PEMAKNAAN PENONTON TERHADAP PENCITRAAN BAKAL CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN MELALUI TAYANGAN KUIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMAKNAAN PENONTON TERHADAP PENCITRAAN BAKAL CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN MELALUI TAYANGAN KUIS"

Transkripsi

1 PEMAKNAAN PENONTON TERHADAP PENCITRAAN BAKAL CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN MELALUI TAYANGAN KUIS (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI) CINDY NATASYA CASTELLA Abstrak Penelitian ini berjudul Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI). Tujuan penelitian ini untuk melihat pemaknaan penonton terhadap pencitraan Wiranto dan Hary Tanoesoedibyo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, posisi penonton serta faktor-faktor yang mempengaruhi posisi penonton. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi. Teori dasar yang digunakan adalah teori encoding-decoding yang ditemukan oleh Stuart Hall tentang bagaimana khalayak memproduksi sebuah pesan dari suatu teks media. Proses tersebut akan menghasilkan makna yang tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap empat informan dengan latar belakang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan Kuis Kebangsaan dimaknai oleh informan sebagai kuis yang menampilkan pencitraan dan promosi yang dilakukan oleh WIN-HT. Pemaknaan tersebut mempengaruhi posisi informan, dimana informan I berada pada Opositional Position, Informan II dan IV berada pada Negotiated Position dan informan III berada pada Dominant Position. Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi penonton dilihat dari faktor latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan lainnya terkait pencitraan dan politik. Kata Kunci : Pencitraan, Kuis Kebangsaan, Pemaknaan Penonton, Analisis Resepsi PENDAHULUAN Konteks Masalah Kuis interaktif bertajuk Kuis Kebangsaan pertama kali tayang di salah satu stasiun televisi swasta nasional, yaitu RCTI (Rajawali Citra Televisi). Kuis yang dipandu oleh seorang pembawa acara wanita ini bertujuan untuk menguji pengetahuan dan wawasan peserta yang mengikuti kuis tentang Indonesia seperti sejarah, geografi, pengetahuan umum, hingga hal-hal terbaru tentang Indonesia. Kuis Kebangsaan di RCTI setiap hari ditayangkan sejak 1 Oktober 2013, pada pukul WIB dan WIB. Namun, selama kurang lebih dua bulan, pada pagi harinya kuis tersebut tayang lebih cepat setengah jam dari tayangan sebelumnya menjadi pukul WIB. 1

2 Kuis Kebangsaan merupakan kuis interaktif yang digunakan WIN-HT sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan diri mereka, anggota partai dan partai. Cara seperti ini belum ada dilakukan oleh pihak lain untuk membentuk pencitraan dimata publik. Namun, karena menggunakan ruang dan frekuensi publik yang didalamnya ada peraturan penyiaran, hal ini membuat WIN-HT dianggap berlebihan oleh sebagian orang, hingga memunculkan pro dan kontra, terlebih di jejaring sosial seperti twitter dan kaskus, juga banyak pihak-pihak yang mempelopori untuk menghentikan kuis ini dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Namun, tidak hanya sampai disitu, Kuis Kebangsaan yang selama ini sudah menuai pro dan kontra, melakukan sebuah kesalahan saat on air pada tanggal 7 Desember Kesalahan yang terjadi dimana, penelepon terlebih dahulu menjawab sebelum pertanyaan ditampilkan dan ditanyakan oleh si penanya secara langsung. Sejak saat itu, muncul dugaan setting-an yang dilakukan oleh Kuis Kebangsaan. Kuis yang tayang di televisi, dipersembahkan untuk para penonton agar penonton dapat menikmatinya. Hal ini tentunya berkaitan dengan penonton yang akan memaknai maksud, bahasa maupun ideologi yang disampaikan. Teks media mendapatkan makna hanya pada saat penerimaan (resepsi), yaitu pada saat mereka dibaca, dilihat dan didengarkan. Dengan kata lain, penonton dilihat sebagai produser makna dan bukan hanya konsumen konten media, dalam hal ini, penonton memaknai teks media sesuai dengan latar belakang budaya dan pengalaman subyektif yang mereka alami dalam kehidupan. Sehingga, satu teks media akan menimbulkan banyak makna dalam sebuah teks yang sama. Setiap teks mengandung ideologi yang menjadikan pentingnya kajian resepsi. Studi analisis yang mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak (Hadi, 2009). Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai analisis resepsi yaitu pemaknaan penonton terhadap pencitraan WIN-HT melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, yang sudah banyak mengalami pro dan kontra diberbagai kalangan penikmat televisi, atas dasar penjelasan di atas. Penelitian ini akan melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi penonton sebagai khalayak aktif dalam memaknai kuis tersebut. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut: Bagaimanakah Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui Tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI? Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan wakil presdien Wiranto-Hary Tanoesodibjo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI. 2

