BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi, liberalisasi serta kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup dan modernisasi membuat gaya hidup remaja di perkotaan ikut mengalami perubahan, pada satu sisi hal tersebut dianggap memberikan manfaat dan memberikan kemudahan namun di sisi lain dapat pula mendorong remaja memiliki kecenderungan berperilaku negatif dengan pola hidup konsumtif, selain itu rapuhnya tatanan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia dini bagi remaja di lingkungan keluarga dan teman sepergaulan dianggap ikut memberikan kontribusi dan mendorong remaja terpengaruh lingkungan pergaulan yang kurang sehat, sehingga tidak jarang diantara remaja tersebut ada yang terjerumus ingin coba-coba akibat rasa ingin tahu akibat bujukan teman sepergaulan dan memilih untuk mengkonsumsi Narkotika, obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya, sebagai alat untuk melepaskan diri dari tekanan dan himpitan permasalahan yang individu hadapi (Melati, 2014). Menurut Soedjono (dalam Rukiman, 2005) penyalahgunaan Narkotika merupakan permasalahan nasional dan internasional, karena berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.Tahun 1971, Indonesia sebagai negara lalu lintas penyelundupan narkotika Internasional dan peredarannya secara gelap mendapat dukungan para pecandu yang tidak 1

2 2 kecil jumlahnya, dan sebagian besar penggunanya adalah anak-anak remaja.penyalahgunaan narkotika tersebar secara merata dari kalangan atas hingga anak jalanan terutama di kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa. Di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8 juta jiwa, sebagian besar pengguna tersebut ternyata adalah usia produktif, dan sebagian besar di antaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun). 70 persen dari total pengguna NAPZA di Indonesia anak diusia sekolah, 4 persen lebih siswa SMA dan selebihnya mahasiswa (BNN, 2012).Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba (Eleanora, 2011).Sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Purwokerto, terdapat 66 remaja dengan kasus penyalahgunaan obat-obatan jenis NAPZA. Pada umumnya penggunaan NAPZA hanya sebagai pelampiasan kekesalan.banyak di antara individu yang mempunyai sikap menyukai beberapa jenis NAPZA karena individu beranggapan bahwa dengan memakai NAPZA segala persoalan yang sedang individu hadapi dapat terselesaikan. Individu ini beranggapan bahwa menggunakan NAPZA dapat memberikan sugesti keberanian dan kekuatan, menghilangkan rasa malu dan dapat diterima oleh teman-teman sebayanya tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Sebaliknya ada pula individu yang menunjukkan sikap tidak menyukai menggunakan NAPZA, individu tersebut menganggap dengan menggunakan NAPZAakan merusak dan dapat menghambat aktivitasnya

3 3 sehingga dapat merugikan dirinya sendiri (Anisyah, 2009).Santrock (2003) menemukan beberapa alasan remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena rasa ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi. Sedangkan Syamsu (2014) menyebutkan faktor-faktor penyebab seorang remaja menyalahgunakan NAPZA adalah karena ingin tampil berbeda atau menonjol, melarikan diri dari dari kenyataan, rasa kesetiakawanan, serta rasa ingin tahu. Ketika seorang remaja telah terjerumus ke dalam penggunaan NAPZA, semakin lama dosis pengunaannya semakin meningkat (Rosyidah dan Nurdibyanandaru, 2011). Hal tersebut senada dengan Santrock (2007) bahwa ketika remaja terus menerus mengkonsumsi NAPZA, tubuh remaja akan membangun batas toleransi, yang berarti tubuh remaja membutuhkan obat dalam jumlah yang lebih besar agar dapat memberikan efek yang sama. Selain itu peggunaan NAPZA juga menyebabkan ketergantungan fisik, dimana kebutuhan fisik terhadap suatu obat disertai dengan gejala ketagihan yang tidak menyenangkan ketika pemakaian obat dihentikan.gejala-gejala yang mungkin muncul menurut Pinel (2009) seperti mual, gangguan pencernaan, keringat berlebih, menggigil dan kedinginan, tremor, dan gangguan tidur, yang menyebabkan munculnya perasaan-perasaan negatif lainnya. Hal ini membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap suatu obat, atau dengan kata lain individu tersebut mengalami kecanduan. Dijelaskan pula dalam DSM-IV kecanduan merupakan kumpulan gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kesulitan untuk

4 4 mengontrol penggunaan suatu zat dan meneruskan penggunaanya tanpa memperdulikan akibatnya. Sedangkan pecandu NAPZA adalah seorang penyalahguna NAPZA yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lain, baik secara fisik maupun psikis. Pada dosis yang rendah, individu yang mengkonsumsi NAPZA akan mengalami perubahan perasaan menjadi segar-bugar; kegelisahan dan kegembiraan diawal kemudian diikuti oleh keadaan yang terbebas dari beban pikiran seperti mimpi; perubahan persepsi indrawi termasuk mengenai ruang dan waktu; indera peraba, penglihatan, penciuman, pengecap dan suara yang lebih tajam dari biasanya; serta perubahan-perubahan dalam berpikir, secara sekilas kondisi-kondisi tersebut tidak berbeda dengan kondisi orang pada umumnya (Pinel, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi NAPZA pada dosis rendah tidak terlalu terlihat, tetapi pada dosis tinggi maka sangat berpengaruh pada kondisi psikologisnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang sudah mengalami kecanduan NAPZA pada dosis tinggi cenderung menurun. Dalam berbicara menjadi terbata-bata, sehingga sulit melakukan komunikasi secara efektif.mengalami halusinasi, kondisi emosionalnya menjadi tidak terkontrol, mengalami distorsi penginderaan, mengalami perasaan paranoia, dan mempengaruhi kemampuan motoriknya (Pinel, 2009).

5 5 Berdasarkan hasil wawancara pada tiga subyek, ketiganya mengaku awal mula menggunakan obat-obatan jenis NAPZA karena rasa penasaran.bahkan subyek AN awalnya dimintai tolong oleh temannya untuk membeli obat-obatan tersebut, karena subyek merasa penasaran akhirnya subyek mulai mencoba mengkonsumsi. Ketika mengkonsumsi obat-obatan tersebut An merasakan dirinya lebih percaya diri dari sebelumnya, dan ketika subyek tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan tersebut merasakan mual, gemetar dan kedinginan sehingga subyek terus mengkonsumsinya bahkan menambahkan dosisnya. Karena kebutuhan obat-obatan tersebut semakin tinggi, subyek berusaha memenuhi kebutuhannya dengan menjual obatobatan tersebut kepada teman-temannya. Walaupun masih dalam skala kecil, tetapi tetap saja merugikan sampai akhirnya subyek terjaring dalam razia petugas dan masuk dalam LAPAS. Menurut Hutapea (2010) pada awal menjalani kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), seorang narapidana memasuki suatu dunia yang amat berbeda dengan kehidupan sebelumnya diluar Lembaga Permasyarakatan. Cohen dan Tylor (dalam Hutapea, 2011) bahkan menyebutnya sebagai keruntuhan hidup menyeluruh ( massive life disruption ). Hasil penelitian Holmes dan Rahe (dalam Liwarti, 2013), hukuman penjara menempati urutan keempat dalam skala urutan pengalaman hidup yang menimbulkan stres. Remaja yang telah masuk dalam LembagaPermasyarakatan akan mendapatkan stereotip buruk dari

6 6 masyarakat, selain itu kondisi yang penuh tekanan juga akan mempengaruhi kondisi mental para remaja. Beberapa perubahan hidup yang dialami oleh para remaja dapat membawa remaja ini dalam suatu perasaan ketidaknyamanan fisik dan psikis (Liwarti, 2013). Di dalamlembaga Permasyarakatan, para remaja memiliki keterbatasan untuk menjalin hubungan antara sesama narapidana, adanya rasa takut untuk bergaul dengan lainnya, hilangnya privasi dan individualitas, berkurangnya otonomi serta setiap saat individu dapat menerima perlakuan buruk, baik dari sesama yang lebih kuat atau lebih berpengaruh maupun dari pihak yang memiliki otoritas (Hutapea, 2011). Berdasarkan keterangan dari ketiga subyek, pada saat awal berada dalam lembaga pemasyarakatan subyek merasa mendapat tekanan seperti takut mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat, takut untuk bergaul dengan sesama narapidana, takut mendapatkan perlakuan buruk hal tersebut tentunya mempengaruhi kondisi psikologis remaja. Menurut Handayani (2010) menjalani kehidupan di LAPAS merupakan bentuk pertanggungjawaban yang harus dipenuhi oleh remaja yang melanggar hukum.tujuan dari pembinaan adalah agar narapidana tidak mengulangi lagi perbuatannya, menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan dapat diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat.selama menjalani masa hukuman di LAPAS berbagai permasalahan dialami narapidana remaja diantaranya adalah perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang semakin terbatas, dan perolehan label penjahat.narapidana yang masih

7 7 tergolongremaja membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan dari orangtua agar individu dapat berkembang ke arah pendewasaan yang lebih positif. Penelitian Sholichatun (dalam Nelfice dkk, 2014)menunjukkan bahwa masalah yang menjadistresor bagi para anak didik di LAPAS adalahkerinduan pada keluarga, kejenuhan di LAPAS baikkarena bosan dengan kegiatan-kegiatannya, bosandengan makanannya, adanya masalah denganteman dan rasa bingung ketika memikirkan masadepannya nanti setelah keluar dari LAPAS.Ketiga subyek mengakui merasa bingung bagaimana dengan masa depannya, bagaimana pandangan masyarakat mengenai dirinya, apakah merasa masih dapat tetap melanjutkan sekolah atau tidak. Subyek A dan T mengaku merasa bosan berada di dalam LAPAS, dan ingin cepat kembali kerumah sedangkan An mengaku sudah mulai terbiasa menjalani aktifitas di LAPAS. Ketika An mulai merasa bosan, subyek berusaha membaur dengan narapidana lainnya. Cooke dkk (dalam Liwarti, 2013), menegaskan bahwa para remaja mengalami kehilangan beberapa hal yaitu, kehilangan kendali memilih hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur, kehilangan keluarga dekat seperti anak dan suami, kurangnya stimulasi kegiatan sehari-hari karena kegiatan dilembaga pemasyarakatan cenderung monoton, serta kehilangan panutan terutama pada anak-anak dan remaja. Halhal seperti ini akan menimbulkan masalah-masalah yang akan sangat berpengaruh terhadap psychological well being para remaja.

8 8 Menurut Synder & Lopez (dalam Liwarti, 2013) Psychological well being dapat menjadikan gambaran mengenai level yang tertinggi dari fungsi individu sebagai manusia dan yang diidam-idamkannya sebagai makhluk yang memiliki tujuan dan berusaha berjuang untuk tujuan hidupnya. Individu yang memiliki psychological well being yang positif adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi psychological well being yang berkesinambungan. Pada intinya psychological well being merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari. Menurut Bradburn (dalam Liwarti, 2013) perasaan ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif misalnya, ketidakpuasan hidup, kecemasan merasa tertekan, rasa percaya diri yang rendah, dan sering berperilaku agresif, sampai pada kondisi mental yang positif seperti, realisasi potensi dan aktualisasi diri. Menurut Ryff & Singer (Papalia dkk, 2008) kesehatan mental positif mengandung kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan keberadaan diri yang sehat. Orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu membuat keputusan sendiri dan mengatur perilakunya sendiri, serta lebih memilih atau membentuk lingkungan yang membuat hidupnya menjadi bermakna, serta berjuang dan mengembangkan dirinya sendiri semaksimal mungkin. Menurut keterangan dari petugas beberapa remaja ada yang merasa malu dengan statusnya saat ini sebagai narapidana. Subyek T mengatakan bahwa dirinya merasa malu, minder, bersalah kepada keluarganya, dan raguragu dan takut jika dirinya tidak dapat diterima kembali dimasyarakat selepas

9 9 masa tahanannya. Subyek A merasa bersalah, karena telah membuat malu keluarganya, subyek juga masih belum bisa menerima dirinya berada di lembaga pemasyarakatan sehingga subyek juga merasa sulit beradaptasi dengan lingkungannya. Sedangkan subyek An, awalnya memang merasa malu dan sangat bersalah karena membuat keluarganya sedih, tetapi seiring berjalannya waktu subyek mulai dapat menerima keadaannya dan berusaha membuktikan bahwa subyek dapat menjadi individu yang lebih baik lagi.menurut Bartol (Azani, 2012) dampak psikologis hukuman penjara antara lain: kehilangan identitas diri, kehilangan rasa aman, kehilangan kemerdekaan individual, kehilangan kebebasan untuk berkomunikasi, kehilangan pelayanan, kehilangan kasih sayang keluarga, kehilangan harga diri, kehilangan rasa percaya diri dan kehilangan kehilangan kreatifitas bahkan impian serta cita-cita narapidana. Kehilangan hak-hak tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan para narapidana, yang menyebabkan para narapidana sulit untuk menerima dirinya sendiri. Penerimaan diri adalah menurut Johnson(dalam Putri, 2012), penerimaan diri dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai suatu konsep diri maka seseorang harus dapat menjalankan penerimaan atas dirinya. Jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya (Burns, dalam Putri, 2012).

10 10 Berdasarkan penuturan petugas pada tanggal 24 Juli 2015,menuturkan, rata-rata remaja yang baru masuk dalam LAPASawalnya sulit untuk terbuka dan cenderung pendiam, menutup diri.tetapi setelah diajak untuk berbaur dan mengikuti kegiatan, sedikit-sedikit mulai bisa membuka diri tetapi tidak semua, masih ada juga yang masih menutup diri karena malu, adanya rasa bersalah atau perasaan takut serta canggung karena berada ditempat baru.termasuk subyek A, T dan AN, subyek A dan T masih merasakan adanya perasaan malu dan bersalah sedangkan subyek AN sudah mulai dapat beradaptasi dan sudah mulai dapat menerima keadaan dirinya serta berusaha membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi individu yang lebih baik. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan memiliki hak untukmeningkatkan psychological well being, para remaja memiliki hak untuk memiliki kehidupan yang bahagia sekalipun berada dalam penjara.selama berada dalam Lembaga Permasyarakatan, para remaja mendapatkan pembinaan agar kelak berfungsi secara layak ditengah masyarakat setelah selesai menjalani masa hukuman. Sehingga menurut Anthony (dalam Azani, 2012) para remaja ini dapat menerima kenyataan, dan dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki, serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Dengan kata lain, remaja di dalamlembaga Permasyarakatan sendiri, mendapatkan pembinaan atau bimbingan agar dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam diri, serta membentuk mental yang positif dalam diri remaja. Namun pada

11 11 kenyataannya tidak semua remaja dapat merasakan hak individu untuk memiliki kehidupan yang bahagia. Tidak semua remaja mampu menerima keadaan dirinya, karena menyandang status sebagai narapidana. Menurut UU no. 12 tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilangkebebasan di dalam penjara. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015 pada tigaremaja, terlihat subyek A dan T terlihat lebih pendiam dibandingkan dengan An.An terlihat dapat membaur dengan rekan-rekannya bahkan dengan petugas subyek tidak segan untuk bertanya, sedangkan A dan T hanya berbicara ketika ada rekannya atau petugas yang bertanya atau mengajak bicara, saat ada orang lain yang tidak dikenal kedua subyek lebih sering menunduk. Ketika peneliti bertemu dengan salah seorang remaja berinisial A, peneliti melakukan wawancara dengan didampingi seorang petugas. Subyek mengatakan, selama berada di dalamlembaga Pemasyarakatan memang merasakan kecemasan dan kekhawatiran bagaimana nanti menjalani kehidupan setelah bebas dari masa hukuman. Subyek juga merasa bersalah kepada keluarganya karena perbuatannya dan statusnya sebagai narapidana, subyek merasa malu jika nantinya bertemu kembali dengan masyarakat, subyek merasa dirinya tidak sama dengan orang lain karena statusnya sebagai narapidana. Setelah selesai menceritakan pengalamannya A langsung pergi kedalam lingkungan sel, selama proses wawancara A terlihat gelisah dan tidak tenang. Begitu pula dengan T, terlihat lebih banyak menunduk ketika diajak bicara dibandingkan dengan kedua subyek An terlihat lebih santai.

12 12 Tidak semua remaja dapat menerima semua aspek positif dan negatif yang ada dalam dirinya, yang menyebabkan turunnya rasa percaya diri pada masing-masing individu, tetapi ada juga beberapa individu yang kemudian menjadi agresif mudah marah, tersinggung dan sebagainya sehingga memancing adanya tindakan kekerasan seperti perkelahian. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) pada remaja yang berada di dalam sel merasakan perasaan bingung, putus asa karena harus mendekam dalam sel, jauh dari keluarga khususnya orang tua, dan kehilangan panutan. Karena di dalam sel sendiri terdiri dari para remaja yang juga bernasib sama, merasa bingung dan putus asa sehingga para remaja ini tidak tahu apa yang harus dilakukan. Karena menyandang predikat sebagai seorang narapidana, para remaja ini bingung bagaimana masa depannya kelak, masih dapatkah diterima kembali oleh keluarga masyarakat nantinya, masih dapatkah melanjutkan sekolah atau dapatkah remaja-remaja ini memperoleh lapangan pekerjaan. Turunnya rasa percaya diri, adanya perasaan malu dan bersalah, belum bisa menerimaa keadaan, serta putus asa yang dirasakan para remaja dapat berdampak pada penerimaan diri para remaja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga remaja, ditemukan adanya perbedaan kondisi psychological well beingyang berbeda. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam psychological well being yakni penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan

13 13 pribadi. Dimana untuk mencapai psychological well being dimensi utama yang harus terpenuhi oleh seseorang adalah penerimaan diri. Dua dari tiga subjek ditemukan masih belum mampu memperoleh psychological well being.subjek merasa bersalah kepada keluarganya dan malu karena statusnya sebagai narapidana dan pernah mengkonsumsi NAPZA.Sedangkan satu dari ketiga subjek menunjukan sikap-sikap yang merupakan bentuk dari psychological well being.subjek menunjukan adanya penerimaan diri yang baik dimana subjek sudah menyadari keadaannya saat ini dan subjek juga terus berusaha tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik lagi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh penerimaan diri terhadap psychological well beingnarapidana remaja yang mengalami kecanduan NAPZA. B. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well being pada narapidanaremaja Tahanan Polres Banyumasyang mengalami kecanduannapzadi Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well being pada narapidana

14 14 remajatahanan Polres Banyumasyang mengalami kecanduannapza di Lembaga Permasyarakatan Purwokerto? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan keilmuan di bidang psikologi, khususnya psikologi klinis. 2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat khususnya bagi narapidana remaja agar mampu meningkatkan penerimaan dirinya sehingga mendapatkan kesejahteraan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang- Undang Dasar 1945 pasal 3 yang berbunyi Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Indonesia Police Watch (IPW)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Indonesia Police Watch (IPW) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini marak terjadi kejahatan yang dilakukan tidak hanya orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Indonesia pada tahun 2013 adalah 342.084 kasus sehingga dapat ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang rentan dalam fase pertumbuhan dan perkembangan manusia. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya.

BAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. BAB V Kesimpulan, Diskusi Dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1. Kesimpulan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya seseorang yang melanggar norma hukum lalu dijatuhi hukuman pidana dan menjalani kesehariannya di sebuah Lembaga Pemasyarakatan mengalami keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain mahluk sosial juga merupakan mahluk individual yang bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya, individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia, tetapi

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang  2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan(UU RI No.12 Th.1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7). Lembaga Pemasyarakatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, atau barang haram yang dinamakan narkoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia akibat dari pergaulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tentunya mengharapkan kehidupan di masa yang akan datang dapat dilalui dengan baik dan mendapatkan kualitas hidup yang baik. Namun dalam prosesnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran

BAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus pelanggaran hukum yang terjadi di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Guna menanggulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya diperlukan adanya pembangunan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Gambaran Psychological

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penghuni lapas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika,

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002), BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002), negara-negara industri menganggap merokok adalah hal umum,

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya

Lebih terperinci

Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga yang

Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga yang BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga

Lebih terperinci

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi bermain merupakan terapi yang menggunakan sarana bermain untuk mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah secara psikologis

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardila, F & Heridana, I. (2013).Penerimaan Diri Pada Narapidana Wanita. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 2, No. 1.

DAFTAR PUSTAKA. Ardila, F & Heridana, I. (2013).Penerimaan Diri Pada Narapidana Wanita. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 2, No. 1. 90 DAFTAR PUSTAKA Aini, S. N dan Asiyah, S. N. (2012).Psychological Well Being Penyandang Gagal Ginjal, dalam Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 04/ No. 01: 35-45. Andromeda, Y & Rachmahana, R. S. (2006).Penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan

Lebih terperinci

kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ;

kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ; kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ; Semangat pemberantasan penyalahgunaan dengan mengkriminalisasi ( berikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat universal. Pembunuhan, pencurian, penipuan, hingga kejahatan-kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat universal. Pembunuhan, pencurian, penipuan, hingga kejahatan-kejahatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, pencurian, penipuan, hingga kejahatan-kejahatan lainnya telah dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya satu generasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Verbatim Lampiran 2 INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden Tema Penelitian : Psychological Well-Being Peneliti : Fifi Yudianto NIM : 071301069 Saya yang bertanda tangan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes grafis dan observasi mendapatkan hasil yang berbeda pada masingmasing subyek. Penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.

Lebih terperinci