BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengeringan adalah pemisahan cairan dari suatu bahan padat yang lembab dengan cara menguapkan cairan tersebut dan membuang uap yang terbentuk. Proses ini memerlukan panas. Oleh karena itu disebut sebagai pengeringan termal. Setiap pengeringan termal ditandai dengan adanya perpindahan panas dan massa yang berlangsung secara bersamaan (Bernasconi dkk., 1995). 2.1 Perpindahan Panas pada Pengeringan Koefisien perpindahan panas dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut: hc NC = ( TG Ti) (2.1) λ Bila konveksi berperan, T i = T w dan λ i = λ w. i hc NC = ( TG TW) (2.2) λ W Keterangan: N c = laju penguapan (kg/m 2.jam) h c = koefisien perpindahan panas total (kj/jam.m 2.K) T i = temperatur pada bidang antar muka (K) T G λ i T w λ w = temperatur gas (K) = panas laten penguapan pada T i (kj/kmol) = temperatur dinding (K) = panas laten penguapan pada T w (kj/kmol) Pertukaran panas dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Kuantitas panas yang dibutuhkan untuk pengeringan terutama terdiri dari: a. panas pemanasan bahan hingga mencapai temperatur pengeringan, b. panas penguapan untuk mengubah cairan menjadi uap, dan c. panas hilang (rugi panas yang terbuang ke lingkungan). B

2 Panas yang diberikan ini tergantung pada: a. tahap proses pengeringan (dapat dengan cara konduksi, konveksi, atau radiasi tergantung lewat permukaan atau bagian dalam bahan), b. temperatur pengeringan (di bawah titik didih cairan yang akan diuapkan atau pada titik didihnya), dan c. cara pencatuan panas (konveksi, kontak, radiasi) Pengeringan Konveksi Pada pengeringan konveksi bahan yang akan dikeringkan dapat dikontakkan dengan udara panas dengan cara yang berbeda-beda, misalnya dengan pengaliran atas, pengaliran tembus, fluidisasi, penyeretan, dan penghamburan. Suatu pertukaran panas yang baik dapat dicapai bila antara udara panas dan bahan yang dikeringkan terdapat selisih kecepatan yang besar (Bernasconi dkk., 1995). Proses pengeringan dengan bahan yang digerakkan dapat dibagi ke dalam operasi aliran searah, aliran berlawanan, dan aliran menyilang. Pengeringan dengan aliran berlawanan lebih menguntungkan jika ditinjau dari segi penghematan panas, namun sebaliknya tidak begitu sesuai untuk bahan-bahan yang peka terhadap temperatur. Udara panas tidak hanya digunakan untuk memberikan panas, melainkan juga untuk menyerap dan mengeluarkan uap yang terbentuk. Oleh karena itu, pada saat memasuki alat pengering, udara harus sekering dan sepanas mungkin. Pengeringan konveksi dengan udara pada umumnya hanya dapat digunakan untuk bahan-bahan yang tidak peka terhadap pengaruh kimia (tidak teroksidasi, tidak dapat terbakar, tidak membentuk campuran yang dapat meledak). Penggunaan gas-gas inert sebagai pengganti udara jauh lebih mahal. Selain itu sukar untuk memperoleh kembali cairan organik melalui kondensasi uap Pengeringan Kontak Panas yang dibutuhkan diberikan pada bahan dengan penghantaran panas tak langsung. Dalam hal ini bahan yang dikeringkan diletakkan pada permukaan yang telah dipanasi B

3 (misalnya dalam lemari pengering vakum atau alat pengering drum) atau dilewatkan melalui permukaan serupa satu kali ataupun berulang-ulang. Kombinasi pengeringan ini dengan pengeringan konveksi juga dimungkinkan, misalnya dalam alat pengering piring. Pengeringan kontak biasanya dilakukan dalam kondisi vakum. Pada tekanan yang rendah, titik didih cairan menjadi turun, sehingga bahan-bahan yang peka terhadap temperatur juga dapat dikeringkan. Pada pengeringan dengan kondisi vakum, uap yang terbentuk langsung terhisap ke luar tanpa bantuan gas pembawa. Salah satu jenis pengeringan kontak adalah pengeringan beku. Pada pengeringan ini bahan yang dikeringkan biasanya berupa larutan akuatik yang dibekukan terlebih dahulu. Setelah itu es dikeluarkan dengan proses sublimasi pada kondisi vakum dengan temperatur dibawah 0 o C. Pengeringan beku sesuai untuk pengeringan makanan dan produk farmasi yang sangat peka terhadap temperatur (Bernasconi dkk., 1995) Pengeringan Radiasi Panas yang diperlukan dipindahkan secara langsung sebagai radiasi inframerah dari suatu sumber panas ke bahan yang akan dikeringkan. Untuk memindahkan kuantitas panas yang besar, temperatur radiasi harus sangat tinggi ( o C ). Ditinjau dari bahan yang dikeringkan, penggunaan pengeringan radiasi menjadi sangat terbatas karena temperatur yang tinggi. Radiasi inframerah hanya dapat masuk ke dalam bahan dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu cara pengeringan ini hanya digunakan untuk lapisan tipis. 2.2 Perpindahan Massa pada Pengeringan Koefisien perpindahan massa dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut: N = k ( p p ) M (2.3) c G i G A B

