BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup
|
|
- Yulia Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi, liberalisasi serta kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup dan modernisasi membuat gaya hidup remaja di perkotaan ikut mengalami perubahan, pada satu sisi hal tersebut dianggap memberikan manfaat dan memberikan kemudahan namun di sisi lain dapat pula mendorong remaja memiliki kecenderungan berperilaku negatif dengan pola hidup konsumtif, selain itu rapuhnya tatanan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia dini bagi remaja di lingkungan keluarga dan teman sepergaulan dianggap ikut memberikan kontribusi dan mendorong remaja terpengaruh lingkungan pergaulan yang kurang sehat, sehingga tidak jarang diantara remaja tersebut ada yang terjerumus ingin coba-coba akibat rasa ingin tahu akibat bujukan teman sepergaulan dan memilih untuk mengkonsumsi Narkotika, obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya, sebagai alat untuk melepaskan diri dari tekanan dan himpitan permasalahan yang individu hadapi (Melati, 2014). Menurut Soedjono (dalam Rukiman, 2005) penyalahgunaan Narkotika merupakan permasalahan nasional dan internasional, karena berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.Tahun 1971, Indonesia sebagai negara lalu lintas penyelundupan narkotika Internasional dan peredarannya secara gelap mendapat dukungan para pecandu yang tidak 1
2 2 kecil jumlahnya, dan sebagian besar penggunanya adalah anak-anak remaja.penyalahgunaan narkotika tersebar secara merata dari kalangan atas hingga anak jalanan terutama di kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa. Di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8 juta jiwa, sebagian besar pengguna tersebut ternyata adalah usia produktif, dan sebagian besar di antaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun). 70 persen dari total pengguna NAPZA di Indonesia anak diusia sekolah, 4 persen lebih siswa SMA dan selebihnya mahasiswa (BNN, 2012).Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba (Eleanora, 2011).Sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Purwokerto, terdapat 66 remaja dengan kasus penyalahgunaan obat-obatan jenis NAPZA. Pada umumnya penggunaan NAPZA hanya sebagai pelampiasan kekesalan.banyak di antara individu yang mempunyai sikap menyukai beberapa jenis NAPZA karena individu beranggapan bahwa dengan memakai NAPZA segala persoalan yang sedang individu hadapi dapat terselesaikan. Individu ini beranggapan bahwa menggunakan NAPZA dapat memberikan sugesti keberanian dan kekuatan, menghilangkan rasa malu dan dapat diterima oleh teman-teman sebayanya tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Sebaliknya ada pula individu yang menunjukkan sikap tidak menyukai menggunakan NAPZA, individu tersebut menganggap dengan menggunakan NAPZAakan merusak dan dapat menghambat aktivitasnya
3 3 sehingga dapat merugikan dirinya sendiri (Anisyah, 2009).Santrock (2003) menemukan beberapa alasan remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena rasa ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi. Sedangkan Syamsu (2014) menyebutkan faktor-faktor penyebab seorang remaja menyalahgunakan NAPZA adalah karena ingin tampil berbeda atau menonjol, melarikan diri dari dari kenyataan, rasa kesetiakawanan, serta rasa ingin tahu. Ketika seorang remaja telah terjerumus ke dalam penggunaan NAPZA, semakin lama dosis pengunaannya semakin meningkat (Rosyidah dan Nurdibyanandaru, 2011). Hal tersebut senada dengan Santrock (2007) bahwa ketika remaja terus menerus mengkonsumsi NAPZA, tubuh remaja akan membangun batas toleransi, yang berarti tubuh remaja membutuhkan obat dalam jumlah yang lebih besar agar dapat memberikan efek yang sama. Selain itu peggunaan NAPZA juga menyebabkan ketergantungan fisik, dimana kebutuhan fisik terhadap suatu obat disertai dengan gejala ketagihan yang tidak menyenangkan ketika pemakaian obat dihentikan.gejala-gejala yang mungkin muncul menurut Pinel (2009) seperti mual, gangguan pencernaan, keringat berlebih, menggigil dan kedinginan, tremor, dan gangguan tidur, yang menyebabkan munculnya perasaan-perasaan negatif lainnya. Hal ini membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap suatu obat, atau dengan kata lain individu tersebut mengalami kecanduan. Dijelaskan pula dalam DSM-IV kecanduan merupakan kumpulan gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kesulitan untuk
4 4 mengontrol penggunaan suatu zat dan meneruskan penggunaanya tanpa memperdulikan akibatnya. Sedangkan pecandu NAPZA adalah seorang penyalahguna NAPZA yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lain, baik secara fisik maupun psikis. Pada dosis yang rendah, individu yang mengkonsumsi NAPZA akan mengalami perubahan perasaan menjadi segar-bugar; kegelisahan dan kegembiraan diawal kemudian diikuti oleh keadaan yang terbebas dari beban pikiran seperti mimpi; perubahan persepsi indrawi termasuk mengenai ruang dan waktu; indera peraba, penglihatan, penciuman, pengecap dan suara yang lebih tajam dari biasanya; serta perubahan-perubahan dalam berpikir, secara sekilas kondisi-kondisi tersebut tidak berbeda dengan kondisi orang pada umumnya (Pinel, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi NAPZA pada dosis rendah tidak terlalu terlihat, tetapi pada dosis tinggi maka sangat berpengaruh pada kondisi psikologisnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang sudah mengalami kecanduan NAPZA pada dosis tinggi cenderung menurun. Dalam berbicara menjadi terbata-bata, sehingga sulit melakukan komunikasi secara efektif.mengalami halusinasi, kondisi emosionalnya menjadi tidak terkontrol, mengalami distorsi penginderaan, mengalami perasaan paranoia, dan mempengaruhi kemampuan motoriknya (Pinel, 2009).
5 5 Berdasarkan hasil wawancara pada tiga subyek, ketiganya mengaku awal mula menggunakan obat-obatan jenis NAPZA karena rasa penasaran.bahkan subyek AN awalnya dimintai tolong oleh temannya untuk membeli obat-obatan tersebut, karena subyek merasa penasaran akhirnya subyek mulai mencoba mengkonsumsi. Ketika mengkonsumsi obat-obatan tersebut An merasakan dirinya lebih percaya diri dari sebelumnya, dan ketika subyek tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan tersebut merasakan mual, gemetar dan kedinginan sehingga subyek terus mengkonsumsinya bahkan menambahkan dosisnya. Karena kebutuhan obat-obatan tersebut semakin tinggi, subyek berusaha memenuhi kebutuhannya dengan menjual obatobatan tersebut kepada teman-temannya. Walaupun masih dalam skala kecil, tetapi tetap saja merugikan sampai akhirnya subyek terjaring dalam razia petugas dan masuk dalam LAPAS. Menurut Hutapea (2010) pada awal menjalani kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), seorang narapidana memasuki suatu dunia yang amat berbeda dengan kehidupan sebelumnya diluar Lembaga Permasyarakatan. Cohen dan Tylor (dalam Hutapea, 2011) bahkan menyebutnya sebagai keruntuhan hidup menyeluruh ( massive life disruption ). Hasil penelitian Holmes dan Rahe (dalam Liwarti, 2013), hukuman penjara menempati urutan keempat dalam skala urutan pengalaman hidup yang menimbulkan stres. Remaja yang telah masuk dalam LembagaPermasyarakatan akan mendapatkan stereotip buruk dari
6 6 masyarakat, selain itu kondisi yang penuh tekanan juga akan mempengaruhi kondisi mental para remaja. Beberapa perubahan hidup yang dialami oleh para remaja dapat membawa remaja ini dalam suatu perasaan ketidaknyamanan fisik dan psikis (Liwarti, 2013). Di dalamlembaga Permasyarakatan, para remaja memiliki keterbatasan untuk menjalin hubungan antara sesama narapidana, adanya rasa takut untuk bergaul dengan lainnya, hilangnya privasi dan individualitas, berkurangnya otonomi serta setiap saat individu dapat menerima perlakuan buruk, baik dari sesama yang lebih kuat atau lebih berpengaruh maupun dari pihak yang memiliki otoritas (Hutapea, 2011). Berdasarkan keterangan dari ketiga subyek, pada saat awal berada dalam lembaga pemasyarakatan subyek merasa mendapat tekanan seperti takut mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat, takut untuk bergaul dengan sesama narapidana, takut mendapatkan perlakuan buruk hal tersebut tentunya mempengaruhi kondisi psikologis remaja. Menurut Handayani (2010) menjalani kehidupan di LAPAS merupakan bentuk pertanggungjawaban yang harus dipenuhi oleh remaja yang melanggar hukum.tujuan dari pembinaan adalah agar narapidana tidak mengulangi lagi perbuatannya, menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan dapat diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat.selama menjalani masa hukuman di LAPAS berbagai permasalahan dialami narapidana remaja diantaranya adalah perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang semakin terbatas, dan perolehan label penjahat.narapidana yang masih
7 7 tergolongremaja membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan dari orangtua agar individu dapat berkembang ke arah pendewasaan yang lebih positif. Penelitian Sholichatun (dalam Nelfice dkk, 2014)menunjukkan bahwa masalah yang menjadistresor bagi para anak didik di LAPAS adalahkerinduan pada keluarga, kejenuhan di LAPAS baikkarena bosan dengan kegiatan-kegiatannya, bosandengan makanannya, adanya masalah denganteman dan rasa bingung ketika memikirkan masadepannya nanti setelah keluar dari LAPAS.Ketiga subyek mengakui merasa bingung bagaimana dengan masa depannya, bagaimana pandangan masyarakat mengenai dirinya, apakah merasa masih dapat tetap melanjutkan sekolah atau tidak. Subyek A dan T mengaku merasa bosan berada di dalam LAPAS, dan ingin cepat kembali kerumah sedangkan An mengaku sudah mulai terbiasa menjalani aktifitas di LAPAS. Ketika An mulai merasa bosan, subyek berusaha membaur dengan narapidana lainnya. Cooke dkk (dalam Liwarti, 2013), menegaskan bahwa para remaja mengalami kehilangan beberapa hal yaitu, kehilangan kendali memilih hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur, kehilangan keluarga dekat seperti anak dan suami, kurangnya stimulasi kegiatan sehari-hari karena kegiatan dilembaga pemasyarakatan cenderung monoton, serta kehilangan panutan terutama pada anak-anak dan remaja. Halhal seperti ini akan menimbulkan masalah-masalah yang akan sangat berpengaruh terhadap psychological well being para remaja.
8 8 Menurut Synder & Lopez (dalam Liwarti, 2013) Psychological well being dapat menjadikan gambaran mengenai level yang tertinggi dari fungsi individu sebagai manusia dan yang diidam-idamkannya sebagai makhluk yang memiliki tujuan dan berusaha berjuang untuk tujuan hidupnya. Individu yang memiliki psychological well being yang positif adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi psychological well being yang berkesinambungan. Pada intinya psychological well being merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari. Menurut Bradburn (dalam Liwarti, 2013) perasaan ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif misalnya, ketidakpuasan hidup, kecemasan merasa tertekan, rasa percaya diri yang rendah, dan sering berperilaku agresif, sampai pada kondisi mental yang positif seperti, realisasi potensi dan aktualisasi diri. Menurut Ryff & Singer (Papalia dkk, 2008) kesehatan mental positif mengandung kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan keberadaan diri yang sehat. Orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu membuat keputusan sendiri dan mengatur perilakunya sendiri, serta lebih memilih atau membentuk lingkungan yang membuat hidupnya menjadi bermakna, serta berjuang dan mengembangkan dirinya sendiri semaksimal mungkin. Menurut keterangan dari petugas beberapa remaja ada yang merasa malu dengan statusnya saat ini sebagai narapidana. Subyek T mengatakan bahwa dirinya merasa malu, minder, bersalah kepada keluarganya, dan raguragu dan takut jika dirinya tidak dapat diterima kembali dimasyarakat selepas
9 9 masa tahanannya. Subyek A merasa bersalah, karena telah membuat malu keluarganya, subyek juga masih belum bisa menerima dirinya berada di lembaga pemasyarakatan sehingga subyek juga merasa sulit beradaptasi dengan lingkungannya. Sedangkan subyek An, awalnya memang merasa malu dan sangat bersalah karena membuat keluarganya sedih, tetapi seiring berjalannya waktu subyek mulai dapat menerima keadaannya dan berusaha membuktikan bahwa subyek dapat menjadi individu yang lebih baik lagi.menurut Bartol (Azani, 2012) dampak psikologis hukuman penjara antara lain: kehilangan identitas diri, kehilangan rasa aman, kehilangan kemerdekaan individual, kehilangan kebebasan untuk berkomunikasi, kehilangan pelayanan, kehilangan kasih sayang keluarga, kehilangan harga diri, kehilangan rasa percaya diri dan kehilangan kehilangan kreatifitas bahkan impian serta cita-cita narapidana. Kehilangan hak-hak tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan para narapidana, yang menyebabkan para narapidana sulit untuk menerima dirinya sendiri. Penerimaan diri adalah menurut Johnson(dalam Putri, 2012), penerimaan diri dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai suatu konsep diri maka seseorang harus dapat menjalankan penerimaan atas dirinya. Jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya (Burns, dalam Putri, 2012).
10 10 Berdasarkan penuturan petugas pada tanggal 24 Juli 2015,menuturkan, rata-rata remaja yang baru masuk dalam LAPASawalnya sulit untuk terbuka dan cenderung pendiam, menutup diri.tetapi setelah diajak untuk berbaur dan mengikuti kegiatan, sedikit-sedikit mulai bisa membuka diri tetapi tidak semua, masih ada juga yang masih menutup diri karena malu, adanya rasa bersalah atau perasaan takut serta canggung karena berada ditempat baru.termasuk subyek A, T dan AN, subyek A dan T masih merasakan adanya perasaan malu dan bersalah sedangkan subyek AN sudah mulai dapat beradaptasi dan sudah mulai dapat menerima keadaan dirinya serta berusaha membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi individu yang lebih baik. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan memiliki hak untukmeningkatkan psychological well being, para remaja memiliki hak untuk memiliki kehidupan yang bahagia sekalipun berada dalam penjara.selama berada dalam Lembaga Permasyarakatan, para remaja mendapatkan pembinaan agar kelak berfungsi secara layak ditengah masyarakat setelah selesai menjalani masa hukuman. Sehingga menurut Anthony (dalam Azani, 2012) para remaja ini dapat menerima kenyataan, dan dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki, serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Dengan kata lain, remaja di dalamlembaga Permasyarakatan sendiri, mendapatkan pembinaan atau bimbingan agar dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam diri, serta membentuk mental yang positif dalam diri remaja. Namun pada
11 11 kenyataannya tidak semua remaja dapat merasakan hak individu untuk memiliki kehidupan yang bahagia. Tidak semua remaja mampu menerima keadaan dirinya, karena menyandang status sebagai narapidana. Menurut UU no. 12 tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilangkebebasan di dalam penjara. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015 pada tigaremaja, terlihat subyek A dan T terlihat lebih pendiam dibandingkan dengan An.An terlihat dapat membaur dengan rekan-rekannya bahkan dengan petugas subyek tidak segan untuk bertanya, sedangkan A dan T hanya berbicara ketika ada rekannya atau petugas yang bertanya atau mengajak bicara, saat ada orang lain yang tidak dikenal kedua subyek lebih sering menunduk. Ketika peneliti bertemu dengan salah seorang remaja berinisial A, peneliti melakukan wawancara dengan didampingi seorang petugas. Subyek mengatakan, selama berada di dalamlembaga Pemasyarakatan memang merasakan kecemasan dan kekhawatiran bagaimana nanti menjalani kehidupan setelah bebas dari masa hukuman. Subyek juga merasa bersalah kepada keluarganya karena perbuatannya dan statusnya sebagai narapidana, subyek merasa malu jika nantinya bertemu kembali dengan masyarakat, subyek merasa dirinya tidak sama dengan orang lain karena statusnya sebagai narapidana. Setelah selesai menceritakan pengalamannya A langsung pergi kedalam lingkungan sel, selama proses wawancara A terlihat gelisah dan tidak tenang. Begitu pula dengan T, terlihat lebih banyak menunduk ketika diajak bicara dibandingkan dengan kedua subyek An terlihat lebih santai.
12 12 Tidak semua remaja dapat menerima semua aspek positif dan negatif yang ada dalam dirinya, yang menyebabkan turunnya rasa percaya diri pada masing-masing individu, tetapi ada juga beberapa individu yang kemudian menjadi agresif mudah marah, tersinggung dan sebagainya sehingga memancing adanya tindakan kekerasan seperti perkelahian. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) pada remaja yang berada di dalam sel merasakan perasaan bingung, putus asa karena harus mendekam dalam sel, jauh dari keluarga khususnya orang tua, dan kehilangan panutan. Karena di dalam sel sendiri terdiri dari para remaja yang juga bernasib sama, merasa bingung dan putus asa sehingga para remaja ini tidak tahu apa yang harus dilakukan. Karena menyandang predikat sebagai seorang narapidana, para remaja ini bingung bagaimana masa depannya kelak, masih dapatkah diterima kembali oleh keluarga masyarakat nantinya, masih dapatkah melanjutkan sekolah atau dapatkah remaja-remaja ini memperoleh lapangan pekerjaan. Turunnya rasa percaya diri, adanya perasaan malu dan bersalah, belum bisa menerimaa keadaan, serta putus asa yang dirasakan para remaja dapat berdampak pada penerimaan diri para remaja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga remaja, ditemukan adanya perbedaan kondisi psychological well beingyang berbeda. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam psychological well being yakni penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan
13 13 pribadi. Dimana untuk mencapai psychological well being dimensi utama yang harus terpenuhi oleh seseorang adalah penerimaan diri. Dua dari tiga subjek ditemukan masih belum mampu memperoleh psychological well being.subjek merasa bersalah kepada keluarganya dan malu karena statusnya sebagai narapidana dan pernah mengkonsumsi NAPZA.Sedangkan satu dari ketiga subjek menunjukan sikap-sikap yang merupakan bentuk dari psychological well being.subjek menunjukan adanya penerimaan diri yang baik dimana subjek sudah menyadari keadaannya saat ini dan subjek juga terus berusaha tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik lagi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh penerimaan diri terhadap psychological well beingnarapidana remaja yang mengalami kecanduan NAPZA. B. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well being pada narapidanaremaja Tahanan Polres Banyumasyang mengalami kecanduannapzadi Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well being pada narapidana
14 14 remajatahanan Polres Banyumasyang mengalami kecanduannapza di Lembaga Permasyarakatan Purwokerto? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan keilmuan di bidang psikologi, khususnya psikologi klinis. 2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat khususnya bagi narapidana remaja agar mampu meningkatkan penerimaan dirinya sehingga mendapatkan kesejahteraan psikologis.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang- Undang Dasar 1945 pasal 3 yang berbunyi Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Indonesia Police Watch (IPW)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini marak terjadi kejahatan yang dilakukan tidak hanya orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Indonesia pada tahun 2013 adalah 342.084 kasus sehingga dapat ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang rentan dalam fase pertumbuhan dan perkembangan manusia. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa.
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya.
BAB V Kesimpulan, Diskusi Dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1. Kesimpulan Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya seseorang yang melanggar norma hukum lalu dijatuhi hukuman pidana dan menjalani kesehariannya di sebuah Lembaga Pemasyarakatan mengalami keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain mahluk sosial juga merupakan mahluk individual yang bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya, individu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia, tetapi
Lebih terperinciPENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperincipersepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan(UU RI No.12 Th.1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7). Lembaga Pemasyarakatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, atau barang haram yang dinamakan narkoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia akibat dari pergaulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Pendahuluan
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tentunya mengharapkan kehidupan di masa yang akan datang dapat dilalui dengan baik dan mendapatkan kualitas hidup yang baik. Namun dalam prosesnya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus pelanggaran hukum yang terjadi di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Guna menanggulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya diperlukan adanya pembangunan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis
BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Gambaran Psychological
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penghuni lapas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciMAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika,
Lebih terperinciANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H
ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002), negara-negara industri menganggap merokok adalah hal umum,
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR
UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya
Lebih terperinciSaat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga yang
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga
Lebih terperinciRatna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK
E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi bermain merupakan terapi yang menggunakan sarana bermain untuk mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah secara psikologis
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA
BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ardila, F & Heridana, I. (2013).Penerimaan Diri Pada Narapidana Wanita. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 2, No. 1.
90 DAFTAR PUSTAKA Aini, S. N dan Asiyah, S. N. (2012).Psychological Well Being Penyandang Gagal Ginjal, dalam Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 04/ No. 01: 35-45. Andromeda, Y & Rachmahana, R. S. (2006).Penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan
Lebih terperincikesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ;
kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ; Semangat pemberantasan penyalahgunaan dengan mengkriminalisasi ( berikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat universal. Pembunuhan, pencurian, penipuan, hingga kejahatan-kejahatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, pencurian, penipuan, hingga kejahatan-kejahatan lainnya telah dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya satu generasi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang
Lebih terperinciLampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Verbatim Lampiran 2 INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden Tema Penelitian : Psychological Well-Being Peneliti : Fifi Yudianto NIM : 071301069 Saya yang bertanda tangan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050
Lebih terperinciDalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes
BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes grafis dan observasi mendapatkan hasil yang berbeda pada masingmasing subyek. Penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.
Lebih terperinci