3 b. Untuk mengetahui posisi penonton terhadap pencitraan bakal calon presdien dan wakil presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI. c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi penonton URAIAN TEORITIS Paradigma Kajian Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Analisis teori kritis tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti konstruktivisme. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tiak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa komunikasi tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi tertentu di dalamnya. Oleh karena itu, analisis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses komunikasi: batasanbatasan apa yang diperkenankan, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan (Ardianto & Q-Anees, 2007: 167). Komunikasi Massa Devito (dalam Effendy, 2006: 21), menampilkan definisi mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, seperti berikut: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku. Televisi Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa. Tayangan televisi dijelajahi dengan tayangan hiburan, berita dan iklan. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, karena pada umumnya tujuan utama khalayak menyaksikan televisi adalah hiburan, selanjutnya memperoleh informasi (Ardianto & Erdinaya, 2004: 128). Kuis Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kuis memiliki beberapa arti seperti ujian lisan atau tertulis yang singkat; untuk di televisi, kuis berasal dari Bahasa Inggris quiz yang merupakan padanan kata atau sinomim untuk permainan tekateki yang biasanya berhadiah. Kuis dikenal melalui acara televisi yang disiarkan secara rutin setiap pekan atau setiap hari. 3

4 Komunikasi Politik Budiarjo (dalam Damsar, 2010: 208) memberikan pengertian bahwa komunikasi politik merupakan fungsi sosialisasi dan budaya politik. Komunikasi yang berjalan baik menjadi prasyarat sosialisasi politik untuk dapat berjalan dengan baik pula, sehingga budaya politik dapat dilangsungkan dengan baik. Pencitraan Politik Citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsensus). Salah satu tujuan komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual (Arifin, 2003: ). Analisis Resepsi Studi mengenai hubungan yang terjadi antarmedia dan khalayak (pembaca, pemirsa, pengguna internet) menjadi perhatian utama antara industri media, akademisi, maupun pemerhati media dan masalah sosial. Media mampu menjadi stimuli untuk menikmati sajian pesan atau program yang ditampilkan. Isi media mampu menjadi wacana perbincangan (penerimaan khalayak) yang menarik apabila dikaitkan dengan konteks budaya. Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan reception analysis. Konsep teoritik terpenting dari reception analysis adalah teks media (penonton) atau program televisi, bukanlah makna yang melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan dalam interaksinya antara khalayak dan teks. Makna diciptakan karena menonton atau membaca dan memproses teks media. Kemunculan studi resepsi bukan sebagai reaksi terhadap metode survei dalam riset audiens, melainkan lebih sebagai metode analisis teks dalam studi media. Perbedaan dengan analisis teks media adalah jika pada analisis teks media, makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks oleh peneliti, sementara dalam studi analisis resepsi, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti. Menurut Hall, khalayak melakukan decoding terhadap pesan media melalui tiga kemungkinan posisi, yaitu hegemoni dominan, negosiasi, dan oposisi (Morissan dkk, 2010: ): 1. Hegemoni Dominan (Dominant-Hegemonic Position) 2. Negosiasi (Negotiated Position). 3. Oposisi (Oppositional Position). Khalayak Aktif Pada studi khalayak yang baru seperti yang dikatakan oleh Evans (Ferguson & Goldings, 1997: ) penelitian khalayak pada studi media dikarakteristikkan oleh dua asumsi: (a) bahwa khalayak selalu aktif dan, (b) bahwa isi media selalu bersifat polisemi atau terbuka untuk diinterpretasi. Asumsi di atas berarti bahwa mayoritas khalayak secara rutin memodifikasi atau merubah berbagai ideologi dominan yang direfleksikan dalam isi media. 4

5 Pemaknaan Pemaknaan terhadap fakta atau kenyataan, dilakukan dengan berbagai cara. Metode pamaknaan meliputi empat cara, yaitu (Muhadjir, 2000: ): a. Terjemahan b. Penafsiran c. Ekstrapolasi d. Pemaknaan Model Teoritik Kerangka Pemikiran Pemaknaan Penonton Pencitraan WIN-HT dalam Kuis Kebangsaan Hegemoni Dominan Negosiasi Oposisi METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah pendekatan analisis resepsi, yaitu penelitian yang mendasarkan pada kesadaran atau cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman individu. Analisis resepsi dapat melihat mengapa khalayak memaknai sesuatu secara berbeda, faktor-faktor psikologis dan sosial apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut, dan konsekuensi sosial yang muncul (Anggara, 2012: 32). Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek Penelitian Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah penonton. Karakteristik informan dikategorikan dengan pertimbangan sebagai berikut: - usia (diatas 17 tahun), - jenis kelamin (laki-laki/perempuan), - pendidikan (minimal SMA/Sarjana), - pekerjaan (misalnya: pelajar/ mahasiwa/ dosen/ pedagang/ wartawan, pegawai negeri atau swasta/ ibu rumah tangga dan sebagainya), - frekuensi menonton (minimal 3 kali). Informan yang diteliti berjumlah 4 orang dan berlokasi di kota Medan. Informan I dipilih berdasarkan tingkat pendidikannya, peneliti memilih mahasiswa yang sudah pernah mempelajari komunikasi dan politik. Informan II peneliti memilih dosen/ahli politik, dikarenakan berpengalaman dari segi 5

6 keilmuan. Informan III peneliti memilih mahasiswa yang tidak pernah mempelajari komunikasi dan politik. Informan IV peneliti memilih ibu rumah tangga yang tidak memiliki kegiatan apapun di luar rumah. Keberagaman informan ini bertujuan untuk mendapatkan pemaknaan yang bervariasi dari setiap informan yang terpilih dan mereka dipilih secara purposive sampling, karena berdasarkan tujuan penelitian dan kriteria informan yang dicari. Objek Penelitian Objek penelitian adalah pencitraan WIN-HT dalam tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI yang tayang setiap hari pada pukul WIB. Kerangka Analisis Penelitian kualitatif ini didesain dengan menggunakan analisis resepsi. Pendekatan analisis resepsi digunakan karena pada dasarnya audiens aktif meresepsi teks dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Dengan analisis resepsi ini, peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana khalayak memahami dan menginterpretasi isi pesan (memproduksi makna) berdasarkan pengalaman (story of life) dan pandangannya selama berinteraksi dengan media. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam 2. Dokumenter 3. Kepustakaan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang tepat. Ada empat kriteria yang diperlukan dalam uji keabsahan data (Moleong, 2000: ) : 1. Derajat Kepercayaan (Credibility) Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga teknik pemeriksaan, yaitu : a. Ketekunan Pengamatan b. Triangulasi c. Pemeriksaan Sejawat 2. Keteralihan (Transferability) 3. Kebergantungan (Dependability) 4. Kepastian (Comfirmability) Teknik Analisis Data Menurut Strauss dan Corbin (Poerwandari, 2005), ada tiga tahapan coding dalam analisis data, yaitu: 1. Open Coding 2. Axial Coding 3. Selective Coding 6

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini melibatkan 4 informan yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Keempatnya akan dilihat bagaimana pemaknaannya terhadap masalah penelitian ini. Kriteria pasti dalam memilih informan sudah ditentukan seperti sudah berusia diatas 17 tahun, berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda, serta sudah pernah menyaksikan Kuis Kebangsaan minimal 3 kali di televisi. Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian (Ardianto & Erdinaya, 2004: ). Kuis Kebangsaan juga memperhatiakan faktor-faktor tersebut agar pesan dapat diterima oleh penonton yang menyaksikan kuis. Kuis Kebangsaan tayang dua kali dalam sehari pada pukul WIB dan WIB. Menurut para informan, pemilihan waktu tayang tersebut bertujuan untuk mencapai sasaran penonton. Untuk waktu tayang di pagi hari yang menjadi sasaran penonton adalah ibu-ibu. Karena menurut mereka pada pukul merupakan waktunya ibu-ibu menonton televisi sambil mengerjakan pekerjaan rumah ataupun sudah selesai. Untuk waktu sore hari, pukul WIB merupakan waktu keluarga. Kuis Kebangsaan hanya berdurasi selama 5-7 menit. Kehadiran kuis ini menurut para informan merupakan metode penyajian baru yang dibuat oleh Wiranto dan Hary Tanoe sebagai sarana untuk memperkenalkan dan mempromosikan Partai Hanura serta WIN-HT. Pemahaman para informan menghasilkan sebuah pemaknaan, setiap informan masing-masing memilki tanggapan terhadap pencitraan yang dilakukan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo melalui Kuis Kebangsaan di RCTI. Pemaknaan yang mereka dapat dari Kuis Kebangsaan adalah jika Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo melakukan pencitraan di dalam kuis tersebut dengan tujuan untuk memperkenalkan atau mempromosikan partai Hanura. Selain itu, tidak hanya Partai Hanura yang ditampilkan, kuis ini juga dimanfaatkan untuk mempromosikan diri mereka sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden dari Partai Hanura. Hal lain yang yang memperkuat jawaban dari informan jika Kuis Kebangsaan mengandung unsur politik terlihat jelas dari password kuis yang digunakan, yaitu Bersih, Peduli, Tegas. Ketiga kata tersebut merupakan slogan dari partai Hanura. Password bukan satu-satunya bagian dari kuis, yang memperkuat Kuis Kebangsaan mengandung unsur politik. Ada juga pengisi acara yang bertugas untuk membacakan soal atau pertanyaaan serta menemani pembawa acara, dimana pengisi acara merupakan calon anggota legislatif yang juga diusung dari partai Hanura. Pencitraan erat kaitannya dengan politik. Citra politik juga berkaitan dengan pendapat umum, karena pada dasarnya pendapat umum politik terbangun melalui citra politik. Citra politik terbentuk berdasarkan informasi yang diterima, baik secara langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan actual (Arifin, 2003: 7

8 ). Melalui Kuis Kebangsaan, Wiranto dan Hary Tanoe berusaha membangun citra politik yang baik di mata masyarakat. Tujuan yang diinginkan oleh Wiranto dan Hary Tanoe tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, kuis juga banyang yak mengalami pro dan kontra. Hal ini disebabkan masyarakat di Indonesia, secara keseluruhan bukan lagi masyarakat yang tidak peduli terhadap perkembangan industri media. Masyarakat Indonesia masuk ke dalam karakteristik khalayak aktif. Khalayak aktif memiliki dua asumsi, yaitu bahwa khalayak selalu aktif dan bahwa media selalu bersifat polisemi atau terbuka untuk diinterpretasikan atau dimaknai (Ferguson & Goldings, 1997: ). Khalayak aktif di sini adalah siapa saja yang menggunakan segala bentuk media penyiaran, dalam keadaaan apapun serta memberikan pemaknaan pada media tersebut. Hal ini lah yang sudah dilakukan oleh keempat informan. Dimana, mereka sudah berperan sebagai khalayak aktif dengan memberikan tanggapan dan memaknai tujuan dibalik Kuis Kebangsaan, sesuai dengan yang mereka ketahui. Perbedaan pemaknaan muncul karena perbedaan posisi sosial dan atau pengalaman budaya antara penonton dan produsen media. Stuart Hall mengkategorikan perbedaan tersebut ke dalam 3 tipe pemaknaan penonton, yaitu Dominant-Hegemonic Position, Negotiated dan Oposition. Informan III setuju dengan kehadiran Kuis Kebangsaan dan tidak ada masalah dengan adanya Wiranto-Hary Tanoe serta Partai Hanura dalam kuis. Ia menyukai konsep kuis yang ditayangkan. Ia juga tidak ada masalah dengan semua bagian kuis yang berhubungan dengan Wiranto-Hary Tanoe dan partai Hanura. Ia beranggapan jika Kuis Kebangsaan dapat menambah elektabilitas partai Hanura dan Wiranto-Hary Tanoe. Menurutnya, Wiranto dan Hary Tanoe kreatif karena mempunyai ide untuk memunculkan kuis yang mendidik serta menambah wawasan dan informasi seputar Indonesia. Itu merupakan bentuk pencitraan yang ditampilkan Wiranto-Hary Tanoe dalam Kuis Kebangsaan. Peneliti memilih Informan II dan IV yang masuk kedalam posisi penonton Negotiated Position. Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa terdapat beberapa bagian kuis yang disukai dan disetujui oleh kedua informan ini. Namun di sisi lain, terdapat pula bagian-bagian yang oleh keduanya dianggap bertentangan dengan apa yang mereka pahami. Informan II dari awal kuis tayang, ia merasa lucu karena kuis mengarah ke satu calon yang mendeklarasikan diri, jika mereka adalah calon presiden dan wakil presiden dari satu partai. Menurutnya, konsep kuis tidak nyambung dengan judul serta isinya dan ada unsur politik yang kental. Ini merupakan salah satu cara baru berkampanye yang dilakukan oleh Wiranto dan Hary Tanoe untuk lebih memperkenalkan dan mempromosikan diri serta partai yang mengusung, yaitu Partai Hanura. Informan menyatakan tidak setuju pada bagian-bagian, seperti judul yang tidak nyambung dengan isi, kehadiran pengisi acara yang merupakan anggota dan calon legislatif dari partai Hanura. Kehadiran Kuis Kebangsaan membentuk citra positif dan negatif terhadap Wiranto dan Hary Tanoe. Namun menurut informan II, pencitraan Wiranto dan Hary Tanoe yang sesuai dengan yang dipikirkan olehnya belum ada ditemukan dalam Kuis Kebangsaan. Kuis hanya memperkuat, tidak menampilkan pencitraan yang mendalam. Informan II 8

9 mengatakan jika sah saja membuat acara kuis, namun jangan dimasukkan unsur politik. Hal ini bisa saja tidak menampilkan kesan yang baik di mata masyarakat, justru sebaliknya. Pencitraan baik yang ingin dibangun, tetapi malah terjadi penolakan dari masyarakat. Informan IV saat pertama kali menyaksikan kuis, berfikir ternyata ini cara Wiranto dan Hary Tanoe mau mempromosikan diri untuk mengambil hati masyarakat. Ia setuju dengan judul kuis jika dikaitkan dengan soal atau pertanyaan yang isinya tentang Indonesia. Jadi ada kesinambungan dengan kata Kebangsaan yang menjadi judul kuis. Namun, jika dikaitkan dengan Wiranto dan Hary Tanoe judul tersebut tidak ada kesinambungannya. Begitupun dengan password, pengisi acara, dan sponsor. Tetapi, karena mau mengambil simpati masyarakat informan IV merasa jika itu adalah salah satu trik Wiranto dan Hary Tanoe. Apalagi kuis tayang di televiso milik Hary Tanoe, jadi Hary Tanoe yang berhak. Di awal kuis tayang, Informan I merasa penasaran dengan kuis, karena menjadi perbincangan dikalangan teman kampusnya. Namun, setelah menyaksikan informan I tidak setuju dengan adanya kuis tersebut. Ia merasa jika kuis tidak murni sepenuhnya kuis biasa, ada unsur politik yang melekat. Hal ini terlihat jelas dari beberapa bagian dari kuis yang didalammnya terdapat unsur politik, seperti penyelenggara kuis, password, pengisi acara, serta sponsor. Sehingga, walaupun kuis itu isinya berhubungan dengan sejarah Indonesia dan hal-hal yang terkait dengan Indonesia, tetapi di dalamnya tetap ada unsur politik, ia menolak dengan keras. Ia menganggap Hary Tanoe berlebihan menggunakan media yang dimilikinya dan tidak menempatkan medianya sesuai dengan fungsi media. Kuis Kebangsaan dijadikan sarana untuk pencitraan dan menarik hati penonton serta untuk mempromosikan pasangan Wiranto-Hary Tanoe dan Partai Hanura. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI adalah jika Kuis Kebangsaan dijadikan sarana untuk memperkenalkan dan mempromosikan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo serta Partai Hanura. 2. Pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, ternyata memunculkan ketiga kategori pemaknaan, yaitu dominant-hegemonic, negotiated dan oppositional. Penuturan para informan mengenai pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, melalui Kuis Kebangsaan di RCTI maupun di media lain, dapat mempengaruhi posisi kategori Informan berdasarkan kajian resepsi. Informan I termasuk ke dalam kategori oppositional. Informan II termasuk ke dalam kategori negotiated. Informan III termasuk ke dalam kategori dominathegemonic. Informan IV juga termasuk dalam kategori negotiated. 9

10 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat informan, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi penonton adalah pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan lainnya terkait pencitraan. Saran Pencitraan tidak hanya dapat dilakukan melalui kuis. pencitraan juga dapat dilakukan oleh siapapun. Untuk itu peneliti mengharapkan ada penelitian lain terkait pencitraan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga, dengan menggunakan analisis resepsi. Karena analisis resepsi kajiannya lebih mendalam dan melihat bagaimana khalayak/penonton/pembaca dalam memaknai teks. DAFTAR PUSTAKA Anggara, Dwiko Surya Pemaknaan Pembaca Terhadap Identitas Kaum Gay dalam Novel. Medan: Skripsi Mahasiwa FISIP USU Ardianto, Elvinaro & Lukiati K. Erdiyana Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees Filsafat Ilmu Komunikasi.Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arifin, Anwar Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka. Baran, Stenley. J & Dennis K. Davis Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika. Damsar Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana. Effendy, Onong Uchjana Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ferguson, Marjorie & Peter Golding Cultural Studies in Question Great. Britain: Sage. Hadi, Ido Prijana Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analisys Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Vol. 3, No. 1, Januari 2009: Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Morrisan & Andy Corry Wardhany Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan, Andy Corry Wardhany & Farid Hamid Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. Muhadjir, N Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin. Poerwandari, E Kristin Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: FP Universitas Indonesia. Soehartono, Irawan Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya. 10

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian Dalam deskripsi obyek penelitian ini akan membahas secara ringkas tentang gambaran umum kuis maupun perusahaan dan partai yang menjadi sponsor

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN ) Poligami Dalam Film 37 ABSTRAK POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN 2006-2009) Rahmalia Dhamayanti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun ) POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi Oleh :

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat karena memiliki daya tarik berupa program audio visualnya yang mampu menjangkau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON (Studi Eksplanatif Kuantitatif mengenai Pengaruh Terpaan Tayangan Program Acara Warna TRANS7 Episode Seputar Fashion dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan di masyarakat telah memberikan pengaruh yang begitu signifikan di masyarakat. Berbagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap pasif karena pengaruh media pada saat itu didukung oleh munculnya

BAB I PENDAHULUAN. dianggap pasif karena pengaruh media pada saat itu didukung oleh munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah penelitian/pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif karena pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilainilai kebenaran agar masyarakat dapat melihat secara apa adanya. Media sebaiknya tidak memunculkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,

Lebih terperinci

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini secara umum membahas terkait motif serta kepuasan followers twitter Kuis Kebangsaan yang juga menjadi peserta dari Kuis Kebangsaan di RCTI. Hipotesis

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si Faktor-faktor Pendorong Orang Menonton Program Berita Liputan 6 di SCTV (Studi Eksplanatif-Kuantitatif Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kampung Sudagaran Kelurahan Tegalrejo Yogyakarta Menonton Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media komunikasi massa yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi menjadi primadona

Lebih terperinci

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian BAB V Refleksi Hasil Penelitian 5.2.1 Implikasi Teoritis Implikasi teoritis yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu media menciptakan pesan yang disampaikan kepada khalayak dan khalayak memaknai pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sikap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sikap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sikap penonton Surabaya terhadap tayangan E-News Net TV secara keseluruhan cenderung positif. Jika dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan mendasar karena, sikap individu baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makhluk sosial memang merupakan istilah yang sangat tepat untuk manusia, yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini dilakukan untuk memfokuskan peneliti pada produksi tentang pemaknaan teks dan proses negosiasi makna khalayak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi mempunyai peran penting bagi manusia untuk berinteraksi dan saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat kebersamaan antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini perkembangan dalam berbagai hal terjadi begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian ini peneliti akan menyimpulkan penerimaan penonton terhadap diskriminasi Tuli dalam Film Silenced, terhadap dua komunitas penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini informasi menjadi hal utama yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat. Semakin berkembangnya media komunikasi, masyarakat dapat semakin

Lebih terperinci

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi bisa terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Harold

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas sehingga dapat diproduksi, didistribusikan, dan direproduksi dalam jumlah besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi elektronik semakin pesat pada era globalisasi. Teknologi yang semakin canggih dapat mempermudah khalayak atau audiens untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, media massa menjadi sangat penting. Berbagai fungsi dan berbagai macam jenis-jenis

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opini adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap perspektif dan ideologi yang bersifat kontroversial. Publik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi resepsi (reception

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi resepsi (reception BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi resepsi (reception studies) yaitu pemaknaan dari audien/penonton untuk dapat memahami dan memaknai sebuah isi pesan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi. 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi merupakan media elektronik dalam komunikasi massa yang muncul belakangan dibanding radio, perekam suara dan film. Meskipun muncul belakangan, namun kehadiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Setiap manusia yang hidup memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar, menonton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menunjukkan keberadaan seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula melibatkan sekian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia.hampir tidak ada ruang dan waktu yang tersisa untuk menghindari diri dari serbuan informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan sumber informasi yang disajikan oleh media. Masyarakat menjadikan media sebagai subjek pembicaraan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. acara tersebut harus memiliki strategi penyajian yang kreatif dalam

BAB I PENDAHULUAN. acara tersebut harus memiliki strategi penyajian yang kreatif dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap harinya, masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta. Programprogram acara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penyajian, analisis dan interpretasi data diketahui, bahwa tanggapan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang terhadap tayangan sinetron Cerita SMA pada stasiun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini telah

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Sekarang ini televisi bukan lagi barang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Dimana paradigma meliputi tiga elemen yaitu epistemologi, mengajukan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar umat manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita.

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan, melalui media sebagai alat yang menjembatani pesan untuk sampai kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu media elektronik dan media cetak, sebagaimana diketahui dengan istilah media massa adalah media yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan massa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci