BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Baja.1.1 Pendahuluan Baja merupakan material struktur yang memiliki ketahanan terhadap kekuatan tarik yang tinggi tetapi cukup lemah dalam menahan kuat tekan. Baja umumnya merupakan bahan campuran besi (Fe), zat arang atau karbon (C), mangan (Mn), silicon (Si), dan tembaga (Cu). Berdasarkan kadar karbon yang terkandung di dalamnya, baja karbon dapat dibagi menjadi: Baja karbon rendah (low carbon steel) (C < 0,15%) Baja karbon ringan (mild carbon steel) (C=0,15% 0,9%) Baja karbon menengah (medium carbon steel) (C = 0,30% 0,59%) Baja karbon tinggi (high carbon steel) (C = 0,60% 1,70%) Baja yang sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon ringan. Semakin besar persentase karbon yang dikandung baja, maka tegangan leleh dari baja akan semakin bertambah, tetapi daktilitas dari baja tersebut akan semakin berkurang, salah satu dampaknya adalah pembengkokan maupun pekerjaan las akan menjadi lebih sulit. 6

2 Menurut SNI 00, baja struktur dapat dibedakan berdasarkan kekuatannya menjadi beberapa jenis, yaitu: Jenis Baja Kuat Leleh (fy) MPa Tegangan Tarik Batas (fu) MPa BJ BJ BJ BJ BJ Sumber : SNI 00 Tabel.1 Tegangan leleh dan kuat tarik batas.1. Sifat Baja Ada beberapa keuntungan dari sifat baja yang membuat baja menjadi bahan yang dipilih sebagai bahan material konstruksi, keuggulan dari sifat baja adalah: Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur serta juga mengurangi mengurangi berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan bagi struktur-struktur yang bersifat memanjang, bahkan pada bangunan dengan kondisi tanah buruk. Memiliki keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari bermacam bahan penyusun. Dan juga memiliki tingkat keawetan yang tinggi. Bersifat elastis, dimana baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsi-asumsi yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja memiliki perilaku elastis hingga tegangan yang cukup 7

3 tinggi mengikuti hukum hooke. Dan momen Inersia dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan dalam melakukan analisa struktur. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadinya keruntuhan. Dan beberapa keuntungan lain dari pemakaian baja adalah kemudahan dalam penyambungan antarelemen yang satu dengan yang lainnya dengan menggunakan baut sehingga pembentukan secara makrostruktur dapat lebih fleksibel dan mampu membentuk struktur dengan kualitas daya seni tinggi. Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut: Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan: G = E/(1+μ) Dimana: μ = Angka perbandingan poisson Modulus elastisitas (E) berkisar antara Mpa sampai Mpa. Nilai untuk desain lazimnya diambil Mpa. Dengan mengambil μ = 0.30 dan E = Mpa, akan memberikan G = Mpa Koefisien ekspansi (α), diperhitungkan sebesar : α = 11,5 106 per ºC Berat jenis baja (γ), diambil sebesar 7.85 t/m³. Untuk dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli struktur harus dapat memahami sifat-sifat mekanik dari baja. Pengujian yang 8

4 paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja adalah dengan melakukan uji tarik terhadap material baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi di dalam benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Gambar.1 dan. menunjukkan suatu hasil uji tarik material baja yang dilakukan pada suhu kamar serta dengan memberikan laju regangan yang normal. Tegangan nominal (f) yang terjadi dalam benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan regangan (ε) yang merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula (ΔL/L) diplot pada sumbu horizontal. Gambar.1 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan, sedangkan Gambar. menunjukkan gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan sebesar ± %. Gambar.1 Kurva Hubungan Tegangan (f) dan Regangan (ε) 9

5 Gambar. Bagian Kurva Tegangan-Regangan yang Diperbesar Titik-titik penting dari kurva tegangan-regangan adalah: f p f e : batas proporsional : batas elastis f yu,f y : tegangan leleh atas dan bawah f u ε s ε u : tegangan putus : regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan : regangan saat tercapainya tegangan putus Titik-titik penting tersebut membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah sebagai berikut: Daerah linear antara 0 dan f p, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke, kemiringan dan bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus Elastisitas atau Modulus Young, E (=f /ε). 10

6 Daerah elastis antara 0 dan f e, pada daerah ini jika beban dihilangkan maka benda uji ini akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda uji tersebut masih bersifat elastis. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara % hingga 1,- 1,5%, pada bagian ini dapat menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja tersebut. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini tegangan masih mengalami kenaikan. Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai daerah plastis yang benarbenar datar sehingga tak dapat dipakai dalam analisa plastis. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara ε s dan ε u. Untuk regangan lebih besar dari 15 hingga 0 kali regangan elastis maksimum, tegangan kembali mengalami kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada kemiringan daerah elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan (strain-hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan (E st ).1.3 Profil Baja Profil baja struktural yang tersedia di pasaran terdiri dari banyak jenis dan bentuk. Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Beberapa jenis profil baja menurut ASTM bagian I diantaranya adalah profil IWF, O, C, profil siku (L), tiang tumpu (HP), dan profil T structural. Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom. Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi profil M 11

7 mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W, dan juga memiliki aplikasi yang sama. Profil S adalah balok standar Amerika. Profil ini memiliki bidang flens yang miring, dan web yang relatif lebih tebal. Profil ini jarang di gunakan dalam konstruksi, tetapi masih digunakan terutama untuk beban terpusat yang sangat besar pada bagian flens. Profil HP adalah profil jenis penumpu (bearing type shape) yang mempunyai karakteristik penampang agak bujur sangkar dengan flens dan web yang hampir sama tebalnya. Biasanya digunakan sebagai fondasi tiang pancang. Bisa juga digunakan sebagai balok dan kolom, tetapi umumnya kurang efisien. Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1:6. Biasnya diaplikasikan sebagai penampang tersusun, bracing tie, ataupun elemen dari bukaan rangka (frame opening). Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk digunakan sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasanya digunakan secara gabungan, yang lebih di kenal sebagai profil siku ganda. Profil ini sangat baik untuk digunakan pada struktur truss. Gambar.3 Profil Baja 1

8 . Balok..1 Pendahuluan Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban. Balok menerima beban yang arahnya tegak lurus dengan sumbu memanjang batangnya, hal tersebutlah yang menyebabkan balok melentur. Pada sistem struktural bangunan gedung, elemen balok merupakan paling banyak digunakan dengan pola berulang dalam susunan hirarki balok. Susunan hirarki ini terdiri atas ; susunan satu tingkat, dua tingkat, dan susunan tiga tingkat sebagai batas maksimum. Tegangan aktual yang timbul pada elemen struktur balok tergantung pada besar dan distribusi material pada penampang melintang balok tersebut. Semakin besar ukuran balok, semakin kecil tegangan yang terjadi. Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja. 13

9 .. Balok Sederhana Balok sederhana adalah suatu balok yang disangga secara bebas pada kedua ujungnya. Istilah disangga secara bebas menyatakan secara tidak langsung bahwa ujung penyangga hanya mampu menahan gaya-gaya pada batang dan tidak mampu menghasilkan momen. Dengan demikian tidak ada tahanan terhadap rotasi pada ujung batang jika batang mengalami tekukan karena pembebanan. Batang sederhana diilustrasikan pada Gambar.4. Gambar.4 Balok dengan perletakan sederhana Perlu diperhatikan bahwa sedikitnya satu dari penyangga harus mampu menahan pergerakan horizontal sedemikian sehingga tidak ada gaya yang muncul pada arah sumbu balok. Balok pada Gambar.4a dikatakan dikenai gaya terkonsentrasi atau gaya tunggal; sedang batang pada Gambar.4b dibebani pasangan beban terdistribusi seragam. Balok sederhana merupakan balok statis tertentu, yaitu balok dimana reaksi-reaksi gayanya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan kesetimbangan statis. Nilai reaksi-reaksi ini tidak tergantung pada perubahan bentuk atau deformasi yang terjadi pada balok. 14

10 ..3 Tekuk Lateral Pada Balok Tekuk lateral adalah tekuk arah tegak lurus bidang kerja gaya luar, terjadi pada balok-balok langsing dimana Iy< Ix. Seperti pada kolom dengan beban aksial, balok tidak mungkin mengalami pembebanan yang sempurna, tidak homogen seluruhnya, dan biasanya tidak dibebani tepat pada bidang yang dianggap dalam perencanaan dan analisis. Tinjau gambar.5 di bawah ini. Menurut teori balok yang umum, pembebanan pada bidang badan balok akan menimbulkan tegangan yang sama besar di titik A dan B. Namun ketidaksempurnaan pada balok dan eksentrisitas tak terduga pada pembebanan akan menyebabkan tegangan di A dan B berlainan. Sayap segiempat yang berlaku sebagai kolom biasanya akan tertekuk dalam arah lemah akibat lentur terhadap suatu sumbu seperti sumbu 1-1 pada gambar.5b, namun badan memberi sokongan menerus untuk mencegah tekuk ini. Bila beban tekan diperbesar, sayap segiempat cenderung akan tertekuk oleh lentur terhadap sumbu - pada gambar.5b tekuk lateral (lateral buckling). Analogi antara sayap tekan balok dan kolom ditujukan hanya untuk menjabarkan kelakuan umum tekuk lateral. Gambar.5 Tekuk Torsi lateral pada balok 15

11 Untuk memahami kelakuan ini secara lebih tepat, harus disadari bahwa sayap tekan tidak saja ditopang (braced) dalam arah lemah oleh badan yang menghubungkan ke sayap tarik yang stabil, tetapi badan juga memberikan pengekangan momen dan geser yang menerus sepanjang pertemuan sayap dan badan. Jadi, kekakuan lentur badan menyebabkan seluruh penampang ikut bekerja bila pergerakan lateral atau ke samping terjadi...4 Beban Tengah Terpusat Jika balok dengan perletakan sederhana di bentang tengahnya diberi gaya terpusat, maka diagram momennya adalah bilinear seperti pada gambar. Disini, seperti pada kasus momen ujung tidak merata, persamaan diferensialnya akan menghasilkan koefisien variabel. Sebagai gambaran, balok dengan perletakan sederhana yang dibebani gaya terpusat P dipusat geser pada bentang tengah penampang seperti pada gambar dibawah. Untuk memperoleh persamaan diferensial, kita perlu mencari hubungan momen eksternal yang ditimbulkan yang bekerja pada pada balok pada keadaan terdeformasi dengan momen internalnya.dalam hal ini kita menggunakan dua koordinat system, yaitu (x-y-z) dan (x -y -z ) seperti pada gambar. Pada balok yang tertekuk lateral, reaksi vertical (P/) dan reaksi torsi, dimana perpindahan lateral bidang luar dari pusat geser ditengah penampang akan mendapat sokongan. Dengan mengingat penampang sejauh z dari titik awalnya, variasi komponen dari momen external yang bekerja pada penampang tersebut yang mengenai koordinat x-y-z, dengan menggunakan aturan sekrup tangan kanan untuk vector momen, M x ext = P P z.1 16

12 M y ext = 0. M z ext = P u m u.3 Komponen dari momen external yang bekerja pada penampang pada balok yang terdeformasi yang mengenai koordinat x -y -z adalah : M x ext M x ext du dz M z ext = P L du P z + dz u m u.4 M y ext γ M x ext dv dz M z ext = γ P L dv P z + dz u m u.5 M z ext M z ext + du dz M x ext = P u m u + du P dz L z.6 Momen perlawanan internalnya adalah: M x int = EI x d v dz.7 M y int = EI y d u dz.8 M z int = GJ dγ dz EC d 3 γ w dz 3.9 Gambar.6 Balok dengan Perletakan Sederhana dengan Pembebanan Di Tengah Bentang 17

13 Gambar.7 Tekuk Lateral pada Balok dengan Perletakan Sederhana dengan Pembebanan Di Tengah Bentang Sumber :STRUCTURAL STABILITY, Theory and Implementation.W.F.Chen, Ph.d. dan E.M. Lui, Ph.d Tanda minus pada persamaan.7 di atas menunjukkan bahwa Momen positif M x int menghasilkan gradien negative(d v)/dx, sesuai dengan aturan sekrup tangan kanan. Dengan menyamakan momen external dan momen internal dan mengabaikan syarat orde tertinggi, dapat ditetapkan persamaan keseimbangan: EI x d v dz + P L z = 0.10 EI y d u dz + γ P L z = 0.11 GJ dγ dz EC d 3 γ w dz 3 + P u m u + du P dz L z = 0.1 Perlu dicatat bahwa syarat kedua dalam persamaan.7dan.8 di atas diabaikan penulisannya pada persamaan.10 dan.11 karena nilai (du/dz), (dv/dz),dan u m u, sangat kecil. Kita harus mengetahui bahwa dalam persamaan.6 diatas, yang menggambarkan perilaku lentur bidang dalam balok, tidak digabungkan dengan dua persamaan lainnya.oleh karena itu hal tersebut tidak penting dalam analisis buckling ini. Perilaku tekuk torsi lateral balok 18

14 digambarkan pada persamaan.10 dan persamaan.11. Dengan mengeliminasi u dari persamaan.10 dan persamaan.11 dan mencatat bahwa du m dz = 0,dapat ditulis persamaan diferensial: EC w d 4 γ dz 4 GJ d γ dz + 1 EI y P L z γ = 0.13 Solusi untuk persamaan diferensial ini ditetapkan dengan metode deret tak terhingga. Hasilnya diplot dalam bentuk garis tebal pada gambar di bawah.kurva tersebut masing-masing sesuai pada kasus pada saat beban bekerja pada sayap atas, pusat geser, dan pada sayap bawah pada penampang. Pada kasus dimana beban bekerja pada sayap atas merupakan keadaan yang paling berbahaya, karena lengan torsi bertambah besar. Di sisi lain hal yang berbahaya ialah bekerjanya beban pada sayap bawah sehingga menyebabkan pengurangan lengan torsi. Jika beban bekerja pada sayap atas maka persamaan.6 menjadi : M z ext = P u m + γ m u.14 Dan pada saat beban bekerja pada sayap bawah, maka persamaan.6 menjadi: M z ext = P u m γ m u.15 Dimana u m dan γ m merupakan perpindahan lateral bidang luar dan putaran dari penampang bentang tengah balok masing-masing. Nilai dari γ m (atau γ m ) menggambarkan jumlah kenaikan atau penurunan pada lengan torsi yang diakibatkan beban yang bekerja dan kenaikan atau penurunan momen externalnya M z ext. Terbukti, jika M z ext semakin besar maka P cr akan 19

15 semakin kecil dan sebaliknya. Maka pendekatan nilai teoritis P cr dari persamaan.1 di atas adalah: M cr = P cr L 4 = C bm 0cr.16 Gambar.8 Perbandingan Nilai Teoritis dan Nilai Pendekatan (Beban Terpusat) Sumber : STRUCTURAL STABILITY, Theory and Implementation.W.F.Chen, Ph.d. dan E.M. Lui, Ph.d Dengan: C b = AB Untuk beban pada sayap bawa A Untuk beban pada pusat geser A B Untuk beban pada sayap atas.17 Nilai A dan B dirumuskan oleh Nethercot dan Rockey sebagai berikut. A = B = W 0.180W.19 Dimana: W = π L EC w GJ 0

16 Nilai pendekatan untuk nilai P cr dengan menggunakan persamaan.16 dan.19 diatas diplot atau digambarkan dengan garis putus-putus pada gambar di atas. Dapat kita lihat bahwa solusi pendekatan diatas memberikan gambaran solusi yang pasti secara teoritis...5 Pengaruh Kondisi Pembebanan Kasus dasar tekuk lateral dan puntiran yang terjadi pada balok WF dengan perletakan sederhana yang dibebani momen seragam pada sumbu utamanya telah diterima dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan solusi persamaan diatas. Rumus ini akan menghasilkan hasil yang konservatif dalam sebagian besar kasus. Akan tetapi sebagian besar balok dalam strukturnya tidak dibebani dengan momen seragam, dan sebagian besar kondisi perletakannya tidaklah sederhana. Kondisi pembebanan dan kondisi batas yang praktis dan sangat penting sayangnya tidak dapat memecahkan persamaan diferensial yang sangat rumit dan bahkan tidak mungkin dapat diselesaikan dengan analitis...6 Perilaku Balok Tanpa Kekangan Lateral Pada balok yang memikul beban transversal selain melentur terhadap sumbu kuatnya, juga dapat melentur ke arah sumbu lemahnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian sayap tekan balok dihubungkan dengan bagian sayap tarik melalui badan balok sehingga dapat mencegah terjadinya ketidakstabilan sayap tekan terhadap tekuk. Komponen tekan dari suatu balok disokong seluruhnya oleh komponen tarik yang stabil. Jadi, tekuk global dari komponen tekan tidak terjadi sebelum kapasitas momen batas penampang belum tercapai. Namun apabila sayap tekan cukup besar, bagian sayap tekan dapat tertekuk ke arah lateral yang dikenal sebagai lateral torsional buckling. Untuk 1

17 mencegah terjadinya lateral torsional buckling ini, balok dapat diberi lateral support pada jarak tertentu, atau dengan memilih balok yang mempunyai momen inersia terhadap sumbu lemah mendekati sama besar dengan momen inersia sumbu kuatnya...7 Kekuatan Balok Akibat Beban Momen Murni o Kuat Lentur Nominal Balok Kuat lentur nominal balok ditinjau dari kegagalan tekuk lateral sangat tergantung kepada panjang balok tanpa sokongan (unbraced length) didefinisikan parameter berikut ini: L p = 790 F yf r y L pd = M 1 M r F y yf L r = r y X 1 F yf F r X F yf F r X 1 = π S x. E. G. J. A X = 4. S x G. J. C ω I y Dengan: F yf = Tegangan leleh pada sayap J = Konstanta Torsi C w = Konstanta Warping r y = Radius girasi terhadap sumbu y E G = Modulus Elastisitas = Modulus Geser S x = Section Modulus terhadap sumbu x

18 F r A = Tegangan sisa = Luasan Penampang Profil Pada bagian berikut ada 4 (empat) kondisi balok dengan momen plastis dan kapasitas rotasi yang berbeda-beda. o Penampang kompak dengan L b L pd Momen plastis tercapai M n = M p dengan kapasitas rotasi besar R 3 o Penampang kompak dengan L b L pd Momen plastis tercapai M n = M p dengan kapasitas rotasi besar R < 3 o Penampang kompak dengan L p < L b < L r Momen plastis tidak tercapai M r M n < M p. Karena terjadinya tekuk lateral pada daerah inelastis. Maka: M n = M p M p M r L b L p L r L p M p o Penampang kompak dan tidak kompak dengan L b > L r Pada kasus ini akan terjadi lateral torsional buckling pada daerah elastis M n < M r M n = M cr = S xx 1 L b L r 1 + X 1X L b L r Gambar.9 Kuat Momen Nominal akibat beban L b Pengaruh Gradient Momen Terhadap Ketidakstabilan Lateral Torsi 3

19 Telah dijelaskan pada bab sebelumnya kuat lentur nominal M n terhadap tekuk lateral dikembangkan dari analisis balok di atas dua perletakan dengan beban yang bekerja adalah momen lentur murni seragam. Bila momen yang bekerja tidak seragam atau beban yang bekerja adalah beban transversal, maka kuat lentur nominal M n akan bertambah. Untuk memperhitungkan pengaruh momen yang tidak seragam atau beban yang bekerja adalah beban transversal, maka kuat lentur nominal dikalikan dengan faktor modifikasi C b. Peraturan AISC 1986 menetapkan faktor seperti C b yang diusulkan Salvadori: C b = 1,75 + 1,05 M 1 M + 0,3 M 1 M,3.0 Pengaruh distribusi beban sepanjang bentang balok yang tidak disokong/dikekang terhadap kekuatan atau kapasitas tekuk lateral torsi elastis telah diteliti secara numerik oleh sejumlah peneliti. Hasil dari sejumlah buku atau tulisan, solusi pada bentuk persamaan.0 diatas sering dipakai untuk mencari nilai beban kritis. Solusi untuk kondisi pembebanan yang secara umum untuk beban yang bekerja pada pusat gesernya dapat dilihat pada tabel dibawah. Dengan menggunakan tanda atau nilai M cr pada kolom ketiga dan nilai C b pada kolom keempat dengan nilai M 0cr pada persamaan.0 d iatas dapat kita hitung nilai beban kritisnya. Untuk pembebanan yang diagaram momennya tidak menyerupai dengan yang terdapat pada table.a dibawah tersebut. Rumus empiris dirumuskan oleh Kirby dan Nethercot untuk nilai C b. C b = 1 3 M 1 M max + 4 M M max + 3 M 3 M max +.1 Dimana M 1, M, dan M 3 momen pada ¼ panjang bentang, tengah bentang dan ¾ panjang bentang masing-masing dan M max adalah momen maksimum sebagaimana ditunjukkan pada tabel.b di bawah. Jika letak pembebanan tidak pada pusat geser, nilai-nilai beban kritis akan berbeda-beda. Untuk dua kasus pembebanan pada tabel di bawah Nethercot, dan Rockey telah mengusulkan tanda untuk C b untuk digunakan pada persamaan.0 4

20 untuk memberikan nilai pendekatan beban kritis. Gambar di bawah menunjukkan perbandingan antara nilai beban kritis secara teoritis yang ditetapkan oleh Timoshenko dan Gere untuk kasus beban yang terdistribusi dengan seragam dengan solusi pendekatan yang dirumuskan oleh Nethercot dan Rockey. Gambar.10 Bidang Momen pada 1 4, 1, dan 3 4 bentang 5

21 Tabel. Nilai C b untuk berbagai jenis kasus pembebanan yang berbeda (Beban yang diberikan seluruhnya pada pusat geser penampang) (Sumber : Structural stability Theory of implementation W.F. Chen, Phd.).3 Konsep Teori Stabilitas Struktur Keunggulan bahan struktur dari baja yang paling utama adalah kekuatan dan sifat keliatannya (ductility) yang tinggi sehingga mampu berdeformasi secara nyata sebelum terjadi kegagalan. Pada perencanaan suatu konstruksi baja diharapkan struktur yang dihasilkan akan dapat menahan beban rencana tanpa terjadi deformasi yang dapat menyebabkan struktur bangunan mengalami keruntuhan. Dalam hal ini biasanya struktur dirancang dengan kekakuan yang baik sehingga beban rencana yang dipikul oleh struktur berada pada kondisi aman. Konsep stabilitas pada suatu struktur baja biasanya diterapkan sebagai prinsip dasar, maka pada setiap perencanaan kondisi keseimbangan harus dipertimbangkan, karena sistem struktur akan terganggu keseimbangannya apabila diberi beban. Ada 3 alternatif dasar yang dapat menjadi prinsip dasar keseimbangan tersebut, antara lain: 1. Jika sistem struktur tetap berada pada posisi originalnya, maka sistem tersebut dikatakan stabil, artinya jika beban ditiadakan maka sistem kembali seperti semula. Gambar.11(A) 6

22 . Jika sistem struktur menerima besar beban tertentu, apabila beban tersebut dihilangkan maka sistem akan kembali seperti semula, tetapi apabila beban ditambah sedikit saja maka sistem tersebut tidak lagi kembali seperti semula walaupun beban ditiadakan, kondisi ini dikatakan netral, artinya besar beban itu adalah beban kritis. Gambar.11(B) 3. Jika sistem struktur terus bergerak dan cenderung tidak mampu mendukung beban, maka sistem itu dikatakan tidak stabil. Gambar.11(C). Konsep stabilitas dari ketiga keseimbangan tersebut divisualisasikan dengan sebuah bola yang bergulir di atas bidang pada gambar.11 Gambar.11 Tiga Kondisi Keseimbangan Statis Akibat karakter ketidakstabilan tersebut akan terjadi perubahan geometri uang dihasilkan oleh kehilangan kemampuan memikul beban tersebut. pada bagian (A) beban P <P cr maka struktur berada pada kondisi stabil, lalu pada bagian (B) beban P = P cr maka struktur berada pada kondisi mulai tidak stabil, dan pada bagian (C) beban P > P cr maka struktur akan mengalami pola keruntuhannya dan tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula, dengan kata lain telah terjadi perubahan geometri dan sifat kekuatan bahan tersebut. Masalah ini menjadi penting bagi perencanaan struktur baja untuk diterapkan, selain 7

23 pertimbangan tercapainya kekuatan maksimum, kekakuan juga harus diperhitungkan untuk kestabilan..4 Teori Umum Lentur Sejauh ini pembahasan hanya terbatas pada bentuk-bentuk profil simetris, sehingga rumus f = M.c/I dapat digunakan untuk menghitung tegangan lentur elastis. Pembahasan berikut akan lebih memperumum lenturan pada batang prismatis (batang yang mempunyai bentuk penampang melintang sama di setiap potongannya). Diasumsikan pula dalam balok ini tidak terjadi puntir. Perhatikan balok dengan penampang seragam pada Gambar.1 yang dikenal momen pada bidang ABCD. Bidang ABCD membentuk sudut γ terhadap bidang xz. Momen ini direpresentasikan dengan vektor normal terhadap ABCD. Gambar.1 Balok Prismatis Dengan Lentur Murni Perhatikan pula potongan sejarak z pada gambar.1 Syarat kesetimbangan dalam free body dipenuhi bila: fz = 0 σda = 0. M x = 0 M x = A y. σda.3 8

24 M y = 0 M y = A x. σda.4 Momen M x dan M y positif bila menghasilkan lentur positif, artinya lentur yang mengakibatkan tekan pada bagian atas balok dan tarik pada bagian bawah..4.1 Lentur dalam Bidang YZ Jika lentur terjadi dalam bidang yz, tegangan σ proposional terhadap y, sehingga: σ = k 1. y.5 Gunakan persamaan. hingga.4 memberi hasil: k 1 yda = 0 A.6 M x k 1 A y da = k 1 I x.7 M y k 1 A xyda = k 1 I xy.8 Gambar.13 Free Body balok pada potongan berjarak z Persamaan.6 menunjukkan bahwa x haruslah sumbu berat. Dari persamaan.7 dan.8 memberikan: k 1 = M x I x = M y I y.9 Dan sudut γ dapat ditentukan sebagai: tan γ = M x I x = M y I y.30 9

25 Bila penampang memiliki minimal satu sumbu simetri (I xy = 0, γ = π/) maka beban dan lentur terjadi dalam bidang yz..4. Lentur dalam Bidang XZ Bila lentur terjadi dalam bidang xz, tegangan σ proposional terhadap x, sehingga: σ = k. x.31 Gunakan persamaan.1 hingga.3 memberi hasil: k xda = 0 A.3 M x k A xyda = k I xy.33 M y k A x da = k I y.34 Dan sudut γ haruslah: tan γ = M x I x = M y I y.35 Dalam kasus penampang yang memiliki paling sedikit satu sumbu simetri I xy = 0 dan tan γ = 0, maka beban dan lentur terjadi dalam bidang xz..4.3 Lentur di luar Bidang XZ dan YZ Tegangan total σ merupakan penjumlahan dari tegangan akibat lentur dalam bidang xz dan yz. σ = k 1. y + k. x.36 M x = k 1 I x + k I xy.37 M y = k 1 I xy + k I y.38 Menyelesaikan persamaan.37 dan.38 serta substitusi ke persamaan.36 akan diperoleh: 30

26 σ = M xi y M y I xy.y+ M y I x M x I xy I x I y +I xy I x I y I.x.39 xy Persamaan.18 merupakan persamaan umum lentur, dengan mengasumsikan: balok lurus, prismatis, sumbu x dan y adalah dua sumbu berat saling tegak lurus, material elastis linear, tak ada pengaruh puntir. Bila penampang mempunyai setidaknya satu sumbu simetri, maka dengan mensubstitusikan I xy = 0, persamaan.39 menjadi: σ = M x I x.y= M y I y.x.40 Dari persamaan.30 dan.35 didefinisikan tan γ = M x M y Bila tegangan dalam sumbu netral sama dengan nol, σ dalam persamaan.39 dapat disubstitusi dengan nol, selesaikan untuk -x/y, akan diperoleh bentuk: - x y = M x I y M y I xy I x I y I xy I x I y I xy.41 M y I x M x I xy Dari Gambar.14 tampak bahwa tan α = -x/y, sehingga persamaan.41 dapat ditulis sebagai: tan α = M x M y. I y I xy I x M x M y. I xy = I y.tan γ I xy I x I xy.tan γ.4 Jika penampang memiliki paling tidak satu buah sumbu simetri ( I xy = 0): tan α = I y I x.tan γ.43 31

27 .5 Torsi.5.1 Pendahuluan Pengaruh torsi/puntir terkadang sangat berperan penting dalam desain struktur. Kasus torsi sering dijumpai pada balok induk yang memiliki balok-balok anak dengan bentang yang tak sama panjang. Profil yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profil bundar berongga (seperti cincin). Penampang ini lebih kuat memikul torsi daripada penampang bentuk I, kanal, T, siku, atau Z dengan luas yang sama. Suatu batang pejal bulat bila dipuntir, maka tegangan geser pada penampang di tiap titik akan bervariasi sesuai jaraknya dari pusat batang, dan penampang yang semula datar akan tetap datar serta hanya berputar terhadap sumbu batang. Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dari Saint-Venant, ia mengatakan bahwa jika batang dengan penampang bukan lingkaran, bila dipuntir maka penampang yang semula datar tidak akan menjadi datar lagi setelah dipuntir, penampang ini menjadi terpilin (warping) keluar bidang..5. Torsi Murni pada Penampang Homogen Perhatikan momen torsi, T, yang bekerja pada batang pejal homogen. Asumsikan tidak ada pemilinan (warping) ke luar bidang. Kelengkungan torsi θ diekspresikan sebagai: θ = d dz.44 Dan regangan geser γ, dari suatu elemen sejarak r dari pusat adalah : γ = r. d dz = r.θ.45 3

28 Dari hukum Hooke, tegangan geser akibat torsi: τ = γ.g.46 Torsi T adalah sedemikian sehingga: Gambar.14 Torsi Pada Batang Pejal dt = τ. d. A. r = γ. G. d. A. r = r. d dz.g.da.47 Mengintegralkan persamaan.47 sehingga akan diperoleh: T = r. d dz. G. da = d dz. G r. da = GJ d dz.48 E Dimana : G = modulus geser = 1+v J = konstanta torsi, atau momen inersia polar (untuk penampang lingkaran) Tegangan geser, τ, dari persamaan.45 dan.46 adalah: τ = r. d T.r.G = dz J.49 33

29 Dari persamaan.49 dapat disimpulkan bahwa regangan geser akibat torsi sebanding dengan jarak dari titik pusat torsi. Penampang Lingkaran Perhatikan penampang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r 1 dan r dimana r 1 < r r J = r. da = πr 3. dr Gambar.15 Penampang Lingkaran J = 1. π. r4 r r 1 = 1. π. r 4 r 1 4 J = 1. π. r r 1 r + r 1 = π. (r r 1 )(r + r 1 )(r + r 1 ) J = π. t. (r + r 1 )(r + r 1 ) Jika r = r 1 + t maka r = (r 1 + t) = r 1 + r 1 t + t Maka J = π. t. r 1 + t r 1 + r 1 t + t Untuk r 1 = 0, maka: J = π. t. π. t4 t3 = = π 3 (. t)4 = 1. π. d4 3 34

30 τ maks = T. (d ) 16. T = 1 3. π. π. d 4 d4 Untuk t 0, maka: J = π. t. r r r 1. + t + t 1 r 1 r π. t (. r 1) J = 1. π. t. d3 4 τ maks = T. d + t (. T) π. t. π. t. d d3 Penampang Persegi Perhatikan penampang persegi yang mengalami geser akibat torsi, pada gambar Regangan geser = γ Regangan geser, γ adalah: Gambar.16 Torsi Pada Penampang Persegi γ =. d dz. t = t. d dz.50 Berdasarkan hukum Hooke, tegangan geser, τ, diekspresikan sebagai: τ = γ.g = t.g. d dz = T.t J.51 35

