JBSP JURNAL JBSP JILID 2 NOMOR 1 BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DITERBITKAN OLEH PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JBSP JURNAL JBSP JILID 2 NOMOR 1 BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DITERBITKAN OLEH PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA"

Transkripsi

1 JILID 2, NOMOR 1, APRIL 2012 ISSN JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA JBSP DITERBITKAN OLEH PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DENGAN MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA (MLI) CABANG UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT, BANJARMASIN DAN HIMPUNAN SARJANA KESUSASTERAAN INDONESIA (HISKI) DAERAH BANJARMASIN I S S N JBSP JILID 2 NOMOR 1 HALAMAN BANJARMASIN APRIL 2012 ISSN

2 JBSP JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA JILID 2, NOMOR 1, APRIL 2012 Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian atau hasil pemikiran di bidang bahasa, sastra, dan pembelajarannya. ISSN Ketua Penyunting M. Rafiek Penyunting Pelaksana Rusma Noortyani Noor Cahaya Dwi Wahyu Candra Dewi Penelaah Ahli (Mitra Bebestari) Imam Suyitno (Universitas Negeri Malang) Hilaluddin Hanafi (Universitas Halu Oleo, Kendari) M. Siddik (Universitas Mulawarman, Samarinda) Akmal Hamsa (Universitas Negeri Makasar) Suminto A. Sayuti (Universitas Negeri Yogyakarta) Zulkifli (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) Jumadi (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) Rustam Effendi (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) Pelaksana Tata Usaha Noor Fajriah Pembantu Pelaksana Tata Usaha Deny Erwansyah Ratna Yulinda Rezki Amelia ISSN Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Ruang bidang Akademik Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kode Pos 70123, Gedung Sekretariat Bersama Lt. II Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Telepon/Fax. (0511) pm_pbsid@yahoo.co.id JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA diterbitkan sejak 1 April 2011 oleh Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (HISKI) Daerah Banjarmasin dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) cabang Universitas Lambung Mangkurat Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media yang lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang (Petunjuk bagi Calon Penulis JBSP). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya (JBSP) 1. Artikel yang ditulis untuk JBSP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang bahasa, sastra, dan pembelajarannya. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 11 pts, dengan spasi At least 11 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang maksimum 20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. 2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis perlu memcantumkan alamat e- mail dan/atau alamat korespondensi. 3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka atau nomor pada judul bagian: PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI) Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri) Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) 4. Sistematika artikel telaah adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata kunci; pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa subbagian); penutup atau kesimpulan, daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). 5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik), abstrak (maksimum 100 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). 6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contohnya: (Rafiek, 2011: 2). 8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. Buku: Rafiek, Muhammad Psikolinguistik: Kajian Bahasa Anak dan Gangguan Berbahasa. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Buku kumpulan artikel: Saukah, Ali & Waseso, Mulyadi Guntur (Eds.) Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Buku terjemahan: Bucaille, Maurice Firaun dalam Bibel dan Al-Quran: Menafsirkan Kisah Historis Firaun dalam Kitab Suci Berdasarkan Temuan Arkeologi. Terjemahan oleh Muslikh Madiyant Bandung: Mizania. Artikel dalam buku kumpulan artikel: Bottoms, J. C Some Malay Historical Sources: A Bibliographical Note. Dalam Soedjatmoko, Mohammad Ali, G. J. Resink, & G. MCT. Kahin (Eds.), An Introduction to Indonesian Historiography (hlm ). New York: Cornell University Press. Artikel dalam jurnal: Bertens, K Etika dan Etiket Pentingnya Sebuah Perbedaan. Basis, XXXVIII (7): Artikel dalam Koran: Antemas, Anggraini. 6 Desember Adat Istiadat Perkawinan Urang Banjar (III), Bapingit-Badudus Sebelum Akad Nikah. Banjarmasin Post, tanpa halaman. Dokumen resmi berupa kamus atau pedoman atau undang-undang: Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: PT Armas Duta Jaya. Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Rafiek, Muhammad Mitos Raja dalam Hikayat Raja Banjar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Makalah seminar, lokakarya, penataran: Indriyanto Peranan dan Posisi Ilmu Sejarah dalam Menjawab Tantangan Zaman. Makalah disajikan dalam Diskusi Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah di Semarang, Fakultas Sastra UNDIP, Semarang, 30 Mei. Rujukan dari internet: Ahmad, Syarwan Filologi Hikayat Prang Sabi (Online), ( diakses 18 Desember 2009). Manuaba, Putera Hermeneutika dan Interpretasi Sastra, (Online), ( diakses 10 November 2009). 9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah atau mencontoh langsung dari artikel yang sudah terbit dalam JBSP. 10. Semua naskah ditelaah oleh penelaah ahli yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk memperbaiki artikelnya atas saran perbaikan dari penelaah ahli. Kepastian pemuatan artikel ilmiah akan diberitahukan kepada penulis. 11. Segala sesuatu yang menyangkut izin pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah artikel atau hal ikhwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel termasuk konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut. 12. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi pelanggan minimal selama satu tahun. Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar kontribusi biaya cetak sebesar Rp ,- (tiga ratus ribu rupiah) per judul. Sebagai imbalannya, penulis menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 2 (dua) eksemplar.

3 1i

4 KATA PENGANTAR Pengelola Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya (JBSP) mulai jilid 2, nomor 1, April 2012 tampil dengan perubahan pada nama Program Studi Magister yang semula Program Studi Magister Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah menjadi Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Isi jurnal tetap 11 artikel ilmiah yang disaring dengan seleksi ketat oleh tim pengelola JBSP. Dalam terbitan ini pula, Pengelola jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya pun menambah satu orang penyunting pelaksana, yaitu Dra. Hj. Zakiah Agus Kusasi, M. Pd. dan satu orang penelaah ahli (mitra bebestari), yaitu Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dari Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam terbitan ini kami juga masih menggunakan abstrak dalam bahasa Inggris dan rencananya dalam terbitan keempat, Oktober 2012, akan dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia. Dalam format penyajiannya, JBSP mengacu pada Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) Universitas Negeri Malang, Jurnal Linguistik Indonesia Masyarakat Linguistik Indonesia, dan Jurnal Humaniora Universitas Gadjah Mada. Khusus pencantuman nama penelaah ahli atau mitra bebestari, kami mengacu kepada Jurnal Linguistik Indonesia Masyarakat Linguistik Indonesia dan Jurnal Humaniora Universitas Gadjah Mada. Tim Penyunting JBSP 2

5 DAFTAR ISI Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi, dan Pararaton: Suatu Perbandingan M. Rafiek (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) 5-17 Proposing the Future Implementation of E-Books for English (Rethinking of the Use of E-Books in Indonesian Schools Raudhatun Nisa (MTs Negeri Kelayan, Banjarmasin) Tinjauan Strategis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Zulkifli (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) Meningkatkan Kecepatan Membaca Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin dengan Metode SQ3R Syafruddin Noor (SMAN 11, Banjarmasin) Pengaruh Perlakuan Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap Penguasaan Kemampuan Siswa Membaca Ahmad Yasluh (Universitas Palangka Raya) Bentuk-Bentuk Sapaan Kekerabatan Bahasa Maanyan Patrisia Cuesdeyeni (Universitas Palangka Raya) Analisis Keefektifan Penulisan Judul Naskah Berita Warta Kalsel TVRI Kalimantan Selatan Tahun 2010 Rusma Noortyani (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin) Pemerolehan Kalimat pada Anak Usia Dini Nurril Rahmadani Maliq dan Jumadi (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin Pelaksanaan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV Ifriani Syahwinda dan Zakiah Agus Kusasi (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)

6 Nilai-Nilai Karakter dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak Terbitan Pusat Bahasa Depdiknas Elsy Suriani (SMP Negeri 8, Palangka Raya) Struktur dan Fungsi Mantra Masyarakat Dayak Deah Desa Pangelak Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong Isna Kasmilawati dan Rustam Effendi (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)

7 HIKAYAT RAJA BANJAR, TUTUR CANDI, DAN PARARATON: SUATU PERBANDINGAN M. Rafiek 1 Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, rfk012@yahoo.co.id Abstract This research is aimed at describing and explaining the comparison among Hikayat Raja Banjar and Pararaton. The result of the research encompasses findings on (1) the similarity of story motif of myth of miasma I in the story si Saban, (2) the similarity of story motif of myth of miasma II in the story of Raden Rangga Kesuma, and (3) the similarity of story motif of a character whose supranatural power, (4) unsuitability (name error) of king Majapahit in Hikayat Raja Banjar with that in the history. Keywords: comparison, the similarity of story motif PENDAHULUAN Hikayat Raja Banjar (selanjutnya disingkat HRB) merupakan karya sastra sejarah dari Banjar, Kalimantan Selatan yang cukup fenomenal. Penelitian ini dimaksudkan untuk menanggapi tulisan Ras (dalam Hellwig dan Robson, 1986: ) yang berjudul Hikayat Banjar dan Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles. Dalam tulisannya itu, Ras menyatakan bahwa struktur isi dari HRB terdiri atas (1) pendirian Negara Dipa, (2) mitos asal-usul rumah (tempat tinggal) raja Banjar (kraton I) (3) raja-raja Negara Dipa, (4) pendirian Negara Daha (kraton II), (5) raja-raja Negara Daha, (6) pendirian Banjarmasin (kraton III), (7) raja-raja Banjarmasin, (8) pendirian Martapura (kraton IV). Ras juga menyatakan bahwa struktur isi dari Pararaton (selanjutnya disingkat P) terdiri atas (1) mitos asal-usul rumah (tempat tinggal) raja Singhasari, (2) raja-raja Tumapel-Singhasari, (3) pendirian Majapahit, dan (4) raja-raja Majapahit. Pada intinya, Ras ingin menyatakan bahwa HRB dan P sama-sama terbagi atas cerita empat masa pemerintahan. Penelitian ini ingin mengkritisi hasil temuan Ras tersebut dari sisi yang lain, yaitu dengan mengkaji perbandingan HRB dan P dari sisi kesamaan motif cerita. Memang seperti temuan Ras di atas bahwa HRB berisi cerita masa Negara Dipa, Negara Daha, Banjarmasih, dan Martapura, akan tetapi masa praislam, khususnya masa Negara Dipa dan Negara Daha masih sangat gelap dasar historisnya. Penelitian ini berusaha membuktikan bahwa apa yang sudah ditemukan oleh Ras sebenarnya hanya temuan struktur luar cerita HRB saja yang sama dengan P. Sekalipun dalam pembahasan selanjutnya dalam tulisannya tersebut, Ras membahas hubungan sastra antara Borneo dan Jawa, akan tetapi yang dibahas hanya kesamaan motif pelayaran saudagar dari Keling menuju Borneo dalam HRB dan cerita tentang Awab, saudara raja Gujerat yang berlayar ke Jawa dan menetap di sana. Cerita yang menurut Ras juga ditemukan dalam Serat Kanda. Menurut Ras, adanya episode Empu Jatmaka dalam HRB merepresentasikan pinjaman langsung dari sastra Jawa Pesisir. Kehadiran cerita tersebut dalam HRB menurut Ras, penting, karena hal itu membuktikan bahwa tradisi Kanda Jawa telah dikenal di Borneo Tenggara pada abad ke-16. Dalam perbandingannya atas HRB dan P, Ras (dalam Hellwig dan Robson, 1986: 196) memang ada menyatakan bahwa 1 Doktor alumnus Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang, tahun Spesialisasi Sastra. 5

8 motif Watu Gunung juga terjadi dalam HRB. Berdasarkan penjelasan di atas, memang Ras dalam tulisannya itu sudah ada sedikit membahas tentang adanya kesamaan motif cerita antara HRB dan P, namun tidak dibahasnya secara jelas dan terperinci. Untuk itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk menemukan persamaan apa saja yang ada antara HRB dan P itu. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan perbandingan, dalam hal ini persamaan antara HRB, Tutur Candi (TC), dan P. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pembacaan dan pencatatan serta analisis isi. Teknik pembacaan dan pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, sedangkan teknik analisis isi digunakan untuk menganalisis isi HRB, TC, dan P dari segi persamaan motif ceritanya. Sejalan dengan pendapat Holsti (1969: ), analisis isi terdiri atas unit-unit yang tercatat, unit-unit konteks, dan menggunakan sistem enumerasi. Unit-unit hasil pembacaan dan pencatatan kemudian dibagi atas unit-unit konteks. Peneliti melakukan analisis unit-unit konteks dengan cara seperti dalam tabel di bawah ini. Dengan teknik analisis isi diharapkan unit tercatat dapat disesuaikan dengan unit konteks. Untuk membatasi banyaknya data atau berulangnya data yang sama, peneliti menggunakan sistem enumerasi seperti yang disarankan oleh Holsti (1969: ). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kesamaan Motif Cerita Mitos Miasma I Cerita Maharaja Mangkubumi dibunuh oleh si Saban dan si Saban disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung dalam HRB adalah cerita senjata makan tuan bagi orang yang disuruh. Cerita ini dimulai dengan pertentangan antara Maharaja Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung dalam menyelesaikan masalah si Saban yang berzina dengan si Harum. Masalah ini dimanfaatkan oleh Pangeran Tumenggung untuk menghasut si Saban agar dia membunuh Maharaja Mangkubumi. Pangeran Tumenggung beralasan bahwa si Saban akan dibunuh dengan cara diracun oleh Maharaja Mangkubumi. Si Saban pun akhirnya mau disuruh membunuh Maharaja Mangkubumi karena terus-menerus didesak oleh Pangeran Tumenggung. Setelah selesai membunuh, si Saban malah disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung. Hal itu bisa dilihat pada kutipan di bawah ini. 6 Kemudian daripada itu hatta berapa lamanya maka kata Pangeran Tumenggung: Hai Saban, maukah engkau membunuh Maharaja Mangkubumi itu? Kalau dia itu masih ada hidup tiada sebulan-sebulan engkau dibunuhnya, karena engkau masih disuruhnya matikan pada orang. Engkau barang kerjamu tiada sedap rasa hatimu. Baik kalau masih ada hajatku; kalau aku tiada akan tiada engkau dibunuhnya itu. Adapun kalau sudah mati maharaja itu, si Harum itu kuberikan pada engkau. Jangankan si Harum itu, meski barang yang lain itu engkau kehendaki, kuberikan. Maka sembah si Saban: Bisa hamba membunuh itu. Seperti apa hamba sekarang ini. Sudah terjauh, tiada hampir seperti dahulu itu. Kata Pangeran Tumenggung: Sahil itu, artinya gampang itu, nanti aku

9 berbuat sandi upaya maka gong. Maka Pangeran Tumenggung menyuruh perempuan empat orang kepada Maharaja Mangkubumi. Maka suruhan itu diajarinya berkata oleh Pangeran Tumenggung itu. Maka suruhan itu datang kepada Maharaja Mangkubumi itu, sembahnya: Hamba dititahkan adinda Pangeran Tumenggung kepada paduka syah alam. Sembah adinda menyembahkan si Saban itu, karena sudah si Saban itu dinasihati adinda itu. Maka sembahnya hamba syah alam si Saban itu tiada dua-dua memohonkan ampun, hendak kembali, minta perhambakan kepada syah alam. Maka kata Maharaja Mangkubumi: Baik, kalau demikian si Saban itu suruh kemari. Maka suruhan itu memohon kembali. Maka datang suruhan itu, sembahnya pada Pangeran Tumenggung: Sabda kakanda Maharaja Mangkubumi: Si Saban itu suruh kembali karena sudah kuampuni. Maka kata Pangeran Tumenggung: Antarkanlah si Saban itu. Sudah dipersembahkan oleh suruhan itu Pangeran Mangkubumi itu maka banyak tiada tersebut itu si Saban itu dipercayai pula seperti mulanya serta dijadikan sekali dengan si Harum itu. Maka si Saban itu hilanglah hatinya yang hendak membunuh itu (HRB edisi Ras alinea ke-170). Hatta maka berapa lamanya maka si Saban disuruh panggil oleh Pangeran Tumenggung itu. Datang si Saban, kata Pangeran Tumenggung: Hai Saban, bagaimana janji kita? Kata si Saban: Nanti jua dahulu, karena hamba mencari jalan yang patut. Maka berkata demikian si Saban itu takut pada Pangeran Tumenggung itu karena katanya sudah bercakap itu. Kata Pangeran Tumenggung, berbuat sandi upaya membujuk si Saban itu: Hai Saban, tiadakah engkau tahu engkau itu maka dijadikan dengan si Harum itu engkau hendak dibunuh? Supaya jangan serupa berubah katanya yang mengampuni engkau itu malu dia kepada orang raja-raja yang berubah katanya itu, itulah maka engkau hendak dimatikannya dengan racun; karena engkau itu masih hendak dibunuhnya jua itu oleh Maharaja Mangkubumi itu. Segera-segera engkau membunuh itu, kalau engkau kedahuluan dimakaninya racun. Maka kata si Saban: Kalau demikian tiada akan tiada aku dibunuh jua itu. Maka sembahnya si Saban: Malam nanti hamba membunuh kakanda itu. Sudah itu si Saban memohon kembali. Maka dia membawa keris Pangeran Tumenggung itu, malela (HRB edisi Ras alinea ke-171). Sudah itu, hari pun malam, maka Maharaja Mangkubumi berjejogetan bersuka-sukaan berminum-minuman. Si Saban itu masih hampir di bawah Maharaja Mangkubumi itu. Kira-kira sudah masuk dekat waktu dini hari besar, orang pun ada yang mabuk ada yang mengantuk itu, maka dihunusnya kerisnya itu serta menerjang menusuk di ulu hati Maharaja Mangkubumi itu, terus ke belakang; serta si Saban itu lari keluar, tiada terbuntuti itu karena orang sama gempar terkejut itu. Maka si Saban itu lari ke seberang bernenaung kepada Pangeran Tumenggung itu. Maka datang Aria Trenggana serta menteri sekaliannya. Si Saban dicari, tiada dapat. Maharaja Mangkubumi sudah payah, maka dia berkata: Hai Aria Trenggana, si Saban itu jangan diapa-apakan karena tiada kehendaknya sendiri itu; karena itu kehendak adikku si Tumenggung, hendak menjadi raja mengganti kerajaanku ini. Tetapi anakku si Dayang Sari Bulan suruh peliharakan pada si Tumenggung itu. Sudah itu maka Maharaja Mangkubumi itu mati (HRB edisi Ras alinea ke-172). Si Saban itu datang dia pada Pangeran Tumenggung menyembahkan keris malela itu serta mengatakan perihalnya itu. Sudah itu si Saban ditangkap serta disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung itu. Kata Pangeran Tumenggung: Membahayakan pada aku pula. Maka benar seandainya orang ada mengupah menyuruh membunuh aku 7

10 dibunuhnya jua aku. Saling pada Maharaja Mangkubumi tiada akan kepalang kasihnya itu lagi dibunuhnya, istimewa aku. Maka benar hatinya itu, lagi pula hendak melindungkan kejahatannya, Pangeran Tumenggung itu. Maka si Saban itu disuruhnya bunuh itu. Tetapi orang sekalian tahu akan perbuatan Pangeran Tumenggung itu. Banyak tiada tersebut (HRB edisi Ras alinea ke-173). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pangeran Tumenggung menyuruh si Saban untuk membunuh Maharaja Mangkubumi, kakaknya. Si Saban berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Sekembalinya dari membunuh itu, si Saban kemudian disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung. Senjata yang digunakan oleh si Saban untuk membunuh Maharaja Mangkubumi adalah keris malela. Keris ini namanya sama dengan pisau yang digunakan oleh istri Empu Mandastana untuk bunuh diri. Kisah senjata makan tuan ini juga terdapat dalam P. Dalam P, Ken Arok membunuh Empu Gandring dengan keris buatan empu itu. Empu Gandring adalah pandai keris di Lulumbang. Cerita ini mengingatkan kita pada tokoh pembuat keris yang digunakan oleh Empu Mandastana bunuh diri. Dalam HRB edisi Ras, Empu Mandastana diceritakan bunuh diri dengan menggunakan keris Parungsari 2 buatan Empu Lumbang di Majapahit. Ada dugaan Empu Lumbang dalam HRB edisi Ras adalah pinjaman dari P. Empu Gandring, Pandai keris di Lulumbang lalu bersumpah bahwa Ken Arok dan keturunannya akan mati akibat keris itu. Ken Arok juga membunuh Tunggul Ametung dengan keris tersebut. Ken Arok akhirnya mati dibunuh oleh orang Batil dengan keris itu atas suruhan Anusapati, anak Tunggul Ametung dari Ken Dedes. Anusapati sendiri juga dibunuh oleh Raden Tohjaya, anak Ken Arok dari istri mudanya dengan menggunakan keris itu. Cerita Maharaja Mangkubumi dibunuh oleh si Saban dan si Saban disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung ini sebenarnya hampir mirip dengan kisah orang Batil dalam P. Orang Batil itu adalah suruhan Anusapati. Setelah berhasil membunuh Ken Arok, orang Batil sendiri akhirnya dibunuh oleh Anusapati. Hal itu sama dengan kisah si Saban dalam HRB edisi Ras. Si Saban disuruh membunuh Maharaja Mangkubumi oleh Pangeran Tumenggung. Setelah tugasnya berhasil, si Saban lalu disuruh bunuh oleh Pangeran Tumenggung. Di bawah ini disajikan mitos yang terdapat dalam P itu. Tersebutlah seorang hamba Anusapati berpangkat pengalasan di Batil. Dipanggillah dia oleh Anusapati. Disuruhnya membunuh Ken Angrok. Diberinya keris buatan Mpu Gandring untuk membunuh sang Amurwabumi. Orang dari Batil itu dijanjikan akan diberi upah oleh Anusapati. Berangkatlah orang Batil itu dan kemudian masuk ke dalam istana. Dijumpainya sang Amurwabumi sedang bersantap. Ditusuklah sang Amurwabumi dengan segera oleh orang Batil. Kejadian itu terjadi pada hari Kamis Pon, Minggu Landep, saat dia sedang makan, pada waktu senjakala, matahari telah terbenam dan ketika orang telah menyiapkan pelita pada tempatnya. Sesudah sang Amurwabumi mati, maka larilah orang Batil mencari perlindungan pada sang Anusapati. Orang Batil berkata, Sudah wafatlah ayahanda tuan oleh hamba. Kemudian orang Batil ditusuk oleh Anusapati (Komandoko, 2008: 36-37). 2 Kisah Keris Parungsari juga terdapat dalam PKN Dalam PKN, namanya adalah keris Parangsari. Keris Parangsari adalah salah satu perangkat pakaian pria yang diberikan Resi Narada untuk Dewi Sekartaji ketika diubah menjadi pria (Sastronaryatmo dan Nitriani, 1983: 21-22). 8

11 Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Anusapati menyuruh orang Batil untuk membunuh Ken Arok. Orang Batil akhirnya berhasil membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris Empu Gandring. Setelah berhasil membunuh Ken Arok, orang Batil pun juga dibunuh oleh Anusapati. Dalam P dan HRB edisi Ras terdapat kesamaan, yaitu orang Batil dan si Saban samasama dijanjikan akan diberi hadiah jika berhasil membunuh maharaja. Tetapi setelah tugasnya berhasil, mereka malah dibunuh oleh orang yang menyuruh. Selain itu, setelah maharaja wafat, orang yang menyuruh membunuh pada akhirnya menjadi raja. Hal ini terlihat pada tokoh Anusapati dan Pangeran Tumenggung. Perbedaannya, tokoh Anusapati terbunuh oleh keris Empu Gandring, sedangkan tokoh Pangeran Tumenggung tidak terbunuh oleh keris malela. Cerita pembunuhan Maharaja Mangkubumi oleh si Saban, suruhan Pangeran Tumenggung sama dengan kisah pembunuhan Ken Arok oleh pengalasan, suruhan Anusapati. Setelah si Saban membunuh Maharaja Mangkubumi, dia datang kepada Pangeran Tumenggung memberitahukan keberhasilannya itu. Namun akhirnya, si Saban disuruh bunuh oleh bawahan Pangeran Tumenggung, sedangkan dalam P, setelah orang Batil membunuh Ken Arok, dia datang kepada Anusapati memberitahukan keberhasilannya. Dia juga akhirnya dibunuh oleh Anusapati. Bedanya, si Saban membunuh Maharaja Mangkubumi, kakak Pangeran Tumenggung, sedangkan orang Batil membunuh Ken Arok, ayah tiri Anusapati. Di bawah ini disajikan cerita pembunuhan Maharaja Mangkubumi oleh si Saban sampai akhirnya dia sendiri dibunuh oleh Pangeran Tumenggung. Dalam HRB dan P terdapat perbedaan keris yang digunakan untuk membunuh sang raja. Dalam HRB edisi Ras, keris yang digunakan oleh si Saban adalah keris malela, sedangkan dalam P, keris yang digunakan oleh orang Batil adalah keris Empu Gandring. Keris malela si Saban itu adalah milik Pangeran Tumenggung. Nama keris malela itu mengingatkan kita kepada lading malela atau pisau malela yang digunakan oleh istri Empu Mandastana untuk bunuh diri di pinggir Candi Agung. Lading malela itu adalah buatan pandai besi di Negeri Keling yang kemudian diambil oleh Lembu Mangkurat. Di bawah ini disajikan pula cerita singkat peristiwa pembunuhan Ken Arok oleh orang Batil, suruhan Anusapati. Ada pada Anusapati seorang pengalasan, berasal dari dusun Batil. Orang itu segera dipanggilnya. Ia diperintahkan membunuh sang Amurwabumi dengan keris pusaka Empu Gandring. Orang Batil itu lalu berangkat menuju kedaton. Pada waktu itu, sang Amurwabumi sedang bersantap. Dengan serta merta keris Gandring ditikamkan kepadanya. Ketika itu hari Kamis Pon Wuku Landep pada waktu senja; matahari baru saja terbenam. Orang Batil itu tergopoh-gopoh lari, mengungsi kepada Anusapati, katanya: Telah mati terbunuh ayah paduka oleh hamba! Dengan serta merta pula orang Batil itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Kabar yang tersiar: Sang Prabu mati kena amuk orang Batil. Anusapati angembari amuk. Pangalasannya dibunuh! Kedua cerita dalam HRB edisi Ras dan P tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang peristiwa senjata makan tuan. Namun tuan di sini bukan menimpa orang yang menyuruh tetapi menimpa orang yang disuruh. Senjata makan tuan itu menimpa si Saban dan orang Batil. Mereka disuruh membunuh seseorang kemudian mereka sendiri dibunuh oleh orang yang menyuruh. Cerita serupa ditemukan pula pada Pangeran Singasari yang dibunuh oleh si Bagar (alinea ke- 260) dan Raden Kesuma Negara yang dibunuh si Rendah yang akhirnya dapat dibunuh oleh Kiai Tanuraksa (alinea ke-267). Kisah seperti dalam P itu juga ditemukan dalam TC edisi Kadir. Hal itu dapat diketahui dari kutipan di bawah ini. 9

12 10... Maka Pangeran Suka Rama di seberang itu pun dengan beberapa waktu sudah hendak membunuh tiada jua dapat. Maka pada suatu malam orang bermain wayang di rumah Pangeran Tumenggung. Maka kata Pangeran Suka Rama, Hai kamu sekalian ini, adakah yang cakap membunuh kakanda itu. Maka sembahnya yang sekalian, Tiadalah hamba berani membunuh. Jangan membunuh, beritikat pun tiada berani jua. Maka kata Pangeran Suka Rama, Jika ada yang cakap aku gelari Pangeran Mas Prabu, untuk di bawahku dan sekalian perintah habis padanya. Lagi negeri sebuah kuberi padanya, dan istriku itu aku berikan seorang. Maka di antara yang banyak itu ada seorang berdatang sembah, Hamba orang Biyantu. Sembahnya, Ya tuanku, hambalah cakap membunuhnya. Maka kata Pangeran Suka Rama, Baiklah, jika engkau berani nanti aku gelari Pangeran Mas Prabu, buat di bawahku dan perintah habis padamu. Lagi negeri sebuah aku beri dan istri seorang aku berikan jua. Maka kata pangeran, Hai Danta, jika engkau cakap ini malam jua, karena Pangeran Tumenggung sidin jadi dedalang. Maka sembah Danta, Ya tuanku, hamba saat ini jua membunuh. Maka kata pangeran, Hai Danta, inilah keris pakai membunuh, tetapi jangan engkau celup ke air itu keris. Kalau engkau celup, tiadalah aku percaya padamu ini, supaya aku melihat keris. Maka sembah Danta, Hamba junjunglah titah tuanku ini. Maka Danta pun terjunlah menyeberang air berenang serta datanglah, lalu ia naik pada tempat Pangeran Tumenggung itu, lalu ia duduk di belakang pangeran itu. Katanya pangeran, Hai Danta, apakah habar ikam ini. Maka sembah Danta sambil menangis-nangis sembahnya, Ya tuanku pangeran. Hamba minta hidupi karena ulun hendak dibunuh oleh Pangeran Sukarama. Hamba tiada berisi bulan dan matahari lagi lain daripada tuanku ini. Maka kata pangeran, Jika demikian duduklah engkau di belakangku ini. Tiadalah Pangeran Suka Rama kemari lagi. Maka Danta itu pun duduklah, maka Pangeran Tumenggung itu pun pada saat mengadu wayang itu, maka lalu saja ditikamnya oleh Danta dengan keris dari belakang, maka terus ke dada, maka Danta itu pun lari ke luar lalu terjun menyeberang dan keris itu dijunjungnya. Maka Pangeran Suka Rama itu menghadang di tebing, katanya, Hai Danta, marilah keris ini aku melihat. Lalu diberikannya oleh Danta. Maka kata Pangeran Suka Rama, Hai Danta, engkau ini tiada berisi akal. Rakaku Pangeran Tumenggung raja besar, kamu bunuh mati. Maka kamu berdosa besarlah. Maka lalu dilemasnya itu Danta oleh Pangeran Suka Rama. Pangeran Tumenggung itu meninggallah, dan Danta itu pun mati jua, sebab dilemas oleh Pangeran Suka Rama.... (TC edisi Kadir alinea ke-102). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pangeran Sukarama menyuruh Danta untuk membunuh Pangeran Tumenggung. Danta akhirnya berhasil membunuh Pangeran Tumenggung. Akan tetapi Danta sendiri juga dibunuh oleh Pangeran Sukarama. Raden Samudera, anak Pangeran Tumenggung yang berhasil dihanyutkan oleh ibunya dan ditemukan oleh Patih Masih, setelah besar meminta bantuan ke Giri untuk meminta dibunuh juga oleh pamannya itu. Namun Pangeran Sukarama terlebih dahulu melarikan diri dan tidak mau bertemu dengan kemenakannya itu. Hal yang sama juga ditemukan dalam TC edisi Saleh di bawah ini.... maka kata Pangeran Sukarama, Hai sekalian kamu, adakah yang jago membunuhkan kakanda Pangeran Tumenggung itu. Maka sembahnya yang sekalian itu, Hamba tiada berani membunuh. Mengangkatkan muka pun tiada berani. Maka kata Pangeran Sukarama, Adakah yang jago kalau ada aku ganjar lalu aku gelar Pangeran Mas Prabu untuk di bawahku. Maka sekalian perintah habislah padanya

13 dan negeri sebuah aku berikan dan isteriku satu aku berikan padanya. Maka ada seorang hambanya orang berlainan katanya, Ya tuanku, hambalah yang jago. Maka kata pangeran, Baiklah jika engkau jago aku gelar Pangeran Mas Prabu dan isterinya seorang aku berikan padamu dan negeri sebuah aku berikan padamu. Maka kata Pangeran Sukarama, Hai Nata, jika engkau jago malam ini jua karena Pangeran Tumenggung beliau jadi dedalang. Maka orang berwayanglah ini malam (TC edisi Saleh alinea ke- 576). Maka sembahnya Nata, Ya tuanku, hamba saat ini jua membunuh Pangeran Tumenggung itu. Maka kata Pangeran Sukarama, Ini kerisku pakai engkau membunuh. Jika engkau sudah tikamkan jangan engkau celup ke air karena tiadalah aku percaya kepadamu. Maka sembahnya, Ya tuanku, hamba junjunglah titah tuanku ini. Maka Nata pun terjun ke seberang dengan tilasan sarung dia menyelam dan berenang serta datang lalu naik pada istana Pangeran Tumenggung. Maka Pangeran Tumenggung berwayang. Maka katanya Nata, Ya tuanku Pangeran hamba hendak minta hidupi karena hamba hendak dibunuh Pangeran Sukarama karena hamba tiada berisi bulan matahari hanya sampian yang menghidupi hamba ini. Maka kata Pangeran Tumenggung, Jika demikian duduklah engkau di belakangku ini, tiadalah Pangeran Sukarama kemari. Maka Nata pun duduklah (TC edisi Saleh alinea ke-577). Maka pangeran pada saat mengadu wayang lalu ditikamnya oleh Danata di belakang. Maka terus ke dada. Maka Danata itu pun lari lalu dia terjun pula ke seberang. Maka keris pun diberikannya. Maka Pangeran Sukarama itu menghadang di batang, katanya, Hai Danata, marilah keris ini aku melihat. Lalu diberikannya oleh Danata. Maka kata Pangeran Sukarama, Hai Danata, engkau ini tiada lalu berisi akal, gelarku ini Pangeran Tumenggung raja baru. Cakap engkau membunuh mandahin, maka aku tiada dibunuhmu, Lalu ditikam oleh Pangeran Sukarama jatuh ke air lalu mati. Maka Pangeran Tumenggung mati jua (TC edisi Saleh alinea ke-578). Maka Puteri Intan Sari, Hai kamu sekalian, buatkan rakit untuk membuat puteraku ini pada lanting itu dan orang dalam seorang dan panakawan seorang dan beras dibuat, dan ringgit banyak-banyak pakai sangu. Maka dilarutkan lanting itu tiada tahu Pangeran Sukarama daripada puteri itu bunting dan melahirkan. Jika tahu Pangeran Sukarama pasti dibunuhnya jua. Maka Puteri Intan Sari itu pun menangis siang dan malam tiada berhenti lagi (TC edisi Saleh alinea ke-580). Alkisah tersebut perkataan Patih Minasih dia menahan rengge pada batang banyu itu beberapa lamanya dia merengge mendapat lanting hanyut serta diusirnya lanting itu. Ada bersuara maka, kata yang di dalam lanting, Hai kakekku yang bijaksana, hidupi hamba ini, lalu dia menangis (TC edisi Saleh alinea ke-581). Maka Ki patih, Hai dayang, datang di manakah lanting ini? Maka sahut orang dalam, Karena hamba ini dibuang oleh Puteri Intan Sari dan putera sidin kalau ketahuan oleh Pangeran Sukarama karena Pangeran Tumenggung sudah mati dibunuh oleh Pangeran Sukarama, saudara tua oleh Pangeran Sukarama. Maka kata Patih Minasih, Inilah putera Pangeran Tumenggung. Maka kata orang dalam, Inilah puteranya. Maka kata Patih Minasih, Baiklah aku memeliharanya gustiku ini, lalu berbuat pada lanting itu serta dikayuhnya berhanyut banyu (TC edisi Saleh alinea ke-582). 11

14 ... Maka, yaitu Pangeran Sukarama, Baiklah kita langkur, tetapi berlayar dahulu ke Negeri Giri minta bantu kepada Susunan Serabut itu mamarina Pangeran Tumenggung itu. Maka kata Raden Jaya Samudera, Baiklah kita bersegera (TC edisi Saleh alinea ke- 589).... Maka kata susunan, Aku berilah bantuan engkau meminta melainkan aku beri, tetapi islamlah engkau kalau tiada Islam tiadalah aku mau. Maka sembahnya, Ya tuanku, hamba junjunglah titah tuanku ini (TC edisi Saleh alinea ke-590). Maka beberapa lamanya dia berlayar itu maka datanglah dia pada negeri Candi Agung maka dia pun mengislamkan negeri Candi Agung dan Kuripan serta dia pergi pula ke Babirik menanyakan ibunya, ada juakah lagi. Maka berlayar pula ke Penyeberangan lalu dia langgar Pangeran Sukarama (TC edisi Saleh alinea ke-596). Maka dia bertanya kepada orang di dalam negeri katanya, Sultan pada orang dalam negeri, hai kamu engkau beritahukan kepada Pangeran Sukarama ini Pangeran Agung, puteranya Pangeran Tumenggung ini hendak minta bunuh juga karena tiada patutlah sekali-kali, kalau bapaknya saja yang dibunuh baiklah anaknya ini dibunuh juga. Maka sembah orang di dalam negeri itu, Pangeran Sukarama tiada, karena pangeran itu berburu dengan jerat (TC edisi Saleh alinea ke-597). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pangeran Sukarama menyuruh Danata untuk membunuh Pangeran Tumenggung, kakaknya. Danata akhirnya berhasil membunuh Pangeran Tumenggung. Akan tetapi dia sendiri juga dibunuh oleh Pangeran Sukarama. Peristiwa senjata makan tuan itu sangat mirip dengan cerita dalam P. Pinjaman cerita dari P ini menunjukkan bahwa HRB edisi Ras ditulis oleh orang yang pernah membaca atau mengetahui cerita Ken Arok tersebut. 2. Kesamaan Motif Cerita Mitos Miasma II Mitos Kiai Wangsa dan keluarganya disuruh dibunuh oleh Raden Rangga Kesuma dan Raden Rangga Kesuma disuruh dihukum mati oleh Marhum Panembahan mengandung makna hukum karma. Karma dalam bahasa Sanskerta berarti tindakan. Karma juga berarti hukum yang mengatur semua tindakan dan akibat yang tidak terelakkan pada orang yang melakukan (Syuropati, 2010: 72). Karma juga diartikan sebagai perbuatan atau kerja yang dilakukan (Kawuryan, Tanpa tahun: 365). Pada awalnya istilah ini merujuk pada perbuatan, termasuk tindakan mental seperti ketakutan, keterikatan, hasrat, atau kebencian. Jadi, hukum karma berarti hukuman atas tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Menurut Munoz (2009: 526), karma atau kamma itu adalah doktrin Hindu dan Buddha tentang sebab dan akibat dari hasil kebebasan bersikap dan memilih. Tindakan itu memiliki akibat bagi si pelaku terkait dengan tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu, hukum karma diartikan sebagai hukum balasan atas perbuatan seseorang di dunia (Kawuryan, Tanpa tahun: 365). Dalam HRB edisi Ras diceritakan bahwa Raden Rangga Kesuma sebelum dihukum mati, dia pernah melakukan pembunuhan terhadap Kiai Wangsa dan keluarganya. Raden Rangga Kesuma kemudian diceritakan juga dihukum mati oleh Marhum Panembahan sebagai akibat perbuatannya tersebut. Di bawah ini disajikan kutipan ceritanya. 12 Sudah itu disuruhkanlah segala Biaju itu oleh Raden Rangga Kesuma itu serta soraknya, berajak, bersumpit, beramuk. Huru-haralah bunyi sawak, bunyi tangis orang itu. Anakanak dan perempuan dan yang berlaung daun pucuk tiada dibunuhnya oleh Biaju itu. Habis mati Kyai Wangsa itu, Kyai Warga itu, Kyai Kanduruan, Kyai Jagabaya, Kyai Lurah Sanan sekeluarganya itu.... (HRB edisi Ras alinea ke-235).

15 ... Maka pangandika Marhum Panembahan dan Ratu Agung: Balik kamu. Suruh lestarikan, tetapi kujut 3 saja itu. Serta Marhum Panembahan dan Ratu Agung sedih (menangis) itu. Maka Gedungsalat kembali, datang pada Raden Rangga Kesuma: Pangandika raka andika keduanya meminta maaf, andika dilestarikan. Kata Raden Rangga Kesuma: Insya Allah ta ala suka, halal dunia akhirat aku. Maka sudah itu Raden Rangga Kesuma dikujut itu. Seperti orang tidur itu rupanya (HRB edisi Ras alinea ke-242). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Raden Rangga Kesuma sebelum dihukum mati oleh Marhum Panembahan, dia juga pernah menyuruh suku Biaju untuk membunuh Kiai Wangsa beserta keluarganya. Perbuatannya itu harus dibayarnya dengan hukuman mati sebagai balasannya. Cerita ini seolah-olah ingin mengesahkan adanya hukum karma bagi pelaku pembunuhan. Mitos Raden Rangga Kesuma yang semula menyuruh suku Biaju membunuh Kiai Wangsa beserta keluarganya dan dia sendiri akhirnya dihukum mati oleh raja mempunyai kemiripan dengan P. Dalam P, Raja Jayanagara sebelumnya juga menyuruh menumpas pemberontakan Rangga Lawe, Lembu Sora, dan Nambi. Raja Jayanagara sendiri akhirnya dibunuh oleh Tanca. Peristiwa pembunuhan Raja Jayanagara itu diawali oleh fitnahan dari istri Tanca yang menyatakan bahwa dia diperlakukan tidak baik oleh raja. Pada saat itu, raja dalam keadaan sakit bengkak dan atas perintah Gajah Mada, Tanca disuruh membedahnya dengan taji. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Tanca untuk membalaskan sakit hatinya. Semula tajinya tidak tembus untuk menusuk karena raja memakai jimat. Setelah raja diminta melepaskan jimatnya, baru Tanca berhasil menusuk sang raja hingga tewas. Perbuatan Tanca itu akhirnya diketahui oleh Gajah Mada yang segera membunuhnya. Jika dilihat dari cerita P ini, terdapat kesamaan dengan HRB edisi Ras. Kesamaan itu terletak pada cerita fitnah dan letak ilmu kebal dari kedua tokoh. Dalam P, Raja Jayanagara difitnah oleh istri Tanca dengan mengatakan raja berbuat tidak baik padanya, sedangkan dalam HRB edisi Ras, Raden Rangga Kesuma difitnah oleh Pangeran Mangkunegara dengan mengatakan dia telah mengganggu anak-istri orang. Dalam P, ilmu kebal Raja Jayanagara dapat hilang ketika jimatnya dilepaskan, sedangkan dalam HRB edisi Ras, ilmu kebal Raden Rangga Kesuma dapat hilang ketika dia sendiri menunjukkan letak kelemahannya. Cerita Raden Rangga Kesuma menyuruh suku Biaju menumpas pemberontakan Kiai Wangsa, Kiai Warga, Kiai Kanduruan, Kiai Jagabaya, Kyai Lurah Sanan dan keluarganya dapat disamakan dengan cerita Raja Jayanagara dalam P. Dalam P, Raja Jayanagara juga pernah menyuruh menumpas pemberontakan Rangga Lawe, Lembu Sora, dan Nambi. Bedanya Raden Rangga Kesuma dalam HRB edisi Ras bukan seorang raja, dia hanya diceritakan sebagai seorang anak raja yang menyuruh Biaju menumpas pemberontakan itu karena diperintah oleh Sultan Hidayatullah, ayahnya. Cerita tentang hasutan Pangeran Mangkunegara bahwa Raden Rangga Kesuma itu suka mengganggu anak-istri orang sama seperti dalam P. Dalam P, Raja Jayanagara juga diceritakan difitnah oleh istri Tanca bahwa dia diperlakukan tidak baik. Fitnahan istri Tanca itu menyebabkan suaminya membunuh Raja Jayanagara. Di bawah ini disajikan kutipan cerita P itu selengkapnya. Istri Tanca menyiarkan berita bahwa dia diperlakukan tidak baik oleh raja. Tanca dituntut Gajah Mada. Kebetulan Raja Jayanagara menderita sakit bengkak, tidak dapat pergi ke 3 Kujut adalah ikat atau kebat. Mengujut berarti mengikat (mencekik) leher dengan tali. Berkujut berarti menggantung diri dengan mengikat (mencekik) leher dengan tali (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 751). Kujut di sini berarti hukuman gantung. 13

16 luar. Tanca mendapat perintah untuk melakukan pembedahan dengan taji. Dia menghadap di dekat tempat tidur. Raja ditusuk oleh Tanca dengan taji sekali-dua kali, namun tidak makan tajinya. Lalu raja diminta supaya meletakkan jimatnya. Dia meletakkan jimatnya di dekat tempat tidur. Ditusuk oleh Tanca, tajinya makan. Diteruskan ditusuk oleh Tanca sehingga mati di tempat tidur itu. Tanca segera dibunuh oleh Gajah Mada, matilah Tanca (Komandoko, 2008: 66-67). Jika diperhatikan dari penyebab munculnya hasutan Pangeran Mangkunegara kepada saudaranya dan Marhum Panembahan, yaitu Raden Rangga Kesuma sangat disayangi raja dan ratu karena berjasa dalam menumpas pemberontakan Kiai Wangsa, Kiai Warga, Kiai Kanduruan, Kiai Jagabaya, dan Kiai Lurah Sanan serta keluarganya yang ikut. Hal itu ternyata sama pula dengan P, yaitu pada cerita pemberontakan Nambi. Dia terpaksa memberontak karena hasutan Mahapati dan juga raja yang tidak pernah memperhatikan jasa-jasa perangnya. Pemberontakannya akhirnya dapat ditumpas oleh pasukan Majapahit. Hal yang sama pun terjadi pada tokoh Raden Rangga Kesuma dalam HRB edisi Ras, dia dijatuhi hukuman mati oleh raja tanpa mempertimbangkan lagi jasanya dalam menumpas pemberontakan. Hal itu terjadi karena raja telah dihasut oleh Pangeran Mangkunegara. 3. Kesamaan Motif Cerita Tokoh Mempunyai Ilmu Kebal Mitos kesaktian Raden Rangga Kesuma yang mempunyai ilmu kebal ternyata juga memiliki kemiripan dengan P. Dalam P diceritakan bahwa Raja Jayanagara juga mempunyai ilmu kebal. Raja Jayanagara baru dapat ditembus senjata setelah melepaskan jimatnya. Sebelumnya Raja Jayanagara tidak bisa ditembus senjata, sekalipun sudah ditusuk sebanyak dua kali oleh Tanca. Hal ini sama dengan yang dialami oleh Raden Rangga Kesuma. Raden Rangga Kesuma diceritakan mempunyai ilmu kebal sekalipun sudah ditusuk oleh Wirayuda sebanyak tiga kali. Raden Rangga Kesuma baru dapat ditembus oleh keris setelah memberitahukan letak kelemahannya. Cerita tentang Raja Jayanagara yang mempunyai ilmu kebal dalam P itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Tanca mendapat perintah untuk melakukan pembedahan dengan taji. Dia menghadap di dekat tempat tidur. Raja ditusuk oleh Tanca dengan taji sekali-dua kali, namun tidak makan tajinya. Lalu raja diminta supaya meletakkan jimatnya. Dia meletakkan jimatnya di dekat tempat tidur. Ditusuk oleh Tanca, tajinya makan. Diteruskan ditusuk oleh Tanca sehingga mati di tempat tidur itu. (Komandoko, 2008: 66-67). Cerita kesaktian Raden Rangga Kesuma yang mempunyai ilmu kebal tidak pernah ditemukan dalam sejarah Banjar. Cerita ini hanya merupakan rekaan pengarang HRB edisi Ras agar tokoh Raden Rangga Kesuma mempunyai kesaktian yang sama seperti Raja Jayanagara dalam P. Jika diperhatikan sekali lagi kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh Raja Jayanagara mempunyai kesaktian yang sama dengan Raden Rangga Kesuma, yaitu memiliki ilmu kebal. Sebagaimana diketahui, Raden Rangga Kesuma dalam HRB edisi Ras juga mempunyai ilmu kekebalan tubuh atau tidak mempan dengan senjata. Raden Rangga Kesuma baru dapat ditembus oleh keris setelah dia memberitahukan letak kelemahannya. Hal itu pun terjadi pada tokoh Raja Jayanagara di atas, dia baru dapat ditembus oleh taji setelah melepaskan jimatnya. 14

17 4. Ketidaksesuaian (Kesalahan Nama) Raja Majapahit dalam HRB dengan Sejarah Dalam HRB edisi Ras diceritakan bahwa raja Majapahit yang pernah menaklukkan daerah nusantara adalah Tunggul Ametung. Sepeninggalnya, pemerintahan dilanjutkan oleh Dipati Hangrok. Patih pada masa Tunggul Ametung bernama Gajah Mada, sedangkan pada masa pemerintahan Dipati Hangrok yang menjadi patihnya adalah Patih Maudara. Ketidaksesuaian nama raja Majapahit itu menunjukkan bahwa cerita ini mengandung mitos yang menyamakan Tunggul Ametung dan Dipati Hangrok dengan Raja Hayam Wuruk yang pernah menaklukkan daerah nusantara. Di bawah ini disajikan kutipan mengenai mitos raja Majapahit itu. Adapun tatkala dahulu kala kaula mendengar kabar orang yang tua-tua itu negeri Majapahit, tatkala rajanya itu bernama Tunggul Ametung mangkubuminya Patih Gajah Mada itu, sekaliannya orang besar-besar di tanah Jawa itu sama takluk pada raja Tunggul Ametung itu. Banten, Jambi, Palembang, Bugis, Makasar, Johor, Patani, Pahang, Campa, Minangkabau, Aceh, Pasai, sekaliannya negeri itu sama takluk pada raja Tunggul Ametung itu. Sudah itu mati, Gajah Mada mati, turun-temurun pada cucunya Majapahit patih itu, rajanya bernama Dipati Hangrok, mangkubuminya Patih Maudara namanya (HRB edisi Ras alinea ke-197). Dalam kutipan di atas terdapat kejanggalan mengenai nama raja Majapahit yang memerintah yaitu Tunggul Ametung dan Dipati Hangrok. Tunggul Ametung bukan raja Majapahit, dia adalah seorang Akuwu (kepala daerah) di Tumapel seperti diceritakan dalam P. Sementara itu, Dipati Hangrok dalam P bernama Ken Angrok. Ken Angrok diceritakan sebagai anak Dewa Brahma yang lahir dari rahim Ken Endok. Dia adalah titisan Dewa Wisnu dari anak janda di Jiput. Dia diceritakan sebagai tokoh yang telah membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Empu Gandring. Dia juga berhasil mengalahkan raja Daha yang bernama Dandang Gendhis. Setelah itu, dia menguasai tanah Jawa. Raja Majapahit yang seharusnya adalah Hayam Wuruk atau Rajasanagara karena dia yang memerintahkan Mahapatih Gajah Mada untuk menaklukkan nusantara. Ketidaktepatan pemberian nama raja Majapahit ini menandakan perlunya pemisahan mitos dan realitas dalam HRB edisi Ras. Pemasukan nama Tunggul Ametung dan Dipati Hangrok menjadi raja Majapahit dalam HRB edisi Ras merupakan peminjaman nama tokoh dari P. Dalam P, tokoh Tunggul Ametung dan Dipati Hangrok bukan raja Majapahit, melainkan tokoh yang kelak menurunkan raja-raja Singasari dan Majapahit. Mereka adalah penguasa daerah Tumapel. Dipati Hangrok sebelum menjadi penguasa Tumapel adalah hamba Tunggul Ametung. Dia lalu membunuh Tunggul Ametung karena ingin mendapatkan istrinya yang bernama Ken Dedes. Hal itu dia lakukan karena menurut Dang Hyang Loh Gawe, Ken Dedes memiliki tanda yang baik, barang siapa yang dapat memperistrinya akan menjadi maharaja. Setelah membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok lalu memperistri Ken Dedes. Ken Arok yang telah menguasai Tumapel kemudian melakukan penyerangan terhadap kerajaan Kediri dan berhasil mengalahkan Raja Kertajaya. Setelah itu, dia menjadi penguasa seluruh Jawa Timur. Ken Arok atau Ken Angrok adalah raja Singasari yang memerintah dari tahun 1222 sampai 1227 M. Dia adalah pendiri dinasti Girindra atau dinasti Rajasa. Dengan nama lain, dia disebut wangsakara atau pendiri wangsa atau dinasti. Dia juga bergelar Sri Ranggah Rajasa Batara Sang Amurwabumi. Dia yang kemudian menurunkan raja-raja Singasari dan Majapahit. 15

18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa perbandingan HRB dan P dilihat dari kesamaan motif cerita menunjukkan adanya peminjaman cerita dari P oleh HRB. Hal ini berdasarkan fakta bahwa P lebih dahulu ditulis, yaitu pada tahun 1535 Saka atau 1613 Masehi. Bahkan menurut Ras (dalam Hellwig dan Robson, 1986: 192), bagian akhir dari P telah ditulis antara tahun 1481 sampai Sementara, HRB baru ditulis antara tahun 1761 sampai 1801 atau abad ke-18. Peminjaman cerita itu dimaksudkan untuk memperkaya isi HRB. Saran Bagi para peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian perbandingan HRB dan P dari segi realitas sejarah yang terkandung di dalamnya terutama tentang tokoh pada awal ceritanya. Dengan penelitian yang disarankan tersebut, diharapkan nanti akan diketahui apakah tokoh pendiri dinasti atau kerajaan itu adalah mitos atau realitas. 16

19 DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Holsti, Ole R Content Analysis for the Social Sciences and Humanities. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Kadir, M. Saperi Tutur Candi. Kalimantan Selatan: Depdikbud. Kawuryan, Megandaru W. Tanpa tahun. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka. Komandoko, Gamal Pararaton, Legenda Ken Arok dan Ken Dedes. Yogyakarta: Narasi. Munoz, Paul Michel Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara (Zaman Prasejarah-Abad XVI). Terjemahan oleh Tim Media Abadi Yogyakarta: Mitra Abadi. Rafiek, Muhammad Mitos Raja dalam Hikayat Raja Banjar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Rafiek, Muhammad Hikayat Raja Banjar: Kajian Jenis, Makna, dan Fungsi Mitos Raja. Dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 1 (1): Ras, Johanes Jacobus Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff. Ras, J. J Hikayat Banjar dan Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles. Dalam C. M. S. Hellwig dan S. O. Robson (Eds.). A Man of Indonesian Letters, Essays in Honour of Professor A. Teeuw (hal ). Dordrecht-Holland/Cinnaminson-U.S.A: Foris Publications. Saleh, M. Idwar. Tanpa tahun. Sedjarah Bandjarmasin. Bandung: KPPK Balai Pendidikan Guru. Saleh, M. Idwar Tutur Candi, Sebuah Karya Sastra Sejarah Banjarmasin. Jakarta: Depdikbud. Sastronaryatmo, Moelyono & Nitriani, R. Aj. Indri Panji Kuda Narawangsa. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Syuropati, Mohammad A Kamus Pintar Kawruh Jawa. Yogyakarta: In Azna Books. 17

HIKAYAT RAJA BANJAR, TUTUR CANDI, DAN PARARATON: SUATU PERBANDINGAN

HIKAYAT RAJA BANJAR, TUTUR CANDI, DAN PARARATON: SUATU PERBANDINGAN HIKAYAT RAJA BANJAR, TUTUR CANDI, DAN PARARATON: SUATU PERBANDINGAN M. Rafiek 1 Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, e-mail rfk012@yahoo.co.id Abstract This

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017

PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017 PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017 LEMBAGA PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS SAMUDRA 2017 KATA PENGANTAR Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjaminan

Lebih terperinci

Petunjuk bagi Calon Penulis Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Petunjuk bagi Calon Penulis Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Petunjuk bagi Calon Penulis Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 1. Artikel yang ditulis untuk JPP meliputi hasil penelitian (paling lama 5 tahun saat naskah diajukan) dan pemikiran dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293- 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-1478Masehidengan Raden Wijaya sebagai pendirinya, yang memerintah dari tahun 1293-1309

Lebih terperinci

INDEKS PENGARANG EDUKASI: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM

INDEKS PENGARANG EDUKASI: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM INDEKS PENGARANG EDUKASI: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol. 04, No. 01, Th. 2016 Faturrahman, 01 Suprihno, 26 Suripto, 46 Munardji, 68 Wahyudi, Arif, 87 Mufida, Nur, Luk Luk, 109 Ikhwan, Afiful, 128 Zakiyaman,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda Gunung Kemukus serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMK telah selesai

Lebih terperinci

KIDUNG RANGGALAWE : PEMBERONTAKAN KEKUASAAN KIDUNG RANGGALAWE

KIDUNG RANGGALAWE : PEMBERONTAKAN KEKUASAAN KIDUNG RANGGALAWE KIDUNG RANGGALAWE : PEMBERONTAKAN KEKUASAAN KIDUNG RANGGALAWE TIKADIYAH WULAN YULIANTI 2611414026 Jurusan Bahasa Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III

Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis Bab III Kisah bermula dengan pelayaran Upu Deang dengan lima bersaudara. Pelayaran Upu Daeng disertai juga Sultan Muhammad Zainuddin. Baginda berkenan

Lebih terperinci

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Positif dalam Hikayat Raja Banjar

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Positif dalam Hikayat Raja Banjar International Journal of the Malay World and Civilisation (Iman) 1(3), 2013: 77-89 M. Rafiek 77 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Positif dalam Hikayat Raja Banjar M. RAFIEK ABSTRAK Hikayat Raja Banjar ternyata

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK Oleh : Diana Prastika program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa diana_prastika@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN MANUSKRIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012

PANDUAN PENULISAN MANUSKRIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012 PANDUAN PENULISAN MANUSKRIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012 TIM PENGEMBANG UNNES LAW JOURNAL 1 A. ALUR PEMBUATAN MANUSKRIP 2 B. RINCIAN PROSEDUR 1. Mahasiswa a. Mengajukan topik skripsi/tesis

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Perkantoran) Diterbitkan oleh: ASOSIASI SARJANA DAN PRAKTISI ADMINISTRASI PERKANTORAN (ASPAPI)

JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Perkantoran) Diterbitkan oleh: ASOSIASI SARJANA DAN PRAKTISI ADMINISTRASI PERKANTORAN (ASPAPI) JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Perkantoran) Diterbitkan oleh: ASOSIASI SARJANA DAN PRAKTISI ADMINISTRASI PERKANTORAN (ASPAPI) Terbit dua kali setahun (April dan Juli): ISSN... berisi tentang hasil penelitian,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4 SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4 1. Perhatikan penggalan hikayat berikut ini untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! Maka segera diusirnya, akan Laksamana

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

KISAH MIGRASI EMPU JATMAKA DALAM HIKAYAT RAJA BANJAR DAN TUTUR CANDI. M. Rafiek FKIP Universitas Lambung Mangkurat

KISAH MIGRASI EMPU JATMAKA DALAM HIKAYAT RAJA BANJAR DAN TUTUR CANDI. M. Rafiek FKIP Universitas Lambung Mangkurat KISAH MIGRASI EMPU JATMAKA DALAM HIKAYAT RAJA BANJAR DAN TUTUR CANDI M. Rafiek FKIP Universitas Lambung Mangkurat email: rfk2073@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan alur dan isi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya 2015 FORMAT PENULISAN JURNAL Kata-Kata Kunci LATAR BELAKANG METODE HASIL DISKUSI

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor 0173/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. menjatuhkan penetapan dalam perkara Cerai Gugat antara :

PENETAPAN. Nomor 0173/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. menjatuhkan penetapan dalam perkara Cerai Gugat antara : PENETAPAN Nomor 0173/Pdt.G/2015/PA.Plg ب سم هللا ال رحمن ال رح يم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS ILMU KOMPUTER Nomor : /H9.1.9/LL/2008 10 November 2008 Lampiran : 3 halaman Perihal : Pemberitahuan Pengumpulan Laporan Yth. Bapak/Ibu.. Jurusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya di Palembang Dengan Hormat,

Lebih terperinci

Hikayat Opu Daeng Menambun

Hikayat Opu Daeng Menambun Hikayat Opu Daeng Menambun Sinopsis bab III Kisah bermula dengan pelayaran Opu Daeng dengan lima bersaudara dan disertai Sultan Muhammad Zainuddin. Baginda berkenaan menjodohkan anakanda puteri baginda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah Kertanegara.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah Kertanegara. BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan

Lebih terperinci

INDEKS PENGARANG. kembara/index

INDEKS PENGARANG.  kembara/index 216 KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2016 Volume 2, Nomor 2, hlm 216 PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/index INDEKS PENGARANG

Lebih terperinci

SINGHASARI (TUMAPEL)

SINGHASARI (TUMAPEL) SINGHASARI (TUMAPEL) P. MARIBONG (1264) DIKELUARKAN OLEH RAJA WISNUWARDHANA YANG MENYEBUTKAN : SWAPITA MAHA STAWANA - BHINNASRANTALOKAPALAKA ( KAKEKNYA YANG TELAH MENENTRAMKAN DAN MEMPERSATUKAN DUNIA)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang 2012 FORMAT PENULISAN ARTIKEL Judul Nama Penulis Instansi Penulis

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan Beberapa tahun terakhir ini pengkajian mengenai Bontang sangat menarik sebab selama ini kita belum mendapat kepastian historis mengenai kapan daerah ini bernama Bontang,

Lebih terperinci

pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1

pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1 pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1 menulis kapital bertanya melengkapi cerita memperkenalkan

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Ratu Ester yang Cantik Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Janie Forest Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia,berdiri

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih Abstrak: Sebagai karya tulis ilmiah, artikel ilmiah dikomunikasikan dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah (scientific language). Terdapat

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Ratu Ester yang Cantik Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Janie Forest Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung,

Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung, Sepenggal Kisah Beribu Sejarah Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung, yang didirikan dengan susah payah oleh Ken Arok 1 dengan pengorbanan sangat besar terutama dengan menyingkirkan dan membunuh

Lebih terperinci

MAKALAH PUBLIKASI ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 1

MAKALAH PUBLIKASI ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 1 MAKALAH PUBLIKASI ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 1 OLEH: MUHAMMAD NURSA BAN 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Disampaikan dalam

Lebih terperinci

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h Bab I PENDAHULUAN Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14 M, sebelum berdiri

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 1254/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1254/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 1254/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN PEMAKALAH

FORMULIR PENDAFTARAN PEMAKALAH FORMULIR PENDAFTARAN PEMAKALAH No Penerimaan Abstrak : Judul : Nama Lengkap (dengan gelar) : Institusi : Telp/Fax / HP : Email : Dengan ini saya menyatakan: 1. Kesediaan hadir saat pemaparan makalah*)

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH

PETUNJUK PENULISAN NASKAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA MALANG Jl. Bendungan Sutami 188-A Telp. 0341-552443, 551149 Fax. 0341-582060 e-mail:

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan: Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PELAPORAN HASIL PENELITIAN KOMPETITIF 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PELAPORAN HASIL PENELITIAN KOMPETITIF 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PELAPORAN HASIL PENELITIAN KOMPETITIF 2016 A. Pengantar Sebagai upaya peningkatan kualitas penelitian dan pembinaan penelitian bagi civitas akademika UIN Maulana Malik

Lebih terperinci

JUDUL ARTIKEL PENELITIAN (tidak lebih dari 12 kata)

JUDUL ARTIKEL PENELITIAN (tidak lebih dari 12 kata) JUDUL ARTIKEL PENELITIAN (tidak lebih dari 12 kata) 1 Nama penulis pertama (tanpa gelar akademik) 2 Nama penulis kedua (tanpa gelar akademik) 1 Institusi asal penulis pertama (lengkap dengan email) 2 Institusi

Lebih terperinci

Ratu Ester yang Cantik

Ratu Ester yang Cantik Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Ratu Ester yang Cantik Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Janie Forest Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

J-TEQIP. KETUA PENYUNTING Erry Hidayanto. WAKIL KETUA PENYUNTING Roekhan

J-TEQIP. KETUA PENYUNTING Erry Hidayanto. WAKIL KETUA PENYUNTING Roekhan J-TEQIP J u r n a l P e n i n g k a t a n K u a l i t a s G u r u ISSN: 2087-538X Terbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November, ISSN 2087-538X, berisi tulisan ilmiah tentang gagasan konseptual dalam

Lebih terperinci

I. PENGANTAR UNSUR POKOK RANCANGAN USULAN PENELITIAN

I. PENGANTAR UNSUR POKOK RANCANGAN USULAN PENELITIAN I. PENGANTAR Rancangan usulan penelitian untuk disertasi, usulan penelitian untuk disertasi, dan disertasi sebenarnya menunjuk pada satu hal yang sama, yaitu disertasi. Oleh karena itu, hal-hal yang dituntut

Lebih terperinci

Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor:0007/Pdt.P/2009/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA BESTARI. Naskah yang dimuat dalam Jurnal Keperawatan telah ditelaah oleh para mitra bestari (peer reviewer) sebagai berikut:

DAFTAR NAMA BESTARI. Naskah yang dimuat dalam Jurnal Keperawatan telah ditelaah oleh para mitra bestari (peer reviewer) sebagai berikut: DAFTAR NAMA BESTARI Naskah yang dimuat dalam Jurnal Keperawatan telah ditelaah oleh para mitra bestari (peer reviewer) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp, MN (Universitas Indonesia)

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4 1. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Bukti yang memperkuat adanya kerajaan Kutai di Indonesia

Lebih terperinci

MENGAMPUNI ORANG LAIN

MENGAMPUNI ORANG LAIN Level 2 Pelajaran 9 MENGAMPUNI ORANG LAIN Oleh Don Krow Hari ini kita akan membahas mengenai pengampunan yang di ambil dari Matius 18:21-22: Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:"Tuhan, sampai

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0891/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0891/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0891/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10 Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia Disusun Oleh Kelompok 10 Nama Kelompok Fopy Ayu meitiara Fadilah Hasanah Indah Verdya Alvionita Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia 1. Kerajaan Kutai

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Ketentuan Umum Laporan Praktek Kerja Lapangan diketik menggunakan kertas HVS ukuran A4 70 gram, jenis

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI JURNAL LITERA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA KULIAH : PENYUNTINGAN TEKS DOSEN PENGAMPU:

MAKALAH OBSERVASI JURNAL LITERA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA KULIAH : PENYUNTINGAN TEKS DOSEN PENGAMPU: MAKALAH OBSERVASI JURNAL LITERA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA KULIAH : PENYUNTINGAN TEKS DOSEN PENGAMPU: SITI AMINAH, S.S.M.A. JURUSAN SASTRA ASIA BARAT FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA/BIBLIOGRAFI. Disampaikan Pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. FIK, Udinus. Oleh : Fajrul Falah, S. Hum.

DAFTAR PUSTAKA/BIBLIOGRAFI. Disampaikan Pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. FIK, Udinus. Oleh : Fajrul Falah, S. Hum. DAFTAR PUSTAKA/BIBLIOGRAFI Disampaikan Pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. FIK, Udinus. Oleh : Fajrul Falah, S. Hum. PENGERTIAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA ADALAH SEBUAH DAFTAR YANG BERISI JUDUL BUKU,

Lebih terperinci

Jantra Vol. 8 No. 2 Hal Upacara Adat Sebagai Wahana Ketahanan Budaya ISSN

Jantra Vol. 8 No. 2 Hal Upacara Adat Sebagai Wahana Ketahanan Budaya ISSN Vol. 8, No. 2 Desember 2013 ISSN 1907-9605 Upacara Adat Sebagai Wahana Ketahanan Budaya Upacara Adat Nyanggring di Tlemang Lamongan Sebagai Wahana Ketahanan Budaya Upacara Adat Mamapas Lewu (Upaya Mempertahankan

Lebih terperinci

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi Kriteria Kontributor 1. Kontributor adalah individu atau kelompok dengan jumlah anggota 2 sampai 3 orang. 2. Mahasiswa Universitas Indonesia program S1 dan vokasi. 3. Masih berstatus mahasiswa aktif pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

KETENTUAN PENULISAN LOMBA PENULISAN KARYA ILMIAH

KETENTUAN PENULISAN LOMBA PENULISAN KARYA ILMIAH KETENTUAN PENULISAN LOMBA PENULISAN KARYA ILMIAH A. Teknis Penyelenggaraan Lomba 1. Tema: Makna Proklamasi bagi Generasi Muda: Penjelasan Tema : Pendapat / pandangan penulis terhadap peristiwa proklamasi

Lebih terperinci

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini? MALAM KETIGA Yesus Adalah Utusan (Rasul) Tuhan A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini? B: Memang demikian, karena kedatangan kami kemari khususnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL No. MP-UGM-LPPM-BD

PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL No. MP-UGM-LPPM-BD PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL No. MP-UGM-LPPM-BD1-2012-13 INSENTIF KARYA ILMIAH YANG DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL TERAKREDITASI ATAU INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2012 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana III. Pengaturan Ujaran Kebencian Indonesia memiliki aturan hukum yang melarang ujaran kebencian dan menetapkan sanksi pidana bagi pelakunya. Aturan tersebut memang belum ideal dan masih memerlukan revisi.

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12 Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah raja yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan menganiaya, bahkan

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman seni kebudayaan yang perlu dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Salah satunya yang berhubungan dengan pementasan yaitu seni teater.

Lebih terperinci

KETENTUAN NASKAH ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

KETENTUAN NASKAH ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN KETENTUAN NASKAH ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Penulis Pertama 1, Penulis Kedua 2 1 Institusi penulis pertama (contoh: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY); 2 Institusi penulis kedua

Lebih terperinci

1. Bagaimana Mordekhai dan orang-orang Yahudi menerima berita itu?

1. Bagaimana Mordekhai dan orang-orang Yahudi menerima berita itu? Ester Bagian ke-2 Pengantar Dalam bagian pertama dari pelajaran ini, kita telah belajar bagaimana Ester menjadi ratu dari penguasa tertinggi pada jaman ini dan bagaimana perbuatan satu orang jahat hampir

Lebih terperinci

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara.

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. RINGKASAN KEKAWIN KRESNAYANA Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. Pupuh 2 (bait 1-8) : Ada suatu kerajaan yang bernama Dwarawati

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA

PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA PEDOMAN PENULISAN JURNAL KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STISIP MBOJO BIMA 1. Naskah tulisan yang dimuat dalam Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan merupakan naskah hasil penelitian

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #11 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0023/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0023/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0023/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, baik yang sudah lama hidup di Indonesia maupun keturunan asing seperti keturunan

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

JURNAL HPJI HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA

JURNAL HPJI HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA Ketimpangan Produksi Angkutan Barang dan Penumpang Tiap Moda Transportasi Jalur Utama Pantura Jawa Danang Parikesit Daya Saing Angkutan Barang Intermoda dalam Perspektif

Lebih terperinci

GEMA TEOLOGIKA JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL DAN FILSAFAT KEILAHIAN

GEMA TEOLOGIKA JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL DAN FILSAFAT KEILAHIAN Mitra Bestari GEMA TEOLOGIKA JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL DAN FILSAFAT KEILAHIAN Menghaturkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang telah membantu terbitan edisi ini: INDRA V. TANUREDJA Fakultas Teologi

Lebih terperinci

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lisan Semester VI Dosen Prof.Dr.H.Edi.S.Ekadjati Oleh : Fandy Hutari HIC 02005 JURUSAN ILMU SEJARAH

Lebih terperinci

PETUNJUK UNTUK PRESENTASI ORAL

PETUNJUK UNTUK PRESENTASI ORAL 1 IMPORTANT DATE : Pengumpulan naskah : 16 Juni 2016 Penerimaan naskah : 17 Juni 2016 Pengembalian naskah hasil reviewer : 24 Juni 2016 Penerimaan Revisi hasil reviewer tanggal : 2 Juli 2016 PETUNJUK UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1 TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR Fakultas Teknik Elektro 1 Kertas Jenis kertas : HVS A4 (210 mm x 297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), khusus untuk gambar yang tdk memungkinkan dicetak di kertas A4 dapat

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UKBM BIN-3.7/4.7/1/7 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.7/4.7/1/7 MENGGALI HARTA KARUN MELALUI HIKAYAT 1.

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 009/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 009/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 009/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QUR AN

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QUR AN NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QUR AN SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

Dasar Dasar Penulisan Artikel Ilmiah. Sri Endah Rahayuningsih

Dasar Dasar Penulisan Artikel Ilmiah. Sri Endah Rahayuningsih 1 Dasar Dasar Penulisan Artikel Ilmiah Sri Endah Rahayuningsih Dipresentasikan pada Workshop Penulisan Artikel Ilmiah Di Jurusan Analisis Kesehatan Bandung Gedung Learning Centre Gunung batu Cimahi 3 Desember

Lebih terperinci

LAMPIRAN HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

LAMPIRAN HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016 180 LAMPIRAN 181 SINOPSIS NASKAH DRAMA KEN AROK KARYA SAINI KM Sebuah sandiwara peristiwa sejarah, yang ditulis dalam 14 babak ini mengangkat kisah kerajaan Singhasari yang kala itu nama kerajaannya adalah

Lebih terperinci

LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: dan e-issn: X

LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: dan e-issn: X LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: 1979-9411 dan e-issn: 2442-238X PUSAT KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA Akta Notaris Drs. Irwan Siregar, SH, M.Kn tanggal 21 Januari 2015 SK MENKUMHAM RI

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 1840/Pdt.G/2014/PA.Plg

PUTUSAN Nomor : 1840/Pdt.G/2014/PA.Plg PUTUSAN Nomor : 1840/Pdt.G/2014/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH STILISTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH STILISTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH STILISTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA Format Artikel Ilmiah 1. Artikel dapat ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris selama berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya

Lebih terperinci