4 Keterangan: N c = laju penguapan (kg/m 2.jam) k G p i p G M A = koefisien perpindahan massa dari bidang antar muka ke fasa gas (kmol/jam.m 2.atm) = tekanan parsial uap air pada bidang antar muka (atm) = tekanan parsial uap air pada fasa gas (atm) = berat molekul air (kg/kmol) Kandungan Air dalam Bahan Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah (%-berat) atau atas dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan kering. kg H 2O Dasar basah: x = 100% (2.4) kg H O + kg bahan 2 Dasar kering: X kg H 2O = (2.5) kg bahan X x = 100% (2.6) 1+ X Kandungan air dalam bahan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: a. Air bebas Air bebas adalah kandungan air atau jumlah air yang dikandung bahan di atas harga kandungan air kesetimbangan. Air bebas dapat dipisahkan dengan cara pengeringan. b. Air kesetimbangan Air kesetimbangan adalah kandungan air yang terjadi bila tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan tekanan uap di udara sehingga tidak ada gaya dorong untuk perpindahan air (Utomo dan Parikesit, 1985). c. Air terikat Air terikat adalah kandungan air dalam bahan yang memberikan tekanan uap yang lebih rendah dari tekanan uap air murni pada temperatur yang sama. Pada operasi pengeringan, penguapan air terikat ditandai dengan laju pengeringan yang makin menurun. B

5 d. Air tak terikat Air tak terikat adalah kandungan air yang memberikan tekanan uap yang sama dengan tekanan uap air murni. Laju pengeringan air tak terikat ini adalah konstan. Perbatasan antara air terikat dengan air tak terikat disebut kandungan air kritik (X k ). Yang berperan dalam pengeringan adalah hubungan kesetimbangan air dalam bahan dengan uap air dalam gas (udara) pengering. Air yang berada dalam suatu bahan akan memberikan tekanan uap tertentu tergantung pada jumlah air dan sifat bahannya. Apabila bahan yang mengandung air dipertemukan dengan suatu aliran udara yang memiliki kondisi tertentu dan tetap, maka dapat terjadi hal-hal berikut: a. Bahan tidak mengalami perubahan kandungan air. Terjadi apabila tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan tekanan udara (p A ) sehingga tidak ada gaya dorong untuk perpindahan air. Kandungan air dalam bahan mencapai keadaan setimbang. Besarnya kandungan air kesetimbangan tetap selama kondisi udara tetap. Setiap bahan memiliki kandungan air kesetimbangan tersendiri. b. Kandungan air menurun. Terjadi karena penguapan, apabila tekanan uap air yang diberikan bahan lebih besar dari p A. Keadaan ini terus terjadi hingga tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan p A. c. Kandungan air bertambah. Terjadi apabila tekanan uap yang diberikan bahan lebih kecil daripada tekanan uap di udara (p A ). Keadaan ini terus terjadi hingga tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan p A. B

6 Gambar 2.1 berikut merupakan contoh kurva kandungan air dalam bahan pada temperatur tertentu. Gambar 2.1 Kandungan air dalam bahan Keterangan: X 0 = kandungan air mula-mula X k = kandungan air kritik X* = kandungan air kesetimbangan Cara pembacaan kurva adalah sebagai berikut: a. Bila mula-mula bahan mempunyai kandungan air X k atau lebih besar, tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur yang sama. Bahan akan berada dalam kesetimbangan dengan udara hanya apabila udara dalam keadaan jenuh (Y R = 1). b. Bila bahan mengandung air < X k dipertemukan dengan udara jenuh (Y R = 1), maka akan tercapai kesetimbangan dicapai setelah kandungan air bahan naik sampai X k. c. Bahan dengan kandungan air > X 2 dipertemukan dengan udara dengan Y R = 0,5, kandungan air dalam bahan akan turun sampai X 2 dan tercipta harga air kesetimbangan pada Y R = 0,5. B

7 d. Kandungan air dalam bahan dapat turun lebih rendah lagi apabila dipertemukan dengan kelembaban relatif yang lebih rendah. Kandungan air lebih besar dari X k memberikan tekanan uap yang sama dengan tekanan uap air murni, sedangkan kandungan air dalam bahan yang lebih rendah dari X k akan memberikan tekanan uap yang lebih rendah dari tekanan uap jenuh air murni pada temperatur yang sama (Utomo dan Parikesit, 1985). Hal ini disebabkan oleh: a. keberadaan air dalam pori-pori bahan (kapiler), b. air berupa larutan (ada zat padat yang larut), dan c. adanya ikatan tertentu antara air dengan bahan (air terikat). Oleh karena keadaan cairan yang berbeda-beda untuk setiap bahan, maka waktu dan energi yang dikeluarkan dalam pengeringan berbeda untuk setiap bahan Laju Pengeringan Laju pengeringan diperlukan untuk merencanakan jadwal (waktu) pengeringan dan untuk memperkirakan ukuran alat yang digunakan untuk pengeringan suatu bahan tertentu. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka perlu diketahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan suatu bahan dari suatu kandungan air tertentu sampai kandungan air yang lebih rendah, dan bagaimana pula pengaruh kondisi udara pengering terhadap waktu tersebut (Bernasconi dkk., 1995). Seperti halnya kandungan air kesetimbangan, laju pengeringan suatu bahan juga tidak dapat diramalkan, tetapi harus diamati dan ditentukan dengan percobaan. Percobaan pengeringan dilakukan dengan cara mengeringkan suatu bahan dengan kondisi (temperatur, kelembaban, dan laju alir) udara yang tetap. Berat bahan diamati pada tiap selang waktu tertentu. Dari data berat bahan pada berbagai waktu selama pengeringan dapat ditentukan laju pengeringan pada berbagai saat (Utomo dan Parikesit, 1985). Percobaan pengeringan ini dilangsungkan sampai bahan tidak lagi mengalami perubahan berat. B

