BAB II LANDASAN TEORETIS. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORETIS. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pembelajaran Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir, manusia mendapat pembelajaran di lingkungan keluarga. Pembelajaran ini merupakan dasar bagi manusia untuk mendapatkan pendidikan formal di lingkungan sekolah. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses perubahan perilaku seseorang. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia menunjukkan perubahan perilakunya (Wikipedia, 2010). Sebagaimana di katakan bahwa Proses adalah urutan perubahan yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan belajar (Wikipedia, 2010). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah urutan perubahan yang berkesinambungan dalam proses interaksi peserta didik, pendidik, dan sumber belajar pada lingkungan belajar tertentu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Seperti dikemukakan oleh Sagala (2005:61) Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar 11

2 12 dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pengertian tersebut menyiratkan adanya dua proses yang saling berhubungan dalam pembelajaran, yaitu proses belajar dan mengajar. Belajar merupakan tuntutan setiap individu dalam melakukan perubahan tingkah laku untuk mencapai perkembangan dalam hidupnya. Melalui belajar setiap individu memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri atau kematangan kepribadiannya. Seperti dinyatakan oleh Makmun (2002:157) Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Untuk menciptakan kondisi belajar yang lebih kondusif, tentu berkaitan dengan aspek mengajar. Aspek mengajar ini tentu tidak terlepas dari peran serta guru sebagai pengajar. Arti mengajar itu sendiri adalah Kegiatan yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk perilaku atau kepribadian anak. (Thoifuri, 2008:37). Selain Thoifuri, pengertian mengajar juga dikemukakan oleh Ali (1987:12) Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ialah siswa, dan pada hakekatnya mengajar merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa agar memiliki kemauan untuk belajar. Dua aspek yang telah dijelaskan di atas yaitu aspek belajar dan mengajar merupakan faktor utama untuk terjadinya proses pembelajaran.

3 13 Dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangatlah mempengaruhi pada proses belajar siswa. Seperti paparan artikel berikut : Pada pembelajaran, guru mengajar supaya murid/peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan yang telah ditentukan (aspek kognitif), guru juga berpengaruh dalam perubahan sikap peserta didik (aspek afektif), dan guru berpengaruh dalam keterampilan yang diperoleh peserta didik (aspek psikomotor). (Encyclopedia proses pembelajaran, 2010). Dengan kata lain bahwa sebuah pembelajaran akan berhasil apabila pendidik dapat membantu peserta didik untuk belajar dengan baik, sebagaimana peranan guru adalah sebagai fasilitator bagi terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong siswa secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya. B. Komponen Pembelajaran Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa komponen tersebut meliputi: 1. Tujuan Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:48) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai

4 14 atau diraih dari pelaksanaan suatu kegiatan. Karena pentingnya tujuan dalam pembelajaran, maka tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti materi pelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media dan aspek evaluasi. Dari berbagai komponen ini dalam pelaksanaannya harus sesuai dan digunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila semua komponen dilakukan sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni membangun peserta didik yang sesuai dengan dicita-citakan. 2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, karena materi pembelajaran adalah sebuah kajian bahan ajar yang harus disampaikan oleh guru dan harus dipelajari siswa dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik pula. Seperti diungkapkan oleh Udin dan Winaputra (1997:66) dalam Pambudi (2007:13) bahwa Materi pembelajaran merupakan isi yang dipelajari siswa yang direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus benar-benar menguasai bahan ajar yang akan disampaikan, agar proses belajar mengajar tersebut dapat berjalan dengan baik, dan agar materi tersebut dapat dipahami oleh peserta didik. Adapun urutan pemilihan materi pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Ansor (2010:78) bahwa :

5 15 a) Berangkat dari lingkungan terdekat siswa. Pemilihan dan penetapan materi atau bahan ajar dipilih dari lingkungan terdekat siswa. Demikian juga penerapan strategi pembelajaran, harus berorientasi kepada kondisi dan kebutuhan siswa. b) Kelanjutan materi pembelajaran harus berdasar atas kompetensi yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Uraian di atas menjelaskan bahwa urutan pemberian materi pembelajaran didasarkan kepada pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan sebelumnya. Bila siswa sudah mampu memahami dan menguasai materi yang diberikan, maka tahapan pemberian materi selanjutnya dapat diajarkan oleh guru. 3. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal. Seperti dikemukakan Thoifuri (2008:55) bahwa: Metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Metode pembelajaran diperlukan oleh guru untuk memudahkan penyampaian bahan ajar terhadap siswa, dan memudahkan guru untuk berinteraksi dengan siswanya. Dalam pelaksanaannya, guru bisa saja menggunakan beberapa metode agar siswa lebih tertarik, tidak merasa jenuh dan bosan, seperti dikemukakan Surya (2004:78) dalam Nanciana (2009:27) bahwa:

6 16 Metode yang digunakan guru hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tujuan dan bahan yang diajarkan. Dengan metode mengajar yang bervariasi, guru tidak mengajar hanya dengan satu metode saja, melainkan berganti-ganti sesuai dengan keperluannya. Suasana ini akan membuat siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran musik, berbagai metode yang dapat digunakan adalah: a. Metode Imitasi Metode ini biasa dilakukan dalam pembelajaran seni khususnya dalam pembelajaran alat musik, agar siswa mendapatkan gambaran yang realitas tentang kualitas bermain alat musik yang baik, seperti yang diutarakan oleh Horst Gunter yang dikutip oleh Gustina dalam Nanciana (2009:14) bahwa imitasi meliputi tindakan mendengar dan mengamati keterampilan-keterampilan teknik dan artistik (posisi tubuh, diksi dan interpretasi). Dengan metode imitasi ini, siswa dapat belajar dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru apa yang dimainkan atau dinyanyikan oleh guru. b. Metode Latihan Metode latihan yaitu suatu metode yang digunakan pengajar untuk melatih siswa didik agar dapat memahami, dan mengerti tentang materi yang diberikan, khususnya materi yang berhubungan dengan teknik dan keterampilan. Dalam bermusik metode ini sangatlah bermanfaat besar dikarenakan metode ini lebih mengacu pada latihan keterampilan yang berulang-ulang, sehingga dapat memudahkan guru dalam memberikan materi khususnya pembelajaran praktek. Sagala (2005:217) mengemukakan bahwa :

7 17 Metode latihan (driil) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. c. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan praktek. Demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu kepada orang lain. Tujuannya agar peserta didik memiliki pengalaman melihat dan mendengar, serta menirukan materi yang diberikan. Djamarah dan Zain (2002:102) menyatakan bahwa : Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan. d. Metode Ceramah Metode ceramah yaitu suatu metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik mengenai pembelajaran secara lisan. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar peserta didik dapat memiliki pemahaman dari materi yang disampaikan dalam ceramah. Dalam hal ini Hasibuan dan Moedjiono (1993:13) menjelaskan bahwa : Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

8 18 merupakan suatu cara belajar-mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue sehingga pembicaraan bersifat satu arah. Dalam kegiatan pembelajaran, dengan satu metode yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, maka seorang guru akan sangat terbantu sehingga semua materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami dan dapat dicerna oleh para siswanya. Dengan demikian pengguanaan metode yang baik akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran. 4. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (anak didik ataupun waga belajar). Media pembelajaran juga merupakan alat yang dapat mendukung proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapi. Menurut Hamalik (1994), ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui adalah : a. Media pembelajaran sebagai alat Bantu dalam pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

9 19 b. Media pembelajaran sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut mambantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa. Sedangkan menurut Djamarah (2002:140) berdasarkan jenisnya, media pembelajaran dibedakan atas : (a) Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Yang temasuk jenis media ini antara lain meliputi tape recorder dan radio; (b) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Yang termasuk jenis ini antara lain meliputi gambar, foto, seta benda nyata yang tidak bersuara; (c) Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Beberapa contoh media audio visual antara lain televise, video, film, atau demonstrasi langsung. Media audio visual dapat dibedakan lagi menjadi: (1) audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak); (2) audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak. Seorang pengajar dituntut terampil dan kreatif dalam memilih media pembelajaran, karena dengan pemilihan media pembelajaran yang baik, siswa dapat meningkatkan kemampuan, mengembangkan imajinasinya terhadap apa yang ia lihat atau dengar dari media tersebut, selain itu siswa juga dapat memantapkan bagian-bagian penting dari materi ajar yang telah disampaikan.

10 20 5. Penilaian Hasil Belajar (Evaluasi) Penilaian hasil belajar (Evaluasi) mempunyai manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya evaluasi guru dapat mengukur dan mengetahui sejauh mana tujuan yang dirusmuskan dapat tercapai. Selain itu, evaluasi penting dilakukan, diantaranya adalah untuk : a. Menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan. b. Menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan perubahan-perubahan. c. Menentukan bagaimana kekuatan atau potensi dapat ditingkatkan. d. Memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan. Hamalik dalam Mulyasa (2005:170) mengemukakan bahwa: Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sesuai dengan uraian tersebut, maksud dan tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai manfaat dan dampak dari kegiatan yang baru selesai dilaksanakan. Selain itu juga berfungsi sebagai timbal balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian kegiatan selanjutnya.

11 21 C. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang bertujuan untuk lebih memperluas wawasan, dan mendorong pembinaan nilai sikap melalui penerapan pengetahuan lebih lanjut yang telah dipelajari. (Pambudi, 2007:2). Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya melalui kegiatan yang disukai. kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Tentunya hal ini tidak lepas dari peran serta guru untuk membimbing dan melatih siswa. Visi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan misi kegiatan ekstrakurikuler adalah : (a) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (b) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok. (TN, 2009). Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam beragam jenis. Penyelenggaraan kegiatan ini memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan yang dibutuhkan siswa. Melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-

12 22 masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasa diprogramkan di sekolah diantaranya: 1. Progaram Keagamaan Program ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral beragama peserta didik. Dalam konteks Penidikan Nasional hal itu dapat dikembangkan sesuai dengan jenis kegiatan yang terdapat dalam lampiran Kepmen Diknas No. 125 /U/ 2002 antara lain: pesantren kilat, tadarus, shalat berjamaah, shalat tharawih, latihan dakwah, baca tulis Al-Qur an, pengumpulan zakat, dll, atau melalui program keaagamaan yang secara terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: latihan nasyid, seminar, dan lain-lain. 2. Organisasi Siswa Organisasi siswa dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi. Seperti halnya yang berlaku saat ini : Osis, PMR, Pramuka, kelompk pecinta alam merupakan jenis organisasi yang dapat lebih diefektifkan fungsinya sebagai wahana pembelajaran nilai dalam berorganisasi. 3. Kegiatan Olah Raga Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan siswa, dan membiasakan siswa untuk selalu hidup sehat, serta untuk membantu mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki siswa dalam bidang olah raga. Ada berbagai jenis kegiatan olah raga yang dapat diikuti siswa, diantaranya: sepak bola, basket, karate, softball, voli, renang, dan lain-lain.

13 23 4. Pelatihan Profesional Pelatihan profesioal yang ditujukan pada pengembangan kemampuan nilai tertentu bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya: aktivitas jurnalistik, kaderisasi kepemimpian, pelatihan manajemen, dan kegiatan sejenis yang membekali kemampuan professional peserta didik. 5. Kegiatan Kultural / Seni Budaya Kegiatan kultural adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran peserta didik tehadap nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni, kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan ke candi atau tempat-tempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan ini sebaiknya disiapkan secara matang sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berbeda-beda sifatnya, ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya berkelanjutan maksudnya kegiatan tersebut tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pengembangan kepribadian siswa. Dalam kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman langsung untuk aktualisasi diri

14 24 terlibat secara aktif dalam komunikasi sosial dan menyediakan cukup waktu diluar jam efektif pelajaran. Pendidikan nilai dan pembentukan pribadi lebih terakomodasi melalui aktivitas kegiatan ekstrakurikuler. D. Angklung dan Pembelajarannya 1. Angklung Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang secara historis erat kaitannya dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Masunah (2003:9) menyatakan bahwa: Angklung merupakan salah satu alat bunyi-bunyian yang digunakan untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan padi. Semula, angklung tidak digunakan sebagai kesenian murni, melainkan sebagai kesenian yang berfungsi dalam kegiatan kepercayaan. Angklung sangat erat kaitannya dengan masyarakat petani. Semula angklung digunakan masyarakat petani dalam upacara yang berkaitan dengan ritus padi. Masunah (2003:10) mengungkapkan bahwa: Angklung merupakan refleksi kehidupan masyarakat petani. Angklung menyangkut sang Petani, sang Padi dan sang Badan Halus yang menjaga padi dan petani. Angklung menyangkut sang Petani karena permainan angklung

15 25 dilakukan bersama-sama sebagaimana petani bekerjasama dalam rangkaian kegiatan tanam padi. Angklung menyangkut sang Padi dan sang Badan Halus karena masyarakat Sunda terutama Urang Sunda masih percaya terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi. Bambu yang menjadi bahan dasar angklung, diyakini sebagai penjelmaan bagian tubuh Dewi Sri. Oleh karenanya, angklung dalam upacara padi diyakini dapat menyuburkan padi dan sebagai sarana menghormati Dewi Sri. 2. Pembelajaran Angklung Seiring dengan perkembangan zaman, kini angklung pun sudah beralih fungsi. Dahulu angklung digunakan atau dimainkan dalam upacara-upacara yang berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Sekarang angklung dimainkan dalam acara hiburan sebagai komoditi untuk menghasilkan uang, bahkan sekarang angklung sudah menjadi alat pembelajaran kesenian. Kegiatan pembelajaran angklung di sekolah maupun di lembaga yang bergerak di bidang musik sampai saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Salah satu sanggar kesenian yang secara rutin mengadakan pembelajaran angklung adalah Saung Angklung Udjo. Selain di sanggar kesenian, sekarang ini hampir di setiap sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan tinggi mengadakan pembelajaran angklung. Hal ini menjadikan angklung sebagai alat pembelajaran yang mudah ditemui di berbagai lembaga. Dipilihnya angklung sebagai bahan pembelajaran kesenian didasarkan pada beberapa faktor, dintaranya karena angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang cukup dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat. Dilihat dari segi peralatannya, musik angklung dipandang lebih efisien untuk keperluan pendidikan dibandingkan dengan gamelan-gamelan dan alat-alat besar

16 26 lainya, karena angklung memiliki karakter sajian yang khusus, mudah dibawa dan dapat dimainkan secara berkelompok. Selain dari beberapa faktor tersebut, Masunah (2003:1) mengungkapkan bahwa: Musik angklung memiliki nilai sosial antara lain: kerja sama, gotong royong, kecermatan, ketangkasan, dan tanggung jawab. Berdasarkan nilai-nilai ini musik angklung dapat dijadikan sebagai alat pendidikan. 3. Teknik Bermain Angklung Angklung adalah alat yang dibuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digetarkan, digoyangkan, dan di-tengkep (bhs. Sunda). (Masunah, 2002:17). Angklung biasanya dimainkan secara berkelompok, permainan kelompok dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat musik lain atau dapat pula menjadi bagian dari ensamble musik yang juga berisikan alat musik lain seperti pianika, rekorder, guitar dan lain-lain. Angklung sangat fleksibel karena lagu dengan jenis apapun baik diatonis maupun pentatonik dapat dimainkan. Seperti pada umumnya, angklung dimainkan dengan cara digetarkan. Untuk menghasilkan bunyi yang baik, maka ada beberapa teknik yang dapat diterapkan sebagai berikut: a. Cara memegang angklung Angklung dapat dipegang dengan cara sebagai berikut (ini berlaku untuk yang normal, jika kidal maka diperlukan sebaliknya):

17 27 Tangan kiri bertugas memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggetarkan angklung. Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang simpul pertemuan dua tiang angklung vertical dan horizontal (yang berada di tengah), sehingga angklung dipegang tepat di tengah-tengah. Hal ini dapat dilakukan baik dengan genggaman tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas atau pun ke bawah. Posisi angklung yang dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh, dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh (siku tangan kiri hampir lurus), agar angklung dapat digetarkan dengan baik dan maksimal. Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar angklung (horizontal) dan siap menggetarkan angklung. b. Cara memegang lebih dari satu angklung Untuk pemain yang memegang lebih dari satu angklung, dapat dilakukan cara memegang angklung sebagai berikut: Angklung yang ukurannya lebih besar dipegang tangan kiri pada posisi yang lebih dekat ke tubuh. Hal ini dapat dilakukan baik dengan cara angklung dimasukkan ke dalam lengan (jika angklung melodi besar atau yang masuk ke dalam lengan pemain) di posisi lengan bawah. Selain itu angklung dapat dimasukkan ke dalam jari tangan kiri, sehingga angklung sisanya dapat dipegang juga oleh jari tangan kiri lainnya. Sehingga masing-masing angklung dapat dimainkan dengan sempurna dan baik.

18 28 c. Cara membunyikan angklung Angklung digetarkan oleh tangan kanan, dengan getaran ke kiri dan ke kanan, dengan posisi angklung tetap tegak (horizontal), tidak miring agar suara angklung rata dan nyaring. Sewaktu angklung digetarkan, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi getaran yang cukup sering, sehingga suara angklung lebih halus dan rata. Meskipun memainkan angklung bisa sambil duduk, tetapi disarankan pemain memainkan angklung sambil berdiri agar hasil permainan lebih baik. Disarankan juga pada saat memulai latihan, dapat dimulai dengan latihan pemanasan, yaitu membunyikan angklung bersama-sama dengan melatih nadanada pendek dan panjang secara bersama selama tiga sampai lima menit setiap latihan. d. Beberapa cara memainkan angklung Sekurang-kurangnya terdapat dua cara yang paling umum tentang memainkan alat musik angklung, yaitu dengan digetarkan dan dipukul (dibunyikan putus-putus atau centok). Berikut disampaikan beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk bermain angklung dengan baik. 1) Menggetarkan angklung Angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan.

19 29 2) Membunyikan putus-putus, Dipukul (Centok) Angklung tidak digetarkan, melainkan dipukul ujung tabung dasar (horizontal)-nya oleh telapak tangan kanan untuk menghasilkan centok (seperti suara pukulan). Hal ini berguna untuk memainkan nada-nada pendek seperti tanda musik pizzicato. 3) Tengkep Angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan, tetapi tidak seperti biasanya tabung kecilnya ditutup oleh salah satu jari tangan kiri sehingga tidak berbunyi (yang berbunyi hanya tabung yang besar saja). Hal ini dimaksudkan supaya dapat dihasilkan nada yang lebih halus sesuai keperluan musik yang akan dimainkan (misalkan untuk tanda dinamika piano). 4) Nyambung Seperti disampaikan oleh guru angklung diatonis Bapak Daeng Soetigna, maka dianjurkan untuk membunyikan nada angklung secara nyambung. Hal ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut: bila ada dua nada yang dimainkan secara berurutan, maka agar terdengar nyambung maka nada yang dibunyikan pertama dibunyikan sedikit lebih panjang dari nilai nadanya, sehingga saat nada kedua mulai dimainkan nada pertama masih berbunyi sedikit, sehingga alunan nadanya terdengar nyambung dan tidak putus.

20 30 5) Dinamika (keras dan lemah) Sesuai kebutuhan lagu, angklung dapat dimainkan pelan (piano) atas keras (forte). Disarankan untuk kedua jenis dinamika ini sebaiknya frekuensi getaran angklung per detik tetap sama jumlahnya, sedangkan yang berbeda adalah jarak ayunan angklung oleh tangan kanan yang selanjutnya akan menentukan amplitudo getaran dan menyebabkan keras atau lemahnya nada yang dimainkan. E. Sekilas Tentang Angklung Baduy/Kanekes Angklung Baduy adalah Salah satu jenis angklung yang berasal dari daerah Baduy/Kanekes. Angklung ini digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Di kanekes terdapat tiga lapisan masyarakat. Anis Djatisunda (1986:11-15) dalam Masunah (2003:25-26) menjelaskan bahwa: berdasarkan status kamandalaan, di Kanekes terdapat tiga lapisan masyarakat, yaitu: masyarakat yang tinggal di wilayah Tangtu atau Padaleman (Baduy Dalam), masyarakat yang tinggal di wilayah Panamping (Baduy Tengah), dan masyarakat yang tinggal di wilayah Dangka (Baduy Luar). Angklung Baduy digunakan atau dibunyikan pada acara bertanam benih (ngaseuk), dan mengangkut padi ke lumbung (ngunjal). Soedarsono (2002:174) mengungkapkan bahwa:

21 31 Orang Baduy yang masih menganut agama lama yaitu agama Sunda Wiwitan, hanya memainkan angklung pada upacara ngaseuk, yang diselenggarakan pada saat musim tanam tiba. Upacara ngaseuk dimaksudkan untuk mengawinkan Dewi Sri dengan Guru Bumi atau tanah. Adapun tempat yang dipilih untuk menyelenggarakan upacara adalah di Huma Serang, yaitu ladang padi yang terletak di Baduy Dalam. Para pemain angklung dalam upacara ini berjalan sambil membunyikan angklung mengelilingi benih padi yang telah dilengkapi dengan sesaji. Mereka harus berjalan mengikuti arah jarum jam atau pradaksina, yang konon dipercaya memiliki kekuatan hidup. Berdasarkan kalender orang Kanekes, semua ini di wilayah Tangtu dilaksanakan pada bulan ketujuh. Di wilayah Panamping dilaksanakan pada bulan kesepuluh. Setelah padi dipanen dilaksanakan acara ngunjal. Ngunjal adalah mengangkut padi ke lumbung yang diiringi dengan angklung. Adapun nama-nama bulan pada masyarakat Kanekes (Baduy) seperti yang disampaikan oleh Soedarsono (2002:174) adalah: Kapat, Kalima, Kanem, Katujuh, Kadalapan, Kasalapan, Kasapuluh, Hapit Lemah, Hapit Kayu, Kasa, Karo, dan Katiga. Masyarakat Baduy percaya, bahwa Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi, adalah dewi yang selalu memberikan kebahagiaan kepada mereka. Maka, bukanlah hal yang aneh apabila orang-orang Baduy selalu mencari bambu sebagai bahan angklung di sebuah kuburan yang dipercaya sebagai makamnya Dewi Sri. Angklung yang terdiri dari tiga tabung bambu yang disusun berurutan pada empat tiang itu pun dimaknai sebagai lambang dari Buana Nyungcung (Dunia atas), Buana Panca Tengah (Bumi), dan Buana Larang atau Rarang (Dunia bawah). Bagian paling atas, yang biasanya diberi hiasan rumbai-rumbai, adalah bagian yang dianggap melambangkan Buana Nyungcung. Bagian tengah, yang merupakan tempat ketiga tabung bambu sebagai sumber suara adalah bagian yang melambangkan Buana Panca Tengah. Adapun bagian paling bawah yang terdiri

22 32 dari tabung bambu yang melintang dan memiliki tiga lubang sebagai tempat ketiga tabung bambu yang bisa digoncang-goncangkan, merupakan lambang Buana Larang. Oleh karena dianggap memiliki makna simbolis, cara memainkan angklung pun tidak boleh sembarangan, pemain hanya dibenarkan mengguncangkan bagian Buana Larang. Susunan tabung-tabung dari yang paling besar kemudian yang sedang dan yang terdepan yang paling kecil itu pun, juga dimaknai secara simbolis. Tabung besar yang disebut sebagai angklung indung selalu menghadap tabung kecil atau angklung anak. Sebaliknya angklung anak yang kecil, selalu membelakangi angklung indung. Adapun maksudnya yang ada di belakang perlambangan ini adalah, bahwa kasih sayang ibu terhadap anak sangat besar. Selanjutnya, kasih sayang anak akan lebih besar lagi kepada anak yang akan dilahirkan kemudian, dan bukan kepada ibunya. (Soedarsono, 2002: ) Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk. (TN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap daya cipta manusia dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angklung merupakan musik tradisional dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Musik dewasa ini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Pada beberapa refrensi, musik dianggap sebagai penyeimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri. Musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya seni tari terkadang tidak sesuai dengan harapan. Pembelajaran seni tari di sekolah mengalami

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan bagi pembinaan sumber daya manusia sangat diharapkan oleh setiap orang, Melalui pendidikan akan tercipta seorang manusia yang cakap,terampil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Janawi (2013), pendidikan adalah proses manusia mengenali diri dengan segala potensi yang dimilikinya dan memahami apa yang sedang dihadapinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK Angkulung Buhun. Angklung buhun berbeda dengan angklung dari Jawa Barat dan dari Banyumas. Angklung buhun lebih sederhana dan lebih banyak berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dapat menjadi suatu media untuk menyalurkan segala aspirasi kita, selain itu musik juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG Skripsi Diajukanuntukmemenuhi salah satu Syarat mengikuti ujian akhir sidang sarjana (S1) Seni Musik Oleh : ANGGA P.SYARIEF RANGKUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan musik merupakan proses sosial yang didalamnya dapat menggali

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan musik merupakan proses sosial yang didalamnya dapat menggali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan musik merupakan proses sosial yang didalamnya dapat menggali dan mengembangkan keterampilan dan kreativitas siswa secara mendasar, sehingga musik tradisional

Lebih terperinci

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan simbol tempo dalam lagu 2. Menjelaskan makna ansambel 3. Menghubungkan antara simbol nada dengan elemen musik 4. Menghubungkan simbol nada dengan tempo dalam lagu 5. Memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan rasa estetik sehingga tumbuh sikap apresiatif dalam jiwa siswa. Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penerapan pembelajaran angklung diatonis untuk meningkatkan keterampilan bermain musik anak, yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, lembaga-lembaga musik di Indonesia pada saat ini mengalami berbagai kemajuan yang cukup signifikan, terbukti dengan menjamurnya sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globalisasi yang berkembang dengan pesat, mendorong perlunya perubahan paradigma pendidikan. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pendidikan, seni dan teknologi yang sangat pesat, hal ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan intrakulikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia, kemajuan dan peradaban manusia dari zaman dahulu hingga sekarang mengalami kemajuan yang pesat karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas siswa menjadi yang lebih baik. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai hal, diantaranya adalah untuk pembuatan rumah serta isinya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai hal, diantaranya adalah untuk pembuatan rumah serta isinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur di setiap wilayah Indonesia, sehingga tumbuhan ini sering digunakan masyarakat dalam berbagai hal, diantaranya

Lebih terperinci

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG Indry Mardiana 1) Shanti Herliani 2) 1,2) Teknik Informatika Universitas Pasundan Bandung Jl Setiabudhi 193 Bandung 40153 Email : mardiana.indry@mail.unpas.ac.id

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang pada dasarnya merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia dalam menjalankan proses kehidupannya mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia secara alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah. Kegiatan belajar tersebut juga dapat dilakukan di luar sekolah seperti di rumah, perpustakaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap cetusan hati nurani atau daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya.

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan suatu wadah untuk menyalurkan bakat atau kreativitas manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk kesenangan, keindahan serta rasa ketertarikan bagi pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN Pengertian Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan pertama kali dalam pikiran adalah berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan seni musik dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pembelajaran piano jazz tingkat dasar dengan materi 12 bar blues untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pembelajaran piano jazz tingkat dasar dengan materi 12 bar blues untuk BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Pembelajaran piano jazz tingkat dasar dengan materi 12 bar blues untuk anak usia 16 sampai 18 tahun di VMS ini menggunakan bahan ajar yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULAN. Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PADUAN SUARA DI SMPN 1 BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA

2015 PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PADUAN SUARA DI SMPN 1 BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Musik bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia dan paling dekat dengan kehidupan manusia seperti yang diungkapkan Boedhisantoso (1982 hlm. 23) Musik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah banyak melakukan usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya ialah dengan melakukan perubahan kurikulum yakni Cara Belajar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari di sekolah, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menjadi gerbang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menjadi gerbang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menjadi gerbang awal memasuki pendidikan selanjutnya. Dengan melaksanakan pendidikan sedini mungkin maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat memotivasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran tambahan yang sewaktu-waktu bisa saja dihilangkan atau hanya sekedar pengisi waktu luang bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana dalam membentuk perkembangan manusia. Melalui pendidikan, kepribadian manusia bisa dibentuk dengan suatu pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Alloh SWT dengan memiliki perbedaan dengan mahluk yang lainnya. Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEK) yang semakin modern dikalangan masyarakat kebutuhan akan fashion semakin berkembang, sehingga menuntut

Lebih terperinci

BAB II PUKULAN FOREHAND DRIVE TENIS MEJA DAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL. mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing bagi kita.

BAB II PUKULAN FOREHAND DRIVE TENIS MEJA DAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL. mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing bagi kita. BAB II PUKULAN FOREHAND DRIVE TENIS MEJA DAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL A. Pengertian Hasil Belajar Forehand Drive Tenis Meja 1. Hasil Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa disekolah.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas. Menurut Tamura dan Amung (2003 : 10) menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

Abstrak ISSN:

Abstrak ISSN: ISSN: 2407-2095 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DIKJAS ORKES MATERI LARI ESTAFET PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN MADYOPURO VI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG Fajar Surya Hutama Dosen Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kecakapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran seni tari merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan tubuh sebagai media ungkap tari. Di dalam penyelenggaraannya, seni tari merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 6/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia ketika mendengar alunan musik mayoritas menyukai. Orang yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota tubuhnya dan mengikuti irama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

REMA INTAN PERMATA SUDRAJAT,

REMA INTAN PERMATA SUDRAJAT, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu arranger musik angklung paling terkenal di antara penggiat musik angklung adalah Daeng Soetigna. Beliau dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Nyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemukul, melainkan dengan digoyang-goyangkan. Selain itu, Angklung berperan dalam perkembangan karakter anak, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemukul, melainkan dengan digoyang-goyangkan. Selain itu, Angklung berperan dalam perkembangan karakter anak, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angklung merupakan salah satu alat musik Sunda yang terbuat dari bambu. Setiap angklung menyuarakan satu nada saja. Maka, untuk dapat memainkan sebuah lagu, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan. Manusia telah mulai menari sejak jaman prasejarah. Awalnya manusia menari hanyalah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu 93 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu adanya analisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( )

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( ) Kebudayaan Suku Sunda Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia (270110140158) Latar Belakang Masyarakat indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB III TAHAP EKSPERIMEN

BAB III TAHAP EKSPERIMEN BAB III TAHAP EKSPERIMEN III.1. Tahap Pembuatan Mainan Egrang Pembuatan egrang menggunakan jenis bambu tali yang bentuknya lurus, berumur tua dan sudah kering, dengan ukuran panjangnya 2,5 3 meter sebanyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian rebana merupakan salah satu kesenian yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu. Diperkirakan kesenian rebana masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 15 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. 9.1. Mengidentifikasi jenis pada karya seni Jenis motif hias motif hias rupa nusantara pada karya daerah lain. seni rupa

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 11 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa 9.1.Menjelaskan makna seni rupa murni. Karya seni rupa murni. Siswa diminta menyebutkan 9.1.1. Menjelaskan definisi Tes

Lebih terperinci