ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN YUSUF. Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan terhadap Neraca Perdagangan Indonesia. (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor yang dapat diharapkan menjadi lokomotif pembangunan Indonesia pada masa pasca krisis, hal tersebut didukung fakta bahwa karakteristik sub sektor tanaman pangan adalah padat karya dan terkonsentrasi dipedesaan yang selama ini menjadi basis kemiskinan di Indonesia. Kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap Produk Domestik Bruto sektor pertanian merupakan yang terbesar, tiap tahunnya sub sektor tanaman pangan rata-rata menyumbang 50 persen PDB sektor pertanian dan pada tahun 2005 sub sektor tanaman pangan menyumbang 6,7 persen PDB nasional. Namun, peran utama sub sektor tanaman pangan sebagai penyedia pangan bagi rakyat Indonesia dan mendukung ketahanan pangan nasional belum diberdayakan secara optimal. Selama ini kebutuhan pangan nasional belum sepenuhnya berasal dari produksi dalam negeri, impor selalu dilakukan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional sehingga Indonesia selalu mengalami defisit pada perdagangan komoditas pangan. Persaingan dalam perdagangan internasional terutama komoditas pertanian semakin meningkat seiring adanya perjanjian liberalisasi perdagangan komoditas pertanian oleh World Trade Organization (WTO), dan komoditas pangan sebagai salah satu jenis komoditas pertanian termasuk dalam daftar yang harus di liberalisasi perdagangannya. Liberalisasi adalah pembebasan perdagangan dari segala hambatan, baik hambatan tarif maupun hambatan non-tarif yang dilakukan sepihak maupun oleh banyak pihak. Dengan adanya liberalisasi, komoditas pangan Indonesia akan lebih bersaing ketat dengan komoditas pangan impor, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan : (1) menganalisis pengaruh ekspor-impor komoditas pangan utama terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia dan (2) menganalisis pengaruh liberalisasi perdagangan komoditas pangan utama terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Bank Indonesia (BI), dan Departemen Pertanian. Dalam penelitian ini data sekunder yang diambil adalah Produk Domestik Bruto (PDB) nominal, neraca perdagangan non-migas Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, nilai ekspor dan impor komoditas pangan utama Indonesia, suku bunga tiga bulanan, dan London Inter Bank Offer Rate (LIBOR), data yang digunakan merupakan data triwulanan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 dan beberapa data diriilkan dengan tahun dasar Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel adalah Error Correction Models (ECM) dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel dan Eviews 4.1.

3 Hasil analisis memberikan kesimpulan bahwa dalam jangka panjang, ternyata variabel EKSP (ekspor komoditas pangan) maupun IMPR (impor komoditas pangan) memberikan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia (BOP). Kenaikan ekspor komoditas pangan 1 persen akan menurunkan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US$ 104,8 juta, kondisi tersebut disebabkan oleh ekspor komoditas pangan Indonesia yang didominasi oleh ekspor komoditas pangan olahan, sedangkan komoditas segarnya (bahan baku) tidak dihasilkan oleh produksi dalam negeri. Kenaikan impor komoditas pangan sebesar 1 persen akan meyebabkan penurunan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US$ 159,31 juta, sedangkan liberalisasi perdagangan komoditas pangan (DUMMY_LBR) dalam jangka panjang ternyata berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia, dengan adanya liberalisasi akan terjadi penurunan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US$ 133,22 juta, hal ini menandakan Indonesia tidak siap dalam menghadapi liberalisasi perdagangan. Dalam jangka pendek, ekspor komoditas pangan (Dln_EKSP) dan impor komoditas pangan (Dln_IMPR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia (D_BOP). Peningkatan 1 persen ekspor komoditas pangan akan membuat penurunan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US$ 192,34 juta. Di lain sisi, kenaikan 1 persen impor komoditas pangan dalam jangka pendek akan membuat penurunan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US$ 927,40 juta, sedangkan liberalisasi dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Kesimpulan yang paling penting dalam penelitian ini adalah ekspor komoditas pangan Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, akan membuat neraca perdagangan menurun, sedangkan liberalisasi perdagangan berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, sehingga disarankan pemerintah Indonesia lebih meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan menerapkan kebijakan liberalisasi perdagangan komoditas pangan secara bertahap.

4 ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA Oleh Y U S U F H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Yusuf Nomor Registrasi Pokok : H Departemen : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan terhadap Neraca Perdagangan Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Widyastutik, S.E, M.Si. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Ir. Rina Oktaviani, M.S, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2007 Yusuf H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Yusuf lahir pada tanggal 28 Mei 1983 di Tangerang, Banten. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Tarmiji dan Ibu Saiyah. Penulis menamatkan sekolah dasar pada MI Al- I tishom, kemudian melanjutkan ke SLTP YAPIA Ciputat. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMU Negeri 1 Pamulang dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Shariah Economic and Student Club (2003/2004), Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB (2004/2005), Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (2004/2005) dan (2005/2006), mengajar di SMP Terbuka Negeri I Serpong (2006/2007) dan aktif pada beberapa kepanitiaan.

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala yang menggenggam semua jiwa makhluk-nya dan yang selalu memberi rahmat dan nikmat-nya sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Muhammad Shalallahu Alahi Wasallam sebagai Nabi dan Rasul yang telah membimbing umat ini kejalan penuh rahmat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Tarmiji dan Ibunda Saiyah atas doa dan dukungannya. 2. Widyastutik, S.E, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Tanti Novianti, S.P, M.Si. dan Fifi D. Thamrin, S.P, M.Si. selaku dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran dan masukan yang bermanfaat. 4. Teman-teman yang telah membantu dan menemani penulis selama kuliah. Mimi, Hendra, Wiwit, Dadan, Zainul, Agung, Henry, Dungdang, Dindin, Tuti, Beni, Wisnu, Uti, Arum, Anna, dan seluruh teman-teman angkatan 40 dan angkatan 41 Ilmu Ekonomi. 5. Buat Adikku Ibnu Salam, keponakanku Walid, Adnan, Wafa. Terima kasih atas keceriaannya. Semoga menjadi anak yang berguna bagi agama dan bangsa.

9 6. Teman-temanku sesama guru di SMP Terbuka Negeri I Serpong. Lukman, Rifa i, Wati, Endang, Makmun, Ismail, Tono, dan semua adik-adikku. Terima kasih atas pengalaman yang sangat berharga selama ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bogor, Agustus 2007 Yusuf H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Arti Penting Tanaman Bahan Pangan Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Absolut Hukum Keunggulan Komparatif Teori Kepemilikan Faktor Neraca Perdagangan Ekspor Impor Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Suku Bunga Kurs Riil Produk Domestik Bruto Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Liberalisasi Perdagangan Krisis Ekonomi Model Koreksi Kesalahan (ECM)... 27

11 2.6. Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Runtun Waktu (Time Series) Uji Stationeritas (Unit Root Test) Uji Derajat Integrasi Uji Kointegrasi Penetapan Lag Optimal Error Correction Model (ECM) Uji Pelanggaran Asumsi Klasik (Diagnostic Test) Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Sektor Pertanian dan Sub Sektor Tanaman Pangan di Indonesia Perkembangan Kebutuhan dan Ketersediaan Pangan di Indonesia Perkembangan Ekspor-Impor Pangan Indonesia Perkembangan Liberalisasi Perdagangan Komoditas Pangan Perjanjian Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan Putaran Uruguay (Uruguay Round) Mandat Doha Konferensi Tingkat Menteri V WTO di Cancun, Meksiko Kesepakatan Juli V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Kestationeran Data Hasil Uji Kointegrasi Uji Akar Unit Terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Estimasi Error Correction Model (ECM)... 68

12 5.5. Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik (Diagnostic Test) Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Normalitas VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 78

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Kontribusi PDB Tiap Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Kontribusi PDB Tiap Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Neraca Ekspor-Impor Komoditas Tanaman Pangan Kontribusi PDB Tiap Sektor terhadap PDB Nasional Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Desa dan Kota Tahun Kebutuhan Pangan Nasional Tahun Persediaan Pangan Nasional Tahun Neraca Pangan Nasional Neraca Komoditas Segar dan Olahan Tanaman Pangan Sasaran Pemotongan Tarif, Subsidi dan Proteksi Komoditas Pertanian yang Disetujui dalam Putaran uruguay Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada Level Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Estimasi Jangka Panjang) Uji Akar Unit Terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Hasil Estimasi ECM (Estimasi Jangka Pendek) Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Heteroskedastisitas... 72

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Tabungan dan Investasi pada Perekonomian Terbuka Sederhana Hubungan Neraca Perdagangan dan Kurs Riil Efek Tarif terhadap Konsumen dan Produsen Kerangka Pemikiran Konseptual Hasil Uji Normalitas Error Correction Model (ECM)... 73

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Komoditas dan Kode HS Penelitian Hasil Uji Akar Unit pada Level Hasil Uji Akar Unit pada First Difference Hasil Uji Kointegrasi (Estimasi Jangka Panjang) Hasil Uji Akar Unit Residual Persamaan Jangka Panjang pada Level Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) lag 5 (Tanpa Seleksi Variabel) Hasil Uji ECM untuk Persamaan Jangka Pendek (Setelah Seleksi Variabel) Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Normalitas... 89

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak krisis melanda Indonesia tahun 1997, bangsa Indonesia hingga kini masih mengalami krisis multidimensi yang dampaknya cukup signifikan mempengaruhi sendi-sendi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah bersama rakyat Indonesia telah berupaya dengan keras agar keluar dari krisis tersebut, dan kini tanda-tanda menuju arah perbaikan telah mulai terlihat. Ditengah upaya memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, sub sektor tanaman pangan diharapkan menjadi lokomotif pembangunan perekonomian nasional, sub sektor tanaman pangan dipercaya mampu mengentaskan kemiskinan dan menyediakan lapangan kerja yang cukup besar. Harapan tersebut berdasarkan karakteristik umum sektor pertanian terutama sub sektor tanaman pangan yang padat karya dan terkonsentrasi di pedesaan yang selama ini menjadi basis kemiskinan dan pengangguran yang cukup besar di Indonesia (Hafsah, 2003). Sub sektor tanaman pangan memiliki arti dan peranan yang strategis bagi pembangunan nasional, peranan sub sektor tersebut bagi pembangunan antara lain. Pertama, sebagai penyedia bahan pangan yang mendukung ketahanan pangan Indonesia. Kedua, memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ketiga, penyedia lapangan pekerjaan yang cukup besar. Keempat, sebagai penyedia bahan baku bagi industri nasional yang berbasis tanaman pangan (Hafsah, 2003).

17 Tabel 1.1. Kontribusi PDB Tiap Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Persen) No Subsektor Produk Domestik Bruto (PDB) Tanaman Pangan 52,3 51,4 51,6 49,9 50,2 2 Perkebunan 13,9 14,7 15,2 15,6 15,8 3 Peternakan 13,0 13,8 12,2 12,3 11,8 4 Kehutanan 6,7 6,3 6,0 5,9 5,9 5 Perikanan 14,0 13,7 14,8 16,3 16,3 Sumber : Bank Indonesia (diolah), Tabel 1.1 menjelaskan kontribusi PDB tanaman pangan terhadap sektor pertanian mencapai 52,3 persen pada tahun 2001, sangat dominan jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya seperti sub sektor tanaman perkebunan yang berkontribusi 13,9 persen, sub sektor peternakan yang hanya berkontribusi 13,0 persen dan sub sektor lainnya yang berkontribusi rata-rata dibawah 20 persen. Namun, pada tahun-tahun terakhir yakni tahun 2004 dan 2005 kontribusi PDB sub sektor tanaman pangan terhadap PDB sektor pertanian mengalami penurunan, pada tahun 2004 sumbangan PDB sub sektor tanaman pangan menjadi 49,9 persen dan pada tahun 2005 menjadi 50,2 persen. Akan tetapi, penurunan tersebut tidak menggeser kedudukan sub sektor tanaman pangan dalam penyumbang PDB terbesar bagi sektor pertanian. Tabel 1.2. Kontribusi PDB Tiap Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Persen) No Subsektor Produk Domestik Bruto (PDB) Tanaman Pangan 8,2 8,3 7,7 7,3 6,7 2 Perkebunan 2,2 2,3 2,3 2, Peternakan 2,0 2,2 1,8 1,8 1,6 4 Kehutanan 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 5 Perikanan 2,2 2,2 2,2 2,4 2,2 Sumber : Bank Indonesia (diolah), Tabel 1.2 menjelaskan bahwa kontribusi PDB sub sektor tanaman pangan terhadap PDB Indonesia juga cukup besar, yakni mencapai 8,2 persen pada tahun

18 2001. Namun, dari tahun ke tahun secara persentase kontribusi PDB sub sektor tanaman pangan terhadap PDB Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2004, kontribusi PDB tanaman pangan terhadap PDB nasional hanya 7,3 persen dan pada tahun 2005 kontribusi PDB sub sektor tanaman pangan terhadap PDB nasional kembali menurun menjadi 6,7 persen. Peran utama sub sektor tanaman pangan adalah menyediakan pangan bagi rakyat Indonesia serta mendukung ketahanan pangan nasional, namun justru peran ini yang belum diberdayakan secara optimal. Departemen Pertanian (2005) mencatat impor komoditas tanaman pangan, baik segar maupun olahan sangat besar, sehingga secara total neraca perdagangan komoditas tanaman pangan terus mengalami defisit. Nilai tiap tahun impor pangan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Neraca Ekspor Impor Komoditas Tanaman Pangan Tahun Tahun Volume (Juta ton) Nilai (Juta US $) Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca ,1 9,0-7,9 162, , , ,4 8,9-7,5 170, , , ,7 7,0-6,3 113, , , ,4 7,9-6,5 167, , , ,9 10,9-10,0 97, , , ,5 9,7-9,2 63, , ,7 7,8-7,1 83, , , ,6 10,6-10,0 75, , , ,8 9,9-9,1 218, , , ,2 9,6-8,4 290, , ,5 2005* 1,1 9,0-8,0 284, , ,9 Rata-rata ,1 8,3-7,2 148, , ,7 Rata-rata ,2 9,4-8,3 132, , ,3 Rata-rata ,8 9,4-8,6 169, , ,1 Sumber : Departemen Pertanian, *: Data sampai bulan Juni, kemudian dikali 2 Dari Tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa ekspor komoditas pangan Indonesia selama sepuluh tahun terakhir selalu lebih kecil dibandingkan impor

19 komoditas pangan sehingga neraca perdagangan komoditas tanaman pangan terus mengalami defisit. Pada tahun 2000 defisit yang terjadi sebesar US$ 1,67 Milyar, sedangkan pada tahun 2005 defisit meningkat menjadi US$ 1,86 Milyar. Nilai defisit yang dialami Indonesia pada neraca perdagangan komoditas pangan ternyata cukup besar, padahal jika melihat sumberdaya yang dimiliki Indonesia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, seharusnya defisit tersebut tidak terjadi. Kegiatan ekspor maupun impor merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi ciri utama negara dengan perekonomian terbuka seperti Indonesia, sehingga defisit neraca perdagangan pada komoditas tanaman pangan merupakan konsekuensi bagi Indonesia yang memilih perekonomian terbuka, sebab dengan perekonomian terbuka, barang produksi dalam negeri harus siap bersaing dengan komoditas luar negeri yang dapat lebih murah dan lebih berkualitas. Sebenarnya banyak keuntungan dengan memilih perekonomian terbuka, Indonesia memiliki kesempatan memperoleh devisa dari luar negeri yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan, yakni dari kegiatan ekspor. Disisi lain, dengan perekonomian terbuka, Indonesia dengan mudah memenuhi atau mencukupi kebutuhan nasional terhadap suatu komoditas, yakni dengan melakukan impor, sehingga tingkat inflasi dan gejolak harga mudah dikendalikan. Akan tetapi, perekonomian terbuka membuat perekonomian Indonesia sangat berkaitan dengan keadaan perekonomian negara lain dan jika tidak mampu mengendalikan impor, devisa Indonesia dapat terkuras untuk membiayai impor sehingga pembangunan nasional dapat terhambat.

20 Aktivitas ekspor dan impor yang dilakukan suatu negara dirangkum dalam suatu neraca yang disebut neraca perdagangan. Neraca perdagangan merupakan bagian dari neraca pembayaran (Balance of Payment) yang mampu menggambarkan seberapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh Indonesia dalam aktivitas perdagangan internasional. Neraca perdagangan yang surplus menandakan Indonesia mendapatkan devisa sedangkan jika neraca perdagangan defisit berarti devisa negara berkurang untuk membiayai impor yang lebih besar daripada ekspor. Aktivitas ekspor-impor khususnya ekspor-impor komoditas pertanian dewasa ini sangat liberal, dimana tarif yang dikenakan untuk komoditas-komoditas pertanian sangat rendah, jika Indonesia tidak menyiasati perkembangan ini, maka defisit perdagangan pangan Indonesia dapat terus berlangsung bahkan dapat bertambah besar. Kondisi tersebut tidak terlepas dari disetujuinya perjanjian perdagangan bebas yang diprakarsai oleh World Trade Organization (WTO) dan Indonesia sebagai anggota WTO memiliki komitmen untuk memenuhi kesepakatan tersebut. World Trade Organization (WTO) adalah badan internasional yang beranggotakan 148 negara, memiliki tujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya, WTO juga berfungsi mengawasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan multilateral yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggotanya (Deplu RI, 2004). Peraturan dan komitmen yang diatur dalam perjanjian liberalisasi perdagangan WTO diantaranya mengenai akses pasar (market acces), subsidi domestik (domestic support), dan persaingan eksport

21 (export competition). Dengan adanya perjanjian tersebut, maka segala bentuk peraturan yang melindungi dan memproteksi perdagangan internasional khususnya perdagangan komoditas pertanian seperti tarif impor, subsidi harga, kuota impor dan lainnya, harus diturunkan persentasenya sesuai kesepakatan WTO. Jika melihat nilai defisit neraca perdagangan komoditas tanaman pangan ditambah dengan adanya liberalisasi perdagangan komoditas ini, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk memperoleh atau paling tidak menghemat devisa yang keluar dari sub sektor tanaman pangan, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada sub sektor ini. Keunggulan tersebut antara lain, lahan tanam yang masih sangat luas dan sumberdaya manusia yang perlu diberdayakan juga masih sangat besar, sehingga optimalisasi sub sektor tanaman pangan di Indonesia pasca krisis merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi pengangguran dan lebih mudah dilaksanakan karena telah didukung oleh keunggulan komparatif. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam mengenai sub sektor tanaman pangan khususnya pengaruh ekspor-impor hasil sub sektor tanaman pangan terhadap perekonomian Indonesia yang direpresentasikan oleh neraca perdagangan non-migas menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Namun, agar tercipta kebijakan yang lebih tepat bagi pengembangan perekonomian secara umum maka faktor eksternal seperti liberalisasi perdagangan komoditas pangan harus diperhitungkan.

22 1.2. Perumusan Masalah Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau. Oleh karena itu, pangan dalam undangundang tersebut bukan hanya beras, tetapi mencakup seluruh makanan dan minuman yang berasal dari tumbuhan dan hewan, baik produk primer maupun turunannya. Namun, komoditas pertanian lain yang termasuk dalam substitusi langsung beras seperti jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu merupakan komoditas pangan utama bagi Indonesia. Komoditas pangan utama adalah hasil dari sub sektor tanaman pangan yang sangat penting dalam menunjang ketahanan pangan bangsa Indonesia. Ketahanan pangan diwujudkan oleh kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri atas sub sistem penyediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan (Dewan Ketahanan Pangan, 2002). Aspek penyediaan pangan merupakan aspek yang paling penting dan perlu ditangani dengan serius, sebab selama ini penyediaan pangan nasional belum sepenuhnya bersumber dari dalam negeri, konsekuensinya kerawanan pangan mudah terjadi di Indonesia, dan bergantungnya Indonesia terhadap pangan impor dapat menjadi masalah yang berdimensi pada kedaulatan bangsa. Kebutuhan pangan domestik yang selama ini banyak ditunjang dari impor, merupakan peluang bagi pengembangan dan peningkatan produksi sub sektor tanaman pangan dalam negeri agar mampu mensubstitusi pangan impor tersebut,

23 jika hal tersebut dilakukan, maka devisa yang dihemat Indonesia amat besar. Selain itu, kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk memperoleh devisa yang besar dari sub sektor tanaman pangan, sebab dengan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, yakni lahan yang cukup luas dan tenaga kerja yang melimpah, maka peningkatan produksi pangan akan mudah untuk dilakukan, sehingga meningkatkan ekspor komoditas pangan untuk memperoleh devisa bukanlah suatu hal yang mustahil dilakukan Indonesia. Penghematan dan perolehan devisa dari sub sektor tanaman pangan akan membuat neraca perdagangan pangan Indonesia yang selama ini defisit menjadi surplus atau paling tidak berimbang. Hal tersebut secara tidak langsung akan menambah nilai devisa yang tercatat pada ikhtisar ekspor-impor atau neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan devisa pada neraca perdagangan merupakan hal yang penting, sebab devisa sangat diperlukan Indonesia untuk melakukan pembangunan, terlebih pada masa recovery pasca krisis. Namun, pengembangan sub sektor tanaman pangan tidak dapat berlandaskan pada keunggulan komparatif saja, sebab sebagian besar negara berkembang didunia bertumpu pada sektor pertanian terutama tanaman pangan, sehingga mereka juga memiliki keunggulan komparatif pada sub sektor ini (Todaro, 2004). Kondisi tersebut membuat persaingan perdagangan komoditas pangan dunia sangat ketat, apalagi ditambah dengan perjanjian liberalisasi perdagangan oleh WTO yang memaksa negara-negara anggotanya membuka

24 pasar domestik seluas-luasnya bagi komoditas asing, akibatnya persaingan komoditas pangan lokal dengan komoditas pangan impor menjadi lebih ketat. Momentum liberalisasi perdagangan komoditas pangan sudah seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Indonesia dengan meningkatkan produksi dan daya saing komoditas pangannya, tindakan tersebut perlu dilakukan agar Indonesia memperoleh keuntungan yang besar dari perdagangan komoditas pangan dunia, sebab liberalisasi perdagangan komoditas pangan, selain membuat pasar komoditas pangan domestik Indonesia semakin terbuka, juga membuat pasar komoditas pangan anggota WTO lainnya semakin terbuka, sehingga komoditas pangan Indonesia mampu memasuki pasar komoditas pangan mereka dengan leluasa. Jika Indonesia mampu memanfaatkan momentum liberalisasi ini, maka perolehan devisa Indonesia yang tercatat dalam neraca perdagangan akan bertambah. Sebaliknya, jika Indonesia tidak mampu memanfaatkan dan tidak menyiasati momentum liberalisasi, maka devisa Indonesia akan terkuras untuk impor pangan sehingga neraca perdagangan Indonesia dapat mengalami defisit. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Bagaimana pengaruh ekspor dan impor komoditas pangan utama terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh liberalisasi perdagangan komoditas pangan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia?

25 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh ekspor-impor komoditas pangan utama terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh liberalisasi perdagangan komoditas pangan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis, pembaca dan pengambil kebijakan. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama penulis menimba ilmu di bangku perkuliahan. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan, sumber bacaan, dan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, sedangkan bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Komoditas pangan yang dimaksud dalam penelitian ini hanya komoditas yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan, yang komoditasnya antara lain beras, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah, baik segar dan olahan dalam satuan US$.

26 2. Neraca perdagangan dalam penelitian ini adalah neraca perdagangan nonmigas Indonesia yang telah diriilkan dengan tahun dasar 1996 dan dinyatakan dalam juta US$. 3. Liberalisasi perdagangan komoditas pangan dalam penelitian ini mengacu pada liberalisasi yang disepakati Indonesia dalam World Trade Organization (WTO).

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Arti Penting Tanaman Bahan Pangan Menurut Nasoetion (2002) pertanian dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Sedangkan tanaman pangan merupakan tumbuhan yang sengaja ditanam manusia untuk mendapatkan hasil yang digunakan sebagai bahan makanan dalam jumlah besar. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyimpulkan bahwa penyebaran tanaman bahan pangan keseluruh muka bumi tidak merata, ada suatu daerah sempit yang memiliki keragaman tanaman pangan yang banyak, namun ada daerah yang luas memiliki sedikit keragaman tanaman pangan. Faktor yang menyebabkan tanaman pangan menyebar hampir keseluruh penjuru dunia adalah iklim yang sesuai untuk tumbuh setelah dibawa oleh manusia kesuatu daerah yang berbeda dari habitat aslinya dan pandangan masyarakat yang menerima tanaman baru tersebut sebagai sumber pangan baru, misalnya kentang dahulu hanya dikenal didaerah sempit pegunungan Andes, namun karena cocok dengan iklim Eropa dan masyarakat Eropa menerima kentang sebagai sumber makanan baru setelah Istana Inggris menjadikan menu utama, saat ini Eropa justru dikenal sebagai penghasil utama kentang. Sejarah yang sama terjadi atas tumbuhan kedelai, kacang tanah, ubi jalar dan lainnya, semua adalah pendatang baru sebagai pemasok bahan pangan bagi manusia modern.

28 Tanaman pangan sangat penting bagi kelangsungan hidup spesies manusia di muka bumi, sebab sebagai mahluk hidup manusia membutuhkan makan untuk mendapatkan energi. Saat ini, pada manusia modern terjadi pengurangan keanekaragaman jenis pangan, manusia modern kebanyakan mengkonsumsi tumbuhan bebijian seperti serealia dan kacang-kacangan, berbeda dengan manusia purba yang mengkonsumsi beranekaragam jenis tumbuhan dan hewan hasil berburu dan meramu sebagai sumber makanannya. Konsekuensi yang timbul akibat pola makan yang bergantung pada sedikit sumber makanan membuat manusia modern rentan terhadap kekurangan pangan. Oleh karena itu, sudah lama diusahakan penganekaragaman bahan pangan terutama bagi bangsa Indonesia yang saat ini sangat tergantung pada beras. Penganekaragaman bahan pangan yang berasal dari berbagai tanaman pangan tidak terlepas dari pertanian sub sektor tanaman pangan yang menghasilkan komoditas pangan utama. Saat ini, Indonesia memasukkan beras, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah dalam sub sektor tanaman pangan yang diharapkan secara bersama saling bersubstitusi (Nasoetion, 2002) Perdagangan Internasional Salvatore (1997) menyatakan bahwa perdagangan internasional memberikan manfaat dan keuntungan yang besar, perdagangan internasional membuat produksi barang dan jasa didunia semakin efisien, sebab negara-negara di dunia berspesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa. Misalkan Indonesia bergantung pada perdagangan internasional dan berspesialisasi dalam beberapa produk saja, alasan yang mendasarinya adalah : Pertama, ada komoditas yang

29 tidak dapat diproduksi sama sekali di dalam negeri, seperti gandum. Kedua, ada produk yang dapat diproduksi di dalam negeri, namun biaya produksi untuk memproduksinya jauh lebih tinggi, jika produk tersebut diproduksi oleh negara lain maka biayanya lebih rendah, maka Indonesia melakukan impor saja, misalnya pesawat terbang. Jika perdagangan internasional tidak ada, maka masing-masing negara harus mengkonsumsi hasil produksinya sendiri yang seringkali tidak mencukupi kebutuhan nasional. Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional. Pertama, keinginan suatu negara memperluas pasaran komoditinya. Kedua, keinginan suatu negara untuk memperoleh devisa untuk membiayai pembangunan dalam negeri. Ketiga, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara atas produk tertentu. Keempat, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan produk tertentu. Perdagangan internasional akan membawa dampak terhadap perekonomian suatu negara, baik dalam aspek ekonomi maupun dalam aspek non-ekonomi, seiring peningkatan volume dan intensitas perdagangan internasional, kehidupan suatu negara akan semakin terkait dengan perkembangan keadaan negara lain, artinya perdagangan internasional akan mengantarkan negara-negara di dunia pada suatu tingkat saling ketergantungan satu dengan yang lain, sehingga peristiwa-peristiwa atau kebijakan ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi negara lain, dan sebaliknya (Salvatore, 1997).

30 Teori Keunggulan Absolut Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara berlangsung dengan didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Teori yang dikeluarkan Adam Smith ini kemudian dikenal dengan Teori Keunggulan Absolut (Salvatore, 1997). Secara umum, Teori Keunggulan Absolut menyatakan jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi komoditi A jika dibandingkan dengan negara lain, namun kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dalam memproduksi komoditi B, maka kedua tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien dan output kedua komoditi akan meningkat. Peningkatan dalam output akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan Hukum Keunggulan Komparatif Hukum Keunggulan Komparatif merupakan hasil dari pemikiran David Ricardo (1817) yang tertuang dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation. Hukum ini sekaligus menjadi koreksi bagi teori keunggulan absolutnya Adam Smith, menurut hukum ini meskipun sebuah negara kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi A dan B (kedua komoditi), namun masih tetap terdapat

31 dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak (Salvatore, 1997). Adapun cara yang dapat ditempuh adalah : Pertama, negara yang memiliki kerugian absolut pada kedua komoditi harus melakukan spesialisasi, yaitu hanya memproduksi komoditi yang memiliki kerugian absolut yang paling kecil (misal komoditi A) dan mengekspor komoditi A tersebut, untuk memenuhi kebutuhan komoditi B maka negara tersebut harus mengimpornya. Kedua, negara yang memiliki keuntungan absolut pada kedua komoditi juga harus melakukan spesialisasi, yaitu hanya memproduksi komoditi yang paling besar keuntungannya (misal komoditi B) dan mengekspor komoditi B tersebut, untuk memenuhi kebutuhan komoditi A maka negara tersebut harus mengimpornya Teori Kepemilikan Faktor Teori Kepemilikan Faktor dikembangkan oleh dua ekonom terkemuka berkebangsaan Swedia penerima nobel dibidang ekonomi tahun 1977, yaitu Eli Heckscher dan mahasiswanya Bertil Ohlin, sehingga Teori Kepemilikan Faktor lebih dikenal dengan Teori Heckscher-Ohlin. Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah melimpah dan harga relatif murah, serta mengimpor komoditi yang memiliki faktor produksi langka dan berharga relatif mahal (Salvatore, 1997).

32 2.3. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan merupakan bagian dari neraca pembayaran (Balance of Payment) yang menjadi suatu pernyataan mengenai kelebihan atau kekurangan hasil dari perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dalam jangka waktu tertentu, pada neraca perdagangan nilai ekspor dan impor barang biasanya dinyatakan dalam US $ (Smith, 1995). Neraca perdagangan menjadi indikator yang penting dalam suatu perekonomian, sebab dapat menggambarkan perolehan devisa atau pengeluaran devisa. Devisa merupakan kapital yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pembangunan suatu negara Ekspor Ekspor adalah barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah negara kemudian dijual ke negara lain, hasil dari ekspor berupa devisa yang dapat digunakan sebagai penukar atas barang dan jasa dari negara lain (melakukan impor), menyelesaikan utang dan menjalankan pembangunan. Negara memperuntukkan sumber daya dalam negeri bagi ekspor karena negara memperoleh lebih banyak keuntungan (devisa) dengan ekspor, daripada yang akan diperoleh dengan memperuntukkan sumber daya tersebut bagi produksi dan jasa didalam negeri (Smith, 1995). Margarettha (2005) menyatakan bahwa ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain, suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara-negara lain yang membutuhkan komoditi tersebut. Dalam perdagangan internasional, ekspor memiliki peranan penting, yakni sebagai motor penggerak perekonomian

33 nasional, sebab ekspor mampu menghasilkan devisa yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan dan impor Impor Impor adalah aliran masuk barang dan jasa ke pasar sebuah negara untuk digunakan, sebab harga diluar negeri lebih rendah dibanding harga produk sejenis jika diproduksi didalam negeri. Negara melakukan impor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Smith, 1995). Margarettha (2005) menyatakan bahwa impor merupakan pembelian barang yang dihasilkan oleh negara lain, impor terjadi karena suatu negara tidak mampu menghasilkan komoditi yang dibutuhkan atau produksi dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan menjadi defisit Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Neraca perdagangan merupakan suatu indikator utama yang membedakan antara perekonomian terbuka dengan perekonomian tertutup. Dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak selalu sama dengan yang dihasilkan dari memproduksi barang dan jasa, suatu negara dapat melakukan pengeluaran yang lebih banyak daripada produksinya dengan melakukan impor atau bisa melakukan pengeluaran lebih kecil dibanding produksinya dengan melakukan ekspor (Mankiw, 2003). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan, diantaranya, suku bunga, kurs riil,

34 pendapatan nasional, dan faktor eksternal seperti liberalisasi perdagangan dan krisis ekonomi Suku Bunga Perekonomian Indonesia sebagai perekonomian terbuka sangat bergantung dengan perekonomian dunia. Selain itu, pasar barang dan pasar uang sangat berkaitan, keterkaitan antara keduanya membentuk identitas pendapatan nasional yang dapat ditulis dengan persamaan berikut : (S - I) Dari persamaan diatas, (S - I) adalah selisih antara tabungan domestik dengan investasi domestik, sehingga (S - I) sering disebut arus modal keluar bersih, arus modal ini mencerminkan arus dana internasional yang menjadi sumber akumulasi kapital yang penting bagi modal pembangunan, sedangkan NX adalah ekspor bersih atau neraca perdagangan yang menjadi tolak ukur kinerja ekspor dan impor suatu negara terbuka (Mankiw, 2003). Jika (S - I) dan NX positif, maka negara mengalami surplus perdagangan dimana ekspor lebih besar daripada impor sehingga negara dapat menjadi donor pada pasar uang dunia, jika (S - I) dan NX negatif, negara sedang mengalami defisit perdagangan, sehingga negara kekurangan kapital untuk melaksanakan pembangunan, akibatnya negara menjadi debitor pada pasar uang dunia, sedangkan jika (S - I) dan NX berimbang maka negara dalam kondisi perdagangan berimbang. Investasi dan tabungan yang terjadi pada suatu negara sangat bergantung pada suku bunga yang berlaku, baik suku bunga domestik maupun suku bunga internasional, sebab investasi berhubungan negatif dengan

35 suku bunga, sedangkan tabungan berhubungan positif dengan suku bunga, sehingga secara tidak langsung neraca perdagangan juga bergantung pada variabel suku bunga. Mengenai tingkat suku bunga yang berlaku, Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbuka kecil, dengan asumsi terjadi mobilitas modal sempurna, maka suku bunganya akan mengikuti suku bunga dunia, dengan demikian di Indonesia suku bunga dunia merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi perekonomiannya (Lihat Gambar 2.1). Tingkat bunga riil, r * S Surplus Perdagangan r * NX Tingkat bunga jika perekonomian tertutup I(r) Sumber : Mankiw, 2003 Investasi, Tabungan. I. S Gambar 2.1. Tabungan dan Investasi pada Perekonomian Terbuka Sederhana Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pada perekonomian tertutup, tingkat bunga riil (r * ) menyesuaikan untuk menyeimbangkan tabungan dan investasi, sedangkan dalam perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga ditentukan oleh pasar keuangan dunia. Selisih antara tabungan (S) dan investasi (I(r)) menentukan neraca perdagangan (NX). Dalam gambar diberikan ilustrasi jika terjadi surplus perdagangan, karena tingkat bunga riil mendorong tabungan melebihi investasi Kurs Riil

36 Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana antar negara dapat memperdagangkan barang-barang yang dihasilkannya sehingga terkadang kurs riil disebut terms of trade (Mankiw, 2003). Kurs riil berhubungan dengan neraca perdagangan, sebab kurs riil berkaitan dengan harga produk suatu negara di pasar internasional, jika kurs riil suatu negara rendah, maka harga produk negara tersebut relatif lebih murah, sehingga penduduk domestik hanya akan membeli sedikit produk impor. Sebaliknya, jika kurs riil tinggi maka penduduk domestik akan lebih memilih barang impor karena harganya yang relatif lebih murah jika dibandingkan barang hasil produksi dalam negeri. Hubungan antara kurs riil dengan neraca perdagangan dapat dijelaskan pada persamaan 2.2 berikut : NX = NX(e)...(2.2) Persamaan 2.2 menyatakan bahwa neraca perdagangan adalah fungsi dari kurs riil. Kurs riil, e NX(e) Sumber : Mankiw, Neraca Perdagangan. NX Gambar 2.2. Hubungan Neraca Perdagangan dan Kurs Riil

37 Gambar 2.2 menunjukkan hubungan antara kurs riil dengan neraca perdagangan, semakin rendah kurs riil maka harga barang semakin murah, sehingga neraca perdagangan semakin besar. Pada gambar sebagian dari sumbu mendatar bernilai negatif, sebab neraca perdagangan dapat bernilai negatif karena impor melebihi ekspor seiring kenaikan kurs riil Produk Domestik Bruto Mankiw (2003) menyatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan ukuran atau cerminan dari kinerja ekonomi suatu negara, tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal selama periode waktu tertentu. PDB dapat dihitung dengan cara melihatnya sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian atau melihat PDB sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa di dalam perekonomian. Kedua cara menghitung PDB tersebut sama saja, sebab dalam perekonomian secara keseluruhan jumlah keduanya akan sama. Keterkaitan PDB dengan neraca perdagangan dapat dilihat pada persamaan berikut : Y = C + I + G + (X - M)....(2.3) Pada persamaan tersebut, (X - M)) adalah neraca perdagangan, dimana ekspor (X) akan memberikan sumbangan yang positif terhadap PDB sedangkan impor akan memberikan sumbangan negatif. Ekspor akan menaikkan PDB seiring peningkatannya, sedangkan impor akan menurunkan PDB seiring peningkatannya. Namun kenaikan PDB belum tentu menaikkan ekspor-impor, sebab kenaikan PDB dapat saja didorong oleh aktivitas investasi (I) yang

38 menggerakkan roda perekonomian sehingga produksi dalam negeri meningkat dan membuat barang produksi dalam negeri lebih bermutu dan berkualitas. Konsekuensinya, ekspor meningkat dan impor menurun, atau impor dapat meningkat seiring peningkatan PDB jika pertumbuhan PDB didorong oleh konsumsi (C) masyarakat tanpa didukung oleh peningkatan produksi dalam negeri Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Perekonomian tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan faktor nonekonomi, seperti keadaan sosial politik, peraturan, pendidikan, budaya, organisasi kemasyarakatan dan lainnya. Menurut Nurkse dalam Jhingan (2004) pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik dan latar belakang historis, sehingga kajian terhadap dinamika perekonomian harus mengikutsertakan faktor non-ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, maka neraca perdagangan sebagai refleksi kinerja ekspor-impor yang mampu mempengaruhi perekonomian juga dipengaruhi oleh faktor non-ekonomi, diantaranya faktor politik dan peraturan, yakni aturan liberalisasi perdagangan dan kondisi eksternal perekonomian Indonesia yaitu krisis yang baru saja dialami Indonesia Liberalisasi Perdagangan Liberalisasi perdagangan adalah pembebasan perdagangan dari segala hambatan, baik hambatan tarif maupun hambatan non tarif yang dilakukan sepihak dan banyak pihak (Smith, 1995), sedangkan kebijakan liberalisasi

39 perdagangan adalah kebijakan yang mengikis berbagai bentuk hambatan perdagangan, bila diterapkan secara utuh maka arus komoditi perdagangan dan investasi dalam bentuk modal, barang dan jasa akan bebas masuk antar negara tanpa hambatan tarif dan non-tarif (Salvatore, 1997). Perdagangan bebas tanpa hambatan merupakan tujuan akhir dari perundingan-perundingan antar negara, adanya perdagangan bebas antar negara diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan yang ikut serta dalam perdagangan bebas dengan mengandalkan produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif (Deplu RI, 2004). Realitasnya hampir semua negara menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap perdagangan internasional, hambatan perdagangan tersebut lazim disebut kebijakan perdagangan (trade policy) karena berkaitan erat dengan kepentingan perdagangan nasional pada masing-masing negara. Penerapan kebijakan perdagangan selalu dikemukakan dengan alasan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan nasional dan melindungi industri dalam negeri. Liberalisasi perdagangan yang kini diupayakan WTO berfokus pada tiga aspek, yakni pembukaan akses pasar (market acces), penurunan subsidi domestik (domestic support), dan mewujudkan persaingan eksport (export competition) yang adil. Liberalisasi perdagangan menurut Lindert (1995) akan membawa dampak peningkatan kesejahteraan bagi negara yang melakukannya, keyakinan tersebut berdasarkan analisa ekonomi yang menunjukkan perdagangan bebas akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua negara. Tentunya dampak yang dirasakan oleh suatu negara akibat adanya liberalisasi akan tercermin dari neraca

40 perdagangannya setelah kebijakan liberalisasi tersebut dilaksanakan. Gambar 2.3 menganalisa dampak yang ditimbulkan terhadap konsumen jika negara-negara didunia tidak melakukan liberalisasi, terutama menutup akses pasar dengan pengenaan tarif import. Harga Beras (US$/Ton) C So (Kurva penawaran dalam negeri) D B a b c d E e A Harga dalam negeri dengan tarif Tarif Harga Dunia Do (Kurva permintaan dlm negeri) 0 S 0 S 1 D 1 D 0 Kuantitas Beras M 1 M 2 Sumber : Lindert, 1995 Gambar 2.3. Efek Tarif terhadap Konsumen dan Produsen Gambar 2.3 menganalisis tentang permintaan dan penawaran beras yang dipengaruhi tarif. Jika tidak ada tarif, beras akan diimpor secara bebas pada tingkat harga dunia sebesar US$ 200 per ton. Konsumen akan membeli beras sebesar S o dari dalam negeri dan mengimpor sebesar M 2. Pada harga tersebut surplus konsumen adalah seluruh bidang antara kurva permintaan dan garis harga US$ 200, yaitu segitiga ACE yang merupakan suatu aproksimasi mengenai kemampuan membeli beras dari para konsumen. Pengenaan tarif sebesar US$ 20

41 akan meningkatkan harga beras dan mengurangi perolehan manfaat atau surplus konsumen. Dengan harga yang baru, konsumen terpaksa menambah US$ 20 per ton beras sehingga permintaan total akan turun dari D 0 ke D 1. Kerugian total yang ditanggung konsumen dengan adanya tarif adalah total bidang a+b+c+d, sehingga surplus konsumen mereka merosot dari segitiga ACE menjadi segitiga BCD. Analisis terhadap produsen dengan pasar beras yang sama, setelah adanya tarif, maka harga beras akan naik menjadi US$ 220 per ton, maka perusahaanperusahaan dalam negeri akan meningkatkan produksinya selama masih menguntungkan. Mereka merespons dengan menaikkan jumlah produksi dari S 0 ke S 1. Kenaikan jumlah yang dproduksi dan peningkatan harga ternyata meningkatkan keuntungan bagi produsen, yaitu sebesar a, sehingga keuntungan total yang diterima produsen dalam negeri adalah e+a. Namun, jika dibandingkan dengan kerugian yang harus ditanggung konsumen yaitu bidang a+b+c+d, maka secara total pengenaan tarif menghasilkan kerugian Krisis Ekonomi Krisis ekonomi merupakan gejala menurunnya perekonomian secara umum, di Indonesia krisis ekonomi dimulai pada triwulan ketiga tahun 1997 yang ditandai dengan depresiasi nilai Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar Amerika Serikat yang cukup signifikan. Depresiasi Rupiah memicu kontraksi pada sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor konstruksi, manufaktur, keuangan, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa lainnya, sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama tahun 1998 mengalami penurunan hampir 14 persen (Wie, 2001).

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN DADAN HUDAYA.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1 ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh GILMAN PRADANA NUGRAHA H14103024 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H14104051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 2011 (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung Nurcahyaningtyas Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA OLEH HENDRA PUTRATAMA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA OLEH HENDRA PUTRATAMA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA OLEH HENDRA PUTRATAMA H14103034 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H14103004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN OLEH VIVI ARFINA H

ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN OLEH VIVI ARFINA H ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1993-2006 OLEH VIVI ARFINA H14102008 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkeinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H14052988 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara seringkali menggunakan perhitungan mengenai keuntungan dan kerugian yang dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi

Lebih terperinci