8 Laju pengeringan (N) didefinisikan sebagai jumlah air yang menguap per satuan waktu per satuan luas. N dihitung dengan mengevaluasi slope (gradien) garis W terhadap waktu. Secara matematik, persamaannya adalah sebagai berikut: N 1 dw A dt = (2.7) Keterangan: A = luas bidang yang mengalami pengeringan (m 2 ) dan ditentukan secara arbitrary Kurva laju pengeringan seringkali terdiri dari periode pengeringan dengan laju tetap dan periode pengeringan dengan laju menurun (Geankoplis, 1993). Pada periode dengan laju tetap, cairan pada permukaan partikel menguap atau mengabut dengan cepat dan merata sehingga terjadi penurunan kelembaban di dalam partikel, dan cairan berpindah dari bagian dalam partikel ke permukaan dengan cara difusi. Periode pengeringan dengan laju menurun dimulai saat cairan yang berasal dari bagian dalam partikel tidak lagi cukup untuk membasahi permukaan. Cairan tersebut harus berdifusi dalam bentuk uap agar dapat menembus lapisan-lapisan bahan yang telah kering. Tahanan yang harus diatasi makin besar dan laju pengeringan menurun. Hal ini makin nyata bila diameter partikel (tebal lapisan) makin besar dan kapiler dalam partikel makin halus. Pada akhir proses pengeringan (laju pengeringan nol) seringkali masih tertinggal kelembaban sisa bahan yang dikeringkan. Gambar 2.2 berikut merupakan contoh kurva laju pengeringan. Gambar 2.2 Kurva laju pengeringan B

9 Mula-mula, setelah bahan berkontak dengan udara pengering, terjadi perubahan temperatur bahan padat sampai suatu harga yang mantap (steady). Ini digambarkan oleh bagian AB. Setelah keadaan mantap tercapai, laju pengeringan akan tetap untuk selang waktu tertentu (BC). Periode ini disebut periode pengeringan dengan laju tetap (constant rate periode). Air yang menguap adalah air tak terikat. Dapat dianggap bahwa bahan diselaputi cairan pada permukaannya sehingga penguapan seolah-olah berlangsung dari permukaan cairan. Pada periode ini temperatur bahan kira-kira sama dengan temperatur bola basah udara pengering. Ini berlaku apabila perpindahan panas dari udara ke bahan hanya berlangsung secara konveksi. Bila ada perpindahan panas secara radiasi dan konduksi, temperatur bahan sedikit lebih tinggi daripada temperatur bola basah udara pengering. Laju pengeringan pada periode ini ditentukan oleh laju difusi air dari permukaan bahan ke udara. Periode pengeringan dengan laju tetap ini berlangsung sampai kandungan air pada bahan mencapai kandungan air kritik (X k ). Setelah melewati X k, laju pengeringan akan menurun terus sampai akhirnya berhenti (N = 0), yaitu pada saat tercapainya kandungan air kesetimbangan (X*). Daerah ini disebut periode pengeringan dengan laju menurun (falling rate periode). Air yang menguap pada periode ini adalah air yang terikat. Laju difusi air dari dalam bahan ke permukaan lebih kecil dibandingkan dengan laju difusi air dari permukaan ke udara. Untuk dapat melaksanakan kedua tahap di atas, terutama pada proses kontinu, lebih baik jika digunakan dua alat yang berbeda. Alat pengeringan awal yang memiliki waktu tinggal yang singkat dan bertemperatur tinggi, dan alat pengeringan kedua yang memiliki waktu tinggal yang lebih lama untuk mengeluarkan kelembaban kapiler. Tidak ada pengeringan yang dapat terjadi secara absolut. Oleh karena itu, proses pengeringan dihentikan setelah persyaratan mengenai kadar kelembaban akhir dalam bahan telah dipenuhi (Bernasconi dkk., 1995). B

