PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN Ade Kurnia Rahman. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi dibawah bimbingan Leti Sundawati. Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Untuk mengetahui nilai manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat diperlukan data primer dan sekunder. Metode pengolahan data didasarkan pada metode penilaian manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, Metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti, metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp /KK/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Sumberdaya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m 3 /KK/bulan, dengan nilai penghematan Rp /KK/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari pemanfaatan sumberdaya hutan adalah Rp /bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi. Kata kunci : Hutan, sumberdaya hutan, kayu bakar dan air

4 ABSTRACT Ade Kurnia Rahman. Utilization of Forest Resources by Buniwangi Village Community at Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Supervised by Leti Sundawati Forest ecosystem as an unity, provides many benefits to human survival, especially for communities around the forest, either in the form of timber and non timber forest products. Utilization of forest resources by the communities surrounding the forest is one form of interaction that occurs between the forest areas and the people. Forest benefits can easily be felt by communities around the forest, as perceived by the community surround Buniwangi Village, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. To know the value of forest resources benefits for the community needed a primary and secondary data. Data processing method based on the method of assessment of the economic benefits from the utilization of forest resources by the community. Assessment is based on 3 ways, methods of assessment based on market prices, valuation methods based on the price of substitute goods, valuation based on the cost of procurement and repairment method. Forest resources which utilized by the villagers of Buniwangi are in the form of firewood and water resources. The value of firewood consumed by Buniwangi Village community is IDR /household/month equivalent of 5,28% value savings of average families income. Water resources which utilized by the community of Buniwangi village are 21 m3/household/month, with a value savings of IDR / household / month, equivalent to savings of 1,26% of average families income. Number of household expenditure savings from the use of forest resources is IDR / month or 6,54% of all people revenue in the Buniwangi Village. Keywords : Forest, forest resources, firewoods and water

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2012 Ade Kurnia Rahman NRP. E

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama NRP Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi : Ade Kurnia Rahman : E : Manajemen Hutan Menyetujui : Dosen Pembimbing ( Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.) NIP Mengetahui : Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB ( Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.) NIP Tanggal Lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan menyusun karya tulis yang berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, baik itu pemanfaatan berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Segala kritikan dan saran akan penulis terima dengan senang hati dan bijaksana. Semoga karya tulis ini berguna bagi kita semua dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Amin. Bogor, Februari 2012 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 Agustus 1987 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan U.Sufandy dan Atikah. Penulis melaksanakan jenjang pendidikan sekolah di MI Al-Inayah Bogor ( ), SLTP Negeri 1 Ciomas Bogor ( ) dan SMU Negeri 4 Bogor ( ). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi pengurus PC Sylva IPB, mengikuti diskusi terbuka I Love My World, Campaign tahun 2008, menjadi panitia Bina Corps Rimbawan 44 sebagai satuan pengawas tahun 2008, mengikuti Diskusi Kehutanan Nasional tahun 2009, mengikuti Seminar Nasional Kehutanan di Universitas Gadjah Mada tahun 2009, menjadi Koordinator lapangan logistik dan transportasi dalam Seminar Nasional Hutan Tanaman Rakyat dan Lacak Balak, mengikuti acara Latihan Kepemimpinan Sylva Indonesia di Universitas Gadjah Mada tahun 2009 dan melakukan Kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturraden tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tahun 2009, serta penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Bade Makmur Orissa dengan areal kerja di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua pada tahun Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi dibawah bimbingan Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. UCAPAN TERIMA KASIH

9 Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen hutan yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis. 3. Seluruh staf pemerintah desa dan masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi yang membantu dalam pengambilan data penelitian di lapangan. 4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda U. Sufandy dan ibunda Atikah, kakakkakak tercinta Susy Andriani S.Hut dan M. Sidik Budiman beserta istri dan anaknya Setia Pisa Kurniawati dan Deval Ramadhan serta keluarga besar lainnya yang telah memberikan dukungan moral maupun material dan kasih sayang yang senantiasa tercurah. 5. Surachman S.Hut, yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian di lapangan. 6. Teman satu bimbingan, Adrian Riyadi Putra S.Hut, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 7. Teman-teman SEMERU CAMP FAHUTAN 43 yang selalu membantu dan memberikan semangat. 8. Teman-teman FAHUTAN IPB, semoga kita semua selalu ASIK. 9. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat dan motivasi untuk penulis, dimana penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai dan Manfaat Hutan Sumberdaya Air Pemanfaatan Sumberdaya Air Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan Persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Pengumpulan Data Jenis Data Metode Pengumpulan Data i ii iii iv v vi vii

11 3.5 Metode Penentuan Responden Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Metode Pengolahan dan Analisis Data BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Iklim Luas Wilayah Menurut Penggunaan Potensi Sumberdaya Manusia Kondisi Hutan Cirenghas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan Umur Responden Pendidikan Pekerjaan Jumlah Anggota Keluarga Luas Kepemilikan Lahan Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Kayu Bakar Air Hutan Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar Hutan terhadap Pendapatn Keluarga Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 41

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia Persentase responden berdasarkan kelompok umur Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Persentase responden berdasarkan pekerjaan utama Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan Sumber dan jumlah pendapatan rumah tangga Jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Konsumsi kayu Bakar berdasarkan lokasi pengambilan Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga Konsumsi air rumah tangga Nilai ekonomi air rumah tangga Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan sumber pendapatan Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan Jumlah penghematan dari pemanfaatan SDH oleh masyarakat di Desa buniwangi Persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan... 38

13 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Diagram pemikiran metode penelitian Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat Sumber-sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat... 31

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Data kuisioner Identitas responden Sumber dan jumlah pendapatan rumah tangga responden Kepemilikan lahan responden Jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga responden Konsumsi air rumah tangga responden... 59

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikelola sebaik-baiknya untuk keperluan hidup manusia. Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Air adalah barang bebas dimana dapat kita konsumsi secara cuma-cuma tanpa adanya bayaran sedikit pun dan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas. Akan tetapi pemikiran seperti ini yang sebenarnya akan mengurangi kualitas dan kuantitas air di bumi, yang menjadikan manusia bisa menghambur-hamburkan air tanpa menyadari bahwa kualitas dan kuantitas air akan menurun jika tidak ada pengelolaan yang baik dari manusia. Hutan sebagai pemasok terbesar air semakin hari semakin berkurang jumlahnya akibat degradasi dan konversi lahan, hal ini lah yang mengakibatkan kualitas dan kuntitas air semakin menurun. Manfaat hutan sebagai penyedia air bersih kurang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya memanfaatkan hutan untuk kebutuhan sekarang saja dan kurang mengetahui bahwa hutan juga sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di masa yang akan datang. Manfaat dari hutan inilah yang kurang diketahui oleh masayarakat umum dan mengakibatkan penurunan luas kawasan hutan akibat pembalakan liar dan konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan. Keberadaan hutan sangat dibutuhkan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Hutan yang berada di Desa Buniwangi dirasakan sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Sumberdaya hutan yang

16 dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi salah satunya adalah kayu bakar, selain itu dihutan ini terdapat sumber mata air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air minum, mandi, mencuci dan kebutuhan rumah tangga masyarakat lainnya, akan tetapi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti berapa besar nilai manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Buniwangi dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada saat ini, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mengkaji tentang nilai dari pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Buniwangi. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi serta menghitung nilai manfaat sumberdaya hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. 1.3 Manfaat 1. Dapat dijadikan bahan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dimasa sekarang dan yang akan datang sehingga terdorong untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan hutan. 2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang terkait dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan hutan. 3. Dapat dijadikan bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai dan Manfaat Hutan Menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menurut statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa disebut hutan desa. Hutan memiliki nilai manfaat yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, baik itu manfaat langsung seperti kayu maupun manfaat tidak langsung sebagai penyedia air dan jasa lingkungan. Suhendang (2002) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan yang berbentuk benda nyata yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan diukur secara langsung, antara lain ; kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan melalui fungsi hutan yang bersifat maya (abstrak) antara lain ; kemampuan hutan untuk memberikan pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, dan lain-lain. Worrel (1961) dalam Girsang (2006) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan berdasarkan atas perilaku pasar pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu : 1. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa yang dapat secara nyata dapat diukur karena berlaku mekanisme pasar secara baik. 2. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benfits) adalah kebalikan dari manfaat nyata, yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).

18 James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu : 1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengelolaan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, ekowisata. 2. Nilai fungsi (function value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, habitat satwa. 3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukam dari penggunaan materi (hasil peroduksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat. 2.2 Sumberdaya Air Arsyad (1989) dalam Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water resources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan karakteristik air dipermukaan bumi. Air merupakan salah satu sumberdaya yang berharga di bumi, hal ini harus diperhatikan agar terhindar dari krisis yaitu pengelolaan komponen sumberdaya air, komponen tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu komponen alami dan komponen artifisial (buatan). Komponen alami sumberdaya air merupakan komponen yang terbentuk secara alami oleh air yang mengalir dari hulu ke hilir, contohnya seperti sungai muara rawa, danau, pantai, air tanah dan mata air. Keseimbangan alam dari komponen tersebut dipengaruhi oleh siklus hidrologi, kondisi geologi, kondisi wilayah dan kegiatan manusia. Selain komponen alami, sumberdaya air juga memiliki komponen artifisial berupa bangunan utama dengan beberapa bangunan pelengkap yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, salah satu contoh dari komponen artifisial sumberdaya air yaitu waduk (Sjarief dan Robert 2005 dalam Solihin A 2010).

19 Kebutuhan sumberdaya air sederhana terdiri dari tiga sektor yaitu : kebutuhan untuk rumah tangga, kebutuhan untuk industri dan kebutuhan untuk pertanian (Hatmoko 1993 dalam Sugiarto 1995). Dari sektor pertanian, air digunakan untuk tanaman, perikanan, dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga terdiri atas penggunaan air untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya, sedangkan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses industri. Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, dan mencuci peralatan masak, dan lain-lain. Untuk Indonesia besar kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut: Table 1 Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia Keperluan Konsumsi (liter/orang/hari) Persentase (%) Mandi, cuci, kakus Minum Masak Cuci pakaian Kebersihan rumah Taman Cuci kendaraan Wudlu Lain-lain ,7 31,4 11,8 21,1 16,2 21,7 11,6 8,7 1,4 7,7 22,7 8,5 15,2 11,7 15,7 8,4 Total 138,5 100 Sumber : (Gupta 1989, dalam Adriyanto 2007) Berdasarkan sumber atau asalnya, air dibedakan menjadi : 1) air hujan, terdiri dari air hujan tampungan dan air limpasan, 2) air permukaan, terdiri dari mata air, air sungai, air danau/situ, air bendungan dan waduk, 3) air tanah, terdiri dari air tanah dangkal sedang, artesis dan air tanah dalam. Ketersedian air sekarang ini semakin hari semakin menurun sementara kebutuhan akan air semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Penurunan kualitas dan kuntitas air akan mengakibatkan permasalahan yang sangat serius karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan sumberdaya air seharusnya

20 mengacu pada aspek konservasi, pemanfaatan dan pengendaliannya. Pemerintah juga telah menyusun sebuah pedoman dalam bentuk Undang- Undang No 7 Tahun 2004 yang berisi tentang sumberdaya air pengelolaan dan pemanfaatannya. UU tersebut secara jelas mengisaratkan pentingnya konservasi sumberdaya air sebagai antisipasi kerusakan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, serta berbagai bencana alam lainnya. Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air : Pasal 28 ayat (1) : Penetapan peruntukkan pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) pada setiap wilayah sungai dilakukan dengan memperhatikan : (a) daya dukung sumber air; (b) jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya ; (c) perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdaya air ; dan (d) pemanfaatan air yang sudah ada. Pasal 28 ayat (2) : Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan peruntukkan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemanfaatan Sumberdaya Air Kehidupan diawali dengan air, dan suatu prasyarat bagi kelangsungannya bahwa air tersedia dalam bentuk cair. Air merupakan pembawa kehidupan, ia merupakan unsur protoplasma yang utama, satu-satunya bahkan bentuk bahan dimana fenomena kehidupan diwujudkan. Air sebagai sutu pelarut yang mobile, adalah pembawa hara dan gas ke sel-sel organisme yang hidup. Pada tanaman ia sangat diperlukan sebagai pereaksi dalam proses-proses fotosintesis dan hidrolisis dan dalam mempertahankan turgor sel. Pada hewan ia juga bertindak sebagai agen pembersih, menghilangkan kotoran dan hasil-hasil sampingan metabolisme. Air juga penting sekali sebagai moderator iklim dunia (Lee 1988 dalam Solihin 2010). Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, (Kementrian Lingkungan Hidup 2003) menyatakan kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan adalah kebutuhan air untuk pertanian (irigasi), domestik, dan industri. Kebutuhan air untuk irigasi pada tahun 1990 sebesar 74,9 x 10 9 m 3 /tahun dengan perkiraan

21 peningkatan sebesar 6,7% pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 10 9 m 3 /tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7% pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar 0,7 x 10 9 m 3 /tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5% pertahun. Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional sebagian rumah tangga (sekitar 74%) menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai (3,4%) dan sumber lain (1,4%). Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79% rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5% rumah tangga. Di Kalimantan 45% rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air Menurut Soenarto (1959) dalam Rachmawati (2008) yang dimaksud dengan pengairan ialah usaha-usaha : a. Mengalirkan air dari sungai-sungai atau sumber air lain unutk keperluan pertanian. b. Membagikan air yang diambil dari sungai-sungai atau sumber air lain itu secara teratur kepada yang memerlukannya. c. Membuang sisa air yang telah dipergunakan ke sungai, langsung atau lewat saluran pembuangan. Menurut cara-cara pembuatan dan penyelenggaraannya ada 3 macam pengairan, yaitu : pengairan (desa) sederhana, pengairan teknis dan pengairan setengah teknis. Sumber-sumber pengairan : a. Air permukaan, seperti : sungai, waduk, mata air, danau. b. Air dalam tanah, seperti : sumur-sumur ladang. c. Air hujan langsung, seperti : sawah-sawah tadah hujan. Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

22 1. Mata air depresi : mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 liter/detik sampai 10 liter/detik. 2. Mata air kontak : mata air yang muncul pada bidang kontak antara batuan yang berkelulusan lebih besar dibagian atas dengan batuan yang berkelulusan kecil dibawahnya. Sistem mata air kontak terjadi karena suatu lapisan yang permeabel bertemu dengan lapisan yang impermeabel dibawahnya. 3. Mata air artesis atau patahan : mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata airpatahan terjadi pelapisan batu pasir dan batuan lempung. 4. Mata air rongga/rekahan : mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuler atau pada batu gamping. System mata air rekahan ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah rekaha n akibat kekar dan pelarutan pada batuan gamping menjadi tempat unutk aliran air. Kebijakan baru pengelolaan sumberdaya air mengindikasikan perlunya perubahan orientasi pengembangan dan pengelolaan dari supply-side management strategi kearah demand-side management strategi. Prinsip demand-side management strategi menekankan pada usaha mempengaruhi perilaku pengguna (users) dalam memakai air. Adapun prinsip dasar dari demand-side management strategi adalah (Helmi 2002 dalam Siwi 2006) : 1. Mempertimbanagan nilai air dalam hubungan dengan biaya penyediaannya. 2. Mengambil tindakan-tindakan yang menghendaki pengguna (users/costumer) menghubungkan tingkat pemakaian air mereka dengan biaya yang harus mereka bayar.

23 3. Memperlakukan air sebagai satu barang (komoditi) ekonomi bukan sebagai suatu bentuk palayanan public yang disediakan pemerintah dan tidak perlu dibayar. Menurut Johanssen (2000) dalam Siwi (2006) membagi dalam beberapa metode dalam menentukan harga air irigasi antara lain : 1. Metode Volumetrik Pada metode ini pemakai membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial, yang mana diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masingmasing petani setiap musim tanam. 2. Metode Per Unit Area Pada metode ini, dasar perhitungannya adalah luas garapan usaha tani yang menggunakan air irigasi. Metode ini banyak digunakan dalam menentukan taraf air irigasi dihampir semua wilayah irigasi teknis (Negara berkembang). 3. Metode Output Pricing Biaya air ditentukan oleh kuantitas output yang dihasilkan dari usaha tani yang diusahakan dengan menggunakan air tersebut. 4. Metode Tiered Pricing Suatu multi-rate pricing dimana harga air per unit volume bervariasi jika volume air yang dikonsumsi melebihi suatu ambang batas tertentu. Metode harga ini dipakai apabila permintaan air bervariasi secara periodic (musiman atau harian) dan penwaran air tidak cukup untuk memenuhi permintaan pada semua waktu yaitu dimana pada saat permintaan air tinggi maka harga air sama dengan harga margina cost dan pada saat permintaan air tinggi maka harga air adalah pada tiered pricing dan harga mengindikasikan nilai kelangkaan air. 5. Metode Two-Part Tarif Pada metode ini biaya air terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap pertahun yang dikenakan untuk hak penggunaan air dan pungutan air yang didasarkan pada harga marginal yang tetap unutk setiap unit

24 volume air yang dikonsumsi. 6. Metode Betterment Levy Dalam metode ini biaya air dipungut per area dimana nilainya didasarkan atas peningkatan nilai lahan akibat adanya irigasi. 7. Metode Water Markets Pricing (harga dengan pasar air) Metode ini berdasarkan asumsi dasar bahwa pasar dibawah kondisi tertentu mencapai firs best efisiensi apabila memenuhi : (a) persaingan, (b) agen memiliki informasi sepenuhnya dalam beroperasi dibawah kondisi tertentu, (c) tidak ada eksternalitas, (d) tidak ada increasing return to scale pada produksi. 2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 691/Kpts.II/1992, yang dimaksud dengan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat baik yang berada dalama hutan maupun di pedesaan sekitar hutan (Ardiansyah 2002). Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam melestarikan hutan harus selalu memperhatikan keberadaan penduduk disekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan diluar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Rakyat di sekitar hutan atau di dalam enclave hutan tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan hidup seharihari. Sebaliknya masyarakat dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat dan musim tertentu dapat menikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan hasil hutan sebatas enclave dan zona penyanggadan areal yang telah ditunjuk (Admawidjaja 1991 dalam Rachmawati 2008). Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermata pencaharian sebagai

25 petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu : 1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya. 2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan factor pasar. 3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah. 2.4 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan Manan (1998) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa masyarakat manusia sebagai bagian dari makhluk hidup memegang peranan yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen makhluk hidup (manuasia, hewan, jasad renik, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi matahari, cahaya, air, tanah, angina, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik. Keterkaitan (interaksi) antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan kayu, pembersihan lahan, sehingga memperolah upah (pendapatan) yang lumayan. Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan (Mangandar 2000). Soekmadi (1987) dalam Mangandar (2000) menyatakan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya keterkaitan (interaksi) yang cukup penting antara

26 manusia dengan sumberdaya hutan, yaitu : 1. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan rendah. 2. Tingkat pendidikan yang rendah. 3. Rata-rata pemilikan lahan yang sempit dan kurang intensif pengelolaannya. 4. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan yang cukup tinggi. 2.5 Persepsi Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Menurut Nurdin (2003) dalam Rachmawati (2008), persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai factor mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motifasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan dalam menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat. Man (1969) diacu dalam Irma (2010) meyatakan sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap yang menerima pengalaman, orang akan melakukan tanggapan atau penghayatan biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu, yang relevan. Bagaimana individu bereaksi terhadap pengalamannya yang sekarang jarang lepas dari penghayatannya terhadap pengalaman masa lalunya.

27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di kawasan hutan dan sekitar hutan tersebut. Masayarakat Desa Buniwangi sangat menggantungkan hidupnya terhadap sumberdaya hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu kayu dan non kayu. Kayu-kayuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa kayu bakar yang digunakan untuk keperluan memasak, sedangkan hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat berupa air yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Manfaat-manfaat hutan tersebut secara langsung dan tidak langsung sangat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pemanfataan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar Desa Buniwangi secara skematis seperti pada gambar 1. Sumber Daya Hutan Kayu Non Kayu Kayu Bakar Air Pemanfaatan SDH oleh Masyarakat Kontribusi SDH Terhadap Pendapatan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian.

28 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakasanakan di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai Juni Objek Penelitian dan alat Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data. 2. Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 3.4 Pengumpulan Data Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan sebagai responden. Data primer terdiri dari : 1. Data karakterisitik masyarakat sekitar hutan: nama, jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. 2. Jenis-jenis sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. 3. Jumlah sumber daya hutan yang diperoleh (diambil) masyarakat (m 3, kg, ikat, karung, batang). 4. Data harga pasar sumber daya hutan yang diambil masyarakat saat itu. 5. Data harga air per m 3 berdasarkan tarif PDAM. 6. Pendapatan masyarakat. 7. Pengeluaran rumah tangga : sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial, ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia ditingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainya. Data sekunder meliputi :

29 1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 2. Keadaan penduduk: mata pencaharian, jumlah penduduk, kesehatan, komunikasi dan lainnya Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ini terdiri dari : 1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan hutan yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti pada rumah tangga masyarakat sekitar hutan maupun lapangan. 3. Teknik wawancara, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian. 3.5 Metode Penenetuan Responden (objek penelitian) Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 responden, tujuannya untuk memperoleh responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek yang diambil adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

30 3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Metode ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan hasil sumberdaya hutan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, yaitu : 1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar Metode ini digunakan untuk melihat manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari hutan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga pasar yang berlaku. 2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti Metode ini digunakan sebagai pendekatan apabila metode pertama tidak dapat digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (harga subtitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki harga pasar. 3. Metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan Metode ini digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempertahankan barang dan jasa yang dikontribusikan oleh kawasan hutan. 3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan metode volumetric yaitu melakukan perhitungan jumlah pemanfaatan kayu bakar dan air dalam rumah tangga kemudian diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga responden, golongan penguasaan lahan dan variabel-variabel lainnya yang kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan dengan mencari hubungan variabel-variabel yang terkait dengan banyaknya konsumsi dan pemanfaatan sumberdaya dalam suatu rumah tangga. Analisis yang digunakan yaitu berdasarkan perhitugan: 1. Nilai manfaat sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dihitung mrnggunakan rumus : HKbi = Vi x Hki x t

31 HKbi = nilai SDH yang diambil masyarakat dari hutan dalam satu bulan. Vi = jumlah SDH yang diperoleh masyarakat dalam satu kali pengambilan (ikat, kg, m 3, batang) Hki = harga manfaat sumber daya hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/batang) t = frekuesi pengambilan manfaat SDH dalam satu bulan. 2. Pendapatan rumah tangga Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis pendapatan ini adalah sebagai berikut : dt = dp + dn Dimana : dt : pendapatan total dp : pendapatan dari sektor pertanian dn : pendapatan dari sektor non pertanian 3. Jumlah konsumsi air dalam rumah tangga Perhitungan jumlah konsumsi air dilakukan dengan menghitung banyaknya jumlah air dalam satuan ember yang digunakan oleh rumah tangga (KK) untuk kebutuhan rumah tangga (MCK) setelah diketahui jumlah air dalam satu ember yang digunakan, maka hasilnya dikonversikan dalam m 3. Perhitungan sebagai berikut : 1 ember = 10 liter air 1 liter air = 0,001 m 3 Jumlah konsumsi air (m 3 ) = Jumlah total air yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga 4. Nilai air 4.1.Nilai air menurut harga PDAM Perhitungan ini dilakukan berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh PDAM di daerah penelitian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Harga Air (Rp) = Jumlah konsumsi air (m 3 ) x harga PDAM (Rp)

32 4.2 Nilai air menurut retribusi air desa Perhitungan ini dilakukan berdasrkan penarikan retribusi desa yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Harga air (Rp) = Harga retribusi air desa (Rp) 4.3 Nilai penghematan air Nilai penghematan air = Nilai air berdasarkan harga PDAM biaya pengadaan dan perbaikan sumber air 5. Kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan % Penghematan = Nilai penghematan SDH (Rp/bulan) x 100 % Jumlah pendapatan (Rp/bulan)

33 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Iklim Kondisi umum Desa Buniwangi diperoleh dari dokumen profil Desa Buniwangi tahun Desa Buniwangi merupakan bagian dari Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 6 km di timur laut kota Palabuhan Ratu. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan. Desa Buniwangi memiliki ketinggian tempat sekitar 400 m dpl, dengan curah hujan tahunan antara mm dan suhu udara rata-rata 23 o C. Batas wilayah Desa Buniwangi secara administratif adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gandasoli. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikadu. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Citepus. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibodas. Secara administrasi pemerintahan, Buniwangi terdiri dari 4 dusun yang terbagi lagi menjadi 8 RW (rukun warga) dan 54 RT (rukun tetangga). Permukimannya terdiri dari sekitar 12 kampung; di antaranya adalah kampungkampung Babakan Astana, Babakan Pasantren, Babakan Sirna, Babakan Tipar, Cibanteng, Cimapag, Citapen, Datar Ulen, Nanggoh, Pasir Geulis, dan Pasir Kadu, selain dari pusat Desa Buniwangi itu sendiri. 4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Buniwangi memiliki luas wilayah sebesar 2.515,895 ha. Luas wilayah tersebut dikelola untuk perladangan (1.165,9 ha); lahan perkebunan negara (138,040 ha); perkebunan swasta (179,640 ha); hutan rakyat (88,785 ha); lahan persawahan (42 ha); serta lahan kawasan hutan negara seluas 739,135 ha berupa hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Sukabumi

34 4.3 Potensi Sumber Daya Manusia Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk orang dengan jumlah laki-laki sebanyak orang dan perempuan orang. Kepala keluarga di Desa ini berjumlah KK. Desa Buniwangi tergolong masih sederhana dalam hal mata pencaharian pokok. Mata pencaharian penduduk sebagai buruh tani sebanyak orang, sebagai pedagang orang, 252 orang sebagai petani, 131 orang dalam pertukangan, dan 42 orang pegawai negeri sipil. Tingkat pendidikan di Desa Buniwangi dapat dikatakan masih rendah berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Buniwangi adalah tamatan sekolah dasar (SD), sebanyak orang dari total seluruhnya orang. 4.4 Kondisi Hutan Cirenghas Hutan Cirenghas mempunyai luasan yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 5 Ha. Pada tahun terjadi penjarahan kayu secara besar-besaran oleh masyarakat desa di hutan milik negara disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi politik negara pada saat itu. masyarakat Desa Buniwangi merasakan dampak dari penggundulan hutan-hutan tersebut setelah beberapa tahun terjadi penjarahan, salah satu dampaknya adalah sulitnya air bersih dari hutan. Setelah dilakukan musyawarah oleh beberapa tokoh masyarakat, aparat desa serta lembaga swadaya masyarakat maka mulai dilakukan penanaman di Desa Buniwangi. Pohon yang ditanam berupa pohon-pohon yang mempunyai daur lama dan berfungsi sebagai penyerap dan penahan air. Diatara pohon-pohon tersebut terdapat juga pohon buah-buahan yang sengaja di tanam oleh beberapa tokoh masyarakat seperti duren dan duku. Selain itu juga banyak ditanam jenis bambu-bambuan yang menurut masyarakat desa pohon bambu ini sangat berguna dalam menahan dan menyimpan air hutan. Masyarakat Desa Buniwangi memanfaatkan sumberdaya hutan berupa kayu bakar dan air hutan,sedangkan kayu bulat, getah, buah-buahan dan palawija diperoleh dari kawasan sekitar hutan yang merupakan kawasan lahan milik

35 pribadi warga Desa Buniwangi, hal ini dikarenakan masyarakat desa sudah sadar akan pentingnya hutan yang berada dikawasan Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan air dan sebagian kayu bakar dari hutan desa yang ada.

36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Umur Responden Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%) , , , , , ,00 Total , Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden di Desa Buniwangi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari 43,33% responden

37 tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3). Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD 26 43,33 SD 20 33,33 SMP SMA 54 6,67 PT 3 5,00 Total ,00 Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri. Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

38 dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjualbelikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut Pekerjaan Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4). Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama Jumlah Responden Pekerjaan (orang) Persentase (%) Tani 18 30,00 Guru 3 5,00 Wira Usaha 7 11,67 Aparat Desa 3 5,00 Pedagang 4 6,67 Pertukangan 2 3,32 Ojeg 3 5,00 Buruh Tani 10 16,67 Buruh Sadap 3 5,00 Buruh 6 10,00 Supir 1 1,67 Total ,00 Selain mempunyai mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan utama keluarga, masyarakat Desa Buniwangi mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 55% dari total responden mempunyai pekerjaan sampingan (tabel 5). Sebagian besar pekerjaan sampingan yang dilakukan adalah sebagai petani dan buruh tani, pekerjaan sampingan dilakukan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan maka semakin besar pendapatan keluarga yang diterima. Nelson (1955:15) dalam Zulaifah (2006) dalam teorinya menyebutkan bahwa walaupun dalam lingkungan masyarakat pedesaan telah

39 muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan. Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden (orang) Persentase (%) Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00 Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00 Total , Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang. Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga. Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%) , ,00 > ,67 Total ,00

40 5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu : 4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya. 5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah. Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi. Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan. Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%) 0 0, ,33 0,25 0, ,00 > 0,5 7 11,67 Total ,00 Kepemilikan lahan ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Semakin besar lahan yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pemiliknya. Sebagian besar masyarakan desa mamanfaatkan lahan milik sebagai areal persawahan dan perladangan. Kebutuhan pangan bagi keluarga merupakan motivasi utama masyarakat dalam pengelolaannya lahan miliknya.

41 5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Pendapatan rumah tangga yang dimaksud yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga dalam satu rumah tangga dari pekerjaan pokok ditambah pekerjaan sampingan setiap bulan dalam satuan rupiah. Data mengenai pendapatan rumah tangga bermanfaat untuk mengetahui kecukupan suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga masyarakat. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam rumah tangga oleh karena itu masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar mengusahakan lahan sawah (padi) untuk dikonsumsi oleh keluarga sendiri. Selain dari persawahan pendapatan dari sekor pertanian juga berasal dari kebun campuran, hasil dari kebun campuran berupa kayu bulat, buah, palawija dan getah karet (Tabel 8). Tabel 8 Sumber dan jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga Jumlah Sumber pendapatan rumah tangga responden (orang) Jumlah pendapatan (Rp/bulan/KK) Rata-rata pendapatan (Rp/bulan/KK) Pertanian Non- Pertanian 1. Sawah padi Kebun a. Kayu b.buah dan 40 palawija c. Getah karet PNS, warung, ojeg, buruh,dll. Persentase (%) , ,54 Total ,00 Tabel 8 memberikan informasi bahwa sumber pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Buniwangi sebagian besar berasal dari sektor pertanian dengan persentase penghasilan 52,46% dari total penghasilan seluruh responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian 47,54% dari total penghasilan rumah tangga. Sektor pertanian terdiri dari sawah dan kebun campuran milik responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian pendapatan responden berasal dari upah

42 buruh, perdagangan ikan, warung, PNS, aparat desa dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian. 5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jenis pengeluaran ini terdiri dari : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, listrik, transportasi dan pajak (Tabel 9). Tabel 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rata-rata rumah tangga Jenis pengeluaran Jumlah pengeluaran (Rp/bulan) Sandang Papan Pangan Pendidikan Kesehatan Telekomunikasi Listrik Transportasi Pajak Total Tabel 9 memberikan informasi bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jenis kebutuhan pangan merupakan pengeluaran tertinggi rumah tangga dengan ratarata jumlah pengeluaran sebanyak Rp /bulan, dan pengeluaran terkecil untuk jenis pajak dengan rata-rata pengeluaran tiap rumah tangga adalah Rp 4.863/bulan. Jenis-jenis kebutuhan keluarga ini dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi perekonomian yang kecil akan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan utama tetap terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap kurang perlu. Besar kecilnya pengeluaran suatu rumah tangga juga tergantung pada jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluarannya pun semakin besar. Jumlah anggota keluarga pada dasaranya mempengaruhi jumlah pengeluaran untuk jenis kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

43 5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Kayu Bakar Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaakan oleh masyarakat Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat memperolehnya dari hutan desa dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak di dapur. Tabel 10 menyajikan data jumlah pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Buniwangi. Tabel 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Jumlah Jumlah konsumsi Jumlah anggota kayu bakar KK (N) keluarga (ikat/bulan) Rata-rata konsumsi kayu bakar (ikat/bulan) Desa persentase (%) ,25 13, ,30 69,33 > ,90 17,55 Total ,40 100,00 Tabel 10 memberikan informasi bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pemanfaatan kayu bakar. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1 2 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,25 ikat/bulan, keluarga yang mempunyai jumlah anggota 3 4 orang mengkonsumsi kayu bakar rata-rata sebanyak 9,30 ikat/bulan, sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anggota lebih dari 4 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,90 ikat/bulan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi kayu kayu bakar juga semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat yang mengakibatkan intensitas kegiatan rumah tangga untuk memasak yang memerlukan kayu bakar semakin tinggi. Pekerjaan pengambilan kayu bakar dilakukan oleh pria dengan frekuesi pengambilan rata-rata 3 4 kali pengambilan dalam satu bulan. Dalam pengambilan kayu bakar tidak memerlukan waktu khusus, responden melakukan pengambilan kayu bakar ini pada saat pulang dari ladang karena letak hutan desa dengan ladang masyarakat berdekatan. Kayu bakar diambil dengan cara

44 memungut ranting-ranting yang sudah jatuh atau memotong bagian batang pohon yang sudah rapuh atau mati. Jenis pohon yang dijadikan kayu bakar paling dominan adalah jenis sengon, hal ini dikarenakan pohon jenis sengon paling banyak ditanam di lahan-lahan milik masyarakat desa. Selain itu juga terdapat jenis karet, mahoni, jati dan pohon buah seperti durian, rambutan, dan lainnya yang digunakan sebagai kayu bakar tetapi jumlahnya hanya sedikit (Gambar 2). Gambar 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat. Konsumsi kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi berasal dari hutan dan kebun masyarakat di sekitar hutan. Jumlah konsumsi kayu bakar dari hutan hanya 38,65% dari total konsumsi bakar yang dikonsumsi rumah tangga, lebih dari 60% kayu bakar didapatkan dari kebun disekitar hutan, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan kayu bakar yang ada di kebun lebih banyak daripada di hutan serta lokasi kebun yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat (Tabel 11). Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan Lokasi pengambilan Jumlah konsumsi (ikat/bulan) Persentase (%) Kayu bakar dari hutan ,65 Kayu bakar dari luar hutan ,35 Total konsumsi kayu bakar ,00 Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, tetapi sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan (Rostiwati et al.2007). Kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga mempunyai nilai yang didasarkan pada harga kayu bakar di Desa Buniwangi. Harga kayu bakar di Desa

45 Buniwangi adalah Rp /ikat. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga di sajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Konsumsi kayu bakar Harga kayu bakar (ikat/kk/bulan) (Rp) Nilai kayu bakar (Rp/bulan) 9, Air Hutan Kontribusi hutan bagi masyarakat Desa Buniwangi yang paling penting adalah adanya mata air hutan yang mengalir sepanjang tahun. Keberadaan mata air di hutan ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, baik itu untuk MCK, air minum, dan keperluan rumah tangga lainnya. Suparmoko (1989) dalam Affandi dan Patan (2004) mengemukakan bahwa air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan ke dalam tanah. Banyak daerah yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun. Pemanfaatan air hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi diperoleh dengan cara melalui pipa atau selang penyalur air ke tiap-tiap rumah di desa Buniwangi. Penyaluran air hutan ini dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan melalui kelola desa (Gambar 3). a) b) c) d) Gambar 3 (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum (c) penampungan air hutan oleh masyarakat (d) penampungan air hutan oleh desa.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Hutan Masyararakat desa hutan dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan aktivitas atau kegiatan yang berinteraksi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Air Manfaat hutan berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat hutan marketable adalah kayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi primer, kegiatan produksi sekunder, dan kegiatan produksi tersier. Industri merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR Syahrir Yusuf Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda ABSTRACT. Value of Water Economic of

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

SKRIPSI MEMPELAJARI PERENCANAAN BENDUNGAN KECIL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. Oleh : LUCKY INDRA GUNAWAN F

SKRIPSI MEMPELAJARI PERENCANAAN BENDUNGAN KECIL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. Oleh : LUCKY INDRA GUNAWAN F 1` ` Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 2007 Kerja sama Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan dengan Direktorat Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik Jakarta, 2007 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam (SDA) merupakan unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan. SDA merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari) WISYE SOUHUWAT DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI DELI TERHADAP PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN SUNGAI DELI (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA L. BINTANG SETYADI B. DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Nelya Eka Susanti, Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang nelyaeka@unikama.ac.id, hamdani_af@ymail.com

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan

Lebih terperinci

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODEL ZONASI KAWASAN DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI. Oleh :

PERANCANGAN MODEL ZONASI KAWASAN DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI. Oleh : PERANCANGAN MODEL ZONASI KAWASAN DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI Oleh : HANNA MANURUNG 081201025/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya dapat kita temukan di mana saja. Air bisa kita temukan di darat, laut bahkan di udara yang berupa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI. PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci