaksi menetapkan bahwa penanganan kenaikan gaji PNS tidak ditentukan oleh sebuah aturan yang terinstitusi. Pelibat tidak harus mematuhi norma norma formal yang berlaku. Ini terlihat dari gaya penulis ketika menyampaikan isi tulisannya, sehingga isi tulisannya dapat diakui atau dipahami oleh segala lapisan masyarakat. Walaupun ada topik yang terfokus dalam pembicaraan tentang kenaikan gaji PNS dan usia, gaji ke-13 tetapi dilaksanakan setiap tahun, topik ini bukan sebuah topik khusus dengan gaya bahasa yang khusus, sehingga pembaca tidak perlu mempersiapkan latar belakang pengetahuannya dalam memahami isi berita tersebut. Konteks budaya menetapkan langkah langkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan sosial suatu teks. Berdasarkan tujuan sosialnya, teks berita Kompas dan Analisa dengan topik Kenaikan Gaji PNS dikelompokkan sebagai jenis narasi yang terdiri dari struktur Abstrak A Orientasi A (Evaluasi) A Komplikasi A Resolusi A (Koda). Ada dua konteks budaya yang berbeda yang dapat diamati dari isi tulisan penulis walaupun pada dasarnya topik yang hendak dikemukakan sama yaitu kenaikan gaji PNS dilaksanakan dan gaji ke-13 juga tetap ada setiap tahun. Pada harian Kompas, penulis lebih bersimpati bahwa kenaikan gaji PNS minimal 20% pada tahun depan dengan ditambah tetap memberikan gaji ke-13 isi berita lengkap, lugas, bersahaja. Sedangkan gaya harian Analisa, bahasa yang digunakan lebih formal dan menyampaikan pokok pokok penting tentang kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil. Abstrak : 1. (Kompas) Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang kenaikan gaji PNS lebih ditujukan bagi Pegawai Negeri golongan rendah. Saran dan pandangan PKS

9 Halaman 112 Gustianingsih agar kenaikan gaji diutamakan kepada mereka yang gajinya rendah tentu sangat diperhatikan pemerintah. 2. (Analisa) Presiden menyatakan akan mempertimbangkan sebagai pandangan sejumlah pihak yang berkaitan dengan rencana pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil. Pandangan yang umum adalah pemerintah hendaknya lebih mengutamakan kenaikan gaji PNS golongan rendah, bukan tinggi negara. Orientasi : Partisipan terdiri atas pejabat pemerintah dan partai politik di dalam menyusun kebijaksanaan pemerintah yang adil untuk kepentingan rakyat banyak. Rencana itu diorientasikan juga untuk semua rakyat banyak Indonesia bukan PNS saja akan mendapat perhatian yang mendalam dari pemerintah. Evaluasi : Penutur memahami bahwa rencana kenaikan gaji PNS akan dilaksanakan dengan seadil adilnya sampai kepada rakyat kecil yang bukan PNS seperti buruh, petani, dan nelayan, kesejahteraan Komplikasi: mereka akan ditingkatkan. Mencari sumber berita tentang informasi kenaikan gaji PNS Kompas dan Analisa adalah rencana kenaikan gaji PNS dan peningkatan kesejahteraan bagi rakyat yang bukan PNS seperti buruh, petani, nelayan, dan sebagainya. Resolusi : Pemerintah menyelesaikannya dengan rencana yang seadil adilnya tentang kenaikan gaji pegawai negeri, minimal 20 persen pada tahun depan ditambah tetap memberikan gaji ke-13, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat yang bukan PNS seperti nelayan, buruh, petani, dan lain lain. Koda : Dalam koda terdapat perbedaan yaitu: 1. (Kompas) mengakhiri dengan menyadari sepenuhnya perkataan Presiden bahwa pihak pemerintah sedang menyusun konsep menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil minimal 20 persen pada tahun depan ditambah tetap memberikan gaji ke (Analisa) diakhiri dengan pernyataan akan ada evaluasi dari PKS terhadap pemerintah Yudhoyono sehubungan dengan kenaikan gaji PNS. Tetapi evaluasi yang dilakukan diwarnai dengan jiwa pemaaf dan kasih sayang. Kedua koda ini sangat berhubungan dengan abstrak di atas. Kalau pada Kompas lebih ditekankan pada kesejahteraan rakyat banyak, sedangkan pada Analisa lebih menekankan kenaikan gaji PNS dan evaluasi kerja Presiden Yudhoyono selama 1 tahun sudah bekerja/memimpin RI. Dari uraian konteks budaya di atas, yang dirinci dalam strukturnya dapat disimpulkan bahwa budaya Medan berbeda dengan budaya Jakarta. Dari tulisan (Analisa) terlihat bahwa budaya Medan selalu berusaha menyelesaikan persoalan dari akar persoalan itu sendiri, sedangkan budaya Jakarta (Kompas) berusaha menyelesaikan persoalan dari dampak persoalan itu. 6. SIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan 1. Kedua wacana berita itu umumnya menggambarkan pengalaman material yang direalisasikan oleh proses material, partisipan meliputi manusia dan hewan, dan sirkumstannya adalah lokasi. 2. Hubungan yang logis yang mendominasi kedua wacana di atas adalah parataksis ekspansi, parataksis ganda, dan hipotaksis elaborasi. 3. Wacana di atas tergolong jenis tulisan naratif yang tidak khusus dan tidak formal, sehingga dapat dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. 4. Perbedaan budaya tersirat dalam kedua wacana naratif di atas yaitu budaya yang menonjolkan penyelesaian akar permasalahan dan budaya yang menyelesaikan dampak dari persoalan. DAFTAR PUSTAKA Batubara, Leo. 2002, Media in Davided Societes in Indonesia. Makalah pada Asian Media Information and Communication Centre (AMIC) Regional Seminar on Media in Devided Secientiest Asia di Singapore. Brown, Gillian (ed) Advances in Spoken Discourse Analysis. New York: Routledge.

10 Gustianingsih Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Klis Yogyakarta. Fairclough, Norman Media Discourse. London: Edward Arnold. Hoed Politik Bahasa dan Perkembangan Bahasa Jurnalistik Indonesia. Dalam Archipel. Saragih, Amrin Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: USU Press Halaman 113 Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Wojowasito. S Tatabahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan. Yule, G. dan Brown Gilian Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan hasil proses wacana. Didalam proses tersebut, terdapat nilainilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami

Lebih terperinci

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang TRANSITIVITAS DALAM ANTOLOGI CERPEN KAKI YANG TERHORMAT KARYA GUS TF SAKAI Ogi Raditya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transitivitas dalam antologi cerpen Kaki yang Terhormat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR Bab 1 sebelumnya telah dijelaskan latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, apa yang akan dibahas dan tujuan serta manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga memberikan suatu ciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan memaparkan penelitian terdahulu, konsep dan landasan teori. Tinjauan pustaka mencakup penelitian sebelumnya, konsep berkaitan dengan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS GENRE WACANA RUBRIK KOMPASIANA

ANALISIS GENRE WACANA RUBRIK KOMPASIANA ANALISIS GENRE WACANA RUBRIK KOMPASIANA DISCOURSE GENRE ANALYSES ON RUBRIC OF KOMPASIANA Oleh: Muhammad Maulana Akbar, Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media penyalur pesan informasi ilmu pengetahuan, sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang senantiasa harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam kasus ini, peneliti menggunakan sudut pandang konstruktivis yang merupakan landasan berpikir secara kontekstual dengan bertumpu pada tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2003:13). Di dalam penelitian ini, teori bahasa yang akan digunakan adalah teori Systemic

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2003:13). Di dalam penelitian ini, teori bahasa yang akan digunakan adalah teori Systemic BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori bahasa memiliki cara yang beragam dalam melihat fenomena bahasa (Sinar, 2003:13). Di dalam penelitian ini, teori bahasa yang akan digunakan adalah teori Systemic Functional

Lebih terperinci

Hilmiyatun Universitas Negeri Mataram ABSTRACT. Keywords:Systemic Functional Linguistics,parataxis, hipotaksis, Lombok Post ABSTRAK

Hilmiyatun Universitas Negeri Mataram ABSTRACT. Keywords:Systemic Functional Linguistics,parataxis, hipotaksis, Lombok Post ABSTRAK KLAUSA KOMPLEKS DALAM RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL MEDIA LOMBOK POST: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Hilmiyatun Universitas Negeri Mataram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transitivitas adalah sistem yang menguraikan pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, (Halliday,1985:101). Transitivitas berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA. Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

ABSTRAK PENDAHULUAN EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA. Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Rubrik pengantar redaksi memiliki daya tarik oleh pembaca agar pembaca dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Teori yang digunakan dalam disertasi ini adalah teori LSF yang dikemukakan oleh Halliday (1985, 1994), Saragih (2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat terjadi tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks

Lebih terperinci

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai RINGKASAN Penelitian ini mengkaji fenomena translasi, yang dalam kepustakaan berbahasa Indonesia biasa disebut terjemah, terjemahan, atau penerjemahan. Fenomena translasi merupakan fenomena yang berjagat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

PROYEKSI DALAM CERITA RAKYAT MELAYU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNSIONAL. Tesis ELFITRIANI NIM:

PROYEKSI DALAM CERITA RAKYAT MELAYU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNSIONAL. Tesis ELFITRIANI NIM: PROYEKSI DALAM CERITA RAKYAT MELAYU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNSIONAL Tesis Oleh ELFITRIANI NIM: 097009031 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 1 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL Nurfaedah Manajemen Informatika, STMIK Handayani Makassar Jl. Adhyaksa Baru No.

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK

ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK 9 ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK Muhammad Rosyid Husnul Waro i Roviqur Riziqien Alfa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Humaniora, Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK: ANALISIS TEKS MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD)

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK: ANALISIS TEKS MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Halaman 12 Abdurahman Adisaputra LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK: ANALISIS TEKS MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Abdurahman Adisaputra Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Abstract

Lebih terperinci

ANALISIS TEMA PADA PANTUN MELAYU (Suatu Kajian Fungsional Linguistik) ABSTRAK. Kata Kunci : Pantun, Tema Tekstual, Topikal, dan Interpersonal

ANALISIS TEMA PADA PANTUN MELAYU (Suatu Kajian Fungsional Linguistik) ABSTRAK. Kata Kunci : Pantun, Tema Tekstual, Topikal, dan Interpersonal ANALISIS TEMA PADA PANTUN MELAYU (Suatu Kajian Fungsional Linguistik) Oleh: Desri Wiana Staf Pengajar Prog. Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

1. Secara paradigmatik dikenal ada 3 (tiga) macam paradigma penelitian:

1. Secara paradigmatik dikenal ada 3 (tiga) macam paradigma penelitian: 1. Secara paradigmatik dikenal ada 3 (tiga) macam paradigma penelitian: 1. positivistik (fokusnya mencari hubungan antar-variabel) --- madhab Comtean (August Compte). Akar penelitian kuantitatif. 2. interpretif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN:

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: Linguistik Indonesia, Agustus 2011, 201-205 Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 Resensi Buku Judul: Introducing Functional Grammar (Second Edition) Penulis:

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bloom dan Lahey struktur bahasa adalah suatu sistem dimana unsur-unsur bahasa diatur dan dihubungkan satu dengan yang lain. Dalam menghubungkan unsur-unsur

Lebih terperinci

ANALISIS GENRE RUBRIK KOMPAS KARIER SURAT KABAR HARIAN KOMPAS SKRIPSI

ANALISIS GENRE RUBRIK KOMPAS KARIER SURAT KABAR HARIAN KOMPAS SKRIPSI ANALISIS GENRE RUBRIK KOMPAS KARIER SURAT KABAR HARIAN KOMPAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di Yogyakarta dan mengapa demikian?. Permasalahan kedua adalah: Bagaimana strategi pemberitaan dimanfaatkan untuk membangun perspektif

BAB V PENUTUP. di Yogyakarta dan mengapa demikian?. Permasalahan kedua adalah: Bagaimana strategi pemberitaan dimanfaatkan untuk membangun perspektif 174 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana surat kabar lokal dan nasional memberitakan peristiwa kekerasan di Yogyakarta dan mengapa demikian? Masalah umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Fungsi bahasa terutama sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

GENRE FIKSI DALAM LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIS: PERBANDINGAN TEKS LAU KAWAR DAN PUTRI TIKUS

GENRE FIKSI DALAM LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIS: PERBANDINGAN TEKS LAU KAWAR DAN PUTRI TIKUS Halaman 19 GENRE FIKSI DALAM LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIS: PERBANDINGAN TEKS LAU KAWAR DAN PUTRI TIKUS Rumnasari K. Siregar Politeknik Negeri Medan Abstract This research applies Sistemic Functional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

TEKS PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA MATARAM: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK. Nurul Itsnaini

TEKS PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA MATARAM: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK. Nurul Itsnaini TEKS PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA MATARAM: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Mataram nuyunisna@yahoo.com Abstrak Masalah yang dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG Oleh: Mira Handriyani, Harris Effendi Thahar, Andria Catri Tamsin Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan oleh para ahli bahasa dunia, salah satunya adalah tata bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan oleh para ahli bahasa dunia, salah satunya adalah tata bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bahasa yang merupakan alat komunikasi utama di dunia tidak pernah berhenti hingga saat ini. Begitu pun yang terjadi di dalam bahasa Inggris. Sudah banyak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini memilih judul Fungsi dan Implikasi Makna Logis pantun Melayu Deli dan Serdang, sebagai judulnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. kalangan etnik Tionghoa atau keturunan Cina sudah lama terjadi. Penerbitan karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. kalangan etnik Tionghoa atau keturunan Cina sudah lama terjadi. Penerbitan karya 22 2.1 Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS Penelitian terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di kalangan etnik Tionghoa atau keturunan Cina sudah lama terjadi. Penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal www.unair.ac.id diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal : Analisis yang bisa menjelaskan bagaimana teks verbal dan visual membangun makna

Lebih terperinci

EXPLOITATION IN CONJUNCTION AND RELATIONSHIP INTERCLAUSE AS IDEASIONAL MEANING OF IMPLEMENTATION IN BOOK I KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPer)

EXPLOITATION IN CONJUNCTION AND RELATIONSHIP INTERCLAUSE AS IDEASIONAL MEANING OF IMPLEMENTATION IN BOOK I KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPer) EXPLOITATION IN CONJUNCTION AND RELATIONSHIP INTERCLAUSE AS IDEASIONAL MEANING OF IMPLEMENTATION IN BOOK I KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPer) Sutji Muljani 1 ; Sumarlam 2 ; Dwi Purnanto 3 ; D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa verbal (lisan dan tulis) memegang peranan penting dalam interaksi dan menjadi sarana interaksi yang paling utama, sedangkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi lisan maupun tulisan, wacana mengacu kepada sebuah teks yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang logis. Wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan tujuan dari penuturnya. Setiap bahasa memiliki ragam dan pola-pola tertentu. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN Ni Putu Veny Narlianti (1), I Ketut Darma Laksana (2), Putu Sutama (3) Jl. Tukad pakerisan Gang XX/4 08563836951 venynarliantiputu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA

LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA Bahagia Saragih Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRACT This article deals with the explanation about a small part of the study of Systemic

Lebih terperinci