10 2.3 Unjuk Kerja Pengeringan Proses pengeringan mengikuti hukum kuantitas yang diekspresikan melalui persamaan berikut: kuantitas gaya penggerak = (2.8) waktu luas tahanan Cairan yang diuapkan per satuan waktu per satuan luas dapat dilihat sebagai ukuran untuk unjuk kerja pengeringan. Gaya pendorong pada pengeringan adalah perbedaan tekanan uap antara bahan yang lembab dan sekelilingnya (Bernasconi dkk., 1995). Gaya tersebut harus besar. Adapun syarat untuk memperoleh gaya pendorong tersebut, yaitu: a. Tekanan uap yang tinggi pada cairan yang berada dalam bahan lembab. Hal ini dapat dicapai dengan kondisi temperatur tinggi, yang tentunya dibatasi oleh ketahanan bahan yang dikeringkan terhadap temperatur pengeringan. b. Tekanan uap yang rendah pada sekeliling. Hal ini dapat dicapai pada pengeringan konveksi dengan memasukkan udara kering dalam jumlah besar secara terus-menerus. Pada pengeringan kontak diatur sedemikian rupa sehingga tercapai tekanan absolut yang sangat rendah. Permukaan bahan yang dikeringkan diusahakan seluas mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan memperlebar bahan dalam bentuk lapisan tipis. Tahanan yang menghalangi penguapan cairan harus sekecil mungkin. Nilai tahanan ini tergantung pada keadaan bahan yang dikeringkan dan besarnya partikel. Dengan mengurangi ukuran partikel atau tebal lapisan, tahanan dapat diperkecil sehingga unjuk kerja pengeringan menjadi lebih tinggi. Pada pengeringan hasil-hasil alam, seringkali dilakukan penghancuran bahan yang akan dikeringkan agar cairan yang terkandung dalam sel-sel dapat keluar. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka keadaan yang ideal untuk pengeringan, yaitu: a. Partikel yang sangat kecil atau lapisan yang tipis. b. Temperatur yang tinggi. c. Keadaan vakum yang baik. d. Menggoyangkan bahan yang dikeringkan, agar tejadi perpindahan panas dan massa yang baik. B

11 2.4 Pengeringan Bahan Pangan Metode terkuno untuk mengawetkan bahan pangan adalah pengeringan (Troftgruben, 1977). Pengeringan merupakan pemrosesan bahan pangan di mana kandungan cairan (air) dihilangkan dari produk, sehingga keadaannya mendekati kesetimbangan dengan udara normal atmosferik. Fungsinya adalah untuk memperlambat laju degradasi kualitas bahan pangan yang disebabkan proses kimia dan biologi. Menurut Wikipedia, pengeringan bahan pangan didefinisikan sebagai proses perpindahan massa yang menghasilkan penghilangan kadar air. Seringkali juga pengeringan bahan pangan didefinisikan sebagai food dehydration, yaitu penghilangan kadar air dengan mensirkulasikan air panas untuk menghambat pertumbuhan enzim dan bakteri (Bell, 1994) Tujuan Pengeringan Bahan Pangan Tujuan pengeringan bahan pangan antara lain, yaitu: a. Mengawetkan bahan pangan. b. Mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan pangan. c. Memudahkan dalam hal transportasi, distribusi, dan penyimpanan. d. Mengurangi biaya transportasi, distribusi, dan penyimpanan. e. Memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen Keuntungan Pengeringan Bahan Pangan Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari pengeringan, di antaranya: a. Bahan pangan lebih tahan lama. b. Tidak ada mikroorganisme yang mampu tumbuh dan berkembangbiak dalam bahan pangan. c. Nilai rasa dan kandungan gizi dari suatu bahan pangan meningkat. d. Bahan pangan yang dikeringkan akan memiliki berat yang lebih ringan jika dibandingkan dengan bahan pangan yang tidak dikeringkan. B

12 e. Bahan pangan menjadi lebih mudah disiapkan dan digunakan. f. Energi masukan yang dibutuhkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan proses pengawetan lainnya (pendinginan, pengalengan, dll). g. Nutrisi yang terpengaruh akibat proses pengeringan sangat minimal Dasar-Dasar Pengeringan Bahan Pangan Pengeringan merupakan metode konvensional yang digunakan secara luas untuk mengawetkan suatu bahan pangan. Dibandingkan dengan metode lainnya, pengeringan merupakan metode yang relatif lebih mudah. Bahan pangan yang telah dikeringkan akan tetap terjaga dengan baik karena kandungan cairan dalam bahan pangan sudah rendah, sehingga tidak memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme (Troftgruben, 1977). Mikroorganisme akan terbunuh ketika temperatur internal bahan pangan mencapai temperatur 145 o F (Bell, 1994). Pengeringan juga menurunkan, bahkan menghilangkan aktivitas enzim yang menyebabkan bahan pangan, seperti buah-buahan menjadi masak, dan akhirnya busuk. Selain untuk pengawetan, metode pengeringan ini juga dapat meningkatkan varietas (jenis) bahan pangan dan meningkatkan kelezatan serta kandungan gizi dari bahan pangan itu sendiri (Troftgruben, 1977). Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar cairan yang berada dalam bahan pangan. Akibatnya, bahan pangan mengerut dan beratnya makin bekurang seiring berkurangnya kadar cairan dalam bahan pangan. Setelah proses pengeringan dilakukan, maka selanjutnya dilakukan proses pendinginan. Hal ini biasanya dilakukan untuk mencegah proses kondensasi. Tidak semua bahan pangan dapat diawetkan dengan cara dikeringkan. Pada umumnya, bahan pangan yang memiliki kandungan air dapat dikeringkan. Jenis bahan pangan tertentu dapat dikeringan menggunakan bantuan sinar matahari, oven, dan dehidrator makanan dengan menggunakan kombinasi yang tepat antara panas, kelembaban yang rendah, dan aliran udara. Berbagai macam cara untuk mengeringkan suatu bahan pangan, tergantung dari segi efisiensi dan faktor ekonomis (harga). Pengeringan bahan pangan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Pengeringan bahan B

13 pangan dengan menggunakan bantuan sinar matahari ini merupakan cara yang mudah dan tidak membutuhkan biaya besar. Namun, untuk pengeringan dengan cara ini, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi temperatur lingkungan, kelembaban udara lingkungan, dan waktu pengeringan. Selain itu, ada juga cara pengeringan lain, yaitu dengan menggunakan alat pengering, seperti oven. Pengeringan dengan cara ini terlihat lebih praktis dan cepat, namun tidak ekonomis karena membutuhkan biaya dan energi yang besar (Troftgruben, 1977). Dalam proses pengeringan bahan pangan perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain: a. Efek temperatur Dalam proses pengeringan bahan pangan, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah temperatur. Pada proses awal pengeringan, temperatur udara relatif tinggi, antara F untuk buah-buahan dan sayuran atau F untuk daging dan ikan, sehingga cairan dapat diuapkan secara cepat dari bahan pangan. Oleh karena makanan mengalami hilang panas selama proses evaporasi, maka temperatur udara dapat meningkat tanpa meningkatkan temperatur dari bahan pangan. Namun, segera setelah cairan dihilangkan (bagian luar bahan pangan terasa kering) dan laju penguapan menurun, maka bahan pangan menjadi panas. b. Efek kelembaban udara Efek lain yang mempengaruhi pengeringan bahan pangan adalah kelembaban. Makin tinggi temperatur dan makin rendah kelembaban udara, maka makin cepat pula proses pengeringan yang berlangsung. Udara yang lembab akan menurunkan evaporasi. Oleh karena itu, nilai kelembaban udara pada saat pengeringan perlu diatur. c. Efek dari jenis bahan pangan itu sendiri Faktor yang paling mudah diamati adalah ketebalan. Jenis bahan pangan yang makin tebal tentunya akan membuat proses pengeringan lebih sulit dilakukan jika dibandingkan dengan bahan pangan yang lebih tipis. Bahan pangan tertentu seperti sayuran perlu dijadikan pucat terlebih dahulu untuk mencegah penurunan rasa dan warna. Untuk bahan pangan yang memiliki luas penampang besar, sebaiknya diperkecil untuk memudahkan pengeringan. Hal ini dikarenakan makin besar luas penampang, maka pengeringan makin lama. B

14 2.4.4 Bahan Pangan yang Dapat Dikeringkan Tidak semua jenis bahan pangan dapat dikeringkan. Hal ini disebabkan bahan pangan memiliki karakteristik masing-masing. Berbagai jenis bahan pangan (terutama sayuran) yang dapat dikeringkan dan pengaruhnya terhadap proses pengeringan dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kemampuan sayuran untuk dikeringkan Vegetable Suitability For Drying Vegetable Suitability For Drying Artichokes Fair Okra Fair to good Asparagus Poor to fair Onions Good to excellent Beans, green Fair to good Parsley Good Beans, lima Fair Parsnips Good Beets Fair to good Peas Fair to good Broccoli Not recommended 1 Peppers, green or red Good Brussels sprouts Poor 2 Peppers, chili Excellent Cabbage Fair Popcorn Good Carrots Good Potatoes Good Cauliflower Poor Pumpkins Fair to good Celery Poor Radishes Not recommended 5 Collard greens Poor Rutabagas Fair to good Corn, sweet Good Spinach Poor Cucumbers Poor Squash, summer Poor to fair Eggplant Poor to fair Squash, winter Not recommended Garlic Good Sweet potatoes Fair Horseradish Good 3 Swiss chard Poor Kale Poor Tomatoes Fair to good 6 Kohlrabi Fair Turnips Fair to good Lettuce Not recommended 4 Turnip greens Poor Mushrooms Good Yams Fair Mustard greens Poor Zucchini Poor to fair 1. Difficult to dry because of small size and layered leaves; strong flavor.2. Cabbage readily absorbs moisture from the air. Keeps well only if stored at extremely cold temperature. 3. Odor extremely strong during processing; place dryer outdoors or in basement area. 4. High water content; product will be undesirable for use. 5. Product would be of low quality. 6.Dried tomatoes re-absorb moisture readily which causes undesirable color and flavor changes; and shortens shelf life. Package tightly. Black color can develop because of oxidation. (Sumber: Jenis Pengeringan Bahan Pangan Banyak sekali jenis pengeringan yang dapat dilakukan terhadap bahan pangan. Namun, bahan pangan merupakan bahan yang sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama pada temperatur tinggi sehingga treatment yang dilakukan harus lebih berhati-hati. Beberapa jenis bahan pangan mudah mengalami kerusakan dan penurunan kualitas pada B

15 temperatur tinggi. Ada juga bahan pangan yang menjadi matang jika dioperasikan pada temperatur tinggi, seperti jagung. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka operasi pengeringan dilakukan pada temperatur rendah dan tekanan di bawah satu atmosfer. Operasi pengeringan yang mungkin dilakukan dengan cara ini adalah metode freeze drying dan vacuum drying. 2.5 Pengeringan Beku (Freeze Drying) Freeze drying merupakan cara khusus pengeringan yang menghilangkan semua kandungan cairan dan menjaga agar rasa makanan hanya mengalami sedikit efek perubahan dibandingkan dehidrasi normal pada umumnya. Dalam proses freeze drying ini, bahan pangan dibekukan dan ditempatkan dalam ruangan bertekanan vakum yang tinggi. Kandungan air dalam bahan pangan mengalami sublimasi, di mana keadaannya berubah dari padat (es) menjadi uap (Liapis dan Bruttini, 1995). Proses ini biasa digunakan untuk membuat kopi instan, es krim, dan juga dapat dilakukan pada buahbuahan seperti apel. Hal yang perlu diperhatikan adalah makin tipis bagian yang ingin di-freeze-drying, maka waktu yang diperlukan makin singkat pula. Keuntungan yang didapat dari proses freeze drying adalah bahan pangan menjadi tahan lama (bahkan bisa sampai bertahun-tahun) dan dapat dilakukan proses rekonstitusi. Proses rekonstitusi adalah keadaan di mana bahan pangan yang telah di-freeze-drying, dapat kembali ke bentuk semula dengan menggunakan air panas. Untuk sayur-sayuran, proses rekonstitusi akan menghasilkan rasa dan tekstur yang sama dengan keadaan aslinya. Inilah yang menyebabkan proses freeze drying menjadi salah satu cara pengawetan bahan pangan yang populer. Salah satu contoh proses rekonstitusi ditunjukkan oleh Gambar 2.3 berikut. B

16 Gambar 2.3 Proses rekonstitusi pada freeze drying Bahan pangan yang telah di-freeze-drying akan menjadi tahan lama karena metode freeze drying menghilangkan kandungan air dalam bahan pangan sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan bahan pangan oleh mikroorganisme dan enzim (Menyhart, 1995). Keuntungan lain yang didapat dari proses freeze drying ini adalah mengurangi berat total dari bahan pangan. Hal ini tentunya akan memudahkan dalam proses transportasi, sehingga banyak digunakan oleh kelompok militer dan mereka yang melakukan kegiatan berkemah. Proses freeze drying juga banyak dilakukan untuk kepentingan farmasi. Secara umum, freeze drying merupakan proses evaporasi kadar air ke udara secara langsung dalam keadaan dingin. Proses evaporasi yang terjadi dalam freeze drying tidak dapat menghilangkan kandungan air sepenuhnya, kira-kira hanya 90 95% air yang dapat dihilangkan. Ini menandakan aktivitas bakteri dan enzim tidak sepenuhnya dapat dihentikan. Panas yang terlibat dalam proses evaporasi akan mengubah bentuk, tekstur, dan komposisi dari material (bahan pangan). Oleh karena itu, proses freeze drying diaplikasikan tanpa menggunakan panas untuk evaporasi. Sebagai gantinya, proses freeze drying akan B

17 mengkonversi secara langsung air padat (es) menjadi uap air (sublimasi). Proses sublimasi yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur proses (Liapis dan Bruttini, 1995). Kelemahan dari proses freeze drying adalah tidak dapat menggunakan sembarang alat, melainkan membutuhkan seperangkat alat yang dapat beroperasi pada tekanan sangat vakum. Peralatan seperti ini tentunya berharga sangat mahal. Proses yang terjadi pada freeze drying adalah pembekuan bahan yang dilanjutkan dengan penurunan tekanan dan kenaikan temperatur sehingga terjadi sublimasi. Tekanan yang digunakan pada operasi ini adalah tekanan dibawah 0,006 atm (di bawah titik triple air). Titik triple air ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut. Gambar 2.4 Triple point air 2.6 Pengeringan Vakum (Vacuum Drying) Pengeringan vakum merupakan salah satu metode pengeringan sederhana, yaitu proses yang mengubah moisture dari keadaan cair menjadi uap. Dalam hal ini, moisture yang dimaksud adalah air yang berada di dalam bahan yang akan dikeringkan. Dengan menggunakan metode ini, sumber panas tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang akan dikeringkan atau seringkali disebut dengan indirect-heat drying. Hal ini disebabkan untuk mencegah kelebihan pemanasan dan hangus. B

18 Gambar 2.5 Diagram fasa air Perbandingan unjuk kerja freeze drying dan vacuum drying dapat dilihat melalui diagram fasa air pada Gambar 2.5. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pengeringan vakum bekerja pada tekanan di atas 4,6 torr (di atas triple point dari air), di mana terjadi perubahan fasa cair menjadi uap seiring dengan kenaikan temperatur. Berbeda dengan pengeringan dengan metode freeze drying, yaitu terjadi perubahan dari fasa padat menjadi fasa uap, atau disebut proses sublimasi (Liapis dan Bruttini, 1995). Sistem pengeringan vakum menggunakan panas dan kondisi vakum untuk memindahkan moisture dari komponen rasa. Pengeringan ini baik untuk digunakan pada matriks rasa yang mengandung banyak asam amino dan protein. Sistem vakum juga berkontribusi pada rasa akhir dan pembentukan warna. Peralatan pengeringan vakum biasanya memindahkan air atau memindahkan dan mengganti solvent dari material yang lembab. Peralatannya disebut sebagai dryer. Peralatan ini terkadang digunakan untuk mengubah molekul material dan sifat fisik kimia (perubahan fasa) terutama untuk operasi seperti reaksi kimia dan polimer. Operasi pengeringan vakum sederhana dilakukan secara berkala (batch). B

19 Prinsip dasar dari metode ini adalah menurunkan tekanan di dalam dryer hingga keadaan vakum sehingga menurunkan titik didih moisture. Oleh karena terjadi perbedaan temperatur dan konsentrasi antara air yang berada dalam bahan dengan lingkungan (dalam hal ini oven vakum), maka air yang berada dalam bahan akan menguap. Uap yang terbentuk akan terhisap keluar sehingga uap air yang berada dalam oven tidak akan jenuh. Untuk lebih jelas mengenai proses pengeringan, dapat dilihat pada Gambar 2.6. Pada pengeringan vakum dibutuhkan desain sistem tertutup. Sistem tertutup ini berguna untuk mencapai dan mempertahankan tekanan yang berada di dalam dryer serta bermanfaat pada proses pengeringan bahan kimia yang berbahaya. Gambar 2.6 Proses pengeringan Proses pengeringan terjadi secara termal, tidak melibatkan pemisahan cairan dari bahan dengan cara mekanik seperti pada filtrasi dan sentrifugasi. Pada proses ini juga terjadi perpindahan panas secara konduksi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Q = U A ΔT (2.9) Keterangan : Q = panas total (BTU) U = koefisien perpindahan massa overall (ft 2 / o F) A = luas permukaan perpindahan panas (ft 2 ) ΔT = perbedaan temperatur antara titik didih cairan (temperatur penguapan) dengan temperatur media pemanas Tujuan dari proses pengeringan ini adalah memperoleh perpindahan panas efektif dari bahan sehingga kandungan cairan dapat diuapkan. Koefisien perpindahan massa overall B

20 (U) dan luas permukaan perpindahan panas (A) ditentukan oleh sifat material dan jenis dryer yang digunakan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan panas total (Q), maka harus dilakukan manipulasi ΔT. Dengan mengontrol tekanan, vacuum dryer meningkatkan ΔT efektif pada proses. Vacuum drying menurunkan titik didih atau temperatur uap yang dibutuhkan untuk memindahkan cairan. Pengontrolan tekanan dan panas yang dimasukkan ke dryer dapat meningkatkan ΔT efektif dan mengeringkan bahan dapat lebih cepat daripada saat tekanan atmosfer. Contoh produk yang menggunakan pengeringan vakum adalah makanan, vitamin, antibiotik, dan bahan kimia lainnya. Adapun kelebihan dari pengeringan vakum, yaitu: a. Waktu pengeringan lebih singkat daripada pengeringan dengan kondisi atmosferik. b. Dapat digunakan untuk bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: Sensitif terhadap temperatur Mudah terdegradasi pada temperatur tinggi Membutuhkan waktu/siklus pengeringan yang lama c. Peralatan yang dibutuhkan untuk pengeringan vakum tidak semahal peralatan yang dibutuhkan pada pengeringan beku. d. Menghemat energi Pengeringan pada temperatur yang lebih rendah menurunkan konsumsi energi. e. Melindungi pekerja Sistem pengeringan ini merupakan sistem tertutup sehingga sehingga material yang berbahaya dan uap tidak dibebaskan ke udara sekitar. Batasan-batasan dalam penggunaan pengeringan vakum adalah sebagai berikut: a. Kuantitas bahan yang dikeringkan tidak terlalu banyak b. Kecepatan pemanasan lebih lama dibandingkan direct heating B

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak Firman Jaya OUTLINE PENGERINGAN PENGASAPAN PENGGARAMAN/ CURING PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

Judul PENGERINGAN BAHAN PANGAN. Kelompok B Pembimbing Dr. Danu Ariono

Judul PENGERINGAN BAHAN PANGAN. Kelompok B Pembimbing Dr. Danu Ariono TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2006/2007 Judul PENGERINGAN BAHAN PANGAN Kelompok Garry Nathaniel (13003031) Meiti Pratiwi (13003056) Pembimbing Dr. Danu Ariono PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB PENGERINGAN 1 DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.

Lebih terperinci

1/14/2014 FREEZE DRYING PROSES PENGERINGAN BEKU

1/14/2014 FREEZE DRYING PROSES PENGERINGAN BEKU FREEZE DRYING PROSES PENGERINGAN BEKU Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan proses pengolahan pangan pengeringan beku Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh pengeringan beku terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN Souvia Rahimah Jatinangor, 5 November 2009 Pengertian PENGERTIAN UMUM : PROSES PENGURANGAN AIR DARI SUATU BAHAN SAMPAI TINGKAT KEKERINGAN TERTENTU. Penerapan panas dalam

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2011 THE OUTLINE PENDAHULUAN PENGGARAMAN REFERENCES 2 METODE

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration) Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB Director of Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center, Bogor Agricultural

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N KONSEP DASAR PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dasar pengeringan dan proses Sub Pokok Bahasan Konsep dasar pengeringan Proses

Lebih terperinci

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8. PENGERINGAN DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.

Lebih terperinci

BAB VI KANDUNGAN AIR

BAB VI KANDUNGAN AIR SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB VI KANDUNGAN AIR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penurunan Berat selama Pengeringan Bahan pangan yang dikeringkan pada kondisi vakum mengalami penurunan berat pada selang waktu tertentu. Penurunan berat ini disebabkan

Lebih terperinci

Air. Shinta Rosalia Dewi

Air. Shinta Rosalia Dewi Air Shinta Rosalia Dewi Materi Air Karbohidrat Polisakarida Vitamin Mineral Diagram fasa Air Air penting dalam kehidupan : Mempengaruhi suhu tubuh Sebagai pelarut / solven Sebagai pembawa nutrien dan

Lebih terperinci

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari \ Menentukan koefisien transfer massa optimum aweiica BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Proses pengeringan adalah perpindahan masa dari suatu bahan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi.

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o. dan enzim menurun

Lebih terperinci

TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pelaksanaan penelitian Pengeringan Bahan Pangan dilakukan berdasarkan metodologi, pelaksanaan percobaan, metode interpretasi data, dan jadwal pelaksanaan penelitian berikut.

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada: Baking and roasting Pembakaran dan memanggang pada dasarnya operasi dua unit yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah kualitas makanan. pembakaran biasanya diaplikasikan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN ISSN 2302-0245 pp. 1-7 KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN Muhammad Zulfri 1, Ahmad Syuhada 2, Hamdani 3 1) Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN 1 PENGGORENGAN 2 TUJUAN Tujuan utama: mendapatkan cita rasa produk Tujuan sekunder: Inaktivasi enzim dan mikroba Menurunkan aktivitas air pada permukaan atau seluruh

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi.

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. EVAPORAI uatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan yang tinggal mempunyai konsentrasi

Lebih terperinci

Dewi Maya Maharani, STP, MSc

Dewi Maya Maharani, STP, MSc PENGENALAN MESIN PENGERING Dewi Maya Maharani, STP, MSc Page 1 Page 2 1 PENGERINGAN : Pengurangan / Penurunan kadar air dalam bahan sampai batas tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan, dengan penerapan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi i Tinjauan Mata Kuliah P roses pengolahan pangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu kala, manusia mengenal makanan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERINGAN Pengeringan adalah proses dasar dalam teknik kimia, pertanian, bioteknologi, industri makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan kertas, pertambangan, dan industri

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h = /3/3 Pendahuluan SIFAT SIFAT TERMIS Aplikasi panas sering digunakan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian. Untuk dapat menganalisis proses-proses tersebut secara akurat maka diperlukan informasi

Lebih terperinci

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU LAPORAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU (TEST PERFORMANCE OF ROTARY DRYER ARE EQUIPPED DCS FOR DRYING GREEN BEAN SEEDS) Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU LAPORAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU (TEST PERFORMANCE OF ROTARY DRYER ARE EQUIPPED DCS FOR DRYING GREEN BEAN SEEDS) Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Beku

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Beku II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Beku Pengeringan beku telah dikenal dan diakui sebagai metode pengeringan yang dapat memberikan mutu hasil pengeringan paling baik dibandingkan metode pengeringan lainnya

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Lebih terperinci

4.2.1 Penentuan Laju Pengeringan Konstan dan Menurun pada Wortel

4.2.1 Penentuan Laju Pengeringan Konstan dan Menurun pada Wortel 4.2.1 Penentuan Laju Pengeringan Konstan dan Menurun pada Wortel Laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun untuk wortel pada berbagai kondisi dapat dilihat pada Gambar 4.13 4.16 berikut. Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN

4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN 4.1.1 Fenomena dan Penyebab Terjadinya Water Front Fenomena lain yang terjadi pada saat penulis mengeringkan tapel parem

Lebih terperinci

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, PEMANGANGAN

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, PEMANGANGAN PENGOLAHAN TERMAL II PENGGORENGAN, EKSTRUSI, PEMANGANGAN TIM DOSEN TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 2 TUJUAN TUJUAN UTAMA: mendapatkan cita rasa produk TUJUAN SEKUNDER: Inaktivasi enzim dan mikroba Menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA Jurusan Teknik Elektro, Fakultas. Teknik, Universitas Negeri Semarang Email:ulfaharief@yahoo.com,

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc 90 Pemaparan dan Tanya Jawab 10 Practice problem Toleransi keterlambatan 30 menit Kontrak Kuliah Materi dapat diunduh

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER LAPORAN TUGAS AKHIR PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER (GRAIN DRYING WITH THE IMPLEMENTATION OF DCS IN THE ROTARY DRYER) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI

KESETIMBANGAN ENERGI KESETIMBANGAN ENERGI Landasan: Hukum I Termodinamika Energi total masuk sistem - Energi total = keluar sistem Perubahan energi total pada sistem E in E out = E system Ė in Ė out = Ė system per unit waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengetahui kecepatan perambatan panas pada proses pasteurisasi pengalengan susu. Dasar-dasar teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu) PENGASAPAN PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu) Tujuan Pengasapan: Pengawetan (Antibakteri, Antioksidan) Pengembangan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan produk peternakan yang banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Penggunaannya pun bermacam-macam, baik langsung diolah menjadi masakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN Kegunaan Penyimpangan Persediaan Gangguan Masa kritis / peceklik Panen melimpah Daya tahan Benih Pengendali Masalah Teknologi Susut Kerusakan Kondisi Tindakan Fasilitas

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci