Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog"

Transkripsi

1 Penelitian Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog Aquillaningtyas Saptawulan SMPK 4 BPK PENABUR Bandung Abstrak iologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) memuat banyak sekali materi yang dianggap sulit oleh siswa karena banyak hafalan dan istilah Latin. Siswa sering B tidak termotivasi untuk mempelajarinya. Penelitian ini bermaksud menggunakan permainan kuartet berisi materi Biologi sebagai satu alternatif metode pembelajaran. Melalui permainan kuartet yang berisi materi Biologi diharapkan dapat membantu siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Penelitian yang dilaksanakan di kelas 9 (Sembilan) SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, menunjukkan permainan kuartet dapat membuat pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Konsep-konsep Biologi yang ringkas di dalam kuartet dapat dipelajari lebih mendalam secara mandiri, melalui sumber belajar lain, salah satunya adalah melalui blog pembelajaran Biologi. Kata-kata kunci : Kuartet biologi, metode pembelajaran, belajar yang rekreatif, blog pembelajaran Joyful Biology Learning through Quartet Game and Self-Strengthening the Concepts Through Blog Abstract Biology as a part of the natural sciences (IPA) contains a lot of difficult materials for students because of a lot of memorization and Latin terms. This research conducted at grade IX, SMPK 4 BPKP PENABUR in Bandung, attempted to improve the students motivation to learn by introducing the quartet game containg Biology material. The findings show that the quartet game can make the learning process active, reactive, effective, and joyful and the biological concepts can be studied in greater depth by students through other learning resources, one of which is Biology learning blog. Keywords: Biology quartet, instructional methods, reaktive learning, learning blog. Pendahuluan Mendekati Ujian Nasional (UN), siswa kelas 9 dipadati dengan kegiatan pemantapan yang dimulai 5 6 bulan sebelum UN dilaksanakan. Banyaknya materi, serta padatnya jadwal pemantapan, belum lagi kegiatan belajar rutin harian yang harus dijalani siswa kelas 9, seringkali membuat kegiatan pemantapan menjadi kurang efektif dan efisien. Siswa sudah lelah, jenuh, dan tidak dapat mengikuti kegiatan pemantapan dengan baik. Padahal pemantapan tersebut dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa kelas 9 menghadapi UN dengan baik, yang juga memberikan kontribusi terhadap prestasi sekolah. Dalam hal ini, upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di 28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni 2012

2 Belajar yang Menyenangkan Memacu Siswa Belajar Secara Aktif Das Salirawati (2008) dalam makalahnya mengenai inovasi pembelajaran menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak didik tidak takut salah, ditertawakan, diremehkan, atau merasa tertekan. Lebih lanjut lagi ia memaparkan tentang istilah joyful learning dan meaningful learning. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak didik menjadi betah belajar karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan juga berarti pembelajaran yang interaktif dan menarik, sehingga siswa dapat memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. (Das Salirawati, 2008). Senada dengan hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) juga mengungkapkan tentang konsep PAKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka proses belajar tidak terjadi. ( com/2008/01/22/konsep-pakem/). Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Dalam sebuah kelas yang heterogen pelaksanaan PAKEM harus memperhatikan bakat, minat, dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pembeldalam proses pembelajaran sangatlah penting. Untuk meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas perlu dilakukan pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan suasana pembelajaran seperti disebutkan di atas diperlukan adanya strategi pembelajaran yang antara lain mencakup pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan. Strategi yang dipilih selain yang berpotensi merangsang siswa untuk belajar secara aktif, juga harus mampu memberi kemudahan atau menjadi fasilitas belajar bagi siswa sehingga dihasilkan pembelajaran yang bermakna. Guru perlu untuk mengarahkan perhatian siswa melalui aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dan mempunyai potensi yang tinggi, dalam arti isi pelajaran dan konsep diterjemahkan secara jelas. Aktivitas yang digunakan harus dapat mempengaruhi intelek, emosi, dan minat belajar. Permainan kuartet biologi dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran yang menyenangkan, yang memampukan siswa untuk dapat mengingat materi yang terdapat di dalam kuartet. Selain itu, pendalaman materi melalui blog pembelajaran akan sangat membantu siswa untuk lebih memahami materi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan melalui permainan kuartet yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dan dengan siapapun, (2) memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan kelompok guna mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, melalui teori-teori yang digunakan dapat menjadi pemacu bagi peneliti-peneliti lain, khususnya guru untuk mengembangkan metode pembelajaran lainnya agar pelajaran tersebut lebih menyenangkan. Secara praktis, sumber belajar yang dihasilkan, baik kuartet maupun blog pembelajaran biologi, dapat digunakan siswa dan guru, untuk mengenal dan belajar tentang biologi. Kajian Pustaka Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni

3 ajaran Quantum Learning ada tiga modalitas siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera mata (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera pendengaran (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada perabaan (seperti menunjuk, menyentuh, atau melakukan). ( mjld0207.pdf). Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan berarti siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. ( 01/22/konsep-pakem/). Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran itu tidak Efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. ( press.com /2008/01/22/konsep-pakem/). Dalam kaitan itu pula, Quantum Learning mengkonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat. Targetnya adalah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Sebaliknya, keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya menghambat konsentrasi siswa. (Sumber : /akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/ 24/quantum-learning/). Selain itu, Cooperative Learning juga merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat membuat siswa menjadi aktif di dalam proses belajar, bukan sekedar menjadi peserta yang pasif. Beberapa elemen utama dari Cooperative Learning, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Interaksi face to face (tatap muka). Interaksi tatap muka dalam kelompok kecil dan berbagi informasi diantara anggota kelompok membuat siswa merasa nyaman. b. Kemampuan sosial. Siswa dituntut untuk belajar menjadi pendengar yang aktif, membuat keputusan, mengatasi permasalahan, dan ragam kemampuan berkomunikasi yang lainnya. c. Kemampuan individual. Sekalipun siswa bekerja di dalam kelompok tidak berarti bahwa kemampuan individualnya tidak dapat diukur. Melalui tes dan pertanyaan spesifik yang diajukan oleh guru untuk masing-masing siswa, maka kemampuan individual dapat diukur. d. Peraturan dari guru Peraturan ini dimaksudkan dalam pembentukan kelompok. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan peringkat akademik siswa, gender (jenis kelamin), kemampuan bersosialisasi, atau dengan cara undian, tergantung kebutuhan atau tujuan pembelajaran yang diinginkan. Permainan Kuartet sebagai Metode untuk Memacu Semangat Belajar Disebutkan di atas bahwa untuk menciptakan konsep PAKEM diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mencakup metode pembelajaran dan sumber belajar. Khususnya dalam pembelajaran Biologi yang memiliki muatan konsep yang cukup padat, metode bermain kuartet dapat menjadi alternatif metode pembelajaran. Melalui metode ini, siswa diajak ke dalam suasana belajar sambil bermain. Dengan bermain mereka akan dapat menguasai (mempelajari) konsep Biologi dalam suasana yang menyenangkan. Seluruh modalitas belajar siswa (visual, audio, dan kinestetik) tercakup di dalam metode bermain kuartet. Keterlibatan berbagai indera di dalam proses ini pun cukup tinggi, artinya melalui metode ini siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal. Kelebihan belajar sambil bermain antara lain: (a) menyenangkan; (b) siswa belajar tanpa gangguan emosi negatif dan bergairah; (c) tiada tekanan karena proses bermain terjadi secara terbuka dan spontan; (d) berusaha untuk menang sehingga siswa termotivasi dan hal ini dapat memberi dampak kepada peningkatan hasil belajar; dan 30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni 2012

4 (e) dapat mengingat konsep secara tidak langsung Melalui bermain kartu kuartet Biologi, siswa tidak sekadar bermain, tapi secara tak langsung juga belajar. Berikut ini merupakan kelebihan yang dimiliki metode bermain kartu. 1. Mengenal konsep: Anak belajar mengenal beberapa konsep biologi yang tertera pada kartu kuartet 2. Mengasah keterampilan bersosialisasi: Permainan kartu dilakukan oleh 2 4 orang, sehingga mengasah keterampilan bersosialisasi pemainnya. 3. Menjalin kedekatan: Di luar jam sekolah, saat berkumpul dengan teman di lingkungan rumah atau saat berkumpul dengan keluarga, permainan kuartet bisa menjadi aktivitas alternatif. Kuartet dapat dimainkan semua orang, baik adik, orangtua, kakak, dan lainnya. Secara tidak langsung permainan ini menjalin ikatan antar anggota keluarga. Semua kalangan bisa mengenal konsep Biologi yang ada di dalam kartu 4. Belajar mengikuti aturan: Dalam setiap permainan tentulah ada aturan yang harus dipatuhi para pemainnya untuk menjaga permainan berlangsung dengan lancar. Dengan memahami dan mematuhi aturan yang berlaku pada permainan itu, maka anak sekaligus belajar disiplin dan jujur, ini berarti membina karakter siswa. 5. Belajar sportif: Dalam permainan ada yang kalah dan ada yang menang, siswa juga belajar untuk bersikap sportif. Ia harus mampu menerima kenyataan kalau dirinya kalah. Bila kalah ia harus tahu apa yang perlu dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan agar ia bisa menang. Begitu juga bila ia menang, belajar bersikap sportif dengan tidak bersikap sok jagoan atau sombong. 6. Mengasah kemampuan kognitif: Permainan kuartet juga membutuhkan strategi untuk mengalahkan lawan sehingga menstimulasi aspek kognitifnya. Siswa diajak untuk memperkaya kemampuan berpikir, menganalisa, serta mencari jalan keluar agar tidak kalah. Misalnya ketika ia harus memutuskan kartu apa yang harus ia minta, kepada siapa ia harus meminta kartu tersebut, mengingatingat siapa yang memegang kartu dengan judul yang diinginkan. Meski diajak berpikir, ia tetap merasa asyik dan rileks. Selain itu, selama permainan berlangsung, terlebih lagi jika dilakukan secara berulangulang, siswa menyerap hubungan simbolsimbol, materi yang ada di dalam kartu kuartet karena ketika bermain siswa akan mengucapkan konsep secara berulangulang. Melalui pengulangan sel-sel saraf menjadi terhubung dan termielinasi untuk memudahkan dalam mengingat informasi. (Bobbi De Porter & Mike Hernacki, 1992). 7. Menambah wawasan: Sambil bermain kartu, pengetahuan siswa pun bertambah. Sambil main, siswa jadi tahu beberapa konsep Biologi, terlebih lagi bagi orang awam (bukan siswa) yang juga bermain di luar jam sekolah. Melalui tes pemahaman materi dalam kartu kuartet yang dapat dilakukan setelah permainan usai, siswa diajak untuk lebih berkonsentrasi dalam bermain. E-Learning sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Mandiri Sumber belajar (learning source) adalah sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar memiliki fungsi : (a) meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (1) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik, dan (2) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. (b) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya individual, dengan cara: (1) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, dan (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (c) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (1) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; (2) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian, Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni

5 (d) lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (1) meningkatkan kemampuan sumber belajar, dan (2) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit, (e) memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (1) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat kongkrit, (2) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, dan (f) memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. (Depdiknas, Sumber : http//akhmadsudrajat.wordpress.com) Teknologi terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru sebagai fasilitator. (Sumber: smpn bilahhulu.wordpress. com/2008/02/01/ strategi-pembelajaran-quantum-teaching-danquantum-learning/) Dalam konteks dewasa ini, E-learning menjadi Judul salah satu sumber belajar yang semakin pesat berkembang dan tepat digu- Sub Judul nakan untuk pembelajaran secara mandiri. Melalui E-learning, proses Gambar Sub Judul pendidikan jarak jauh juga sangat dimungkinkan, yang memudahkan peserta didik dimanapun berada untuk belajar mandiri dan menikmati materi multimedia, melakukan diskusi Keterangan Sub Judul dengan seluruh peserta belajar-mengajar di seluruh dunia, menerima dan mengirim tugas atau ujian, sarana komunikasi dan konferensi (kelompok belajar) menyediakan fasilitas belajar yang lebih efisien dan efektif. (Sumber : php?option =com_content&task=view &id=58& Itemid=88) Metodologi Cara Belajar melalui Permainan Kuartet Kegiatan pembelajaran dengan metode kuartet ini diberikan kepada siswa kelas 9 SMPK 4 BPK PENABUR Bandung pada saat mengulang beberapa materi kelas 8 dalam rangka pemantapan/persiapan UN, sebuah metode yang baru digunakan. Kegiatan pembelajarannya tampak dengan susunan sebagai berikut: (a) guru memberikan pre-test tentang konsep yang ada di dalam kartu kuartet; (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan metode pembelajaran yang akan digunakan (yaitu bermain kuartet) dan (c) aturan main, diantaranya: penjelasan tentang bagian pada kartu kuartet, peraturan main, limit waktu dan banyaknya putaran permainan, etika bermain (jujur, sportif, menghargai teman), skoring (penilaian), dan pembagian kelompok bermain. Adapun bentuk kartu kuartet Biologi dan bagian-bagiannya, yang digunakan dalam pembelajaran, tampak pada gambar berikut. Lo Sk Lo Gambar 1: Kelainan Tulang pada Manusia 32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni 2012

6 Sedangkan aturan permainan kuartet Biologi adalah sebagai berikut. a. Mainlah dalam kelompok yang terdiri dari 2 4 orang b. Tentukan giliran bermain (siapa pertama, kedua, dst) c. Kocok kartu, bagikan kepada setiap pemain sebanyak 4 kartu (boleh lebih, bisa disesuaikan). Letakkan sisa kartu di tengah d. Orang pertama (sebut A) meminta kartu ke orang lain, mencoba untuk melengkapi kartu yang dia punya contoh : 1) Saya minta INTERAKSI ANTAR KOMPONEN BIOTIK ke B (atau C, atau D, boleh siapa saja yang A pikir pemain tersebut mempunyai kartu yang dimaksud) 2) B harus menjawab ada, saya punya (1/2/3, sebutkan jumlah kartu yang dia punya untuk judul yang diminta) e. A harus menebak sub judul INTERAKSI ANTAR KOMPONEN BIOTIK manakah yang dipegang oleh B dengan cara melihat 3 sub judul lain pada kartu yang dipegangnya, yang tidak dicetak miring, misalnya a. Parasitisme f. Jika tebakan A benar, maka B harus memberikan kartu kepada A, dan A boleh meminta sub judul lain kepada B bila B masih mempunyai kartu dengan judul tersebut, atau meminta judul kartu yang sama kepada anggota yang lain g. Jika yang diminta A tidak dipunyai oleh pemain lain atau A salah menebak, maka giliran berpindah kepada pemain lain, dan A mengambil satu kartu di tengah. h. Bila ada pemain yang sudah mengumpulkan lengkap 4 kartu dalam 1 judul, maka dia harus meletakkan kartu tersebut di bawah, dan memperoleh poin 1. i. Pemenangnya adalah orang yang berhasil mengumpulkan judul/poin terbanyak. Selama permainan berlangsung siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ditemukan konsep yang kurang dipahami kepada guru atau membuka buku paket Biologinya untuk mempelajari konsep lebih mendalam atau guru menjelaskan beberapa konsep esensial kepada siswa setelah permainan selesai. Disampaikan juga kepada siswa bahwa pendalaman materi dapat dilakukan melalui blog pembelajaran Biologi Post-test tentang konsep yang ada di dalam kartu kuartet, dengan soal yang sama seperti pre-test. Hasilnya dapat digunakan untuk melihat efektivitas metode pembelajaran dengan bermain kuartet. Pengisian Angket tentang Penggunaan Kuartet dalam Pembelajaran Sebelum pelajaran usai, siswa diminta mengisi angket untuk memperoleh umpan balik dari penggunaan kuartet dalam pembelajaran (angket terlampir). Umpan balik tersebut dapat digunakan sebagai bahan evaluasi tentang metode pembelajaran tersebut. Pendalaman Materi secara Mandiri melalui Blog Kuartet yang digunakan dalam pembelajaran Biologi memuat materi yang ringkas. Untuk lebih mendalami materi tersebut, siswa dapat belajar lebih lanjut melalui blog yang dapat mengunjungi : Selain materi Biologi, blog ini juga memuat latihan-latihan soal, kegiatan-kegiatan pembelajaran Biologi yang dilakukan siswa di SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, serta informasi-informasi mengenai dunia Biologi yang dapat diakses siswa kapan saja, bahkan dapat diakses oleh masyarakat umum yang tentunya perlu di dukung akses internet. Pembahasan Kegiatan Pembelajaran dengan Kuartet Biologi Seperti telah disebutkan pada metodologi, berikut adalah penjelasan tentang jalannya pembelajaran menggunakan metode bermain kuartet. Dalam 2 jam belajar (2 x 40 menit), langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan antara lain: a. Pre-test, dilakukan di dalam aula dengan menggunakan power point, soal berjumlah 20 dengan bentuk Piihan Ganda (PG). Masing-masing soal tayang selama 30 detik, setelah itu secara otomatis soal akan bergulir ke nomor berikutnya. b. Penyampaian tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan aturan main Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni

7 c. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator yang dibuat, mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). d. Kegiatan belajar melalui bermain kuartet e. Sebelum bermain siswa mengambil undian untuk menentukan kelompok bermainnya, melalui cara pengundian kelompok akan terbentuk secara heterogen. f. Permainan dilakukan dalam 2x putaran yang berlangsung sekitar menit untuk tiap putaran. Setelah 1 putaran selesai siswa kembali diundi untuk menentukan kelompok bermain pada putaran berikutnya. g. Selama permainan berlangsung, guru memperhatikan jalannya permainan dan memberikan penilaian terhadap sikap siswa. h. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan konsep yang belum dipahami, bisa juga mempelajarinya sendiri dari buku cetak Biologi atau guru menjelaskan beberapa konsep esensial setelah permainan selesai. i. Post-test dengan soal yang sama seperti pretest j. Hasil pre-test dan post-test dianalisis untuk dilihat perbandingannya, apakah meningkat atau menurun. Hasil Pre-test dan Post-test Dari kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan melalui bermain kuartet pada siswa SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, diperoleh hasil tes sesuai Tabel 1. Dari tabel tersebut, tampak adanya peningkatan hasil tes yang berarti penggunaan metode bermain kuartet memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa, yang berarti juga tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pendapat siswa tentang manfaat penggunaan kuartet dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Dari pertanyaan butir 1, yaitu kesulitan apa yang kamu hadapi dalam mengikuti pelajaran Biologi (jawaban boleh lebih dari satu) : 9 siswa menjawab terlalu banyak hafalan 17 siswa menjawab banyak istilah Latin Tabel Absen 1: Hasil Hasil Pre-Test Pre- Test dan Hasil Post-Test Post- Test (+) / (-) 1 6, 5 8, 0 (+) 23,08% 2 6, 5 9, 0 (+) 38,46% 3 0 9, 0 (+) 28,57% 4 5, 5 7, 0 (+) 227% 5 4, 5 6, 0 (+) 33,33% 6 6, 5 7, 5 (+) 15,38% 7 6, 0 7, 5 (+) 25,00% 8 4, 0 6, 0 (+) 50,00% 9 6, 5 8, 0 (+) 38,46% , 5 (+) 13,33% 11 6, 5 7, 5 (+) 15,38% , 0 (+) 14,29% , 5 (+) 21,43% 14 8, 0 9, 5 (+) 18,75% , 0 (+) 14,29% 16 5, 5 7, 0 (+) 227% , 5 (+) 35,71% , 5 (+) 21,43% 19 3, 5 6, 5 (+) 85,71% 20 4, 5 6, 5 (+) 44,44% 0 siswa menjawab sulit menghubungkan antara gambar dengan konsep 0 siswa menjawab pelajarannya kurang menyenangkan 2. Dari pertanyaan butir 2, yaitu metode belajar Biologi dengan permainan kuartet, menurutmu : 11 siswa menjawab sangat menyenangkan 9 siswa menjawab menyenangkan 0 siswa menjawab cukup menyenangkan 0 siswa menjawab tidak menyenangkan 34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni 2012

8 3. Dari pertanyaan butir 3, yaitu materi kuartet dengan tuntutan kurikulum nasional menurutmu : 6 siswa menjawab sangat sesuai 9 siswa menjawab sesuai 5 siswa menjawab cukup sesuai 0 siswa menjawab tidak sesuai 4. Dari pertanyaan butir 4, yaitu setelah permainan kuartet selesai, apakah perlu diadakan tes untuk mengukur penguasaan materi yang ada dalam kuartet? : 3 siswa menjawab sangat perlu 11 siswa menjawab perlu 5 siswa menjawab cukup perlu 1 siswa menjawab tidak perlu 5. Dari pertanyaan butir 5, yaitu kelebihan dari kuartet Biologi menurutmu (jawaban boleh lebih dari satu) : 10 siswa menjawab materinya mudah diingat 11 siswa menjawab membantu dalam mendalami konsep Biologi 14 siswa menjawab mudah dan menyenangkan 7 siswa menjawab bisa dimainkan kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja Kesimpulan Metode bermain kuartet dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan efektif bagi siswa. Pengucapan secara berulang-ulang konsep Biologi yang ada di dalam kuartet selama permainan berlangsung membuat siswa mampu untuk mempelajari dan mengingat konsep tersebut, dengan demikian hasil belajar siswa pun akan meningkat. Bukan hanya di sekolah, permainan kuartet dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, sehingga memberikan kepada siswa waktu belajar yang tak terbatas. Sementara, untuk pendalaman materi dapat dilakukan siswa secara mandiri, salah satunya melalui blog biologi yang dirancang dan dikembangkan. Daftar Pustaka DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki Quantum learning. Bandung: Kaifa Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed Seri IPA biologi SMP kelas VII. Jakarta: Quadra Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed Seri IPA biologi SMP kelas VIII. Jakarta: Quadra Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed Seri IPA biologi SMP kelas IX. Jakarta: Quadra 01/22/konsep-pakem/ 01/24/quantum-learning/ 02/01/strategi-pembelajaran-quantumteaching-dan-quantum-learning/) Prawirohartono, S Sains biologi 2A untuk SMU kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara Saktiyono Sains Biologi SMP untuk kelas VII. Jakarta: Esis Saktiyono Sains Biologi SMP untuk kelas VIII. Jakarta: Esis Saktiyono Sains Biologi SMP untuk kelas IX. Jakarta: Esis Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/juni

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman atau latihan. Perubahan perilaku yang terjadi setelah belajar bisa. sesuatu, dan perilaku lainnya (Khairani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman atau latihan. Perubahan perilaku yang terjadi setelah belajar bisa. sesuatu, dan perilaku lainnya (Khairani, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Perubahan perilaku yang terjadi setelah belajar bisa bermacam-macam, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengajaran di sekolah merupakan bagian dari kegiatan pendidikan umumnya, yang secara otomatis meningkatkan kualitas anak didik kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan pendahuluan penelitian, adapun yang disampaikan pada Bab ini diantaranya, (A) Latar Belakang, (B) Perumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, (D) Manfaat Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan di segala bidang, maka upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditingkatkan melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dilakukan dengan identifikasi masalah, merumuskan tujuan, dan analisis kebutuhan belajar. Berdasarkan informasi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP EDUSCOPE, Vol. 1 No. 1 Juli 2015 ISSN : 2460-4844 MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP Rumini SD Negeri Tanjungrejo rumini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Multimedia Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Musfiqon (2012: 27) mengartikan media sebagai wadah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu bagaimana cara belajar. Bukan hanya memberi sebanyak mungkin informasi melainkan mencari cara

Lebih terperinci

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) Siti Halimatus Sakdiyah, Didik Iswahyudi Universitas Kanjuruhan Malang halimatus@unikama.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (2) (2012) 163-167 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii PENGARUH PERMAINAN CALL CARDS TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI A. Machin* SMA

Lebih terperinci

PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA 1 PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Maya Anggraini, Gimin Suyadi, Nurhanurawati Pendidikan Matematika, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berpotensi dan berkompetensi. Melalui pendidikan individu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dilakukan dengan identifikasi masalah, merumuskan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dilakukan dengan identifikasi masalah, merumuskan BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dilakukan dengan identifikasi masalah, merumuskan tujuan, dan analisis kebutuhan belajar. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

Pembelajaran Menggunakan Pendekatan PAIKEM

Pembelajaran Menggunakan Pendekatan PAIKEM Pembelajaran Menggunakan Pendekatan PAIKEM Oleh : Wirasa Guru SMPN 2 Pleret Bantul Pendahuluan Di dalam Buku 2 Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus menerus dicari solusinya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar siswa merupakan indikator tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh pendidikan sangat dirasakan penting bagi

Lebih terperinci

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA 1 MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MAULANA Dosen Matematika Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: nofearofmath@yahoo.com

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN

PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN Oleh Drs. Anwar Fuady, M.Ed Widyaiswara Madya P4TK-BMTI Bandung Learning is fun. Belajar itu menyenangkan. Tapi, siapa yang menjadi stakeholder

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Analisis terhadap gaya belajar siswa berprestasi di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: RIRIN WIDIAWATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi

Lebih terperinci

MEDIA ULAR TANGGA SEGITIGA PADA MATERI LUAS DAN KELILING SEGITIGA

MEDIA ULAR TANGGA SEGITIGA PADA MATERI LUAS DAN KELILING SEGITIGA E-ISSN : 2579-9258 Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 1, No. 2, November 2017, pp. 35-40 MEDIA ULAR TANGGA SEGITIGA PADA MATERI LUAS DAN KELILING SEGITIGA Malalina FKIP Universitas Tamansiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning Di Kelas VI SDN Inpres 5 Birobuli Buacani SD Inpres 5 Birobuli, Kota Palu,

Lebih terperinci

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

P N E D N A D H A U H L U U L A U N BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Baik perubahan dalam kurikulum, program pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan pesat, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini ketika kemajuan IPTEK semakin pesat, hal ini juga berimbas pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan kemampuan mereka sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam memecahkan masalah sosial, serta berpegang teguh terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, sikap dan prilakunya. Eun dan Young (2010) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, sikap dan prilakunya. Eun dan Young (2010) mengemukakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah memicu adanya perubahan sistem pembelajaran di sekolah. Pembelajaran konvensional yaitu metode pembelajaran

Lebih terperinci

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENUGASAN MIND MAPPING DAN MODEL PEMBELAJARAN RRB (ROUND ROBIN BRAINSTORMING) Anne Aulia Rachmawaty 1, Susi Sutjihati 2, Nandang Hidayat 3 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bab ini difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, Quantum Learning itu sendiri adalah proses belajar yang nyaman dan menyenangkan, Quantum Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus dapat memberi dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP 1) Rika Lestari, 2) Singgih Bektiarso, 2) Albertus D.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014 PENERAPAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MELATIHKAN KARAKTER PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS XI-A DAN XI-B SMA NEGERI 2 NGAWI IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 261 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Model Cooperative Learning merupakan model yang dapat melibatkan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa dapat bekerjasama secara kolaboratif

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mencakup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Biologi, merupakan salah satu pengetahuan teoritis yang disusun atau diperoleh dengan cara yang khusus atau

Lebih terperinci

PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN

PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perbuatan dan pengalaman yang dialami oleh manusia merupakan pembelajaran bagi diri manusia itu sendiri. Proses belajar dalam kehidupan manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dias Susilowati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dias Susilowati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya-upaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal itu, diperlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan era global saat ini. Untuk mendorong kesiapan SDM di era global melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkembang akan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam lingkup kebahasaan, pada dasarnya siswa harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Empat aspek keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa,

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER Mohammad Aienor R. 1), Trapsilo Prihandono 2), Subiki 3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tindakan 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Rencana Tindakan Praktek pembelajaran pada siklus 1 dengan Standar Kompetensi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur,

Lebih terperinci

INOVASI LAPORAN PRAKTIKUM DENGAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPA

INOVASI LAPORAN PRAKTIKUM DENGAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPA INOVASI LAPORAN PRAKTIKUM DENGAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPA Sarjini 1), Andari Puji Astuti 2) 1) SMP Negeri 3 Semarang 2) Pendidikan Kimia, Febe.sarjini@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran 1 Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Nama : Dinatus Solichah NIM : 152071200011 Prodi/SMT : PGMI A1/V Email : dinadelisha16@gmail.com

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

A. PENDAHULUAN Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif PENGARUH PENGGUNAAN SOAL INTERAKTIF BERBASIS ICT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 1 MAKASSAR PADA KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Putri Athirah Azis Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara berkembang, bangsa Indonesia dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya

Lebih terperinci

Ripal Sobandi, Edi Hernawan ABSTRACT

Ripal Sobandi, Edi Hernawan ABSTRACT Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Bantuan Media Kartu Domino Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sub Konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di Kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Eka Fermantika 1), Mukhni 2), Suherman 3) 1) FMIPA UNP, email: Eka_Fermantika@ymail.com 2,3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan kegiatan belajar mengajar (KBM).Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan membekali serta mengembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Kusnaeni SMP Negeri 3 Purworejo Jl. Mardihusodo 3 Kutoarjo, Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR)

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR) PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR) Siti Halimatus Sakdiyah& Didik Iswahyudi Universitas Kanjuruhan Malang (e-mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dibawah bimbingan guru. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Efektivitas

Lebih terperinci

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NAMA : INDANA MARDIANI NIM : 08-002-0114 KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP I. Pendahuluan Guru merupakan factor penting dalam pendidikan formal, karena itu harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Terkadang orang yang pendidikannya rendah memiliki tingkat kehidupan yang rendah juga jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Rojoimo. SD Negeri 1 Rojoimo terletak di Desa Mirombo Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan manusia untuk menjadikan manusia yang berkualitas. Salah satu upaya pembangunan pendidikan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: EvitaRosiliaDewi X

Lebih terperinci