31 Dari teori elastisitas, τ maks terjadi di tengah dari sisi panjang penampang persegi dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut. Besarnya merupakan fungsi dari rasio b/t dan dirumuskan sebagai: τ maks = k 1.t b.t.5 Dan konstanta torsi penampang persegi adalah: J = k. b. t.53 Besarnya k₁ dan k₂ tergantung dari rasio b/t, dan ditampilkan dalam tabel.3 b/t 1 1, 1,5, k₁ 4,81 4,57 4,33 3,88 3,88 3,75 3,55 3,44 3 k₂ 0,141 0,166 0,196 0,9 0,49 0,63 0,81 0,91 0,333 Tabel.3 Harga k₁ dan k₂ untuk persamaan.5 dan.53 Profil I, Kanal, T dan Siku Dari Tabel.3 tampak untuk b/t yang besar maka harga dan akan cenderung konstan. Untuk penampang-penampang berbentuk I, kanal, T dan siku, maka perhitungan konstanta torsinya diambil dari penjumlahan konstanta torsi masingmasing komponenya yang berbentuk persegi, sehingga dalam hal ini: J = 1 3.b.t

32 .5.3 Tegangan Puntir pada Profil I Pembebanan pada bidang yang tak melalui pusat geser akan mengakibatkan batang terpuntir jika tidak ditahan oleh pengekang luar. Tegangan puntir akibat torsi terdiri dari tegangan lentur dan geser. Tegangan ini harus digabungkan dengan tegangan lentur dan geser yang bukan disebabkan oleh torsi. Torsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni torsi murni (pure torsional/saint-venant s torsion) dan torsi terpilin (warping torsion). Torsi murni mengasumsikan bahwa penampang melintang yang datar akan tetap datar setelah mengalami torsi dan hanya terjadi rotasi saja. Penampang bulat adalah satusatunya keadaan torsi murni. Torsi terpilin timbul bila flens berpindah secara lateral selama terjadi torsi. Gambar.17 Penampang dengan Beban Torsi Torsi Murni (Saint-Venant s Torsion) Seperti halnya kelengkungan lentur (perubahan kemiringan per satuan panjang) dapat diekspresikan sebagai M/EI =d y dz, yakni momen dibagi kekakuan lentur sama dengan kelengkungan, maka dalam torsi murni momen M dibagi kekakuan torsi GJ sama dengan kelengkungan torsi (perubahan sudut puntir ø per satuan panjang). 37

33 M s = GJ d dz.55 Dimana: M s G J : Momen torsi murni (Saint-Venant s Torsion) : Modulus Geser : Konstanta torsi Menurut persamaan tegangan akibat M s sebanding dengan jarak ke pusat torsi Torsi terpilin (Warping) Sebuah balok yang memikul torsim z, maka bagian flens tekan akan melengkung ke salah satu sisi lateral, sedang flens tarik melengkung ke sisi lateral lainnya. Penampang pada Gambar.17 memperlihatkan balok yang puntirannya ditahan di ujung-ujung, namun flens bagian atas berdeformasi ke samping (arah lateral) sebesar u f. Lenturan ini menimbulkan tegangan normal lentur (tarik dan tekan) serta tegangan geser sepanjang flens. Secara umum torsi pada balok dianggap sebagai gabungan antara torsi murni dan torsi terpilin. Gambar.18 Torsi pada Profil I 38

34 .6 Keran Angkat (Crane).6.1 Pendahuluan Fungsi utama dari keran angkat (crane) adalah mengangkat dan memindahkan barang ke tempat yang diinginkan. Sistem pemindahan barang dengan keran angkat (crane) terdiri dari keran angkat (crane) yang menggantung di udara dan disokong suatu struktur, hal tersebut yang membedakan sistem pemindahan barang dengan keran angkat dengan alat pemindah barang lainnya seperti forklift dan konveyor. Dengan mengangkat dan memindahkan barang langsung ke tujuan tanpa ada rintangan dalam perjalanan menyebabkan penggunaan keran angkat dapat menghemat waktu, biaya produksi, dan menghemat ruang dikarenakan barang-barang dapat disusun serta meningkatkan keamanan. Keuntungan dari penggunaan keran angkat (crane) hanya akan diperoleh jika crane yang digunakan sesuai dengan desain, aplikasi, dan perawatan jika sudah mencapai umur operasi. Hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah dalam pengoperasian alat ini, sebagai operator, orang yang menjalankan sistem pemindahan barang dengan crane kadang dalam pekerjaannya sudut pandang untuk melihat posisi beban dan posisi sekitar terbatas. Jika tidak diperhatikan akan menimbulkan kerugian dan sangat berbahaya. Tetapi dengan melakukan inovasi dalam bidang teknologi, kekurangan ini dapat diatasi dengan pengoperasian alat dengan menggunakan remote. Operator dapat mengendalikan crane dari bawah dengan sudut pandang yang lebih luas. 39

35 .6. Jenis-jenis Keran Angkat Pemindahan barang dengan keran angkat (crane) biasanya digunakan dalam industri, pelabuhan, dan usaha bongkar muat kapal Ada beberapa jenis keran angkat (crane) yang sering digunakan, antara lain:.6..1 Monorail Sistem Crane monorail adalah sistem pengangkatan barang yang berjalan di rel tunggal. Monorail merupakan sistem pengangkatan yang paling efisien dan cepat dalam memindahkan barang. Rel tunggal dapat dimodifikasi menjadi rel ganda. Akibat dari modifikasi ini mengakibatkan daya angkat dari crane meningkat. Pengaplikasian monorail biasanya pada pekerjaan produksi yang berulang seperti pabrik perakitan kendaraan atau pabrik perakitan mesin,industri peleburan baja. Monorail dapat bergerak terhadap dua sumbu gerakan kait yaitu atas/bawah dan depan/belakang sepanjang balok monorail. Gambar.19 Monorail Crane.6.. Bridge Crane 40

36 Yang membedakan bridge crane dengan sistem crane yang lain adalah adanya struktur penopang kolom sebagai landasan untuk bergeraknya crane sehingga dapat bergerak terhadap sumbu X, Y, dan Z. Beban bergerak atasbawah, troli bergerak kanan-kiri, dan jembatan crane bergerak maju-mundur. Keuntungan menggunakan bridge crane adalah daya jangkau yang sangat luas dan sedikit penghalang dalam memindahkan barang karena posisi dari bridge crane cukup tinggi. Gambar.0 Bridge Crane.6..3 Gantry Crane Gantry crane dapat menjadi salah satu alternatif dalam sistem pengangkatan barang. Gantry crane mirip dengan bridge crane, hal utama yang membedakannya adalah terdapatnya roda di struktur penopang kolom, sehingga crane dapat dipindahkan. 41

37 Gambar.1 Gantry Crane Gantry crane tidak memerlukan jalur khusus, sehingga bisa langsung digunakan di atas lantai. Gantry crane biasanya digunakan untuk pemakaian di dalam maupun di luar ruangan dengan panjang bentang hingga 150 m Jib Crane Jib crane merupakan tipe crane yang bagian atasnya dapat berputar sambil membawa hoist dan troli. Struktur penopangnya merupakan tiang yang dapat berputar 180 o hingga 360 o. Kapasitas maksimum dari gantry crane sekitar 10T dan memiliki motor untuk berotasi. Fungsi utama dari jib crane adalah untuk mengangkut beban yang ringan. Penggunaan jib crane biasanya untuk industri kecil, misalnya peralatan mesin las, industri perakitan kecil, dan bongkar muat barang yang tidak memerlukan ketepatan posisi. Jib crane tidak disarankan untuk digunakan dalam pekerjaan berat. 4

38 Gambar. Jib Crane.7 Metode Energi.7.1. Pendahuluan Konservasi energi pada ilmu statika di definisikan bahwa apabila suatu gaya (beban) dilakukan terhadap suatu konstruksi akan mengakibatkan deformasi, artinya adanya suatu kesetaraan sebab dan akibat. Dalam hal ini kita sebutlah bahwa gaya gaya potensial dari luar akan mengakibatkan perobahan di dalam konstruksi berupa deformasi yang disebut regangan. Sehingga keseimbangan antara potensi yang bekerja harus sama dengan efek yang ditimbulkan ke dalam konstruksi tersebut, dengan anggapan tidak ada energi yang hilang (Energi Potensial = Energi Regangan) dalam kondisi statik, pengertian energi adalah gaya dikali dengan perpindahan. Energi regangan di asumsikan linear walaupun sebenarnya ada energi yang diabaikan dan sangat relatif kecil (ΔU) Gambar.3 43

39 Gambar.3 Energi Regangan Oleh Beban Gaya P Strain energy (energi regangan) du = P.d Δ U = P. d Complementary energy (energi potensial) du = Δ.dP U =. dp Sebenarnya masih ada sesatan kecil bahwa U U atau U = U+ΔU, oleh karena asumsi energi linier atau ΔU <<<, maka cukup U = U.7. Energi regangan (Strain energy) a. Akibat gaya aksial P. Energi regangan akibat gaya aksial P, Gambar.4 U = 0,5.P.x (luas segitiga) x = ε.l, dan ε = σ/e dan σ = P/A, sehingga U = P. x = σ. A. ε. L = σ. A. σ E. L = σ E. AL 44

40 U = σ E. AL Di sini σ, merupakan energi regangan per satuan volume E Gambar.4 Energi Regangan oleh Beban Aksial b. Akibat momen lentur M. Energi regangan akibat momen lentur M, Gambar.5 Gambar.5 Energi Regangan oleh Beban Momen Lentur du = σ dx. da E du = dx E σ. da du = dx E M. y. da I = M EI dx karena, 45

41 σ = M EI y. da = I Maka, U = M EI dx Bentuk integralnya adalah: a. Akibat Normal. N U = 0 L N x dx EA b. Akibat Momen M U = 0 L M x dx EI Untuk suatu balok yang menerima momen lentur berlaku : EI.y = M x Maka: U = 0 L EI. y dx EI = EI 0 L y dx a. Energi lentur arah sumbu x-x U = EI x 0 L v dz b. Energi lentur arah sumbu y-y U = EI y 0 L u dz 46

42 c. Energi torsi warping U = EI w β dz d. Energi torsi murni U = GJ β dz.7.3 Energi potensial (Potensial energy) Sebuah batang dengan panjang L, oleh gaya P melentur sehingga posisi P berpindah Δb dan energi potensial =P.Δb Gambar.6 Gambar.6 Pergeseran Batang karena Melentur a. Perpindahan (Δb) karena balok melentur oleh gaya axial P Δb = S L ds = dx + dy 1 = 1 + dy dx 1 dx S = 0 L 1 + dy dx 1 dx 47

43 Dari teori bentuk binomial: a + b n = a n + na n 1 b + n(n 1) a n b +! 1 + dy dx 1/ = 1 1/ dy dx + dst Apabila suku (dy/dx) dipangkatkan yang lebih besar lagi, maka hasilnya akan semakin menjadi sangat kecil atau diabaikan saja. Maka panjang S adalah: S = 0 L 1 + dy dx dx Sehingga S L = 0 L 1 dy dx dx Karena Δb = S L sehingga: Δb = 0 L 1 dy dx dx Anggap energi potensial adalah V, dan ΔV = P. Δb, maka: dv = P 1 0 L dy dx dx sehingga energi potensial adalah: V = P y dx 0 L b. Perpindahan (y) karena balok melentur oleh beban tunggal P Gambar.7. 48

44 Gambar.7 Balok Melentur karena Beban Tunggal Energi potensial nya adalah : V = P.y c. Perpindahan (y) karena balok melentur oleh beban merata q Gambar.8 Gambar.8 Balok Melentur karena Beban Merata Energi potensial nya adalah : V = q. y. dx 0 L 49

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. Material baja Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1. Umum Dalam merencanakan suatu struktur, tegangan puntir ( torsi ) & warping merupakan salah satu tegangan yang berpengaruh. Meskipun pengaruhnya bersifat sekunder, namun tidak

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI 03 1729 2002 ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Maulana Rizki Suryadi NRP : 9921027 Pembimbing : Ginardy Husada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

Tegangan Dalam Balok

Tegangan Dalam Balok Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya

Lebih terperinci

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: SURYADI

Lebih terperinci

ANALISA TEKUK LATERAL PADA BALOK CRANE BAJA I DENGAN PERHITUNGAN MANUAL DAN ABAQUS ARVAN P. SIAGIAN Pembimbing

ANALISA TEKUK LATERAL PADA BALOK CRANE BAJA I DENGAN PERHITUNGAN MANUAL DAN ABAQUS ARVAN P. SIAGIAN Pembimbing ANALISA TEKUK LATERAL PADA BALOK CRANE BAJA I DENGAN PERHITUNGAN MANUAL DAN ABAQUS ARVAN P. SIAGIAN 08 0404 067 Pembimbing Ir. Torang Sitorus, MT NIP: 19571002 198601 1 001 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya

Lebih terperinci

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana teknik sipil Anton Wijaya 060404116 BIDANG

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Metode Desain LRFD dengan Analisis Elastis o Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk

Lebih terperinci

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM Fikry Hamdi Harahap NRP : 0121040 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada.,MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON (Studi Literature) TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENEMPUH UJIAN SARJANA TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Tahap Sarjana pada

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil C Baja adalah salah satu alternatif bahan dalam dunia konstruksi. Baja digunakan sebagai bahan konstruksi karena memiliki kekuatan dan keliatan yang tinggi. Keliatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban BAB xviii I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban balok struktur baja tidak selalu persis bekerja pada pusat geser. Apabila diteliti khususnya

Lebih terperinci

Jason Pratama Salim 1 dan Johannes Tarigan 2. ABSTRAK

Jason Pratama Salim 1 dan Johannes Tarigan 2.   ABSTRAK STUDI PENGARUH LETAK TAMBATAN LATERAL PADA SAYAP BAWAH BALOK H DENGAN PELAT YANG DICOR DI ATAS BALOK TERHADAP PERPINDAHAN LATERAL MAXIMUM PADA SAYAP BAWAH BALOK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS Jason

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Sambungan Sambungan-sambungan pada konstruksi baja hampir tidak mungkin dihindari akibat terbatasnya panjang dan bentuk dari propil propil baja yang diproduksi. Sambungan bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA Alderman Tambos Budiarto Simanjuntak NRP : 0221016 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI (3.1)

BAB III LANDASAN TEORI (3.1) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kelangsingan Kelangsingan suatu kolom dapat dinyatakan dalam suatu rasio yang disebut rasio kelangsingan. Rasio kelangsingan dapat ditulis sebagai berikut: (3.1) Keterangan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser 4.1 Tegangan dan Regangan Balok akibat Lentur Murni Pada bab berikut akan dibahas mengenai respons balok akibat pembebanan. Balok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR...... ii UCAPAN TERIMA KASIH......... iii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL...... v DAFTAR GAMBAR...... vi ABSTRAK...... vii BAB 1PENDAHULUAN... 9 1.1.Umum...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin- KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S)

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S) PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S) Paulus Karta Wijaya Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl.Ciumbuleuit 94Bandung Email: paulusk@unpar.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS MODUL 1 TEKUK TORSI LATERAL Panjang elemen balok tanpa dukungan lateral dapat mengalami tekuk torsi lateral akibat beban lentur yang terjadi (momen lentur). Tekuk Torsi

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan sisa (residual stress ), f r = 70 MPa Modulus elastik baja (modulus

Lebih terperinci

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing

Lebih terperinci

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Pengertian Balok 5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak lurus ( ) sumbu memanjang batang (beban lateral beban lentur) Beberapa jenis balok pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu area pada konstruksi seperti rumah, gedung bertingkat, dan jenis konstruksi lainnya. Umumnya,

Lebih terperinci

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok A. Struktur Balok 1. Balok Konstruksi Baja Batang lentur didefinisikan sebagai batang struktur yang menahan baban transversal atau beban yang tegak lurus sumbu batang. Batang lentur pada struktur yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL.1. Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR. PENDAHULUAN Pada struktur pelat satu-arah beban disalurkan ke balok kemudian beban disalurkan ke kolom. Jika balok menyatu dengan ketebalan pelat itu sendiri, menghasilkan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Jembatan merupakan sebuah struktur yang sengaja dibangun untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya. Struktur jembatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan konstruksi bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai struktur utama. Banyaknya penggunaan

Lebih terperinci

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

DEFORMASI BALOK SEDERHANA TKS 4008 Analisis Struktur I TM. IX : DEFORMASI BALOK SEDERHANA Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Pada prinsipnya tegangan pada balok

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI 03-1726-2002 DAN FEMA 450 Calvein Haryanto NRP : 0621054 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya BABH TINJAUAN PUSTAKA Pada balok ternyata hanya serat tepi atas dan bawah saja yang mengalami atau dibebani tegangan-tegangan yang besar, sedangkan serat di bagian dalam tegangannya semakin kecil. Agarmenjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM BAB II DASAR TEORI 2.1 Sifat Baja Struktural Pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama pada tahun 1960, baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM (American

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG Bobly Sadrach NRP : 9621081 NIRM : 41077011960360 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan

Lebih terperinci

viii DAFTAR GAMBAR viii

viii DAFTAR GAMBAR viii vi DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN... I LEMBAR PENGESAHAN... II HALAMAN PERNYATAAN... III HALAMAN PERSEMBAHAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... VIII DAFTAR TABEL... XI INTISARI... XII

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 Umum Beton merupakan salah satu bahan atau material yang paling banyak dipakai sebagai bahan konstruksi di bidang teknik sipil, baik pada bangunan gedung, jembatan, bendung, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. menara air rangka baja. Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum :

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. menara air rangka baja. Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum : BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Umum Baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya luar yang besar maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka. Dalam merancang suatu struktur bangunan harus diperhatikan kekakuan, kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya, serta bagaimana

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Batang Tekan Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi BAB I PENDAHUUAN I. 1 Umum Baja adalah salah satu bahan kontruksi yang paling penting, sifat-sifatnya yang terutama dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dan sifat yang keliatannya.

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan omen entur 3.1 Tipe Pembebanan dan Reaksi Beban biasanya dikenakan pada balok dalam bentuk gaya. Apabila suatu beban bekerja pada area yang sangat kecil atau terkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batang tekan merupakan batang yang mengalami tegangan tekan aksial. Dengan berbagai macam sebutan, tiang, tonggak dan batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

ANALISA TEKUK PADA KOLOM BAJA TAMPANG IWF AKIBAT GAYA TEKAN AKSIAL

ANALISA TEKUK PADA KOLOM BAJA TAMPANG IWF AKIBAT GAYA TEKAN AKSIAL ANALISA TEKUK PADA KOLOM BAJA TAMPANG IWF AKIBAT GAYA TEKAN AKSIAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : RISKA LUMBANRAJA

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan prasarana yang diperlukan dalam mempertahankan dan mengembangkan peradaban manusia. Di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan untuk berdeformasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem

Lebih terperinci