ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK"

Transkripsi

1 1 ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan judul Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan sumber dana dari BOPTN- DIKTI Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Rizqiyyah Yasmin K NIM H

4 4 ABSTRAK RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Kawasan Wisata Gunung Bunder terletak di Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Semenjak tahun 2003 kawasan ini masuk ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sehingga kawasan ini termasuk ke dalam zona pemanfaatan. Pengalihan status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS diharapkan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar maupun pengunjung. Oleh karena itu diperlukan estimasi nilai dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS untuk mengetahui besaran pengaruh keberadaan wisata terhadap masyarakat sekitar dan keberlanjutan wisata tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi wisata dan nilai ekonomi di estimasi dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM). Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan 3 faktor yang mempengaruhi minat wisata, antara lain (1) lama mengetahui objek wisata (2) umur dan (3) jarak. Nilai ekonomi Gunung Bunder yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu sebesar Rp Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut berupa dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan metode nilai efek pengganda. Hasil perhitungan nilai efek pengganda menunjukkan nilai keynesian income multiplier sebesar 1.77, ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.91, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar Namun dari total pengeluaran wisatawan terjadi kebocoran ekonomi (economic leakages) sebesar 53.23%. Prospek pengembangan keberlanjutan wisata diidentifikasi berdasarkan aspek fisik, sosial-ekonomi dan spasial yang menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki potensi untuk dijadikan kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya karena dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. Kata kunci : Individual Travel Cost Method, Gunung Bunder, Nilai efek pengganda, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

5 5 ABSTRACT RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimation of Economic Value and Economic Impact as well as Development Prospect of Gunung Bunder after The Expansion of Gunung Halimun Salak National Park. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA. Gunung Bunder tourism area is located in Gunung Bunder village Pamijahan district Bogor. Since 2003 this location was included in expansion of Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) so that this area belongs to the utilization zone. The diversion status of Gunung Bunder tourism area to the National Park expected to have a benefit impact for the local community and visitors. Therefore, it was necessary to analyze economic value, economic impact and prospects of the development of the tourist area of Gunung Bunder area to determine how much the generated influences from Gunung Bunder existence for surrounding community and the tourism sustainability. Factors that affect the tourism and economic value was estimated by Individual Travel Cost Method. Based on the study, three factors that affect the interests of tourists to visit Gunung Bunder were (1) the period of tourism object determined (2) age, and (3) distance which subsequently obtained the economic value of Gunung Bunder was Rp Economic impact generated from tourism activities could be direct, indirect and induced impacts which measured by the value of the multiplier effect where the results of this research was 1.77 for the keynesian income multiplier, 1.91 for ratio income multiplier type 1, and 2.43 for ratio income multiplier type 2. However from the total tourist expenditure have occurred the economic leakages about 53.23%. The development prospect analyzed based on the physical, socio-economic and spatial aspect which indicates that the tourist area of Gunung Bunder deserve to be a a natural tourism so the sustainability must be maintained because it could provide a positive benefit for the surrounding community.. Keywords: Gunung Bunder, Individual Travel Cost Method, Multiplier Effect, Gunung Halimun Salak National Park

6 6

7 ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK 7 RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 8

9 9 Judul Skripsi Nama NIM : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak : Rizqiyyah Yasmin Khoirunnisaa : H Disetujui oleh Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing I Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 x

11 xi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Papa tercinta (Dr. Ir. Irzaman, M.Si) dan Mama tercinta (Ir. Linda Safanah Ayu Hamidah) serta adik-adik tersayang (Aufa dan Bilqis) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, saran, ilmu, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian 3. Rizal Bachtiar, S.Pi, M.Si dan Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran terkait penelitian 4. Dr. Meti Ekayani S.Hut selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan menginspirasi penulis dalam melakukan penelitian 5. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Kepala Resort Gunung Bunder II 7. Sahabat penelitian terbaik (Fernando dan Laode) terimakasih atas semangat, kerja sama, dan keceriaannya selama ini 8. Sahabat penulis (Nita, Hastin, Susan, Rahayu, Renita, Miranty, Nadia, Charra, Febriana, Khoirunnisa, Dear, Gugat dan Romil) kalian adalah sahabat-sahabat yang sangat berharga, sahabat satu bimbingan (Nurul, Annisia, Galuh, Sandra dan Dita), serta seluruh sahabat di ESL 46 Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi panduan penelitian yang bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi panduan dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Bogor, Februari 2014 Rizqiyyah Yasmin

12 xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup... 5 II TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Konservasi Pariwisata Ekowisata Permintaan Wisata Metode Biaya Perjalanan Dampak Ekonomi Pariwisata Persepsi Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Penarikan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS Hipotesis Penelitian V GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder... 27

13 xiii Curug Cihurang Kawah Ratu Karakteristik Responden Karakteristik Responden Pengunjung Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata Karakteristik Responden Unit Usaha Karakteristik Responden Tenaga Kerja VI HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Gunung Bunder Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder Dampak Ekonomi Dampak Ekonomi Langsung Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak Ekonomi Lanjutan Nilai Efek Pengganda Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Aspek Fisik Potensi Alam Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Aspek Sosial-Ekonomi Aspek Spasial VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP... 81

14 xiv Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun Matriks metode analisis data Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun Karakteristik berwisata responden pengunjung Gunung Bunder tahun Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung Gunung Bunder Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun Regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder Perhitungan nilai ekonomi wisata Gunung Bunder pada tahun Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun Dampak ekonomi langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun Dampak ekonomi tidak langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun Proporsi pengeluaran tenaga kerja di Gunung Bunder tahun Dampak Ekonomi Lanjutan di Gunung Bunder Tahun Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder tahun Daya tarik wisata Gunung Bunder Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan Taman Nasional di Gunung Bunder Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak Peranan dan Fungsi Stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder... 59

15 Nomor DAFTAR GAMBAR xv Halaman 1 Kerangka Alur Berpikir Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder Uji normalitas Uji F Uji multikolerasi Uji autokorelasi Uji heteroskedastisitas Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) Pengeluaran tenaga kerja Perhitungan efek pengganda Dokumentasi Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)... 80

16 xvi

17 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada kawasan tropis dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Keberadaan sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam adalah dengan mengembangkan potensi sumberdaya tersebut ke dalam sektor pariwisata. Potensi sumberdaya alam yang berlimpah merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap sektor pariwisata di Indonesia. Salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan adalah kegiatan wisata alam. Potensi keindahan dan kekayaan alam dari suatu kawasan wisata memiliki nilai yang tinggi dalam pasar industri wisata alam. Potensi alam tersebut dapat terus terpelihara apabila kawasan wisata dapat tetap terjaga kelestarian oleh karena itu diperlukan pengelolaan wisata yang dapat menaruh perhatian besar terhadap keberlanjutan sumberdaya. Bentuk pengelolaan wisata yang dapat meminimalisir terjadinya ancaman terhadap keberadaan potensi wisata alam adalah dengan menerapkan ekowisata. Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pengelolaan ekowisata menurut deklarasi Quebac (2002) diantaranya adalah sesuai dengan prinsip konservasi, mengikutsertakan partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan dan operasional pada kegiatan wisata agar terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya konservasi kepada masyarakat sekitar maupun pengunjung (Nugroho 2011). Taman nasional merupakan salah satu bagian dari pengembangan ekowisata di kawasan pelestarian alam untuk mendukung upaya konservasi dan tidak merusak ekosistem. Salah satu kawasan taman nasional yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang menawarkan wisata ekologis adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terletak di tiga bagian daerah yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan yaitu Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi. Kawasan wisata di TNGHS yang berada di Kabupaten Bogor dikenal dengan

18 2 nama kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Pada tahun 2003 wilayah ini masuk dalam kawasan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni Kawasan wisata GSE memiliki beberapa sub-kawasan objek wisata alam yakni Gunung Bunder, air terjun (curug), dan pemandian air panas. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata beragam dan lokasinya mudah dicapai. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata yang terdiri dari camping ground, pendakian Kawah Ratu dan Curug Cihurang. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di kawasan wisata Gunung Bunder pada tahun tergolong cukup besar sehingga objek wisata ini potensial untuk dikembangkan (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun No Bulan Jumlah Pengunjung (orang/tahun) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata- rata per tahun Sumber : Resort Gunung Salak II 2013 Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder akan membawa sejumlah dampak bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang melibatkan masyarakat tentunya akan memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat sekitar sekitar dengan adanya aliran uang dari wisatawan ke masyarakat. Hal ini memberikan dampak positif dan negatif baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak positif diantaranya adalah dapat menciptakan atau meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Dampak dari aspek sosial dan lingkungan adalah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat sekitar dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam membangun

19 3 komunikasi dengan banyak pihak terkait wisata juga memberikan nilai tambah dalam menjaga lingkungan. Dampak negatif yang mungkin terjadi dengan adanya keberadaan kawasan wisata adalah rusaknya sumber-sumber hayati ataupun tercemarnya lingkungan di sekitar kawasan wisata (Yoeti 2008). Status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dikelola oleh taman nasional mempunyai fungsi untuk perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya alam. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengenai pengembangan wisata di Gunung Bunder saat ini perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengembangan yang dapat dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Pengembangan tersebut dapat diamati melalui pendekatan ekonomi sehingga perlu diketahui bagaimana nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan bagi pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder agar tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan wisata Gunung Bunder sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Pada tahun 2003, kawasan wisata Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan perluasan TNGHS sehingga pengembangan wisata yang dilakukan harus berada pada koridor konservasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam yang ada di lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut kawasan wisata Gunung Bunder saat ini berada dalam zona pemanfaatan yang merupakan bagian dari kawasan taman nasional dimana letak, kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan parwisata alam dan jasa lingkungan. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, panorama alam pegunungan yang indah, dan iklim yang sejuk. Potensi kawasan Gunung Bunder menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Potensi obyek wisata yang ditawarkan di kawasan wisata Gunung Bunder diantaranya: 1) camping ground; 2) pendakian Kawah Ratu; dan

20 4 3) Curug Cihurang. Adanya potensi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan tersebut tidak hanya diharapkan dapat terjaga kelestariannya namun juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perhitungan manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dilakukan. Manfaat yang ditimbulkan dari adanya keberadaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat dari adanya aktivitas wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu penting bagi pengelola untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung sehingga dapat diketahui informasi mengenai karakteristik pengunjung yang dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana prospek pengembangan wisata dari adanya perubahan status kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder? 2. Bagaimana estimasi dari nilai ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder setelah perluasan TNGHS? 3. Bagaimana estimasi dampak ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar? 4. Bagaimana prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder. 2. Mengestimasi nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder.

21 5 3. Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Gunung Bunder bagi masyarakat sekitar. 4. Menilai prospek pengembangan wisata di Gunung Bunder. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder yang terletak di Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji manfaat ekonomi yaitu dampak ekonomi yang terjadi dengan kerberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden yang digunakan dalam penelitian ini terbatas atas pengunjung lokal, unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya kawasan wisata serta stakeholder terkait pengelolaan. Penelitian ini membahas nilai ekonomi dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai ekonomi diestimasi dengan menaksir surplus konsumen berdasarkan metode individual travel cost method. Data jumlah pengunjung yang dijadikan acuan untuk perhitungan dampak ekonomi berasal dari rata-rata jumlah kunjungan tahun Penelitian ini membahas besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat setempat dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata GSE khususnya di areal wisata Gunung Bunder. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder hanya terbatas dari unit usaha kecil yang berasal dari masyarakat di sekitar lokasi wisata sampai pada tingkat tenaga kerja. Penelitian ini juga membahas prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS berdasarkan aspek fisik, spasial dan aspek sosialekonomi.

22 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Definisi taman nasional menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,dan rekreasi alam. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Kegiatan yang diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan taman nasional diantaranya adalah penelitian, pendidikan, kegiatan yang dapat menunjang budi daya, budaya, dan wisata alam sedangkan semua kegiatan yang akan berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem taman nasional tidak diperbolehkan untuk dilakukan yaitu seperti mengubah bentang alam kawasan secara permanen, atau yang akan mengakibatkan satwa terancam punah Kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lain menurut keperluan. Fasilitas wisata dapat dibangun di zona pemanfaatan intensif, sesuai dengan rencana pengelolaan dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan. Terkait kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat. Sistem pengelolaan taman nasional dilakukan dengan zonasi yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial. ekonomi, dan budaya masyarakat. Pedoman zonasi taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun Sistem zonasi dalam taman nasional dapat dibagi menjadi :

23 7 1. Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi. 2. Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 3. Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. 4. Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus. Penentuan tata batas zonasi taman nasional tidak hanya dilakukan oleh pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam hal pengelolaan pihak balai taman nasional memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang menyangkut kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas. 2.2 Konservasi Definisi konservasi berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,

24 8 Kawasan konservasi dibagi menjadi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa sedangkan kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sedangkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi, tetapi hutan konservasi yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru. 2.3 Pariwisata Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut meliputi: 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya) 3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. Wahab (1992) menyatakan bahwa pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orangorang didalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyeberangan orang orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata juga mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam Negara penerima wisatawan. Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia (sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan).

25 9 Suwantoro (2004) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Pengertian pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah tetapi bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya. 2.4 Ekowisata Ekowisata secara konseptual merupakan konsep pengembangan dan penyelengaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintikan partisipatif aktif masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran berdampak negatif minimum terhadap lingkungan, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini 2004) Yoeti (2008) menyatakan bahwa ekowisata berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata sehingga ekowisata dapat dipandang dari tiga perspektif yaitu: 1. Ekowisata sebagai produk yang merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. 2. Ekowisata sebagai pasar yang merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. 3. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan yang merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekan dan merupakan ciri khas ekowisata.

26 10 Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai pintu masuk, sebagai suatu pendekatan ekonomi, yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidah-kaidah konservasi. Jasa ekowisata adalah sektor riil terdepan yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Nugroho 2011). 2.5 Permintaan Wisata Menurut Wahab (1992) Permintaan wisata dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan 2) permintaan aktual atau nyata (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Middleton (2001) dalam Vanhove (2005) merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi, faktor geografi, kondisi sosial dan budaya, mobilitas, pemerintah atau peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi. Permintaan dapat diartikan sebagai hubungan fungsional yang menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala permintaan dan hubungannya dengan keseluruhan factor-faktor ekonomi, sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli barang sesuai kebutuhan yang dipengaruhi oleh tiga variable yaitu kualitas produk, harga, dan manfaat produk (Yoeti 2008).

27 Metode Biaya Perjalanan Fauzi (2006) menyatakan bahwa metode biaya perjalanan atau travel cost method yang digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi yang diinginkan. Tujuan dasar dari travel cost method adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari travel cost method adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan travel cost method yaitu: 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi (Zonal Travel Cost Method / ZTCM). 2. Pendekatan individual dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (Individual Travel Cost Method / ITCM). Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan zonal, namun belakangan ini metode biaya perjalanan yang digunakan telah beralih menjadi pendekatan individual. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei. 2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun biologi. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luas daripada menjadi sasaran pembangunan yang direncanakan. Dampak dapat bersifat biofisik, dapat juga bersifat sosial-ekonomi dan budaya. Misalnya, dampak pembangunan pariwisata

28 12 ialah berubahnya nilai budaya penduduk di daerah obyek wisata itu dan ditirunya tingkah-laku wisatawan oleh penduduk (Soemarwoto 2009). Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam suatu bentuk kontribusi alam atau manfaat produk wisata berbasiskan alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk taman nasional, hotel, campground, restoran, atraksi, transportasi dan retail (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan, (4) pemerintah melalui berbagai pajak dan dan retribusi (Fretchling 1987). Stynes et al. (2000) menjelaskan bahwa pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan lanjutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata. Menurut Murphy (1985) ukuran multiplier merupakan komponen penting dalam memperkirakan dampak ekonomi pariwisata bagi masyarakat, karena merefleksikan seberapa besar pengaruh dari setiap pembelanjaan pengunjung berada di dalam sistem ekonomi wilayah sebelum mengalami kebocoran. Efek

29 pengganda uang terus sampai akhirnya 'kebocoran' dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (impor) Persepsi Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti: 1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan maumelakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa. 3. Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaiman seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia. Adapun persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1999) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh dan lain sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya. 2.9 Penelitian Terdahulu Agustina (2009) dalam penelitiannya menganalisis Persepsi dan Preferensi pengunjung serta dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan diluar objek wisata sebesar ± persen, dimana sekitar 40 persen dihabiskan

30 14 untuk biaya transportasi. Artinya dampak ekonomi yang berasal dari tingkat pembelanjaan pengunjung masih rendah. Dampak ekonomi langsung (direct impact) yang berasal dari unit usaha berkisar persen sedangkan dampak tidak langsung (indirect impact) yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah berkisar 0-6 persen. Dampak ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai pengganda (multiplier) yang dihasilkan di sejumlah lokasi relatif rendah, nilai keynesian income multiplier tertinggi adalah 1.96, ratio income multiplier tipe 1 tertinggi adalah 1.65 dan ratio income multiplier tipe 2 tertinggi sebesar Susilowati (2009) melakukan penelitian mengenai Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method. Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp Sihombing (2011) melakukan penelitian mengenai Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu : biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-masyarakat dan aspek spasial.

31 15 Dritasto dan Anggraeni (2013) melakukan penelitian mengenai Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai keynesian income multiplier sebesar 0.28, nilai ratio income multiplier tipe I yang telah didapatkan sebesar 1.35, ratio income multiplier tipe II sebesar Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha Penelitian mengenai nilai ekonomi dan dampak ekonomi sudah cukup banyak dilakukan. Beberapa aspek dalam penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini termasuk ke dalam TNGHS belum cukup diketahui oleh masyarakat sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu kawasan wisata alam yang saat ini termasuk ke dalam wilayah TNGHS.

32 16 III KERANGKA PEMIKIRAN Kawasan GSE di TNGHS merupakan kawasan konservasi yang memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata alam yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Penetapan kawasan GSE sebagai salah satu kawasan TNGHS tentunya akan mempengaruhi kebijakan yang dilakukan di kawasan wisata. Salah satu kawasan wisata di GSE adalah kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder tidak terlepas dari keterkaitan aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dari adanya kegiatan wisata selain itu pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS juga perlu dilakukan. Aktivitas wisata yang dilakukan akan menunjukkan bagaimana permintaan wisata Gunung Bunder dan nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Permintaan wisata tersebut dapat diamati dengan melihat faktorfaktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi permintaan wisata Gunung Bunder yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda sedangkan nilai ekonomi dapat diestimasi dengan metode individual travel cost method. Aktivitas wisata yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar membuat keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi tersebut dapat diketahui dengan mengestimasi nilai dari dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induced impact). Perhitungan ketiga dampak ekonomi tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dalam perekonomian masyarakat sekitar yang dinilai melalui analisis multiplier. Sejalan dengan visi TNGHS dalam menjamin kelestarian fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan maka perlu dilakukan penilaian prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder guna melihat seberapa jauh pengaruh penetapan taman nasional di kawasan wisata tersebut terhadap tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Aspek fisik mengkaji penilaian sarana dan prasarana di kawasan wisata Gunung Bunder

33 17 dengan tujuan agar dapat mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditingkatkan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk melihat sberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata. Adapun aspek spasial, dilakukan dengan menganalisis pengelolaan yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata. Selain itu penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, mengestimasi nilai ekonomi serta menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis prospek pengembangan wisata agar dapat memberikan masukkan bagi pengembangan wisata yang lebih baik. Adapun alur berpikir peneliti dapat disederhanakan pada Gambar 1.

34 18 Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor Gunung Bunder sebagai wisata Alam yang Potensial Pemanfaatan Pengembangan Pengunjung Masyarakat Prospek Pengembangan Permintaan Wisata Dampak Ekonomi Aspek Fisik Aspek Spasial Regresi linear berganda Travel Cost Method (TCM) Langsung (Direct) Tidak Langsung (Indirect) Lanjutan (Induced) Aspek Sosial- Ekonomi Faktorfaktor yang mempengaruhi Permintaan wisata Surplus Konsumen Nilai Ekonomi Analisis Multiplier Nilai dampak Ekonomi Analisis Deskriptif Menilai prospek pengembangan wisata Gunung Salak Endah Rekomendasi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bunder Gambar 1 Kerangka alur berpikir Keterangan: batasan penelitian

35 19 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan GSE, Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan GSE merupakan kawasan yang termasuk ke dalam perluasan TNGHS sehingga status tersebut akan mempengaruhi pengelolaan wisata saat ini. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan manfaat wisata berbasiskan prinsip pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dijadikan lokasi penelitian di kawasan GSE adalah Kawasan Wisata Gunung Bunder. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data cross section yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Adapun responden penelitian ini adalah pengunjung, masyarakat yang mempunyai unit usaha, tenaga kerja lokal, dan pengelola kawasan wisata Gunung Bunder. Data primer yang dikaji adalah mengenai karakteristik pengunjung serta penilaian terhadap wisata di Gunung Bunder, pendapatan unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal. Data sekunder yang diperoleh meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak dan luas, keadaan fisik serta potensi wisata), peraturan perundangundangan, jumlah kunjungan pengunjung dari data Resort II TNGHS serta data dari lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan penelitian seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor.

36 Teknik Penarikan Sampel Responden yang dijadikan penelitian adalah responden wisatawan lokal, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden wisatawan yang dipilih berdasarkan pengamatan dan observasi lapang menggunakan metode non probability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling. Hal ini disesuaikan untuk mengidentifikasi tipe-tipe tertentu dari sejumlah sampel dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan keterwakilan dari unsur demografi dan sosial. Responden pengunjung yang dipilih adalah sebanyak 80 orang dengan kriteria yang dimaksud diantaranya merupakan wisatawan lokal, berusia diatas 15 tahun, dan dapat mewakili unsur demografi dan motivasi kunjungan. Unit usaha dan tenaga kerja yang dijadikan responden adalah sebanyak 30 unit usaha dan 10 orang tenaga kerja dengan kriteria dapat mewakili semua jenis unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata Gunung Bunder. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan program SPSS 16 dan Microsoft Office Excel Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks metode analisis data No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata 2 Mengestimasi nilai ekonomi dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata di Gunung Bunder 3 Mengestimasi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar 4 Menganalisis penilaian prospek pengembangan wisata di kawasan Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS Wawancara dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dengan menggunakan kuesioner Wawancara dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis Regresi linear berganda Individual Travel Cost Method (ITCM) Keynesian income multiplier Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.

37 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung Analisis karakteristik pengunjung dilakukan dengan wawancara kepada responden terkait untuk mengumpulkan data-data berupa jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan biaya perjalanan atau individual travel cost method. Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut: Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + е (1) Keterangan : Y = Jumlah kali kunjungan (kali kunjungan) X 1 = Biaya perjalanan (Rp) X 2 = Pendapatan total (Rp) X 3 = Umur (tahun) X 4 = Jarak (km) X 5 = Tingkat pendidikan (tahun) X 6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun) е = error term Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk mengetahui mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah : 1. Uji Normalitas Menurut Gujarati (2007) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan dengan e i ~ N(0, σ 2 ).

38 22 2. Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali terjadi pada model yang memiliki R 2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF lebih besar dari Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas.konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melakukan regresi nilai standar residual terhadap variabel bebas dalam model. Jika P-value lebih besar dari taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.sebaliknya, jika P-value lebih kecil dari taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error).cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW). Masalah autokorelasi umumnya terdapat pada data time series, sehingga penelitian ini tidak dilakukan uji autokolinearitas karena menggunakan data cross section (Gujarati 2007). Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus: BP = TR + DC + KR + LL (2) Keterangan : BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang/hari)

39 TR = Biaya transportasi (Rp/orang/hari) DC = Biaya dokumentasi (Rp) KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) LL = Biaya lain-lain (Rp) Analisis nilai ekonomi dilakukan dengan teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP dengan demikian, maka untuk mendapakan nilai ekonomi perlu diketahui nilai dari surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP Consumer Surplus N2 (3) 2b 1 Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2006) Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan (induced impact) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat local terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001): 1. Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dirumuskan : Keynesian income multiplier = D+N+U E...(4)

40 24 Ratio income multiplier, Tipe I = Ratio income multiplier, Tipe II = Keterangan: D+N D D+N+U D... (5)...(6) E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) Identifikasi yang dilakukan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata dapat menunjukkan produk atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola dan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS Penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam akan mempengaruhi kegiatankegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial (Adirahmanta 2005). Prospek pengembangan wisata dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan memaparkan potensi wisata alam, sarana dan prasarana penunjang, pengelolaan lokasi, aksesibilitas, dan kegiatan promosi kawasan wisata Bunder. Prospek pengembangan tersebut akan dikaji dalam tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Hal tersebut dilakukan guna menggambarkan pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini. Setelah Perluasan TNGHS, kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan menjadi suatu kawasan wisata alam berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keanekareagaman hayati dan masyarakat. Untuk itu penilaian prospek

41 25 pengembangan penting untuk dilakukan guna memberikan gambaran kebijakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder kedepannya Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian disusun untuk mempermudah proses analisis (Juanda 2007). Hipotesis tersebut disesuaikan berdasarkan rancangan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata dan jarak tempuh dan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder 2. Total pendapatan, tingkat pendidikan, umur dan lama mengetahui obyek wisata berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan

42 26 V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan wisata dalam ruang lingkup Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) TNGHS (Lampiran 15). Kawasan GSE merupakan kawasan yang berada di bagian barat Kota Bogor, berupa hutan yang memiliki udara yang bersih dan sejuk serta pemandangan alam yang khas. Adapun wilayah kawasan GSE secara geografis terletak pada 106 o BT sampai 106 o BT dan 6 o 31 0 LS sampai 6 o LS. Luas keseluruhan wilayah kawasan GSE adalah 168,8 km 2, meliputi kecamatan Pamijahan dengan luas 80.9 km 2, Kecamatan Ciampea 55.6 km 2 dan Kecamatan Tamansari 33.2 km 2. Batas Kawasan GSE dengan daerah sekitar adalah Desa Pamijahan sebelah utara, Desa Gunung Picung sebelah timur, Kabupaten Sukabumi sebelah selatan, dan Desa Ciasihan sebelah barat (Disbudpar 2003). Kawasan wisata Gunung Salak Endah awalnya merupakan kawasan hutan yan berstatus hutan lindung dikenal sebagai Hutan Lindung Gunung Salak (HL- GS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Salak Kendang Kulon, dan Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut memperoleh pengesahan tata batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934, 8 Juni 1916 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31 Agustus Adapun Kawasan Wisata yang dijadikan tempat penelitian merupakan kawasan wisata yang dikenal dengan nama kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder sebelum dijadikan TNGHS dilakukan oleh Perum Perhutani. kawasan wisata Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani tersebut terdiri dari 3 objek wisata yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder (camping ground), Curug Cihurang dan Kawah Ratu. 5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata Terdapat tiga objek wisata yang berada di Kawasan wisata Gunung Bunder yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang dan Kawah Ratu. Pada

43 27 awalnya ketiga Objek wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh Perum Perhutani dalam ruang lingkup kawasan wisata Gunung Bunder kemudian pengelolaan saat ini dialihkan kepada TNGHS. Gambaran umum mengenai ketiga objek wisata tersebut dijelaskan dalam keterangan berikut ini Bumi Perkemahan Gunung Bunder Bumi Perkemahan Gunung Bunder merupakan objek wisata yang terletak pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur udara o C. Objek Wisata ini diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1982 dengan luas sekitar ± 30 Ha yang terletak di lereng gunung Gunung Salak. Kondisi alamnya terdiri dari hutan pinus yang awalnya merupakan hutan produksi milik Perum Perhutani. Adapun areal ini terdapat gerbang pintu masuk dengan failitas pos tiket, visitor centre dan kantor resort. Areal Bumi Perkemahan dibagi dalam beberapa zona dengan topografi datar dan bergelombang. Vegetasi berupa hutan homogeny dengan jenis Pinus, Rasamala, Tepus dan Meranti. Fasilitas umum yang berada di Bumi Perkemahan terdiri dari Toilet, Musholla dan Warung Makan (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009) Curug Cihurang Curug Cihurang berada dalam areal kawasan Wisata Gunung Bunder yang merupakan Kawasan Wisata Air Terjun dengan tinggi air terjun sebesar 10 m dengan kolam air terjun seluas 10 m x 7,5 m. Areal penerimaan dengan bangunan pos jaga, pusat informasi, toilet, shelter dan mushola. Fasilitas areal parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Fasilitas lain berupa camping ground dengan topografi relatif datar dan terdapat warung makan. Akses jalan berbatu dengan lebar ± 1 m. Vegetasi berupa Pinus, Meranti, Rasamala, dan Anthurium (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009) Kawah Ratu Obyek wisata Kawah ratu terletak pada keetinggian ± mdpl dengan suhu berkisar antara 10 o -20 o C. Obyek wisata Kawah Ratu memiliki daya tarik

44 28 pendakian yang cocok untuk dijadikan wisata hiking. Selain itu kawah ratu memiliki daya tarik lain yang berupa panorama alam yang indah serta terdapat areal Kawah Mati I yang berjarak sekitar mdpl dan Kawah Mati II yang berjarak di sebelah utara Kawah Ratu. Sarana yang terdapat di Kawah Ratu diantaranya terdapat akses jalan dengan lebar 2.5 m, warung, papan informasi dan areal terbuka dengan luas ± 0.1 Ha yang bertopografi landai. Pengunjung yang datang rata-rata memiliki motivasi untuk mendaki dan hiking. Setiap pengunjung dianjurkan untuk ditemani oleh Pemandu Wisata yang mana pemandu wisata (guide) tersebut merupakan tenaga kerja yang dibina oleh TNGHS yang sudah terlatih dan mengetahui kawasan Kawah Ratu. Guide tersebut merupakan tenaga kerja yang dinamakan volunteer. 5.3 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diantaranya pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder, pemilik unit usaha yang ada di kawasan wisata dan tenaga kerja lokal. Hasil dari wawancara dengan responden dapat menyimpulkan karakteristik dari masing-masing kelompok responden Karakteristik Responden Pengunjung Responden pengunjung yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini dibedakan menjadi karakteristik sosial dan ekonomi pengunjung yaitu diantaranya jenis kelamin, umur, asal daerah, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan tingkat pendapatan. Karakteristik lain yang diamati adalah karakteristik dalam berwisata untuk mengetahui berapakah sebaran frekuensi kunjungan pengunjung dalam berwisata ke Gunung Bunder, motivasi wisata apa yang melatarbelakangi pengunjung untuk melakukan wisata, cara kedatangan pengunjung dan lama kunjungan.

45 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder diamati dengan melihat faktor-faktor sosial ekonomi dari masing-masing responden. Hal tersebut dilakukan untuk melihat jenis karakteristik apa saja yang paling dominan dalam status sosial ekonomi pengunjung. Karakteristik responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (Tahun) > Jumlah Asal Daerah Bogor Depok Jakarta Tanggerang Bekasi Jumlah Informasi Objek wisata Informasi dari Teman Informasi dari Internet Informasi dari Surat Kabar Informasi dari Keluarga Informasi dari sumber lain Jumlah Sumber: Data Primer, diolah 2013 Jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 81.25%. Selanjutnya umur responden yang paling dominan berkisar antara 15 sampai 25 tahun yaitu sebesar 45.00%. Sebagian besar responden pengunjung Gunung Bunder berstatus belum menikah yaitu sebanyak 56.25% dengan jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak %. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden adalah kelompok umur yang produktif dan dinamis sehingga menyukai atraksi wisata yang dapat memulihkan pikiran dari ritinitas pekerjaan.

46 30 Sebanyak 61.25% pengunjung berasal dari Bogor sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengunjung berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan wisata. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mendapatkan informasi mengenai objek wisata dari teman yaitu sebanyak 72.5% sehingga kedatangan mereka dikarenakan unsur kedekatan lokasi dan akses yang lebih cepat dijangkau. Kedatangan pengunjung dari luar daerah Bogor sebanyak % yaitu terdiri berasal kota Depok, Jakarta, Bekasi dan Tanggerang hal tersebut dikarenakan 4 kota tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari kota bogor sehingga kawasan wisata Gunung Bunder menjadi pilihan mereka untuk berwisata. Tabel 4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi lanjutan (demografi) pada tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Jumlah Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Pokok PNS Karyawan Swasta Pelajar/mahasiswa Wiraswasta Buruh Guru Lainnya Jumlah Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < > Jumlah Sumber : Data Primer, diolah 2013 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata responden pengunjung mempunyai status belum menikah dengan pendidikan terakhir responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder adalah SMA yaitu sebanyak 50%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder memiliki

47 pendapatan yang beragam dimana tingkat pendapatan paling dominan berkisar antara Rp sampai Rp yaitu sebanyak 33.75%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pengunjung yang datang memiliki penghasilan yang cukup sehingga pengelola kawasan dapat mengembangkan penawaran wisata yang sesuai dengan standar ekonomi Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata Karakteristik berwisata responden pengunjung di kawasan wisata Gunung Bunder dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, jumlah rombongan, jenis rombongan dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden. Tabel 5 Karakteristik berwisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun) > Jumlah Jumlah Rombongan < 10 orang orang orang > 30 orang Jumlah Jenis Rombongan Sendiri Kelompok/Teman Rombongan Keluarga Rombongan Instansi Rombongan Sekolah/pendidikan Jumlah Jenis Kendaraan Kendaraan Pribadi Kendaraan Sewa Kendaraan Umum Sepeda Jumlah Sumber : Data Primer, diolah 2013 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa pengunjung telah melakukan wisata ke kawasan Gunung Bunder sebanyak satu sampai dua kali dalam satu tahun ini, dengan mayoritas jumlah rombongan sebanyak kurang dari sepuluh orang atau sebanyak 71.25%. Mayoritas jenis rombongan pengunjung adalah rombongan kelompok atau teman hal tersebut dikarenakan kawasan wisata Gunung Bunder 31

48 32 dapat menampung banyak pengunjung wisata sehingga banyak yang mengajak kelompok atau temannya untuk mendatangi kawasan wisata Gunung Bunder. Jenis kendaraan yang dipergunakan oleh pengunjung mayoritas adalah kendaraan pribadi yaitu sebanyak 80% hal tersebut dikarenakan keberadaan angkutan umum yang melalui jalur Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat terbatas adapun angkutan umum lain yang melewati kawasan tersebut merpakan angkutan umum yang disewakan sehingga pengunjung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Karakteristik motivasi pengunjung dalam berwisata dapat dibagi menjadi dua karakteristik yaitu dengan melihat motivasi kunjungan dan tujuan kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Karakteristik motivasi wisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Motivasi Kunjungan Keinginan Sendiri Acara Keluarga Acara Kantor Acara Sekolah Jumlah Tujuan Kunjungan Rekreasi Penelitian Bekerja Lainnya Jumlah Sumber : Data Primer, diolah 2013 Pada umumnya pengunjung datang dengan keinginan sendiri yaitu sebesar 32.50%. Rata-rata pengunjung memiliki motivasi wisata dengan tujuan untuk melakukan rekreasi yaitu sebesar 85% hal tersebut dikarenakan umumnya pengunjung memilih kawasan wisata Gunung Bunder untuk berkumpul bersama teman, keluarga atau instansi sehingga tujuan utama mereka adalah rekreasi Karakteristik Responden Unit Usaha Keberadaan kawasan wisata akan membuka peluang untuk masyarakat mendirikan unit usaha di dalamnya sehingga akan memberikan manfaat baik sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat yang mempunyai unit usaha.

49 Keberadaan unit usaha di kawasan wisata juga akan memudahkan transaksi pengunjung sehingga akan mendukung sektor pariwisata. Adapun unit usaha yang berada di kawasan wisata Gunung Bunder terdiri dari unit usaha kecil dimana mayoritas pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar kawasan wisata. Unit usaha yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 unit usaha dengan jenis dan karakteristik yang bervariasi, karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013 Karakteristik Jumlah (unit) Persentase (%) 1. Pendiri Unit Usaha Masyarakat Asli Bukan Masyarakat Asli Jumlah Lama Mendirikan Unit Usaha 1-3 tahun tahun tahun > 9 tahun Jumlah Jenis Unit Usaha Warung Asongan Bensin dan Bengkel Soto Jagung Bakar Jumlah Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu) 2 hari hari Jumlah Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < > Jumlah Sumber : Data Primer, diolah (2013) Unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder umunya sudah beroperasi semenjak pengelolaan dilakukan oleh Perum Perhutani yaitu semenjak tahun 1998 saat itu nama daerah wisata Gunung Bunder adalah Wana Wisata Gunung Bunder (WWGB) sehingga rata-rata responden unit usaha mendirikan unit usaha lebih dari 9 tahun atau sebesar 40%. Jenis usaha yang memiliki presentase tertinggi adalah jenis usaha warung yaitu sebesar 65.7% hal ini dikarenakan keberadaan warung disesuaikan dengan kondisi kawasan wisata dan kebutuhan wisatawan. 33

50 34 Unit usaha warung juga banyak dipilih oleh pengunjung untuk bersantai atau berkumpul dengan rombongan. Selanjutnya, jenis unit usaha umumnya beroperasi setiap hari yaitu sebanyak 73.33% dari total keseluruhan respoden unit usaha hal tersebut dikarenakan unsur kedekatan tempat tinggal dengan keberadaan unit usaha sehingga mayoritas pemilik unit usaha membuka warungnya setiap hari. Mayoritas pendapatan unit usaha rata-rata berkisar antara Rp sampai dengan Rp per bulannya yaitu sebanyak 43.33% dari total keseluruhan responden unit usaha Karakteristik Responden Tenaga Kerja Pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dijadikan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memberikan peluang untuk masyarakat sekitar dalam pengelolaan kawasan wisata. Hal ini dapat dilihat karena sebagianbesar tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Bunder merupakan masyrakat asli yang menjadi volunteer di kawasan wisata Gunung Bunder sehingga pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar. Tugas dari volunteer adalah untuk membantu TNGHS dalam pengelolaan kawasan secara lestari. Volunteer tersebut merupakan tenaga kerja sukarela sebagai bentuk kerja sama TNGHS dengan masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 responden yang telah mewakili masing-masing jenis tenaga kerja yang ada, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 8.

51 Tabel 8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (Tahun) > Jumlah Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Jumlah Status Kependudukan Masyarakat asli Bukan masyarakat asli Jumlah Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Jumlah Jenis Pekerjaan Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan sewa alat berkemah Volunteer Parkir Jumlah Lama Bekerja 1 tahun tahun > 2 tahun Jumlah Tingkat Pendapatan < > > Jumlah Sumber : Data Primer, dioleh (2013) Rata-rata usia responden adalah lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 40%. Mayoritas responden merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yaitu masing-masing sebanyak 40%. Responden tenaga kerja menjadikan pekerjaan di sektor wisata menjadi pekerjaan utama mereka yaitu rata-rata bekerja sebagai volunteer di kawasan wisata umumnya mereka sudah bekerja selama lebih dari 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan Balai TNGHS baru memulai perekrutan 35

52 36 volunteer semenjak tahun 2007 atau setelah ditetapkannya GSE menjadi TNGHS. Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp hingga Rp yaitu sebanyak 80%. Umumnya tenaga kerja bekerja sebagai volunteer Taman Nasional yang bekerja secara sukarela atau tanpa imbalan tetapi mereka tetap diberikan upah untuk pengelolaan kebersihan dan perawatan kawasan wisata dimana sitem pengupahannya adalah bagi hasil per harinya. Kondisi tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja menjadikan responden mendapatkan manfaat yang positif bagi keadaan ekonomi sehingga mereka menyatakan bahwa dengan pendapatan tersebut cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

53 37 VI HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat dipengaruhi oleh kegiatan wisata yang dilakukan oleh para pengunjung maupun masyarakat yang terlibat di dalamnya. Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder dapat menunjukkan bahwa kawasan wisata tersebut memiliki nilai ekonomi yang dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Selain itu keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata gunung bunder diantaranya adalah dampak secara ekonomi dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan. Dampak sosial yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan sedangkan dampak lingkungan yang dirasakan dapat berupa banyaknya sampah yang ditimbulkan dari adanya aktivitas wisata di Gunung Bunder. 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Gunung Bunder Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki daya tarik berupa keindahan alam dan udara yang sejuk. Daya tarik tersebut membuat wisatawan rela untuk melakukan kegiatan wisata menuju tempat ini. Dengan adanya motivasi serta tujuan untuk mencapai kawasan wisata ini tentunya pengunjung akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan keinginan untuk menikmati nuansa alam di kawasan wisata. Daya tarik tersebut menunjukkan bahwa kawasan gunung bunder memiliki manfaat bagi keberlangsungan wisata. Manfaat yang ditimbulkan dapat dilihat dari seberapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan oleh kawasan tersebut. Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata penting untuk diketahui hal tersebut dapat dilihat berdasarkan fungsi permintaan wisata yang didapatkan. Fungsi permintaan untuk kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan dengan pendekatan menggunakan teknik ekonometrik yaitu regresi linier berganda. Fungsi permintaan yang dibentuk terdiri dari 6 variabel bebas

54 38 (independent variable) yang diduga mempengaruhi variable terikat (dependent variable) dimana variable terikat dalam fungsi permintaan adalah jumlah kunjungan wisatawan. variabel bebas (independent variable) terdiri dari biaya total, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan dan lama mengetahui obyek wisata. Berikut ini merupakan model persamaan fungsi permintaan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder : Y = X X X X X X6 Keterangan: Y = Jumlah kali kunjungan wisatawan (per tahun) X1 = Biaya Perjalanan (Rp) X2 = Pendapatan (Rp) X3 = Umur (tahun) X4 = Jarak (km) X5 = Tingkat pendidikan formal (tahun) X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun) Hasil output analisis regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 1. Tabel 9 Fungsi permintaan wisata Gunung Bunder Variabel Koefisien P value VIF Constant X 1 (Biaya perjalanan) E X 2 (Pendapatan total) E X 3 (Umur) b X 4 (Jarak) b X 5 (Tingkat pendidikan) X 6 (Lama mengetahui Obyek Wisata) a R % R 2 (adj) 64.2% Durbin Watson Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013 Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variable berturut-turut pada α : 1% dan 5% Berdasarkan hasil regresi, didapatkan nilai R 2 sebesar 66.9% dan R 2 (adj) sebesar 64.2%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dapat dijelaskan oleh variabelvariabel bebas dalam model sebesar 64.2% dan sisanya sebesar 35.8% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model. Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan tidak adanya pelanggaran asumsi yaitu berupa yaitu uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

55 39 1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sisaan data menyebar normal. Pengujian normalitas dapat dilihat melalui hasil analisis regresi yang telah diketahui yaitu nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata 5%) sebesar (Lampiran 2). 2 Uji Multikolinearitas Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dapat dilihat berdasarkan nilai Durbin-Watson. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar dari model yang berada dalam selang 1.65 dan 2.35 (Lampiran 5) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis regresi beganda yang dilakukan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam model. Adapun variabelvariabel tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Lama Mengetahui Objek Wisata Variabel lama mengetahui objek wisata yaitu lamanya pengunjung mengetahui kawasan wisata Gunung Bunder dalam jumlah tahun. Variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 1% dengan tanda positif. Artinya apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 10 tahun, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 3.4 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu semakin lama seseorang mengetahui objek wisata maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pengunjung memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi wisata. 2. Umur Variabel umur dalam model berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda positif. Artinya apabila terjadi peningkatan umur sebesar 10 tahun maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata

56 40 Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 0.42 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang searah dengan frekuensi kunjungan. Nilai koefisen yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin dewasa umur seseorang akan meningkatkan pengalaman menuju akses ke tempat wisata. Lokasi kawasan wisata Gunung Bunder yang berada di pegunungan cukup membutuhkan waktu untuk mencapainya. Kondisi alam terbuka dan medan yang cukup menantang menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan bahwa semakin dewasa seseorang maka aktifitas yang dilakukan pun akan semakin beragam sehingga akan memberikan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. 3. Jarak Variabel jarak tempuh merupakan variable yang dilihat berdasarkan jarak dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi wisata dengan satuan km. Variabel jarak tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda negatif dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan jarak sebesar 10 km, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami penurunan sebesar 1.2 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal pengunjung maka akan semakin menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Berdasarkan kondisi di lapang rata-rata pengunjung berasal dari wilayah bogor yang dekat dengan lokasi wisata., sebaiknya promosi mengenai kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kunjungan pengunjung yang berasal dari wilayah luar bogor. 6.2 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder Nilai ekonomi kawasan wisata gunung bunder dapat di estimasi dengan menggunanakan travel cost method. Metode travel cost method merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam (Fauzi 2006). Perhitungan travel cost method dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan zonal travel cost method dan individual travel cost method. Pendekatan yang dilakukan untuk menentukkan nilai ekonomi yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah dengan individual

57 travel cost method. Nilai ekonomi dapat diestimasi dengan menentukkan surplus konsumen terlebih dahulu yaitu dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden dalam satu tahun terakhir kemudian dibagi dengan dua dikalikan koefsien biaya perjalanan. Jumlah kunjungan responden gunung bunder adalah sebanyak 173 kali kunjungan (Lampiran 7). Koefisien biaya perjalanan akan lebih akurat maka dengan melakukan analisis regresi antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Berdasarkan analisis regresi didapatkan nilai sebagai berikut : Y = X1 Keterangan : Y = Jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Gunung Bunder satu tahun terakhir (kali kunjungan) X1 = Biaya perjalanan individu ke kawasan wsiata Gunung Bunder (Rp) Koefisien biaya perjalanan menunjukkan nilai dari surplus konsumen, kemudian untuk mendapatkan nilai ekonomi maka nilai surplus konsumen tersebut dikalikan dengan jumlah kunjungan pengunjung gunung bunder pada tahun Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder Keterangan Nilai Satuan Jumlah responden (a) 80 Orang Jumlah kunjungan responden (b) 173 Kali/Tahun Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) Kali/Tahun Koefisien biaya perjalanan (d) Satuan Surplus konsumen (e) = b 2 /2d Rupiah Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b Rupiah Nilai ekonomi (g) = f x c Rupiah Sumber : Data primer, diolah (2013) Nilai WTP atau surplus konsumen per individu ke Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah sebesar Rp per kunjungan sehingga diperoleh nilai ekonomi sebesar Rp Nilai tersebut menunjukkan bahwa daya tarik Kawasan Wisata Gunung Bunder berupa keindahan alam dan udara yang sejuk dapat memberikan manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa nilai ekonomi kawasan wisata gunung bunder memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dipertahankan. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan wisata yang telah dinilai memberikan manfaat yang besar maka kawasan wisata Gunung Bunder harus tetap dijaga dengan memperhatikan unsur- 41

58 42 unsur keberlanjutan sesuai dengan prinsip ekowisata dan konservasi mengingat saat ini kawasan wisata Gunung Bunder telah masuk ke dalam kawasan TNGHS. 6.3 Dampak Ekonomi Keberadaan suatu kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang timbul dari adanya aktivitas wisata adalah dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Vanhove (2005) mengklasifikasikan 3 jenis dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata terhadap masyarakat yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induce impact). Semenjak kawasan Wisata Gunung Bunder ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak,masyarakat merasakan dampak ekonomi yang positif terhadap masyarakat sekitar yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer. Lapangan pekerjaan tersebut saat ini menyerap beberapa masyarakat sekitar yang bersedia terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. Jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dengan adanya kawasan ini dapat diketahui berdasarkan table 10 berikut ini, Tabel 11 Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder Jenis Tenaga Kerja Unit Usaha 0 Volunteer 12 Volunteer dan Pemandu Wisata 4 Volunteer dan Sewa alat berkemah 1 Parkir 2 Total 19 Sumber : Data Primer, dioleh (2013) Total Tenaga Kerja Kondisi penyerapan tenaga kerja semenjak ditetapkannya kawasan wisata Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak berasal saat ini banyak menyerap tenaga kerja untuk menjadi volunteer. Umumnya tenaga kerja volunteer tersebut merupakan masyarakat asli yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk berperan dalam pengelolaan kawasan wisata yang sistem upah yang diberikan apabila mereka bertugas untuk menjaga dan mengawasi kawasan wisata. Peran volunteer tersebut selain untuk menjaga kemanan lokasi

59 43 juga untuk merawat dan memelihara kelestarian kawasan wisata. Penyerapan tenaga kerja dapat terus ditingkatkan apabila unit usaha yang berada di kawasan tersebut membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, namun umumnya unit usaha memilih untuk tidak memiliki tenaga kerja karena kondisi unit usaha yang dekat satu sama lain ataupun memiliki keterikatan keluarga. Oleh karena itu penyerapan tenaga kerja dapat terus ditingkatkan pada jenis tenaga kerja volunteer. Selain dapat meningkatkan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kelestarian alam tenaga kerja tersebut juga diberikan pelatihan dalam mengelola kawasan wisata sehingga dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan pengetahuan. Pelatihan juga sebaiknya dilakukan pada unit usaha yang ada di Gunung Bunder agar dapat meningkatkan pengetahuan pemilik usaha tentang taman nasional terutama fungsi jasa lingkungan sehingga terciptanya kawasan wisata yang bersih dan lestari serta berwawasan lingkungan. Dampak ekonomi dapat dilihat dari adanya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata. Hasil Wawancara dengan 80 orang responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder pada Tabel 12 menunjukkan presentase pengeluaran pengunjung. Hasil dari sebaran wisatawan yang menjadi responden di kawasan wisata Gunung Bunder diperoleh bahwa struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata di antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, penyewaan alat dan jasa, parkir dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan di Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah proporsi biaya transportasi yaitu sebesar 29.34%. Hal ini terjadi umumnya wisatawan menggunakan kendaraan roda dua, roda empat ataupun kendaraan sewa untuk berkunjung ke lokasi wisata. Biaya transportasi yang dikeluarkan berasal dari bahan bakar yang dihabiskan selama perjalanan, sedangkan biaya transportasi responden yang menggunakan kendaraan sewa dilihat dari biaya ongkos pulang pergi yang dikeluarkan. Rata-rata pengeluaran untuk biaya transportasi adalah sebesar Rp /orang/kunjungan. Rata-rata total pengeluaran wisatawan dari akitivitas wisata adalah sebesar Rp (Lampiran 9). Pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jenis kendaraan yang digunakan, konsumsi yang dikeluarkan dan lainlain. Berdasarkan proporsi biaya rekreasi yang dikeluarkan, pengeluaran

60 44 wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Bunder mengalami kebocoran sebesar 53.23% atau sebesar Rp untuk satu kali kunjungan yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Tabel 12 Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Biaya Rata-rata pengeluaran (1) (Rp) proporsi (%) (2=1/c*100) Pengeluaran di luar lokasi Biaya transportasi Konsumsi dari rumah Total kebocoran (a) Pengeluaran di lokasi Konsumsi (di lokasi) Penginapan Penyewaan alat/jasa Dokumentasi Biaya parker Tiket masuk kawasan Total pengeluaran di lokasi (Rp) (b) Total pengeluaran pengunjung (Rp) (c=a+b) Total kunjungan pertahun ( ) (d)* Total kebocoran/tahun (Rp) (e=c x proporsi a x d) Sumber : Data primer, diolah (2013) *Data sekunder, Resort Salak 2 Rata-rata total pengeluaran wisatawan dari akitivitas wisata adalah sebesar Rp Pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jenis kendaraan yang digunakan, konsumsi yang dikeluarkan dan lain-lain. Berdasarkan proporsi biaya rekreasi yang dikeluarkan, pengeluaran wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Bunder mengalami kebocoran sebesar 53.23% atau sebesar Rp untuk satu kali kunjungan yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Kebocoran yang berasal dari pengeluaran biaya konsumsi selama diperjalanan atau dari luar lokasi jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran biaya konsumsi di dalam lokasi kawasan wisata Gunung Bunder. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya wisatawan datang bersama keluarga atau rombongan sehingga lebih memilih untuk membawa konsumsi dari rumah. Berdasarkan data dari pengelola Resort Gunung Salak II rata-rata jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Gunung Bunder dari tahun adalah kunjungan per tahun atau per bulan dengan proporsi pengeluaran di lokasi wisata sebesar 46.77%, sehingga total pengeluaran yang dilakukan di lokasi wisata adalah Rp per bulan.

61 Dampak Ekonomi Langsung Kawasan Wisata Gunung Bunder dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan cara membuka unit usaha di dalam lokasi. Unit Usaha yang ada dapat membantu memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang. Adapun unit usaha yang ada di lokasi wisata dalah unit usaha skala kecil walaupun demikian unit usaha ini tetap bertahan karena manfaat yang mereka rasakan sangat membantu perekonomian mereka. Unit usaha yang terdapat di lokasi wisata Gunung Bunder merupakan jenis unit usaha yang umumnya menyediakan makanan dan minuman seperti warung dan pedagang asongan. Unit usaha yang ada tersebut tersebar di tiga lokasi di kawasan wisata Gunung Bunder yaitu di kawasan camping ground, Curug Cihurang dan Kawah Ratu. Jumlah keseluruhan unit usaha tersebut adalah sebanyak 27 unit usaha. Umumnya pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar objek wisata. Penerimaan yang didapatkan oleh unit usaha merupakan penerimaan yang berasal dari adanya kegiatan wisata. Dampak ekonomi langsung adalah dampak yang berasal dari adanya transaksi antara pengunjung dan unit usaha. Umumnya pengunjung yang datang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk dan menikmati suasana alam dan memilih untuk membelanjakan uangnya di unit usaha tersebut sehingga unit usaha akan menerima keuntungan dari adanya kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung. Dampak langsung yang diterima oleh unit usaha dapat dilihat dari proporsi pemilik unit usaha. Manfaat yang dirasakan oleh unit usaha tersebut pada umunya adalah adanya peningkatan pendapatan terutama pada libur akhir pekan atau peak season. Unit usaha yang terdapat di lokasi rata-rata buka setiap hari dengan jenis unit usaha yang sama. Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang didapatkan dari adanya kegiatan wisata pengunjung di kawasan wisata. Adapun dampak ekonomi langsung unit usaha dapat dilihat berdasarkan pendapatan bersih pemilik unit usaha. Tabel 13 berikut ini menggambarkan perhitungan dampak ekonomi langsung yang diterima oleh unit usaha.

62 46 Tabel 13 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Jenis unit usaha (a) Responden unit usaha (b) Jumlah unit usaha total (c) Rata-rata pendapatan per bulan (d) Dampak ekonomi langsung (e=c*d) Warung Bengkel dan bensin Jagung bakar Soto Asongan Total Sumber : Data primer, diolah (2013) Jenis unit usaha yang memiliki keuntungan terbesar berdasarkan Tabel 9 berasal dari unit usaha warung yaitu rata-rata mencapai Rp per bulannya sehingga unit usaha warung menerima dampak ekonomi langsung yang terbesar yaitu sebesar Rp sedangkan unit usaha yang memiliki keuntungan terendah berasal dari bengkel dan bensin yaitu Rp per bulannya sehingga dampak ekonomi langsung yang diterima adalah sebesar Rp per bulannya. Hal tersebut dikarenakan harga bahan baku bensin dan harga yang dijual kepada konsumen tidak terpaut jauh yang sehingga pemilik unit usaha tidak mengambil untung yang besar untuk meningkatkan kemauan konsumen untuk membeli bensin. Adapun total dampak ekonomi langsung yang diterima dari semua unit usaha adalah sebesar Rp per bulannya Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari hasil pengeluaran unit usaha yang berada di Kawasan Wisata Gunung Bunder. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder juga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada disana sehingga menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di sector wisata tersebut. Pihak pengelola kawasan wisata Gunung Bunder memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk bergabung dalam pengelolaan kawasan wisata gunung bunder yang sistem upahnya dilakukan secara sukarela dan bagi hasil berdasarkan banyaknya pengunjung yang datang. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam dan di luar lokasi disajikan pada Tabel 14.

63 Tabel 14 Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun 2013 Jenis Keterangan Warung Bensin dan Bengkel Jagung Bakar Soto Asongan Pengeluaran di sekitar lokasi wisata 1 Biaya pembelian Input bahan baku Gas Biaya pemeliharaan alat Jumlah (a) Jumlah unit usaha (b) Total Pengeluaran di Dalam Lokasi (c=a*b) Pengeluaran di luar lokasi wisata Transportasi Pajak Listrik Jumlah (d) Total Pengeluaran di luar Lokasi (c=d*b) Sumber : Data primer, diolah (2013) Pengeluaran yang dilakukan di dalam lokasi oleh unit usaha diantaranya adalah biaya pembelian input bahan baku, gas dan biaya pemeliharaan alat. Data Tabel 13 menyajikan informasi yang menunjukkan bahwa unit usaha warung mengeluarkan biaya pengeluaran terbesar baik di dalam dan di luar lokasi dibandingkan dengan unit usaha lain yaitu sebesar Rp di dalam lokasi dan Rp di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha warung memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan unit usaha lainnya. Unit usaha asongan mengeluarkan biaya pengeluaran terendah baik di dalam dan di luar lokasi yaitu sebesar Rp di dalam dan Rp 0.00 di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha asongan hanya menjajakan dagangannya pada akhir pekan saja sehingga pengeluarannya lebih rendah dibandingkan unit usaha lain. Pengeluaran yang dilakukan oleh pemilik unit usaha di dalam lokasi lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan di luar lokasi. Pengeluaran di luar lokasi merupakan pengeluaran yang dilakukan pemilik unit usaha di luar kawasan yaitu terdiri dari transportasi, pajak dan listrik. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa kebocoran yang terjadi adalah sebesar Rp per bulan. Tabel 15 menunjukkan dampak ekonomi tidak langsung yang diperoleh dari hasil pendapatan tenaga kerja dan rata-rata perhitungan pendapatan kerja perbulan 47

64 48 Tabel 15 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Jenis Unit Usaha Rata -rata TK/ Unit (a) Jumlah Unit Usaha (b) Populasi TK (c=a*b) Pendapatan TK/Rp (d) Total Pendapatan TK (e=c*d) Total Pengeluaran Unit Usaha di dalam Lokasi/Rp (f) Total Dampak ekonomi Tidak Langsung (g=e+f) Pengelola 1. Volunteer dan Pemandu Wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Parkir Unit Usaha 1. Kios makanan dan minuman Bengkel dan bensin Jagung bakar Soto Asongan Total Sumber : Data primer, diolah (2013) Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka miliki. Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja tersebut merupakan dampak tidak langsung dari keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder. Berdasarkan tabel dampak tidak langsung yang dirasakan paling besar berasal dari tenaga kerja volunteer dan pemandu wisata yaitu sebesar Rp perbulan dikalikan dengan tenaga kerja total sehingga pendapatan dari seluruh tenaga kerja yaitu sebesar Rp Dampak ekonomi tidak langsung yang terendah berasal dari tenaga kerja parkir yaitu sebesar Rp dikalikan dengan jumlah tenaga kerja menjadi Rp hal tersebut dikarenakan tenaga kerja pada unit usaha parkir jumlahnya tidak sebanyak tenaga kerja volunteer dan tenaga kerja parkir hanya bekerja pada akhir pekan atau musim liburan hal tersebut dikarenakan pada harihari biasa tidak banyak kendaraan yang datang. Total dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan adalah sebesar Rp Dampak Ekonomi Lanjutan Keberadaan Kawasan Wisata tidak hanya menimbulkan dampak langsung maupun dampak tidak langsung terhadap masyarakat sekitar tetapi juga

65 menimbulkan dampak ekonomi lanjutan. Dampak ekonomi lanjutan didasarkan atas pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja. Adapun pengeluaran yang dilakukan tenaga kerja antara lain untuk kebutuhan pangan, biaya trasnportasi dan biaya sekolah anak. Proporsi pengeluaran tenaga kerja dapat diketahui berdasarkan Tabel 16. Tabel 16 Proporsi dan nilai pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Tenaga Kerja Biaya Pangan/ Bulan (%) (a) Biaya Transportasi/ Bulan (%) (b) Biaya Sekolah Anak/ Bulan (%)(c) Total (%) Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Parkir rata-rata Sumber : Data primer, diolah (2013) Biaya pangan per bulan memiliki proporsi terbesar pada setiap tenaga kerja. Pengeluaran biaya pangan tersebut umumnya digunakan untuk biaya konsumsi sehari-hari yang didapatkan dari sekitar lokasi wisata, sedangkan biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dari rumah ke kewasan Gunung Bunder yang pada umumnya menggunakan motor pribadi ataupun ojek. Pengeluaran tenaga kerja di dalam lokasi berdasarkan Tabel 15 memiliki proporsi sebesar 100% hal tersebut merupakan dampak ekonomi lanjutan di kawasan Gunung Bunder (Tabel 17). Tabel 17 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Lokal (a) Total Pengeluaran di Sekitar Gunung Bunder (Rp) (b) Proporsi Pengeluaran di Sekitar Gunung Bunder (%) (c) Dampak Ekonomi Lanjutan (d=a*b*c) Volunteer dan Pemandu Wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Parkir Total Sumber : Data primer, diolah (2013) Dampak ekonomi lanjutan dari adanya kawasan wisata gunung bunder dapat dilihat dari hasil perhitungan pengeluaran tenaga kerja yang dilakukan di dalam lokasi wisata yaitu untuk kebutuhan pangan, biaya sekolah anak dan biaya 49

66 50 transportasi (Lampiran 12). Dampak ekonomi lanjutan dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebesar Rp Nilai Efek Pengganda Nilai efek pengganda atau multiplier effect merupakan nilai yang digunakan untuk mengkur dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan suatu obyek wisata tertentu. Dampak ekonomi tersebut dapat diukur dengan menggunakan tiga tipe perhitungan. Adapun tiga tipe perhitungan efek pengganda tersebut adalah (1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) ratio income multiplier tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) ratio income multiplier tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan (META 2001). Perhitungan mengenai nilai efek pengganda dapat dilihat pada Lampiran 13. Data mengenai nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplayer 1.77 Ratio Income Multiplier tipe Ratio Income Multiplier tipe Sumber : Data primer, diolah (2013) Hasil perhitungan pada Tabel 18 menunjukkan Nilai keynesian income multiplier sebesar 1.77 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 1.77 rupiah. Nilai ratio income multiplier tipe I adalah sebesar 1.91 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.91 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II adalah sebesar 2.43 artinya bahwa setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2.43 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam putaran perekonomian lokal di kalangan masyarakat sekitar. Menurut META (2001) apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu (0 < x < 1), maka

67 51 lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa dampak ekonomi di kawasan wisata Gunung Bunder memiliki dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar lokasi wisata. 6.4 Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Prospek pengembangan suatu kawasan dapat diamati melalui kondisi fisik, sosial-ekonomi dan spasial dari adanya suatu kawasan wisata tersebut. Pengembangan yang dilakukan dapat diamati dengan mengkaji ketiga jenis aspek tersebut, aspek-aspek tersebut dapat diamati berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja dan stakeholder yang terkait. Adapun hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini Aspek Fisik Aspek fisik dari keberadaan suatu kawasan wisata dapat dilakukan dengan melihat kondisi sarana dan prasarana serta potensi alam apa saja yang dapat dikembangkan di kawasan wisata. Adapun kajian mengenai aspek fisik di kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan dengan melihat persepsi pengunjung kawasan wisata guna melihat sarana dan prasarana apa saja yang perlu dikembangkan serta melihat potensi apa saja yang dapat dikembangkan dari keberadaan objek wisata tersebut. Berdasarkan status pengelolaan kawasan Gunung Bunder saat ini termasuk dalam bagian kawasan TNGHS yang tentunya aspek fisik sangat berpengaruh terhadap pengembangan wisata selanjutnya sehingga penilaian pengunjung akan sangat berdampak positif bagi pengelola untuk mengetahui potensi apa saja yang dapat dikembangkan. Aspek fisik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah selain untuk melihat bagaimana tanggapan pengunjung terhadap sarana, prasarana dan potensi yang dapat dikembangkan juga untuk melihat sejauh mana pengunjung mengetahui tentang status kawasan Gunung Bunder saat ini.

68 Potensi Alam Potensi Alam sangat berpengaruh terhadap motivasi pengunjung dalamberwisata. Adapun kawasan wisata Gunung Bunder mempunyai daya tarik pemandangan alam pengunungan yang sejuk dan alami, terlebih lagi status kawasan Gunung Bunder adalah wilayah taman nasional yang akan berdampak positif bagi potensi alam yang ada saat ini. Aktivitas pengunjung dalam berwisata didasarkan atas daya tarik wisata dari kawasan tersebut. Daya tarik wisata yang disukai pengunjung dapat diketahui berdasarkan Tabel 19. Tabel 19 Daya tarik kawasan wisata Gunung Bunder No Daya Tarik Jumlah Responden 1 Pemandangan Indah dan Udara Segar Suasana Tenang dan Alami Air Terjun Flora/Fauna yang menarik Pendakian Lokasi Outbound Sumber : Data primer, diolah (2013) Presentase Responden Rata-rata reponden menyatakan bahwa alasan utama mereka untuk datang ke kawasan wisata Gunung Bunder adalah untuk menikmati pemandangan alam ataupun untuk mencari udara segar yang berbeda dari keseharian yang mereka jalankan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 yang menunjukkan bahwa 75 responden menyatakan bahwa pemandangan yang indah dan udara segar merupakan daya tarik wisata yang terbesar. Sebesar 67 responden menyatakan bahwa daya tarik yang berpengaruh di kawasan wisata Gunung Bunder adalah suasana tenang dan alami. Hal tersebut menjadikan kawasan wisata Gunung Bunder banyak dipilih pengunjung untuk berekreasi atau sekedar melepas lelah dari keseharian yang dilakukan. Adapun sebanyak 32 orang responden menyatakan bahwa Air terjun merupakan daya tarik yang perlu dikembangkan karena responden banyak menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan yang indah. Kekayaan flora dan fauna di kawasan wisata Gunung Bunder masih dianggap kurang menarik oleh wisatawan yang datang, hal ini disebabkan karena jenis fauna yang terlihat di kawasan wisata ini hanya jenis Monyet sedangkan flora yang ada belum begitu diminati dan diamati oleh pengunjung karena flora yang ada berupa jenis kayu yang umumnya homogen. Selanjutnya sebanyak 20

69 orang responden menyatakan bahwa daya tarik Gunung Bunder adalah adanya jalur pendakian, yaitu pendakian Kawah Ratu. Pendakian merupakan wisata minat khusus sehingga tidak banyak responden yang menyatakan bahwa pendakian merupakan daya tarik Gunung Bunder. Adapun sebanyak 7 orang responden menyaakan bahwa daya tarik Gunung Bunder adalah adanya lokasi outbound yang menarik karena Gunung Bunder mempunyai lahan yang luas sehingga dapat dijadikan outbound. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki banyak potensi alam yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Potensi alam tersebut dapat terus dikembangkan karena dari berbagai potensi yang ada bayak pengunjung yang berminat terhadap daya tarik wisata tersebut. Untuk meningkatkan minat pengunjung terhadap potensi alam yang ada pengelola dapat mengembangkan potensi alam yang ada dengan cara meningkatkan promosi terhadap pengunjung serta memberikan pengetahuan lainnya terutama pada potensi flora dan fauna yang ada, karena umumnya pengunjung tidak mengetahui jenis flora dan fauna apa saja yang dilindungi di kawasan wisata tersebut hal tersebut akan sangat bermanfaat baik bagi pengunjung juga bagi pengelola karena dapat membantu meningkatkan pendidikan konservasi bagi pengunjung sehingga terciptalah sistem ekowisata yang dapat meningkatkan pengetahuan pengunjung. Pengembangan kawasan wisata menuju ekowisata yang menamakan prinsip konservasi sangat dipengaruhi dari pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini menjadi Taman Nasional. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan Tabel 20. Tabel 20 Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan taman nasional di Gunung Bunder No Tingkat Pengetahuan Status Kawasan Responden Persentase responden 1 Tahu Tidak Tahu Jumlah Sumber : Data Primer, diolah (2013) Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebanyak 58.75% pengunjung tidak mengetahui status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi kawasan TNGHS. Umumnya mereka tidak mengerti fungsi-fungsi jasa lingkungan hutan 53

70 54 ataupun fungsi dari konservasi. Tujuan mereka dalam berwisata adalah untuk berekreasi dan menikmati pemandangan sehingga alasan reponden pengunjung menyatakan bahwa tidak terpikirkan ke arah jasa lingkungan dan konservasi Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Sarana dan prasaran penunjang yang saat ini telah tersedia dapat dinilai keberadaanya berdasarkan penilaian pengunjung. Hal tersebut dilakukan guna melihat sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan untuk kawasan wisata Gunung Bunder. Penilaian pengunjung tersebut dapat memperlihatkan bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang menyangkut kepentingan wisatawan. Hal itu penting untuk diketahui untuk mengetahui bagaimana pengembangan yang harus dilakukan (Tabel 21). Tabel 21 Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder Presentase Persepsi (%) Jenis Sarana dan Prasarana Kurang memadai Sedang Memadai 1. Toilet/ WC umum Tempat sampah Tempat Ibadah Tempat Duduk Papan Informasi Aksesibilitas Warung Sumber : Data Primer, diolah (2013) Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terdapat penilaian pengunjung tehadap sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Menurut responden keberadaan toilet dirasakan masih kurang memadai hal tersebut terlihat dari banyaknya pengunjung yang merasa toilet tidak terawat dan kurang bersih yaitu sebanyak 56.25%. Selanjutnya keberadaan tempat sampah saat ini dirasakan masih kurang memadai terlihat sebanyak 67.5% responden menyatakan demikian, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung yang datang juga berpengaruh terhadap penilaian pengelolaan kebersihan yang kurang tertata karena akan mengganggu aktivitas pengunjung terutama dalam membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang bedampak negatif. Adapun sarana tempat duduk dirasakan pengunjung cukup yaitu sebanyak 57.5% menyatakan bahwa tempat

71 55 duduk cukup dikarenakan kawasan Wisata Gunung Bunder memiliki lahan yang luas dan teduh sehingga keberadaan tempat duduk dirasakan sudah cukup. Umumnya responden menyatakan bahwa sarana papan informasi masih kurang memadai yaitu sebanyak 68.75% pengunjung menyatakan papan informasi sangat kurang, rata-rata mereka menyatakan bahwa papan yang ada saat ini sudah lapuk dan tidak terbaca selain itu informasi lainnya seperti nama atau jenis flora dan fauna sebaiknya ditambahkan sehingga akan berdampak positif bagi pengunjung. Selanjutnya sebanyak 37.5% pengunjung menyatakan bahwa aksesibilitas atau akses jalan yang ada sudah cukup memadai. Hal tersebut dikarenakan jalan yang ada saat ini sudah cukup baik dan lebar sehingga memudahkan akses jalan yang umumnya menggunakan kendaraan pribadi. Lain halnya dari sarana dan prasarana yang telah diuraikan, penilaian pengunjung terhadap sarana warung menyatakan baik yaitu sebanyak 68.75%. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan warung dinilai sudah memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang. Hasil uraian diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan Gunung Bunder saat ini dikatakan perlu dikembangkan dan diperbaiki. Sejalan dengan tujuan Taman Nasional untuk menjadi pusat keanekaragaman hayati yang berfungsi optimal sebagai sistem penyangga kehidupan dan poenopang sistem sosial-ekonomi budaya pada tingkat wilayah secara lestari, keberadaan sarana dan prasarana yang ada saat ini hendaknya disesuaikan dengan tujuan tersebut terutama sarana dan sarana yang mendukung konservasi tersebut yaitu seperti tempat sampah dan papan informasi. Hal tersebut perlu dilakukan karena aktivitas wisatawan akan sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana tersebut dimana apabila tempat sampah dan papan informasi dapat ditingkatkan atau ditambahakan maka pengelola akan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan dan meningkatkan pengetahuan pengunjung terhadap kawasan wisata di Gunung Bunder Aspek Sosial-Ekonomi Pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar yang dijadikan objek

72 56 penelitian adalah masyarakat yang merasakan dampak langsung baik dalam aspek sosial dan ekonomi. Dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini taman nasional menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pengelolaan yang berdasarkan atas konservasi. Dalam pengelolaan wisata kawasan Gunung Bunder saat ini posisi masyarakat sekitar kawasan wisata adalah sebagai pihak yang turut memanfaatkan aktivitas wisata yang ada yaitu diantaranya dengan membuka warung, menjajakan kebutuhan pengunjung, guiding, dan jasa wisata lainnya. Pihak taman nasional memberikan izin kepada masyarakat sekitar yang ingin mendapatkan manfaat dari keberadaan wisata dengan peraturan dan persyaratan yang telah dipahami oleh masyarakat. Masyarakat pemilik unit usaha merasakan dampak ekonomi yang cukup signifikan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan tabel hasil wawancara dengan responden unit usaha berikut ini. Tabel 22 Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder Jenis Pekerjaan Penghasilan rata-rata pe bulan (Rp) Sebelum ada wisata Setelah ada wisata Peningkatan penghasilan per bulan (Rp) Warung Bengkel dan Bensin Soto Jagung Bakar Asongan Sumber : Data Primer, diolah (2013) Keberadaan kawasan wisata sangat berpengaruh bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat pemilik unit usaha. Hal tersebut terlihat dari peningkatan penghasilan yang cukup tinggi semenjak mereka membuka unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder. Pada umumnya masyarakat sekitar sudah terlibat langsung dalam kegiatan wisata di Gunung Bunder, sehingga pengalihan pengelolaan oleh Taman Nasional saat ini tidak menganggu aktivitas masyarakat dalam mencari nafkah. Selanjutnya taman nasional juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan dengan menjadi volunteer. Terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata memudahkan pihak pengelola dalam memantau kondisi di lapang sehingga kerja sama antara pihak pengelola dan masyarakat akan saling memberikan dampak yang positif. Taman nasional juga memberikan pelatihan khusus untuk para volunteer pelatihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan

73 arti pentingnya kelestarian lingkungan juga pelatihan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Umumnya mereka merasakan manfaat dari adanya pelatihan tersebut. Selain meningkatnya pengetahuan, umumnya masyarakat yang menjadi volunteer merasakan dampak ekonomi yaitu berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan lapangan pekerjaan. Tabel 23 Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS Pekerjaan sebelum di Pendapatan Pendapatan Pekerjaan di Wisata Wisata (Rp) (Rp) Tani Volunteer dan pemandu wisata Buruh Harian lepas Volunteer dan pemandu wisata Ojek Volunteer dan pemandu wisata Buruh Harian lepas Volunteer dan sewa alat kemah Pabrik Volunteer Restoran Volunteer Kontraktor Volunteer Pabrik Volunteer Tidak Bekerja - Parkir Tidak Bekerja - Parkir Sumber : Data Primer, diolah (2013) Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dari 10 orang tenaga kerja terdapat 8 tenaga kerja yang mengalami peningkatan pendapatan sedangkan 2 tenaga kerja lain mengalami penurunan pengasilan. Adapun penurunan penghasilan yang dialami oleh responden tenaga kerja tersebut dirasakan tetap bermanfaat bagi kelangsungan ekonomi mereka, dikarenakan tempat mereka bekerja sebelumnya menghabiskan biaya yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan saat ini yang menghabiskan biaya kebutuhan sehari-hari yang lebih rendah terlebih lagi pekerjaan mereka di bidang wisata saat ini lebih dekat dengan tempat tinggal dan keluarga. Perubahan status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan adanya peningkatan lapangan pekerjaan dan penghasilan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder sangat mempengaruhi aktivitas sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar oleh karena itu pihak pengelola yaitu TNGHS dapat meningkatkan kerja sama dengan masyarakat dengan cara memberikan kesempatan pekerjaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung lainnya disamping dapat meningkatkan pengelolaan alam yang lestari juga dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. 57

74 Aspek Spasial Aspek spasial merupakan kajian terhadap pengelolaan yang dilakukan pada suatu kawasan wisata serta bagaimana sistem zonasi yang dilakukan terkait keberadaan wisata tersebut. Kajian mengenai aspek spasial yang dilakukan dalam penelitian adalah untuk melihat peran serta fungsi dari masing-masing stakeholder terkait serta membandingkan peran dan fungsi stakeholder sebelum dan sesudah penetapan kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS. Selanjutnya sistem zonasi yang telah dilakukan oleh pengelola dijelaskan secara deskriptif. Hal tersebut dilakukan untuk memperlihatkan kondisi spasial kawasan Gunung Bunder saat ini guna melihat prospek pengembangan kedepan. Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan hutan yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani. Dalam pengelolaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan hutan produksi juga merupakan kawasan wisata yang peruntukkannya adalah sebagai pendukung jasa-jasa lingkungan. Peran Perum Perhutani saat mengelola kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebagai pengelola dan pengembang objek wisata secara penuh tanpa adanya kerjasama dengan instansi swasta atau instansi pemerintah lainnya. Kebijakan yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani adalah dengan melakukan penataan kawasan hutan sebagai objek wisata termasuk dalam membangun beberapa aset bangunan seperti pintu gerbang, pos tiket, musholla dan toilet. Selama pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bunder Perum Perhutani melibatkan masyarakat sekitar untuk bekerja sama dalam pengelolaan kawasan wisata dengan melibatkan masyarakat dalam K3 (Kebersihan, ketertiban, keamanan) melalui sistem PHBM (Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat). Adapun saat ini pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan oleh TNGHS. Oleh karena itu Perum Perhutani saat ini tidak memiliki peran apapun dalam pengelolaan tetapi Perum Perhutani tetap menjaga aset yang ada di kawasan wisata tersebut. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini dilakukan oleh pihak taman nasional tentunya sejalan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani hanya saja pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini lebih mengedepankan prinsip konservasi dan kelestarian alam serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Oleh

75 karena itu perlu diketahui peran serta fungsi masing-masing stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi pengelolaan sebelum dan sesudah dijadikannya kawasan TNGHS di kawasan wisata Gunung Bunder. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran pengelolaan yang dapat dilakukan terkait peran dan fungsi stakeholder saat ini. peran dan fungsi stakeholder terkait mengelolaan tersebut dapat diketahui pada Tabel 24. Tabel 24 Peranan dan fungsi stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder Stakeholder Kepala Resort Gunung Bunder II Perum Perhutani Sebelum Sesudah Peranan Fungsi Peranan Fungsi Membantu Sebagai perhutani dalam pengelola mempertahankan kawasan wisata jasa lingkungan Gunung Bunder yang ada di dan GSE. kawasan. Mitra Kerja dalam kelestarian dan jasa lingkungan Sebagai pengelola dan pengembang objek wisata tertentu di GSE secara penuh Sumber : Data Primer, Diolah 2013 Penataan kawasan hutan sebagai Objek Wisata dan jasa lingkungan Perhutani tidak memiliki peran dalam pengelolaan 59 Menjaga, memantau dan mengelola, melestarikan daerah Gunung Salak Endah, membuat zonasi terkait dengan pengelolaan dan konservasi, membatasi dan memagari aktivitas masyarakat yang bertentangan dengan prinsip konservasi Menjaga aset yang ada di TNGHS Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS lebih mengedepankan nilai-nilai konservasi. Hal tersebut merupakan nilai tambah bagi keberadaan wisata Gunung Bunder karena memiliki potensi untuk dikembangkan ke arah ekowisata lebih lanjut. Upaya pencapaian pengembangan wisata tersebut tentunya dapat dilakukan dengan pengelolaan yang baik serta didukung oleh masyarakat sekitar agar tercipta kawasan wisata yang berkelanjutan. Sejalan dengan visi dan misi TNGHS melakukan beberapa kebijakan terkait pengelolaan. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menjaga keberadaan

76 60 kawasan tetap dalam koridor atau batas konservasi. Adapun kebijakan yang dilakukan adalah dengan membuat zonasi di masing-masing wilayah taman nasional termasuk pada kawasan wisata Gunung Bunder. Peran pengeloaan yang dilakukan oleh taman nasional saat ini adalah untuk mengawasi serta menjalankan fungsi-fungsi konservasi dengan membatasi aktivitas-aktivitas yang tidak sejalan dengan kelestarian alam. Oleh karena itu taman nasional mempunyai peran yang kuat dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. Adapun pengelolaan yang dilakukan saat ini disesuaikan dengan sistem zonasi yang telah dilakukan. Adapun pembagian sistem zonasi yang telah dilakukan disesuaikan dengan kondisi alam serta potensi alam yang ada di kawasan taman nasional. Zonasi tersebut meliputi zona initi, zona rimba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona khusus, zona tradisional, dan zona budaya. kawasan Gunung Bunder termasuk ke dalam zona pemanfaatan dikarenakan kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dan jasa lingkungan. Adapun kriteria zona pemanfaatan merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk kegiatan pendidikan, pengembangan, dan jasa lingkungan selain itu zona pemanfaatan juga merupakan suatu kawasan yang memungkinkan dibangun fasilitas wisata, pendidikan, dan penelitian, serta tidak berbatasan langsung dengan zona Inti.

77 61 VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Terdapat dua faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder. Faktor-faktor tersbut tersebut adalah umur dan lama mengetahui objek wisata. 2. Hasil perhitungan menunjukkan surplus konsumen pengunjung kawasan Gunung Bunder per kunjungan adalah sebesar Rp per individu sehingga didapatkan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebesar per tahun. 3. Nilai dampak ekonomi langsung kawasan wisata Gunung Bunder yaitu sebesar Rp , dampak ekonomi tidak langsung adalah sebesar Rp dan dampak ekonomi lanjutan adalah sebesar Rp Nilai keynesian income multiplier adalah sebesar Nilai ratio income multiplier tipe I adalah sebesar 1.91 dan ratio income multiplier tipe II adalah sebesar Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki nilai ekonomi dan dampak ekonomi yang besar pengaruhnya terhadap masyarakat lokal karena dapat memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar sehingga wisata Gunung Bunder harus terus dipertahankan. 4. Kawasan wisata Gunung Bunder berpotensi dikembangkan untuk kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan daya tarik yang paling diminati oleh pengunjung yaitu pemandangan indah dan udara segar, selain itu keberadaan wisata Gunung Bunder juga memberikan manfaat positif bagi masyarakat sekitar yaitu dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. 7.2 Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya bagi pengelola kawasan wisata untuk pengembangan dan pengelolaan wisata selanjutnya. Berdasarkan hasil dan pembahasan serta

78 62 kesimpulan yang telah dijelaskan maka saran yang dapat disampaikan sebagai masukan dalam pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah : 1. Pihak pengelola diharapkan dapat meningkatkan upaya promosi kawasan wisata Gunung Bunder sebagai kawasan wisata di taman nasional. Kegiatan promosi dapat berupa pemberian leaflet, peningkatan papan informasi mengenai keragaman biodiversitas dan informasi mengenai perubahan status kawasan ataupun melakukan aktivitas yang mendukung konservasi seperti penanaman pohon. 2. Agar kondisi alam dan sumberdaya yang ada didalamnya terjaga, pengelola kawasan diharapkan mampu menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga sarana dan prasarana yang ada harus dirawat, ditingkatkan dan ditambah terutama dengan memperbanyak tempat sampah dan papan informasi. Hal tersebut dirasa sangat penting karena berhubungan langsung dengan aktivitas pengunjung. 3. Pihak pengelola perlu meningkatkan pemberdayaan terhadap unit usaha, tenaga kerja maupun masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata untuk mengenal dan mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip wisata alam yang berkelanjutan agar keberlanjutan kawasan wisata yang lestari dapat terjaga. Oleh karena itu dukungan dari masing-masing pihak terkait perlu ditingkatkan 4. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai daya dukung lingkungan kawasan wisata Gunung Bunder agar dapat mendukung keberlanjutan wisata dan menghindari adanya kerusakan sumberdaya alam.

79 63 DAFTAR PUSTAKA Adirahmanta SN Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Kaliurang Pasca Penetapan Taman Nasional Gunung Merapi. Tesis. Program Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang. Agustina VS Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Gunung Salak Endah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Calhoun dan Acocella Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Ed Ke-3, Terjemahan. IKIP. Semarang Press, Semarang. [Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Kegiatan Penyusunan Penataan Kawasan Wisata Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor (Laporan Kegiatan). Dritasto A dan Anggraeni AA Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Reka Loka Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Januari Gujarati DN. 2007a. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Fauzi A Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Fretchling D Assesing the Impacts of Travel and Tourism Introduction to Travel Impact Estimation. In Travel, Tourism and Hospitality Research, J.R. Brent Ritchie and Charles R. Goeldner (ed.), John Wiley and Sons Inc. New York. Juanda B Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Gunung Halimun Salak National Park Management Project. Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS Pebruari 2004 Januari Hartono T, Kobayashi H, Widjaya H dan Suparmo M Menyingkap Kabut Gunung Halimun-Salak. Edisi Revisi. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Bogor Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project) Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Murphy PE Tourism A Community Approach, Methuen, New York.

80 64 Nugroho Iwan Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Resort Gunung Salak II Data Jumlah Pengunjung di GSE tahun Resort Gunung Salak II. Bogor. Sarwono SW Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Sekartjakrarini S Ekowisata: Batasan dan Pengertian. Dalam Seri Ekowisata. Jakarta: IdeASK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 Soemarwoto Otto Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Sihombing DMR Penilaian Ekonomi dan Prosepek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susilowati MI Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwantoro G Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Stynes DJ and Sun Y Estimating National Park Visitor Spending and Economic Impacts. Department of Park Recreation and Tourism Resources, Michigan State University. Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata. Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Vanhove N The Economics of Tourism Destinations. Elsevier Butterworth- Helnemann, Oxford University. United Kingdom. Wahab S Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Yoeti OA Ekonomi pariwisata: Introduksi, informasi, dan implementasi. Jakarta [ID]: Kompas.

81 LAMPIRAN 65

82 66 Lampiran 1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder dengan biaya perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, umur, lama mengetahui objek wisata, dan jarak. Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients Collinearity Statistics Toleranc Model B Std. Error Beta T Sig. e VIF 1 (Constant) Biaya Perjalanan E Pendapatan Total E Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun

83 67 Lampiran 2.Uji Normalitas Hipotesis uji: H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (taraf nyata) yaitu sebesar One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 80 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.137 Positive.137 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).097 a. Test distribution is Normal. Lampiran 3 Uji F Hipotesis uji: H0 : Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y P value (0,000) < α 5% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Lama Mengetahui Objek Wisata, Pendapatan Total, Jarak, Penddikan formal (tahun), Umur (tahun), Biaya Perjalanan b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun

84 68 Lampiran 4 Uji Multikolerasi Hasil regresi menunjukan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF<10) Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficients Collinearity Statistics Toleranc Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF 1 (Constant) Biaya Perjalanan E Pendapatan Total E Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun Lampiran 5 Uji Autokorelasi Nilai Durbin Watson hasil regresi (1,81) menunjukan tidak terjadi autokorelasi pada model karena berada pada selang antara 1,55 dan 2,46 Model Summary b Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), Lama Mengetahui Objek Wisata, Pendapatan Total, Jarak, Penddikan formal (tahun), Umur (tahun), Biaya Perjalanan b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun

85 69 Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas Coefficients a Standardize Unstandardized Coefficients d Coefficients Collinearity Statistics Model 1 (Constant) B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF D.Total E Pendapatan Total 8.654E Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata a. Dependent Variable: ABRESID3

86 70 Lampiran 7 Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir Responden Jumlah Kunjungan Responden Jumlah Kunjungan Jumlah 173

87 71 Lampiran 8 Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan The regression equation is Y = X1 Model Summary b Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), D.Total3 b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), D.Total3 b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) D.Total E a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun

88 72 72 Lampiran 9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

89 73 No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

90 74 74 No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total Total Rata-rata Proporsi Keterangan : 1A : Biaya transportasi 1B : Biaya konsumsi dari rumah 1C : Biaya konsumsi di lokasi 1D : Biaya penginapan 1E : Biaya pembelian souvenir 1F : Biaya tiket masuk 1G : Biaya sewa alat jasa 1H : Biaya dokumentasi 1I : Biaya parkir

91 75 Lampiran 10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) Keterangan Resp I (a) C1 (b) C2 C3 (d) C4 (e) C5 (f) C6 (g) C7 (h) C8 (i) Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f +g+h+i) Pendapatan (k) (k=a-j) Warung Jumlah Rata-rata

92 76 76 Keterangan Resp I (a) C1 (b) C2 C3 (d) C4 (e) C5 (f) C6 (g) C7 (h) C8 (i) Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f +g+h+i) Pendapatan (k) (k=a-j) Bengkel dan bensin Jumlah Rata-rata Jagung bakar Jumlah Rata-rata Soto Jumlah Rata-rata Asongan Jumlah Rata-rata Keterangan : I C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 : Penerimaan : Upah karyawan : Pembelian Bahan baku : Pemeliharaan alat : Listrik : Kredit : Transportasi lokal : Pajak : Gas

93 Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) Pekerjaan Pendapatan Perbulan Rata-rata Pendapatan Pendapatan Total Perbulan 77 Rata-rata Pendapatan Total Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Sewa alat Kemah Volunteer Volunteer Volunteer Volunteer Parkir Parkir Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja Tenaga Kerja Biaya Pangan/Bulan (a) Biaya Transportasi/Bulan (b) Biaya Sekolah Anak/Bulan (c) TOTAL Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Rata-rata Proporsi Volunteer dan Sewa alat Kemah Rata-rata Proporsi Volunteer Volunteer Volunteer Volunteer Rata-rata Proporsi Parkir Parkir Rata-rata Proporsi Keterangan : a b c : Biaya pangan/bulan : Biaya transportasi/bulan : Biaya sekolah anak/bulan

94 78 Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda E = Rp D = Rp N = Rp U = Rp Keynesian income multiplier D + N + U = E = = 1.77 Ratio income multiplier Tipe I D + N = D = = 1.91 Ratio income multiplier Tipe II D + N + U = D = = 2.43

95 79 Lampiran 14 Dokumentasi Dokumentasi 1 Pintu Gerbang TNGHS Gunung Bunder Dokumentasi 2 Keindahan hutan Gunung Bunder Dokumentasi 3 Kondisi Hutan Gunung Bunder Dokumentasi 4 Keindahan alam Kawah Ratu Dokumentasi 5 Keindahan Curug Cihurang Dokumentasi 6 Masyarakat yang menjadi volunteer Dokumentasi 7 Unit Usaha Warung Dokumentasi 8 Aktivitas yang dilakukan di Camping Ground

96 80 Lampiran 14 Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Sumber : Hartono et al (2007)

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM GUNUNG HALIMUN SALAK FERNANDO SINAGA

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM GUNUNG HALIMUN SALAK FERNANDO SINAGA ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM ESTIMASI CURUG NILAI CIGAMEA DAN DI DAMPAK KAWASAN EKONOMI TAMAN WISATA NASIONAL ALAM CURUG CIGAMEA GUNUNG DI KAWASAN HALIMUN SALAK TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, tekanan terhadap sumberdaya

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

I. UMUM. Sejalan...

I. UMUM. Sejalan... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM I. UMUM Kekayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK

PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK Assessment Of Tourist Attraction Zone Mananggar Waterfall Village Engkangin District Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

MANFAAT EKONOMI SERTA POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KEGIATAN WISATA ALAM DI CURUG CIGAMEA, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, KABUPATEN BOGOR

MANFAAT EKONOMI SERTA POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KEGIATAN WISATA ALAM DI CURUG CIGAMEA, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, KABUPATEN BOGOR i MANFAAT EKONOMI SERTA POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KEGIATAN WISATA ALAM DI CURUG CIGAMEA, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, KABUPATEN BOGOR DWI AJENG NIRMALA URISS DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengelolaan sumber daya alam, khususnya hutan yang berkelanjutan dimasa kini telah menjadi keharusan, dimana keberadaan serta keberlangsungan fungsi sumber daya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci