PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL. Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL. Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H"

Transkripsi

1 PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRAK Ayuningtyas Alamsyah, H , Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental. Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi Selama tahun 2009 investor kembali memburu saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun 2009 pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan memang menjadi saham unggulan pada tahun 2009 dengan rata-rata tingkat kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal, (2) Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir ( ), (3) Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari- Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental, (4) Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan. Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav Jakarta Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode Pengolahan data dilakukan degan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel Analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah Analisis teknikal dan Analisis fundamental. Dalam indeks Kompas 100 dipilih empat perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Melalui analisis teknikal, investor dapat mengamati pergerakan harga saham keempat perusahaan tersebut selama Januari-Desember Saham ANTM mengalami 6 titik golden cross dan 6 titik dead cross. Saham BUMI mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. Saham PTBA mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. Saham TINS mengalami 3 titik golden cross dan 3 titik dead cross. Analisis fundamental PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun cenderung baik. Pada tahun 2007 ANTM melakukan stock split dengan rasio 1:5, sehingga jumlah saham beredar ANTM bertambah lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dan hal ini berpengaruh terhadap nilai EPS, EPS ANTM tahun 2007 sebelumnya Rp. 536,67 dan menjadi Rp 143,67 pasca stock split. Saham ANTM mengalami overvalued di pasar saham pada tahun Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode tergolong baik, namun saham BUMI mengalami undervalued di pasar saham pada tahun Kinerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) selama tahun cenderung baik, namun pada tahun 2009 saham PTBA mengalami undervalued di pasar saham. Sedangkan kinerja PT Timah Tbk (TINS) cenderung kurang memuaskan. Pada tahun 2008 TINS melakukan stock split dengan rasio 1:10, hal ini mengakibatkan jumlah saham beredar TINS bertambah sepuluh kali lipat. Bertambahnya jumlah saham

3 beredar berpengaruh terhadap EPS pasca dilakukannya stock split, dan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa saham TINS mengalami overvalued di pasar saham.

4 PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL Skripsi Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NIM : Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental : Ayuningtyas Alamsyah : H Menyetujui Dosen Pembimbing, (Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP : Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ayuningtyas Alamsyah dilahirkan di Depok pada tanggal 31 Juli Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alamsyah Bahrun dan Dwi Ratri Handayani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Cendrawasih I Bekasi pada tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Bekasi Jaya Indah 1. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bekasi dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Depok dan masuk dalam program IPA pada tahun Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiwaan sebagai Anggota Direktorat Finance Centre of Management IPB (COM@) , serta Bendahara Centre of Management IPB (COM@) periode Selain itu, penulis pernah menjadi surveyor pada UKM unit usaha pembinaan IPB di kota Bogor. v

7 KATA PENGANTAR Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Saham pertambangan saat ini makin diminati oleh para investor, sehingga investor harus jeli dalam memilih saham perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi investor. Salah satunya dengan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Skripsi ini berjudul Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental. Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan skripsi ini yang tentunya tidak luput dari kesalahan. Untuk itulah penulis mengharapkan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini menjadi bahan referensi dan berguna bagi semua pihak. Bogor, Juni 2010 Penulis vi

8 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis terutama kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran maupun kritik bapak merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Seluruh Staf Pengajar, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan, dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah memberikan bekal pengetahuan sampai penulisan ini selesai. 4. Kedua orang tua penulis, yaitu papa Alamsyah Bahrun dan mama Dwi Ratri Handayani, serta keluarga besar yang telah banyak mendukung melalui doa dan motivasi selama ini. 5. Ahmad Jihan yang selalu memberikan semangat, serta masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. 6. Sahabat ku Annisa Tiara I dan Ega Ferganita yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, kritikan, serta masukan kepada penulis. 7. Abu Abdurrahman Al-Atsari yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan dan membantu dalam pengolahan data penulis. 8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Annisa Tiara I, Dyah Ayu W, Dwi Tya S, Cecilia L, Alik P yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling bertukar pendapat. 9. Teman-teman ku Iam, Jaim, Thifa, Fifi, Eyi, Yunita, Esa, Lulus, Ojan, Ephal, Tono, Jojo, Apip, Alvi, Lely, Gilang, Teguh, Mon2, Via, Jali, Sisy, Copi, Ajit, Bunga, Lintang, Surya, Bang Ahmad, Mumu, Mas Damas, Adi, Mbambit, Bahtiar yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis. vii

9 10. Rekan-rekan manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Juni 2010 Penulis viii

10 DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... Halaman DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR GRAFIK... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) Indeks Kompas Saham Manfaat investasi pada saham Analisis Teknikal Definisi Analisis Teknikal Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal Pembentukan Tren Analisis Fundamental Penelitian terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Metode Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Analisis Teknikal Simple Moving Average Moving average Envelope Analisis Fundamental v vi vii ix xii ix

11 Dividen Discount Model (DDM) Capital Asset Pricing Model IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Informasi Umum Perusahaan Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT Bumi Resources Tbk Informasi Umum Perusahaan Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Informasi Umum Perusahaan Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT Timah Tbk Informasi Umum Perusahaan Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan Analisis Teknikal Simple Moving Average A. PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Moving Average Envelope A. PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Peramalan Pergerakan Harga Saham Simple Moving Average A. PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Moving Average Envelope A. PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Analisis Fundamental Analisis Makro Ekonomi x

12 PDB Pengangguran Inflasi Tingkat Bunga Defisit anggaran Sentimen Analisis Industri Analisis Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk PT Bumi Resources Tbk PT Bukit Asam Tbk PT Timah Tbk Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama Simulasi Investasi Saham ANTM Produk Domestik Bruto Tahun Jumlah pengangguran di Indonesia tahun Dividen PT Aneka Tambang Tbk tahun Prediksi nilai dividen ANTM tahun EPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Prediksi EPS ANTM Tahun Prediksi nilai saham ANTM Dividen PT Bumi Resources Tbk tahun Prediksi nilai dividen BUMI tahun EPS PT Bumi Resosurces Tbk tahun Prediksi EPS BUMI tahun Prediksi nilai saham BUMI sampai dengan tahun Dividen PT Bukit Asam Tbk tahun Prediksi nilai dividen PTBA tahun EPS PT Bukit Asam tahun Prediksi EPS PT Bukit Asam Tbk, Prediksi nilai saham PTBA sampai dengan tahun Dividen PT Timah Tbk tahun Prediksi nilai dividen TINS tahun Nilai EPS TINS tahun xii

14 26. Prediksi nilai EPS PT Timah Tbk tahun Prediksi harga saham PT Timah Tbk tahun xiii

15 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia Grafik Garis (Line Chart) Grafik Balok (Bar Chart) Grafik Lilin (Candlestick Chart) Kerangka Pemikiran Penelitian Produk Domestik Bruto tahun Inflasi (Januari 2005-januari 2010) Indeks Kepercayaan Konsumen Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah Tentang CEI dan LEI Grafik IHSG periode May 2009-Maret xiv

16 DAFTAR GRAFIK No Halaman 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Timah Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk xv

17 18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 200 PT Aneka Tambang Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk xvi

18 37. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Timah Tbk Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Timah Tbk Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Timah Tbk xvii

19 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Suku Bunga SBI 3 bulan periode Tingkat Pengembalian IHSG per bulan Periode Tingkat Pengembalian PT Aneka Tambang Tbk per bulan Periode Tingkat Pengembalian PT Bumi Resources Tbk per bulan Periode Tingkat Pengembalian PT Bukit Asam Tbk per bulan Periode Tingkat Pengembalian PT Timah Tbk per bulan Periode Simulasi investasi saham BUMI pada tahun Simulasi investasi saham PTBA pada tahun Simulasi investasi saham TINS pada tahun xviii

20 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong harga komoditas. Hal inilah yang mendorong investor kembali memburu saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun ini pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan memang menjadi saham unggulan pada tahun ini dengan rata-rata tingkat kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Sektor pertambangan di bursa saham tercatat sebagai sektor yang memberikan return kedua terbesar, yaitu sebesar 151,06% dari posisi Rp. 877,68 pada akhir tahun 2008 menjadi Rp ,48 pada akhir tahun 2009 ( 17 Juni 2010). Emiten pertambangan sampai dengan saat ini menjadi incaran para investor. Terbukti dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan di bursa akibat meningkatnya permintaan terhadap saham pertambangan, saham sektor pertambangan sering kali memimpin penguatan bursa. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai dengan saat ini masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, penyedia energi, menarik investasi, surplus neraca perdagangan, penyedia bahan baku industri, serta faktor dominan pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penerimaan yang diperoleh pemerintah dari sektor pertambangan cukup signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu tepatnya pada tahun 2008 ketika harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 346,347 Triliun atau sebesar 36%. Dari penerimaan sektor ESDM tersebut, sub sektor Pertambangan Umum tercatat sebesar Rp 42,120 Triliun atau sebesar 4,4% yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pertambangan Umum ( 2009).

21 2 Industri pertambangan di dunia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk unggulan sektor pertambangan, seperti batubara, emas dan minyak bumi. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan ekspor barang hasil tambang asal Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya (Gambar 1). Gambar 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia (Sumber : Batubara merupakan salah satu produk tambang unggulan asal Indonesia. Pada tahun 2010, harga batubara diprediksi akan menguat seiring dengan kondisi ekonomi dunia yang diprediksikan mulai mengalami perbaikan. Bahkan kenaikan harga batubara dalam jangka panjang diprediksi masih akan naik sehubungan dengan semakin luasnya penggunaan batubara sebagai sumber energi. Berdasarkan proyeksi laporan Annual Energy Outlook 2009 yang dikeluarkan oleh U.S. Energy Information Administration, US energi supply, demand, dan harga naik hingga tahun The McIlvane Company dalam laporannya yang dikeluarkan pada April 2009, memproyeksikan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia akan tumbuh 35% pada 10 tahun ke depan, dari 1,759,000 MW pada 2010 menjadi 2,384,000 MW pada Pembangkit listrik tenaga batubara di Asia akan naik menjadi 1,464,000 MW pada Sedangkan di India, pembangkit listrik tenaga batubara ini akan naik dari 95,000 MW menjadi 294,000 MW pada 11 tahun ke depan (Asia Securities, 25 Mei 2009). Harga saham sektor pertambangan pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal tersebut terkait dengan

22 3 meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertambangan. Analisis PT Erdikha Sekuritas, mengatakan saham-saham pertambangan yang masih prospektif menjanjikan pertumbuhan kinerja hingga tahun depan terutama adalah yang bergerak di sektor batubara dan minyak bumi serta gas (migas) (Bisnis Indonesia, 11 November 2009). Saham pertambangan merupakan komoditas yang menarik di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena harga saham pertambangan menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang. Selain keuntungan yang menjanjikan, kegiatan investasi pada sektor pertambangan juga mengandung resiko, yaitu terkait perubahan harga komoditas pertambangan yang sangat dipengaruhi oleh pasokan atau ketersediaan bahan baku tambang, permintaan akan barang tambang tersebut, kondisi fundamental perusahaan pertambangan, serta kebijakan pemerintah terhadap harga barang tambang. Sehingga harga saham sektor pertambangan cenderung fluktuatif. Saham empat perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) Perumusan Masalah Harga saham merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seorang investor apabila ingin melakukan investasi dalam bentuk saham. Karena harga saham dapat menggambarkan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk capital gain ataupun dividen. Perubahan harga saham terjadi setiap saat, oleh karena itu seorang investor harus menelusuri faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan harga saham. Untuk dapat menilai harga saham yang akan dipilih investor dalam melakukan investasi, maka para investor dapat menggunakan pendekatan top down approach yaitu dimulai dengan analisis kondisi makro ekonomi serta analisis industri kemudian dilanjutkan dengan penilaian perusahaan untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan, yaitu yang dilakukan melalui analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham

23 4 (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Analisis fundamental bertujuan untuk memperkirakan harga saham berdasarkan prospek laba dan dividen perusahaan, pendapatan, kebijakan manajemen, yang tercermin dalam laporan keuangan, perkembangan industri, harapan bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Kedua analisis ini dapat digunakan secara bersamaan untuk menganalisis harga saham. Dari hal yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pergerakan harga saham pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis teknikal? 2. Bagaimanakah kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental, selama tiga tahun terakhir ( )? 3. Bagaimanakah nilai intrinsik harga saham pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 menggunakan analisis fundamental? 4. Faktor fundamental manakah yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal. 2. Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir ( ).

24 5 3. Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental. 4. Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini memberikan informasi bagi pemimpin perusahaan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. 2. Bagi dunia pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham dan penilaian terhadap harga saham. 3. Bagi pihak lain Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk dividen ataupun capital gain Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 pada periode Januari-Desember Perusahaan-perusahaan pertambangan yang dibahas dalam penelitian ini merupakan perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Pada penelitian ini penulis tidak menganalisis seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009, karena penulis membatasi penelitian pada perusahaan-perusahaan pertambangan yang sahamnya paling aktif dalam bursa saham.

25 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya (Rusdin, 2006). Pasar modal adalah sistem yang mempertemukan pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana untuk diinvestasikan (Rahardjo, 2009). Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 2.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu ( a. Sebagai indikator trend pasar. b. Sebagai indikator tingkat keuntungan. c. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio. d. Memfasilitasi pembentukan portopolio dengan strategi pasif.

26 7 2.3 Indeks Kompas 100 Indeks KOMPAS100 merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut ( 1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan. 2. Saham tersebut termasuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). 3. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir. 4. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar. 5. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja 6. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (5) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (6). Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus. Perhitungan Indeks KOMPAS100 dimulai pada hari dasar tanggal 2 Januari 2002 dengan nilai dasar Saham Saham adalah sertifikat yang menunjukkan buku kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atau penghasilan dan aktiva perusahaan (Rusdin. 2006). Menurut (Siamat, 2005) saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen. Terdapat beberapa jenis saham yang dapat dipilih oleh investor, antara lain sebagai berikut (Rusdin, 2006):

27 Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Saham atas unjuk (Bearer Stock), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari satu investor ke investor lain. b. Saham atas nama (Registered Stock), adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemilikannya. Dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat pergantiannya Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi : a. Saham biasa (Common Stock), merupakan suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. b. Saham preferen (Preferen Stock), merupakan bentuk gabungan antara obligasi dan saham. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa Manfaat investasi pada saham Pemegang saham adalah pemilik perusahaan, atau orang yang menanamkan uangnya sebagai modal (investasi) ke dalam perusahaan. Maka pemegang saham sebagai pemilik perusahaan berhak memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukannya. Menurut Rusdin (2006),

28 9 terdapat dua manfaat yang diperoleh seorang investor apabila menanamkan modalnya dalam bentuk saham, yaitu: 1. Dividen Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui didalam Rapat Umum Pemegang Saham. Dua jenis dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan yaitu dividen tunai dan dividen saham. Jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki, maka disebut sebagai dividen tunai. Sedangkan dividen saham adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham baru tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham. 2. Capital Gain Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual-beli saham, yaitu berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham. Oleh karena itu investor memiliki peluang untuk menikmati capital gain sebagai akibat atas aktivitas yang terjadi di pasar sekunder. Perbedaan antara harga jual dan beli saham disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut Analisis Teknikal Definisi Analisis Teknikal Analisa teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknis ini menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investassi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat sutau tren atau pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham (Sulistawan dan Liliana, 2007).

29 10 Ada tiga prinsip dasar yang melandasi analisis teknikal yang merupakan suatu pola pikir dan anggapan dasar dalam melakukan analisis teknikal (Rahardjo, 2009). 1. Market Action Discount Everything Semua faktor yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi harga saham telah tercermin dalam harga tersebut. Semua faktor lingkungan bisnis, baik politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi yang dapat mempengaruhi kondisi bisnis dan pergerakan harga saham telah tercermin dalam harga saham tersebut. 2. Price Move In Trends Harga bergerak dalam suatu kecenderungan arah tertentu dan akan terus menuju arah yang sama sampai dengan adanya sinyal pembalikkan atau perubahan arah. Satu kecenderungan arah akan tetap berlangsung sampai ada suau kekuatan yang memberikan sinyal bahwa kecenderungan tersebut akan berubah. 3. History Repeat It Self Sejarah akan berulang, pola-pola pergerakan harga saham yang terjadi di masa lalu akan berulang kembali di masa mendatang. Hal ini didasarkan pada psikologi manusia yang mempunyai kecenderungan untuk tidak berubah dan mengulang hal-hal yang telah dilakukan di masa lalu Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal Ada beberapa grafik yang sering digunakan untuk melakukan analisis teknikal suatu saham, antara lain (Rahardjo, 2009) : 1. Grafik Garis (Line Chart) Grafik garis (line chart) menyajikan pergerakan harga saham dari waktu ke waktu berupa garis yang menghubungkan titik-titik yang merupakan harga saham pada saat (hari dan tanggal tertentu). Titik-titik tersebut biasanya merupakan harga penutupan saham pada hari bersangkutan. Berikut merupakan contoh line chart (Gambar 2).

30 11 Gambar 2. Grafik Batang (Line Chart) Sumber: Grafik Balok (Bar Chart) Grafik balok (bar chart) merupakan grafik batang yang menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan (open/o), harga tertinggi (high/h), harga terendah (low/l), dan harga penutupan (close/c) dari suatu saham selama suatu periode tertentu. Gambar 3. Grafik Balok (Bar Chart) Sumber: Panjang balok (atau garis vertikal) menunjukkan fluktuasi harga dalam suatu periode, ujung atas menunjukkan harga tertinggi sedang ujung bawah menunjukkan harga terendah. Garis horizontal disebelah kiri balok menunjukkan harga pembukaan,

31 12 sedangkan garis horizontal sebelah kanan balok menunjukkan harga penutupan. Gambar 3 merupakan visualisasi bar chart. 3. Grafik Lilin Grafik lilin (candlestick chart) merupakan grafik berbentuk lilin yang dapat menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan (open/o), harga tertinggi (high/h), harga terendah (low/l), dan harga penutupan (close/c) dari suatu saham selama suatu periode tertentu. Gambar 4. Grafik Lilin (Candlestick Chart) Sumber: Ada dua macam warna batang lilin, yaitu lilin berwarna terang yang menunjukkan kecenderungan harga naik karena harga pembukaan lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan dan lilin berwarna gelap yang menunjukkan kecenderungan harga turun karena harga pembukaan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penutupan Pembentukan Tren Tren merupakan arah pergerakan harga pasar saham. oleh karena itu seorang investor dalam menentukan keputusan investasi sebaiknya memahami arah pergerakan harga saham. berikut merupakan pembentukkan tren berdasarkan arah pergerakannya (Sulistawan dan Liliana, 2007).

32 13 1. Uptrend, artinya adalah harga saham cenderung bergerak naik. Pada kondisi ini, sentimen dari kebanyakan investor sedang dalam kondisi positif 2. Downtrend, artinya harga saham cenderung bergerak turun. Jika pasar menunjukkan downtrend, sebaiknya pasar tidak melakukan posisi beli agar terhindar dari kerugian. 3. Sideways Trend, atau pergerakan harga yang stagnan (hanya naik atau turun pada kisaran harga tertentu) Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan datadata fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Analisis fundamental digunakan untuk menentukan harga yang tepat bagi saham suatu perusahaan, analis sekuritas harus memprediksi dividen dan laba yang dapat diharapkan dari perusahaan tersebut. Pada akhirnya, keberhasilan usaha suatu perusahaan akan menentukan dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham serta harga saham yang akan terbentuk di pasar saham. Prospek suatu perusahaan terkait dengan kondisi ekonomi secara umum. Maka analisis fundamental harus mempertimbangkan lingkungan bisnis di mana perusahaan beroperasi. Bagi beberapa perusahaan, lingkungan ekonomi makro dan industri mungkin mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan kinerja di dalam industri atau dengan kata lain investor sebaiknya mempertimbangkan gambaran besar ekonomi (Bodie, 2006). Oleh karena itu, dalam analisis fundamental perlu dilakukan beberapa tahapan analisis sebagai berikut : a. Analisis ekonomi makro Yang termasuk dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap kondisi perekonomian seperti tingkat pertumbuhan ekonomi negara (PDB), tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan sebagainya. Analisis ini sangat cocok terhadap kondisi pasar secara umum dan kinerja saham secara khusus.

33 14 b. Analisis industri Analisis industri dilakukan untuk menilai pengaruh dari tingkat pertumbuhan dan juga persaingan dalam industri tempat perusahaan berada terhadap tingkat profitabilitas di masa datang. Selain itu analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko usaha dalam industri tersebut. Terdapat beberapa aspek analisis yang dapat digunakan, antara lain adalah analisis struktural industri, analisis siklus industri, analisis siklus hidup industri dan analisis tingkat resiko. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam analisis industri adalah 5 forces yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Lima aspek tersebut meliputi persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, kekuatan tawar pembeli dan kekuatan tawar penjual. c. Analisis perusahaan Analisis perusahaan diperlukan untuk menilai posisi dan kinerja perusahaan dalam industri tersebut. Hal itu dapat diakukan dengan menganalisis laporan-laporan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, terutama laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan merupakan laporan pertanggung-jawaban manajemen perusahaan kepada pemilik (share holders) dan para pihak yang berkepentingan atau pemangku kepentingan (stake holders). Dalam menganalisis laporan keuangan, hal yang perlu diperhatikan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan melalui data di masa lalu maupun yang ada saat ini untuk memprediksi kinerja keuangan di masa yang akan datang. Rasio keuangan dapat dihitung berdasarkan laporanlaporan keuangan yang tersdia diantaranya sebagai berikut (Rahardjo, 2009). 1. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan posisi atau kondisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu (sesuai yang tertera pada Neraca). Neraca mencerminkan sumber dana yang diperoleh perusahaan dan alokasi/aliran (dalam bentuk apa) dana tersebut ditanamkan.

34 15 2. Laporan Laba/Rugi Laporan Laba/Rugi merupakan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu (bisa dalam waktu 1 triwulan, 1 semester, 3 triwulan, atau 1 tahun buku). Laporan Laba/Rugi memperlihatkan keuntungan atau laba (bahkan bisa juga rugi) dalam suatu periode waktu operasi usaha perusahaan. Menurut Keown (2004), Analisis rasio keuangan membantu analis untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk membimbing investor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Rasio-rasio keuangan yang lazim dikenal dalam dunia keuangan adalah sebagai berikut. a) Rasio Likuiditas Rasio ini membandingkan kas dan aktiva-aktiva yang dapat diubah dalam bentuk kas pada tahun dimana kewajiban jatuh tempo dan akan dibayar pada tahun itu juga. Adapun yang termasuk kedalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut. 1) Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities 2) Quick Ratio = (Current Assets Inventory) / CurrentLiabilities 3) Cash Ratio = Cash / Current Liabilities b) Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, pada umumnya menggunakan asumsi yaitu apabila saat ini perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Adapun yang termasuk kedalam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut. 1) Debt to asset ratio = Liabilities / Assets 2) Time Interest Earned ratio = EBIT / interest expense 3) Long Term Debt Ratio = Long term debt / Equity

35 16 c) Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya. Adapun yang termasuk kedalam rasio profitabilitas adalah sebagai berikut. 1) Gross Profit Margin = (Sales-COGS) / Sales 2) Profit Margin = Net Operating Income / Net Sales 3) Net Profit Margin = Net Profit after-tax / Net Sales 4) Operating Profit Margin = EBIT / Net Sales 5) ROE = Net Income/Equity 6) ROA = Net Income/ Total Assets d) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan tingkat keaktifan dari aktiva perusahaan, mengukur seberapa cepat pos atau rekening aktiva tersebut berputar dalam satu periode. Adapun yang termasuk kedalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut. 1) Total Assets Turnover = Net sales / Total Assets 2) Receivable Turnover = Net Credit Sales / Total Assets 3) Inventory Turnover = COGS / Inventory 4) Working Capital Turnover = Net Sales / (Current Assets- Current Liabilities) 5) Fixed Assets Turnover = Net Sales / Fixed Assets 2.8. Penelitian terdahulu Ganesh (2009) melakukan penelitian mengenai analisis pergerakan harga saham dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal pada saham pertambangan diantaranya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Inco Indonesia (INCO), PT Timah Tbk (TINS), PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), PT Medco Tbk (MEDC) yang diteliti dapat digunakan sebagai alat pengembalian keputusan oleh investor. Yaitu untuk menentukan kapankah waktu yang tepat bagi investor untuk membeli ataupun menjual saham. Berdasarkan grafik Moving Average Envelope maka dapat diketahui bahwa sinyal beli terhadap suatu saham terjadi ketika grafik harga

36 17 memotong ke atas grafik Simple Moving Average dan sebaliknya sinyal jual terjadi ketika grafik harga memotong ke bawah grafik Simple Moving Average. Selain itu implementasi grafik Moving Average Envelope juga sebagai alat pengambil keputusan untuk cut loss (membatasi) kerugian ketika harga grafik saham telah memotong Moving Average Envelope ke bawah. Sabrini (2008) melakukan penelitian tentang Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode dengan Analisis Fudamental dan Teknikal. Saham yang diteliti adalah 4 saham industri rokok yang tercatat di BEI diantaranya PT British American Tobaco Indonesia Tbk (BATI), PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA). PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Analisis fundamental yang digunakan adalah menggunakan pendekatan Present Value, Model kelipatan laba (PER), arus kas dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sedangkan analisis teknikal yang digunakan adalah pendekatan moving average. Dengan melihat analisis fundamental dan teknikal pada industri rokok, secara umum kondisi perusahanperusahaan rokok ada yang mengalami penurunan, stabil dan peningkatan. Perusahaan yang mengalami penurunan adalah PT British American Tobaco Indonesia Tbk, yang stabil adalah PT Gudang Garam Tbk, dan yang mengalami peningkatan adalah PT Bentoel International Investama Tbk dan PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk.

37 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di pasar modal. Investasi dalam bentuk saham merupakan salah satu kegiatan investasi di pasar modal yang tergolong beresiko tinggi. Pergerakan harga saham sektor pertambangan merupakan salah satu bentuk nyata yang membuktikan, bahwa harga saham sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terkait dengan bisnis tersebut. Seorang investor yang ingin menginvestasikan dana (modal) dalam bentuk saham khususnya pada saham sektor pertambangan tentunya akan mencari informasi mengenai harga saham tersebut, serta kemungkinan pengembalian atau keuntungan yang akan ia peroleh apabila berinvestasi pada saham tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi dalam pengambilan keputusan investasi, maka investor dapat menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal digunakan oleh trader untuk dasar pengambilan keputusan melakukan jual atau beli saham. Analisis ini dapat dilakukan oleh beberapa metode, diantaranya adalah Simple Moving Average dan Moving Average Envelope. Hasil yang diperoleh dari analisis teknikal adalah berupa informasi tentang pergerakan harga saham yang terjadi selanjutnya atau peramalan harga saham. Sedangkan alat analisis lain yang dapat digunakan oleh investor adalah analisis fundamental. Para investor saham menggunakan analisis fundamental untuk dasar pengambilan keputusan pembelian saham, dan cenderung untuk keputusan jangka panjang. Pendekatan analisis fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan present value, yaitu dengan menggunakan Dividen Discount Model (DDM). Dari model pendekatan Dividen Discount Model (DDM) maka dapat dihasilkan informasi tentang nilai intrinsik saham yang dianalisis. Sehingga nilai intrinsik ini dapat dibandingkan dengan harga

38 19 Investor Investasi Saham Sektor Pertambangan Penilaian Harga Saham Analisis Teknikal Analisis Fundamental - Analisis ekonomi makro - Analisis industri - Analisis perusahaan Simple Moving Average Moving Average Envelope Dividend Discount Model (DDM) Pergerakan Harga Saham Nilai intrinsik Saham Rekomendasi Srategi Keputusan Investasi Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian

39 20 pasar yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsik lebih mahal dari harga pasar (undervalued), atau lebih rendah dari harga pasar (overvalued). Melalui kedua analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental yang dilakukan maka akan diperoleh informasi yang dapat digunakan oleh seorang investor dalam menentukan pilihan investasi. Ketepatan dalam menentukan pilihan investasi akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh investor tersebut Metode Penelitian Pengumpulan Data Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav Jakarta Data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan tambang yang terdaftar dalam indeks Kompas 100 periode Januari-Desember Maka dipilih empat perusahaan yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Keempat perusahaan ini dipilih berdasarkan urutan tingkat atau frekuensi transaksi, ketersediaan laporan tahunan perusahaan,dan data historis harga saham perusahaan tersebut pada periode dengan menggunakan metode purposive sampling Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis teknikal dan fundamental Analisis Teknikal Analisis teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelope (Sulistiawan dan Liliana, 2007).

40 Simple Moving Average Simple Moving Average (SMA) dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. SMA (4) = ( P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5 Keterangan: SMA (5) : Rata-rata bergerak sederhana 5 hari perdagangan sebelumnya. P5 : Harga saham 5 hari sebelumnya. P4 : Harga saham 4 hari sebelumnya. P3 : Harga saham 3 hari sebelumnya. P2 : Harga saham 2 hari sebelumnya. P1 : Harga saham 1 hari sebelumnya. Sinyal jual (dead cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah atas garis MA yang lebih besar Sinyal beli (golden cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah bawah garis MA yang lebih besar. SMA yang digunakan dalam penelitian adalah periode 5 dan 23 hari. Penentuan periode SMA tersebut berdasarkan pilihan investor, namun SMA (5) dan (23) merupakan periode yang sesuai untuk analisis jangka pendek (triwulan) (Sulistawan dan Liliana, 2007) Moving Average Envelope Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007) ketepatan dari penggunaan dari Moving Average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan batas atas dan batas bawah ini dinamakan Moving Average Envelope. Batas atas dan batas bawah digunakan dengan prosentase tertentu dari MA yang

41 22 digunakan. Batas bawahnya dapat berfungsi sebagai pembatas kerugian untuk menghindari kerugian yang lebih besar, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Batas atas = MA x 1.05 Batas bawah = MA x 0.95 Dengan indikator ini, sinyal beli bisa terjadi ketika grafik harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sementara indikator sinyal jual adalah kebalikan dari kondisi diatas, yaitu grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Penggunaan prosentase dalam menentukan batas atas dan bawah Moving Average pada umumnya adalah 5% (Sulistawan dan Liliana, 2007) Analisis Fundamental Dividend Discount Model-DDM Dividend Discount Model (DDM) dilakukan untuk mencari nilai intrinsik (nilai wajar) dari suatu saham perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kerelatifan kesalahan harga saham terhadap beberapa ukuran nilai saham, yang dapat diturunkan dari data keuangan yang diamati. Dividend Discount Model (DDM) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung arus kas yang akan datang dari dividen saham untuk mengetahui nilai wajarnya. Model ini mengasumsikan bahwa perusahaan mengeluarkan dividen saat ini dengan pertumbuhan tetap (Bodie, 2006). Model ini dirumuskan sebagai berikut.. (2)

42 23 P i = nilai wajar saham D 1 = dividen yang dibayarkan tahun depan k = tingkat pengembalian yang diharapkan investor g = tingkat pertumbuhan dividen Nilai D 1 diperoleh dengan mengalikan nilai D 0 (nilai dividen yang paling akhir dibayarkan) dengan nilai ( 1 + g ) yang merupakan prediksi dividen yang akan tumbuh pada tahun depan. Maka persamaan Gordon Model dapat pula ditulis sebagai berikut.. (3) Nilai g atau pertumbuhan dividen didapatkan dengan rumus geometric mean: G = [(TR 1 + 1)(TR 2 + 1)...(TR n +1)] 1/n (4) V Pertumbuhan dividen dari tahun ke tahun tidak tetap, maka rumus yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik adalah sebagai berikut. j n t 1 D1 D2 D3 D ( 1 k) (1 k) (1 k) (1 k) (5) Dt t (1 k) Dividend Discount Model (DDM) sensitif terhadap taksiran-taksiran atas variabel yang digunakan didalamnya. Dengan DDM, pemodal akan menghitung perbedaan harga untuk saham yang sama dengan model yang sama pula. Model ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik, juga menentukan harga terminal suatu saham. Keputusan pemodal dan analis akan ditentukan nilai intrinstik, yang memperoleh dengan

43 24 mendiskontokan dividen, dengan harga pasar sekarang (current market price) suatu saham. Jadi, kemungkinan keputusan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jika nilai intrinstik lebih besar dari harga pasar sekarang, aktiva atau saham dinyatakan undervalued dan seterusnya dibeli atau ditahan kalau sudah dimiliki. 2. Jika nilai intrinstik lebih kecil dari harga pasar sekarang, aktiva atau saham dinyatakan overvalued dan seharusnya dihindari membeli atau sebaiknya segera dijual atau ditahan tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin. 3. Jika nilai intrinstik sama dengan harga pasar sekarang, aktiva atau saham tersebut dinilai secara benar (correctly valued), dan sahamnya dapat ditahan (hold) dengan harapan pada waktu yang akan datang harganya akan naik. Nilai k atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, ditentukan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model CAPM ditulis sebagai berikut (Keown, 2004). k = Rf + β ( Rm Rf ). (6) k = tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor Rf = tingkat pengembalian bebas resiko β = tingkat resiko siklikal dan operating leverage emiten Rm = tingkat pengembalian pasar, dihitung dengan rumus sebagai berikut.

44 25. (7) Tingkat pengembalian yang diharapkan investor, k, merupakan fungsi searah dari beta untuk mengukur resiko yang tidak dapat terdiversifikasi, sehingga semakin tinggi resiko yang dihadapi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan, dan sebaliknya. ( Rm-Rf ) adalah bagian dari premi resiko yang disebut dengan premi resiko pasar sebab hal ini menunjukkan premi yang harus diterima investor untuk mengambil resiko rata-rata atas pasar portofolio aktiva. Walaupun asumsi yang digunakan terlalu banyak dan pertukaran risk-return yang dijelaskan dalam model CAPM ini tidak 100% sesuai untuk semua aktiva pasar, model ini memberikan kerangka konseptual yang berguna untuk mengevaluasi dan menghubungkan resiko dengan tingkat pengembalian secara umum. Dalam model ini, terdapat teori bahwa semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh investor, semakin besar pula resikonya. CAPM menghubungkan resiko yang tidak terdiversifikasi dan pengembalian untuk semua aktiva. Pembahasannya terdiri dari: 1. Beta, yaitu pengukuran dari resiko yang tidak dapat terdiversifikasi yang merupakan indeks dari pergerakan pengembalian aktiva karena adanya perubahan dalam pengembalian pasar. Beta untuk pasar selalu dipertimbangkan sama dengan 1, dan beta aktiva lain dipandang dalam

45 26 kaitannya dengan beta pasar itu. Beta aktiva dapat memiliki nilai positif atau negatif, tetapi secara normatif beta adalah positif. Beta positif artinya pergerakan return aktiva searah dengan return pasar, jika pasar mengalami kenaikan, maka nilai aktiva tersebut juga ikut mengalami kenaikan. Beta negatif, sebaliknya, memiliki arah berlawanan dengan pasar, bila pasar mengalami kenaikan, aktiva dengan beta negatif justru mengalami penurunan. Pada umumnya beta terletak pada skala 0,5 sampai 2,0. Persamaan yang digunakan untuk memperoleh koefisien beta ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear sederhana dengan mencari nilai koefisien korelasi dua variabel (r) dengan variabel independen adalah nilai IHSG dan variabel dependen nilai saham per penutupan setiap hari. 2. Menghitung tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagai acuan, sering dipergunakan tingkat keuntungan rata-rata dari seluruh kesempatan investasi yang tersedia di pasar modal atau indeks harga saham gabungan. 3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas resiko. Sebagai acuan, sering digunakan tingkat keuntungan dari sekuritas yang nilainya dijamin oleh pemerintah setempat. 4. Menaksir arus kas yang diharapkan.

46 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Informasi Umum Perusahaan Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT Antam Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan yang menjalankan usahanya di Indonesia, perusahaan ini berdiri pada tanggal 05 Juli PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan mineral terdiversifikasi, dengan kegiatan yang terintegrasi secara vertikal Pemegang Saham Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun Pemegang saham terbesar ANTM adalah Negara Republik Indonesia, yaitu dengan proporsi sebesar 65%. Beberapa pemegang saham utama ANTM antara lain, State Street Bank and Trust for The Bene (2.0%), The Northern Trust S/A AVFC (2.0%), PT Jamsostek (Persero) (1.4%), dan sisanya tercatat sebagai saham beredar Ringkasan Keuangan Kinerja keuangan PT Antam Tbk pada tahun 2008 mengalami penurunan, hal ini terkait dengan menurunnya harga komoditas di tahun Walaupun mengalami penurunan dalam kinerja keuangan, PT Antam Tbk tetap membagikan dividen bagi pemegang sahamnya (Tabel 1) Produk Perusahaan Produk-produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel kadar tinggi, bijih nikel kadar rendah, emas, perak dan bauksit. Operasi Antam terbagi atas lima unit usaha strategis (strategic business units, SBUs), yaitu: (i) nikel; (ii) emas; (iii)

47 28 pemurnian dan pengolahan logam mulia; (iv) bauksit; dan (v) eksplorasi. Tabel 1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama Deskripsi Penjualan Bersih 5, , , Laba Kotor 2, , , Laba Usaha 2, , , Laba Bersih 1, , , Laba Bersih per CSaham CDividen per Saham aharga Saham (Rp) , , ,090 t ROA (%) t ROE (%) C atatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Antam Tbk PT Bumi Resources Tbk Informasi Umum PT Bumi Resources Tbk ( Perseroan ), berkedudukan di Jakarta, berdiri pada tanggal 26 Juni PT Bumi Resources Tbk merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam bidang penambangan material logam dan mineral alam Pemegang Saham BUMI melakukan Penawaran Umum Perdana Saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 30 Juli Kepemilikan saham pada PT Bumi Resources antara lain sebagai berikut, saham milik publik yaitu sebesar 73.89% dengan jumlah lembar saham sebanyak lembar. PT Bakrie and Brothers Tbk yaitu sebesar 14.28%, dan sisanya tercatat sebagai saham beredar.

48 Ringkasan Keuangan Total pendapatan PT Bumi Resources Tbk tahun 2008 meningkat 49% dari tahun 2007 menjadi Rp 36, miliar. Kegiatan usaha utama perusahaan dalam usaha pertambangan telah menghasilkan laba dan arus kas yang meningkat dalam periode Tabel 2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama Deskripsi Pendapatan 16, , , Laba Kotor 4, , , Laba Usaha 2, , , Laba Bersih 2, , , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 900 6, ROA (%) ROE (%) Catatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Bumi Resources Tbk Produk Perusahaan PT Bumi Resources Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak, gas alam dan pertambangan. BUMI memproduksi batubara dengan bermutu tinggi, namun dalam menjalankan usaha perusahaan ini pun melakukan diversifikasi dalam sektor pertambangan seperti tembaga, emas, biji besi, timah, seng, dan coal-bed methane (CBM).

49 PT Bukit Asam (Persero) Tbk Informasi Umum PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. PTBA berdiri sejak 2 Maret 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di Indonesia Pemegang Saham Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA. Masyarakat memegang 34,98% saham PTBA sedangkan sisanya 65,02% dimiliki negara. Pemegang saham terbesar pada PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk adalah pemerintah, yaitu negara Republik Indonesia yaitu sebesar 65.02%. Sementara investor domestik memiliki proporsi sebesar 21.36% dan investor asing memiliki proporsi sebesar 13.62% Ringkasan Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk membukukan laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 1,7 triliun atau tumbuh 135,2 persen dibandingkan tahun 2007, seiring dengan peningkatan volume produksi dan penjualan yang signifikan serta tingkat efisiensi operasional yang semakin baik (Tabel 3) Produk Perusahaan. Perseroan memiliki beberapa jenis produk batubara yang dibedakan berdasarkan kualitas yang terkandung didalamnya. Selain batubara, perusahaan juga memproduksi briket. Jenis

50 31 briket yang diproduksi oleh Perseroan terdiri dari Briket Karbonisasi dan Briket Non-Karbonisasi. Tabel 3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama PT Timah Tbk Deskripsi Penjualan Bersih 3, , , Laba Kotor 1, , , Laba Usaha , Laba Bersih , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 3,525 12,000 6,900 ROA (%) ROE (%) Catatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Bukit Asam Tbk Informasi Umum PT Timah (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 2 Agustus 1976, PT Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. PT Timah Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan Pemegang Saham Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada 19 Oktober Semenjak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh negara Republik Indonesia.

51 Ringkasan Keuangan Keuangan PT Timah Tbk selama periode mengalami penurunan. Lebih rendahnya laba bersih Perseroan pada tahun 2008 tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja penjualan perseroan akibat dari turunnya harga logam timah dunia. Tabel 4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama C atatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Timah Tbk Produk Perusahaan 4.2. Analisis Teknikal Deskripsi Pendapatan Bersih 4, , , Laba Kotor , , Laba Usaha , , Laba Bersih , , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 4,425 28,700 1,080 ROA (%) ROE (%) PT Timah Tbk merupakan produsen timah namun selain penambangan timah, perusahaan juga bergerak dalam eksplorasi batubara dan emas. Perusahaan membentuk tiga anak perusahaan yang memulai kegiatan usaha komersial sejak tanggal 1 Juli Simple Moving Average A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Selama periode 05 Januari 30 Desember 2009, pergerakan saham ANTM menunjukkan berbagai aktivitas transaksi jual ataupun beli terhadap saham tersebut. Teknik Moving Average (MA) digunakan untuk melihat perpotongan

52 33 dua buah garis MA, dalam penelitian ini menggunakan MA (5) dan MA (23). Berdasarkan grafik dibawah ini, selama periode 05 Januari 30 Desember 2009 saham ANTM menunjukkan 6 titik golden cross atau signal bullish dan 6 titik dead cross atau sinyal bearish Grafik 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pergerakan harga saham ANTM periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Pada tanggal 12 Februari 2009 grafik menunjukkan golden cross atau sinyal beli dan harga terus bergerak naik. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2009 menunjukkan sinyal jual atau dead cross. Namun grafik kembali menunjukkan sinyal beli, yaitu pada tanggal 31 Maret Historical Price SMA (5) SMA (23) Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk

53 34 Tren naik terus berlanjut sampai dengan Juni 2009, sehingga masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 22 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual, maka kegiatan membeli saham tersebut dapat dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pada tanggal 24 Juli 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal beli (golden cross). Tren menurun kembali terjadi, melalui grafik dapat dilihat bahwa pada garis MA (23) berada diatas garis MA (5), dan pada akhirnya pada tanggal 01 September 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal jual Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk Grafik 4 menunjukkan harga saham ANTM cenderung menurun, namun tidak terjadi penurunan secara signifikan sehingga grafik menunjukkan tren mendatar (sideways trend).

54 35 Pada tanggal 10 Desember 2009 terjadi sinyal jual dan grafik menunjukkan bahwa sampai dengan akhir periode 2009 garis MA (23) berada di atas garis MA (5), sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Berikut merupakan simulasi dalam investasi saham ANTM dengan modal Rp Tabel 5. Simulasi investasi saham ANTM Tanggal Harga (Rp) Beli Jumlah (Lot) Total (Rp) Tanggal Jual Harga (Rp) Jumlah (Lot) Total (Rp) Untung/Rugi (Rp) Cost 0.5% 12-Feb ,440, Mar ,280, , Mar ,360, Jun ,880,000 3,520,000 17, Jul ,400,000 1-Sep ,000, ,000 3,000 Keterangan : Data diolah Jumlah Net Profit (Rp) 159,200 3,502, ,000 3,940,200 B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Grafik 5 menunjukkan bahwa pada awal periode 2009 sampai dengan pertengahan bulan Maret 2009, harga saham BUMI tidak mengalami pergerakan secara signifikan dan cenderung mengalami tren mendatar atau sideways trend Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Pada tanggal 16 Maret 2009 terjadi perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), yang menunjukkan titik golden cross. Kondisi tersebut menunjukkan sinyal bullish atau tren naik, maka disarankan untuk membeli saham BUMI.

55 Grafik 6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Tren naik terus berlanjut sampai dengan 22 Juni 2009, dan masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 23 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual dan disarankan untuk menjual saham tersebut. Sinyal beli kembali terjadi pada tanggal 02 Juli Harga terus bergerak naik dan menunjukkan kondisi bullish. Selama periode Agustus-September 2009 harga saham BUMI menunjukkan sideways trend atau cenderung mendatar. Namun pada tanggal 11 September 2009 terjadi golden cross, kemudian harga terus bergerak naik maka disarankan untuk membeli saham tersebut. Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk Tren naik tersebut terus berlangsung sampai dengan pertengahan bulan Oktober 2009, kemudian pada 27 Oktober

56 grafik kembali menunjukkan dead cross atau suatu kondisi yang menunjukkan tren menurun. Pada saat ini disarankan untuk menjual saham BUMI, karena pergerakan harga saham menunjukkan sinyal bearish. Grafik 8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk Grafik 8 menunjukkan bahwa pada tanggal 18 November 2009 sinyal beli kembali terjadi. Walaupun sempat terjadi sinyal jual sebanyak 1 kali pada bulan Desember 2009, namun harga saham BUMI menunjukkan tren naik sampai dengan akhir periode Sehingga masih disarankan untuk membeli saham BUMI, dengan harapan harga akan terus bergerak Historical Price SMA (5) SMA (23) naik. Selama periode 2009, saham BUMI mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Harga saham PTBA pada awal periode 2009 cenderung bergerak stagnan. Periode Februari 2009 grafik menunjukkan tren naik, hal ini terlihat dengan letak garis MA (5) berada diatas garis MA (23). Namun pada awal Maret grafik menunjukkan sinyal bearish atau terjadi tren penurunan, kondisi ini tidak berlangsung lama karena rentang antar garis MA (5) dan garis MA (23) tidak terlalu jauh. Hal ini terbukti, karena pada tanggal 03 April 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross, sehingga tren naik terus terjadi

57 38 dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan bulan Juni Saat kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun sinyal jual kembali terjadi yaitu tepatnya pada tanggal 23 Juni Grafik 9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Selama periode Juli-September 2009 terdapat 2 kali sinyal beli dan 1 kali sinyal jual. Grafik 11 menunjukkan bahwa pergerakan harga pada periode Agustus-September cenderung stagnan. Historical Price SMA (5) SMA (23) Pada tanggal 18 September 2009 grafik menunjukkan golden cross atau terjadi sinyal beli. Tren naik tersebut berlanjut sampai dengan akhir periode Desember Maka disarankan untuk mempertahankan saham PTBA, sampai dengan grafik kembali menunjukkan sinyal bearish.

58 Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Timah Tbk

59 40 Grafik 13 menunjukkan bahwa saham TINS pada awal periode 2009 menunjukkan tren mendatar namun cenderung menurun, hal ini ditunjukkan melalui grafik yaitu bahwa garis MA (5) berada dibawah garis MA (23). Selama periode Februari-Maret grafik MA (23) berada diatas grafik MA (5), hal ini menunjukkan bahwa harga saham TINS mengalami kondisi bearish. Namun pada 25 Maret 2009 grafik kembali menunjukkan adanya golden cross, maka kondisi bullish terjadi dan dalam kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Grafik 14 menunjukkan bahwa pada tanggal 23 Juni terjadi dead cross dan menunjukkan tren menurun. Aksi jual terus berlanjut sampai dengan bulan Juli 2009, namun pada

60 41 tanggal 27 juli 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross. Selama bulan September 2009, harga saham TINS cenderung stagnan atau menunjukkan tren mendatar. Pada periode Oktober-Desember 2009 harga cenderung stagnan, namun menunjukkan tren menurun. Yaitu bahwa pada periode tersebut, garis MA (23) berada di atas MA (5). Maka disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode 2009, terjadi sinyal jual sebanyak 3 kali dan sinyal beli sebanyak 3 kali Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope Moving Average Envelope membantu dalam mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold. Yaitu suatu keadaan yang menandakan harga tidak dapat lagi melanjutkan tren, karena harga dinilai sudah terlalu mahal atau terlalu murah. Ketika down trend terjadi akan ada suatu titik dimana harga akan berhenti turun dikarenakan harga sudah terlalu murah dan akan timbul kerugian, hal ini dinamakan oversold. Sedangkan overbought adalah kondisi sebaliknya, yaitu ketika harga sudah terlalu mahal dan mencapai titik dimana pembeli sudah tidak ingin membeli. Amplop menentukan batas atas dan batas bawah dalam pergerakan harga saham, dengan menggunakan prosentase yang tetap.

61 42 A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Pergerakan harga saham ANTM selama periode Januari- Maret 2009 cenderung stagnan. Grafik menunjukkan terjadi 1 kali sinyal beli yang kuat selama periode tersebut, yaitu pada tanggal 25 Februari Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pada tanggal 13 Mei 2009 terjadi kondisi overbought karena harga dinilai sudah terlalu mahal, sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode April-Juni 2009 terjadi dua kali sinyal beli sangat kuat Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk

62 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk Grafik 19 menunjukkan bahwa pada periode Juli- September 2009 pergerakan harga saham ANTM cenderung stagnan, hal ini ditandai oleh jarak antar amplop yang hampir berhimpit. Sinyal jual terjadi pada tanggal 14 Agustus Selama Januari-Desember 2009 terdapat 4 kali kondisi overbought atau sinyal jual sangat kuat. B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 pergerakan harga saham BUMI cenderung stagnan. Grafik 22 menunjukkan bahwa pada tanggal 04 Mei 2009 mengindikasikan kondisi overbought atau sinyal jual kuat, yaitu terjadi ketika grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Sedangkan pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli,

63 44 karena harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sinyal jual sangat kuat terjadi 3 kali sepanjang periode Januari-Desember Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk

64 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Grafik 25 menunjukkan terjadi sinyal beli sangat kuat, yaitu pada tanggal 04 Maret Sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 08 Februari Namun pergerakan harga saham PTBA selama periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal beli sangat kuat sebanyak 2 kali dan grafik menunjukkan tren naik. Kondisi overbought terjadi pada tanggal 05 Juni 2009, yaitu ketika harga dinilai sudah terlalu mahal dan sinyal jual sangat kuat dapat dilihat melalui grafik. Sedangkan pada tanggal 25 Juni terjadi sinyal beli sangat kuat. Jarak antar amplop pun

65 46 cenderung berhimpit, hal ini menunjukkan bahwa naikturunnya harga tidak terjadi secara signifikan Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Sinyal jual terjadi sebanyak 1 kali selama periode Juli 2009 dan harga saham TINS menunjukkan tren naik. Pada periode Agustus-September 2009 grafik menunjukkan sideways trend, namun pada tanggal 17 September 2009 terjadi sinyal jual. Sedangkan pada akhir periode Desember 2009 harga saham PTBA cenderung bergerak naik Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk

66 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 28. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk (TINS) Pergerakan harga saham TINS pada periode Januari- Maret 2009 cenderung stabil dengan volatilitas yang rendah. Hal ini ditunjukkan melalui jarak antar amplop yang cenderung berhimpit. Grafik 29 menunjukkan bahwa pada tanggal 16 Januari 2009 terjadi sinyal beli. Pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli sangat kuat, ditunjukkan melalui grafik harga saham yang memotong ke atas grafik batas bawah Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah Tbk Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal jual sebanyak 7 kali. Grafik 31 menunjukkan bahwa terjadi sinyal beli sebanyak 3 kali, namun harga saham TINS cenderung bergerak stagnan selama periode tersebut. Sedangkan selama

67 48 periode Oktober-Desember 2009 terjadi sinyal beli sebanyak satu kali Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk

68 Peramalan Pergerakan Harga Saham Simple Moving Average (SMA) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Grafik harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2010 menunjukkan tren cenderung mendatar, Pada tanggal 23 Februari 2010 terjadi sinyal beli dan menunjukkan uptrend. Hal ini cenderung serupa dengan pergerakan harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2009 (Grafik 33) harga SMA (5) SMA (23) Grafik 33. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Harga SMA (5) SMA (23) Grafik 34. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk. Pada awal April-Mei 2009 saham ANTM mengalami mengalami tren menaik, namun kemudian pada pertengahan Mei-Juni 2009 saham ANTM mulai

69 50 mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada April-Mei 2010 saham ANTM menunjukkan uptrend, namun pada bulan Juni harga mulai bergerak turun (Grafik 34). B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 grafik harga saham mengalami satu titik sinyal jual dan sinyal beli, namun pada periode tersebut grafik menunjukkan tren mendatar. Dan pada periode April-Mei 2009, grafik menunjukkan tren menaik, sedangkan pada bulan Juni 2009 saham BUMI mengalami down trend. Pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan investor untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010 yang menunjukkan tren mendatar pada periode Januari-Maret 2010 (Grafik 35). Dan pada bulan April grafik menunjukkan uptrend, sedangkan pada bulan Juni 2010 menunjukkan tren menurun (Grafik 36). Maka hal ini menunjukkan bahwa analisis teknikal memliki prinsip History Repeat it Self Harga SMA (5) SMA (23) Grafik 35. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk.

70 Close SMA (5) SMA (23) Grafik 36. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk. C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Close SMA (5) SMA (23) Grafik 37. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk harga SMA (5) sma 23 Grafik 38. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk. Pergerakan saham PTBA pada triwulan I 2009 cenderung mengalami penurunan, namun menunjukkan tren mendatar.

71 52 Sedangkan selama periode April-Juni 2009 harga saham PTBA mengalami uptrend. Hal ini dapat digunakan investor dalam memprediksi tren pergerakan harga saham PTBA serta keputusan menjual ataupun membeli pada tahun Pada triwulan I 2010 saham PTBA cenderung mengalami sideways trend, sedangkan pada periode April-Mei 2010 grafik menunjukkan tren menaik. Hal ini ditandai dengan garis Moving Average (MA) (5) berada diatas MA (23). Pada awal bulan Juni harga mulai mengalami penurunan kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun D. PT Timah Tbk (TINS) Pada awal periode 2009 saham TINS mengalami tren cenderung mendatar dan pada bulan Maret grafik menunjukkan terjadinya golden cross. Sedangkan pada periode April-Mei 2009 saham TINS mengalami tren menaik, dan kembali mengalami penurunan pada bulan Juni harga SMA (5) SMA (23) Grafik 39. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Timah Tbk. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada 2010, pada awal periode 2010 saham TINS menunjukkan sideways trend (Grafik 39). Pada bulan April-Mei 2010 saham TINS mengalami tren menaik dan pada bulan Juni 2010 mulai

72 53 mengalami tren menurun kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun 2009, maka tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2009 dapat digunakan investor dalam meprediksi tren pergerakan harga saham TINS pada tahun harga SMA (5) SMA (23) Grafik 40. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Timah Tbk Moving Average Envelope (MAE) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Sedangkan melalui indikator MAE grafik saham ANTM tahun 2009 menghasilkan 2 titik sinyal beli dan 2 titik sinyal jual. Pada periode triwulan I 2009 grafik menunjukkan tren mendatar, sedangkan pada tahun 2010 grafik harga saham ANTM hanya menunjukkan 1 titik sinyal jual. Atau cenderung telat dalam menentukan keputusan jual atau beli saham. Karena sinyal jual terjadi setelah harga berhenti bergerak turun, dan bahkan setelah muncul sinyal jual harga saham ANTM ternyata mulai kembali bergerak naik. Sedangkan pada periode Apri 2010 harga saham ANTM menunjukkan tren menaik. Sedangkan pada tanggal 10 Mei 2010 terdapat sinyal beli, namun harga masih bergerak turun. Maka sinyal jual-beli yang dihasilkan melalui indikator MAE cenderung telat atau dapat menghasilkan sinyal palsu.

73 Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 41. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Harga MA MA+5 MA-5% Grafik 42. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pergerakan harga saham BUMI pada periode triwulan I 2009 menunjukkan tren mendatar dan menghasilkan satu titik sinyal jual. Sedangkan pada periode April-Juni 2009 BUMI menunjukkan tren menaik. Hal ini dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010, dan melalui Grafik 43 ditunjukkan bahwa pada periode Januari-Maret 2010 BUMI mengalami tren mendatar. Namun sinyal beli cenderung telat, karena harga mulai bergerak naik

74 55 pada awal Maret sedangkan sinyal beli baru muncul pada akhir Maret Harga MA MA+5 MA-5% Grafik 43. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk Pada periode April-Mei 2010 tren saham BUMI cenderunng mendatar, dan menunjukkan penurunan pada awal Juni Hal ini serupa dengan yang terjadi pada pergerakan harga BUMI pada triwulan II Maka pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 44. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk

75 C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Tren pergerakan harga saham PTBA pada periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Sedangkan pada triwulan II 2009 grafik saham PTBA menunjukkan tren menaik dan pada bulan Juni kembali menujukkan tren menurun. Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 45. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 46. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk Sehingga tren pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan pada tahun Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa prinsip analisis teknikal yaitu history

76 57 repeat it self dapat digunakan, karena tren pergerakan harga saham pada tahun 2009 kembali terulang pada tahun D. PT Timah Tbk (TINS) Selama periode triwulan I 2009 harga saham TINS menunjukkan tren mendatar dan pada pada periode April-Mei 2009 saham TINS menunjukkan tren menaik. Namun kembali menurun pada bulan Juni Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 47. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Timah Tbk Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 48. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Timah Tbk Tren pergerakan pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham TINS pada tahun Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010 sesuai dengan pergerakan

77 Analisis Fundamental harga saham TINS pada tahun Namun indikator MAE cenderung telat dalam menunjukkan sinyal jual ataupun sinyal beli atau dengan kata lain terkadang menunjukkan sinyal palsu. Yaitu pada tanggal 17 Februari 2010 indikator MAE menunjukkan sinyal jual namun ternyata harga cenderung bergerak naik, sedangkan pada tanggal 27 Mei 2010 grafik menunjukkan sinyal beli namun ternyata harga bergerak cenderung stagnan Analisis Makro Ekonomi Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan beroperasi. Kondisi perekonomian makro sangat penting dalam menentukan kinerja investasi. Indonesia sebagai sebuah negara yang merupakan tempat bagi PT Aneka Tambang Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk menjalankan bisnisnya, memiliki kondisi makro yang baik. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian makro antara lain sebagai berikut PDB Tabel 6. Produk Domestik Bruto Tahun Tahun PDB Kenaikan (dalam juta rupiah) (%) ,774, ,339, ,949, ,954, ,613, * 5,981, *) dalam asumsi makro, Sumber : PDB Indonesia Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tercatat 5.5% dan 4.1% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa. Penerimaan ekspor pada tahun 2006 mencapai USD miliar, atau meningkat 17.5% dibandingkan tahun

78 59 sebelumnya yaitu sebesar USD 85.6 miliar. Kenaikan penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan nonmigas. Nilai ekspor migas pada tahun 2005 adalah sebesar USD miliar, mengalami kenaikan sebesar 10.17% menjadi USD miliar pada tahun Sedangkan nilai ekspor non-migas pada tahun 2005 adalah USD miliar, naik sebesar 19.68% menjadi USD miliar pada tahun 2006 (Tabel Ekspor-Impor Bulanan BPS, 2006). Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditengah meningkatnya tekanan dari sisi ekternal yaitu krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat. Krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat memberikan pengaruh terhadap perlambatan perekonomian di AS dan mengakibatkan depresi ekonomi secara global. Sehingga juga berdampak kepada melemahnya perekonomian Indonesia, serta memberikan pengaruh terhadap menurunnya nilai investasi di Indonesia. BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2007 berdasarkan kuartal per kuartal mengalami pertumbuhan negatif, yaitu minus 2,15% atau mengalami kontraksi dari pertumbuhan ekonomi kuartal III yang mencapai 3,87%. Menurunnya laju pertumbuhan PDB tersebut dipicu oleh melemahnya laju pertumbuhan PMTB triwulan III-2007 terhadap triwulan II-2007 sebesar 6.4% menjadi 2.3% pada triwulan IV-2007 terhadap triwulan III-2007 (Berita Resmi Statistik BPS, 15 Februari 2008). Dalam sembilan bulan pertama tahun 2007, perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan, walaupun pada triwulan IV-2007 mengalami perlambatan. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan

79 60 PDB tahun 2007 meningkat menjadi 6.3% dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 5.5%. Nilai PDB pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 3,339, juta, meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp. 3,949, juta. Meskipun pada akhir tahun 2008 terdapat perlambatan ekonomi global, namun Indonesia menunjukkan laju pertumbuhan yang yang tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 6.1% terhadap laju pertumbuhan tahun PDB tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, nilai PDB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3,949, juta, menjadi Rp. 4,954, juta pada tahun Terutama selama triwulan ke III-2008 perekonomian menunjukkan pertumbuhan yang baik. Ekspor menjadi salah satu penunjang utama pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut, disamping konsumsi dalam negeri. Dari 6.1% pertumbuhan tahun 2008, 4.6% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar USD miliar, meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar USD miliar. Selain itu selama tahun 2008, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7%, dari Rp trilun pada tahun 2007 menjadi Rp triliun pada tahun Selain itu peningkatan juga terjadi terhadap nilai investasi, nilai PMTB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 986,2 triliun menjadi Rp ,6 triliun pada tahun 2008 (Berita Resmi Statistik BPS, 2009).

80 61 Dalam Juta Rupiah (Rp) PDB * Gambar 6. Produk Domestik Bruto tahun Apabila laju pertumbuhan triwulan IV-2008 dibandingkan terhadap laju pertumbuhan triwulan III- 2008, maka pertumbuhan mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2008 terhadap triwulan III-2008 terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu sebesar 25,6%, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing meningkat sebesar 1,7% dan 0,8%. Komponen ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing sebesar minus 5,5% dan minus 11,7%. Nilai ekspor pada triwulan III-2008 adalah sebesar USD , menurun menjadi USD pada triwulan IV Hal ini diakibatkan oleh melemahnya permintaan di luar negeri akibat krisis ekonomi global yang menimpa dunia (Tabel Ekspor- Impor Bulanan BPS, 2008). Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun Kenaikan nilai PDB tahun 2009 tidak sebesar tahun Kenaikan nilai PDB 2008 terhadap PDB tahun 2007 adalah sebesar 25.44%, sedangakan kenaikan PDB tahun 2009 terhadap PDB tahun 2008 hanya 13.31%. Karena pada tahun 2009 perekonomian Indonesia mendapat tekanan berat. Hal itu

81 62 tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan, terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Nilai pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 adalah minus 9.7% dan impor juga menurun sebesar 15%. Nilai ekspor pada tahun 2008 adalah sebesar USD , turun menjadi USD pada tahun Walaupun krisis keuangan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian, namun Indonesia masih bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4.5% pada tahun 2009 dibandingkan tahun PDB tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4,954, mengalami kenaikan pada tahun 2009, yaitu menjadi Rp 5.613,4 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan tersebut antara lain, belanja pemerintah yang tumbuh 15.7%, yang pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 416,9 triliun menjadi Rp pada tahun Konsumsi rumahtangga yang meningkat 4.9%, nilai konsumsi rumahtangga pada tahun 2008 adalah sebesar Rp triliun meningkat menjadi Rp ,8 triliun. Serta nilai investasi yang tercatat masih tumbuh 3.3% dibandingkan tahun 2008, dari Rp ,6 triliun tahun 2008 menjadi Rp ,7 triliun pada tahun 2009 (Berita Resmi Statistik BPS, 10 Februari 2010). Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa PDB Indonesia mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Meskipun dalam masa krisis global yaitu pada tahun 2008, ternyata pertumbuhan PDB Indonesia masih bernilai positif. Hal ini menunjukkan prospek terhadap pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan PDB tersebut dapat mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, yaitu suatu kondisi yang dapat menarik minat investor

82 63 untuk melakukan investasi di Indonesia menjadi semakin berkembang Pengangguran Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya dan tingkat pengangguran merupakan faktor yang terkait dengan pekerja. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran terbuka menurun dibandingkan tahun Lapangan kerja formal mulai mengalami perkembangan, pada bulan Februari 2005 terdapat 28.6 juta orang pekerja yang bekerja pada kegiatan ekonomi formal kemudian meningkat 30.2% pada bulan Februari 2006 menjadi 37.3 juta orang pekerja ( 25 April 2010). Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia diakibatkan oleh rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia. Lemahnya kemampuan yang dicerminkan dari rendahnya tingkat pendidikan pekerja Indonesia menjadi salah satu hambatan bagi investor. Pada tahun 2007, jumlah pengangguran kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 13.4%, angka pengangguran pada tahun 2006 adalah 10.9 juta orang kemudian mengalami sedikit penurunan jumlah menjadi 10.1 juta orang pada tahun Hal ini didukung oleh meningkatnya nilai investasi di Indonesia. Realisasi investasi selama 2007 sebesar Rp 127,93 triliun atau naik 71,69% dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar Rp 74,51 triliun. Menurut data BKPM, dari total realisasi selama 2007 senilai Rp 127,93 triliun, sebesar Rp 34,87 triliun di antaranya merupakan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 93,06 triliun (bkpm.go.id, 2010).

83 64 Tabel 7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun Tahun Pengangguran Perubahan (%) ,630, ,932, ,011, ,394, ,258, Sumber : Tenaga Kerja Pada bulan Februari 2008 angka pengangguran mengalami penurunan dibandingkan periode Februari Pada bulan Februari 2007 jumlah pengangguran adalah sebanyak orang, turun menjadi pada bulan Februari Penyebab menurunnya jumlah pengangguran adalah karena meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada tahun Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan pelabuhan. Pada tahun 2007 pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum adalah sebesar Rp ,6 miliar, meningkat menjadi Rp ,7 miliar (beritaindonesia.com, 16 Juni 2010). Selain itu pemerintah memiliki program dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yaitu melalui program PNPM Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat. Pada tahun 2008, kegiatan PNPM mampu menyediakan tambahan lapangan kerja untuk 1,6 juta orang dengan upah sebanyak Rp per hari per orang untuk masa kerja 60 hari dalam satu tahun dengan total anggaran Rp 6,3 triliun. Tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2009 mencapai 9,2 juta orang, nilai ini mengalami penurunan dibandingkan jumlah

84 65 penganggguran pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,4 juta orang. Pada tahun 2009 pemerintah menganggarkan Rp 10,4 triliun untuk kegiatan PNPM dengan setiap kecamatan mendapatkan dana Rp 1,7 miliar untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini menunjukkan peningkatan, karena pada tahun sebelumnya dana PNPM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,6 juta orang. Adapun dana PNPM saat ini semakin lama dari tahun ke tahun semakin besar. Untuk tahun 2010 dana PNPM dialokasikan sebesar 11,8 triliun untuk seluruh kecamatan ( 30 April 2010). Hasil dari penelitian, apabila PNPM dapat berjalan dengan baik, maka akan ada 24 juta orang akan mendapat pekerjaan, dan dampak lanjutannya akan ada 16 juta rakyat miskin yang akan mendapat manfaat dari itu, serta 5,9 juta mendapatkan kenaikan penghasilan Inflasi Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian overheated, yaitu perekonomian dimana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun 2006 diakibatkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas, diantaranya adalah beras. Namun tingkat inflasi sepanjang tahun 2006 terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir tahun Selain kondisi makroekonomi yang kondusif dengan permintaan domestik yang tetap terkendali, berlanjutnya tren penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh minimalnya dampak administered prices dan rendahnya inflasi kelompok volatile foods.

85 66 Pada Januari 2006 tingkat inflasi menunjukkan angka 17.03%, kemudian terus menurun menjadi 6.60% pada Desember Bank Indonesia (BI) selama tahun 2006 telah menurunkan BI rate sebanyak 300 basis poin dari 12.75% menjadi 9.75%. Sedangkan selama tahun 2007 tingkat inflasi cenderung stabil, namun pada akhir periode 2007 laju inflasi kembali menunjukkan kenaikan. Laju inflasi pada tahun 2007 mencapai 6.59% sama dengan laju inflasi pada Desember 2006 atau year on year. Angka inflasi tersebut merupakan angka yang serius dan harus diwaspadai. Karena pemerintah telah menetapkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diasumsikan dalam APBN 2008 sebesar 6%. Maka apabila tingkat inflasi melebihi asumsi pemerintah, maka hal tersebut berpotensi membebani suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahun Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh pengaruh harga pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu kenaikan harga bahan makan menjadi faktor utama yang mendorong laju inflasi tahun 2007 (bappenas, 2007). Gambar 8 menunjukkan bahwa pergerakan tingkat inflasi selama periode 2008 cenderung mengalami peningkatan. Pada Januari 2008 tingkat inflasi menunjukkan angka 7.36%, kemudian meningkat menjadi 11.06% pada Desember Hal ini merupakan salah satu dampak akibat kenaikan harga minyak dunia, karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak maka kenaikan harga minyak dunia berdampak pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Kenaikan harga BBM

86 67 akan berdampak pada berbagai sektor, antara lain kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi, yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya harga kebutuhan pokok masyarakat. Gambar 7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010) Sumber : Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) Pada Januari 2009 angka inflasi yaitu sebesar 9.17%, kemudian terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir periode Tingkat inflasi pada Desember 2009 yaitu sebesar 2.78%. Penyebab rendahnya inflasi di Indonesia antara lain karena rendahnya tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM. Sehingga tekanan inflasi dari barang yang tidak dikendalikan masih teredam angka inflasi. Berdasarkan asumsi makro, pemerintah menetapkan angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5%. Angka inflasi tahun 2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan angka inflasi pada tahun Hal ini seiring dengan aktivitas perdagangan dunia yang cenderung meningkat pada tahun 2010, tren kenaikan harga komoditas dunia. serta kenaikan harga gas dan tarif dasar listrik pada pertengahan tahun Namun pemerintah optimis

87 68 bahwa pada tahun 2010 laju inflasi dapat ditekan, yaitu berada pada kisaran 4.5%-5.5%. Kestabilan nilai inflasi sangat diharapkan oleh para investor, karena akan menciptakan kondisi yang stabil dalam dunia usaha. Serta menurunkan resiko atau ketidakpastian (uncertainity) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan ( 2010) Tingkat Bunga Selama tahun 2006 tingkat suku bunga SBI 3 bulan cenderung mengalami penurunan. Hingga akhir tahun 2006, BI Rate mencapai 9,5% atau mengalami penurunan sebesar 300 basis points dari levelnya di awal tahun yaitu sebesar 12.91%. Hal ini dikarenakan terjadinya tren penurunan inflasi selama tahun 2006, karena laju inflasi digunakan sebagai dasar acuan dalam menghitung suku bunga SBI. Pada tahun 2007, suku bunga SBI bertahan pada level yang lebih rendah. Pada bulan Februari 2007 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 8.10%, kemudian kembali mengalami penurunan menjadi 7.83% pada Mei 2007 ( Suku Bunga SBI 2007). Akibatnya perekonomian Indonesia tumbuh semakin cepat, dengan laju 6.3% pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 5.51%. Kenaikan BI rate selama tahun 2008 mendorong peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan, dari 7.89% pada awal tahun 2008 menjadi 11.08% pada Desember Kenaikan tingkat suku bunga diakibatkan oleh meningkatnya laju inflasi pada tahun 2008 akibat melambungnya harga komoditas pertanian dan kenaikan harga BBM (Kompas,2010). Laju inflasi terus mengalami peningkatan, dari 7.36% pada awal

88 69 tahun 2008 menjadi 12.14% pada September Selama tahun 2009 suku bunga SBI menunjukkan tren penurunan, pada awal 2009 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 10.60% kemudian menjadi 6.59% pada Desember Penyebab menurunnya suku bunga SBI adalah karena menurunnya BI rate sebagai acuan suku bunga SBI, BI rate mengalami penurunan sebanyak 300 basis points selama periode Dari 8,75% pada awal tahun 2009 menjadi 6.50% pada Desember Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate beberapa kali dan saat ini BI Rate telah mencapai nilai 6,50 %. Hal ini tentu membawa efek positif bagi dunia investasi karena penurunan BI Rate akan menyebabkan penurunan nilai suku bunga acuan ( SBI 3 bulan) yang menjadi dasar penetapan tingkat pengembalian minimum investasi. Pada Maret 2010 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah sebesar 6.55%, yang sebelumnya pada bulan Januari adalah sebesar 6.60%. Selain itu, diharapkan dengan menurunnya suku bunga acuan maka akan memberikan sentimen positif bursa saham dan obligasi karena investor akan menyebar portofolio investasinya ke bursa (kompas,2010). Suku bunga SBI 3 bulan pada bulan Januari 2010 adalah sebesar 6.60%, kemudian menurun menjadi 6.59% pada Februari, dan kembali menunjukkan penurunan menjadi 6.55% pada akhir Maret Suku bunga SBI 3 bulan telah mencapai nilai rata-rata sebesar 6.58%, sepanjang Januari-Maret Menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009 yaitu sebesar 9.7%, yang berarti bahwa tingkat pengembalian tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga dengan risiko

89 70 investasinya. Berdasarkan asumsi makro tahun 2010, pemerintah memperkirakan bahwa suku bunga SBI 3 bulan berada pada tingkat 6.5% (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, 2010) Defisit Anggaran Defisit anggaran pada tahun 2006 adalah sebesar Rp ,5 miliar, cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,2 miliar. Hal ini terjadi karena terdapat peningkatan dalam pembelanjaan negara tahun Nilai belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp ,4, sedangkan pada tahun 2006 adalah Rp ,7 miliar atau meningkat sebesar Rp ,3 miliar pada tahun Pada tahun 2007 defisit anggaran kembali mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp ,3 miliar dibandingkan tahun sebelumnya (Data Pokok APBN , Departemen Keuangan RI). Nilai defisit anggaran pada tahun 2007 adalah Rp ,8 miliar, hal ini dikarenakan meningkatnya belanja negara yaitu sebesar Rp ,9 miliar sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp ,7 miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp miliar. Salah satu penyebab membengkaknya pengeluaran pemerintah adalah meningkatnya pengeluaran untuk subsidi BBM dan listrik pada tahun Kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian mendorong naiknya ICP. ICP merupakan harga yang digunakan pemerintah sebagai patokan impor minyak, termasuk untuk BBM. Asumsi harga minyak di APBN tahun 2007 adalah USD 60 per barel, namun kenyataannya adalah USD 72 per barel. Meningkatnya

90 71 harga ICP membuat disparitas harga keekonomian dan harga subsidi ke masyarakat semakin besar. Akibatnya, subsidi yang ditanggung negara untuk memenuhi disparitas harga itu pun makin besar. Realisasi subsidi BBM adalah sebesar Rp ,3 miliar pada tahun 2007, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 64,212,1 miliar. Selain itu realisasi subsidi listrik juga membengkak, dari Rp ,3 miliar pada tahun 2006 kemudian menjadi Rp ,5 miliar pada tahun 2007 (Data Pokok APBN , Departemen Keuangan RI). Pada tahun 2008 nilai defisit anggaran adalah sebesar Rp ,3 miliar, megalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,8 miliar. Salah satu penyebab menurunnya defisit anggaran pada tahun 2008 adalah karena naiknya penerimaan pajak. Penerimaan pajak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp ,8 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,6 miliar. Sedangkan untuk pembiayaan defisit anggaran tahun 2008, pemerintah menggunakan pendanaan uang melalui penerbiatan Surat Utang Negara. Pada tahun 2008 nilai pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) adalah sebesar Rp ,3 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,2 miliar. Defisit anggaran Indonesia berdasarkan APBN 2009 adalah sebesar Rp triliun, namun sampai dengan akhir Oktober 2009 nilai defisit pemerintah baru mencapai Rp triliun. Dan pada akhir tahun 2009 ternyata terdapat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), yaitu sebesar Rp 38 triliun. Hal tersebut

91 72 dikarenakan rendahnya realisasi penyerapan anggaran belanja negara. Pemerintah cenderung belum maksimal dalam melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur. Serta keterbatasan pemerintah dalam menghadapi pembebasan tanah menjadi salah satu faktor pengahambat penyerapan anggaran belanja negara secara maksimal. Karena pembebasan tanah terkait erat dengan keberlangsungan rencana pembangunan infrastruktur. Sisa lebih penggunaan anggaran 2009 direncanakan untuk menutupi defisit anggaran Selain itu dapat juga digunakan untuk menutup biaya-biaya subsidi yang membengkak, atau juga mengurangi pembiayaan dari surat utang negara untuk meredam gejolak di pasar domestik. Dalam RAPBN tahun 2010 defisit anggaran adalah sebesar Rp 98 triliun, namun diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 122 triliun pada akhir tahun Meningkatnya jumlah defisit tersebut dikarenakan adanya kebutuhan belanja yang meningkat, seperti untuk subsidi listrik, pupuk, dan beras (beritasore.com, 05 Januari 2010) Sentimen Angka Indeks Kepercayaan Konsumen merupakan indikator penting dalam melihat keadaan ekonomi Indonesia. Dimana angka diatas 100 adalah menunjukkan perekonomian yang membaik ditandai dengan optimisme oleh konsumen. Sedangkan angka dibawah 100 menujukan ekonomi yang melambat ditandai dengan pesimisme dari konsumen. Di bulan Oktober tahun 2005, ketika harga BBM dinaikkan ratarata sebesar 126 persen, IKK jatuh ke level 73,3. Namun IKK tidak bertahan di level yang rendah untuk waktu yang terlalu lama. Penyesuaian gaji dan upah di tahun

92 dan semakin membaiknya perekonomian dunia mendorong perbaikan keadaan ekonomi masyarakat. Kenaikan gaji memperbaiki daya beli secara langsung. Sedangkan membaiknya ekonomi dunia mendorong terjadinya peningkatan ekspor Indonesia. Artinya, ada peningkatan kegiatan produksi (dan penciptaan lapangan kerja). Akibatnya, IKK pun berangsur angsur mengalami peningkatan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada bulan Maret 2006, dimana IKK naik ke level 84,5 dari 78,3 di bulan Februari Di bulan November 2006 IKK mencapai 91,6. Level ini merupakan level tertinggi IKK dalam satu setengah tahun terakhir. Artinya, masyarakat sudah hampir sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dari dampak negatif kenaikan harga BBM pada bulan Oktober Dalam keadaan ini tentunya tidaklah terlalu sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Namun pada akhir tahun 2006, pemerintah kurang berhasil mengatasi isu kelangkaan beras. Akibatnya IKK pada bulan Desember 2006 turun tajam ke 84,1 dari 91.6 di bulan November 2006 (turun sebesar 8,3%) (danareksaresearch.wordpress.com, 03 Mei 2010). Indeks kepercayaan konsumen pada tahun 2007 cenderung menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga beras, IKK pada Januari 2007 berada di level yang relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu pada level Bahkan di bulan Februari 2007 IKK mengalami penurunan lagi ke 82,7, dan turun lagi ke level 81,1 di bulan Maret Level ini berada di bawah level di bulan Maret Artinya, harga beras yang tinggi bukan saja telah meningkatkan tekanan inflasi, tapi juga telah mengurangi daya beli masyarakat

93 74 secara signifikan. IKK yang saat ini berada pada level yang relatif rendah tidak harus menunjukkan bahwa ekonomi kita akan terus terpuruk sepanjang tahun 2007 ini. Perlu diketahui bahwa penurunan IKK tahun 2007 terutama disebabkan oleh faktor musiman harga beras. Sampai dengan bulan Mei 2008, indeks kepercayaan konsumen terus mengalami tren penurunan. Kenaikan harga BBM pada awal tahun 2008 menjadi alasan rendahnya indeks kepercayaan konsumen pada tahun tersebut. Kemudian pada triwulan III-2008 sentimen masyarakat terhadap perekonomian Indonesia cenderung membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks kepercayaan konsumen yang mengalami tren kenaikan sejak Juli 2008 sampai dengan Juli Namun sejak enam bulan terakhir terjadi penurunan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Pemicunya adalah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok dan makanan jadi. Menurunya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian diharapkan tidak berlanjut sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengendalikan harga pangan. Sebab dampak kenaikan harga tersebut cukup besar terhadap indeks kepercayaan konsumen dan pada akhirnya kepercayaan konsumen terhadap perekonomian. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan konsumen periode januari 2005-Januari 2010.

94 75 Gambar 8. Indeks Kepercayaan Konsumen Sumber : Indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah mengalami penurunan, hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga dan menegakkan hukum. Beberapa kasus hukum yang terjadi diantaranya adalah, tertangkapnya Antazari Azhar (Ketua KPK) terkait pembunuhan atas Nasruddin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), dugaan rekayasa yang menimpa dua pimpinan KPK (Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah), serta penggelapan pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan. Kasus-kasus hukum tersebut yang dapat menjadi pemicu menurunnya indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menegakkan hukum. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sedangkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat berlanjut sampai dengan akhir tahun.

95 76 Gambar 9. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah. Sumber : Aktivitas perekonomian menunjukkan peningkatan, hal ini dapat ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama sebesar 4,4 %, kedua 4,0 % dan ketiga 4,2 %, hal tersebut menandakan bahwa perekonomian Indonesia secara makro mencapai fase ekspansi. Bank Indonesia (BI) memprediksikan bahwa pertumbuhan triwulan I bisa tumbuh hingga 5%. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kali ini lebih banyak ditopang oleh pemulihan ekonomi global. Perbaikan yang terjadi di perekonomian kita diperlihatkan lebih jelas lagi oleh Coincident Economic Index (CEI), indeks ini menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun meenggunakan lima data ekonomi, yaitu impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang dan penjualan eceran. Lima data itu dipakai karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data tersebut pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Coincident economic index menggambarkan tingkat aktivitas perekonomian terbaru pada Desember 2009

96 77 naik menjadi 110,2 dari bulan sebelumnya 109,1. Hal ini berarti tren kenaikan CEI sejak Maret 2009 terus berlanjut, mengindikasikan aktivitas perekonomian meningkat. Perlambatan aktivitas perekonomian yang terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari Dan sejak Maret 2009 hingga sekarang berada dalam fase ekspansi. dibandingkan bulan sebelumnya, pada bulan maret 2010 tercatat peningkatan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Yaitu meningkat sebesar 2.1% menjadi level 86.8 pada Maret 2010 dibandingkan bulan sebelumnya yaitu pada level 85.01, hal ini mencerminkan optimisme konsumen yang lebih besar terhadap prospek perekonomian negara selama enam bulan kedepan. Diharapkan daya beli konsumen pun akan terus mengalami peningkatan. Peningkatan perekonomian setahun terakhir dimotori konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah berasal dari stimulus fiskal yang diluncurkan untuk menekan dampak krisis ekonomi global. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga acuan yaitu BI Rate diikuti penurunan suku bunga simpanan mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Prospek perekonomian diperkirakan masih cerah, tercermin dalam leading economic index yang cenderung naik sejak Desember 2008 hingga kini. Leading economic index (LEI) adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan tujuh data ekonomi: Izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai

97 78 tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa. Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam siklus bisnisnya. Gambar 10. Tentang CEI dan LEI Sumber : Membaiknya ekonomi dunia dari resesi dan penurunan suku bunga kredit diperkirakan mendorong kenaikan ekspor dan investasi. Hal itu tentu akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Pasar saham menunjukkan tren kenaikan sejak akhir tahun 2008 sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat dengan nilai IHSG tahun 2009 yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi peningkatan sebesar Pada perdagangan 29 Desember 2009 tercatat nilai IHSG sebesar 2.518,994, nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan

98 79 dengan posisi akhir IHSG pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar 1.355,408. Selain itu pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 juga mencetak nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI mencapai Rp triliun atau mengalami kenaikan sebesar 86.41% dibandingkan posisi akhir tahun lalu yaitu sebesar Rp triliun. Gambar 11. Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 Sumber : Tren kenaikan IHSG dapat dilihat pada Gambar 12. Kinerja IHSG pada tahun 2009 diharapakan terus berlanjut pada tahun 2010, secara umum IHSG diprediksi akan terus menujukkan tren positif (up-trend). BEI diprakirakan akan memiliki momentum up trend yang kuat karena dukungan indikator ekonomi yang sangat menjanjikan pada Analisis Industri Industri pertambangan di Indonesia selama ini memegang peranan yang cukup penting, yaitu sebagai penghasil devisa negara dan daerah. Hal tersebut dikarenakan tingkat penjualan perusahaan-peruahan tambang cukup besar. Faktor yang menyebabkan meningkatnya penjualan tersebut adalah karena permintaan akan barang tambang oleh negara-negara maju semakin meningkat, terkait dengan kebutuhan sumber energi bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL

ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2007 DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL Oleh SITI BILQIS SABRINI H24104086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar modal berfungsi menghubungkan investor, perusahaan dan institusi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. Saham (stock

Lebih terperinci

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk.

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. BAB I Latar Belakang Dalam mempertimbangkan investasi, para investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor fundamental perusahaan terhadap return saham sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber energi seperti minyak bumi, batubara, gas bumi dan listrik sangat dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi saham memerlukan suatu analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum pasar modal memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena perusahaan dapat mendapatkan dana menunjang kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. i ii iv vi viii x xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Perumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Likuiditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Likuiditas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian di antaranya adalah : 1. Anis Sutriani (2014) Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan dapat kita lihat melalui laporan keuangan yang memperlihatkan kondisi keuangan pada periode tertentu. Salah satu laporan keuangan adalah neraca yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Rasio Keuangan Sebelum Merger Pada tahun 2006 PT. Energi Mega Persada, Tbk memberitahukan kepada publik tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pasar modal memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena perusahaan dapat mendapatkan dana menunjang kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogianto,2000:107). Return investasi dapat berupa return

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat perusahaan membutuhkan tambahan modal yang besar untuk menunjang kinerja operasional

Lebih terperinci

Manajemen Investasi SUTIA BUDI. STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

Manajemen Investasi SUTIA BUDI. STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA Manajemen Investasi SUTIA BUDI sutia_budy@yahoo.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA CAPITAL MARKET & MONEY MARKET Session 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times Chapter Introduction Capital

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share (Nachrowi

BAB II LANDASAN TEORI. lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share (Nachrowi 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Earning Per Share (EPS) 1. Pengertian Earning Per Share (EPS) Earnings Per Share menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu asset atau lebih, selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi. Salah satunya adalah sebagai alat untuk memprediksi keuntungan (return)

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi. Salah satunya adalah sebagai alat untuk memprediksi keuntungan (return) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal di Indonesia berfungsi sebagai sarana pembentukan modal untuk membiayai pembangunan dan juga untuk pemerataan pendapatan. Masyarakat dapat ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan cukup apabila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga

BAB I PENDAHULUAN. sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap investor melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga jual dan harga beli saham dan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN 2008-2012 NAMA : DEWI KUSUMASTUTI KELAS : 3EB15 NPM : 21210905 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang Masalah Analisis laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan efek yang paling popular dan paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan efek yang paling popular dan paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Saham Saham merupakan efek yang paling popular dan paling sering diperdagangkan di pasar modal. Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) saham dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk Oleh BOYKE SURANTA BARUS H

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk Oleh BOYKE SURANTA BARUS H ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk 2006-2009 Oleh BOYKE SURANTA BARUS H24076022 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan penanaman modal oleh investor atau pemilik dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan mendapatkan keuntungan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada pemegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 Telp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlu adanya pertumbuhan industri untuk bisa mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perlu adanya pertumbuhan industri untuk bisa mencapai suatu tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu adanya pertumbuhan industri untuk bisa mencapai suatu tujuan yang diharapkan, seperti meningkatkan profit, meningkatkan kinerja dan lainnya. Banyak cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya saham dari suatu emiten relative bisa di kontrol daripada deposito dan

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya saham dari suatu emiten relative bisa di kontrol daripada deposito dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saham merupakan investasi yang bisa dijadikan untuk jangka panjang, karena sebenarnya saham dari suatu emiten relative bisa di kontrol daripada deposito dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANALISIS FUNDAMENTAL 1. Definisi Analisis Fundamental Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8) mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini: 1. Setyorini, Maria M Minarsih, Andi Tri Haryono (2016).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini: 1. Setyorini, Maria M Minarsih, Andi Tri Haryono (2016). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat sebagai acuan penulis, dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk 4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT Antam Tbk adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tujuan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas II. LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Indofarma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian negara, karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham 1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan didirikan adalah mendapatkan laba yang maksimal khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan memanfaatkan seluruh sumber

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kinerja Keuangan PT. Lippo Karawaci Tbk tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Dalam Bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih sedikit. Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup yang boros dan tanpa

I. PENDAHULUAN. lebih sedikit. Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup yang boros dan tanpa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali kita melihat seseorang yang memiliki penghasilan lebih besar tetapi asset atau hartanya lebih sedikit dibandingkan orang lain yang penghasilannya lebih sedikit.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT GUDANG GARAM, TBK DAN HM. SAMPOERNA, TBK DITINJAU DARI CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT GUDANG GARAM, TBK DAN HM. SAMPOERNA, TBK DITINJAU DARI CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT GUDANG GARAM, TBK DAN HM. SAMPOERNA, TBK DITINJAU DARI CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pasar modal di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2014:07) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

Lebih terperinci

Miranti Harwaningrum. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Miranti Harwaningrum. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana   ABSTRAK PERBANDINGAN PENILAIAN SAHAM DENGAN METODE ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEHKNICAL, PENGGORENGAN SAHAM, SERTA KEPUTUSAN PENILAIAN SAHAM JIKA HASIL BERLAWANAN ARAH UNTUK KEDUA METODE ANALISIS PADA SAHAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu pasar keuangan untuk melakukan kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk modal sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci