ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 RINGKASAN NADIA MUTIARANI. Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang. Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR. Kota Tangerang yang dikenal sebagai kota seribu industri memiliki lokasi wisata alam yang menjadi salah satu tujuan masyarakat Tangerang dan sekitarnya untuk berwisata yaitu Situ Cipondoh. Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar karena masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh; (2) Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi Situ Cipondoh; (3) Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan; (4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh. Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Tangerang. Waktu pengambilan data berlangsung selama bulan Mei sampai dengan bulan Juni Hasil dari penelitian ini diperoleh rata-rata pengunjung Situ Cipondoh berusia tahun dengan rata-rata pekerjaan pengunjung ialah sebagai karyawan swasta dan berpenghasilan berkisar antara Rp hingga Rp , sebagian besar pengunjung Situ Cipondoh berasal dari Tangerang dan sisanya berasal Jakarta para wisatawan datang dengan motor bersama kelompok maupun keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Cipondoh dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan metode biaya perjalanan individual (Individual Travel Cost Method) tiap individu pertahun kunjungan, berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh dan variabel jumlah rombongan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan ke Situ Cipondoh. Nilai surplus ekonomi yang diterima pengunjung ialah sebesar Rp 52,874 per individu per kunjungan dan nilai ekonomi situ Cipondoh yaitu sebesar Rp ,00 sedangkan dampak ekonomi diestimasi dengan menggunakan pendeketan multiplier effect. Berdasarakan pendekatan tersebut diperoleh dampak langsung wisata Situ Cipondoh yang diterima oleh pemilik unit usaha sebesar 72.3%, dampak tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal adalah 0.44% dan dampak lanjutan yang merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pangan tenaga kerja lokal sebesar 85.37%. Nilai keynesian income multiplier sebesar 4.04, ratio income multiplier tipe I sebesar 1,08, dan ratio income multiplier tipe II sebesar 1,16. Kata Kunci : Dampak Ekonomi, Keynesian Multiplier, Wisata, Situ Cipondoh i

3 ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH TANGERANG NADIA MUTIARANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

4 Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang Nama : Nadia Mutiarani NRP : H Disetujui, Dosen Pembimbing Rizal Bahtiar, SP,MSi NIP Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : ii

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor,Agustus 2011 Nadia Mutiarani H iii

6 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah SWT atas karunia yang diberikan sehingga memberikan kelancaran dalam proses pengerjaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak terutama kepada: 1. Mama (Aisyah Qwartini Turjana), Papa (Iwan Gayaputra) dan saudarasaudaraku tercinta (Kang Luthfi, Teh Devi, Teh Tantri, Ka Elang, De Astri, Naila), Lucky Zulkarnain yang telah memberikan doa yang tiada henti, dorongan, semangat, perhatian, kasih sayang dan motivasi kepada penulis selama dalam pengerjaan skripsi. 2. Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Novindra S.P, M.Si selaku dosen perwakilan departemen atas masukannya sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. 4. Pengelola Situ Cipondoh, Bapak Nurdin dan Bapak Nawawi atas bantuan dan kerjasamanya selama pengerjaan skripsi serta seluruh responden yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Rekan sebimbingan Diyah Ayu P, Dina Setriana, Dessy C, Ririe R, Wahyu N, Junita N, Inayah N dan Lorisa N. 6. Rekan Pondok Nuansa Sakinah.: Arlena, Salys, Asti, Alya, Nene, Dina, Cipi, Sarah. 7. Kartika P.S, Dina B, Icha, Riri dan Teman-teman ESL 44 tercinta atas kebersamaan, kekeluargaan, kekompakan dan keceriaan yang telah diberikan. iv

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga skripsi dengan judul Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dari pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Situ Cipondoh. Selain itu, dilakukan pula estimasi terhadap nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan. Penelitian ini juga mengkaji mengenai dampak ekonomi kegiatan wisata Situ Cipondoh serta menganalisis alternatif kebijakan pengembangan wisata Situ Cipondoh. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak. v

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Wisata Ekowisata Permintaan Wisata Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Dampak Ekonomi Wisata Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Pengambilan Contoh Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Analysis) Pendugaan Surplus Konsumen Analisis Regresi Berganda Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh terhadap Masyarakat Lokal Hipotesis Penelitian V. GAMBARAN UMUM vi

9 5.1 Gambaran Umum Lokasi Wisata Keadaan Umum Wilayah Aksesibilitas Daya Tarik Pengelolaan Wisata VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Asal Daerah Cara Kedatangan Jenis Kendaraan Frekuensi Kunjungan Lama Mengetahui Lokasi Wisata Jumlah Rombongan Motivasi Kunjungan Persepsi Pengunjung Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Lokal Lama Bekerja Jam Kerja dalam Sehari Persepsi terhadap Wisata Situ Cipondoh Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha Lama Menjalankan Unit Usaha Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Jumlah Tanggungan Lama Tinggal Persepsi Mengenai Lokasi Wisata Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Permintaan Wisata Situ... Cipondoh Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap... Permintaan Wisata Situ Cipondoh Variabel yang Tidak Berpengaruh Secara Signifikan... vii

10 terhadap Permintaan Wisata Situ Cipondoh Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Situ Cipondoh Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Implikasi Kebijakan Pengembangan Wisata Situ Cipondoh VII. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran VIII. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP viii

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (WISNUS) Tahun Kontribusi Pariwisata terhadap Perekonomian Nasional Matriks Metode Analisis Data Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Persepsi Pengunjung Mengenai Sarana dan Prasarana Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Fungsi Permintaan Wisata Situ Cipondoh dengan Travel Cost Method Proporsi Pengeluaran Wisatawan Situ Cipondoh Proporsi Pengeluaran Pengunjung Per Bulan di Wisata... Alam Situ Cipondoh Proporsi Pengeluaran Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja dan Jenis Pekerjaan pada Situ Cipondoh Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan ix

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh Juni 2010-Mei Alur Pemikiran Penelitian Sebaran Asal Daerah Wisatawan Situ Cipondoh Sebaran Cara Kedatangan Wisatawan Situ Cipondoh Sebaran Jenis Kendaraan yang Digunakan Responden Sebaran Frekuensi Kunjungan Responden Dalam Satu Tahun Terakhir Sebaran Lama Mengetahui Responden terhadap Situ 45 Cipondoh.. 8. Sebaran Jumlah Rombongan Wisata Situ Cipondoh Sebaran Motivasi Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh Persepsi Pengunjung terhadap Panorama Alam Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan Persepsi Pengunjung terhadap Keamanan Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata Sebaran lama bekerja Responden tenaga kerja di Situ Cipondoh Sebaran Jam Kerja Responden Tenaga Kerja dalam Sehari Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha Sebaran Tanggungan Masyarakat Sekitar Situ Cipondoh Sebaran Lama Tinggal Masyarakat Sekitar Situ Cipondoh. 60 x

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Estimasi Model Hasil Regresi Berganda faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata Situ Cipondoh Uji Kolmogorov Smirnov Residual plot Jumlah Pengunjung Situ Cipondoh Januari 2010 Mei Perhitungan Surplus Konsumen Dampak Ekonomi Wisata Situ Cipondoh 88 7 Dokumentasi 89 xi

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 kelompok kepulauan kecil dengan tanah dan area lautan yang luas serta ekologi yang beragam. Indonesia memiliki populasi lebih dari 235 juta jiwa atau terpadat keempat di dunia yang terdiri dari sekitar 350 etnis suku dengan 483 bahasa dan budaya. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai zamrud khatulistiwa karena pesona keanekaragaman alam dan budaya yang dimiliki. Berdasarkan keunggulan tersebut Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan pariwisata yang dimilikinya terutama pariwisata alamnya. Potensi wisata yang dimiliki dapat memicu aktivitas di sektor pariwisata dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan ekonomi daerah. Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang mengunjungi tempat wisata baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara. Jumlah wisatawan nusantara terus mengalami peningkatan selama tahun 2004 hingga tahun 2010, keterangan mengenai perkembangan wisatawan nusantara antara tahun 2004 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. 1

15 Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun Tahun Wisatawan Nusantara (ribuan orang) Perjalanan (Ribuan) Rata-rata Perjalanan (Hari) Total Pengeluaran (Trilyun Rp) Sumber : BPS (diolah kembali oleh P2DSJ) Potensi sektor pariwisata memberikan beberapa kontribusi positif terhadap perekonomian nasional karena sektor pariwisata nasional telah menyumbang devisa sebesar US$ 4,63 miliar sepanjang Januari-Agustus Selain itu, dampak pariwisata dapat dilihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional dan daya serap lapangan kerja di sektor industri pariwisata. Dampak pariwisata terhadap perekonomian nasional cenderung meningkat. Pada tahun 2004 kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional adalah sebesar 113,78 trilyun rupiah atau sebesar 5,01 persen dari total PDB nasional, tahun 2005 kontribusi mengalami peningkatan sebesar 33,02 trilyun rupiah menjadi 146,8 trilyun rupiah atau 5,27 persen dari total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2006 kontribusi pariwisata mengalami penurunan menjadi 143,62 atau 4,30 persen terhadap PDB nasional, namun pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali meningkat menjadi 169,67 triliyun atau sebesar 4,29 persen dari total keseluruhan PDB nasional. Selain memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional, pariwisata juga memberikan kontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Pada tahun 2004, 2

16 pariwisata memberikan kontribusi terhadap lapangan kerja sebanyak 8,49 juta orang atau 9,06 persen dari total lapangan kerja nasional. Pada tahun 2005 kontribusi pariwisata turun menjadi 6,55 juta orang, atau 6,97 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 93,96 juta orang. Pada tahun 2006 kembali turun menjadi 4,41 juta orang, atau 4,65 persen dari total lapangan kerja kerja. Namun, pada tahun 2007 kontribusi pariwisata terhadap lapangan kerja kembali meningkat menjadi 5,22 juta orang atau 5,22 persen dari total lapangan kerja sebesar 99,93 juta orang. Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, tetapi diharapkan dapat berperan menjadi katalisator pembangunan. Terdapat delapan keuntungan pengembangan pariwisata di Indonesia yaitu peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan pendapatan nasional, percepatan proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri dan memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor maupun perdagangan luar negeri. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian Nasional PDB Nasional ( Rp Trilyun) 2,273,14 2,784,90 3,339,50 3,957,40 Kontribusi Pariwisata ( Rp Trilyun) 113,78 146,8 143,62 169,67 Persentase (%) 5,01 5,27 4,30 4,29 Lapangan Kerja Nasional ( Juta Orang) 93,72 93,96 95,46 99,93 Kontribusi Pariwisata 8,49 6,55 4,41 5,22 (Juta Orang) Persentase (%) 9,06 6,97 4,65 5,22 Sumber: Nesparnas Depbudpar,

17 Kota Tangerang yang dikenal sebagai kota seribu industri ternyata memiliki beberapa lokasi objek wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata rohani yang dapat dikembangkan. Obyek-obyek wisata tersebut perlu dikelola dengan profesional agar tidak hanya meningkatkan arus kunjungan wisatawan, tetapi juga dapat memelihara cagar budaya dan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Kota Tangerang. Selain itu, Kota Tangerang juga memiliki beberapa tempat dan agenda budaya yang menarik. Jika potensi ini dikelola dengan baik, tidak hanya akan mendatangkan arus wisatawan dan mendorong perekonomian wilayah, namun mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata, seni dan budaya serta akan memperkokoh karakter dan jati diri masyarakat Kota Tangerang. Wisatawan nusantara maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Tangerang menunjukkan tren peningkatan semenjak tahun 2005 hingga tahun Wisatawan nusantara yang berkunjung pada tahun 2005 sebanyak 155,695 orang meningkat menjadi 180,377 pada tahun Hal ini juga terjadi pada wisatawan asing yaitu sebanyak 69,513 pada tahun 2005 meningkat menjadi 76,789 orang pada tahun Peningkatan ini menunjukkan semakin dikenalnya obyek-obyek wisata di Kota Tangerang baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun demikian, apabila dibandingkan antara wisatawan nusantara dengan wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Tangerang terlihat bahwa wisatawan asing kurang dari lima puluh persen dibandingkan dengan wisatawan nusantara, untuk mengatasi kondisi ini perlu adanya upaya yang lebih progresif untuk mempromosikan potensi obyek wisata di luar negeri. Di samping 1 diakses tanggal 7 Mei

18 itu faktor keamanan perlu ditingkatkan karena faktor keamanan merupakan faktor dominan yang menjadi bahan pertimbangan wisatawan asing ketika berkunjung ke suatu daerah di Indonesia. Salah satu lokasi wisata alam yang terdapat di Kota Tangerang adalah Situ Cipondoh. Situ ini memiliki luas sekitar hektar dan mulai dilestarikan tahun 2005 sedangkan untuk sektor pariwisata baru mulai dikembangkan sejak tahun Namun, untuk pengelolaan pariwisata secara baik baru mulai dilakukan pada tahun Jumlah pengunjung Situ Cipondoh selama satu tahun terakhir secara garis besar mengalami peningkatan tiap bulannya. Penurunan jumlah pengunjung terjadi pada bulan Agustus 2010 yang disebabkan pada bulan tersebut merupakan bulan suci ramadhan sehingga jumlah pengunjung tidak sebanyak diluar bulan ramadhan sedangkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan yang cukup tajam pada bulan September Hal ini disebabkan pada bulan tersebut bertepatan dengan hari raya lebaran sehingga banyak pengunjung yang menghabiskan liburannya untuk berwisata ke Situ Cipondoh. Jumlah kunjungan wisatawan ke Situ Cipondoh selama bulan Juni 2010 hingga Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh Juni 2010-Mei

19 Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar. Masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena masyarakat sekitar yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana kegiatan wisata di Situ Cipondoh berdampak secara ekonomi bagi masyarakat dan mengestimasi besar nilai ekonomi manfaat rekreasi Situ Cipondoh yang diperoleh pengunjung. 1.2 Perumusan Masalah Propinsi Banten memiliki luas wilayah 8.800,83 km 2. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 populasi penduduk Banten mencapai jiwa. Unit pemerintahan propinsi Banten dibagi atas empat kabupaten yaitu, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan 4 Kota yaitu; Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik sumber daya pariwisata budaya, alam, buatan dan kehidupan masyarakat tradisional (living culture) yang berkembang sebagai tujuan wisata berskala nasional maupun internasional. Menurut dinas pariwisata Tangerang, pengembangan pariwisata provinsi Banten diidentifikasikan atas 204 obyek daerah tujuan wisata (ODTW). Menurut Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) tahun 2006 obyek daerah tujuan wisata yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten terdiri dari 84 obyek wisata alam, 34 obyek wisata sejarah dan budaya, 24 obyek wisata buatan, 9 obyek wisata living culture dan 48 obyek wisata atraksi kesenian. Sebanyak 71 ODTW (34,8%) merupakan kawasan wisata yang telah berkembang 6

20 baik dalam skala nasional maupun internasional. Sementara itu sekitar 100 ODTW (49,0%) merupakan Obyek Wisata yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu lokasi wisata yang potensial untuk dikembangkan adalah Situ Cipondoh yang terletak di Kota Tangerang. Situ Cipondoh memiliki luas sekitar 126,7 hektar. Lokasi ini mulai dilestarikan tahun 2005 tetapi baru dikembangkan untuk sektor pariwisata pada tahun Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar. Masyarakat lokal berperan sebagai penyedia sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Meskipun Situ Cipondoh cukup berkembang dan banyak dikunjungi, namun sejauh ini pengelolaan Situ Cipondoh masih sepenuhnya dilakukan oleh Forum Masyarakat untuk Pelestarian dan Pengembangan Situ Cipondoh (FORMASI) dan belum ada peran dari pihak pemerintah sehingga pengembangan wisata Situ Cipondoh masih belum optimal. Hingga saat ini belum ada studi mengenai analisa dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Situ Cipondoh sehingga nilai dampak ekonomi kegiatan wisata bagi masyarakat lokal dan nilai ekonomi manfaat rekreasi Situ Cipondoh belum diketahui. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan terkait rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimanakah karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Cipondoh? 3. Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan? 7

21 4. Bagaimanakah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Cipondoh. 3. Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan. 4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap disiplin keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi pengelola dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan wisata agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. 3. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Banten dapat dijadikan rujukan atau pertimbangan dalam pengembangan sektor pariwisata sehingga mampu mendukung perekonomian daerah. 8

22 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh, Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. 2. Fungsi permintaan wisata menggunakann pendekatan individual travel cost method, sehingga diasumsikan Situ Cipondoh menjadi satu-satunya tempat tujuan wisata responden. 3. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari pengeluaran wisatawan selama dilokasi wisata. 9

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Wisata Pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Menurut Gunn (1994) dalam Damanik dan Weber (2006) wisata merupakan suatu pergerakan temporal manusia menuju tempat selain dari tempat biasa tinggal dan bekerja, selama tinggal di tempat tujuan tersebut melakukan kegiatan dan diciptakan fasilitas untuk mengakomodasikan kebutuhan. Bentuk-bentuk wisata dikembangkan dan direncanakan sebagai berikut: 1. Kepemilikan (ownership) atau pengelola areal wisata tersebut yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga sektor yaitu badan pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan komersial. 2. Sumberdaya (resource) yaitu alam (natural), atau budaya (culture). 3. Perjalanan wisata atau lama tinggal. 4. Tempat kegiatan yaitu di dalam ruangan (indoor) atau di luar ruangan (outdoor). 5. Wisata utama atau wisata pengunjung (primary/secondary). 10

24 6. Daya dukung (carrying capacity) dengan tingkat penggunaan pengunjung intensif, semi intensif dan ekstensif. 2.2 Ekowisata Fandeli (2002) menjelaskan ekowisata sebagai suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi dan sosial. Pada hakikatnya juga merupakan suatu konsep pengembangan wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian areal, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Republik Inidonesia No.18 tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, ekowisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA). Form (2004) dalam Damanik dan Webber (2006) menyusun tiga konsep ekowisata yang lebih operasional, yaitu sebagai berikut: (1) perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. (2) mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu. (3) perjalanan wisata ini memberikan perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. 2.3 Permintaan Wisata Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan 11

25 kepatuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk sifatnya berbeda antara satu dengan yang lain akan tetapi permintaan terhadap produk dan fasilitas tersebut sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand). Dengan kata lain permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut ( Kelly, 1998; Gunn, 2002). Menurut Wahab (2003), permintaan wisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan permintaan yang aktual (nyata). Permintaan yang potensial ialah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan dalam kondisi siap untuk berpergian sedangkan permintaan aktual (nyata) adalah orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata. Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial wisata. Permintaan potensial ini harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata. Pengambilan keputusan berlangsung secara bertahap, mulai dari tahap munculnya kebutuhan, kesediaan untuk berwisata, sampai kebutuhan itu sendiri. Menurut sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yaitu (1) permintaan atau kebutuhan, (2) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri; (3) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi 12

26 keduanya dan (4) pelaku atau aktor yang menggerakan ketiga elemen tadi. Unsurunsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa wisata). 2.4 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method ) Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi (total konsumsi selama rekreasi dikurangi biaya konsumsi sehari-hari), biaya transportasi, biaya dokumentasi dan biaya lain-lain. Tarif masuk tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis wisata. Menurut Hufschmidt et al. (1987) pendekatan ini merupakan pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum dan juga tempat rekreasi. Inti dari pendekatan ini bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Informasi yang diperoleh dari pengunjung akan dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi. Qi = f (TC, X1,..., Xn) Dimana, Qi TC Xi..Xn = tingkat kunjungan, = biaya perjalanan = banyaknya variabel sosial-ekonomi termasuk tingkat pendapatan dan variabel lain yang sesuai. 13

27 Dalam aplikasinya, metode biaya perjalanan ini mempunyai beberapa teknik-teknik pendekatan (Turner et al., 1994), antara lain: 1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang. 2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut. 3. Random Utility Approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan yang mengestimasi bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat berdasarkan preferensi mereka dan individu tersebut tidak menghubungkan antara kualitas tempat wisata dengan biaya pendekatan biaya perjalanan untuk mencapai tempat tersebut. Oleh karena itu, pendekatan ini memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi. 4. Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk menghitung nilai tempat rekreasi mnggunakan pendekatan zonal. Namun, belakangan ini metode biaya perjalanan yang telah digunakan beralih menjadi pendekatan individual. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei. 14

28 Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya (Hufschmidt et al, 1987). Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu zonal travel cost method (ZTCM) dan individual travel cost method (ITCM). ZTCM merupakan pendekatan yang relatif mudah dan murah. Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur nilai dari jasa rekreasi dari sebuah tempat secara keseluruhan. ZTCM diaplikasikan dengan mengumpulkan informasi dari jumlah kunjungan ke tempat rekreasi dari berbagai daerah atau zona. Dalam hal ini, biaya perjalanan dan waktu akan meningkat seiring dengan meningkatnya jarak, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti untuk memperhitungkan jumlah kunjungan di berbagai harga. Informasi tersebut digunakan untuk membangun fungsi permintaan dan mengestimasi surplus konsumen, atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dari sebuah tempat. Metodologi ITCM secara prinsip sama dengan ZTCM (Mehmet dan Turker, 2006) namun ITCM menggunakan data dari survei setiap pengunjung dalam analisis statistik bukan data dari masing-masing zona. Sehingga metode ini memerlukan data yang lebih banyak dan analisis lebih rumit, tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat. 2.5 Dampak Ekonomi Wisata Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan dan penempatan tenaga kerja yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang 15

29 usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga (Milasari,2010). Menurut Stynes et al. (2000), pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata. Dampak total ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun lanjutan, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales), 16

30 penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added). Menurut Clement dalam Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda (Multiplier effect). Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip seperti yang dijelaskan oleh Yoeti (2008) yaitu: 1. Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan. 2. Uang itu selalu berpindah tangan, dari orang satu ke orang yang lain. 3. Semakin cepat uang berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier. 4. Uang itu akan hilang dari peredaran, apabila uang itu tidak lagi berpindah tangan tetapi berhenti dari peredaran karena sudah tidak memberikan pengaruh terhadap perekonomian setempat. 5. Pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tetentu. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010) yaitu analisis dampak ekonomi wisata Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Dari hasil analisis diperoleh bahwa keberadaan taman wisata Tirta Sanita memberikan dampak ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik 17

31 unit usaha yaitu sebesar 54%. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah yaitu sebesar 2%. Dampak induced yang berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 59% digunakan untuk kebutuhan pangan. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1,07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,22 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1,37. Agustina (2009) melakukan penelitian tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar menggunakan efek penggandaan (Multiplier Effect) dari sisi pengeluaran wisatawan (tourism expenditure). Hasil penelitian tersebut diperoleh dampak ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha yaitu sebesar 27,8% sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja yaitu sebesar 6,1% dan dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 74%. Nilai Keynesian income multiplier adalah 2,79. ratio income multiplier tipe 1 adalah 1,51 dan ratio income multiplier tipe 2 adalah 1, 90. Hermalinda (2010) melakukan penelitian mengenai penilaian dampak ekonomi pengembangan kawasan wana wisata Curug Cilember terhadap masyarakat lokal. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh dampak ekonomi langsung kegiatan wana wisata Curug Cilember sebesar 21.41%, dampak ekonomi tidak langsung sebesar 4.96% dan dampak ekonomi lanjutan sebesar 83.58%. Sementara itu nilai keynesian income multiplier yang diperoleh adalah 0.51, nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1.18, dan nilai ratio income multiplier tipe II sebesar

32 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kota Tangerang memiliki beberapa lokasi objek wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata rohani. Obyek-obyek wisata tersebut perlu dikelola dengan profesional agar mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta dapat memelihara cagar budaya dan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Kota Tangerang. Selain itu, Tangerang juga memiliki beberapa tempat dan agenda budaya yang menarik. Jika potensi ini dikelola dengan baik, maka akan mendatangkan wisatawan dan mendorong perekonomian wilayah. Selain itu, hal tersebut akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata, seni dan budaya serta akan memperkokoh karakter dan jati diri masyarakat Kota Tangerang. Salah satu jenis wisata yang berkembang di kota Tangerang adalah wisata danau. Lokasi wisata danau yang menjadi tujuan warga Tangerang maupun wilayah sekitar Kota Tangerang adalah Situ Cipondoh. Pada awalnya Situ Cipondoh hanya berupa rawa-rawa yang dipenuhi eceng gondok. Namun, karena adanya kepedulian warga sekitar, Situ Cipondoh tersebut dibersihkan dan dijadikan tempat wisata. Wisata Situ Cipondoh dikelola oleh pengelola yang terdiri dari kumpulan masyarakat sekitar. Wisata Situ Cipondoh merupakan tempat wisata bagi warga Tangerang. Keindahan alam, infrastruktur dan fasilitas yang ada menjadi faktor-fakor penunjang pengembangan wisata tersebut dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Namun, dalam pengelolaan wisata Situ Cipondoh masih belum optimal serta belum adanya peran pemerintah dalam pengembangan wisata tersebut. 19

33 Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan keterkaitan antara tujuan penelitian dengan langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja danpengunjung Situ Cipondoh. Karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja dan pengunjung dideskripsikan melalui bagaimana kualitas wisatawan yang dapat berkunjung. Karakteristik tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel Langkah kedua adalah mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi Situ Cipondoh. Pada langkah ini ingin memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata dilokasi penelitian menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan Microsoft Excel2007 dan Minitab 15. Langkah ketiga adalah mengkuantifikasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan dengan bantuan Microsoft Excel Langkah terakhir adalah menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata Situ Cipondoh. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dianalisis dengan menggunakan Keynesian income multiplier dan selanjutnya dianalisis bentuk kebijakan yang diperlukan untuk mengembangkan wisata Situ Cipondoh. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran ini secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2. 20

34 Kota Tangerang Kawasan Wisata Situ Cipondoh Pengelolaan Wisata Situ Cipondoh yang belum optimal Pengunjung Karakteristik dan persepsi Pengunjung Analisis Deskriptif dan Permintaan Wisata Faktor yang Nilai Ekonomi mempengaruhi manfaat rekresai permintaan wisata Surplus konsumen Dampak Ekonomi Wisata terhadap Masyarakat Analisis Regresi Linear Berganda Langsung (direct) Tidak Langsung (Indirect) Lanjutan (Induced) Nilai Dampak Ekonomi Keynesian Multiplier Rekomendasi Pengelolaan Wisata Situ Cipondoh Gambar 2. Alur Pemikiran Penelitian 21

35 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dikarenakan Situ Cipondoh merupakan salah satu wisata alam di daerah Kota Tangerang yang berpotensi untuk dikembangkan. Waktu pengambilan data berlangsung selama bulan Mei sampai Juni Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan para pengunjung, tenaga kerja lokal, pemilik unit usaha dan masyarakat sekitar. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik pengunjung, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, pendapatan dari unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal sekitar. Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata Situ Cipondoh, buku referensi, jurnal, internet dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait serta sumber lain yang dapat menunjang tujuan penelitian yang ingin dicapai. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian. 22

36 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data meliputi metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner sedangkan metode kualitatif berupa penyajian data dengan cara mengintepretasikan dan mendeskripsikan data kuantitatif. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kedalam bentuk yang lebih sederhana. Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007dan Minitab 15. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1. Mengidentifikasi karakteristik - Data primer dan - Analisis masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja dan pengunjung Wisata Situ Cipondoh. data sekunder Deskriptif dan kuantitatifdeng anmicrosoft Excel Mengidentifikasi Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan Wisata Situ Cipondoh 3. Mengkuantifikasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan. - Data primer - Model Regresi Berganda dengan Microsoft Office Excel 2007dan Minitab 15 - Data Primer - Contingent Valuation Method, surplus Konsumen dengan Microsoft Excel

37 4.4 Metode Pengambilan Contoh Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh pengunjung adalah non-probability sampling dimana pada metode ini tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dijadikan responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana peneliti tidak mengambil contoh secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Singarimbun dan Effendi (1987) dalam Novianti (2010)). Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Situ Cipondoh. Usia 15 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Jumlah sampel untuk pengunjung Situ Cipondoh sebanyak 60 orang. Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal serta masyarakat sekitar dilakukan dengan bentuk purposive sampling, dimana anggota responden dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu keterwakilan jenis usahanya. Responden terpilih untuk unit usaha sebanyak 16 unit usaha dan tenaga kerja lokal sebanyak 23 orang. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar dengan pertimbangan kriteria responden terpilih adalah masyarakat yang mengetahui keberadaan wisata Situ Cipondoh sebanyak 30 orang Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Analysis) Metode penilaian untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang paling banyak dipakai adalah Travel Cost Method (TCM). Metode ini menduga nilai 24

38 ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah objek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket masuk dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka model yang dibangun untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Cipondoh yang dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan metode biaya perjalanan individual (Individual Travel Cost Method) tiap individu pertahun kunjungan, yaitu: Y = b 0 + b 1 X 1 - b 2 X 2 b 3 X 3 - b 4 X 4 + b 5 X 5 + ε dimana: Y = Jumlah kunjungan/trip tahunan ke Situ Cipondoh (jumlah kunjungan per tahun) X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 ε = Pendapatan responden (rupiah per tahun) = Biaya Perjalanan individu ke Situ Cipondoh (rupiah) = Umur responden (tahun) = Waktu tempuh ke Situ Cipondoh (menit) = Jumlah rombongan (orang) = Error term b 1 - b 5 = Koefisien regresi untuk faktor X 1 -X 5 Variabel-variabel diatas dipilih berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu dan observasi di lapang. Ada tidaknya masalah multikolinearitas perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu model regresi. Adanya hubungan antar 25

39 variable bebas (multikolinearitas) tidak menjadi hal yang serius jika tujuan dari model regresi untuk keperluan perkiraan atau peramalan. Namun, jika tujuan dari model regresi untuk keperluan memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari X i terhadap Y, maka adanya multikolinearitas menjadi hal yang serius (Supranto,2004) dalam (Novianti,2010) Pendugaan Surplus Konsumen Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi (Fauzi, 2004). Surplus konsumen untuk fungsi permintaan yang telah dibuat (bersifat linear) dapat diukur melalui formula : Dimana : N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b1 = Koefisien dari biaya perjalanan Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sedehana, yaitu: 1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Y i = 26

40 2. Peubah X k merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas X k. a. Komponen sisaan ε i mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(ε i )=0 dan Var (ε i ) = σ 2. b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan ε i sehingga Cov (ε i, ε j ) = 0, untuk i j. c. komponen sisaan menyebar normal Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Pemenuhan asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan normality test pada residual hasil persamaan model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan titik-titik pada garis berbentuk linier dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan dapat terpenuhi. 2. Uji Statistik t Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan metode OLS berbeda secara signifikan dengan nilai 27

41 parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai berikut : H 0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). H 1 : bi 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut : Jika t hitung > t tabel, maka terima H 0, artinya variabel bebas (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ). Jika t hitung t tabel, maka tolak H 0, artinya variabel bebas (X i ) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ). 3. Uji Statistik F Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujian statsitik F 1) Membuat Hipotesa. H 0 :β 1 =β 2 = 0 H 1 :β 1 β 2 β 3 =β 4 = 0 2) Kriteria. H 0 akan diterima dan H 1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel. H 0 akan ditolak dan H 1 akan diterima bila F-stat > F-tabel. 28

42 3) Mencari nilai F-tabel dengan interval 1%, maka akan diperoleh nilai F- tabel sebagai berikut: Dimana : R 2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variabel n = Jumlah sampel T = Jumlah unit waktu Atau : F-tabel = {α; (n-1,nt-n-k)} 4) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel. 4. Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut.jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model. 29

43 5. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε t ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (ε i )= E(ε 2 i )=σ 2 i untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Glejser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadnt dan white test. 6. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Nilai statistik Durbin Watson berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya mendekati dua maka menunjukan tidak adanya autokorelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW). H 0 : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif H 1 : terdapat serial autokorelasi Tolak H 0 jika d < dl atau d >4 dl dan terima H 0 jika du < d <4 du Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Terhadap Masyarakat Lokal Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata (META,2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit 30

44 usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah dan (5) rencana investasi kedepan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah diikuti. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat memperkiraan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan (induced impact) dari pengeluaran pengunjung. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal, informasi penting yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan (induced impact) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang 31

45 yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META,2001): 1. Keynesian Local Income Multiplier Nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier Nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dirumuskan : 1. Keynesian Income Multiplier D+N+U E 2. Ratio Income Multiplier, Tipe I 3. Ratio Income Multiplier, Tipe II dimana: D+N D D+N+U D E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) 32

46 Setelah mengidentifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, dapat dilakukan identifikasi produk atau jasa yang belum tersedia dilokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengeloladan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut Hipotesis Penelitian Adapun Hipotesis dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kunjungan ke Situ Cipondoh dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, waktu tempuh dan umur diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke wisata Situ Cipondoh. 2. Tingkat pendapatan dan jumlah rombongan berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Situ Cipondoh. 3. Aktivitas wisata di Situ Cipondoh diduga memberikan dampak ekonomi langsung terhadap masyarakat sekitar yang bekerja di lokasi tersebut berupa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan rata-rata per bulan. 33

47 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum mengenai lokasi penelitian yang akan dibahas dalam bab ini meliputi keadaan umum wilayah, aksesibilitas, daya tarik dan pengelolaan wisata. Penjelasan mengenai gambaran umum penelitian akan dibahas lebih lanjut pada sub bab dibawah ini Keadaan Umum Wilayah Situ Cipondoh merupakan situ yang terbentuk secara alami, Situ Cipondoh termasuk kedalam wilayah kota Tangerang. Berdasarkan pemetaan terakhir pada tahun 1994 luas wilayah Situ Cipondoh diketahui 126,7 Ha. Situ Cipondoh terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pinang dan Kecamatan Cipondoh. Wilayah Kecamatan Pinang memiliki luas wilayah sekitar 21,59 Km2 atau 2.159,01 Ha. Kecamatan Pinang terdiri dari 11 Kelurahan yaitu : Kelurahan Pinang, Sudimara Pinang, Neroktog, Cipete, Pakojan, Panunggangan, Panunggangan Utara, Panunggangan Timur, Kunciran, Kunciran Indah dan Kunciran Jaya. Secara administratif, Kecamatan Pinang berbatasan dengan : Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang dan Cibodas. Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah dan Ciledug. Sebelah Utara : Kecamatan Tangerang dan Cipondoh. Sebelah Selatan : Kabupaten Tangerang. Kecamatan Cipondoh terdiri dari 10 Kelurahan yaitu : Kelurahan Poris Plawad Indah, Cipondoh, Kenanga, Gondrong, Petir, Ketapang, Cipondoh Indah, 34

48 Cipondoh Makmur, Poris Plawad Utara dan Poris Plawad. Kecamatan Cipondoh memiliki luas wilayah Ha. Secara administrasi Kecamatan Cipondoh berbatasan dengan : Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang. Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang dan Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat. Sebelah Utara : Kecamatan Batuceper Kota Tangerang, Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Cengkareng Kotamadya Jakarta Barat. Sebelah Selatan : Kecamatan Pinang. Secara administratif Situ Cipondoh berbatasan dengan Kelurahan Cipete dan Kelurahan Poris Plawad di sebelah barat, Kelurahan Neroktog di sebelah timur, Kelurahan Cipondoh di sebelah utara dan Kelurahan Kunciran Jaya di sebelah selatan. Situ Cipondoh berasal dari kata ci yang memiliki makna air dan kata pondoh yang bermakna menggenang. Situ Cipondoh memiliki arti air yang menggenang di lengkungan. Dahulu kawasan ini merupakan deretan hutan hutan, hal ini diketahui karena didasar Situ masih banyak terdapat bonggolbonggol akar besar. Situ Cipondoh memiliki beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan gabus, ikan tawas, ikan melem, belut dan berbagai jenis hewan lain. Sebelum dijadikan tempat wisata pada tahun 2005 kondisi Situ Cipondoh sangat memprihatinkan karena hampir di seluruh permukaan Situ Cipondoh ditumbuhi gulma seperti eceng gondok, rumput pakis, sarekat, teratai sehingga sangat sulit melihat air di dalam situ. Kedalaman air di Situ Cipondoh terus mengalami pendangkalan hingga kedalaman air hanya mencapai meter yang 35

49 diakibatkan adanya pembusukan dari gulma-gulma yang tumbuh tersebut. Akibat pendangkalan itulah sering terjadi banjir di kawasan ini. Berdasarkan keprihatinan tersebut pada pertengahan tahun 2005 sekitar bulan Maret, timbul inisiatif dari masyarakat dari kedua kecamatan yaitu kecamatan Cipondoh dan kecamatan Cipinang yang digerakkan oleh beberapa tokoh penggerak untuk membersihkan situ. Kegiatan kerja bakti untuk membersihkan Situ Cipondoh dilakukan secara swadaya. Pada awalnya kegiatan pembersihan dilakukan dengan kerja bakti secara masal setiap hari minggu selama tiga bulan oleh masyarakat sekitar, setelah tiga bulan kerja bakti dilakukan secara bergiliran oleh masyarakat sekitar khususnya warga RW 02. Pada akhir 2006 Situ Cipondoh mulai dikunjungi warga sekitar untuk hanya sekedar melihatlihat. Namun, tahun-tahun berikutnya Situ Cipondoh semakin banyak sehingga pihak pengelola mulai muncul ide untuk melengkapi wisata Situ Cipondoh ini dengan sarana permainan berupa sepeda air dan speed boat. Meskipun telah dijadikan tempat wisata, pihak pengelola tetap ingin memepertahankan fungsi Situ Cipondoh sebagai resapan air. Seluruh hasil yang diperoleh dari kegiatan wisata dialokasikan seluruhnya untuk biaya-biaya pelestarian Situ Cipondoh. Berdasarkan pemantauan dinas lingkungan hidup kualitas air di Situ Cipondoh masih tergolong baik karena belum banyak tercemar limbah pabrik atau limbah berbahaya lainnya. Oleh sebab itu mulai tahun 2011, pemerintah Kota Tangerang menjadikan Situ Cipondoh sebagai Sumber air PAM. 36

50 5.1.2 Aksesibilitas Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastuktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, selama di daerah tujuan wisata (Inskeep,1994) dalam (Damanik dan Weber, 2006). Aksesibilitas menuju Situ Cipondoh tergolong mudah. Hal ini dikarenakan lokasi Situ Cipondoh yang berada di sisi jalan Hasyim Ashari yang merupakan jalur utama di wilayah Cipondoh, Tangerang. Selain itu, kondisi jalan yang baik memudahkan para wisatawan untuk menjangkau lokasi baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun menggunakan kendaraan pribadi. Bagi wisatawan yang melewati daerah Ciledug dan Kunciran untuk mencapai lokasi wisata akan mengalami sedikit hambatan karena adanya kemacetan di sejumlah titik. Kemacetan yang terjadi disebabkan oleh adanya pasar, perempatan, maupun angkutan umum yang menaikan dan menurunkan penumpang. Bagi wisatawan yang berasal dari arah Cikokol Tangerang dapat menggunakan angkutan umum B-02 atau R-10 (dari Pasar Anyar Tangerang). Sedangkan untuk wisatawan yang berasal dari daerah Kebayoran, Ciledug, Kunciran dan sekitarnya dapat menggunakan angkutan umum C01 ataupun Metromini 69 lalu dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum B01 yang menuju arah Cikokol Daya Tarik Daya tarik yang dimiliki wisata Situ Cpondoh adalah keindahan alam yang dimiliki Situ Cipondoh, sarana-sarana permainan yang dimiliki seperti sepeda air dan speed boat, taman berbentuk pulau di tengah situ dan rumah makan. Pemandangan indah dan udara yang sejuk menjadi keunggulan tempat 37

51 wisata ini yang terletak ditengah kondisi udara perkotaan yang sudah terkena polusi, terlebih lagi Kota Tangerang dikenal dengan aktivitas industrinya sangat padat. Harga tiket masuk yang terjangkau mampu meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung dan menghabiskan waktu untuk berwisata di Situ Cipondoh. Selain itu bagi masyarakat yang memiliki hobi memancing lokasi ini sangat tepat untuk menyalurkan hobi mereka karena situ cipondoh memiliki beberapa jenis ikan yang dapat dipancing oleh pengunjung Pengelolaan Wisata Secara umum Situ Cipondoh berada di bawah kewenangan pemerintah Provinsi Banten. Namun, untuk pengelolaan wisata Situ Cipondoh masih dikelola oleh masyarakat sekitar yang tergabung dalam Forum Masyarakat Untuk Pelestarian dan Pengembangan Situ Cipondoh (Formasi). Formasi terbentuk atas dasar keprihatinan terhadap keadaan Situ Cipondoh yang tidak terurus sehingga masyarakat tersebut memiiki inisiatif untuk membersihkan Situ dan mengelolanya menjadi tempat wisata. Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola dibedakan menurut hari kunjungan. Hari senin hingga sabtu harga tiket yang diberlakukan sebesar Rp 2000, hari minggu sebesar Rp 3000 sedangkan apabila terdapat pertunjukan musik harga tiket yang diberlakukan sebesar Rp Harga tiket tersebut hanya diberlakukan untuk dapat memasuki taman, untuk menikmati sarana permainan para wisatawan dikenakan harga yang berbeda. Untuk sepeda air dikenakan harga Rp per 30 menit sedangkan untuk mengelilingi Situ Cipondoh dengan menggunakan speed boat masing-masing wisatawan dikenakan harga Rp 5000/orang. 38

52 VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam skripsi kali ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja lokal serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masing masing kelompok responden akan dijelaskan sebagai berikut: Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Wisatawan yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dengan persentase 41,67% responden berjenis kelamin laki-laki dan 58,33% berjenis kelamin perempuan. Usia wisatawan wisata Situ Cipondoh berkisar antara usia 15 tahun hingga lebih dari 45 tahun. Sebesar 31,67% wisatawan Situ Cipondoh berusia antara tahun, 26,67% berusia tahun, 15% berusia tahun, kemudian kelompok usia tahun dan kelompok usia lebih dari 45 tahun masing-masing terdiri dari 10 % dan kelompok usia sebesar 6,67%. Adapun rata rata pendidikan terakhir responden adalah lulusan SMA yaitu sebesar 53,33%, sebanyak 23,33% responden merupakan lulusan SMP, sebanyak 20% dari responden merupakan lulusan perguruan tinggi dan sisanya sebesar 3,33% merupakan lulusan sekolah dasar. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan dapat dilihat pada Tabel 4. 39

53 Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 25 41,67 Perempuan 35 58,33 Jumlah ,00 Usia Frekuensi Persentase (%) , , , , ,00 > ,00 Jumlah ,00 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) PT 12 20,00 SMA 32 53,33 SMP 14 23,33 SD 2 3,33 Jumlah ,00 Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Karyawan Swasta 18 30,00 Pelajar 15 25,00 Wiraswasta 11 18,33 Buruh 4 6,67 PNS 5 8,33 IRT 3 5,00 Pensiun 4 6,67 Jumlah ,00 Pendapatan Frekuensi Persentase (%) < , , , , ,33 > ,67 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011) Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pekerjaan dari responden wisatawan Situ Cipondoh terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok 40

54 pertama merupakan kelompok responden dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta dengan persentase 48%, kelompok kedua merupakan kelompok wiraswasta dengan persentase sebesar 18,33%, kelompok ketiga adalah kelompok pegawai negeri sipil yang terdiri dari 8,33%, kelompok selanjutnya adalah kelompok buruh dan pensiun dengan persentase yang sama yaitu sebesar 6,67% dan kelompok terakhir adalah kelompok ibu rumah tangga yaitu sebesar 5% dari keseluruhan responden. Rata-rata pendapatan perbulan wisatawan adalah antara Rp Rp yaitu sebanyak 45%. Responden dengan pendapatan perbulan antara Rp Rp sebanyak 20%, pendapatan perbulan dibawah Rp sebanyak 18,33%. Responden dengan pendapatan perbulan Rp Rp dan pendapatan perbulan wisatawan yang lebih dari Rp masing-masing sebesar 6,67% sedangkan responden dengan pendapatan perbulan Rp Rp terdiri dari 3,33% Asal Daerah Wisatawan Situ Cipondoh berasal dari wilayah Tangerang maupun dari wilayah Jakarta yang berbatasan dengan Kota Tangerang. Jumlah wisatawan Situ Cipondoh yang berasal dari wilayah Jakarta sebanyak 31,67% sedangkan sebanyak 68,33% wisatawan Situ Cipondoh berasal dari wilayah Tangerang. Sebaran asal daerah dari wisatawan wisata dijelaskan pada Gambar 3 41

55 . Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 3. Sebaran Asal Daerah Wisatawan Situ Cipondoh Cara Kedatangan Rata-rata cara kedatangan responden wisatawan Situ Cipondoh untuk mengunjungi lokasi wisata adalah secara berkelompok maupun dengan keluarga. Hal ini dapat diketahui dari persentase masing-masing kategori yaitu sebesar 48,33%. Sedangkan 3,33% dari responden mengunjungi Situ Cipondoh tanpa ditemani siapapun. Berdasarkan hal tersebut menandakan bahwa wisata Situ Cipondoh cocok untuk dijadikan tempat wisata bersama keluarga maupun tempat berkumpul dengan kelompok seperti teman-teman maupun pasangan. Sebaran cara kedatangan wisatawan dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 4. Sebaran Cara Kedatangan Wisatawan Situ Cipondoh 42

56 Jenis Kendaraan Perjalanan menuju Situ Cipondoh dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan baik mobil pribadi, motor pribadi maupun kendaraan umum. Berikut sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden untuk menuju Situ Cipondoh yang dijelaskan pada Gambar 5. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 5. Sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 70% dari responden menggunakan motor pribadi untuk mencapai Situ Cipondoh, sedangakan sebanyak 18,33% responden menggunakan mobil pribadi dan sebanyak 11,67% reponden menggunakan kendaraan umum untuk dapat mencapai lokasi wisata Situ Cipondoh. Hal ini dikarenakan sebagian besar kendaraan yang dimiliki responden adalah motor. Selain itu dengan menggunakan motor dapat mempersingkat waktu tempuh dan menghindari macet yang sering terjadi di lokasi Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan wisatawan Situ Cipondoh selama satu tahun terakhir dapat menggambarkan tingkat kesukaan wisatawan terhadap tempat wisata Situ 43

57 Cipondoh. Sebaran frekuensi kunjungan satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 6. Sebaran Frekuensi Kunjungan Responden dalam Satu Tahun Terakhir Sebanyak 61,67% telah mengunjungi lokasi wisata Situ Cipondoh sebanyak satu hingga tiga kali dalam satu tahun terakhir, 25% reponden telah mengunjungi lokasi wisata sebanyak empat hingga enam kali kunjungan, 8,33% responden telah mengunjungi lebih dari sepuluh kali dalam satu tahun terakhir dan sebanyak 5% dari responden telah mengunjungi Situ Cipondoh antara tujuh kali hingga sembilan kali kunjungan dalam satu terakhir Lama Mengetahui Lokasi Wisata Sebanyak 33,33% reponden dari wisatawan telah mengetahui keberadaan Situ Cipondoh sejak empat hingga enam tahun yang lalu. Sebanyak 28,33% responden baru mengetahui keberadaan Situ Cipondoh sekitar satu tahun yang lalu. Sekitar 25 % responden telah mengetahui keberadaan Situ Cipondoh selama dua hingga tiga tahun yang lalu dan sebanyak 13,33% responden telah mengetahui keberadaan Situ Cipondoh Sejak lebih dari enam tahun yang lalu. Sebaran lama mengetahui Situ Cipondoh dapat dilihat pada Gambar 7. 44

58 Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 7. Sebaran Lama Mengetahui Responden terhadap Situ Cipondoh Jumlah Rombongan Jumlah rombongan wisatawan yang berkunjung ke Situ Cipondoh terdiri dari beberapa kelompok. Sebaran jumlah rombongan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 8. Sebaran Jumlah Rombongan Wisata Situ Cipondoh Berdasarkan grafik sebanyak 50% dari responden mengunjungi Situ Cipondoh bersama satu hingga tiga orang. Sebanyak 38,33% responden datang bersama empat hingga enam orang. Sebanyak 5% dari responden datang bersama tujuh hingga sembilan orang. Responden yang datang sendiri dan dengan rombongan lebih dari sembilan orang masing-masing terdiri dari 3,33%. 45

59 Motivasi Kunjungan Motivasi para wisatawan untuk berkunjung ke Situ Cipondoh bermacam macam. Sebanyak 55% wisatawan motivasi berkunjung adalah untuk menikmati pemandangan yang berada di Situ Cipondoh, 16,67% dari responden mengunjungi Situ Cipondoh untuk menikmati pemandangan dan sarana permainan yang ada, 13,33% responden untuk menikmati pemandangan dan menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari. Responden yang motivasi berkunjungnya untuk menikmati sarana permainan dan memancing masingmasing sebanyak 6,67% dan 3,33% dari keseluruhan responden. Sedangkan motivasi lain dari responden adalah untuk menikmati pemandangan sambil memancing, menikmati live music dan menikmati sarana permainan sekaligus menikmati pemandangan untuk menghilangkan jenuh terdiri dari masing-masing 1,67%. Sebaran motivasi kunjungan responden wisatawan dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber : Dikumpulkan Penulis (2011) Gambar 9. Sebaran Motivasi Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh 46

60 Persepsi Pengunjung Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Masing-masing individu memiliki penilaian masing-masing terhadap keberadaan suatu obyek tertentu. Berikut merupakan persepsi pengunjung terhadap berbagai aspek yang berada di wisata Situ Cipondoh. 1. Persepsi Pengunjung terhadap Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam suatu tempat wisata, karena sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dan berkaitan dengan kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Secara keseluruhan pengunjung menilai sarana dan prasarana yang dimiliki Situ Cipondoh sudah cukup baik, namun masih perlu banyak peningkatan. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persepsi Pengunjung mengenai Sarana dan Prasarana Proporsi (%) No Sarana dan Sangat Baik Cukup Buruk Sangat Prasarana baik (%) baik (%) Buruk (%) (%) (%) 1 Mushola 6,67 23, Tempat parkir ,33 11, Tempat makan 3, , Tempat sampah 3,33 23,33 46,67 16, Sarana permainan 6,67 23,33 56,67 13, Tempat duduk 1, ,67 21, Toilet ,67 18,33 0 Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) 47

61 2. Persepsi Pengunjung terhadap Panorama alam Panorama alam menjadi salah satu daya tarik wisata Situ Cipondoh banyak pengunjung yang datang hanya untuk sekedar menikmati pemandangan yang terdapat pada Situ Cipondoh. Sebanyak 55% dari responden beranggapan bahwa panorama alam di Situ Cipondoh Baik, sebanyak 28,33% responden beranggapan panorama alam di Situ Cipondoh cukup baik sedangkan sebanyak 16,67% responden beranggapan bahwa panorama alam di Situ Cipondoh sangat baik. Persepsi pengunjung terhadap panorama alam Situ Cipondoh akan dijelaskan pada Gambar 10. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 10. Persepsi Pengunjung terhadap Panorama Alam 3. Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan Sebagian besar responden atau sebanyak 40% dari responden menyatakan bahwa kebersihan di Situ Cipondoh masih buruk, hal ini terlihat dari masih banyaknya sampah yang berserakan di sekitar daerah Situ Cipondoh. Sedangkan sebanyak 31,67% responden menilai kebersihan di Situ Cipondoh sudah cukup baik tetapi tetap harus ditingkatkan, 23,33% dari responden menilai kebersihan di Situ Cipondoh sudah baik dan sebanyak 5% dari responden menilai kebersihan di 48

62 Situ Cipondoh sangat buruk. Persepsi pengunjung terhadap kebersihan dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 11. Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan 4. Persepsi Pengunjung terhadap Keamanan Sebanyak 56.67% responden pengunjung menilai keamanan di lokasi wisata di Situ Cipondoh sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan sejauh ini belum ada pengunjung yang merasakan kehilangan apapun selama mengunjungi Situ Cipondoh. Adapun sebanyak 40% dari responden menganggap keamanan lokasi sudah baik, sebanyak 1,67% dari responden menilai bahwa keamanan di lokasi wisata Situ Cipondoh sudah sangat baik dan sebanyak 1,67% responden pengunjung menilai keamanan di Situ Cipondoh masih buruk. Persepsi pengunjung terhadap keamanan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Gambar 12. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 12. Persepsi Pengunjung terhadap Keamanan 49

63 5. Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas Sebagian besar responden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh sudah baik. Letak Situ Cipondoh yang terletak di jalan utama dan dapat ditempuh baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum menjadi salah satu dasar bagi responden untuk menilai aksesibilitas Situ Cipondoh sudah baik. Persepsi responden pengunjung terhadap aksesibilitas dapat dilihat pada Gambar 13. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 13. Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 43.33% dari reponden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh baik, 38,33% responden menilai aksesibilitas Situ Cipondoh cukup baik, 16,67% responden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh sangat baik dan sebanyak 1,67% pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh buruk. 6. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata Sebanyak 46,67% reponden menilai pengelolaan wisata Situ Cipondoh sudah baik. Responden mengaku adanya peningkatan kearah yang lebih baik dari tahun ke tahun. Mulai dari kondisi lingkungan maupun dari sarana dan prasarana 50

64 yang ada di lokasi wisata. Responden menilai kondisi wisata Situ Cipondoh saat ini berbeda dengan keadaan pada awal-awal tahun wisata ini baru didirikan. Persepsi pengunjung terhadap pengelola wisata dapat dilihat pada Gambar 14. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 14. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Lokal Pengembangan Situ Cipondoh menjadi tempat wisata turut berperan dalam menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi pengangguran yang ada di sekitar lokasi wisata karena sebagian besar tenaga kerja Situ Cipondoh merupakan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukkan pengembangan wisata telah memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada penelitian kali ini terdiri dari tiga puluh sembilan orang dengan proporsi 74,36% laki-laki dan 25,64% perempuan. Rata-rata usia responden tenaga kerja berkisar antara lima belas tahun hingga dua puluh lima tahun dengan presentasi sebesar 41,03% dari keseluruhan responden. Sebanyak 25,64 % responden berusia antara dua puluh enam hingga tiga puluh lima tahun dan sebanyak 33,33% merupakan responden yang berusia 51

65 diatas 35 tahun. Karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 29 74,36 Perempuan 10 25,64 Jumlah Usia Frekuensi Persentase (%) , ,64 > ,33 Jumlah Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 10 25,64 SMP 20 51,28 SMA 9 23,08 Jumlah Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Penjaga Parkir 6 15,38 Petugas kebersihan 3 7,69 Penjaga Tiket 3 7,69 Penjaga Permainan 4 10,26 Penjaga kios 21 53,85 Pengurus Taman 2 5,13 Jumlah Pendapatan Frekuensi Persentase (%) < , , ,95 > ,08 Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2011) Berdasarkan tabel di atas diketahui pendidikan terakhir yang ditempuh responden terdiri dari 51,28% atau hampir sebagian besar responden merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama dan sebesar 25,64% merupakan lulusan Sekolah Dasar dan sisanya sebesar 23,08% merupakan lulusan Sekolah 52

66 Menengah Atas. Rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai pengajaga kios yaitu sebesar 53,58%, sebesar 15,38% responden bekerja sebagai penjaga parkir, sebanyak 10,26% responden bekerja sebagai petugas yang menjaga permainan, penjaga kebersihan dan penjaga tiket masing-masing memiliki persentase sebesar 7,69%. Sisanya sebesar 5,13% responden bekerja sebagai pengurus taman. Ratarata pendapatan tenaga kerja wisata alam Situ Cipondoh berkisar antara Rp Rp yaitu sebanyak 48,72%, responden dengan penghasilan lebih dari Rp terdiri dari 23,08% dan responden dengan penghasilan antara Rp Rp terdiri dari 17,95%. Sedangkan responden dengan penghasilan kurang dari Rp terdiri dari 10,26% Lama Bekerja Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa sebanyak 56,62% dari responden telah bekerja di Situ Cipondoh selama satu hingga dua tahun sedangkan, sebanyak 30,43% responden sudah bekerja lebih dari tiga tahun dan sisanya sebesar 13,04% responden mengaku baru bekerja di Situ Cipondoh kurang dari satu tahun. Sebaran lama bekerja responden tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 15. Sebaran Lama Bekerja Tenaga Kerja di Situ Cipondoh 53

67 Jam Kerja dalam sehari Berdasarkan hasil wawancara sekitar 82,61% responden bekerja antara delapan hingga sepuluh jam dalam sehari. Responden yang bekerja antara lima hingga tujuh jam sehari sebanyak 13,04% dan responden dengan jam kerja antara sebelas hingga tiga belas jam sebanyak 4,35%. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul sembilan atau sepuluh pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam sehari dapat dilihat pada Gambar 16. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 16. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam sehari Persepsi terhadap Wisata Situ Cipondoh Seluruh tenaga kerja yang menjadi responden menyatakan tidak terganggu dengan keberadaan wisata Situ Cipondoh, sebaliknya responden meraskan manfaat dengan adanya wisata ini. Sebanyak 52,17% menilai manfaat yang dirasakan atas pengembangan wisata Situ Cipondoh adalah berupa peningkatan pendapatan dan sebanyak 39,13% responden merasakan manfaat berupa peningkatan lapangan kerja sedang sisanya sebesar 8,70% tidak merasakan adanya manfaat dari pengembangan wisata Situ Cipondoh. Seluruh responden menilai tempat wisata Situ Cipondoh sangat berpeluang untuk dikembangkan 54

68 serta kondisi lingkungannya pun semakin baik dibandingkan dengan awal pendirian wisata Situ Cipondoh Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha Sektor unit usaha merupakan sektor pendukung dalam suatu kegiatan pariwisata karena unit usaha berperan dalam menyediakan kebutuhan pengunjung selama melakukan kegiatan wisata. Unit usaha yang menjadi responden pada penelitian kali ini terdiri dari enam belas unit usaha dengan proporsi jenis kelamin 62,50 % laki-laki dan 37,50% perempuan. Rata-rata usia reponden berkisar antara usia antara tiga puluh satu dan empat puluh dengan persentase sebesar 43,75%. Sebanyak 31,25% merupakan responden dengan usia antara dua puluh hingga tiga puluh tahun. Sedangkan sisanya sebanyak 25% merupakan responden dengan usia lebih dari empat puluh tahun. Pendidikan terakhir responden rata-rata lulusan sekolah dasar yaitu sebanyak 37,5% dari keseluruhan responden, sisanya masing masing sebanyak 31,25% merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Jenis unit usaha yang berada di wisata Situ Cipondoh terdiri dari warung makanan dan warung minuman. Sebanyak 75% dari responden jenis unit usaha yang dimiliki adalah warung makanan dan sebanyak 25% memiliki unit usaha warung minuman. Pendapatan rata-rata perbulan yang diperoleh unit usaha berkisar antara Rp hingga Rp yaitu sebanyak 43,75%. Responden dengan pendapatan >Rp yaitu sebanyak 37,50%, sedangkan responden dengan pendapatan perbulan antara Rp Rp terdiri dari 12,5% dari keseluruhan responden. Sedangkan sisanya sebanyak 55

69 6,25% responden memiliki pendapatan perbulan antara Rp Rp Karakterististik sosial ekonomi unit usaha dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 10 62,50 Perempuan 6 37,50 Jumlah ,00 Usia Frekuensi Persentase (%) , ,75 > ,00 Jumlah ,00 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 6 37,5 SMP 5 31,25 SMA 5 31,25 Jumlah ,00 Jenis Unit Usaha Frekuensi Persentase (%) Warung makanan 12 75,00 Warung minuman 4 25,00 Jumlah ,00 Pendapatan Frekuensi Persentase (%) , , ,25 > ,50 Jumlah ,00 Modal Usaha Frekuensi Persentase (%) < , , > ,25 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011) 56

70 Lama Menjalankan Unit Usaha Lama menjalankan usaha tiap responden unit usaha yang berada di Situ Cipondoh berbeda-beda. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa responden yang memulai usahanya kurang dari satu tahun dan yang memulai usaha antara satu hingga tiga tahun masing masing memiliki persentase sebanyak 31,25% dari keseluruhan responden. Sebanyak 25% responden telah memulai usahanya lebih dari empat tahun yang lalu dan sisanya sebanyak 12,5 % telah membuka usaha yang dijalaninya selama lebih dari enam tahun. Meskipun para responden baru berjualan di Situ Cipondoh baru sekitar lima tahun yang lalu ketika situ cipondoh dijadikan tempat wisata. Sebaran lama responden dalam menjalankan unit usaha dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 17. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 17. Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Masyarakat RW 02 merupakan kelompok masyarakat yang paling merasakan adanya manfaat dari pengembangan wisata Situ Cipondoh. Masyarakat sekitar yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah tiga puluh orang 57

71 dengan proporsi 43,33% laki-laki dan 56,67% perempuan. Usia masyarakat yang menjadi responden rata-rata adalah tahun dengan persentase sebanyak 36,67%, 23,33% berusia diatas empat puluh tiga tahun sedangkan responden yang berusia tahun dan tahun masing-masing sebanyak 20%. Pendidikan yang ditempuh responden sebanyak 40% merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas, responden dengan pendidikan terakhir sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masing-masing sebanyak 26,67 dan sisanya sebanyak 6,67% responden merupakan lulusan peguruan tinggi. Rata rata masyarakat yang menjadi responden yaitu sebanyak 33,33% merupakan seorang pedagang, sebanyak 20% responden merupakan seorang karyawan. Responden yang bekerja sebagai buruh merupakan 16,67% dari keseluruhan responden sedangkan responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta masing-masing memilki persentasi sebanyak 10%, responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil terdiri dari 6,67%, sisanya sebanyak 3,33% responden merupakan pelajar. Rata-rata responden masyarakat sekitar berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan perbulan responden yaitu sebanyak 46,67% memiliki pendapatan antara Rp hingga Rp , sebanyak 30% responden berpenghasilan Rp Rp perbulan. Responden dengan penghasilan lebih dari Rp terdiri dari 13.33%, sebanyak 6,67% responden memiliki penghasilan antara Rp Rp , sisanya sebanyak 3,33% responden berpenghasilan kurang dari Rp Karakteristik sosial ekonomi masyarakat Situ Cipondoh dapat dilihat pada Tabel 8. 58

72 Tabel 8. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 13 43,33 Perempuan 17 56,67 Jumlah ,00 Usia Frekuensi Persentase (%) , , ,00 > ,33 Jumlah ,00 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 8 26,67 SMP 8 26,67 SMA 12 40,00 Perguruan Tinggi 2 6,67 Jumlah ,00 Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Karyawan 6 20,00 Buruh 5 16,67 Pns 2 6,67 IRT 3 10,00 Pedagang 10 33,33 Wiraswasta 3 10,00 Pelajar 1 3,33 Jumlah ,00 Pendapatan Frekuensi Persentase (%) > , , , ,67 > ,33 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011) Jumlah Tanggungan Sebanyak 50% masyarakat sekitar yang dijadikan responden memiliki tanggungan satu hingga dua orang, sebanyak 23,33% memiliki tanggungan tiga hingga empat orang, masyarakat yang tidak memiliki tanggungan sebanyak 59

73 13,33%. Selain itu masyarakat yang memiliki tanggungan lebih dari empat orang juga memiliki persentase sebanyak 13,33%. Gambaran mengenai sebaran jumlah tanggungan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 18. Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 18. Sebaran Tanggungan Masyarakat Sekitar Situ Cipondoh Lama Tinggal Rata-rata masyarakat yang tinggal di sekitar Cipondoh telah menetap selama lebih dari sepuluh tahun, besar persentase masyarakat yang telah menetap selama lebih dari sepuluh tahun adalah 46,67% sedangkan jumlah penduduk asli yang bermukim disekitar wisata Situ Cipondoh adalah 26,67%, sebanyak 20% dari responden telah menetap selama enam hingga sepuluh tahun dan sisanya sebanyak 6,67% merupakan pendatang karena responden baru menetap di sekitar wisata Situ Cipondoh antara satu hingga lima tahun. Gambaran sebaran lama tinggal responden dapat dilihat pada Gambar 19. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011) Gambar 19. Sebaran Lama Tinggal Masyarakat Sekitar Situ Cipondoh 60

74 Persepsi mengenai lokasi wisata Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden telah mengetahui mengenai keberadaan wisata Situ Cipondoh dan sebanyak 90% dari responden tidak merasa keberatan dengan adanya wisata Situ Cipondoh. Sebagian besar masyarakat merasakan adanya manfaat yang diperoleh semenjak dikembangkannya wisata Situ Cipondoh, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat antara lain adanya peningkatan pendapatan yaitu sebanyak 36,67%, manfaat lain yang dirasakan adalah dengan adanya wisata tersebut masyarakat sekitar memiliki tempat yang dekat untuk sarana hiburan, responden yang merasakan manfaat Situ Cipondoh sebagai tempat hiburan sebanyak 13,33% sedangkan sisanya sebanyak 50% masyarakat tidak merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari pengembangan wisata Situ Cipondoh karena mereka tidak terlibat langsung dengan kegiatan wisata. 6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Situ Cipondoh Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan bantuan minitab 15 diperoleh fungsi permintaan wisata ke Situ Cipondoh. Adapun bentuk persamaan model persamaan fungsi permintaan rekreasi Situ Cipondoh adalah: Y = X X X X X 5 Keterangan : Y = Jumlah kunjungan/trip tahunan ke Situ Cipondoh (jumlah kunjungan per tahun) X 1 = Pendapatan responden (rupiah per tahun) X 2 = Biaya Perjalanan individu ke Situ Cipondoh (rupiah) 61

75 X 3 = Umur responden (tahun) X 4 = Waktu tempuh ke Situ Cipondoh (menit) X 5 = Jumlah rombongan (orang) Tabel 9. Fungsi Permintaan Wisata Situ Cipondoh dengan Travel Cost Method Variabel Koefisien SE Koefisien T P VIF Constant 5,3407 0,6770 7,89 0,000 X1(Pendapatan per tahun) 0, , ,13 0,000 2,412 X2( Biaya Perjalanan ) -0, , ,62 0,000 3,136 X3( Usia ) -0, , ,54 0,589 1,193 X4( Waktu Tempuh ) -0, , ,89 0,000 2,899 X5( Jumlah Rombongan) 0, , ,76 0,084 1,339 R % R 2 (adj) 88.7% Sumber : Data Primer diolah (2011) Dari hasil regresi diperoleh R-sq sebesar 89.6%. Hal ini menunjukan sebesar 89.6% keragaman permintaan wisata Situ Cipondoh dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model,sedangkan sisanya yaitu sebesar 10.4 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Prinsip-prinsip yang mendasari regresi linear berganda tidak berbeda dengan regresi linier sederhana. Akan tetapi, dalam regresi linear berganda akan dijumpai beberapa permasalahan, seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi (Nachrowi 2002). Untuk mengetahui kebaikan suatu model yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model: 62

76 1. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data residual dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian, untuk menguji apakah sisaan menyebar normal dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah secara eksploratif dengan melihat normal probability plot dan histogram (Lampiran 3), cara lainnya adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (Lampiran 2) dengan hipotesis H 0 apabila Sisaan menyebar normal dan H 1 apabila sisaan tidak menyebar normal. Apabila p-value > α, maka terima H 0, jika p-value < α maka yang terjadi adalah sebaliknya. α yang digunakan adalah 10%. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh bahwa nilai p-value yaitu sebesar Dengan p-value yang lebih besar dari α sebesar 10%, maka dapat disimpulkan terima H 0 atau data yang dimiliki telah menyebar normal. 2. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi yang perlu dipenuhi dalam regresi linear berganda adalah tidak terjadinya masalah autokorelasi. Untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan uji secara formal yaitu melalui uji Durbin Watson. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson adalah sebesar , nilai ini mendekati angka dua, sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan saling bebas atau tidak terjadinya autokorelasi ( Lampiran 1). 3. Uji Multikolinearitas Pengujian masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada (Lampiran 1) menunjukkan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF<10). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi masalah multikolineritas. 63

77 4. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada atau tidak masalah heteroskedastisitas dapat diketahui melalui metode grafik yaitu melihat grafik sebar (scatter plot) dari variabel residual kuadrat dan variable independen.variabel residual kuadrat dapat dihasilkan dari variabel residual (Winarno 2007). Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa sebaran yang tidak mengumpul atau menyebar sehingga dapat disimpulkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran Uji Statistik t Berdasarkan Tabel 9, dengan melakukan uji t diketahui terdapat empat variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan sebesar 10%. Keempat variabel tersebut adalah variabel pendapatan pertahun, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh dan variabel jumlah rombongan. Hal ini menunjukan variabel tersebut 90% secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi kunjungan. Setelah melakukan analisis hasil uji t, terdapat satu variabel bebas yang ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.variabel tersebut adalah variabel usia. Hal tersebut dikarenakan nilai P dari variabel tersebut lebih besar dari 10%, sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. 6. Uji Statistik F Uji simultan atau uji keseluruhan pada model regresi dapat diketahui berdasarkan hasil perhitungan dan ditunjukkan pada tabel analisis varians (Lampiran 2) dari hasil perhitungan diketahui bahwa seluruh variabel bebas yang terdapat di dalam model regresi saling berpengaruh secara signifikan terhadap 64

78 variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai P yang lebih kecil dari α. Nilai P dalam uji statistik F menunjukkan angka 0,000 yang berarti bahwa semua variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Terdapat dua hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke Situ Cipondoh. Hipotesis pertama ialah kunjungan ke Situ Cipondoh dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, waktu tempuh dan umur yang diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke wisata Situ Cipondoh. Setelah dilakukan pengujian variabel biaya perjalanan dan variabel waktu tempuh sesuai dengan hipotesis. Namun, variabel usia ternyata tidak berpengaruh secara signifikan. Hipotesis kedua yaitu tingkat pendapatan dan jumlah rombongan berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Situ Cipondoh. Berdasarkan hasil uji variabel taraf pendapatan dan jumlah rombongan sesuai dengan hipotesis Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata Situ Cipondoh Berdasarkan hasil uji t diketahui tedapat empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wisata Situ Cipondoh. Adapun ketiga variabel tersebut adalah: 1. Pendapatan Variabel pendapatan signifikan pada taraf nyata 10% dengan tanda positif. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan pendapatan pengunjung sebesar Rp /tahun maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut sebesar , cateris paribus. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan terhadap 65

79 kegiatan rekreasi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan meningkatkan peluang seseorang dalam rata-rata frekuensi kunjungan. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih sering melakukan wisata dibandingkan dengan individu yang berpenghasilan rendah. 2. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan wisata. Biaya perjalanan terdiri dari biaya konsumsi di lokasi wisata, biaya parkir, biaya transportasi dan biaya lainnya namun tidak termasuk biaya tiket masuk. Variabel biaya perjalanan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 10% dan memiliki koefisien negatif dimana setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu ke Situ Cipondoh sebesar , cateris paribus. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, semakin besar biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan individu ke lokasi rekreasi. 3. Waktu Tempuh Variabel waktu tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 10% dengan tanda negatif. Hal ini setiap pertambahan satu menit waktu tempuh maka akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Situ Cipondoh sebesar , cateris paribus. Waktu tempuh merupakan waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk mencapai lokasi wisata. Waktu tempuh dipengaruhi oleh bagus tidaknya kondisi jalan yang mereka lalui, kendaraan yang mereka pakai, trayek jalan yang dipakai dan situasi jalan yang dilalui, apakah sering 66

80 terkena macet atau tidak. Lokasi Situ Cipondoh yang terletak di Kota Tangerang merupakan kawasan dengan lalu lintas padat sehingga waktu tempuh akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi wisata. Oleh karena itu sebagian besar pengunjung Situ Cipondoh berasal dari daerah sekitar lokasi wisata karena waktu tempuh yang dibutuhkan sedikit. 4. Jumlah Rombongan Jumlah rombongan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 10% dengan tanda positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan satu orang jumlah rombongan maka akan meningkatkan rata-rata kunjungan wisata ke Situ Cipondoh sebesar , cateris paribus. Kegiatan wisata akan lebih menarik jika dilakukan berkelompok, oleh karena itu banyaknya jumlah rombongan akan mempengaruhi rata-rata frekuensi kunjungan wisata ke Situ Cipondoh Variabel yang Tidak Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata Situ Cipondoh Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wisata Situ Cipondoh adalah variabel usia, variabel ini memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan satu tahun usia pengunjung maka akan semakin menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan wisata ke Situ Cipondoh sebesar Hal ini disebabkan rekreasi atau wisata merupakan kebutuhan bagi seluruh manusia baik tua maupun muda, karena dengan berwisata mampu menghilangkan kejenuhan akibat aktifitas sehari-hari yang dilakukan dan menjadi hak bagi setiap orang untuk dapat berwisata. Oleh karena itu, variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke Situ Cipondoh. 67

81 6.3 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Situ Cipondoh Surplus konsumen dapat diketahui dengan cara menguadratkan jumlah kunjungan kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan (Fauzi,2004). Berdasarkan konsep WTP yang dibangun, WTP pengunjung adalah sama dengan surplus konsumen. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan, diperoleh surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung Situ Cipondoh yaitu sebesar Rp 52,874 (Lampiran 5) per individu per kunjungan sedangkan nilai ekonomi Situ Cipondoh diperoleh dengan mengalikan hasil WTP atau surplus konsumen yang dihasilkan dengan total jumlah kunjungan Situ Cipondoh selama bulan Juni 2010 hingga Mei Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai ekonomi Situ Cipondoh yaitu sebesar Rp , Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Kegiatan wisata dapat memberikan berbagai dampak antara lain dampak ekonomi, sosial maupun budaya. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain kebisingan ataupun masalah kebersihan sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain adalah aspek ekonomi. Dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata terdiri dari tiga jenis yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induced Impact) (Vanhove, 2005). 68

82 6.4.1 Dampak Ekonomi Langsung ( Direct Impact ) Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata Situ Cipondoh berasal dari aktifitas ekonomi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal yang memiliki unit usaha di lokasi wisata tersebut. Keberadaan unit usaha di suatu lokasi wisata membantu para wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama melakukan kegiatan wisata. Pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk konsumsi di lokasi, parkir, sarana permainan, toilet dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan selama berwisata adalah untuk konsumsi di lokasi wisata sebanyak 35.46% dan biaya perjalanan sebanyak 22.49%. Besarnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi di lokasi wisata disebabkan oleh warung makanan yang berada di Situ Cipondoh memiliki harga yang terjangkau dengan beragam jenis makanan sehingga menyebabkan para wisatawan lebih memilih untuk membeli makanan di lokasi wisata dibandingkan dengan membawa makanan dari rumah. Keterangan mengenai proporsi pengeluaran wisatawan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Proporsi Pengeluaran Wisatawan Situ Cipondoh Biaya Proporsi (%) Biaya perjalanan 22,49 Tiket masuk 12,76 Konsumsi( dari rumah) 14,08 Konsumsi (dilokasi) 35,46 Souvenir 0,25 Parkir 4,05 Dokumentasi 0,19 Toilet 0,99 Sarana Permainan 9,74 Jumlah 100,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011) 69

83 Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan adalah sebesar Rp , jumlah pengeluaran wisatawan berkisar antara Rp Rp dengan jumlah pengunjung rata-rata per bulan yaitu orang, maka jumlah pengeluaran pengunjung per bulan yang berpengaruh terhadap ekonomi lokal yaitu Rp Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat (Yoeti, 2008). Proporsi kebocoran yang terjadi di Situ Cipondoh sebanyak 36.57%, kebocoran yang terjadi digunakan untuk biaya perjalanan dan konsumsi di rumah. Proporsi kebocoran yang cukup tinggi dapat diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas disekitar lokasi wisata sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin optimal. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Proporsi Pengeluaran Pengunjung per Bulan di Wisata Alam Situ Cipondoh Keterangan Rata-rata pengeluaran pengunjung (Rp/hari/Pengunjung) Proporsi Proporsi pengeluaran di lokasi wisata (%) 63,43 Proporsi kebocoran (%) 36,57 Proporsi Pengeluaran (Rp) Total Kunjungan/tahun (orang) Jumlah Pengunjung per bulan (orang) 1789 Total pengeluaran pengunjung per bulan (Rp) Total Kebocoran per bulan (Rp) Sumber: Data primer diolah (2011) Dampak ekonomi langsung dari suatu pariwisata merupakan pendapatan yang diperoleh unit usaha lokal yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Dampak langsung dapat diketahui dari pendapatan pemilik usaha yaitu sebesar 70

84 72.30% yang sebagian besar pengeluaran unit usaha digunakan untuk biaya operasional unit usaha yaitu seperti biaya untuk pembelian bahan baku dan biaya sewa dan untuk kebutuhan pangan harian dengan masing-masing proporsi sebesar 14,58% dan 12,66%. Sisanya pendapatan yang diperoleh unit usaha dialokasikan untuk upah tenaga kerja dan transportasi lokal. Keterangan mengenai proporsi pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Proporsi Pengeluaran Unit Usaha Komponen Biaya Proporsi (%) Pendapatan Pemilik 72,30 Upah Tenaga Kerja 0,44 Biaya Operasional (Pembelian Bahan 14,58 Baku dan biaya sewa) Transportasi Lokal 0,01 Kebutuhan Pangan Harian 12,66 Total 100,00 Sumber : Data Primer diolah (2011) Berdasarkan tabel diatas dari 72,30% pendapatan pemilik usaha, Estimasi total penerimaan unit usaha perbulan adalah sebesar Rp , nilai tersebut merupakan rata-rata penerimaan sampel unit usaha lokal yaitu sebanyak 16 unit. Kemudian dari estimasi total penerimaan unit usaha perbulan diperoleh estimasi total pendapatan pemilik unit usaha sebesar Rp Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact ) Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) berasal dari tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di wisata Situ Cipondoh. Sebagian besar unit usaha yang berada di Situ Cipondoh dikelola langsung oleh pemilik, Namun terdapat sebagian unit usaha yang menggunakan tenaga kerja 71

85 lokal. Hal tersebut mengakibatkan kecilnya proporsi pengeluaran unit usaha untuk tenaga kerja yaitu hanya sebesar 0.44% (Tabel 12). Dampak ekonomi tidak langsung dapat dihitung melalui pendapatan yang diperoleh tenaga kerja lokal. Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan adalah sebesar Rp dimana masih berada dibawah rata-rata upah minimum regional (UMR) Kota Tangerang pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp Estimasi total penerimaan tenaga kerja perbulan secara keseluruhan adalah sebesar Rp Pengeluaran wisatawan terhadap unit usaha yang berada di Situ Cipondoh secara tidak langsung mempengaruhi penerimaan tenaga kerja lokal. Keterangan mengenai jenis pekerjaan dan jumlah tenaga kerja lokal dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja dan Jenis Pekerjaan pada Situ Cipondoh Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Penjaga Arena Permainan 4 Penjaga Loket Tiket 3 Penjaga Parkir 6 Pengurus Taman 2 Petugas Kebersihan 3 Penjaga Kios 5 Total 23 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2011) Dampak Ekonomi Lanjutan ( Induced Impact ) Dampak ekonomi lanjutan (induced impact) merupakan dampak ekonomi yang diperoleh berdasarkan pengerluaran yang dikeluarkan oleh tenaga kerja lokal yang berada di kawasan wisata. Jenis pengeluaran yang dikeluarkan tenaga kerja lokal antara lain digunakan untuk biaya konsumsi, biaya sekolah anak, biaya listrik, biaya kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Sebagian besar 72

86 pengeluaran tenaga kerja lokal di Situ Cipondoh digunakan untuk biaya konsumsi dengan proporsi sebesar 75,4%. Dampak lanjutan merupakan pengeluaran tenaga kerja lokal yang kembali berputar di tingkat ekonomi lokal, dalam hal ini berupa biaya konsumsi dengan biaya transportasi dengan persentase keseluruhan adalah 85.37%. Proporsi pengeluaran tenaga kerja secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Biaya Proporsi (%) Biaya Konsumsi 75,4 Biaya Sekolah Anak 5,34 Biaya Listrik 7,59 Biaya Kebutuhan Sehari- hari 9,97 Biaya Transportasi 1,70 Jumlah 100,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011) Estimasi dampak lanjutan perbulan dapat diperoleh melalui estimasi total pengeluaran yang dikalkulasikan dengan persentase pengeluaran yang berdampak terhadap ekonomi lokal. Bedasarkan hal tersebut estimasi dampak lanjutan perbulan Situ Cipondoh diperoleh sebesar Rp , Nilai Efek Pengganda ( Multiplier Effect ) Efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata. Efek pengganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran pengunjung selama melakukan wisata di Situ Cipondoh. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: (1) Keynesian local income multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran pengunjung, (2) ratio income multiplier tipe I merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran 73

87 pengunjung dan (3) ratio income multiplier tipe II merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan. (META, 2001).Nilai pengganda dari ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier 4,04 Ratio Income Multiplier Tipe 1 1,08 Ratio Income Multiplier Tipe 2 1,16 Sumber : Data Primer Diolah (2011) Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa dampak langsung yang diterima unit usaha dari pengeluaran wisatawan yaitu sebesar 4,04, dimana setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak langsung terhadap ekonomi lokal secara keseluruhan sebesar 4,04 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,08, dimana setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan penigkatan sebesar 1,08 rupiah pada pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,16 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan 1,16 rupiah pada pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja di ekonomi lokal yang akan berputar pada masyarakat lokal. Dampak ekonomi selama satu tahun terakhir yaitu dari bulan Juni 2010 hingga Mei 2011 secara bentuk nominal diperoleh dengan mengalikan nilai keynesian multiplier dengan pengeluaran wisatawan yang berdampak terhadap ekonomi lokal yang dijumlahkan selama 12 bulan (satu tahun). Nominal dampak ekonomi Situ Cipondoh selama satu tahun terakhir adalah Rp Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa keberadaan wisata Situ 74

88 Cipondoh telah nyata secara ekonomi baik secara langsung (direct), tidak langsung (indirect) maupun lanjutan (induced) terhadap masyarakat sekitar. Nilai multiplier dapat ditingkatkan melalui pengembangan objek wisata sehingga mampu meningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Situ Cipondoh dan dapat meningkatkan jumlah unit usaha maupun tenaga kerja lokal. Hal ini dapat meningkatkan proporsi pengeluaran pengunjung di kawasan wisata yang dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung. 6.5 Implikasi Kebijakan Pengembangan Wisata Situ Cipondoh Wisata Situ Cipondoh pertama kali dikembangkan menjadi tempat wisata sejak tahun 2007, tetapi mulai dikelola dengan baik oleh pihak pengelola pada tahun Untuk itu masih terdapat berbagai permasalahan diberbagai sektor, untuk meningkatkan tingkat kunjungan perlu adanya suatu kebijakan untuk mengembangkan wisata Situ Cipondoh baik kebijakan dari pemerintah daerah maupun dari pihak pengelola. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wisata Situ Cipondoh adalah permasalahan mengenai lingkungan, pengelolaan wisata dan dukungan pemerintah daerah terkait. Permasalah lingkungan yang dihadapi dalam pengembangan wisata Situ Cipondoh antara lain masalah kebersihan, untuk mengatasi masalah kebersihan, alternatif kebijakan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pemeliharaan kebersihan melalui penambahan petugas kebersihan serta penambahan jumlah tempat sampah di tempat-tempat strategis untuk mengurangi kemungkinan pengunjung membuang sampah sembarangan. Selain itu, permasalahan lain ialah permukaan taman yang masih berupa tanah akan 75

89 mengurangi kenyamanan dan kebersihan lokasi wisata ketika hujan turun. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak pengelola dapat mengganti permukaan taman dengan mengunakan conblock agar ketika hujan tidak terlihat kotor sehingga kenyamanan pengunjung tidak terganggu. Selain itu, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di Situ Cipondoh adalah memancing. Kegiatan ini cukup banyak diminati pengunjung, sehingga kemungkinan jumlah ikan yang terpancing tiap harinya akan semakin meningkat dan akan berdampak pada jumlah ikan yang semakin berkurang yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem, untuk mengatasi masalah tersebut pihak pengelola dapat melakukan sistem pembatasan jumlah ikan yang dapat dipancing oleh pengunjung agar keseimbangan ekosistem Situ Cipondoh tidak terganggu dan jumlah ikan yang ada tidak habis. Masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan wisata Situ Cipondoh adalah terkait dengan pengelolaan wisata. Pengembangan wisata yang baru dilakukan sekitar satu tahun yang lalu mengakibatkan masih banyak keterbatasan dalam hal pengelolaan wisata ini. Permasalahan yang terkait dengan pengelolaan wisata antara lain adalah permasalahan sarana dan prasarana, masalah promosi dan pemasaran dan permasalahan pendanaan. Alternatif kebijakan untuk mengatasi permasalahan sarana dan prasarana antara lain adalah dengan penambahan sarana permainan air atau sarana permainan dan atraksi lain untuk menambah variasi kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung sehingga minat pengunjung untuk mengunjungi Situ Cipondoh semakin meningkat, perbaikan dan pemeliharaan fasilitas yang sudah ada seperti mushola, toilet, tempat duduk, tempat makan dan fasilitas lain yang mendukung dan penataan letak warung makanan lebih rapi lagi dan menambah jumlah tempat duduk yang ada di lokasi. 76

90 Alternatif kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah promosi dan pemasaran wisata Situ Cipondoh adalah dengan menentukan segmentasi pasar pengunjung situ cipondoh dan menyesuaikan jenis pemasaran sesuai dengan segmentasi yang ada. Salah satunya dapat membuat situs khusus wisata Situ Cipondoh untuk para remaja sebagai sarana promosi. Sedangkan, untuk masalah pendanaan pihak pengelola dapat mengidentifikasi sumber dana potensial yang peduli dengan pengembangan wisata Situ Cipondoh. Masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan wisata Situ Cipondoh adalah kurang pedulinya pemerintah provinsi dan pemerintah daerah, sebagai pihak yang memiliki kewenangan atas Situ Cipondoh, terhadap keberadaan maupun pengelolaan wisata Situ Cipondoh untuk itu kebijakan yang dapat dilakukan ialah pemerintah daerah maupun pemerintah kota perlu mengadakan program-program tahunan khusus mengenai pariwisata untuk lebih mengenalkan wisata Situ Cipondoh kepada masyarakat luas. Selain itu, pemerintah daerah perlu membuat peraturan resmi dalam pemanfaatan situ Cipondoh sebagai lokasi wisata seperti normalisasi danau agar kondisi Situ Cipondoh tetap terjaga dan fungsi utama sebagai resapan air tetap terpenuhi. 77

91 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Rata-rata pengunjung Situ Cipondoh berusia tahun, rata-rata pekerjaan pengunjung ialah sebagai karyawan swasta dengan penghasilan berkisar antara Rp hingga Rp Karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja di Situ Cipondoh rata-rata berusia antara tahun dengan pendidikan terakhir SMP. Lama Bekerja di Situ Cipondoh rata-rata antar satu hingga dua tahun. Dalam sehari bekerja antara delapan hingga sepuluh jam. Modal usaha yang digunakan unit usaha di Situ Cipondoh antara Rp hingga Rp Pendapatan unit usaha rata-rata berkisar antara Rp hingga Rp per bulan. Rata-rata unit usaha telah berjalan selama 0-3 tahun. Masyarakat sekitar Situ Cipondoh berusia bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan antara Rp Rp dan masyarakat telah tinggal di sekitar lokasi lebih dari sepuluh tahun. 2. Terdapat empat variabel yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Wisata Situ Cipondoh, keempat variabel tersebut ialah variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh dan variabel jumlah rombongan sedangkan variabel yang tidak berpengaruh terhadap fungsi permintaan ialah variabel usia. 3. Surplus ekonomi yang diterima pengunjung ialah sebesar Rp 52,874 per individu per kunjungan dan nilai ekonomi situ Cipondoh yaitu sebesar Rp94.591, Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan adalah sebesar Rp , jumlah pengeluaran wisatawan berkisar antara Rp Rp 78

92 dengan jumlah pengunjung rata-rata per bulan yaitu orang. Jumlah pengeluaran pengunjung per bulan yang berpengaruh terhadap ekonomi lokal yaitu Rp Dampak langsung Wisata Situ Cipondoh yang diterima oleh pemilik unit usaha sebesar 72.3%, dampak tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal adalah 0.44%, dan dampak lanjutan yang merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pangan tenaga kerja lokal sebesar 85.37%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 4,04, Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,08, dan Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,16, Dampak ekonomi secara moneter adalah sebesar Rp Saran 1. Pengelola perlu lebih professional dan lebih mengoptimalkan lagi pengembangan wisata Situ Cipondoh dengan menambahkan atraksi dan fasilitas agar lebih meningkatkan jumlah pengunjung. 2. Pihak pengelola perlu memperbaiki sistem administrasi atau pembukuan mengenai Situ Cipondoh. 3. Pemerintah daerah perlu berpartisipasi secara proaktif dalam pengembangan wisata Situ Cipondoh agar dapat mendukung Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang 4. Baik pihak pengelola maupun pemerintah daerah perlu bekerjasama dalam mempromosikan wisata Situ Cipondoh agar lebih dikenal masyarakat luas. 5. Dalam penggalian potensi dan pengembangan wisata Situ Cipondoh harus tetap memperhatikan fackor kondisi fisik Situ Cipondoh agar kelestariannya dan kondisi lingkungan Situ Cipondoh tidak menjadi buruk. 79

93 DAFTAR PUSTAKA Amanda, M Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Damanik J, Weber F.H Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi pariwisata (PUSPAR) UGMN dan Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Fandeli, C Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty, Yogyakarta. Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia, Jakarta. Gujarati, D.N Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga, Jakarta. Hermalinda, D Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hufschmidt, M. M et al Lingkungan, Sistem Alami dan Pembangunan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Ismayanti Pengantar Pariwisata. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project) Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Mehmet, P, Turker, M. F Estimation of recreational Use Value of Forest Resources by Using Individual Travel Cost Method and Contingent Valuation Method. Journal of Applied Sciences, Vol. 6: 1-5. Milasari Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam Tirta Sanita. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut pertanian Bogor, Bogor. Nachrowi D.N, Usman H Penggunaan Teknik Ekonometri. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Novianti, R Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut pertanian Bogor, Bogor. 80

94 Rifqa Analisis Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Wisata Bahari Terhadap pendapatan Masyarakat Lokal (studi Kasus Pantai Sawarna, Lebak,Banten). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Stynes, Daniel J. et al, 2000, Estimating National Park Visitor Spending and Economic Impacts, Department of Park Recreation and TourismResources, Michigan State University, Michigan. Suwantoro, G Dasar-dasar Pariwisata.Andi, Yogyakarta. Turner, K. D. et al Enviromental Economics: An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf Campus 400.May Land Avenue Hemel Hamsptead. Hertfordshire. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Untari, R Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat Kabupaten Bogor. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahab, S Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Wijayanti, P Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor, Bogor. Winarno W.W Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Yoeti,O Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi, dan Implementasi. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. http/: diakses 7 mei 2011 http/: diakses 7 mei

95 Lampiran 1. Estimasi Model Hasil Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisata Situ Cipondoh Regression Analysis: Y vs. X 1, X 2, X 3, X 4, X 5 The regression equation is Y = X X X X X 5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant X X X X X S = R-sq = 89.6% R-sq(adj) = 88.7% Analysis of variance Source Df SS MS F P Regression Residual Error Total Source Df Seq SS X X X X X Unusual Observation Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid R R R denotes an observation whose R value gives it large influence. Durbin-Watson Statistic =

96 Lampiran 2. Uji Kolmogorov Smirnov Normal Percent Media E-15 Desv.Est N 60 KS Valor P > RESID Gambar diatas menggambarkan sebaran residual yang menunjukkan residual sudah menyebar normal. 83

97 Lampiran 3. Residual Plot Residual Plot for Y Normal Probability Plots Versus Fits Percent Residual 1 2 Residual Fitted Value 8 Frequency Histogram Residual Versus Order Residual Observation order

98 Lampiran 4. Jumlah Pengunjung Situ Cipondoh Juni 2010 Mei 2011 Bulan Kunjungan Jumlah (orang) 1. Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Total Pengunjung 1789 Sumber : Pengelola Situ Cipondoh (2011) 85

99 Lampiran 5. Perhitungan Surplus Konsumen Diketahui: b 2 = Surplus Konsumen (SK)/ individu CS = N 2 /2b 2 Keterangan: N= Jumlah Kunjungan dalan satu tahun terakhir b 2 = Koefisien biaya perjalanan Responden Y (Jumlah Kunjungan) atau N Surplus Konsumen (SK)/Individu Surplus Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan

100 TOTAL Mean

101 Lampiran 7. Dampak Ekonomi Wisata Situ Cipondoh 1. Dampak Ekonomi Langsung Jumlah unit Usaha Omzet Total Unit Usaha Jenis Unit Usaha omzet/bulan Warung Makan Warung Minuman Parkir Tiket Masuk Biaya Fasilitas Lainnya Perbulan Pendapatan Pemilik 72.3% Dampak Ekonomi Tidak Langsung Unit Usaha TK Total Pendapatan/Bulan Total Income Warung Makan 4 700, Warung Minuman 1 700, Petugas kebersihan 3 960, Penjaga arena permainan 4 825, Penjaga loket tiket 3 580, Penjaga parkir 6 710, Pengurus taman Total Keseluruhan Pendapatan rata-rata Dampak Ekonomi Lanjutan Tenaga Kerja TK Total Pengeluaran/Bulan Total Pengeluaran Warung Makan 4 691, Warung Minuman 1 700, Petugas kebersihan 3 635, Penjaga arena permainan 4 748, Penjaga loket tiket 3 1,073, Penjaga parkir 6 952, Pengurus taman 2 537, Total Dampak 85,37% ,95 88

102 Lampiran 8. Dokumentasi 89

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang dan memiliki masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata memberikan keuntungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK 1 ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan populasi penduduk dunia menyebabkan kebutuhan akan sumber daya semakin meningkat terutama sumber daya alam. Perkembangan ini tidak seiring dengan kemampuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan berbagai kemudahan komunikasi dan informasi yang mengakibatkan kondisi persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pengunjung atau wisatawan yang sedang berwisata mengunjungi objek

Lebih terperinci

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan Oleh: Wanjat Kastolani Abstrak Wisata yang berada pada kawasan konservasi merupakan sumberdaya yang potensial.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN

KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN Mastauli Siregar Abstract Tourism activities can stimulate economy activity growth. One

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci