BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat erat. Manusia dalam hidupnya mempunyai bermacammacam kebutuhan dan untuk mencukupi kebutuhannya, manusia memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Unsurunsur lingkungan dapat berupa sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Oleh karena itu manusia perlu melakukan tindakan yang arif dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya ini diperjelas oleh Bintarto (1977) yang mengemukakan bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi, menganalisa gejalagejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mempelajari fungsi dan unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan sumberdaya alam khususnya lahan, baik berupa pertanian maupun nonpertanian terus meningkat. Populasi penduduk di permukaan bumi semakin bertambah dari waktu ke waktu padahal luas lahan yang tersedia dan diperuntukkan bagi kehidupan manusia selalu tetap dari waktu ke waktu (Jamulya dan Suratman Worosuprojo, 1983). Oleh karena itu, lahan hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan penggunaan dan pengelolaan lahan yang tepat. Masyarakat merupakan bagian objek dan subjek pembangunan. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan daerah. Peran serta masyarakat perdesaan yaitu secara tidak langsung melalui peningkatan produksi pertanian yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga pembanguanan daerah (dalam hal ini pembangunan fisik daerah) dapat terlaksana. Peningkatan produksi pertanian tidak dapat meninggalkan peran serta masyarakat secara aktif, dan hal ini perlu disadarkan kepada masyarakat perdesaan agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan dapat berperan aktif dalam pembangunan daerah. 1

2 2 Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan antara lain cara pengolahan lahan, pembibitan, pengaturan pola tanam, pengairan, pemupukan dan pengaturan lahan itu sendiri serta penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman dan pengelolaan secara baik setidaknya mampu menjaga kelestarian lahan dan meningkatkan produktivitas lahan. Lahan yang mempunyai potensi tinggi diharapkan dapat berproduksi tinggi pula sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di daerah perdesaan sebagian besar pada sektor pertanian. Namun pada saat ini keinginan masyarakat pada sektor pertanian cenderung menurun terutama pada generasi muda yang cenderung memilih sektor non pertanian antara lain pada sektor industri dan jasa. Hal ini antara lain disebabkan oleh semakin menyempitkan lahan pertanian, hasil yang kurang memadai dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperolah hasil serta biaya tanam yang tinggi. Masyarakat di perdesaan harus berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan seharihari terutama kebutuhan pokok antara lain dengan bekerja sampingan di luar sektor pertanian dan menanam tanaman lain selain tanaman pokok. Caracara ini dilakukan agar hasil panen dapat mencukupi kebutuhan seharihari selama setahun dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Kecamatan Nogosari terdiri dari dari 13 desa dengan luas wilayah 5.536,49 ha, terdiri dari : 1. Tanah pekarangan/bangunan : 1.668,85 ha; 2. Tanah sawah tadah hujan : 3.325,63 ha; dan 3. Tanah tegalan : 542,01 ha. (Cabang Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kecamatan Nogosari, 2006). Kecamatan Nogosari dipilih sebagai daerah penelitian antara lain karena mempunyai sawah tadah hujan dan tegalan seluas 3.867,64 ha (69,86%) dengan jenis tanaman lahan kering meliputi tanaman padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Luas panen dan produksi pada masingmasing jenis tanaman yang sumbernya cabang Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kecamatan Nogosari (2006) dan disajikan pada tabel sebagai berikut :

3 3 Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi gogo di Kecamatan Nogosari Tahun 2006 No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan ,81 4,45 4,43 4,42 4,50 4,43 4,58 4,72 4,77 4,67 Jumlah ,61 Tabel 1.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung di Kecamatan Nogosari Tahun 2006 No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan ,50 4,57 4,50 5,00 4,64 4,71 4,67 5,00 4,54 4,67 4,6 Jumlah ,67

4 4 Tabel 1.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai di Kecamatan Nogosari Tahun 2006 No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan ,85 7,6 3,7 1,9 0,9 0,9 5,8 3,6 6,4 10,2 5,4 8,4 7,4 0,98 0,95 0,93 0,95 0,9 0,9 0,97 0,90 0,91 0,93 0,90 0,93 0,93 Jumlah 73 68,05 0,93 Tabel 1.4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kacang tanah di Kecamatan Nogosari Tahun 2006 No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan ,24 4,35 3,18 3,21 3,21 2,40 3,19 3,20 3,19 3,20 3,29 3,29 3,27 Jumlah ,22 Dengan penanaman tanaman lahan kering di daerah penelitian, maka petani mendapatkan hasil tambahan, karena sebagian besar masyarakat di kecamatan Nogosari mempunyai lahan pertanian berupa lahan kering yang mengandalkan air hujan setiap tahunnya sebagai sumber pengairan. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada masyarakat dan

5 5 pemerintah setempat, jenis tanaman apa yang paling tepat untuk dikembangkan dan sesuai dengan lahan setempat Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, pada daerah penelitian dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu : 1. bagaimana tingkat kesesuaian lahan dan sebarannya di daerah penelitian untuk berbagai tanaman seperti padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah? 2. faktorfaktor pembatas apakah yang ada pada pengelolaan lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu : 1. mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah 2. mengevaluasi persebaran kelas dan subkelas serta mengetahui faktorfaktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian Kegunaan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini nanti dapat diharapkan : 1. sebagai informasi dan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten Boyolali dalam mengambil kebijakan perencanaan pengembangan wilayah. 2. menambah khasanah keilmuan kepada pembaca, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti sejenis. 3. untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program sarjana S1 Fakultas Geografi UMS.

6 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan, proses, genesis dan lingkungan permukaan bumi. Geomorfologi saat ini telah berkembang sebagai ilmu terapan. Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap memiliki arti penting untuk berbagai tujuan. Satu diantara beberapa terapan Geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan perdesaan di bidang pertanian, peternakan atau lainnya berkaitan dengan penggunaan lahan perdesaan melalui evaluasi lahan (Verstappen, 1983 dalam Taryono, 1997). Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi gogo, jagung dan sebagainya. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifatsifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Sitorus (1985) dalam bukunya Evaluasi Sumber Daya Lahan mengemukakan tentang prinsipprinsip dasar evaluasi lahan yang mengacu pada kerangka evaluasi lahan FAO tahun Dijelaskan dalam buku ini bahwa evaluasi sumber daya lahan adalah proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai macam penggunaan. Ada tiga aspek utama dalam evaluasi sumber daya lahan, yaitu lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Adapun kerangka dasar dari evaluasi lahan adalah perbandingan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat yang ada pada lahan tersebut fungsi evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana, berbagai macam perbandingan dan alternatif penggunaan yang diharapkan dapat berhasil. Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul Konservasi Tanah dan Air menyebutkan bahwa sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air mudah

7 7 mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah itu dapat terjadi oleh : 1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, 2) terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi) yang merupakan racun bagi tanaman serta tertangkapnya unsur hara atau senyawa lain yang bersifat racun, 3) penjenuhan oleh air, dan 4) erosi. Kerusakan oleh satu atau lebih prosesproses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan atau produktivitasnya berkurang. Saefuddin Sarief (1988) dalam bukunya yang berjudul Konservasi Tanah Dan Air mengemukakan bahwa lahanlahan pertanian yang ditanami tanpa cara pengelolaan tanaman, tanah dan air yang baik akan menyebabkan penurunan produktivitas tanahnya yang disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah dan terjadinya gejala erosi karena adanya perubahan pada tanah atau adanya perubahan pada penutup tanah tersebut. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa peranan pengelolaan tanah menjadi tidak mudah tererosi. Pribadyo Sosroatmodjo L. A (1980) dalam bukunya yang berjudul Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah meyebutkan bahwa tanaman lahan kering adalah segala jenis dan bentuk tanaman yang diusahakan oleh petani khususnya di atas tanah kering (tanpa pengairan), yang sering disebut sebagai pertanian tanah kering (dry farming) misalnya padi gogo, jagung, kedelai, kacangkacangan, sorgum, dan lainlain. Salah satu manfaat dari ilmu Geomorfologi yang diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering antara lain padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah suatu penafsiran dan pengelompokkan lahan yang mempunyai tipe khusus dalam kesesuaian secara mutlak atau relatif untuk semua jenis penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Sitorus, 1985). Novita Hastuti (1999) dalam skripsinya berjudul Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman Padi sawah di daerah penelitian dan untuk memetakan tingkat kesesuaian untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian.

8 8 Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di bagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batu dan kerikil, ph tanah, tekstur tanah, drainase tanah, kesuburan tanah, relief mikro, penghambat pertumbuhan karena kekurangan air, banjir, genangan, kemiringan lereng dan ketinggian tempat. 2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan, data kependudukan, dan data penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameterparameter serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S 2 ) seluas 5,39%, kelas kesesuaian lahan hampir sesuai (S 3 ) seluas 43,16% dan kelas tidak sesuai pada saat ini (N 1 ) seluas 46,91% dari seluruh luas daerah, sedangkan tingkat produktivitasnya tanaman padi sawah di daerah penelitian sangat rendah. Arif Nurrohman (2001) dalam skripsinya berjudul Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor pembatas yang mempengaruhi lahan untuk tanaman kedelai dan untuk menyeleksi kelas kesesuaian lahan hingga kategori subkelas untuk tanaman kedelai di daerah penelitian. Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di bagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batuan di permukaan, singkapan batuan, drainase tanah, ph tanah, kadar KTK, kadar N total, kadar P 2 O 5, salinitas, tekstur tanah, tingkat erosi, banjir, genangan, dan kemiringan lereng.

9 9 2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan, data kependudukan, dan data penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameterparameter serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi empat subkelas, yaitu : kelas kesesuaian lahan hampir sesuai (S 3 r) seluas 4.433,4687 ha atau 31,5% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa tekstur tanah, kelas N 1 r (tidak sesuai pada saat ini) seluas 2.195,4876 ha atau 15,4% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa drainase, kelas N 2 s (tidak sesuai permanen) seluas 6.657,2852 ha atau 47,09% yang dibatasi oleh kondisi medan yang berupa kemirinagn lereng dan kelas N 2 sr (tidak sesuai permanen) seluas 878,1950 ha atau 6,1% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa kemirinagn lereng dan kedalaman perakaran. Wahyu Widayati (2003) melakukan penelitian dengan judul Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif meliputi jagung, ketela rambat, kedelai dan ketela pohon dan untuk mengevaluasi persebaran kelas dan subkelas serta mengetahui faktorfaktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif. Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif di bagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batuan di permukaan, singkapan batuan, drainase tanah, ph tanah, kadar KTK, kadar N total, kadar P 2 O 5, K 2 O, salinitas, tekstur tanah, tingkat erosi, banjir, genangan, dan kemiringan lereng. 2. Data sekunder meliputi : data curah hujan, temperatur rerata tahunan, penggunaan lahan dan data kependudukan.

10 10 Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan dengan kelas S 2 untuk tanaman jagung, kedelai, ketela pohon dengan masingmasing seluas 48,2 ha dengan faktorfaktor pembatas pada kelas ini adalah tekstur tanah, jumlah bulan kering, curah hujan, P 2 O 5, K 2 O, salinitas dan erosi. Kelas S 3 untuk tanaman jagung, kedelai, ketela pohon dengan masingmasing seluas 1.021,8 ha dan untuk tanaman ketela rambat seluas 648 ha dengan faktor pembatas kedalaman efektif tanah, P 2 O 5, dan K 2 O. Sedangkan kelas N 1 untuk ketela rambat seluas 719 ha, dengan faktor pembatas berupa kedalaman efektif tanah dan drainase tanah. Untuk lebih jelas tentang perbandingan penelitian dari penelitian sebelumnya disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.5. Perbandingan Penelitian Nama Novita Hastuti (1999) Judul Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Arif Nurrohman (2001) Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Wahyu Widayati (2003) Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tri winarsih (2007) Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tujuan Mengetahui tingkat Mengetahui faktorfaktor Mengetahui kelas mengetahui tingkat kesesuaian kesesuaian lahan pembatas yang kesesuaian lahan untuk lahan untuk berbagai tanaman untuk tanaman padi mempengaruhi lahan berbagai tanaman alternatif lahan kering yang meliputi sawah di daerah Untuk tanaman meliputi jagung, ketela padi gogo, jagung, kedelai dan penelitian. kedelai. rambat, kedelai dan ketela kacang tanah Memetakan tingkat Untuk menyeleksi pohon. mengevaluasi persebaran kesesuaian untuk kelas kesesuaian lahan mengevaluasi persebaran kelas dan subkelas serta tanaman padi sawah hingga kategori subkelas kelas dan subkelas serta mengetahui faktorfaktor di daerah penelitian. untuk tanaman mengetahui faktorfaktor pembatas yang mempengaruhi kedelai di daerah pembatas yang kesesuaian lahan untuk penelitian. mempengaruhi kesesuaian berbagai tanaman lahan kering lahan untuk berbagai di daerah penelitian. tanaman alternatif. Metode metode survei dan metode survei dan metode survei dan metode survei dan pengambilan pengambilan sampel pengambilan sampel pengambilan sampel sampel menggunakan teknik menggunakan teknik menggunakan teknik menggunakan teknik stratified random sampling stratified random stratified random stratified random sampling sampling sampling Data Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder Hasil Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dengan skala 1 : Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai dengan skala 1 : Peta persebaran lahan untuk tanaman salak pondoh skala 1 : Tingkat pendapatan petani pada masingmasing satuan lahan. Peta kesesuaian lahan untuk masingmasing tanaman lahan kering yang meliputi tanaman padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah skala 1 :

11 Kerangka Penelitian Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifatsifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Penanaman tanaman lahan kering seperti halnya tanaman lainnya, tanaman ini membutuhkan air. Akan tetapi kebutuhan air tanaman lahan kering tidak seperti tanaman padi sawah yang sewaktuwaktu perlu penggenangan. Dengan demikian tanaman lahan kering dapat tumbuh dan menghasilkan secara baik dalam keadaan debit air sedikit. Dalam penelitian ini dilaksanakan tahapantahapan yang dimulai dari persiapan hingga penyajian hasil penelitian. Adapun tahapan tersebut dimulai dari interpretasi peta geologi yang bertujuan untuk mengetahui persebaran jenis batuan di daerah penelitian dan interpretasi peta topografi untuk mengetahui relief dan proses geomorfologi di daerah penelitian. Dengan peta topografi dan peta geologi dapat dibuat peta bentuklahan. Selanjutnya untuk membuat peta satuan lahan dengan cara tumpang susun antara peta lereng, peta tanah, peta bentuklahan, dan peta penggunaan lahan. Setelah ada peta satuan lahan diteruskan dengan penentuan titik sampel, dalam penelitian ini penentuan titik sampel adalah pada satuan lahan yang penggunaan lahannya berupa sawah tadah hujan dan tegalan, untuk menentukan kelas kesesuaian lahan diperlukan faktorfaktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan yaitu : temperatur, ketersediaan air, drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, ph tanah, kadar N total, kadar P 2 O 5, kadar K 2 O, salinitas, kemiringan lereng, batuan di permukaan, dan singkapan batuan. Untuk

12 12 mendapatkan datadata tersebut dilakukan survei lapangan yang juga dibantu dengan analisa sampel tanah di laboratorium yang didasarkan pada satuan lahan. Penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman tersebut. Namun masih banyak faktor lain yang dapat menentukan tingkat keberhasilan produksi tanaman antara lain teknik penanaman yang tepat, pemberian pupuk dan pestisida, serta pengairan yang cukup dan teratur. Pengumpulan data faktorfaktor kesesuaian lahan di lapangan dengan pendekatan satuan lahan. Satuan lahan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menumpang susunkan (overlay) dari peta bentuklahan, peta tanah, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Peta bentuklahan diperoleh dengan cara interpretasi peta topografi, peta geologi dan cheking lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan dan analisa laboratorium dimasukkan dalam petunjuk klasifikasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi : padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah yang memakai metode CSR/FAO Staff (1983) dan analisis hasil dengan menggunakan metode matching. Sebagai hasil akhir dari penelitian ini akan didapatkan peta kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi : padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah skala 1 : Selanjutnya tahapan penelitian secara garis besar dapat dilihat dari gambar 1.1 diagram alir penelitian berikut :

13 13 Peta Geologi Skala 1 : Peta Topografi Skala 1 : Interpretasi Peta Geologi Skala 1 : Interpretasi Peta Topografi Skala 1 : Cek lapangan Peta Lereng Skala 1 : Peta Tanah Skala 1 : Peta Bentuklahan skala 1 : Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : Peta Satuan Lahan Skala 1 : Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel Data Primer Kedalaman efektif tanah Drainase tanah Kemiringan lereng Batuan di permukaan Singkapan batuan Ketinggian tempat Analisa Laboratorium Tekstur tanah p H tanah KPK P 2 O 5 N total K 2 O Salinitas Data Sekunder Curah hujan Temperatur rerata tahunan Penggunaan lahan Kependudukan Klasifikasi dan Analisa Data Perbandingan Persyaratan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lahan Lering Peta Kesesuaian Lahan untuk MasingMasing Tanaman Lahan Kering yaitu Padi gogo, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Skala 1 : Sumber : Penulis, 2007 Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

14 Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu mengamati, mencatat dan mengukur secara sistematik gelalagejala yang diteliti kemudian dilengkapi dengan analisa laboratorium. Selain itu diambil juga data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan pelengkap untuk melengkapi data primer. Cara pengamatan di lapangan dilakukan pada titik sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dengan strata yang digunakan adalah satuan lahan, sedangkan analisis hasil dalam penelitian ini dengan cara matching yaitu membandingkan antara persyaratan kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering dengan karakteristik lahan di daerah penelitian. Adapun tahaptahap yang dilalui menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan. a. Pengenalan fenomena masalah di daerah penelitian. b. Studi kepustakaan serta penelitian yang berhubungan dengan topik serta objek daerah penalitian. c. Interpretasi dan analisa peta meliputi : 1) Peta topografi skala 1 : dan peta administrasi 1 : untuk menentukan lokasi atau letak, morfologi, proses, ketinggian tempat serta digunakan sebagai peta dasar daerah penelitian. 2) Peta geologi skala 1 : , untuk mengetahui formasi batuan dan litologi pembentuk batuan. 3) Peta tanah skala 1 : , untuk mengetahui jenis dan persebaran tanah. 4) Peta penggunaan lahan 1 : , untuk mengetahui macam penggunaan lahan di daerah penelitian. d. Pembuatan peta bentuklahan dan satuan lahan. e. Penentuan titik sampel dilakukan dengan cara overlay peta satuan lahan dengan peta administrasi, kemudian kita tentukan titik pengambilan sampel di daerah penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan.

15 15 a) Pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di lapangan yaitu : kedalaman efektif tanah, drainase tanah, kemiringan lereng, ketinggian tempat, batuan di permukaan dan singkapan batuan. b) Pengambilan sampel tanah untuk dianalisa di laboratorim untuk memperoleh data tekstur tanah, ph tanah, KTK, P 2 O 5, N total, K 2 O dan salinitas. c) Pengumpulan data sekunder tambahan yang diperoleh dari instansi terkait. Data sekunder tersebut adalah data curah hujan, temperetur rerata tahunan, penggunaan lahan dan kependudukan. 3. Tahap Pengolahan Data. Pengolahan data merupakan kegiatan pengolahan data mentah dan data hasil laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut dalam rangka menjawab tujuan penelitian. Pada tahap ini, data dikelompokkan dan diklasifikasikan kemudian dibandingkan dengan parameterparameter yang digunakan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan. Adapun faktorfaktor untuk tanaman lahan kering yang berpedoman pada CSR/FAO Staff (1983) yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah adalah sebagai berikut : 1. Temperatur Udara Tahunan RataRata Data ini diperoleh dari pencatatan suhu udara pada stasiun meteorologi dan geofisika. Temperatur udara tahunan ratarata disesuaikan dengan tabel Jumlah Bulan Kering Untuk mengetahui jumlah bulan kering dalam studi ini didasarkan dari curah hujan bulanan yang besarnya kurang dari 75 mm perbulan yang dihitung dalam sepuluh tahun. Jumlah bulan kering disesuaikan dengan tabel Curah Hujan Tahunan RataRata Curah hujan tahunan ratarata dihitung dari curah hujan bulanan dari stasiun pencatat hujan dalam sepuluh tahun. Curah hujan tahunan ratarata disesuaikan dengan tabel Drainase Tanah Untuk menentukan kelas drainase tanah yaitu dengan cara menetesi tanah dengan larutan αα dipiridil. Kalau tanah itu menunjukkan perubahan warna

16 16 setelah ditetesi larutan αα dipiridil itu menandakan drainasenya jelek. Juga ditentukan dengan ada atau tidaknya bercak motling yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) Drainase sangat buruk (sangat terhambat) Sebagian besar tanah permukaan basah dan pada umumnya berada di dataran rendah. Tanahtanah yang cukup basah itu mencegah tumbuhnya sebagian besar tanaman sehingga perlu membuang air. Tanah permukaan berwarna hitam sampai kelabu, sedang tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau kelabu muda, atau mungkin kekuningkuningan atau kebirubiruan. Kalau terdapat bercak biasanya notasi warna kroma bawah pada umumnya dua atau kurang dari dua. b) Drainase buruk (terhambat) Tanah pada atau dekat permukaan mengalami basah sepanjang waktu sehingga tanaman sukar tumbuh. Untuk itu perlu saluran pembuang air. Kebanyakan tanahtanah ini berada pada dataran atau daerah bawah. Daerah ini merupakan mintakat jenuh air yang disebabkan oleh keadaan permeabilitas lambat dan adanya rembesan atau keduaduanya, tanah permukaan berwarna hitan atau kelabu. Biasanya tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau kelabu muda dan pada umumnya warna bercak dengan notasi warna kroma tiga atau lebih. c) Drainase agak buruk ( agak terhambat) Tanah dekat permukaan mengalami basah selang periode atau sampai pelaksanaan panen, sehingga hasil tanaman pada tanah itu relatif rendah. Untuk itu perlu saluran pembuangan air buatan. Tanahtanah ini mempunyai tingakat permeabilitas lambat atau mungkin ada penambahan air dari rembesan atau oleh keduaduanya. Pada umumnya warna tanah permukaan coklat keabuabuan dengan warna bercak pada notasi kroma tinggi dengan kedalaman 2050 cm. d) Drainase agak baik Bagian tanah yang basah agak cekat permukaan. Selama periode tumbuh/pelaksaan panen sehingga hasil beberapa jenis tanaman sedikit lebih

17 17 rendah dibandingkan dengan tanah dengan drainase yang baik dan tanahtanah ini mempunyai tingkat permeabilitas lambat/keduaduanya, warna tanah permukaan gelap dengan warna bercak di lapisan tanah bawah dengan notasi kroma tinggi. e) Drainase baik Tanah ini lembab untuk sementara waktu setelah turun hujan, akan tetapi kemudian akan cepat hilang. Tanah inipun tidak terlalu lama basah setelah turun hujan lebat dan tanahtanah ini ditandai oleh warna kemerahmerahan, kecoklatan/kekuningan pada tanah permukaan. Pada lapisan tanah bawah bercak dengan notasi kroma tinggi berada pada kedalaman 100 cm atau lebih. f) Drainase agak cepat Tanah ini mempunyai tingkat permeabilitas cepat dan kemampuan penyimpanan air rendah, tanaman akan emberikan produksi yang relatif rendah apabila tanpa pengairan. Tanah ini sifatnya berpasir dan sifatnya porositi, warna tanah kemerahan, kecoklatan, kekuningan/kelabu apabila dijumpai warna bercak hasil dari pelapukan dalam kondisi agak basah. g) Drainase sangat cepat Tanah ini ditandai dengan tingkat permeabilitas sangat cepat sehingga kemampuan penyimpanan air rendah. Tanah ini tidak cocok untuk memproduksi tanaman, apabila tanpa irigasi. Pada umumnya kemiringan lereng termasuk curam, ditandai dengan tanah berwarna kemerahan, kecoklatan, kekuningan atau kelabu. Tanah ini bebas dari bercak dan kelembabannya tinggi. 5. Kedalaman Efektif Tanah Yang dimaksud kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar tanaman, menyimpan cukup air dan unsur hara. Pengukurannya dilakukan di lapangan dengan pengeboran yang alatnya meliputi bor dan cangkul pada setiap titik sampel sehingga mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Kedalaman efektitf tanah yang ada di daerah penelitian disesuaikan dengan tabel

18 18 6. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah, terutama perbandingan antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu di lapangan dan di laboratorium dipergunakan sebagai salah satu penentu kelas kesesuaian lahan dan data data tekstur di lapangan digunakan sebagai data pembanding. Contoh tanah yang dianalisis merupakan contoh tanah pada lapisan atas yaitu tanah yang tertoreh karena aktivitas olahan tanah atau untuk tanah yang diolah diambil kedalaman 030 cm. Tekstur Tanah yang ada di daerah penelitian disesuaikan dengan tabel Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah yang diteliti meliputi N total dalam tanah diukur di laboratorium dari contoh tanah permukaan yang dilakukan dengan metode desilasi dan hasilnya dinyatakan dalam prosen. Faktor tersedia dalam bentuk ion P 2 O 5 ditentukan di laboratorium dengan metode Amonium Asetat (NH 4 OHC). Pada ph dengan satuan contoh lapisan tanah, sedangkan untuk penentuan salinitas ditentukan di laboratorium dengan electric conducticity meter. Kemampuan pertukaran kation (KTK) diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dengan metode NH 4 OHC (Amonium Asetat) pada ph dalam satuan me/100 gr yang diambil dari contoh tanah bawah. Sifat kimia tanah dianalisis di laboratorium dan hasilnya kemudian di klasifikasikan seperti dalam tabel 1.2 di bawah ini : Tabel 1.6. Kelas Sifat Kimia Tanah Sifat kimia Sangat rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Ntotal (%) < 0,1 0,10,2 0,210,5 0,510,75 > 0,75 P 2 O 5 (ppm) < > 35 K 2 O tersedia < 0,2 0,20,3 0,310,5 0,61 > 1 (meg/100 gr) KPK < 5 516,9 1724, > 40 (meg/100 gr) Salinitas (mmhos/cm) < 2,5 2,55,5 5,612 > 12

19 19 8. Kelas ph Tanah ph tanah adalah reaksi tanah yang menunjukkan sifat keasaman atau alkalinitas tanah. Pengukuran ph tanah dilakukan di laboratorium secara elaktrik anaode dan katode yaitu ph meter. Cara penetapannya adalah dengan memasukkan contoh tanah kedalam botol sampai batas volume tertentu (satu bagian), kemudian dituangkan aquades atau KCL sampai volume tertentu pula (2,5 bagian). Kemudian dikocok sampai homogen. Setelah itu dibiarkan selama sekitar satu hari dan dipanasi dengan listrik untuk mengendapkan tanahnya kenudian diuji dengan mencelupkan anode katode kedalam larutan, maka dapat dibaca langsung jarum yang menunjukkan skala ph. Klasifikasi ph tanah daerah penelitian disesuaikan dengan tabel Kemiringan Lereng Kemiringan lereng diukur di lapangan dengan menggunakan abney level dan dinyatakan dalam persen. Klasifikasi Kemiringan lereng daerah penelitian disesuaikan dengan tabel Keadaan Batuan Di Permukaan Keterdapatan batuan di permukaan tanah dapat diamati secara langsung pada setiap lokasi pengamatan secara kualitatif dan dinyatakan dalam persen sesuai dengan yang terdapat pada tabel 1.3 di bawah ini : Tabel 1.7 Kelas Keadaan Batuan di Permukaan Kelas Kriteria Keadaan Batuan Di Permukaan Sangat sesuai Cukup sesuai Hampir sesuai Tidak ada atau sedikit batuan, artinya menutupi kurang dari 0,01% dari luas permukaan tanah. Agak berbatu (faitly stony), yaitu batu menutupi 0,010,1% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 1530 cm, berjarak 1030 m satu sama lain. Berbatu (stony) yaitu batu menutupi 0,13% dari luas permukaan tanah, batu berdiameter 1530 cm, berjarak 1,6 10 cm satu sama lain. Tidak sesuai 3 Sangat berbatu (very stony), yakni batu menutupi 315% pada saat ini dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 1530 Tidak sesuai 4 cm, berjarak cm satu sama lainnya. Amat sangat berbatu (excessively stony), yakni batu permanen menutupi 1590% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 1530 cm, berjarak 530 cm satu sama lainnya.

20 Singkapan Batuan Besarnya singkapan batuan dinyatakan dalam persen yang kelihatan pada permukaan lahan. Singkapan batuan berpengaruh terhadap mudah tidaknya pengolahan lahan. Selanjutnya Klasifikasi singkapan batuan daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.4 di bawah ini : Tabel 1.8 Kelas Singkapan Batuan Kelas Kriteria Singkapan Batuan Sangat sesuai 0 Cukup sesuai Hampir sesuai Tidak sesuai pada saat ini Tidak permanen sesuai Sedikit atau tidak ada singkapan batuan yang kurang dari 2% dalam batuan induk yang tersingkap. Singkapan batuan berjarak m satu sama lain dan menutupi 210% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak 1035 m satu sama lain dan menutupi 1025% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak 3,510 m satu sama lain dan menutupi 2530% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak kurang dari 3,5 m satu sama lain dan menutupi lebih dari 30% luas permukaan tanah. 4. Tahap Klasifikasi Dan Evaluasi Data Dalam tahapan ini dibahas hasil analisis data yang telah diklasifikasikan berdasar referensi pedoman penggolongan kesesuaian lahan pada tabel , dan evaluasi data yang digunakan dengan metode matching.

21 21 Tabel 1.9. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Gogo (Upland Rice) Kualitas/ karakteristik lahan Temperatur (t) Ratarata tahunan (ºC) Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm) Curah hujan/tahun (mm) Kelas kesesuaian lahan S 1 S 2 S 3 N > < > 32 < 16 > 9 < 750 Media perakaran (r) Drainase tanah Tekstur Kedalaman efektif tanah (cm) Retensi hara (f) KPK tanah ph tanah Hara tersedia (n) N total P 2 O 5 K 2 O Baik, sedang Llip, ld, d, lli,llid > 60 sedang Sedang Tinggi Terhambat, agak terhambat Lp, l, llp Menengah Sangat rendah Sangat terhambat, sangat cepat Lp, lid, li str 2039 Sangat rendah Cepat Kerikil, pasir liat massif > 8.5 < 4.0 Sangat rendah Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm) Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%) Singkapan batuan (%) < > Sumber : CSR/FAO Staff (1983) >

22 22 Tabel Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung (Maize) Kualitas/ karakteristik lahan Temperatur (t) Ratarata tahunan (ºC) Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm) Curah hujan/tahun (mm) Kelas kesesuaian lahan S 1 S 2 S 3 N > > 32 < 18 > 9 < 600 Media perakaran (r) Drainase tanah Tekstur Kedalaman efektif tanah (cm) Retensi hara (f) KPK tanah ph tanah Hara tersedia (n) N total P 2 O 5 K 2 O Baik, sedang L, Llip, ld, d, lli,llid > 60 sedang Sedang Sangat Tinggi Agak terhambat Lp, lip Tinggi Sangat rendah terhambat, agak cepat Lp, lid, li str 2039 Sangat rendah Sangat rendah Sedang Sangat rendah Sangat terhambat, cepat Kerikil, pasir liat massif < 20 > 8.5 < 5.0 Sangat rendah Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm) Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%) Singkapan batuan (%) < > Sumber : CSR/FAO Staff (1983) >

23 23 Tabel Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai (Soybean) Kualitas/ karakteristik lahan Temperatur (t) Ratarata tahunan (ºC) Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm) Curah hujan/tahun (mm) Kelas kesesuaian lahan S 1 S 2 S 3 N < > 32 < 18 > 9 < 3500 < 500 Media perakaran (r) Drainase tanah Tekstur Kedalaman tanah (cm) efektif Baik, sedang L, Llip, ld, d, lli,llid > 50 agak cepat Lp, lip 3049 Agak terhambat, terhambat Lp, lid, li str 1529 Sangat terhambat, cepat Kerikil, pasir liat massif < 15 Retensi hara (f) KPK tanah ph tanah Hara tersedia (n) N total P 2 O 5 K 2 O sedang Sedang Tinggi sangat Sedang Sangat rendah Sangat rendah sangat rendah > 8.5 < 5.0 Sangat rendah Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm) Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%) Singkapan batuan (%) < > Sumber : CSR/FAO Staff (1983) >

24 24 Tabel Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang tanah (Groundnut) Kualitas/ karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S 1 S 2 S 3 N Temperatur (t) Ratarata tahunan (ºC) Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm) < Curah (mm) hujan/tahun Media perakaran (r) Drainase tanah Tekstur Kedalaman tanah (cm) Retensi hara (f) KPK tanah ph tanah Hara tersedia (n) N total P 2 O 5 K 2 O efektif Baik, sedang Lp, l, lli > 50 sedang Sedang sedang sangat Terhambat, agak terhambat Lp, ld, d > Sangat terhambat, agak cepat Lli, llid, lip, lid, li str 1529 Sangat rendah Sangat Sangat > 34 < 18 > 9.5 < 250 Cepat Keerikil, liat massif < 15 > 8.5 < 5.0 Sangat rendah pasir Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm) < > 6 Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%) Singkapan batuan (%) Sumber : CSR/FAO Staff (1983) Keterangan : l : lempung llid : lempung liat berdebu li : liat lli : lempung liat p : pasir llip : lempung liat berpasir d : debu lp : lempung berpasir ld : lempung berdebu lid : liat berpasir lip : lempung berpasir li str : liat berstruktur >

25 Batasan Operasional Bentuklahan adalah bentuk permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi, oleh proses geomorfologi yang beroperasi di permukaan bumi (LTC dalam Sunardi, 1983 dalam Wahyu Widayati, 2003). Evaluasi lahan adalah proses penafsiran potensi lahan untuk penggunaan khusus, meliputi interpretasi dan survei bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lain dari berbagai lahan sampai tingkatan mengidentifikasi dan membuat perbandingan jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan sesuai dengan tujuan evaluasi (FAO, 1976). Evaluasi sumber daya alam adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tertentu (Taryono, 1997). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Santun Sitorus, 1985) Klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses pengelompokkan dan penilaian tipe tertentu suatu lahan dipandang dari kecocokan secara relatif atas absolut untuk penggunaan tertentu (FAO, 1976) Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifatsifat tertentu yang meliputi biosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia pada masa lalu dan sekarang. Sampai pada tingkat tertentu sifatsifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang (FAO, 1976).

26 26 Penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia (Van Zuidam, 1979 dalam Wahyu Widayati, 2003). Satuan lahan adalah area dari lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik lahan tertentu sehingga dapat ditentukan bedanya pada peta (FAO, 1976). Satuan pemetaan lahan adalah suatu wilayah yang dibatasi dalam peta, dan memiliki karakteristik dan atau kualitas lahan yang spesifik (FAO, 1976). Pembatas lahan adalah suatu kualitas lahan yang merupakan persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan pengolahan dari suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976). Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa Darmawijaya, 1992). Tanaman lahan kering adalah tanaman yang diusahakan oleh petani khususnya di atas lahan kering (tanpa pengairan) yang sering disebut sebagai pertanian lahan kering /dry farming (Pribadyo Sosroatmodjo L. A,1980).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Meningkatnya kebutuhan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk keperluan produksi pertanian maupun non

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : DWI SEPTIC SETIANA NIRM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sangat penting bagi kehidupan manusia karena seluruh aktivitas dan kehidupan manusia terjadi di dalamnya. Sebagai sumber penghidupan, ketergantungan manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hatihati dan

Lebih terperinci

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi 1 KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : WIWIK CAHYANINGRUM NIRM:.5.16.91.5.117 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT JOKO MARDIYANTO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sambi dan Kecamatan Ngemplak. - Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sawit

BAB I PENDAHULUAN. - Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sambi dan Kecamatan Ngemplak. - Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sawit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Daerah penelitian adalah di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Berdasarkan intepretasi peta Topografi Lembar Boyolali no. 49/XLI-B dan Lembar Klaten

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Hampir sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh Trisnoto NIRM:

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan Oleh : ANA DWI JONI ARGENTINA NIRM: 95.6.16.91.5.11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lahan adalah sumber daya alam yang dicirikan dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan dibawahnya termasuk atmosfer, tanah, batuan (geologi), hidrologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatkan kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan perkiraan yang seksama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan suatu jenis tanaman sangat bergantung pada kualitas tanaman, lingkungan tempat tumbuh, tempat melakukan budidaya tanam dan pengelolaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

UNTUK BANDAR SKRIPSII. Fakultas Geografi. Oleh: YOGI WIBOWO E

UNTUK BANDAR SKRIPSII. Fakultas Geografi. Oleh: YOGI WIBOWO E EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN TANAMAN TEH DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG SKRIPSII Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ERIE KUSUMAWARDANI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara gejala gejala di muka bumi, yang menyangkut fisik maupun mahluk hidup beserta permasalahan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat erat. Manusia dalam hidupnya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dan untuk mencukupi kebutuhannya, manusia memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : DIDI YUDA SUTANTO NIRM: E. 01.6.106.09010.5. 0054 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hati hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia baik sebagai ruang maupun sebagai sumberdaya karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di Desa Sendangrejo, Kecamatan Bogorejo yang terletak di Kabupaten Blora

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN KAWASAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESESUAIAN LAHAN DI KOTA SURAKARTA PROPINSI JAWA TENGAH

ANALISIS KEBERADAAN KAWASAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESESUAIAN LAHAN DI KOTA SURAKARTA PROPINSI JAWA TENGAH ANALISIS KEBERADAAN KAWASAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESESUAIAN LAHAN DI KOTA SURAKARTA PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S- Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SAWAH BERIRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA Frans Ferdinan 1*, Jamilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Wuryantoro merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Wonogiri,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Ilmu geografi memiliki dua aspek penting dalam penerapannya yaitu aspek ruang dan aspek waktu. Data spasial merupakan hasil dari kedua aspek yang dimiliki oleh geografi.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lahan pertanian untuk tanaman kering di Kecamatan Doloksanggul memiliki karakteristik dengan ratarata suhu tahunan 22 0 C, dengan ratarata curah hujan tahunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Nazsir 1988:52).

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR Desmi Sianturi 1, Nahor M. Simanungkalit 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA, r,. t ' -! '. 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Geografi merupakan ilmu yang menerangkan keragaman berbagai tempat (diversification of places) yang kemudian disebut sebagai wilaya h- wilayah (Regions), membandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Oleh : SIDIK NURCAHYONO

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Oleh : SIDIK NURCAHYONO ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : SIDIK NURCAHYONO 00.6.106.09010.5.0174 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 BAB

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JATI DI KECAMATAN PADAS KABUPATEN NGAWI

IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JATI DI KECAMATAN PADAS KABUPATEN NGAWI IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JATI DI KECAMATAN PADAS KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ADHITYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah 40 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah Data iklim yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data keadaan wilayah penelitian. Kecamatan Imogiri memiliki satu tipe iklim di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman holtikultura yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan zat yang bermanfaat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan adalah suatu luasan di permukaan bumi dengan sifatsifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, serta hasil kegiatan manusia

Lebih terperinci